Uploaded by Nurulafni000

KEPERAWATAN ANAK ( ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSAFALUS )

advertisement
KEPERAWATAN ANAK
“ ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSAFALUS “
Dosen Pembimbing :
Ns. Andra Saferi Wijaya, M.Kep
Disusun Oleh :
Nosi Ramita
Nurul Afni
Ocha Lesti Pratama
Kelas : 2B
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
TAHUN 2021/2022
ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSAFALUS
A. Konsep Hidrosafalus
a. Pengertian
Hidrosefalus adalah gejala klinis yang dikarakteristikkan dengan peningkatan
cairan serebrospinal dan dilatasi ventrikel (Chambers, 2007)
Hidrosefalus adalah adanya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi
cairan serebrospinal, yang dikrakteristikan dengan karena peningkatan volume cairan
serebrospinal, dilatasi sistem ventrikel dan peningkatan tekanan intrakranial (Nielsen,
2013).
Hidrosefalus berarti penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak berakibat terjadi akumulasi CSS yang
berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid
jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1. Waktu Pembentukan
-
Hidrosefalus
Congenital,
yaitu
Hidrosefalus
yang
dialami
sejak
dalamkandungan dan berlanjut setelah dilahirkan
-
Hidrosefalus
Akuisita,
yaitu
Hidrosefalus
yang
terjadi
setelah
bayidilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan
(Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
-
Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
-
Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS
mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
-
Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar
dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
-
Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran
CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan
ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).
4. Proses Penyakit
-
Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai
otak
dan
jaringan
sekitarnya
termasuk
selaput
pembungkusotak
(meninges).
-
Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau
cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak
atauathrophy (Anonim, 2003).
b. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat
antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam
ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya.
Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau
infeksi intrauterine meliputi :
-
Stenosis aquaductus sylvi
-
Spina bifida dan kranium bifida
-
Syndrom Dandy-Walker
-
Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
1.
Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat
penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan
daerah lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
2.
Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma
yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.
3. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
c. Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan
merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan
tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang
bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray
matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang
tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan.
Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura
kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial.
Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang
pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks)
menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini
menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara
dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan
type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum
ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi
CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim
ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang
pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup
untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan
kompensasi.
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun,
dan anak diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
-
Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
-
Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
-
Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
-
Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign
yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
-
Perubahan pada mata.
1. bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan
tulang supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakanakan seperti matahari yang akan terbenam
2.
strabismus divergens
3.
Nystagmus
4. refleks pupil lambat
5. atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
6. papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial
oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup
e. Komplikasi
1. Peningkatan tekanan intracranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi : septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses
otak.
4.
Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5. Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
6. Kematian
f. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan fisik:
-
Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk
melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
-
Transiluminasi
2. Pemeriksaan darah
-
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal :
-
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau
meningitis
untuk
mengetahui
kadar
protein
dan
menyingkirkan
kemungkinan ada infeksi sisa
4. Pemeriksaan radiologi :
-
X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
-
USG kepala : dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
-
CT Scan kepala : untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan
sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya
g. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga
dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk
menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih
dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya
tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 –
50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan
kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian
diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus
didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.
Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga
dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a.
Ventrikulo Peritorial Shunt
b.
Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian
pada keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan
(misalnya
:
kateter
“shunt”
obat-obatan
darah)
yang
biasanya
membutuhkan biaya besar. Pemasangan pintasan dilakukan untuk
mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel otak ke atrium kanan atau
ke
rongga
peritoneum
yaitu
pi8ntasan
ventrikuloatrial
atau
ventrikuloperitonial. Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus,
yang tidak menimbulkan raksi radang atau penolakan, sehingga dapat
ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 4050%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a. mengurangi produksi CSS
b.
Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi
c. Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid
atau upaya meningkatkan resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A,
reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan
suatu malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar
ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah
rongga peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari
ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain
rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada
periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi
infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang.
infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual,
lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.
B. Pengkajian Hidrosafalus
1. Anamnesa
a. Riwayat penyakit / keluhan utama :
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras
atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
a. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
-
Anak dapat melihat keatas atau tidak.
-
Pembesaran kepala.
-
Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
2. Palpasi
-
Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
-
Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga
fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3. Pemeriksaan Mata
-
Akomodasi.
-
Gerakan bola mata.
-
Luas lapang pandang
-
Konvergensi.
-
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat
keatas.
-
Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
c. Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
-
Peningkatan sistole tekanan darah.
-
Penurunan nadi / Bradicardia.
-
Peningkatan frekwensi pernapasan.
d. Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
-
Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “
(Mercewen’s Sign
-
Opthalmoscopy : Edema Pupil.
-
CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan
nalisisi komputer.
-
Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.
2. Diangnosa Keperawatan
1. Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan
sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak
mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
3. Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan
sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
4. Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana,
ketidakmampuan
menciptakan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
lingkungan
kondusif,
ketidakmampuan
3. Intervensi Keperawatan
NO
DIAGNOSA
NOC
NIC
KEPERAWATAN
1.
Resiko cidera
Setelah
dilakukan
kunjungan1.
Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan
selama 3x diharapkan keluarga bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial
mampu menciptakan lingkungan cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan
kondusif dengan kriteria hasil:
penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur
rendah, gunakan pencahayaan malam hari siapkan

Keselamatan
fisik
dapat
lampu panggil
dipertahankan

2. Jelaskan pada keluarga pentingnya keselamatan pada
Adanya pelindung dan alat
anak dan cara pencegahan untuk cidera.
bantu untuk klien
3. Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi segala
aktifitas klien yang membahayakan keselamatan.
4. Beri alat bantu misal:tongkat
2.
Resiko gangguan nutrisi :
Setelah
kunjungan
1.
Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.
kurang dari kebutuhan tubuh
selama 3x diharapkan keluarga
2.
Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan
mampu
dilakukan
melakukan
perawatan berikan waktu yang cukup untuk menelan.
sederhana dirumah dengan kriteria
3.
Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan
terhindar dari bau – bauan yang tidak enak..
hasil:
·
Berat badan ideal
4.
Timbang berat badan bila mungkin.
·
Tidak muntah
5.
Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
·
Tidak terjadi malnutrisi
6.
Berikan makanan ringan diantara waktu makan
7.
Beri penjelasan pada keluarga tentang makanan yang
baik dikonsumsi anak
3.
Deficit self care
Setelah
dilakukan
kunjungan1. Kaji ketidakmampuan klien dalam perawatan diri
selama 3x diharapkan keluarga2. Kaji tingkat fungsi fisik
dapat
menciptakan3. Kaji hambatan dalam berpartisipasi dalam perawatan
lingkungan
kondusif
dengan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan
kriteria hasil:

Klien
4. Jelaskan pada keluarga pentingnya kebersihan diri
dapat
perawatan
5.
melakukan
diri
Jelaskan
dan
ajarkan
cara
perawatan
diri
meliputi:mandi, toileting , berpakaian.
dengan
mandiri atau dibantu

4.
Klien bersih dan tidak bau
Perubahan fungsi keluarga b.d
Setelah dilakukan kunjungan
situasi krisis ( anak dalam catat
selama 3x diharapkan Keluarga
fisik )
menerima keadaan anaknya,
1.
prosedur, terapi dan prognosanya.
2.
mampu menjelaskan keadaan
penderita dengan kriteria hasil:
·
Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh
bila keluarga belum mengerti
3.
Klarifikasi kesalahan asumsi dan misskonsepsi
Keluarga berpartisipasi dalam 4.
Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya.
merawat anaknya dan secra verbal
·
Jelaskan secara rinci tentang kondisi penderita,
keluarga dapat mengerti tentang
penyakit anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United
States of America:Mosby.
Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of
America:Mosby.
Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012
http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Jakarta: Salemba Medika.
Price,Sylvia
Anderson.
2005.
Patofisiologi;Konsep
klinis
proses-proses
penyakit,Jakarta;EGC.
Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Saharso.
2008.
Hydrocephalus.
Diakses
pada
tanggal
29
Agustus
2012
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filep
df=0&pdf=&html=061214-sykj201.htm
Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J.
Neurol, 2000 ; 247 : 5-14.
Download