Rusia dibanjiri lebih dari 90.000 anggota revolusioner dan kelompok teroris yang kembali ke Rusia. Trotsky juga memanfaatkan keputusan amnesti pemerintah itu, untuk kembali ke Rusia beserta orang-orang Yahudi yang telah ia rekrut dan dilatih di New York. Sebagian besar dari mereka kemudian bergabung dengan partai Bolshevik, yang makin besar dan ganas. Tidak lama kemudian Lenin dan Trotsky mulai menyerang pemerintahan sementara. Setelah itu, terjadilah peristiwa demi peristiwa, yang akhirnya Lenin dan para pendukungnya berhasil menumbangkan pemerintahan sementara di bawah Krinsky. Kemudian ia membentuk pemerintahan baru, berdasarkan Komunisme. Sejak itulah berawal pemerintahan diktatorisme Lenin di Rusia. Para tokoh yang tidak sependapat dengan Lenin mendapat perlakuan keji dari Lenin. Mereka ini pada umumnya adalah pihak yang lebih berjasa dalam perjuangan untuk melahirkan revolusi Komunis itu, termasuk di dalamnya kelompok Trotsky dan kelompok Yahudinya. Akan tetapi, pemerintahan atheis baru menganggap adanya bahaya yang datang dari pihak yang sebelumnya merupakan pendukungnya yang lebih gigih. Nasib yang mereka terima kebanyakan berakhir di atas tiang gantungan, atau dibuang ke Siberia atau dipenjarakan. Nasib para tokoh Yahudi pada masa berikutnya, yaitu pada masa pemerintahan Stalin juga tidak jauh berbeda. Sebagian digantung atau dibuang ke Siberia, dan sebagian lagi dipenjarakan, seperti nasib Trotsky sendiri, Zenoviev, Kaminiev, Martinov, Yarfos, Kslarud, Martov dan tokoh Yahudi lainnya. Dengan kata lain, nasib buruk yang mereka terima justru datang dari seorang yang paling setia kepada ideologi yang mereka anut,...... Stalin. 78 VI. RAHASIA DI BALIK PERANG DUNIA I A. Persiapan Perang Perang Dunia I meletus pada tahun 1914. Selama 4 tahun dunia banjir darah oleh tumbal peperangan. Peristiwa ini belum pernah terjadi dalam sejarah panjang ummat manusia, meskipun akan disusul dengan pertumpahan darah yang lebih mengerikan, yaitu terjadinya Perang Dunia II tahun 1945. Apakah akan menyusul perang dunia III, yang pasti akan lebih mengerikan? Wallahu a'lam. Tidak ada salahnya untuk menyinggung kembali peristiwa yang telah samasama kita maklumi, yang akan mengawali terjadinya Perang Dunia I. Di sana terjadi perlombaan senjata yang belum pernah disaksikan oleh dunia sebelumnya. Senjata mematikan telah membanjiri negara di seluruh dunia. Kegiatan ini tentu mendatangkan uang besar-besaran bagi para pialang perang. Dunia terbelah menjadi berbagai persekutuan, yang saling menghadapkan senjata yang mereka miliki satu sama lain. Siapa yang merancang? Tidak lain mereka itu adalah para sesepuh Yahudi, atau jerat-jerat maut dari balik layar. Kenyataannya mereka bisa menentukan suhu situasi dunia pada saat itu. Dari uraian terdahulu kita bisa menyimak, bagaimana para sesepuh Yahudi mempersiapkan diri untuk menyambut abad ke 20. Mereka telah mempersiapkan pemerintah negara-negara Erpoa, aliran politik yang dianutnya, dan angkatan bersenjatanya telah dipersiapkan untuk menimbulkan terjadinya perang, atau minimal untuk menerima pemikiran tentang perang itu. Setelah itu, di satu sisi para sesepuh Yahudi membentuk opini umum Eropa dan dunia pada umumnya. Lalu di sisi lain, mereka menindas pemimpin yang berani menghadang jalan yang sedang ditempuh oleh Konspirasi. Para tokoh itu adalah para pembaharu yang berpegang pada undang-undang yang sah di negaranya, dan memiliki wibawa yang memungkinkan mereka menghalangi program yang telah dirancang oleh Konspirasi. Apalagi jika tokoh-tokoh itu secara terbuka menyatakan perang terhadap mereka, dan tidak bisa digoyahkan dengan propaganda yang menyesatkan. Tokoh-tokoh seperti itulah yang merupakan ancaman bagi Konspirasi. Kita akan menyajikan krisis politik yang besar, dan pertikaian sekitar wilayah jajahan pada awal abad ini, yang membuat kita bingung. Dengan adanya krisis tersebut, dunia terbelah menjadi berbagai kelompok persekutuan dan blok-blok yang memporak-porandakan Eropa. Masing-masing pihak siap menyerang lawannya, seperti yang telah ditulis secara rinci oleh sejarah umum, atau yang diajarkan di sekolah. Di sini, kita akan mengungkap dari sisi lain, yaitu dari sisi analitis. Sekuensi peristiwa demi peristiwa sejarah sendiri telah menjadi jawaban jelas, yang sebelumnya merupakan teka-teki besar yang terjadi awal abad ini, hingga 79 pecah perang Dunia I. Secara ringkas peristiwa itu telah mengakibatkan hal-hal berikut : 1) Menghilangnya sejumlah pemimpin besar yang berkepribadian reformis dari arena percaturan politik Eropa. 2) Dampak kuat yang mewarnai opini umum di Eropa, sehingga menjalar ke seluruh dunia. Adapun peristiwa-peristiwa di atas adalah 1) Terbunuhnya Raja Austria tahun 1899. 2) Pembunuhan Omirito, Raja Italia tahun 1900. 3) Pembunuhan William McKinley, Presiden Amerika yang ke 25 tahun 1901, yang kemudian diganti oleh Theodore Roosevelt dengan bergelar Roosevelt I. 4) Pembunuhan Prince Sergey, paman Czar sendiri tahun. 1905. 5) Pembunuhan Raja Portugal dan putra mahkotanya tahun 1908. 6) Peristiwa demi peristiwa itu disusul kemudian dengan pembunuhan putra mahkota kerajaan Austria bersama permaisurinya di kota Sarajevo Yugoslavia tahun 1914. Rentetan peristiwa itu sebenarnya mengungkapkan hakikat peristiwa itu sendiri. Di sini kita bisa menganalisa sepintas tentang peristiwa itu, dan sekuensi waktu kejadiannya, yang jelas tercium berbau rancangan terselubung, serta perbedaan lokasi kejadian peristiwa itu secara geografis. Kita tidak akan ragu lagi, bahwa peristiwa itu bukan terjadi hanya karena faktor kebetulan. Di sana terdapat ulah tangan-tangan dari balik layar, yang bisa dirasakan dengan jelas di berbagai tempat. B. Perang dan Layar Politik Perdana Menteri Inggris pada saat meletusnya Perang Dunia I adalah Herbert Henry Asquith. Ia adalah seorang politikus Inggris moderat yang disegani, lantaran kebijakan politiknya yang ditujukan untuk kepentingan nasional kerajaan Inggris. Ia terkenal sebagai Perdana Menteri Inggris yang sangat memusuhi gerakan Zionisme. Oleh sebab itu, Konspirasi bertekad untuk menumbangkannya, dan menggantinya dengan pasangan tiga serangkai, terdiri dari tokoh-tokoh loyal kepada organisasi Zionisme. Mereka adalah David Lloyd George, Arthur Balfour dan Winston Churchill. Namun untuk menumbangkan pemerintahan Asquith ternyata tidak mudah. Inggris masih berada dalam keadaan perang, sehingga tidak ada kesempatan yang tepat untuk mengadakan manuver politik secara wajar. Di samping itu, mengganti kabinet di saat perang akan menimbulkan benturan keras, dan mencemarkan opini umum Inggris yang punya semboyan "Do not change your horse during the war" (jangan mengganti kudamu di saat perang). pihak Konspirasi tidak hanya bertujuan mengganti Asquith beserta pemerintahannya, melainkan mengganti badan-badan terpenting dalam struktur negara secara menyeluruh. Ini berarti menghancurkan struktur lama dan menggantinya dengan struktur baru. 80