studi pemberian mp–asi dini dan status gizi bayi umur 0 – 6 bulan di

advertisement
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013
MP-ASI, Status Gizi, Balita
STUDI PEMBERIAN MP–ASI DINI DAN STATUS GIZI BAYI
UMUR 0 – 6 BULAN DI KELURAHAN BOTANG KECAMATAN
MAKALE KABUPATEN TANA TORAJA
1
1
2
Siti Nur Rochimiwati , Hikmawati Mas’ud , Jayanti Giringan
1
Jurusan Gizi, Piliteknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
2
Alumni Jurusan Gizi, Piliteknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
Abstract
Background: Complementaryfood is additional food that given to infant after 6 month to
24 month. Mistake of complementary food gift is one of cause of growth disorder.
Objectives: This research to know complementary food gift early and nutritional status of
infant 0 to 6 month in Botang, Distric Makale, Regency of Tana Toraja. This research use
observional and descriptif approach with samples 18 infants 0 to 6 month.
Results: This research show that age of complementary food gift begin to 3 to 4 month,
amount of 9 infants (50%) with kind of complementary food that give is stapple food, 13
infant (72,3%) with frequency of complementary food gift is twice frekuensi. From 18
infant there are 14 intant (77.8%) have normal of nutritional status and 4 infant (22,2%)
have malnutrition.
Conclucions: of complementary food gift early provided begin 3 to 4 month and
nutritional status infant base of weight per age index amount 14 infant (77,7%) have
normal of nutritional status.
Suggestion: to health employee and all side to give inform to mother about important of
good complementary food gift from frequency aspect, portion, kind (quality and quantity)
base of infant’s age.
Keyword : Complementary food gift early and nutritional status
LATAR BELAKANG
Perbaikan makanan bayi dan anak
adalah bagian integral dari usaha perbaikan
gizi keluarga, yang antara lain bertujuan untuk
menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan
anak balita. Ketidaktahuan cara pemberian
makanan bayi dan anak yang benar dan tepat
serta adanya kebiasaan yang merugikan
kesehatan, secara langsung dan tidak
langsung menjadi penyebab utama terjadinya
masalah kurang gizi pada anak usia 0 – 24
bulan. Keadaan ini memerlukan penanganan
tidak hanya dengan penyediaan pangan, tetapi
dengan pendekatan yang lebih komunikatif
sesuai dengan tingkat pendidikan dan
kemampuan masyarakat.
Menurut
laporan Bina Kesehatan
Keluarga dan KB Dinkes Provinsi Sulsel tahun
2001 tercatat bahwa jumlah KEP sebesar
13,48% (PSG, 2004). Menurut hasil Survey
Gizi Mikro Tahun 2006 balita gizi buruk tercatat
sebesar 9%, sedangkan KEP total sebesar
28,5%. (Profil Kesehatan Sulawesi Selatan,
2008). RISKESDAS tahun 2010 menunjukan
prevalensi status gizi kurang di Sulawesi
Selatan (18,6%) masih lebih tinggi dibanding
Indonesia (13%).
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Verawaty pada tahun 2010 di Desa Madandan
Kecamatan Rantetayo Kabupaten Tana Toraja
terdapat 19 anak (54,3%) yang mendapatkan
MP – ASI kurang dari 6 bulan sedangkan
status gizi bayi yang dihitung dengan Z-Score
menggunakan indeks BB/U, sebanyak 29 anak
(82,9%) berstatus gizi baik dan sebanyak 6
anak
(17,1%)
berstatus
gizi
kurang.
Selanjutnya, berdasarkan Pofil Kesehatan
Kabupaten Tana Toraja Tahun 2008
persentase Balita dengan BGM sekitar
17,19%, Balita BGT 38,37% dan balita yang
berat badannya naik 64,73%.
77
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013
Pemberian ASI pemberian sesudah
MP-ASI
menyebabkan ASI kurang di
konsumsi pada bayi umur 6-8 bulan. Jika hal
ini terjadi maka zat – zat gizi yang diperlukan
bayi yang bersumber dari ASI tidak terpenuhi,
sehingga dapat berdampak pada gangguan
pertumbuhan
dan
perkembangan
bayi.
Demikian juga MP-ASI diberikan terlalu dini
akan menyebabkan konsumsi ASI berkurang,
yang akan berakibat menurunnya produksi
ASI.
Jika bayi sudah berumur 8 bulan MPASI dapat diberikan lebih dulu kemudian
diberikan ASI. Perlu diberi jarak waktu yang
cukup anatara memberikan MP- ASI dan
menyusui agar lambung bayi tidak terlalu
penuh (Aritonang, 2004).
Pemberian MP – ASI dini merupakan
peluang masuknya berbagai jenis kuman
apalagi jika diproses dan disajikan dengan
tidak higienis. Hasil riset terakhir di Indonesia
menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan
MP – ASI sebelum berumur 6 bulan lebih
banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek,
dan
panas
dibandingkan
bayi
yang
mendapatkan
ASI
eksklusif.
(http://posyandu.org/kuliner/menu-balita/649keluarga sehat,2008,diakses tg 17 Januari
2012).
WHO/UNICEF
merekomendasikan
empat hal penting yaitu ; pertama memberikan
air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu
30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan
hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian
ASI secara ekslusif sejak lahir sampai bayi
berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan
pendamping air susu ibu (MP – ASI) sejak bayi
berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat
meneruskan pemberian ASI sampai anak
berusia 24 bulan atau lebih.
Berdasarkan data tersebut, telah
dilakukan penelitian tentang
gambaran
pemberian MP – ASI dini dan status gizi bayi
Umur 0 – 6 bulan di kelurahan Botang
kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan
adalah jenis penelitian observasional dengan
pendekatan deskriptif dan rancangan secara
potong lintang (cross sectional study) yaitu
untuk
memperoleh
gambaran
tingkat
pemberian MP – ASI dini dan status gizi bayi
umur 0 – 6 bulan Di Kelurahan Botang
Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja.
Yang dilaksanakan pada bulan Juni 2012.
Populasi adalah semua bayi yang
berada di Kelurahan Botang Kecamatan
78
MP-ASI, Status Gizi, Balita
Makale sebanyak 57 bayi. Sampel adalah bayi
yang berumur 0 – 6 bulan dengan kriteria
sebagai berikut tidak sakit, bersedia menjadi
sampel, tidak mempunyai kakak yang berbeda
umur 1 tahun dan sudah diberikan MP–ASI.
Pengambilan
sampel
dilakukan
secara
purposive sampling yaitu semua populasi yang
sesuai dengan kriteria dan diperolah 18 bayi.
Data status gizi diperoleh dari hasil
pengukuran antropometri dengan menimbang
berat badan anak lalu dibandingkan dengan
umur.
Penimbangan
berat
badan
menggunakan timbangan dacin dengan
ketelitian 0,1 kg. Umur diperoleh dengan
menanyakan tanggal lahir anak kepada orang
tuanya. Data pemberian MP–ASI dikumpulkan
dengan melakukan wawancara dengan
menggunakan kuesioner, data dianalisis
secara deskriptif.
HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
Perguruan Tinggi
Total
Pekerjaan
Petani
PNS
Wiraswasta
perawat
Sopir
IRT
Total
n
1
3
12
2
18
Ayah
%
5,5
16,7
66,7
11,1
100%
n
2
3
10
3
18
Ibu
%
11,1
16,7
55,5
16,7
100%
7
3
7
0
1
0
18
38,9
16,7
38,9
0
5,5
0
100%
0
2
0
1
0
15
18
0
11.1
0
5,5
0
83,4
100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
pendidkana orang tua mayoritas adalah SMU
baik ayah maupun ibu sedangan pekerjaan
adalah wiraswasta untuk ayah dan ibu sebagai
ibu rumah tangga.
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013
Karakteristik Sampel
Tabel 5
Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Bayi
Umur (Bulan)
1–2
3-4
4–6
Total
Jenis Kelamin
Laki – Laki
Perempuan
Total
n
4
8
6
18
%
22,2
44,5
33,3
100%
5
13
18
27,8
72,2
100%
Berdasarkan
tabel
diatas
menunjukkan bahwa umur tebanyak sampel 34 sebanyak 8 anak (44,%) dan berjenis
kelamin terbanyak adalah perempuan 13 anak
(72,2%).
Riwayat menyusui
Proses Menyusui
Tabel 3
Distribusi Anak yang Masih Disusui
Kategori
Masih disusui
Tidak disusui
Total
n
12
6
18
%
66,7
33,3
100%
MP-ASI, Status Gizi, Balita
Anak yang disusui 1 jam setelah lahir
Tabel 5
Distribusi Anak yang Disusui 1 Jam Setelah
Lahir
Kategori
Disusui 1 jam setelah lahir
Tidak disusui 1 jam
setelah lahir
Total
n
15
3
%
83,3
16,7
18
100%
Berdasarkan
tabel
diatas
menunjukkan bahwa dari 18 anak terdapat 15
anak (83,3%) anak yang disusui 1 jam setelah
lahir .
Frekuensi menyusu anakyang masih menyusui
saat ini
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Menyusui Anak dalam
Sehari
Frekuensi
Pemberian
1 – 3 kali
4 – 7 kali
Semau bayi
Total
n
%
3
7
2
12
25
58,3
16,7
100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa dari 18 anak 12 anak (66,7%) yang
masih disusui dan 6 anak (33,3) yang tidak
disusui.
Berdasarkan
tabel
diatas
menunjukkan bahwa dari 18 anak terbanyak
7 anak (58,3%) anak yang disusui 4 – 7 kali
sehari.
Anak yang pernah disusui
Tabel 4
Distribusi Anak yang Pernah Disusui
Pemberian MP-ASI dini
Umur pemberian MP – ASI Dini
Kategori
Pernah disusui
Tidak pernah
disusui
Total
n
18
0
%
100
0
18
100%
Berdasarkan
tabel
diatas
menunjukkan bahwa dari 18 anak terdapat 18
anak (100%) yang pernah disusui.
Tabel 7
Distribusi Usia Pemberian MP – ASI Dini
Umur
1 – 2 bulan
3 – 4 bulan
5 – 6 bulan
Total
Pemberian Makanan
Selain ASI Dini
n
%
6
33,3
9
50
3
16,7
18
100%
79
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013
Makanan yang pertama kali diberikan
Tabel 8
Distribusi Makanan yang Pertama Kali
Diberikan
Kategori
Air Tajin
Nasi
Pisang / buah lain
Bubur instan dari pabrik
Bubur beras
Susu bubuk
Biskuit
Total
n
5
0
8
3
0
0
2
18
%
27,8
0
44,4
16,7
0
0
11,1
100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa makanan yang pertama kali diberikan
pada umumnya sebanyak 8 anak (44,4%)
diberikan pisang/buah lain .
Makanan yang diberikan saat ini
n
0
8
3
7
0
18
%
0
44,4
16,7
38,9
0
100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa 8 anak (44,4%) yang diberikan pisang
atau buah lain.
Porsi pemberian MP – ASI Dini
Tabel 10
Distribusi Porsi Pemberian MP – ASI Dini
Porsi
Pemberian
1 – 2 sdt
2 – 3 sdt
3 – 4 sdt
4 – 5 sdt
Total
Pemberian MP – ASI Dini
dalam Sehari
n
%
8
44,5
6
33,3
4
22,2
0
0
18
100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa porsi pemberian makanan MP – ASI
dini 1 – 2 sdt sebanyak 8 anak (44,5%).
80
Konsistensi (bentuk) makanan pendamping
ASI Dini
Tabel 11
Distribusi Konsistensi (Bentuk Makanan)
Pendamping ASI Dini
Konsistensi
Kental
Agak kental
Agak encer
Cair
Total
n
3
10
5
0
18
%
16,7
55,5
27,8
0
100%
Berdasarkan table diatas menunjukkan
bahwa
konsistensi (bentuk makanan)
pendamping ASI dini agak kental 10 orang
(55,5%)
Jenis makanan yang diberikan
Tabel 11
Distribusi Jenis Makanan yang Diberikan
Tabel 9
Distribusi Makanan yang Diberikan Saat Ini
Kategori
Nasi
Pisang/buah lainnya
Biskuit
Bubur instan dari pabrik
Bubur beras dari tepung
Total
MP-ASI, Status Gizi, Balita
Kategori
Makanan pokok + lauk pauk+ sayur + buah
Makanan pokok + lauk pauk + sayur
Makanan pokok + lauk pauk
Makanan pokok
Total
n
2
4
3
9
18
%
11,1
22,2
16,7
50
100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa 9 anak (50%) yang jenis makananya
makanan pokok .
Frekuensi pemberian MP – ASI Dini
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Pemberian MP – ASI Dini
Frekuensi
pemberian
3-4 kali
Kurang 3 kali
Total
n
%
5
13
18
27,7
72,3
100%
Berdasarkan
tabel
diatas
menggambarkan bahwa pemberian MP – ASI
dalam sehari dengan frekuensi kurang 3 kali
13 anak (72,3%)
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013
MP-ASI, Status Gizi, Balita
Alasan pemberian MP – ASI Dini
Tabel 13
Distribusi alasan pemberian MP – ASI Dini
Kategori
Pengaruh kebiasaan turun temurun dari nenek moyang
Ibu terlalu sibuk dengan pekerjaanya
Lihat dari orang lain (ikut – ikutan )
Asi tidak keluar
Total
Berdasarkan
tabel
diatas
menunjukkan bahwa 7 anak (38,9%) yang
diberikan MP – ASI dini karena melihat orang
lain ( ikut – ikutan )
Penyakit yang diderita
Tabel 14
Distribusi penyakit yang diderita pada saat
diberikan MP – ASI Dini di Kelurahan Botang
Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja
Tahun 2012
Kategori
n
%
Flu
0
0
Batuk
0
0
Diare
13
72,2
Sesak nafas
2
11,1
Alergi
0
0
Dll (penyakit lain )
3
16,7
Total
18
100%
Berdasarkan
tabel
19
diatas
menunjukkan bahwa 13 anak (72,2%) yang
menderita diare.
Status Gizi
Tabel 15
Distribusi status gizi berdasarkan indeks BB/U
di Kelurahan Botang Kecamatan Makale
Kabupaten Tana Toraja 2012
Status Gizi
Baik
Kurang
Total
n
14
4
18
%
77,8
22,2
100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa status gizi anak yang baik sebanyak 14
anak (77,8%) dan yang kurang sebanyak 4
anak (22,2%)
n
2
4
7
5
18
%
11,1
22,2
38,9
27,8
100%
Frekuensi pemberian MP-ASI dini dan status
gizi
Table 16
Distribusi frekuensi MP-ASI dini dan status gizi
anak di Kelurahan Botang Kecamatan Makale
Kabupaten Tana Toraja 2012
Frekuensi
pemberian
MP-ASI
3-4 kali
< 3 kali
Total
Baik
n
%
10 55.5
4 22,3
14 77,6
Status gizi
Kurang
n
%
3 16,7
1 5,5
4 22,4
Jumlah
n
%
13 72,2
5 27,8
18 100
PEMBAHASAN
Praktek Pemberian MP – ASI Dini
Makanan pendamping ASI (MP – ASI )
adalah makanan tambahan yang diberikan
kepada bayi setelah berusia 6 bulan sampai
bayi berusia 24 bulan. Merupakan proses
untuk memperkenalkan makanan selain ASI
kepada bayi dan anak yang diberikan secara
bertahap mencakup, umurnya, jumlahnya
frekwensi dan bentuknya agar
kecukupan
energi dan zat gizi lain terpenuhi dari makanan
keluarga. Semakin meningkatnya usia bayi
kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah,
sedangkan ASI tidak dapat memenhui seluruh
kebituhan gizi anak. Pemberian MP-ASI juga
merupakan suatu proses peralihan dari
makanan berbasis car ( susu) ke makanan
yang lebih padat dalam bentuk makanan
keluarg King SV, Burgerss A,2001). WHO
merekomendasikan MP-ASI diberikan pada
usia bayi 6 bulan. Sebelum usia 6 bulan
pencernaan bayi belum siap menerima
makanan semi padat sehingga dapat
menyebabkan
diare.
Pengenalan
dan
pemberian MP – ASI harus dilakukan secara
bertahap baik bentuk maupun jumlahnya
maupun frekwesinya. Hal ini dimaksudkan
81
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013
untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna
bayi dalam menerima MP – ASI . Pemberian
MP – ASI yang cukup dalam kualitas dan
kuantitas sangat penting untuk mendukung
pertumbuhan
otak
dan
perkembangan
kecerdasan anak yang pesat pada periode ini.
Hasil penelitian diperoleh dari 18
sampel
sebanyak 12 anak (66,7%) yang
masih disusui. Dengan umur sampel masih
berumur dibawah 6 bulan. Dari usia menyusui
hal ini sesuai rekomendasi WHO tetapi sudah
diberi MP-ASI yang tidak sesuai anjuran .
Umur Pemberian MP – ASI Dini
Pada penelitian ini pemberian MP –
ASI sudah dimulai pada umur 1-2 bulan
(33,3%) dan terbanyak pada umur 3-4 bulan
(50%). Hal ini dapat dikatakan tidak baik
karena tidak sesua rekomendasi WHO dan
Depkes yang mengajurkan MP-ASI diberikan
mulai umur anak 6 bulan. Pemberian MP-ASI
yang dini memang memberikan tambahan
energy dan zat gizi dari makanan tetapi
kesiapan system percernaan belm siap
sehingga anak dapat terkena diare diawal
pemberiannya (72.2% ). Dilihat dari sudut
kematangan fisiologi dan kebutuhan gizi,
pemberian MP – ASI pada bayi sebelum usia 6
bulan biasanya belum diperlukan dan akan
mengandung resiko, misalnya akan terserang
diare. Semua kebutuhan gizi termasuk cairan
dapat dipenuhi oleh ASI sampai bayi berumur
6 bulan. Pendapat Latief (2000), bahwa tidak
bijaksana
untuk
memberikan
makanan
tambahan kepada bayi sebelum berumur 6
bulan, karena adanya kontaminasi yang
sangat tinggi terhadap bahaya gastroenteritis
yang merupakan penyakit serius pada anak.
Pemberian MP – ASI dibawah umur bayi 6
bulan
dapat
menyebabkan
gangguan
pertumbuhan dan dapat pula mengakibatkan
terjadinya gizi kurang pada bayi. Alasan
pemberian makanan tambahan yang terlalu
dini pada penelitian ini adalah responden
hanya ikut – ikutan atau lihat dari orang lain
sebanyak 38,9%.Jenis MP – ASI adalah
berbagai bentuk makanan atau minuman dari
berbagai jenis bahan makanan yang diberikan
sebagai MP – ASI yang merupakan pilihan ibu.
Jenis MP – ASI yang biasa diberikan oleh ibu
pada bayinya yaitu pisang/buah lain, biskuit,
bubur instan dari pabrik dan bubur tepung
beras. Dari
hasil penelitian ini diperoleh
gambaran bahwa makanan yang diberikan
pertama kali dan makanan yang diberikan
pada saat ini pada umumnya adalah pisang
atau buah lain yaitu sebanyak 8 anak (44,4%).
82
MP-ASI, Status Gizi, Balita
Menurut suhardjo (1996), kebiasaan
makan yang baik adalah tiga kali sehari, kalau
hanya
satu kali sehari, maka konsumsi
pangan terutama bagi anak – anak mungkin
sekali kurang dan kebutuhan zat gizinya tidak
terpenuhi bagaimanapun cara penyiapannya.
UNICEF (1996) memngemukakan bahwa
frekuensi pemberian makanan kepada anak
agar dilonggarkan (di beri selang waktu) dalam
setiap periode jangan sekaligus, yang bisa
mengakibatkan kemungkinan makanan rusak
atau busuk karena sisa makanan yang terlalu
banyak, sehingga makanan yang dikonsumsi
bayi tidak lagi mencapai nilai gizi seperti
diharapkan. Pendapat diatas sesuai dimana
frekuensi pemberian MP – ASI
2 kali
sebanyak 13 anak (72,3%).
Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat – zat gizi yang dipengaruhi
oleh aspek pola makan dan aspek sosial
budaya seperti lingkungan, agama dan
pendidikan (Almatsier,2001).
Berdasarkan hasil penelitian jika status
gizi dilihat berdasarkan indeks BB/U diperoleh
gambaran bahwa dari 18 anak yang diambil
sebagai sampel penelitian, didapatkan 14 anak
(77,8%) berstatus gizi baik dan 4 anak (22,2%)
berstatus gizi kurang. Dari hasil penelitian
yang di lakukan dapat digambarkan bahwa jika
ditinjau dari umur pemberian MP – ASI dengan
status gizi pada umur 1 – 2 bulan 2 anak
(11,2%) yang status gizinya kurang, ini
biasanya disebabkan karena adanya penyakit
yang diderita oleh anak tersebut sehingga usia
status gizinya masih kurang misalnya diare.
Pemberian MP – ASI dini dan Status Gizi
Status gizi sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan
balita. Secara fisik anak yang menderita gizi
kurang dan gizi buruk akan mengalami
gangguan pertumbuhan dan mudah terkena
penyakit
infeksi.
Penyebab
gangguan
pertumbuhan
usia
muda
diantaranya
disebabkan karena pola konsumsi makanan
pendamping ASI (MP – ASI ) yang kurang
benar dan kurang tepat (Rahmayanti,2007).
Pada penelitian ini dilihat dari frekuensi
pemberian MP – ASI dengan status gizi, dapat
digambarkan bahwa 10 anak (55,5%) yang
frekuensi pemberian makanannya baik dan
status gizi baik dan 3 anak (16,7%) yang
frekuensi pemberian makannya baik dan
status gizi kurang.hal ini sejalan dengan porsi
yang diberikan setiap kali bervariasi antara 1-
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013
4 sendok, dengan bentuk bubur agak kental
dengan menggunakan bahan makanan pokok.
Disisi lain pemberian MP-ASI ini dini dimana
teleh mulai diberikan pada umur 3-4 bulan.
Umur pemberian MP_ASI ini kurang tepat
ditinjau
dari
perkembangan
system
pencernaan yang belum siap menerima
makanan semi padat dan hal ini terlihat dari
banyaknya anak (72,2% ) yang terkena diare
diawal pemberiannya. MP – ASI tidak
diberikan pada waktu dan jumlah yang tepat
maka dapat menurunkan status gizi anak yang
terlihat sebanyak 22,2% menderita gizi kurang.
Dari hasil penelitian pemberian MPASI belum sesuai anjuran atau rekomendasi
WHO dari segi umur. Tetapi dari sisi lain
adalah anak masih menyusu sehingga
sebagian zat gizi esensial diperoleh dari ASI.
KESIMPULAN
1. Umur pemberian makanan selain ASI (MP
– ASI ) dini umur 3 – 4 bulan sebanyak 9
anak (50%).
2. Jenis MP – ASI Dini yang diberikan pada
umumnya
adalah
makanan
pokok
sebanyak 9 anak (50%).
3. Frekuensi pemberian
MP – ASI Dini
dalam sehari dengan frekuensi 2 kali
sebanyak 13 anak (72,2%).
4. Status gizi anak berdasarkan indeks BB/U
terdapat 14 anak (77,7%) yang berstatus
gizi baik.
SARAN
1. Disarankan kepada ibu – ibu agar
pemberian MP – ASI kepada anak
sebaiknya diberikan mulai pada umur 6
bulan keatas, jenis yang diberikan sesuai
dengan potensi yang ada di dalam
keluarga.
2. Diharapkan kepada petugas kesehatan
dan semua pihak yang terkait untuk
memberikan informasi kepada ibu balita
tentang pentingnya pemberian MP – ASI
yang tepat baik dari segi frekuensi, porsi
(kualitas dan kuantitas) dan dari segi
umur.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran.
Apriadji H. Wied, 2006. Variasi Makanan
Sehat. Jakarta
Aritonang irianton, 2004. Kebiasaan Makan
dan Gizi Seimbang. Yogyakarta
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan. Riskesdas 2010
MP-ASI, Status Gizi, Balita
Depkes. 2000. Aksi Pangan dan Gizi 2001 –
2005. Jakarta
Depkes. 2006. Pedoman Umum Pemberian
Makanan Pendamping air Susu Ibu (
MP – ASI) Lokal Tahun 2006.
Jakarta
Elvy. Makanan Pendampin ASI.
http://keenanswardrobe.multiply.com/journal/ite
m/7/MPASI_Makanan_Pendamping_
ASI( diakses, 7 Januari 2011)
http://posyandu.org/kuliner/menu-balita/649pemberian-makanan-bayi-umur-0bulan
sampai-24-bulan.html
(
diakses, 17 Januari 2012)
King, SV dan A, Burgess, 1997. Nutrition for
Developing
Countries.
Oxford
Universiti – USA – Tokyo
Latief, D.T, Surawang, 2000. Program ASI
Ekslusif dan MP – ASI. 2000
Nuraeni. 2006. Gambaran Status gizi Dan
Praktek Pemberian MP – ASI Anak
Usia 0 – 24 Bulan Di Desa Garing
Kecamatan Tompobulu Kabupaten
Gowa. Makassar
Soekirman.2000 Ilmu Gizi dan Aplikasinya.
Jakarta
Sudarianto, Mursalim, Agusyanti, dkk. 2008.
Profil Kesehatan Sulawesi Selatan.
Makassar
Suhardjo. 1992. Pendidikan Gizi. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat
Antar Universitas. IPB
Suhardjo, 1996. Pemberian Makanan Pada
Bayi dan Anak. Kanisius. Yogyakarta
Supariasa. Dkk.2002. Penilaian Status Gizi.
Jakarta; penerbit buku kedokteran
Suparyanto. 2010. Makanan Pendamping Air
Susu Ibu .
Thaha. AR, 2004. Masalah Gizi dan Alternatif
Penanggulangannya.
(
Makalah
Ilmiah yang Disajikan pada Rakor
Pemantauan dan Evaluasi Kebijakan
dan
Strategi
Perbaikan
Gizi,
Kementrian Kesra RI, Makassar,21
Mei 2004)
Verawaty M. 2006. Gambaran Pola Asuh dan
Status Gizi Bayi Usia 6 – 12 Bulan di
Desa
Madandan
Kecamatan
Rantetayo Kabupaten Tana Toraja.
Makassar
Waryana, 2010. Makanan Pendamping Air
Susu Ibu. Jakarta
Widjaja MC. 2006. Gizi Tepat Untuk
Perkembangan Otak dan Kesehatan
Balita.penerbit PT Kawasan Pustaka.
Jakarta
83
Download