IMUNISASI Dosen Pembimbing : Dr. Magfirah Anggota ● ELSYIFA HAYEK (61120056) ● MUTHIAH RAMADHANI (61120050) ● HASYIM MOHAMMED AMAR (61120057) ● AULIA PREMITA RACHMAH (61120051) ● MUTIARA HUSNUL KHATIMAH (61120058) AKMAL AULIA YAZID (61120052) ● ● TASYA RIZKIA PUTRI (61120053) FADHIL AHMAD (61120059) ● DEPRI SANDIKA (61120054) ● PUTRI ERIKA DIAN ANGGRAENI (61120060) ● RAHUL AGUSTIRA (61120055) ● ESHAN RATU AZZAHRA (61120061) ● DONI (61120025) ● SKENARIO Ny. Dini, 30 tahun, membawa anaknya ke dokter umum di puskesmas. Putra satu-satunya yang berusia 9 bulan untuk melakukan imunisasi campak. Anaknya Ny. Dini selama ini selalu memenuhi jadwal imunisasi anaknya sejak lahir. Sampai saat ini anaknya Ny. Dini sudah mendapatkan imunisasi BCG, Polio, Hepatitis dan DPT yang merupakan imunisasi wajib bagi anak. Bila nanti anaknya Ny. Dini berusia diatas 1 tahun ada lagi imunisasi yang dianjurkan, seperti MMR, Influensa, pneumonia dan masih banyak lainnya Saat ini oleh pemerintah sedang meningkatkan program imunisasi bagi anak-anak. Berdasarkan program pemerintah ada Program imunisasi wajib dan imunisasi yang dianjurkan. Jadwal imunisasai tersebut sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan oleh Organisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesa). Imunisasi sangat penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Imunisasi yang diberikan kepada tubuh manusia yaitu dengan pemberian obat berupa Vaksin yang dapat diberikan per oral atau suntikan intramuscular. Bagaimana anda menjelaskan prosedur pemberian imunisasi pada anak secara lengkap? TERMINOLOGI ASING 1. Campak : Penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus Morbillivirus famili Paramyxoviridae. (Jurnal Campak pada Anak oleh Ricky Gustian Halim) 2. Imunisasi : Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. ( Notoatmodjo S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Rineka cipta : Jakarta.) 3. BCG : Bacille Calmette-Guérin (BCG) adalah vaksin untuk tuberkulosis yang dibuat dari baksil tuberkulosis (Mycobacterium bovis) yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan selama bertahun tahun. (Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Bacillus Of Calmette And Guerin Vaccine) 4. Hepatitis : hepatitis // peradangan hati edisi 30 halaman 354 5. DPT : suatu vaksin yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus (STIKES Mitra Adiguna Palembang oleh Yoan Marini) 6. MMR : MMR (Vaksin MMR adalah vaksin yang digunakan untuk melindungi tubuh dari tiga jenis penyakit, yaitu campak (measles), gondongan (mumps), dan rubella. (Centers of Disease control and Prevention (2021). Vaccine & Preventable Diseases.) 7. BCG : Bacille Calmette-Guérin (BCG) adalah vaksin untuk tuberkulosis yang dibuat dari baksil tuberkulosis (Mycobacterium bovis) yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan selama bertahuntahun. (Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Bacillus Of Calmette And Guerin Vaccine) 8. Hepatitis : hepatitis // peradangan hati edisi 30 halaman 354 9. DPT : suatu vaksin yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus (STIKES Mitra Adiguna Palembang oleh Yoan Marini) RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana cara kerja vaksin? 2. Apa saja imunisasi yang wajib diberikan pada anak? 3. Apakah setelah penyuntikan vaksin imunisasi pada bayi menimbulkan efek samping? 4. Mengapa Ny. Dini membawa anaknya untuk imunisasi campak saat berusia 9 bulan? 5. Apa saja jenis imunisasi yang wajib dan imunisasi yang dianjurkan? 6. Kapan jadwal pemberian imunisasi pada anak yang dikeluarkan oleh IDAI? 7. Bagaimana cara pemberian dan dosis pada imunisasi campak? 8. Bagaimana macam-macam pemberian vaksin? 9. Bagaimana keadaan-keadaan yang diperbolehkan dan dilarang untuk melakukan imunisasi? 10. Mengapa IDAI menganjurkan imunisasi wajib bagi anak? HIPOTESIS 1. Bagaimana cara kerja vaksin? Vaccine delivered Antigen-presenting cell T helper cell Naive B cell Naive killer T cell Plasma B cell Active killer T cell Memory B cell Memory killer T cell Memory T helper cell Centers for Disease Control and Prevention. (2018). Understanding Vaccines and Vaccine Safety 2. Apa saja imunisasi yang wajib diberikan kepada anak? • Vaksin hepatitis B (HB) • Vaksin Japanese encephalitis (JE) • Vaksin polio 0 (nol) • Vaksin varisela • Vaksin BCG • Vaksin hepatitis A • Vaksin DPT • Vaksin tifoid polisakarida • Vaksin pneumokokus (PCV): • Vaksin human papiloma virus (HPV) • Vaksin rotavirus monovalen • Vaksin dengue • Vaksin rotavirus pentavalen • Vaksin influenza • Vaksin MR / MM Website resmi IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia “ Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2020 3. Mengapa IDAI menganjurkan imunisasi wajib bagi anak? Imunisasi berasal dari kata “ Imun” yang berarti kebal atau resisten. Anak di imunisasikan berarti memberi kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap penyakit dengan memasukan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah bagi seseorang . Imunisasi merupakan salah satu jenis usaha memberikan kekebalan kepada anak dengan memasukan vaksin tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah penyakit tertentu. Sedangkan, yang di maksud dengan vaksin adalah bahan yang digunakan untuk merangsang pembentukan zat anti, yang dimasukan kedalam tubuh melalui sintukan misalnya: vaksin BCG, DPT dan Campak dan pemberian lewat mulut dan contohnya: vaksin polio dan Imunisasi juga merupakan upaya efektif untuk menurunkan angka kematian terutama pada bayi dan balita. (Mufarrohah (2019) GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR LENGKAP DI BPM NUR HIDAYATI Amd.Keb DESA BIRA TENGAH KECAMATAN SOKOBANAH KABUPATEN SAMPANG. Diploma thesis, Universitas Merdeka.) 4. Apakah setelah penyuntikan vaksin imunisasi pada bayi menimbulkan efek samping? Jenis Imunisasi Efek Samping Solusi DPT ( Diphteri, Pertusis, Tetan us ) Timbulnya rasa nyeri pada tempat penyu ntikan disertai demam ringan selama 1-2 hari. Cara mengatasinya adalah dengan mendekap bayi, a gar bayi dapat meningkatkan zat anti nyeri untuk men urunkan rasa sakit bekas suntikan . BCG (Bacillus Calmette–Guéri n) Setelah 2-3 minggu pada tempat penyun tikan akan terjadi pembengkakan kecil b erwarna merah kemudian akan menjadi l uka dengan diameter 10 mm. Cara mengatasinya adalah dengan memberikan kom pres air hangat untuk mengurangi pembengkakan da erah suntikan. Kemudian lakukan pemijatan halus, ag ar bayi merasa lebih nyaman. Imunisasi campak - Munculnya bintik-bintik agak merah (tid ak menular). Bintik-bintik merah biasany a di tempat injeksi yang terkadang juga di bagian tubuh lainnya. - Terjadi pembengkakan pada mata - Untuk pengobatan oles pada kulit misalnya dengan pemberian krim biasanya yang mengandung steroid r endah, tapi hal ini harus sesuai dengan anjuran dokte r. Berikan bedak (talcum powder) karena bedak bisa mengiritasi kulit bayi. Sebaiknya optimalkan pemberia n ASI ekslusif karena ASI merupakan makanan terbai k untuk bayi Anda yang cukup efektif mencegah dan meringankan alergi. - melakukan kompres air hangat area mata secara keseluruhan selama beberapa menit setelah bangun tidur. Journal for Quality in Women's Health vol. 3 “Pengetahuan Ibu Tentang Cara Penanganan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) Pada Bayi Usia 0-1 Tahun Di Puskesmas Mojosari Kabupaten Mojokerto” tahun 2020 5. Mengapa nyonya Dini membawa anaknya untuk imunisasi campak saat berusia 9 bulan? Karena pada anak, vaksin campak sebaiknya diberikan pertama kali saat berusia 9 bulan. Setelah itu, vaksin diulang saat anak menginjak usia 18 bulan dan 7 tahun agar kekebalan tubuhnya terbentuk optimal. Imunisasi campak merupakan cara yang dapat diberikan untuk mencegah penyakit campak tertulah kepada anak nyona Dini. Vaksin campak berguna untuk membuat daya tahan tubuh penerimanya lebih kebal terhadap penyakit campak, yaitu penyakit menular yang dapat menyebabkan komplikasi serius. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2017). Daftar Pertanyaan Seputar Imunisasi Campak/Measles dan Rubella (MR). Diakses pada 1 Juni 2021 Namun, perlu diketahui bahwa dengan mendapatkan vaksin campak bukan berarti terhindar sepenuhnya dari penyakit campak. Risiko kemungkinan untuk tertular penyakit ini ada, tapi potensinya sangat kecil dan gejala yang muncul bisa lebih ringan. Selain itu, sebaiknya konsultasikan ke dokter terlebih dahulu sebelum menerima vaksin ini, karena pemberian vaksin campak tidak direkomendasikan untuk ibu hamil dan orang yang menderita kondisi medis tertentu, seperti HIV atau penyakit gangguan imunitas tubuh lainnya. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2017). Daftar Pertanyaan Seputar Imunisasi Campak/Measles dan Rubella (MR). Diakses pada 1 Juni 2021 6. Apa saja jenis imunisasi wajib dan imunisasi yg dianjurkan ? Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2013 dan No.12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi, disebutkan bahwa ada 5 jenis imunisasi wajib yang didapatkan anak adalah: • Imunisasi Hepatitis B • Imunisasi Polio • Imunisasi BCG, bertujuan untuk melindungi tubuh dari kuman penyebab penyakit tuberkulosis • Imunisasi Campak • Imunisasi DPT-HB-HiB, sebagai pencegahan penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan menigitis Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2013 dan No.12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi Imunisasi tambahan yang perlu diberikan pada anak Selain kelima imunisasi wajib diatas, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menganjurkan para orang tua agar setiap anaknya mendapatkan imunisasi tambahan, yaitu: • Vaksin MR/MMR, untuk mencegah penyakit campak, rubela, dan gondongan. • Vaksin pneumokokus (PCV), untuk mencegah infeksi kuman pneumokokus yang menyebabkan pneumonia, radang telinga, dan meningitis. • Vaksin rotavirus, untuk melindungi anak dari gastroenteritis penyebab diare. • Vaksin hepatitis A dan tifoid, untuk menurunkan risiko penyakit hepatitis A dan demam tifoid pada anak. • Vaksin varisela, untuk mencegah infeksi virus varicella-zoster penyebab penyakit cacar air. • Vaksin influenza, untuk memberikan perlindungan terhadap ISPA akibat flu. • Vaksin HPV (Human Papillomavirus), sebagai pencegahan terhadap kanker serviks. • Vaksin Japanese encephalitis (JE), untuk mencegah infeksi virus Japanese encephalitis yang menyebabkan penyakit radang otak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2020). Jadwal Imunisasi 2020. 7. kapan jadwal imunisasi pada bayi yang dikeluarkan oleh IDAI? RS Wava Husada January 15, 2021 Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun Rekomendasi IDAI Tahun 2020 8. Bagaimana cara pemberian dan dosis pada imunisasi campak? Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapatdilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarutsteril yang telah tersedia yang derisi 5 ml cairan pelarut. Kemudiansuntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan. Cara pemberian : a. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh lengan telanjang. c. Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45 derajat. b. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi, dan gunakan jari-jari tangan untuk menekan ke atas lengan bayi. d. Usahakan kestabilan posisi jarum. World health organization. Measles vaccines: WHO position paper – April 2017. 9. Bagaimana macam-macam pemberian vaksin? Injeksi intramuskuler (IM): vaksin diberikan melalui suntikan kedalam massa otot. Vaksin yang mengandung adjuvan harus diberikan secara intramuskuler untuk mengurangi reaksi lokal. Pemberian vaksin secara oral: mengurangi kebutuhan akan jarum suntik dan membuat proses pemberian lebih mudah. Macam-macam Pemberian Vaksin Injeksi subkutan (SK): vaksin disuntikan dibawah kulit diatas otot. Suntikan intradermal (ID) : vaksin disuntikan pada lapisan teratas kulit. BCG adalah satu-satunya jenis vaksin yang disuntikan secara intradermal. Pemberian BCG secara intradermal mengurangi risiko terdjadinya kelainan neurovaskuler. World Health Organization in vaccine safety Semprotan Intranasal: merupakan prosedur yang bebas dari jarum dimana vaksin disemprotkan melalui mukosa nasal. 10. Bagaimana keadaan-keadaan yang diperbolehkan dan dilarang untuk melakukan imunisasi? Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan pada tubuh yang sehat. Berikut ini keadaaan yang boleh dan tidak boleh memperoleh imunisasi. Keadaan yang diperbolehkan • Sehat • Sesuai umur Keadaan yang dilarang • Sakit keras • Keadaan fisik lemah • Dalam masa tunas suatu penyakit • Sedang mendapat pengobatan dengan sediaan korti kosteroid atau obat imunosupresif lainnya Ejournal KTI Universitas Muhammadiyah Semarang oleh Trirahmawa SKEMA IMUNISASI Imunisasi Wajib Jadwal Pemberian Imunisasi oleh IDAI • BCG • POLIO • HEPATITIS • DPT Prosedur Pemberian Imunisasi Mekanisme Kerja Vaksin Efek Samping Imunisasi yang dianjurkan • MMR • INFLUENZA • PNUEMONIA • DLL LEARNING OBJECTIVE 1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang Imunisasi dan macam-macam imunisasi 2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang jenis vaksin dan komponennya 3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang prosedur pemberian imunisasi pada anak 4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang cara pemberian masing masing vaksin 5. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang Mekanisme kerja Vaksin 6. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang tentang macam-macam vaksin untuk anak 7. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang waktu yang dianjurkan untuk melakukan imunisasi sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Organisasi IDAI 8. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang manfaat pemberian vaksin 9. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang syarat dan indikasi pemberian vaksin 10. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang dosis masing masing vaksin 11. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang reaksi akibat pemberian vaksin PEMBAHASAN 1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang Imunisasi dan macam-macam imunisasi Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi Aktif Alamiah Pasif Buatan Bawaan Didapat Hartaty,H. (2017). Pengaruh Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada 6 (2), 1-19 2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang jenis vaksin dan komponennya) Jenis Vaksin Vaksin yang hidup (live attenuated) - Vaksin Polio Oral (OPV) - Campak (Measles) - Rotavirus - Demam Kuning (Yellow Fever) Vaksin yang sudah dimatikan (inactivated/killed antigen) - Whole Cell Pertussis (Vaksin Pertusis Utuh) - Inactivated Polio Virus (IPV) Vaksin yang berisi sub unit dari antigen (antigen yang sudah dimurnikan) - Acellular Pertussis (aP) - Haemophilus influenzae type b (Hib) - Pneumococcal (PCV-7, PCV-10, PCV-13) - Hepatitis B (Hep B) Vaksin yang berisi toksoid (Toksin yang sudah di inaktivasi) - Toksoid Tetanus - Difteri toksoid Vaksin monovalen dan polivalen Vaksin monovalen berisi satu jenis strain atau satu jenis antigen (contoh: vaksin campak), sedangkan vaksin polivalen berisi dua atau lebih strain/serotipe dari antigen yang sama (contohnya: oral polio vaksin/OPV). World Health Organization in vaccine safety Vaksin Kombinasi Sebagian dari antigen yang disebutkan diatas dapat dikombinasikan menjadi satu sediaan suntikan untuk mencegah beberapa jenis penyakit PD3I yang berbeda (contohnya : vaksin DPT yang berisi 3 jenis antigen yaitu: difteri, pertusis dan tetanus). Komponen-komponennya Antigen Antigen adalah komponen yang dihasilkan dari struktur organisme penyebab penyakit yang dikenal sebagai ”benda asing” oleh sistem kekebalan tubuh manusia. Antigen ini dapat merangsang terbentuknya imunitas. Zat Penstabil Stabilizer digunakan untuk menjamin stabilitas vaksin saat disimpan. Stabilitas sangat penting apabila disimpan dalam sistem rantai dingin yang tidak baik. Instabilitas dapat menyebabkan hilangnya antigenisitas dan menurunkan infeksitas vaksin hidup (LAV). Ajuvan Ajuvan ditambahkan dalam vaksin untuk merangsang pembentukan antibodi terhadap antigen dalam vaksin secara lebih efektif. Pada vaksin konvensional penambahan ajuvan ke dalam formulasi vaksin dimaksudkan untuk merangsang, meningkatkan dan memperpanjang respons kekebalan spesifik terhadap antigen vaksin. World Health Organization in vaccine safety Antibiotik Antibiotik (dalam jumlah yang sedikit) dipakai dalam proses pembuatan vaksin, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pada kultur sel dimana virus sedang dikembangbiakkan Bahan pengawet Bahan pengawet ditambahkan pada vaksin dengan kemasan multidosis untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Thiomersal: senyawa kimia yang berisi ethyl mercury. Thiomersal dalam kadar yang terdeteksi tidak menimbulkan dampak pada perkembangan neurologis seorang bayi. Formaldehid: dipakai untuk melakukan inaktivasi virus (contoh IPV) dan untuk mendektosifikasi toksin bakteri pada pembuatan vaksin difteri dan tetanus World Health Organization in vaccine safety 3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang prosedur pemberian imunisasi pada anak Persiapan Prosedur • Cukup memastikan anak dalam kondisi fit. Jika tidak fit, sebaiknya ditunda dan mengikuti jadwal imunisasi catch-up • Pemberian imunisasi dilakukan melalui: Oral : diteteskan ke mulut Subkutan : disuntikkan ke area tepat di bawah kulit ke dalam jaringan ikat lemak Intramuskular : disuntikkan ke jaringan otot Intradermal : disuntikkan ke dalam lapisan kulit Resiko • mengalami kondisi yang disebut sebagai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Reaksi ini umum terjadi dan akan hilang dalam 3-4 hari. Mengatasi • berikan obat penurun panas tiap 4 jam, kompres air hangat pada lipatan-lipatan tubuh (ketiak, sela kaki dan dahi), dan cairan sesering mungkin Ikatan Dokter Anak Indonesia (2018) Imunisasi Penting untuk Mencegah Penyakit Berbahaya. Diakses pada 1 Juni 2021 4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang cara pemberian masing-masing vaksin Pengertian vaksin yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri KesehatanNomor 42 Tahun 2013, vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudahmati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah,berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, proteinrekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalanspesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu Cara pemberian adalah bagaimana vaksin (atau obat) dimasukkan kedalam tubuh penerima (resipien). Cara pemberian vaksin ini merupakan faktor utama keberhasilan imunisasi. Kandungan vaksin akan didistribusikan keseluruh tubuh dari tempat vaksin dimasukkan kedalam tubuh, dengan memanfaatkan mekanisme transportasi dalam tubuh manusia agar vaksin terdistribusi dengan baik dan memberikan dampak yang baik dalam pembentukan imunitas. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI Teknik Pemberian Imunisasi BCG No . 1. Langkah-langkah Menyiapkan alat-alat secara ergonomis: - Spuit dispossible 5 cc - Alat suntik ADS - Vaksin BCG dan pelarutnya dalam termos es - Kapas DTT dalam tempatnya - Bengkok - Safety Box - Buku KIA - Larutan klorin dalam tempatnya Gambar 5. Membuka tutup metal pada vaksin dengan menggunakan pengait jika vaksin berbentuk vial. 6. Menghisap pelarut dengan menggunakan spuit 5 cc. Pastikan seluruhnya terisap. 7. Memasukkan pelarut ke dalam vial vaksin BCG lalu dikocok sehingga campuran menjadi homogen. - Tempat sampah 2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada ibu bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3. Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir. 8. Memasukkan spuit yang digunakan untuk melarutkan vaksin ke dalam safety box. 4. Menggunakan sarung tangan. 9. Mengambil spuit baru kemudian menghisap vaksin dari vial sebanyak 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI 10. Mengatur posisi bayi miring di atas pangkuan ibu dan lepas baju bayi dari lengan dan bahu. Ibu memegang bayi dekat dengan tubuhnya, menyangga kepala bayi dan memegang lengan dekat dengan tubuh. 11. Membersihkan area penyuntikan dengan kapas DTT. 12. 13. 14. 15. Memegang ujung penyedot antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan Anda. Tekan penyedot dengan ibu jari tangan Anda. Menyuntikan 0,05 ml vaksin dan memastikan semua vaksin sudah masuk ke dalam kulit. Lihat apakah muncul gelembung. 16. Mencabut jarum suntik apabila vaksin sudah habis. 17. Bereskan semua peralatan yang sudah digunakan. 18. Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin dan lepaskan secara terbalik, masukan dalam ember berisi larutan klorin. Memegang lengan bayi dengan tangan kiri dan tangan kanan memegang syringe dengan lubang jarum menghadap ke depan. Memegang lengan sehingga permukaan kulit mendatar dengan menggunakan ibu jari kiri dan jari telunjuk, letakkan syringe dan jarum dengan posisi hampir datar dengan kulit bayi. Memasukkan ujung jarum di bawah permukaan kulit, cukup masukkan bevel (lubang di ujung jarum). Untuk memegang jarum dengan posisi yang tepat, letakkan ibu jari kiri Anda pada ujung bawah alat suntik dekat jarum, tetapi jangan menyentuh jarum. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI 19. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan. 20. Menjelaskan reaksi yang timbul setelah penyuntikan dan cara mengatasi reaksi tersebut. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI Teknik Pemberian Imunisasi Polio No . 1. Langkah-langkah Ilustrasi 5 Mengatur posisi ibu dalam menggendong bayi dengan meminta ibu untuk memegang bayi dengan kepala disangga dan ditengadahkan ke belakang. 6 Membuka mulut bayi secara berhati-hati dengan ibu jari pada dagu (untuk bayi kecil) atau menekan pipi bayi dengan jari-jari Anda. 7 Meneteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah jangan sampai alat tetes (dropper) menyentuh bayi. 8 Bereskan semua peralatan yang sudah digunakan. Menyiapkan alat-alat secara ergonomis: - Vaksin Polio dalam termos es - Pipet (dropper) - Bengkok - Buku KIA - Tempat sampah 2. 3 4 Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada ibu bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan. Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir. Membuka tutup metal pada vaksin dengan menggunakan pengait dan memasang dropper. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI 9 Mencuci tangan setelah melakukan tindakan. 10 Menjelaskan reaksi yang timbul setelah penyuntikan dan cara mengatasi reaksi tersebut. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI Teknik Pemberian Imunisasi HbO No. 1. Langkah-langkah 3. 4. 5. Mengatur posisi bayi. Bayi dapat dibaringkan di atas kasur, atau didudukkan di pangkuan ibunya, kemudian lengan kanan bayi dilipat di ketiak ibu, tangan kiri ibu menopang kepala bayi, tangan kanan ibu memegang erat tangan kiri bayi bersamaan dengan kaki kanan bayi. 6. Membuka kotak wadah Uniject dan periksa: - Label jenis vaksin untuk memastikan bahwa Uniject tersebut memang benar berisi vaksin hepatitis B. - Tanggal kadaluwarsa. - Warna pada tanda pemantau paparan panas yang tertera atau menempel pada pembungkus Uniject. 7. Membuka kantong aluminium/plastik uniject dari bagian ujung atau sudut, kemudian keluarkan Uniject. 8. Pegang Uniject pada bagian leher dan bagian tutup jarum, bersamaan dengan itu aktifkan uniject dengan cara mendorong tutup jarum ke arah leher dengan tekanan dan gerakan cepat. Menyiapkan alat-alat secara ergonomis: - Uniject - Bengkok - Bak instrumen - Sarung tangan - 2. Ilustrasi Safety Box Kapas DTT Buku KIA Tempat sampah Larutan klorin dalam tempatnya Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada ibu bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan. Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir. Menggunakan sarung tangan. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI 9. Pastikan uniject telah aktif dan siap digunakan. Buka tutup jarum dan buang ke dalam tempat yang telah disediakan (safety box). Setelah jarum dibuka, usahakan tidak menyentuh benda lain, untuk menjaga kesterilannya. 10. Ambil kapas DTT, lakukan pembersihan pada lokasi penyuntikan. 11. Tetap pegang Uniject pada bagian leher dan tusukkan jarum pada pertengahan paha secara Intra-Muskuler. Tidak perlu diaspirasi. 12. Pijit reservoir dengan kuat untuk menyuntikkan vaksin Hepatitis B. Saat menyuntikkan vaksin pastikan seluruh isi vaksin tidak ada yang tersisa di dalam reservoir. 14. Bereskan semua peralatan yang sudah digunakan. 15. Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin dan lepaskan secara terbalik, masukkan dalam ember berisi larutan klorin. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI 16. Cuci tangan setelah melakukan tindakan. 17. Menjelaskan reaksi yang timbul setelah penyuntikan dan cara mengatasi reaksi tersebut. 18. Dokumentasikan dan beritahukan hasil kepada ibu bayi dan kunjungan ulang. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI Teknik Pemberian Imunisasi Campak No. 1. Langkah-langkah 5. Membuka tutup metal pada vaksin dengan menggunakan pengait. 6. Mengisap pelarut dengan menggunakan spuit 5 cc. Pastikan seluruhnya terisap. 7. Memasukkan pelarut ke dalam vial vaksin campak, kocok hingga campuran menjadi homogen. 8. Masukkan semprit dan jarum pencampur ke dalam safety box setelah digunakan. Menyiapkan alat-alat secara ergonomis: - Handschoon bersih 1 pasang (untuk melindungi petugas) - Vaksin campak dan pelarutnya - Kapas DTT - 2. Ilustrasi Bak Instrumen Gergaji ampul Spuit 5 cc Auto Disable Syringe (ADS) Bengkok Safety Box Tempat sampah Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada ibu bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3. Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir. 4. Menggunakan sarung tangan. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI 9. 10. 11. 12. Mengisap vaksin dari vial dengan menggunakan spuit sebanyak 0,5 ml. Mengatur posisi bayi: - Bayi dipangku ibunya di sisi sebelah kiri. - Tangan kanan bayi melingkar ke badan ibu. - Tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga kepala, bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. - Tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat. 13. Mengangkat kulit daerah suntikan dengan ibu jari dan telunjuk. 14. Menusukkan jarum ke dalam kulit dengan sudut 45° (injeksi subkutan dalam). 15. Melakukan aspirasi kemudian mendorong pangkal piston dengan ibu jari tangan kanan dan memasukkan vaksin secara perlahan. 16. Menarik jarum suntik dengan cepat setelah semua vaksin masuk. 17. Menekan daerah suntikan dengan kapas DTT. 18. Merapikan alat-alat dan membuang spuit ke dalam safety box. Menyiapkan bagian yang akan diinjeksi musculus deltoideus (1/3 bagian lateral lengan kiri atas). Membersihkan daerah yang akan diinjeksi dengan kapas DTT dari tengah ke luar, secara melingkar sekitar 5 cm. Tunggu hingga kering. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI 19. Mengevaluasi keadaan tubuh bayi dan merapikan pakaian bayi. 20. Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin dan lepaskan secara terbalik, masukkan dalam ember berisi larutan klorin. 21. Memberikan penjelasan kepada orangtua sehubungan dengan hasil imunisasi, efek samping, dan obat penurun panas untuk mengantisipasi efek samping berupa panas, serta kapan jadwal imunisasi selanjutnya. 22. Mendokumentasikan (waktu, nama, vaksin, dosis, rute pemberian, dan reaksi pasien). Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI Teknik Pemberian Imunisasi DTP-HB-Hib No . 1. 2. 3. 4. Langkah-langkah Menyiapkan alat-alat secara ergonomis: - Handschoon bersih 1 pasang (untuk melindungi petugas) - Vaksin DTP-HB-Hib - Kapas DTT - Bak Instrumen - Gergaji ampul - Auto Disable Syringe (ADS) - Bengkok - Safety Box - Tempat sampah - Larutan klorin dalam tempatnya Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada ibu bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan. Ilustrasi Gambar 5. Membuka tutup metal pada vaksin dengan menggunakan pengait. 6. Mengisap vaksin dari vial dengan menggunakan spuit sebanyak 0,5 ml. 7. Meminta ibu untuk menggendong bayi di atas pangkuan ibu dengan posisi menghadap ke depan, seluruh kaki telanjang. Ibu sebaiknya memegang kaki bayi. 8. Bersihkan kulit dengan kapas DTT, tunggu hingga kering. 9. Menentukan lokasi penyuntikan, yaitu di paha anterolateral, pegang paha bayi dengan ibu jari dan jari telunjuk, suntikkan jarum dengan sudut 90° (intra-muskulair). Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit. Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir. Menggunakan sarung tangan. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI 10. 11. 12. Cabut jarum dengan cepat dan tekan bekas suntikan dengan kapas kering, jangan melakukan pemijatan pada daerah bekas suntikan. 13. Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin dan lepaskan secara terbalik, masukkan ke dalam ember berisi larutan klorin. 14. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan. 15. Menjelaskan reaksi yang timbul setelah penyuntikan dan cara mengatasi reaksi tersebut. 16. Dokumentasikan dan beritahukan hasil kepada ibu bayi dan kunjungan ulang. Masukkan alat suntik ke dalam safety box tanpa ditutup kembali (no recapping). Bereskan semua peralatan yang sudah digunakan. Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI 5. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan mengenai mekanisme vaksin bekerja Antibodi Vaksin “Infeksi” Sistem Kekebalan Tubuh T-limfosit B-limfosit Demam Memori ejurnal American Academy of Pediatrics “Understanding How Vaccines Work” tahun 2018 6. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang tentang macam-macam vaksin untuk anak Macam-macam Imunisasi yang di berikan kepada anak umur 0-18 : • Vaksin hepatitis B (HB) • Vaksin MR / MM • Vaksin polio 0 (nol) • Vaksin Japanese encephalitis (JE) • Vaksin BCG • Vaksin varisela • Vaksin DPT • Vaksin hepatitis A • Vaksin pneumokokus (PCV): • Vaksin tifoid polisakarida • Vaksin rotavirus monovalen • Vaksin human papiloma virus (HPV) • Vaksin rotavirus pentavalen • Vaksin dengue • Vaksin influenza Website resmi IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia “ Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2020 7. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang waktu yang dianjurkan untuk melakukan imunisasi sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Organisasi IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia (2020). Jadwal Imunisasi 2020.) 8. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui dan menjelaskan Manfaat Pemberian Vaksin. Manfaat Pemberian Vaksin antara lain: 1. Merangsang sistem imun dalam tubuh 2. Tubuh Menjadi Lebih Kebal akan terjangkitnya penyakit. 3. Membunuh organisme penyebab penyakit sebelum terjadi infeksi. 4. Menciptakan Herd Immunity 5. Memusnahkan infeksi penyakit yang mematikan WebMD Health 2020, “Immunizations and Vaccines | Benefits” 9. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan syarat dan kontraindikasi imunisasi. Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu : 1. diberikan pada bayi atau anak yang sehat, 2. vaksin yang diberikan harus baik, disimpan di lemari es dan belum lewat masa berlakunya, 3. pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat, 4. mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima, 5. meneliti jenis vaksin yang diberikan, 6. memberikan dosis vaksin dengan tepat, 7. mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi 8. memberikan informed concent kepada orang tua atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi (tentang manfaat dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi) JURNAL UNIMUS BUKU IMUNOLOGI DASAR FKUI EDISI 12 OLEH KARNEN GARA BARATAWIDJAJA, IRIS RENGGANIS HAL.523,524, 525 kontraindikasi imunisasi Atau vaksinasi vaksin keadaan alasan Semua vaksin Reaksi alergi berat/anafilaksis terhadap vaksin ata u komponennya anafilaksis BCG Defisiensi imun atau suspensi imun Penyakit oleh vaksin bakteri hidup DPT 1. Ensefalopati dalam 7 hari 2. penyakit saraf 1. Esnfalopati rekuren 2. Kesulitan membedakan penyakit dari reaksi vak sin DPT,DT atau dt - - Hep-A - - Hep-B Alergi terhadap jamur roti Anafilaksis Hib konjugat Usia <6 minggu Induksintoleransi imun Influenza yang diinaktifkan Alergi telur Anafilaksis IPV Alergi terhadap neomisin, streptomisin,/polimiksi nB anafilaksis MMR 1.hamil 2. defisiensi imun/suspensi imun 3. alergi terhadap neomisin/gelatin 1. mungkin efek terhadap janin dari vaksin hidup 2. penyakit dari vaksin hidup 3. anafilaksis tifoid 1. defisiensi imun/suspense imun 2. alergi terhadap neomisin/gelatin 3. tuberculosis yang tidak diobati varisela defisiensi imun/suspense imun penyakit dari vaksin hidup Yellow fever 1. alergi telur 2. defisiensi imun/suspense imun 3. usia <4 bulan 1.anafilaksis 2. esenfalitis 3. esenfalitis 1. penyakit dari vaksin hidup 2. eksaserbasi penyakit 3. anafilaksis JURNAL UNIMUS BUKU IMUNOLOGI DASAR FKUI EDISI 12 OLEH KARNEN GARA BARATAWIDJAJA, IRIS RENGGANIS HAL.523,524, 525 Kontraindikasi merupakan keadaan yang meningkatkan kemungkinan terjadinya efek berbahaya yang tidak diinginkan , sehingga vaksin hendaknya tidak diberikan. Kontraindikasi umum vaksinasi 1. Kontraindikasi absolut: Penyakit akut sistemik dengan demam Reaksi saraf terhadap vaksin terdahulu terutama pertusis baik local, berat dan sistemik 2. Pertimbangan khusus Riwayat kerusakan serebral terdokumentasi waktu neonates( kejang-kejang, epilepsi) Anak dengan kelainan saraf Penderita dengan imunosupresi-primer tau sekunder Kehamilan Alergi telur(karena beberapa vaksin dibuat dari telur) JURNAL UNIMUS BUKU IMUNOLOGI DASAR FKUI EDISI 12 OLEH KARNEN GARA BARATAWIDJAJA, IRIS RENGGANIS HAL.523,524, 525 10. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang dosis masing masing vaksin Imunisasi wajib pada bayi Vaksin Pemberian Interval Dosis Umur • Campak • BCG • Polio (OPV) 1x 1x 4x 4 mg (minimal) 0.5 ml 2 tetes mulut 9-11 bulan 0-11 bulan 0-11 bulan • Hepatitis 3x 0.5 ml 0-11 bulan • DPT 3x 1 dan 6 bulan d ari suntikan per tama 4 mg (minimal) 0.5 ml 2-11 bulan 0.05 ml Ejournal KETRAMPILAN IMUNISASI, oleh dr. Ari Natalia Probandari, MPH, PhD, dr. Selfi Handayani., MKes, Nugroho Jati Dwi Nur Laksono 11. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang reaksi akibat pemberian vaksin Nama vaksin Reaksi setelah pemberian vaksin Hepatitis B Demam serta lemas. Pada kasus yang jarang terjadi, efek samping bisa berupa gatal-gatal, kulit kemerahan , dan pembengkakan pada wajah. Polio Vaksin polio bisa menimbulkan demam hingga lebih dari 39 derajat Celsius. Efek samping lain yang dapat terjadi meliputi reaksi alergi seperti gatal- gatal, kulit kemerahan, sulit bernapas atau menelan, serta bengkak pada wajah. BCG Vaksin BCG akan menimbulkan bisul pada bekas suntikan dan muncul pada 2- 6 minggu setelah suntik BCG. Bisul bernanah tersebut akan pecah, dan meninggalkan jaringan. parut Sedangkan efek samping lain, seperti anafilaksis, sangat jarang terjadi. DPT NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Vaccinations. Soedjatmiko. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013). Imunisasi Penting Untuk Mencegah Penyakit Berbahaya. Mayo Clinic (2016). Healthy Lifestyle. Infant and Toddler Health. Efek samping yang muncul setelah imunisasi DPT cukup beragam, di antaranya adalah radang, nyeri, tubuh kaku, serta infeksi. Nama vaksin Reaksi setelah pemberian vaksin Hib vaksin Hib juga dapat menimbulkan efek samping, antara lain demam di atas 39 derajat Celsius, diare, dan nafsu makan berkurang. Campak MMR PCV NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Vaccinations. Soedjatmiko. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013). Imunisasi Penting Untuk Mencegah Penyakit Berbahaya. Mayo Clinic (2016). Healthy Lifestyle. Infant and Toddler Health. Ada beberapa efek samping yang bisa muncul setelah menggunakan vaksin campak, antara lain: • Demam atau pusing • Kehilangan nafsu makan • Kelenjar getah bening bengkak • Mual atau muntah • Nyeri otot, lelah, dan lemas • Nyeri atau kemerahan di area penyuntikan Vaksin MMR dapat menyebabkan demam lebih dari 39 derajat Celsius. Efek samping lain yang dapat muncul adalah reaksi alergi seperti gatal, gangguan dalam bernapas atau menelan, serta bengkak pada wajah. Efek samping yang mungkin timbul dari imunisasi PCV, antara lain adalah pembengkakan dan kemerahan pada bagian yang disuntik, yang disertai demam ringan. Nama vaksin Reaksi setelah pemberian vaksin Tifus vaksin tifus dapat menimbulkan sejumlah efek samping, seperti diare, demam, mual dan muntah, serta kram perut. Influenza Efek samping imunisasi influenza, antara lain demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala. Pada kasus yang jarang, efek samping yang dapat muncul meliputi sesak napas, sakit pada telinga, dada terasa sesak, atau mengi. Dengue Varisela NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Vaccinations. Soedjatmiko. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013). Imunisasi Penting Untuk Mencegah Penyakit Berbahaya. Mayo Clinic (2016). Healthy Lifestyle. Infant and Toddler Health. Efek samping lokal yang dapat ditemukan adalah nyeri, eritema, pembengkakan, hematoma, dan pruritus pada daerah injeksi. Efek samping sistemik yang dapat ditemukan adalah mialgia, nyeri kepala, malaise, demam, dan astenia. 1 dari 5 anak yang diberikan vaksin varisela mengalami nyeri dan kemerahan pada area yang di suntik. Vaksin varisela juga dapat menimbulkan ruam kulit, tetapi efek samping ini hanya terjadi pada 1 dari 10 anak. TERIMA KASIH