Uploaded by User109515

PPT SKENARIO 2

advertisement
IMUNISASI
Dosen Pembimbing :
Dr. Magfirah
Anggota
●
ELSYIFA HAYEK
(61120056)
●
MUTHIAH RAMADHANI
(61120050)
●
HASYIM MOHAMMED AMAR
(61120057)
●
AULIA PREMITA RACHMAH
(61120051)
●
MUTIARA HUSNUL KHATIMAH
(61120058)
AKMAL AULIA YAZID
(61120052)
●
●
TASYA RIZKIA PUTRI
(61120053)
FADHIL AHMAD
(61120059)
●
DEPRI SANDIKA
(61120054)
●
PUTRI ERIKA DIAN ANGGRAENI
(61120060)
●
RAHUL AGUSTIRA
(61120055)
●
ESHAN RATU AZZAHRA
(61120061)
●
DONI
(61120025)
●
SKENARIO
Ny. Dini, 30 tahun, membawa anaknya ke dokter umum di puskesmas. Putra satu-satunya yang
berusia 9 bulan untuk melakukan imunisasi campak. Anaknya Ny. Dini selama ini selalu
memenuhi jadwal imunisasi anaknya sejak lahir. Sampai saat ini anaknya Ny. Dini sudah
mendapatkan imunisasi BCG, Polio, Hepatitis dan DPT yang merupakan imunisasi wajib bagi
anak. Bila nanti anaknya Ny. Dini berusia diatas 1 tahun ada lagi imunisasi yang dianjurkan,
seperti MMR, Influensa, pneumonia dan masih banyak lainnya
Saat ini oleh pemerintah sedang meningkatkan program imunisasi bagi anak-anak.
Berdasarkan program pemerintah ada Program imunisasi wajib dan imunisasi yang dianjurkan.
Jadwal imunisasai tersebut sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan oleh Organisasi IDAI (Ikatan
Dokter Anak Indonesa). Imunisasi sangat penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit. Imunisasi yang diberikan kepada tubuh manusia yaitu dengan pemberian
obat berupa Vaksin yang dapat diberikan per oral atau suntikan intramuscular.
Bagaimana anda menjelaskan prosedur pemberian imunisasi pada anak secara lengkap?
TERMINOLOGI
ASING
1. Campak : Penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus Morbillivirus
famili Paramyxoviridae. (Jurnal Campak pada Anak oleh Ricky Gustian
Halim)
2. Imunisasi : Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan. ( Notoatmodjo S. 2007. Promosi
kesehatan dan ilmu perilaku. Rineka cipta : Jakarta.)
3.
BCG : Bacille Calmette-Guérin (BCG) adalah vaksin untuk tuberkulosis
yang dibuat dari baksil tuberkulosis (Mycobacterium bovis) yang
dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan selama bertahun
tahun. (Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Bacillus Of
Calmette And Guerin Vaccine)
4.
Hepatitis : hepatitis // peradangan hati edisi 30 halaman 354
5.
DPT : suatu vaksin yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus
(STIKES Mitra Adiguna Palembang oleh Yoan Marini)
6.
MMR : MMR (Vaksin MMR adalah vaksin yang digunakan untuk melindungi tubuh dari tiga jenis
penyakit, yaitu campak (measles), gondongan (mumps), dan rubella. (Centers of Disease
control and Prevention (2021). Vaccine & Preventable Diseases.)
7.
BCG : Bacille Calmette-Guérin (BCG) adalah vaksin untuk tuberkulosis yang dibuat dari baksil
tuberkulosis (Mycobacterium bovis) yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan
selama bertahuntahun. (Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Bacillus Of Calmette
And Guerin Vaccine)
8.
Hepatitis : hepatitis // peradangan hati edisi 30 halaman 354
9.
DPT : suatu vaksin yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus
(STIKES Mitra Adiguna Palembang oleh Yoan Marini)
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana cara kerja vaksin?
2.
Apa saja imunisasi yang wajib diberikan pada anak?
3.
Apakah setelah penyuntikan vaksin imunisasi pada bayi menimbulkan efek samping?
4.
Mengapa Ny. Dini membawa anaknya untuk imunisasi campak saat berusia 9 bulan?
5.
Apa saja jenis imunisasi yang wajib dan imunisasi yang dianjurkan?
6.
Kapan jadwal pemberian imunisasi pada anak yang dikeluarkan oleh IDAI?
7.
Bagaimana cara pemberian dan dosis pada imunisasi campak?
8.
Bagaimana macam-macam pemberian vaksin?
9.
Bagaimana keadaan-keadaan yang diperbolehkan dan dilarang untuk melakukan imunisasi?
10. Mengapa IDAI menganjurkan imunisasi wajib bagi anak?
HIPOTESIS
1. Bagaimana cara kerja vaksin?
Vaccine delivered
Antigen-presenting cell
T helper cell
Naive B cell
Naive killer T cell
Plasma B cell
Active killer T cell
Memory B cell
Memory killer T cell
Memory T helper cell
Centers for Disease Control and Prevention. (2018). Understanding Vaccines and Vaccine Safety
2. Apa saja imunisasi yang wajib diberikan kepada anak?
•
Vaksin hepatitis B (HB)
•
Vaksin Japanese encephalitis (JE)
•
Vaksin polio 0 (nol)
•
Vaksin varisela
•
Vaksin BCG
•
Vaksin hepatitis A
•
Vaksin DPT
•
Vaksin tifoid polisakarida
•
Vaksin pneumokokus (PCV):
•
Vaksin human papiloma virus (HPV)
•
Vaksin rotavirus monovalen
•
Vaksin dengue
•
Vaksin rotavirus pentavalen
•
Vaksin influenza
•
Vaksin MR / MM
Website resmi IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia “ Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Tahun 2020
3. Mengapa IDAI menganjurkan imunisasi wajib bagi anak?
Imunisasi berasal dari kata “ Imun” yang berarti kebal atau resisten. Anak di imunisasikan berarti memberi
kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap penyakit
dengan memasukan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah bagi
seseorang . Imunisasi merupakan salah satu jenis usaha memberikan kekebalan kepada anak dengan
memasukan vaksin tubuh guna membuat zat anti untuk mencegah penyakit tertentu. Sedangkan, yang di
maksud dengan vaksin adalah bahan yang digunakan untuk merangsang pembentukan zat anti, yang
dimasukan kedalam tubuh melalui sintukan misalnya: vaksin BCG, DPT dan Campak dan pemberian lewat
mulut dan contohnya: vaksin polio dan Imunisasi juga merupakan upaya efektif untuk menurunkan angka
kematian terutama pada bayi dan balita.
(Mufarrohah (2019) GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR LENGKAP DI BPM NUR HIDAYATI Amd.Keb DESA BIRA
TENGAH KECAMATAN SOKOBANAH KABUPATEN SAMPANG. Diploma thesis, Universitas Merdeka.)
4.
Apakah setelah penyuntikan vaksin imunisasi pada bayi menimbulkan efek samping?
Jenis Imunisasi
Efek Samping
Solusi
DPT ( Diphteri, Pertusis, Tetan
us )
Timbulnya rasa nyeri pada tempat penyu
ntikan disertai demam ringan selama 1-2
hari.
Cara mengatasinya adalah dengan mendekap bayi, a
gar bayi dapat meningkatkan zat anti nyeri untuk men
urunkan rasa sakit bekas suntikan .
BCG (Bacillus Calmette–Guéri
n)
Setelah 2-3 minggu pada tempat penyun
tikan akan terjadi pembengkakan kecil b
erwarna merah kemudian akan menjadi l
uka dengan diameter 10 mm.
Cara mengatasinya adalah dengan memberikan kom
pres air hangat untuk mengurangi pembengkakan da
erah suntikan. Kemudian lakukan pemijatan halus, ag
ar bayi merasa lebih nyaman.
Imunisasi campak
- Munculnya bintik-bintik agak merah (tid
ak menular). Bintik-bintik merah biasany
a di tempat injeksi yang terkadang juga
di bagian tubuh lainnya.
- Terjadi pembengkakan pada mata
- Untuk pengobatan oles pada kulit misalnya dengan
pemberian krim biasanya yang mengandung steroid r
endah, tapi hal ini harus sesuai dengan anjuran dokte
r. Berikan bedak (talcum powder) karena bedak bisa
mengiritasi kulit bayi. Sebaiknya optimalkan pemberia
n ASI ekslusif karena ASI merupakan makanan terbai
k untuk bayi Anda yang cukup efektif mencegah dan
meringankan alergi.
- melakukan kompres air hangat area mata secara
keseluruhan selama beberapa menit setelah bangun
tidur.
Journal for Quality in Women's Health vol. 3 “Pengetahuan Ibu Tentang Cara Penanganan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi
(KIPI) Pada Bayi Usia 0-1 Tahun Di Puskesmas Mojosari Kabupaten Mojokerto” tahun 2020
5. Mengapa nyonya Dini membawa anaknya untuk imunisasi campak saat berusia 9 bulan?
Karena pada anak, vaksin campak sebaiknya diberikan pertama kali saat berusia 9 bulan. Setelah itu, vaksin
diulang saat anak menginjak usia 18 bulan dan 7 tahun agar kekebalan tubuhnya terbentuk optimal.
Imunisasi campak merupakan cara yang dapat diberikan untuk mencegah penyakit campak tertulah kepada
anak nyona Dini. Vaksin campak berguna untuk membuat daya tahan tubuh penerimanya lebih kebal
terhadap penyakit campak, yaitu penyakit menular yang dapat menyebabkan komplikasi serius.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2017). Daftar Pertanyaan Seputar Imunisasi Campak/Measles dan Rubella (MR). Diakses pada 1 Juni 2021
Namun, perlu diketahui bahwa dengan mendapatkan vaksin campak bukan berarti terhindar
sepenuhnya dari penyakit campak. Risiko kemungkinan untuk tertular penyakit ini ada, tapi
potensinya sangat kecil dan gejala yang muncul bisa lebih ringan.
Selain itu, sebaiknya konsultasikan ke dokter terlebih dahulu sebelum menerima vaksin ini,
karena pemberian vaksin campak tidak direkomendasikan untuk ibu hamil dan orang yang
menderita kondisi medis tertentu, seperti HIV atau penyakit gangguan imunitas tubuh lainnya.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2017). Daftar Pertanyaan Seputar Imunisasi Campak/Measles dan Rubella (MR). Diakses pada 1 Juni 2021
6.
Apa saja jenis imunisasi wajib dan imunisasi yg dianjurkan ?
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2013 dan No.12 Tahun 2017
tentang penyelenggaraan imunisasi, disebutkan bahwa ada 5 jenis imunisasi wajib yang didapatkan anak
adalah:
• Imunisasi Hepatitis B
• Imunisasi Polio
• Imunisasi BCG, bertujuan untuk melindungi tubuh dari kuman penyebab penyakit tuberkulosis
• Imunisasi Campak
• Imunisasi DPT-HB-HiB, sebagai pencegahan penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia,
dan menigitis
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2013 dan No.12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Imunisasi tambahan yang perlu diberikan pada anak
Selain kelima imunisasi wajib diatas, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menganjurkan para orang tua agar setiap
anaknya mendapatkan imunisasi tambahan, yaitu:
• Vaksin MR/MMR, untuk mencegah penyakit campak, rubela, dan gondongan.
• Vaksin pneumokokus (PCV), untuk mencegah infeksi kuman pneumokokus yang menyebabkan pneumonia, radang telinga,
dan meningitis.
• Vaksin rotavirus, untuk melindungi anak dari gastroenteritis penyebab diare.
• Vaksin hepatitis A dan tifoid, untuk menurunkan risiko penyakit hepatitis A dan demam tifoid pada anak.
• Vaksin varisela, untuk mencegah infeksi virus varicella-zoster penyebab penyakit cacar air.
• Vaksin influenza, untuk memberikan perlindungan terhadap ISPA akibat flu.
• Vaksin HPV (Human Papillomavirus), sebagai pencegahan terhadap kanker serviks.
• Vaksin Japanese encephalitis (JE), untuk mencegah infeksi virus Japanese encephalitis yang menyebabkan penyakit radang
otak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2020). Jadwal Imunisasi 2020.
7. kapan jadwal imunisasi pada bayi yang dikeluarkan oleh IDAI?
RS Wava Husada January 15, 2021
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun Rekomendasi IDAI Tahun 2020
8. Bagaimana cara pemberian dan dosis pada imunisasi campak?
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapatdilakukan pada umur 9-11
bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu
dilarutkan dengan pelarutsteril yang telah tersedia yang derisi 5 ml cairan pelarut.
Kemudiansuntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan.
Cara pemberian :
a. Atur bayi dengan posisi miring di atas
pangkuan ibu dengan seluruh lengan
telanjang.
c. Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang
menonjol ke atas dengan sudut 45 derajat.
b. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi,
dan gunakan jari-jari tangan untuk menekan
ke atas lengan bayi.
d. Usahakan kestabilan posisi jarum.
World health organization. Measles vaccines: WHO position paper – April 2017.
9.
Bagaimana macam-macam pemberian vaksin?
Injeksi intramuskuler (IM): vaksin
diberikan melalui suntikan kedalam massa
otot. Vaksin yang mengandung adjuvan
harus diberikan secara intramuskuler untuk
mengurangi reaksi lokal.
Pemberian vaksin secara oral:
mengurangi kebutuhan akan jarum suntik
dan membuat proses pemberian lebih
mudah.
Macam-macam Pemberian
Vaksin
Injeksi subkutan (SK): vaksin
disuntikan dibawah kulit diatas otot.
Suntikan intradermal (ID) : vaksin disuntikan pada lapisan teratas kulit. BCG
adalah satu-satunya jenis vaksin yang disuntikan secara intradermal. Pemberian
BCG secara intradermal mengurangi risiko terdjadinya kelainan neurovaskuler.
World Health Organization in vaccine safety
Semprotan Intranasal: merupakan
prosedur yang bebas dari jarum
dimana vaksin disemprotkan melalui
mukosa nasal.
10. Bagaimana keadaan-keadaan yang diperbolehkan dan dilarang untuk melakukan imunisasi?
Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang pencegahannya dapat dilakukan dengan
pemberian imunisasi dalam bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan pada tubuh yang sehat. Berikut
ini keadaaan yang boleh dan tidak boleh memperoleh imunisasi.
Keadaan yang diperbolehkan
• Sehat
• Sesuai umur
Keadaan yang dilarang
• Sakit keras
• Keadaan fisik lemah
• Dalam masa tunas suatu penyakit
• Sedang mendapat pengobatan dengan sediaan korti
kosteroid atau obat imunosupresif lainnya
Ejournal KTI Universitas Muhammadiyah Semarang oleh Trirahmawa
SKEMA
IMUNISASI
Imunisasi Wajib
Jadwal Pemberian
Imunisasi oleh
IDAI
•
BCG
•
POLIO
•
HEPATITIS
•
DPT
Prosedur
Pemberian
Imunisasi
Mekanisme Kerja
Vaksin
Efek Samping
Imunisasi yang
dianjurkan
•
MMR
•
INFLUENZA
•
PNUEMONIA
•
DLL
LEARNING
OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
Imunisasi dan macam-macam imunisasi
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
jenis vaksin dan komponennya
3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
prosedur pemberian imunisasi pada anak
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
cara pemberian masing masing vaksin
5. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
Mekanisme kerja Vaksin
6. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
tentang macam-macam vaksin untuk anak
7. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
waktu yang dianjurkan untuk melakukan imunisasi sesuai dengan
yang dikeluarkan oleh Organisasi IDAI
8. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
manfaat pemberian vaksin
9. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
syarat dan indikasi pemberian vaksin
10. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
dosis masing masing vaksin
11. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang
reaksi akibat pemberian vaksin
PEMBAHASAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang Imunisasi dan macam-macam imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar
tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi
Aktif
Alamiah
Pasif
Buatan
Bawaan
Didapat
Hartaty,H. (2017). Pengaruh Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada 6 (2), 1-19
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang jenis vaksin dan komponennya)
Jenis Vaksin
Vaksin yang hidup (live
attenuated)
- Vaksin Polio Oral
(OPV)
- Campak (Measles)
- Rotavirus
- Demam Kuning
(Yellow Fever)
Vaksin yang sudah
dimatikan
(inactivated/killed antigen)
- Whole Cell Pertussis
(Vaksin Pertusis Utuh)
- Inactivated Polio Virus
(IPV)
Vaksin yang berisi sub unit
dari antigen (antigen yang
sudah dimurnikan)
- Acellular Pertussis (aP)
- Haemophilus influenzae
type b (Hib)
- Pneumococcal (PCV-7,
PCV-10, PCV-13)
- Hepatitis B (Hep B)
Vaksin yang berisi
toksoid (Toksin yang
sudah di inaktivasi)
- Toksoid Tetanus
- Difteri toksoid
Vaksin monovalen dan polivalen
Vaksin monovalen berisi satu jenis strain atau satu jenis
antigen (contoh: vaksin campak), sedangkan vaksin polivalen
berisi dua atau lebih strain/serotipe dari antigen yang sama
(contohnya: oral polio vaksin/OPV).
World Health Organization in vaccine safety
Vaksin Kombinasi
Sebagian dari antigen yang disebutkan diatas dapat
dikombinasikan menjadi satu sediaan suntikan
untuk mencegah beberapa jenis penyakit PD3I yang
berbeda (contohnya : vaksin DPT yang berisi 3
jenis antigen yaitu: difteri, pertusis dan tetanus).
Komponen-komponennya
Antigen
Antigen adalah komponen yang dihasilkan dari struktur organisme penyebab penyakit yang dikenal sebagai ”benda asing” oleh sistem kekebalan tubuh
manusia. Antigen ini dapat merangsang terbentuknya imunitas.
Zat Penstabil
Stabilizer digunakan untuk menjamin stabilitas vaksin saat disimpan. Stabilitas sangat penting apabila disimpan dalam sistem rantai dingin yang tidak
baik. Instabilitas dapat menyebabkan hilangnya antigenisitas dan menurunkan infeksitas vaksin hidup (LAV).
Ajuvan
Ajuvan ditambahkan dalam vaksin untuk merangsang pembentukan antibodi terhadap antigen dalam vaksin secara lebih efektif. Pada vaksin
konvensional penambahan ajuvan ke dalam formulasi vaksin dimaksudkan untuk merangsang, meningkatkan dan memperpanjang respons kekebalan
spesifik terhadap antigen vaksin.
World Health Organization in vaccine safety
Antibiotik
Antibiotik (dalam jumlah yang sedikit) dipakai dalam proses pembuatan vaksin, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pada
kultur sel dimana virus sedang dikembangbiakkan
Bahan pengawet
Bahan pengawet ditambahkan pada vaksin dengan kemasan multidosis untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.
Thiomersal: senyawa kimia yang berisi ethyl mercury. Thiomersal dalam kadar yang terdeteksi tidak menimbulkan dampak pada perkembangan
neurologis seorang bayi.
Formaldehid: dipakai untuk melakukan inaktivasi virus (contoh IPV) dan untuk mendektosifikasi toksin bakteri pada pembuatan vaksin difteri dan
tetanus
World Health Organization in vaccine safety
3.
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang prosedur pemberian
imunisasi pada anak
Persiapan
Prosedur
• Cukup memastikan anak dalam kondisi fit. Jika tidak fit, sebaiknya ditunda dan mengikuti
jadwal imunisasi catch-up
• Pemberian imunisasi dilakukan melalui:
 Oral
: diteteskan ke mulut
 Subkutan
: disuntikkan ke area tepat di bawah kulit ke dalam jaringan ikat lemak
 Intramuskular
: disuntikkan ke jaringan otot
 Intradermal : disuntikkan ke dalam lapisan kulit
Resiko
• mengalami kondisi yang disebut sebagai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Reaksi ini
umum terjadi dan akan hilang dalam 3-4 hari.
Mengatasi
• berikan obat penurun panas tiap 4 jam, kompres air hangat pada lipatan-lipatan tubuh
(ketiak, sela kaki dan dahi), dan cairan sesering mungkin
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2018) Imunisasi Penting untuk Mencegah Penyakit Berbahaya. Diakses pada 1 Juni 2021
4.
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang cara pemberian masing-masing vaksin
Pengertian vaksin yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri KesehatanNomor 42 Tahun 2013,
vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudahmati, masih hidup tapi dilemahkan, masih
utuh atau bagiannya, yang telah diolah,berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi
toksoid, proteinrekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalanspesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu
Cara pemberian adalah bagaimana vaksin (atau obat) dimasukkan kedalam tubuh penerima
(resipien). Cara pemberian vaksin ini merupakan faktor utama keberhasilan imunisasi. Kandungan
vaksin akan didistribusikan keseluruh tubuh dari tempat vaksin dimasukkan kedalam tubuh, dengan
memanfaatkan mekanisme transportasi dalam tubuh manusia agar vaksin terdistribusi dengan baik
dan memberikan dampak yang baik dalam pembentukan imunitas.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
Teknik Pemberian Imunisasi BCG
No .
1.
Langkah-langkah
Menyiapkan alat-alat secara ergonomis:
- Spuit dispossible 5 cc
- Alat suntik ADS
- Vaksin BCG dan pelarutnya dalam termos es
- Kapas DTT dalam tempatnya
- Bengkok
- Safety Box
- Buku KIA
- Larutan klorin dalam tempatnya
Gambar
5.
Membuka tutup metal pada vaksin dengan
menggunakan pengait jika vaksin berbentuk vial.
6.
Menghisap pelarut dengan menggunakan spuit
5 cc. Pastikan seluruhnya terisap.
7.
Memasukkan pelarut ke dalam vial vaksin
BCG lalu dikocok sehingga campuran menjadi
homogen.
- Tempat sampah
2.
Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada ibu
bayi mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3.
Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah
air mengalir.
8.
Memasukkan spuit yang digunakan untuk
melarutkan vaksin ke dalam safety box.
4.
Menggunakan sarung tangan.
9.
Mengambil spuit baru kemudian menghisap
vaksin dari vial sebanyak 0,05 cc untuk bayi dan
0,1 cc untuk anak.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
10.
Mengatur posisi bayi miring di atas pangkuan ibu
dan lepas baju bayi dari lengan dan bahu.
Ibu memegang bayi dekat dengan tubuhnya,
menyangga kepala bayi dan memegang lengan
dekat dengan tubuh.
11.
Membersihkan area penyuntikan dengan kapas
DTT.
12.
13.
14.
15.
Memegang ujung penyedot antara jari telunjuk
dan jari tengah tangan kanan Anda. Tekan
penyedot dengan ibu jari tangan Anda.
Menyuntikan 0,05 ml vaksin dan memastikan
semua vaksin sudah masuk ke dalam kulit. Lihat
apakah muncul gelembung.
16.
Mencabut jarum suntik apabila vaksin sudah
habis.
17.
Bereskan semua peralatan yang sudah digunakan.
18.
Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin dan
lepaskan secara terbalik, masukan dalam ember
berisi larutan klorin.
Memegang lengan bayi dengan tangan kiri dan
tangan kanan memegang syringe dengan lubang
jarum menghadap ke depan.
Memegang lengan sehingga permukaan kulit
mendatar dengan menggunakan ibu jari kiri dan
jari telunjuk, letakkan syringe dan jarum dengan
posisi hampir datar dengan kulit bayi.
Memasukkan ujung jarum di bawah permukaan
kulit, cukup masukkan bevel (lubang di ujung
jarum).
Untuk memegang jarum dengan posisi yang tepat,
letakkan ibu jari kiri Anda pada ujung bawah
alat suntik dekat jarum, tetapi jangan menyentuh
jarum.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
19. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan.
20. Menjelaskan reaksi yang timbul setelah
penyuntikan dan cara mengatasi reaksi tersebut.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
Teknik Pemberian Imunisasi Polio
No .
1.
Langkah-langkah
Ilustrasi
5
Mengatur posisi ibu dalam menggendong bayi
dengan meminta ibu untuk memegang bayi
dengan kepala disangga dan ditengadahkan
ke belakang.
6
Membuka mulut bayi secara berhati-hati
dengan ibu jari pada dagu (untuk bayi kecil)
atau menekan pipi bayi dengan jari-jari Anda.
7
Meneteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke
dalam lidah jangan sampai alat tetes (dropper)
menyentuh bayi.
8
Bereskan semua peralatan yang sudah
digunakan.
Menyiapkan alat-alat secara ergonomis:
- Vaksin Polio dalam termos es
- Pipet (dropper)
- Bengkok
- Buku KIA
- Tempat sampah
2.
3
4
Memperkenalkan diri dan menjelaskan
kepada ibu bayi mengenai prosedur yang akan
dilakukan.
Mencuci tangan menggunakan sabun di
bawah air mengalir.
Membuka tutup metal pada vaksin dengan
menggunakan pengait dan memasang
dropper.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
9
Mencuci tangan setelah melakukan tindakan.
10
Menjelaskan reaksi yang timbul setelah
penyuntikan dan cara mengatasi reaksi
tersebut.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
Teknik Pemberian Imunisasi HbO
No.
1.
Langkah-langkah
3.
4.
5.
Mengatur posisi bayi.
Bayi dapat dibaringkan di atas kasur, atau
didudukkan di pangkuan ibunya, kemudian
lengan kanan bayi dilipat di ketiak ibu,
tangan kiri ibu menopang kepala bayi, tangan
kanan ibu memegang erat tangan kiri bayi
bersamaan dengan kaki kanan bayi.
6.
Membuka kotak wadah Uniject dan periksa:
- Label jenis vaksin untuk memastikan bahwa
Uniject tersebut memang benar berisi
vaksin hepatitis B.
- Tanggal kadaluwarsa.
- Warna pada tanda pemantau paparan
panas yang tertera atau menempel pada
pembungkus Uniject.
7.
Membuka kantong aluminium/plastik uniject
dari bagian ujung atau sudut, kemudian
keluarkan Uniject.
8.
Pegang Uniject pada bagian leher dan bagian
tutup jarum, bersamaan dengan itu aktifkan
uniject dengan cara mendorong tutup jarum
ke arah leher dengan tekanan dan gerakan
cepat.
Menyiapkan alat-alat secara ergonomis:
- Uniject
- Bengkok
- Bak instrumen
- Sarung tangan
-
2.
Ilustrasi
Safety Box
Kapas DTT
Buku KIA
Tempat sampah
Larutan klorin dalam tempatnya
Memperkenalkan diri dan menjelaskan
kepada ibu bayi mengenai prosedur yang
akan dilakukan.
Mencuci tangan menggunakan sabun di
bawah air mengalir.
Menggunakan sarung tangan.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
9.
Pastikan uniject telah aktif dan siap
digunakan.
Buka tutup jarum dan buang ke dalam tempat
yang telah disediakan (safety box).
Setelah jarum dibuka, usahakan tidak
menyentuh benda lain, untuk menjaga
kesterilannya.
10.
Ambil kapas DTT, lakukan pembersihan pada
lokasi penyuntikan.
11.
Tetap pegang Uniject pada bagian leher
dan tusukkan jarum pada pertengahan paha
secara Intra-Muskuler. Tidak perlu diaspirasi.
12.
Pijit reservoir dengan kuat untuk
menyuntikkan vaksin Hepatitis B.
Saat menyuntikkan vaksin pastikan seluruh
isi vaksin tidak ada yang tersisa di dalam
reservoir.
14.
Bereskan semua peralatan yang sudah
digunakan.
15.
Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin
dan lepaskan secara terbalik, masukkan
dalam ember berisi larutan klorin.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
16.
Cuci tangan setelah melakukan tindakan.
17.
Menjelaskan reaksi yang timbul setelah
penyuntikan dan cara mengatasi reaksi
tersebut.
18.
Dokumentasikan dan beritahukan hasil
kepada ibu bayi dan kunjungan ulang.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
Teknik Pemberian Imunisasi Campak
No.
1.
Langkah-langkah
5.
Membuka tutup metal pada vaksin
dengan menggunakan pengait.
6.
Mengisap pelarut dengan menggunakan
spuit 5 cc. Pastikan seluruhnya terisap.
7.
Memasukkan pelarut ke dalam vial vaksin
campak, kocok hingga campuran menjadi
homogen.
8.
Masukkan semprit dan jarum pencampur
ke dalam safety box setelah digunakan.
Menyiapkan alat-alat secara ergonomis:
- Handschoon bersih 1 pasang (untuk
melindungi petugas)
- Vaksin campak dan pelarutnya
- Kapas DTT
-
2.
Ilustrasi
Bak Instrumen
Gergaji ampul
Spuit 5 cc
Auto Disable Syringe (ADS)
Bengkok
Safety Box
Tempat sampah
Memperkenalkan diri dan menjelaskan
kepada ibu bayi mengenai prosedur yang
akan dilakukan.
3.
Mencuci tangan menggunakan sabun di
bawah air mengalir.
4.
Menggunakan sarung tangan.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
9.
10.
11.
12.
Mengisap vaksin dari vial dengan
menggunakan spuit sebanyak 0,5 ml.
Mengatur posisi bayi:
- Bayi dipangku ibunya di sisi sebelah
kiri.
- Tangan kanan bayi melingkar ke badan
ibu.
- Tangan kiri ibu merangkul bayi,
menyangga kepala, bahu, dan
memegang sisi luar tangan kiri bayi.
- Tangan kanan ibu memegang kaki bayi
dengan kuat.
13.
Mengangkat kulit daerah suntikan
dengan ibu jari dan telunjuk.
14.
Menusukkan jarum ke dalam kulit dengan
sudut 45° (injeksi subkutan dalam).
15.
Melakukan aspirasi kemudian mendorong
pangkal piston dengan ibu jari tangan
kanan dan memasukkan vaksin secara
perlahan.
16.
Menarik jarum suntik dengan cepat
setelah semua vaksin masuk.
17.
Menekan daerah suntikan dengan kapas
DTT.
18.
Merapikan alat-alat dan membuang spuit
ke dalam safety box.
Menyiapkan bagian yang akan diinjeksi
musculus deltoideus (1/3 bagian lateral
lengan kiri atas).
Membersihkan daerah yang akan
diinjeksi dengan kapas DTT dari tengah
ke luar, secara melingkar sekitar 5 cm.
Tunggu hingga kering.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
19.
Mengevaluasi keadaan tubuh bayi dan
merapikan pakaian bayi.
20.
Bersihkan sarung tangan dalam larutan
klorin dan lepaskan secara terbalik,
masukkan dalam ember berisi larutan
klorin.
21.
Memberikan penjelasan kepada orangtua
sehubungan dengan hasil imunisasi, efek
samping, dan obat penurun panas untuk
mengantisipasi efek samping berupa
panas, serta kapan jadwal imunisasi
selanjutnya.
22.
Mendokumentasikan (waktu, nama,
vaksin, dosis, rute pemberian, dan reaksi
pasien).
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
Teknik Pemberian Imunisasi DTP-HB-Hib
No .
1.
2.
3.
4.
Langkah-langkah
Menyiapkan alat-alat secara
ergonomis:
- Handschoon bersih 1 pasang
(untuk melindungi petugas)
- Vaksin DTP-HB-Hib
- Kapas DTT
- Bak Instrumen
- Gergaji ampul
- Auto Disable Syringe (ADS)
- Bengkok
- Safety Box
- Tempat sampah
- Larutan klorin dalam tempatnya
Memperkenalkan diri dan
menjelaskan kepada ibu bayi
mengenai prosedur yang akan
dilakukan.
Ilustrasi Gambar
5.
Membuka tutup metal pada vaksin
dengan menggunakan pengait.
6.
Mengisap vaksin dari vial dengan
menggunakan spuit sebanyak 0,5 ml.
7.
Meminta ibu untuk menggendong
bayi di atas pangkuan ibu dengan
posisi menghadap ke depan, seluruh
kaki telanjang. Ibu sebaiknya
memegang kaki bayi.
8.
Bersihkan kulit dengan kapas
DTT, tunggu hingga kering.
9.
Menentukan lokasi penyuntikan,
yaitu di paha anterolateral, pegang
paha bayi dengan ibu jari dan
jari telunjuk, suntikkan jarum
dengan sudut 90° (intra-muskulair).
Suntikkan pelan-pelan untuk
mengurangi rasa sakit.
Mencuci tangan menggunakan
sabun di bawah air mengalir.
Menggunakan sarung tangan.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
10.
11.
12.
Cabut jarum dengan cepat dan tekan
bekas suntikan dengan kapas kering,
jangan melakukan pemijatan pada
daerah bekas suntikan.
13.
Bersihkan sarung tangan dalam
larutan klorin dan lepaskan secara
terbalik, masukkan ke dalam ember
berisi larutan klorin.
14.
Mencuci tangan setelah melakukan
tindakan.
15.
Menjelaskan reaksi yang timbul
setelah penyuntikan dan cara
mengatasi reaksi tersebut.
16.
Dokumentasikan dan beritahukan
hasil kepada ibu bayi dan kunjungan
ulang.
Masukkan alat suntik ke dalam
safety box tanpa ditutup kembali (no
recapping).
Bereskan semua peralatan yang
sudah digunakan.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/Menkes/SK/ XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta:Ditjen PP & PL Depkes RI
5. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan mengenai mekanisme vaksin bekerja
Antibodi
Vaksin
“Infeksi”
Sistem Kekebalan
Tubuh
T-limfosit
B-limfosit
Demam
Memori
ejurnal American Academy of Pediatrics “Understanding How Vaccines Work” tahun 2018
6.
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang tentang macam-macam vaksin
untuk anak
Macam-macam Imunisasi yang di berikan kepada anak umur 0-18 :
•
Vaksin hepatitis B (HB)
•
Vaksin MR / MM
•
Vaksin polio 0 (nol)
•
Vaksin Japanese encephalitis (JE)
•
Vaksin BCG
•
Vaksin varisela
•
Vaksin DPT
•
Vaksin hepatitis A
•
Vaksin pneumokokus (PCV):
•
Vaksin tifoid polisakarida
•
Vaksin rotavirus monovalen
•
Vaksin human papiloma virus (HPV)
•
Vaksin rotavirus pentavalen
•
Vaksin dengue
•
Vaksin influenza
Website resmi IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia “ Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Tahun 2020
7.
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang waktu yang dianjurkan untuk melakukan imunisasi sesuai
dengan yang dikeluarkan oleh Organisasi IDAI
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2020). Jadwal Imunisasi 2020.)
8. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui dan menjelaskan Manfaat Pemberian Vaksin.
Manfaat Pemberian Vaksin antara lain:
1.
Merangsang sistem imun dalam tubuh
2. Tubuh Menjadi Lebih Kebal akan terjangkitnya penyakit.
3. Membunuh organisme penyebab penyakit sebelum terjadi infeksi.
4. Menciptakan Herd Immunity
5. Memusnahkan infeksi penyakit yang mematikan
WebMD Health 2020, “Immunizations and Vaccines | Benefits”
9. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan syarat dan kontraindikasi imunisasi.
Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu :
1. diberikan pada bayi atau anak yang sehat,
2. vaksin yang diberikan harus baik, disimpan di lemari es dan belum lewat masa berlakunya,
3. pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat,
4. mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima,
5. meneliti jenis vaksin yang diberikan,
6. memberikan dosis vaksin dengan tepat,
7. mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi
8. memberikan informed concent kepada orang tua atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi (tentang manfaat
dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi)
JURNAL UNIMUS
BUKU IMUNOLOGI DASAR FKUI EDISI 12 OLEH KARNEN GARA BARATAWIDJAJA, IRIS RENGGANIS HAL.523,524, 525
kontraindikasi imunisasi Atau vaksinasi
vaksin
keadaan
alasan
Semua vaksin
Reaksi alergi berat/anafilaksis terhadap vaksin ata
u komponennya
anafilaksis
BCG
Defisiensi imun atau suspensi imun
Penyakit oleh vaksin bakteri hidup
DPT
1. Ensefalopati dalam 7 hari
2. penyakit saraf
1. Esnfalopati rekuren
2. Kesulitan membedakan penyakit dari reaksi vak
sin
DPT,DT atau dt
-
-
Hep-A
-
-
Hep-B
Alergi terhadap jamur roti
Anafilaksis
Hib konjugat
Usia <6 minggu
Induksintoleransi imun
Influenza yang diinaktifkan
Alergi telur
Anafilaksis
IPV
Alergi terhadap neomisin, streptomisin,/polimiksi
nB
anafilaksis
MMR
1.hamil
2. defisiensi imun/suspensi imun
3. alergi terhadap neomisin/gelatin
1. mungkin efek terhadap janin dari vaksin hidup
2. penyakit dari vaksin hidup
3. anafilaksis
tifoid
1. defisiensi imun/suspense imun
2. alergi terhadap neomisin/gelatin
3. tuberculosis yang tidak diobati
varisela
defisiensi imun/suspense imun
penyakit dari vaksin hidup
Yellow fever
1. alergi telur
2. defisiensi imun/suspense imun
3. usia <4 bulan
1.anafilaksis
2. esenfalitis
3. esenfalitis
1. penyakit dari vaksin hidup
2. eksaserbasi penyakit
3. anafilaksis
JURNAL UNIMUS
BUKU IMUNOLOGI DASAR FKUI EDISI 12 OLEH KARNEN GARA BARATAWIDJAJA, IRIS RENGGANIS HAL.523,524, 525
Kontraindikasi
merupakan keadaan
yang meningkatkan
kemungkinan
terjadinya efek
berbahaya yang tidak
diinginkan , sehingga
vaksin hendaknya
tidak diberikan.
Kontraindikasi umum vaksinasi
1. Kontraindikasi absolut:


Penyakit akut sistemik dengan demam
Reaksi saraf terhadap vaksin terdahulu terutama pertusis baik local, berat dan sistemik
2. Pertimbangan khusus





Riwayat kerusakan serebral terdokumentasi waktu neonates( kejang-kejang, epilepsi)
Anak dengan kelainan saraf
Penderita dengan imunosupresi-primer tau sekunder
Kehamilan
Alergi telur(karena beberapa vaksin dibuat dari telur)
JURNAL UNIMUS
BUKU IMUNOLOGI DASAR FKUI EDISI 12 OLEH KARNEN GARA BARATAWIDJAJA, IRIS RENGGANIS HAL.523,524, 525
10. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang dosis masing masing vaksin
Imunisasi wajib pada bayi
Vaksin
Pemberian
Interval
Dosis
Umur
• Campak
• BCG
• Polio (OPV)
1x
1x
4x
4 mg (minimal)
0.5 ml
2 tetes mulut
9-11 bulan
0-11 bulan
0-11 bulan
• Hepatitis
3x
0.5 ml
0-11 bulan
• DPT
3x
1 dan 6 bulan d
ari suntikan per
tama
4 mg (minimal)
0.5 ml
2-11 bulan
0.05 ml
Ejournal KETRAMPILAN IMUNISASI, oleh dr. Ari Natalia Probandari, MPH, PhD, dr. Selfi Handayani., MKes, Nugroho Jati Dwi Nur Laksono
11. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang reaksi
akibat pemberian vaksin
Nama vaksin
Reaksi setelah pemberian vaksin
Hepatitis B
Demam serta lemas. Pada kasus yang jarang terjadi,
efek samping bisa berupa gatal-gatal, kulit kemerahan
, dan pembengkakan pada wajah.
Polio
Vaksin polio bisa menimbulkan demam hingga
lebih dari 39 derajat Celsius. Efek samping lain
yang dapat terjadi meliputi reaksi alergi seperti
gatal- gatal, kulit kemerahan, sulit bernapas atau
menelan, serta bengkak pada wajah.
BCG
Vaksin BCG akan menimbulkan bisul pada bekas
suntikan dan muncul pada 2- 6 minggu setelah
suntik BCG. Bisul bernanah tersebut akan pecah,
dan meninggalkan jaringan. parut Sedangkan efek
samping lain, seperti anafilaksis, sangat jarang
terjadi.
DPT
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Vaccinations.
Soedjatmiko. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013). Imunisasi Penting Untuk Mencegah Penyakit Berbahaya.
Mayo Clinic (2016). Healthy Lifestyle. Infant and Toddler Health.
Efek samping yang muncul setelah imunisasi DPT
cukup beragam, di antaranya adalah radang, nyeri,
tubuh kaku, serta infeksi.
Nama vaksin
Reaksi setelah pemberian vaksin
Hib
vaksin Hib juga dapat menimbulkan efek samping,
antara lain demam di atas 39 derajat Celsius, diare,
dan nafsu makan berkurang.
Campak
MMR
PCV
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Vaccinations.
Soedjatmiko. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013). Imunisasi Penting Untuk Mencegah Penyakit Berbahaya.
Mayo Clinic (2016). Healthy Lifestyle. Infant and Toddler Health.
Ada beberapa efek samping yang bisa muncul
setelah menggunakan vaksin campak, antara lain:
• Demam atau pusing
• Kehilangan nafsu makan
• Kelenjar getah bening bengkak
• Mual atau muntah
• Nyeri otot, lelah, dan lemas
• Nyeri atau kemerahan di area penyuntikan
Vaksin MMR dapat menyebabkan demam lebih
dari 39 derajat Celsius. Efek samping lain yang
dapat muncul adalah reaksi alergi seperti gatal,
gangguan dalam bernapas atau menelan, serta
bengkak pada wajah.
Efek samping yang mungkin timbul dari imunisasi
PCV, antara lain adalah pembengkakan dan
kemerahan pada bagian yang disuntik, yang
disertai demam ringan.
Nama vaksin
Reaksi setelah pemberian vaksin
Tifus
vaksin tifus dapat menimbulkan sejumlah efek
samping, seperti diare, demam, mual dan muntah,
serta kram perut.
Influenza
Efek samping imunisasi influenza, antara lain
demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan
sakit kepala. Pada kasus yang jarang, efek
samping yang dapat muncul meliputi sesak napas,
sakit pada telinga, dada terasa sesak, atau mengi.
Dengue
Varisela
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Vaccinations.
Soedjatmiko. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013). Imunisasi Penting Untuk Mencegah Penyakit Berbahaya.
Mayo Clinic (2016). Healthy Lifestyle. Infant and Toddler Health.
Efek samping lokal yang dapat ditemukan adalah
nyeri, eritema, pembengkakan, hematoma, dan
pruritus pada daerah injeksi. Efek samping
sistemik yang dapat ditemukan adalah mialgia,
nyeri kepala, malaise, demam, dan astenia.
1 dari 5 anak yang diberikan vaksin varisela
mengalami nyeri dan kemerahan pada area yang di
suntik. Vaksin varisela juga dapat menimbulkan
ruam kulit, tetapi efek samping ini hanya terjadi
pada 1 dari 10 anak.
TERIMA KASIH
Download