pelayanan desa dan k..

advertisement
I.
Latar belakang PELAYANAN DESA DAN KOTA
Pelayanan tidak bisa di pisahkan dari kehidupoan orang percaya, seperti yang
sudah di teladani oleh Yesus selama di dunia dua ribu tahun yang lalu. Begitu pula
hendaknya bagi setiap orang percaya, pada waktu percaya kepada Yesus maka
kita mengikuti apa yang diajarkan dan di perintahkanNya, yaitu menjadi berkat
bagi orang lain, melayani orang lain dan bersaksi bagi orang lain.
Dalam skope itulah sebetulnya aksentuasi hidup orang percaya, hanya
persoalannya adalah sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mengetahui seperti
apa sebetulnya menjadi berkat bagi orang lain itu, melayani orang lain dan
bersaksi bagi ornag lain ? adakah kaidah-kaidahnya, adakan role atau aturanaturannya dsb. Disekitar itulah modul ini dibuat dengan tujuan :
1. Untuk memahami bahwa hakekat orang percaya adalah melayani.
2. Untuk memahami konsep melayani yang seperti apa yang seharusnya orang
percaya lakukan.
3. Untuk memahami bagaimana kita bisa melakukan pelayanan yang tepat
sasaran dan berdampak pada pelayanan Kota dan Desa Dengan membahas
melalui kasus kasus besar.
a. Kemiskinan
b. Pendidikan
c. Lingkungan Sosial – kultural.
II.
I.
Theologi Pelayanan abad 21
Sejarah perkembangan Gereja dan Konteks
Kemana gereja melangkah ? apakah sekarang ini gereja mengalami masa-masa
sulit atau ketidak pastian?, maka sewajarnya gereja mawas diri dan melihat
kepada pandangan theologianya. Karena itu :
1. Selaku orang percaya sudah seharusnya selalu berorientasi kepada Firman
dan Iman yang selalu diperbaruhi dibangun di atas Firman.
2. Disamping itu juga harus mempelajari Sejarah Kredo ekumenikal.
3. Harus berprinsip bahwa kita harus hidup dengan Iman, atau seluruh aspek
kehidupan tidak lepas dari Iman.
A. Enlightment.
Enlightment adalah masa yang penting di abad 19 yang lalu. Enlightment
adalah hasil dari pandangan Rasionalisme, yaitu hanya menerima hal-hal yang
bisa dibuktikan melalui metode Ilmiah. Hal ini menjadikan cenderung
menolak hal-hal supranatural dari Allah di Alkitab. Nubuatan dan mujijat telah
cenderung di tolak dalam worldview barat. Orang Amerika menjadi Deisme,
yaitu mereka percaya Allah tetapi dengan pemahaman Allah seperti pembuat
Jam, setelah menciptakan bumi dan manusia, Allah lalu menginggalkan begitu
saja dibalik prinsip Ilmiah / keilmuan yang sudah di tentukan sebelumnya.
1
Mereka melihat Allah sebagai yang tidak mungkin mengintervensi kasus
kehidupan manusia.
B. Calvinism
Fenomena yang besar selanjutnya yang melatar-belakangi abad 21 adalah
Calvinisme. Calvinis membawa pandangan orang-orang amerika pada waktu
itu bukan saja menerima Deisme, melainkan menjadi Universalisme dan
Unitarianisme dengan baik. Allah bukan lagi dipandang sebagai sesuatu
kekuasaan yang menentukan terlebih dahulu seluruh aspek kehidupan
manusia, melainkan Allah yang mencipta manusia, melengkapi manusia
sedemikian rupa sehingga manusia bisa dan mampu memperbaiki dirinya
sendiri. Manusia sudah diberi pola pikir rasional, dan dapat membangun
dirinya sendiri mnuju kepada kehidupan yang lebih baik.
You can and you can’t – You shall and you shan’t – You will and you won’t
And You will be damned if you do - And you will be damned if you don’t
C. Charles Finney.
Armeniasm membuat jalur sendiri selama abad 18 di Inggris, dimana
kebangunan rohani Wesleyan telah mentransformasi banyak kehidupan.
Fenomena Wesleyan ini tidak bisa dibatasi hanya di Inggris saja melainkan
telah merambah sampai Amerika Utara.Itu sebabnya pola pikirnya merasuk
pandangan jemaat Amerika juga.
Pandanganan Methodis sebetulnya cukup membawa pembaruan, hanya
mereka mambatasi diri hanya pada hal-hal bagaimana agar membuat mereka
selamat saja. Pola pikir mereka adalah manusia mempunyai kehendak bebas,
dan mampu dengan rasional memilih atau menolak Kristus. Kesuksesan
pandangan ini adalah membawa kepercayaan diri, untuk kabar baik, Kristus
mengkotbahkan buah-buah yang positif. Sama seperti manusia yang menerima
Kristus, mereka dengan segera ditempatkan kedalam kelompok-kelompok
pertanggungjawaban, maka mereka berkembang menjadi orang percaya yang
bertumbuh dan dewasa. Salah satu diantara jemaat di New York pada waktu
itu adalah Charles Finney.
Apa yang terjadi di Rochester, new York pada waktu itu sangat menarik, sebab
bisa menggambarkan situasi sejarah keagamaan yang terjadi pada waktu itu,
abad 19. Bahkan bila dibandingkan dengan situasi sekarang, dimana api
kebangunan rohani terasa lebih besar lagi. Seperti yang ditulis dalam buku
yang terkenal, “The Burned Over District”, oleh Whitney Cross, diceriterakan
suasana yang penuh semangat pada waktu itu, mereka termasuk didalamnya
kelompok-kelompok Evangelism, prohibition-temperance, Abolition, Female
suffrage, Masory / Freemason, Anti Masonry, Milleniasm, Mormonism. Dan
Spiritualism. Semua ini terjadi di New York Barat dalam kurun waktu 1825 1845.
2
1825 mayoritas di Rochester adalah Calvinis, setelah Finney mayoritas
menjadi Armenian. Disinilah lahir apa yang disebut Kekristenan baru di
Amerika, agama di Wild West, yang salah satunya di cirikan dengan
indivualisme yang kuat, dibarengi dengan keyakinan kuat akan Manifest dari
Destiny. Optimisme, Kapitalisme, dan Industrialisme yang secara bersamaan
ada di dalam pandangan masyarakat secara dinamis.
D. Liberalisme
Fenomena di Rochester membawa kepada Liberalisme Protestan. Ditengah
tumbuh suburnya semangat untuk meng-kritik Alkitab. Tidak seperti tokohtokoh berpendidikan di masa terdahulu, tokoh-tokoh berpendidikan baru saat
itu lebih condong kepada jalur akademik, ketimbang sebagai anggota gereja.
Study teologi dipengaruhi dan dikendalikan oleh orang-orang skeptis,
beberapa bahkan tidak memiliki perhatian nayata tentang bagaimana
kesimpulan mereka dapat mempengaruhi gereja. Beberapa tokoh memiliki
perhatian mnyata dengan kehidupan dan masa depan gereja, dan mencari
upaya untuk mempertahankan iman didalam upaya menggali ulang dokumendokumen dan peninggalan kuno lebih dalam lagi.
Tahun 1835 Augustue R, seorang Lutheran Jerman, yang sudah menjadi
berubah menjadi bergabung dengan kelompok Evangelikal pindah ke
Amerika. Ia dibabtis selam dan menjadi misionary ke Amerika untuk
melayani imigran Jerman. Selama hidupnya Augustus R mengembangkan
Departemen Jerman di Rochester Seminary, dan bersama dengan teholog
jerman yang lain ia mengembangkan kajian-kajian kristis di Rochester
Seminary. Tetapi sepeninggal Augustus R, Rochester Seminary bergeser
masuk kedalam aliran Liberalism.
II.
Scripture dan Tradisi.
A. Perkembangan Katolik
Jika Liberalisme protestan lahir dari alasan-alasan pergumulan pikiran, dimana
sama halnya yang terjadi di dunia sekuler dimana ajaran Charles Darwin
sedang di ikuti banyak orang, dimana bersama-sama Katolik dan Evangelikal
Protestan berjuang melawannya yaitu mereka yang mulai meragukan otoritas
Alkitab. Dan anehnya dalam hal ini pandangan Katolik dan konservatif
protestan boleh dikatakan sama.
Dari apa yang tertulis didalam Providentissimus Deus, Pope Leo XIII,
menuliskan argument yang cukup kuat mendukung otoritas Alkitab. Dengan
menulis banyak bukti dari pendahulunya dia bisa buktikan bahwa Alkitab
adalah akurat, dan memiliki otoritas penuh didalam hidup orang percaya. Leo
mencatat bahwa tradisi katolik adalah penuh dengan kesaksian –kesakian akan
otoritas Alkitab. St Jerome mengatakan : “Jika kita mengabaikan Alkitab, kita
tidak akan mengenal Kristus”, dan “Seseorang yang memegang teguh
kesaksian –kesaksian Alkitab adalah kubu pertahanan Gereja”. Gregory
3
Agung menegaskan bahwa “Siapa yang iri hati didalam tidak akan pernah
dapat mempelajari Firman Allah yang tertulis dengan benar.”
B. Perkembangan kelompok Fundamentalis
Banyak pengikut konservatif Protestan di Akhir th 1800 bereaksi terhadap
serangan-serangan dari liberalisme. Seperti Katolik, mereka mulai berpaling
kepada pendekatan-pendekatan tradisional untuk meningkatkan pemahaman
Firman Allah, dengan memulai mendefinisikan otoritas Alkitab didalam
tulisan-tulisan. Katolik Roma menyatakan bahwa Alkitab di-dikte-kan oleh
Roh Kudus, dan Fundamental Protestan datang dengan kesimpulan yang sama,
dan mulai membuat pernyataan doktrin yang harus di bacakan sebagai
keyakinan kaum fundamentalis. Pernyataan pertama Fundamentalis adalah
Penjelasan Inspirasi Alkitab.
Beberpa point ini mencakup point dari Kredo Nicene, tetapi dengan penekanan
khusus akan pentingnya mempercayai infallible Alkitab dan Plenary
Inspiration.
C. Perkembangan Liberal
Dalam bukunya Dayton mengatakan bahwa Orang Kristen Liberal adalah cikal
bakal dari kegerakan reformasi Sosial. Dia mengatakan bahwa sebagian dari
pola pikir Finney membawanya kepada faham Egalitarianisme, yang mana
menghasilkan dua buah kembar, yaitu Abolisionisme dan Feminisme.
Memang Sosial Gospel memang banyak di suarakan di Rochester Teologikal
Seminary, tetapi sesungguhnya Abolisionisme dan Feminisme lahir dari
Theologia konservatif. Rauschenbusch menarik terlalu jauh dengan logika
humanis, dan keputusan politis. Dalam bukunya Walter Rauschenbusch
banyak di tulis tentang pendefinisian ulang dari doktrin Kristen menjadi penuh
dengan penekanan sosialis.
Bagaimana Keadilan sosial menjadi isu utama didalam liberal adalah sulit
untuk dijelaskan. Barangkali kaum evangelikal membuang bayi bersama
dengan air bekas mandi bayi tersebut. Atau barangkali akibat dari kurangnya
dukungan semangat dari gereja-gereja liberal sehingga mereka berdalih mau
konsentrasi kepada Kotbah dan pengajaran, dan meninggalkan isiu yang
penting untuk dikerjakan kaum liberalis.
D. Pantekosta
Kegerakan Pentakosta menjalar dari Topeka Kansas menuju Azusa Street di
Los Angeles , dan sampai ke Rochester juga. Musim Gugur 1911, dibukalah
Elim Tabernacle’s Institute dekat Rochester. Elim’s Bible Institute mencetak
pelayan Tuhan yang melayani di New York Barat, menjadikan daerah ini
menjadi penuh semangat Roh Kudus. Kontribusi Elim’s yang terutama adalah
didalam pengajaran Pantekosta yang kemudian hari berkembang menjadi
Sidang Jemaat Allah. Mereka mengembangkan pastoral teologi dan
Eklesiologi, dengan pengertian bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus yang
4
memiliki tugas Apostolic, Prophetic, Evangelistic, Pastoral dan Catechetical.
(Efesus 4:11-12).
III.
Doktrin.
Bagaimanakah Teologi pelayanan abad 21 ini terbentuk ? kita sudah melihat
latarbelakang sejarah singkat kelompok – kelompok penting diabad terdahulu, dan
belajar adari kesalahan kesalahan yang mereka alami, maka sekarang terdpat
komponen penting dari masing-masing kelompok tersebut yang perlu di lihat
adalah doktrin mereka.
A. Doktrin Katolik
Teologi pelayanan di abad 21 haruslah berdasarkan kepada doktrin utama dan
yang terkait dari doktrin katolik terdahulu. Doktrin Ortodoks dapat di
definisikan dengan : adalah apa yang oleh Gereja secara keseluruhan harus
selalu, dimana saja, dipercayai. Tidak mungkin untuk menolak konsensus para
bapa gereja sambil secara terus menerus berupaya enjadi orang kristen yang
sesungguhnya.Dasar yang utama dari kesatuan orang percaya adalah Alkitab
dan ecumenical councills. Orang-bebas dan boleh saja berbeda pada beberapa
hal yang tidak secara tegas di definisikan di Alkitab atau di Rule of Faith.
B. Doktrin Wesleyan
Pola pikir Agustinian dan Calvinis yang determinism sering menjadi tidak
masuk akal, dan bahkan tidak alkitabiah. Injil harus diberitakan kepada
seluruh ciptaan, manusia memiliki kebebasan untuk menerimanya atau
menolaknya. Manusia akan dihakimi setara dengan keputusannya.
C. Doktrin Babtis
Tradisi membabtis dengan percik pada anak-anak adalah tradisi yang sudah di
terima sejak jaman dahulu. Meskipun sudah di kaji cara babtisan selam adalah
lebih sesuai dengan Teks Alkitab, namun tetap saja tradisi sakrament gereja ini
masih mayoritas diikuti oleh orang Kristen sampai saat ini.
D. Doktrin Pantekosta
Jika Yesus adalah sama kemarin, hari ini dan sampai selamanya, maka Roh
Nya pun harusnya sama. Padahal banyak orang yang percaya kepad Alkitab
tetapi menolak kerja Roh kudus. Barangkali ini adalah karena kecenderungan
logika pikiran yang menolak intervensi dari Supernatural, tetapi dalam hal ini
menolak dan tidak mengakui kerja dari Allah di dunia, maka mereka bisa
menjadi orang yang menerima keselamatan karena hasil kerjanya sendiri,
mereka mengira mentaati Alkitab. Padahal tentu bukan seperti itu.
IV.
5
Eklesiologi
Sebuah Teologi yang benar pada akhirnya akan membawa kepada Kristology
yang benar. Para bapa gereja mengerti akan hal ini. Mereka berusaha keras untuk
sampai kepada pengertian yang benar tentang Trinitas, yaitu dua keberadaan
Yesus sebagai Allah dan Manusia, yang dibutuhkan untuk merumuskan
Kata gereja dalam bahasa Indonesia adalah di turunkan dari Portugis yaitu igreya,
yang berasal dari Latin ecclesia, transkripsi dari Yunani ekklesia artinya “rapat
rakyat”, “perkumpulan rakyat” atau dalam konteks keagamaan “perkumpulanan
orang beriman” . Ciri khas perkumpulan ini adalah bukan kebetulan, karena para
peserta dipanggil keluar (ek kalein dari kalein = dipanggil ek = keluar) dari urusan
mereka masing-masing.
Dengan kata Yunani ekklesia ini Septaguinta menterjemahkan dari Ibrani kata
“qahal”, yang mempunyai artikata porofan adalah “perkumpulan”: dimana orang
berkumpul untuk kepentingan tertentu, dan arti relegius adalah “jemaat” yang
akhirnya dipanggil oleh firman Allah supaya keluar dari antara bangsa-bangsa dan
menjadi umat milik YHWH sendiri: “qahal YHWH” (Bil 16:3). (Nico Dister 2
2004:209-210).
Soteriologi yang benar. Mereka mengerti bahwa Yesus adalah benar-benar Allah
dan juga benar-benar Manusia. Ia adalah Firman Allah yang menjadi perantara
antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa. Yaitu ekspresi yang benar
dari bagaimana Allah berkomunikasi dengan manusia. Jika Kristus adalah Ilahi
dan sekaligus Manusiawi, maka begitu pula dengan Gereja yang adalah
representasi dari Kristus di dunia ini haruslah menjadi manusiawi dan Ilahi juga.
Allah menyatu didalam dan diantara keberadaan manusia.
Ketika kita sampai pada gereja, beberapa orang menekankan kepada tempat
berkumpulnya orang-orang Allah. Yang lain memandang gereja sebagai orangorang yang disatukan didalam meja perjamuan, yang mengambil bagian didalam
Tubuh Kristus. Gereja sebagai bagian tubuh Kristus yang ada di bumi ini. Setiap
organ tubuh berfungsi berbeda, dan setiap bagian tubuh berkontribusi dengan
menyumbangkan untuk kebaikan bagi semua tubuh.
Gereja adalah sekumpulan orang-orang percaya dengan babtisan sebagai
tandanya, setiap jemaat adalah jemaat lokal dimana mereka berada, tetapi di
hubungkan dengan jemaat yang lain secara spiritual. Keselamatan sebetulnya
lebih kepada sebuah proses dari pada suatu yang instant. Keselamatan adalah
sebuah proses yang dimulai dari kebangunan rohani menuju kepada kedewasaan.
V.
6
Teology Pastoral
A. Keimaman
Sejak bangsa Israel mengalami pembuangan di Babel, orang-orang Saduki
yang mengenakan jubah imam harun, menekankan ketaatan kepada torat
musa. Mereka memutuskan hanya menerima pengajaran yang tertera di Torah.
Orang Parisi dipihak lain, menekankan kebersamaan selaku umat Allah,
mereka berkonsentrasi pada pengajaran dan kehidupan moral yang tertuang di
tanach. Mereka tertarik dengan Masmur, kitab nabi-nabi dan menempatkan
sejajar dengan Torah. Sedang umat di pimpin oleh Rabbi yang adalah bukan
Imam. Ini yang terjadi di Sinagoge pada jaman Yesus. Model seperti ini juga
di jumpai di gereja mula-mula. Pemimpinnya disebut dengan Bishop, presbiter
(tua-tua) tetapi mereka bukan sebagai Imam. Idea tentang Imam berkembang
belakangan. Perjanjian Baru tidak memuat banyak petunjuk, Meskipun Imam
dalam konteks Perjanjian lama bukanlah modelyang baik untuk pelayanan
pastoral. Tetapi meskipun demikian di lain pihak bisa digunakan untuk
memelihara umat sebagai pelaksana sakrament keagamaan. Misalnya untuk
mengurapi dengan minyak, dan menaikan doa-doa pastoral fungsi Imam masih
diperlukan.
B. Lima Jawatan
Ada yang mendasarkan jenis pelayanan menjadi 3 yaitu sebagai Nabi, Imam,
dan Raja. Tetapi berdasarkan Efesus 4:11 ada yang membaginya menjadi 5
jawatan. Ada juga yang berdasarkan ucapan Yesus, Jesus berkata Ia sebagai
Seorang utusan, seorang nabi, dan seorang penginjil, seorang Pastor, dan
seorang guru. Yang terakhir ini rupanya tidak banyak di tolak baik oleh Roma
Katolik, maupun Fundamentas Babtis. Jika Kristus adalah memiliki pola
seperti itu, maka selaku tubuh Kristus begitu pula GerejaNya harus
mendemonstrasikan hal ini juga.
Motivation
Christ
Women
Apostle
Mission
Ibr 3;1
Roma
16:7
Prophet
Justice
Mat
21:11
1 kor
11:5
Evangelist
Witness
Mat 4:23
Fil 4;2-3
Pastor
Gathering
Joh 10:11
Teacher
Instruction
Joh 13:13
Titus 2:3
C. Penyembuh Jiwa
Pelayanan abad modern lebih membutuhkan tipikal pelayan Dokter Rohani,
daripada gambaran seorang gembala Domba seperti di Alkitab.
VI.
7
Kesimpulan
Jadi perlu diingat bahwa untuk merumuskan theologia pelayanan di abad 21
ini, adalah bahwa orang percaya saat ini sudah ber ada didalamnya, dan sudah
mengalaminya sejak 20 abad yang lalu. Mereka menghendaki agar Gereja
berperan dan mengubah keadaan, worldview dan kerajaan. Beberapa hal yang
menjadi persoalan adalah : Orang-orang yang tetap mengalami Alienasi,
dibelenggu rasa bersalah, tidak berpengharapan. Mereka perlu untuk
menemukan makna dari kehidupan. Mereka perlu jawaban dari pertanyaan :
Mengapa saya ada disini ? Dimana Allah? Mengapada ada kejahatan di dunia
ini? Bagaimana saya bisa meraih kemakmuran bagi anak-anak saya ? Apakah
ada harapan ? Kita harus menyediakan jawab buat mereka.
(Kevin Andrew Cotter. 2004)
III.
Pemahaman Istilah - Istilah :
1. Injil / Euangelion
2. Missi, Mission
3. Pelayanan
1. Euangelion : “a joyous message of victory”, sebetulnya itu adalah makna lexikal, makna
diluar itu masih terdapat makna yang lebih luas lagi, Dalam dictionary of New Testament
Theology, persoalannya bukan pada pertanyaan kapan Yesus menggunakan kata ini dan
apa maknanya, melainkan bergeser lebih krusial lagi yaitu apakah kata ini sudah
menjadi sebuah kata yang menunjuk kepada substansi dari dipesankan Yesus.
Tidak diragukan lagi bahwa Yesus memandang pesannya sebagai kedatangan Kerajaan
Allah (Markus 1:14), yang mana sudah menjadi kenyataan saat ini didalam
perkataanNya dan pelayanNya sebagai kabar baik. Jesus menunjukkan bukan saja sebagai
pesan atau utusan atau sebagai penulis pesan, tetapi juga sekaligus dalam waktu
bersamaan sebagai subjek yang diberitakan didalamm pesan tersebut.
Hal ini sangat konsisten didalam Gereja Mula-mula, dimana terminologi Euangelion di
deskripsikan sebagai pesan akan keselamatan yang di hubungkan dengan kedatangan
Jesus, juga didalam Euangelion nya Paulus, yang berarti sebagai kabar baik umum,
dimana Tuhan sudah melakukan untuk keselamatan dunia didalam Inkarnasi, kematian dan
kebangkitan Jesus.
Jadi Euangelion menunjuk kepada keseluruhan proses dari sejarah keselamatan yang
dilakukan oleh Tuhan didalam Kristus.
Euangelion = 77 kali di KJV, 74 kali di terjemahkan Gospel (tunggal), dan 3 juga Gospel
(jamak) tetapi dengan konteks sedikit berbeda yaitu :
1). Markus 8:35, Karena siapayang mau menyelamatkan nyawanya... barang siapa kehilangan
nyawanya karena Injil,
2) Markus 10:39, ...... yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya,
saudaranya,...
3) 1 Kor 9:23, Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil,.
Didalam perspektif teologi, Injil bisa dibagi dari tiga komponen tanpa dipisah dari kabar baik.
1). Yesus adalah Pusat dari Inkarnasi Tuhan. Melalui dan didalam hidup, kematian dan
kebangkitanNya, Tuhan membawa restorasi hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
dengan sesamanya didalam masyarakat dan manusia dengan seluruh ciptaan.
8
2) Injil di di perkenalkan dan demonstrasikan oleh Yesus melalui firmanNya dan KaryaNya
didalam Injil Kerajaan. Injil adalah kabar baik dari aktifitas keIlahian Allah sebagai Raja
yang berpusat didalam Kristus. Sifat Ke-Raja-an Allah (Kingly activity) seperti yang di
tunjukkan dan di saksikan didalam Perjanjian Lama, dimana Allah menghukum semua
kejahatan, karena menyimpangkan manusia dari hubungan yang benar dengan Tuhan, dan
yang mengalihkan perhatian utama Tuhan dari kepada keseluruhan ciptaan menjadi berfokus
kepada manusiadan ciptaan. Penghakiman Allah adalah sebagai pelayan dari anugerahNya
yang membawa kepada rekonsiliasi orang-orang dengan Tuhan dan restorasi menuju kepada
tujuan semula dari ciptaan. Semua ini membawa pesan atau berita bahwa Allah menghukum
yang jahat dan membawa restorasi kepada ciptaan. Aktivitas ke-Raja-an Allah mencapai titik
kulminasinya pada kedatangan Kristus yang kedua nanti. Didalam kepenuhan dan restorasi
akhir yang sempurna untuk manusia, alam dan kosmos didalam sorga dan bumi yang baru.
3). Jesus terkait dengan kabar baik yang tidak dapat di abaikan begitu saja didalam
hubungannya dengan orang miskin. Yang mana kepada orang miskinlah kabar baik di
arahkan dan ini adalah penting sebagai isi dari kabar baik itu sendiri. Yesus mendeskripsikan
kabar baik untuk orang miskin. Jesus mengucapkannya, mendemonstrasikan dan
mengimplementasikan kabar baik dengan mengidentifikasikan dan mengembangkan
solidaritas dengan orang miskin. (Vinay Samuel and Chris Sugden. An Eassay outline the
major issues for theology and strategy. 18-19)
2. Misi sebuah definisi sementara.
David Boss (13-15)
1. Iman kristen pada hakekatnya adalah bersifat misioner. Bersama dengan agamaagama misioner yang lain seperti Islam dan Budhisme, juga dengan ideologi seperti
marxis memiliki semangat misioner. Agama-agama misioner memiliki pegangan pada
suatu “penyingkapan” yang besar dari suatu kebenaran puncak yang dipercayai
penting secara universal. Iman kristen memandang semua keturunan manusia dibumi
adalah objek dari kehendak Allah yang menyelamatkan, atau dalam Perjanjian Baru
pemerintahan Allahyang telah datang didalam Yesus Kristus adalah untuk seluruh
umat manusia. Pada hakekatnya Iman Kristen adalah misioner atau ia menyangkali
hakekat dirinya sendiri, hal ini bukanlah pilihan mana suka.
2. Missiologi sebagai cabang dari teologi Kristen, bukanlah usaha yang tidak memihak
atau netral, sebaliknya melihat dunia dari perspektif komitment terhadap Iman
Kristen. Demi misi Kristen kita perlu menempatkan definisi dan setiap perwujudan
dari misi Kristen pada analisis dan penilaian yang ketat.
3. Misi tidak dapat didefinisikan. Misi tidak boleh dipenjarakan didalam batas-batas
sempit dari prasangka-prasangka kita sendiri.
4. Misi Kristen mengungkapkan hubungan yang dinamis antara Allah dan dunia.
Dalam konteks sejarah diawali dari Allah perjanjian lama yang berbicara dengan
Israel, sampai dengan kelahiran, kamatian dan kebangkitan Yesus di perjanjian Baru.
Atau misi adalah Pengkomunikasian diri Allah didalam Yesus Kristus.
9
5. Alkitab tidak boleh diperlakukan sebagai gudang kebenaran yang dari padanya kita
dapat mengambil sesuka hati kita. Tidak ada hukum-hukum misi yang tidak dapat
berubah-ubah dan secara objektif benar yang terhadapnya eksegesa kitab suci
membuka kita jalan masuk dan memberikan cetak biru yang dapat kita berlakukan
dalam setiap situasi. Keterlibatan gereja dalam misi tetap merupakan tindakan iman
tanpa jaminan jaminan duniawi.
6. Keseluruhan keberadaan Kristen harus dicirikan sebagai keberadaan misioner
atau injil adalah universal. Gereja mulai menjadi misioner bukan melalui
pemberitaannya yang universal tentang Injil, melainkan melalui universalitas Injil
yang diberitakan.
7. Secara teologis “misi luar negeri” bukanlah suatu keberadaan yang terpisah.
Identifikasi dan pembentukan misi luar negeri, seperti halnya dengan misi didakam
negeri terletak didalam universalitas keselamatan dan pemerintahan Kristus yang
tidak terbagi-bagi.
8. Kita telah membedakan antara misi (tunggal) dan misi-misi (jamak). Misi tunggal
adalah mengacu kepada missio Dei (misi Allah), artinya pernyataan diri Allah yang
mengasihi dunia, ketrlibatan Allah didalam dan dengan dunia, sifat dan kegiatan
Allah didalam merangkul Gereja dan dunia, dimana gereja mendapat kesempatan
istimewa untuk ikut serta. Misi dalam jamak adalah missiones ecclesiae, usaha-usaha
misione gereja, mengacu kepada bentuk-bentuk khusus, yang berhubungan dengan
waktu, tempat, atau kebutuhan tertentu, dari partisipasi didalam missio Dei.
9. Tugas misi itu sama utuh, luas dan mendalamnya, seperti kebutuhan dan tuntutantuntutan kehidupan manusia. Seluruh gereja membawa seluruh Injil kepada
seluruh dunia.
10. Misi adalah jawaban “ya” Allah kepada dunia. Kasih dan perhatian Allah ditujukan
kepada dunia dan misi merupakan “pertisipasi didalam keberadaan Allah didalam
dunia”. Ada kesinambungan antara pemerintahan Allah, misi gereja dan keadilan,
perdamaian dan keutuhan masyarakat.
11. Misi mencakup penginjilan sebagai salah satu dimensi essensial. Penginjilan adalah
pemberitaan keselamatn didalam Kristus kepada mereka yang tiak percaya
kepadaNya, memanggil mereka untuk bertobat dan meninggalkan hidup yang lama,
memberitakan pengampunan dosa dan mengundang mereka untuk menjadi anggotaanggota yang hidup dari komunitas Kristus di bumi dan untuk memulai kehidupan
pelayana kepad aorang lain didalam kuasa Roh Kudus.
12. Misi juga adalah jawaban “tidak” oleh Allah kepada dunia. Tidak disini adalah
ungkapan perlawanan kita terhadap dunia dan keterlibatan kita denganNya.
13. Gereja didalam misi dapat dilukiskan dalam pengertian sekaramen dan tanda. Tanda
dalah petunjuk, lambang, contoh atau model. Sakremen dalam pengertian perantara
representasi, atau antisipasi. Gereja tidak identik dengan pemerintahan Allah, gereja
adalah suati cicipan bagi kedatangan kerajaan Allah. Sakrament bagi antisipasinya
didalam sejarah. Hidup didalam ketegangan kreatif, pada saat yang bersamaan
dipanggil keluar dari dunia dan diutus ke dalamnya, gereja terpanggila untuk menjadi
taman percobaan Allah di bumi, sebuah fragmen dari pemerintahan Allah, karena ia
mempunyai buah-buah sulung roh, sebagai janji dari apa yang akan datang.
Gereja didalam misi masa kini di tantang dengan faktor-faktor berikut ini : (hal 297-298)
10
1. Barat, yang sudah beribu tahun menjadi rumah bagi kekristenan dan bahkan
diciptakan oleh kekristenan telah kehilangan posisinya, sekarang bagian dunia lain
berjuang untuk bebas dari cengkeraman 'barat”.
2. Struktur-struktur penindasan dan eksploitasi.
3. Perasaan mendalam tentang ambiguitas tehnologi dan perkembangan barat.
4. Kita hidup di dunia yang semakin menciut dan sumbber yang semakin terbatas.
5. Kita hidup di jaman yang bukan saja sanggup membunuh bumi yang diciptakan
Allah, melainkan juga sanggup melenyapkan umat manusia.
6. Posisi budaya yang besar - “budaya membentuk suara manusia yang menjawab
suara Kristus” - memberikan pandangan bahwa teologi barat harus berdampingan
dengan theologi lain yang terus muncul.
7. Keunggulan Kristen dari kepercayaan lain diterima begitu saja selama berabad-abad
oleh pengikutnya, sebagai satu-satunya agama yang benar. Berkenaan dengan
munculnya hak asasi manusia yaitu bebas menentukan kepercayaannya, mendorong
orang kristen untuk mengevaluasi ulang sikap dan pemahaman tentang agama lain.
Dasar Alkitabiah dari Mission
Apa yang dapat kita pelajari setelah kita melihat latar belakang dari Alkitab berkenaan
dengan foundation dari misi universal? Apakah kita sempat berpikir terjadi bagaimana
dengan terjadinya perubahan dari Israel menjadi Gereja mula-mula ? yang merubah
identitias pribadi dan bagaimana dengan tanggung jawab ke dunia luar ? dibawah ini
empat thema besar yang bisa mengatasi perubahan ini.
1.
2.
3.
4.
Allah adalah maha kuasa dan menghendaki semua orang di selamatkan.
Sejarah adalah Ilahi dan diwahyukan
Di dunia Ciptaan inilah arena pewahyuan dan keselamatan.
Pengalaman Keagamaan adalah Katalisator untuk Missi.
3. Pelayanan
Pelayanan adalah kata kerja yang dilakukan oleh Pelayan. Siapa Pelayan ? bagaimana
posisi pelayan dan orang percaya ? bagaimana kedudukan Pelayan didalam persekutuan
orang percaya ? Yesus adalah Pelayan. Lukas 22:27
Ada beberapa kata yang di pakai di Perjanjian Baru yang di terjemahkan sebagai pelayan
: Oketes = pelayan rumah tangga; doulos = hamba; huperetes = perlayan, bawahan;
diakonos = pelayan, penjaga atau pendeta. Paulus tidak malu menyebut dirinya doulos
Yesus kristus (Roma 1:1; 2 Kor 4:5; Galatia 1:10; Filipi 1:1; Titus 1:1); sering menyebut
dirinya sendiri sebagai diakonos Yesus Kristus (1 Kor 3:5; 2 Kor 3:6; 6:4; Ef 3:7; Kol
1:23). Tidak ada perbedaan di benak Paulus antara pelayan Allah dan pelayan Umat Allah
(2 Kor 4:5). (W.Wiersbe 2011:28).
Dalam perkembangan selanjutnya pelayanan menunjuk kepada program-porgram gereja
yang dilakukan baik untuk kedalam anggota jemaat sendiri maupun kepada orang di luar
anggota jemaat. Didalam perkembangan sejarah gereja rupanya jenis dan ragampelayanan
ini terus berkembang sesuai dengan kebutuhan gereja dan masyarakatnya maupun
pergumulan nya.
11
IV.
Kasus :
a. Kemiskinan : Kristologi Asia (Nico Syukur Dister).
Jika dilihat perjalanan kekristenan yang di mulai di daerah Timur tengah (Palestina)
telah berkembang ke Barat dan dari Barat baru kemudian kembali ke Timur. Saat ini
pada abad 21 Kekristenan cukup berkembang di Asia.
Itu secara umum, tetapi jika dilihat lebih detail, tipikal negara Asia tempat di mana
Kekristenan baru datang kembali adalah : Dunia ketiga (baru merdeka era 50-60 an)
dengan ciri kemiskinan dan dari sisi agama adalah multifaced. Dimana orang kristen
menjadi minoritas (kecuali di Filipina).
Di benua Asia ini tempat lahirnya agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam.
Dimana Agama Kristen meninggalkan kawasan kelahirannya , dan baru beberapa
abad kemudian kembali sebagai “orang asing dan pendatang” yang kurang di terima
di Asia.(Nico 2004:230)
Asia memiliki ciri yang tidak tebantahkan yaitu : Ciri dari Kedunia ketiga-an adalah
kemiskinan yang meluas dan Ke Asia-annya adalah kerelegiusan yang majemuk.
(multifaced religeniousness). Artinya miskin di Asia berbeda dengan miskin di Timur
tengah misalnya.
Kedua unsur tadi saling terkait, artinya Kemiskinan di Asia walaupuan bersifat
ekonomis, tidak dapat di reduksi pada kategori ekonomis semata. Begitu pula keberagama-an Asia, walaupun soal budaya, tidak dapat di rumuskan dalam peristilahan
budaya saja. Kedua-duanya kemiskinan dan kerelegiusan berjalin secara ekonomis
dan budaya. Justru dengan demikian keduanya membentuk realitas sosial – politis
yang luas, yaitu Asia.
Jadi sia sialah kedua usaha berikut ini :
- Startegi dan program-program ideologis untuk memerangi kemiskinan di Asia,
sambiul bersikap naif terhadap situasi kerelegiusannya.
- Uapaya-upaya teologis untuk berjumpa dengan agama-agama Asia tanpa
keprihatinan radikal akan kemiskinannya.
Karena itu perlu :
 Penanganan problem kemiskinan di Asia hanya dapat berlangsung dengan
tapat kalau dilakukan dalam konteks dialog dengan agama-agama Asia
 Dialog yang autentik dan berhasil antara agama-agama itu hanya mungkin
kalaju didasari oleh keprihatinan terhadap kaum miskin di Asia.
Tantangan bagi gereja Asia untuk mendorong jemaat menemukan dalam etos budaya
nya sendiri suatu titik tersembunyi yang mempertautkan kemiskinan dan kerelegiusan
sehingga menghasilkan watak Asia.
Jadi akan muncul pertanyaan pertanyaan seperti berikut :
12
1. Apakah bagi orang Asia kemiskinan secara otomatis dipahami sebagai
penderitaan semata-mata ? Ataukah ada nilai lain kemiskinan, yang potensial
mendukung upaya memperoleh keselamatan, sehingga kemiskinan dapat juga
disebut kebajikan?
2. Apakah agama-agama soteriologis sungguh-sungguh selalu bernilai
penyelamatan? Ataukah ada kemungkinan menjadi tanda yang justru berfungsi
sebaliknya?
Skema bipolaritas Kemiskinan dan Agama
Dimensi / Kutub
Agama yang
memperbudak
Psikologis (individu)
Takhayul, ritualisme,
dogmatisme, dll
transendentalisme
(manikeisme, Dokeisme,
dll)
Agama yang
membebaskan
Pembebasan batin dari dosa
(Mamon, antiAllah,
kerakusan, atau instinginsting eksploatatif).
Kemiskinan yang
memperbudak
Kemiskinan yang menindas
memperkosakeluhuran
martabat pribadi manusia
(alienasi)
Kemiskinan yang
membebaskan
Kemiskinan sukarela
sebagai pembebasan batin
dari Mamon, yaitu
penanggulangan spiritual
(ditekankan oleh agamaagama Timur).
Sosiologis (politis)
Tendensi agama untuk
melegitimasi status quo
yang menindas = tendensi
agama untuk mengabdi
mormon atau anti – Allah,
komersialisme.
Organisasi dan motivasi
agama yang potensial
untuk perubahan sosial
(mis. Gerakan-gerakanm
kemerdekaan di Asia).
Kemiskinan karena
manusia diperbudak oleh
Mamon (pencabutan
warisan, hak milik,
melalui kolonialisasi,
multinational,
konglomerasi).
Kemiskinan sukarela
sebagai strategi poolitis
dalam pembabasan
manusia dari Mamon atau
dosa terorganisasi (posisi
teolog-teolog
pemerdekaan).
Mengingat situasi teologis seperti itu di konteks Asia, maka secara teologis pula muncul
alternatif pendekatan :
1. Pendekatan pemenuhan, artinya Kristus di tampilkan sebagai pemenuhan semua
agama yang ada. Cara ini kurang efektif sebab hampir semua pendiri agama timur
memposisikan dirinyalah sebagai pemenuhi itu.
2. Pendekatan semi-kontekstual, yaitu memusatkan perhatian kepada kemiskinan.
Tetapi sering kali walaupun kristen memiliki “Allah yang kaya menjadi miskin “dan
memuja “Guru ilahi” yang memberi kebebasan batin dari keserakahan dan yang
mengumpukan kaum miskin yang saleh di sekitarNya. Tetapi tetap kurang
13
memahami kemiskinan sebagai kemiskinan struktural yang perlu di perangi secara
Radikal.
Sebaliknya Pendekatan kontekstual terlalu menekankan kepada kemiskinan yang
struktural, mengabaikan unsur ”Guru Ilahi” yang membebaskan batin. Sehingga jika
kita hendak menggunakan keduanya (kemiskinan dan guru ilahi) maka pendekatan
yang kita gunakan adalah semi kontekstual.
3.
b. Pendidikan
c. Pembangunan
14
Download