ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAFFICKING HUMAN Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II TIM DOSEN Aep Indarna, S.Kep., Ners., M.Pd Disusun: Agus Ramdani Azzaki AK.1.16.005 Astiyani AK.1.16.007 Ferdy Fatullah AK.1.16.020 Palma Alfira AK.1.16.042 Kelas A Kecil, Kelompok 3 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG 2018 Kata Pengantar Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Trafficking Human” yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan belajar dari suatu kesalahan. Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Trafficking Human” mendapat ridho dari Allah SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin.... Bandung, November 2018 Tim Penulis i Daftar Isi Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB I Pendahuluan 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 3 C. Tujuan Penulisan 3 BAB II Tinjaun Teori 4 2.1 Definisi Human Trafficking 4 2.2 Faktor- Faktor Penyebab Human Trafficking 8 2.3 Bentuk dan Modus Human Trafficking 15 2.4 Undang- undang tentang Human Trafficking 23 2.5 Dampak/ Pengaruh Human Trafficking 28 2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking 34 BAB III Tinjauan Kasus 36 3.1 Kasus 36 3.2 Asuhan Keperawatan Pada Isolasi Sosial berdasarkan Kasus 39 BAB IV Penutup 59 4.1 Kesimpulan 59 4.2 Saran 59 Daftar Pustaka 60 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk perbudakan secara modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan internasional. Dengan berkembangnya teknologi informasi, komunikasi dan transformasi maka modus kejahatan perdagangan manusia semakin canggih. “Perdagangan orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir (organized), dan lintas negara (transnational), sehingga dapat dikategorikan sebagai transnational organized crime (TOC)”. Demikian canggihnya cara kerja perdagangan orang yang harus diikuti dengan perangkat hukum yang dapat menjerat pelaku. Diperlukan instrument hukum secara khusus yang meliputi aspek pencegahan, perlindungan, rehabilitasi, repratriasi, dan reintegrasi sosial. Perdagangan orang dapat terjadi pada setiap manusia, terutama terhadap perempuan, dengan demikian upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak merupakan hal yang harus diimplementasikan. Kasus perdagangan orang yang terjadi, hampir seluruh kasus yang ditemukan dalam perdagangan manusia korbannya adalah perempuan dan anak. Diperkirakan setiap tahunnya 600.000-800.000 laki-laki, perempuan dan anak-anak diperdagangkan menyeberangi perbatasan-perbatasan internasional. Di Indonesia jumlah anak yang tereksploitasi seksual sebagai dampak perdagangan anak diperkirakan mencapai 40.000-70.000 anak. Disamping itu, dalam berbagai studi dan laporan NGO menyatakan bahwa Indonesia merupakan daerah sumber dalam perdagangan orang, disamping juga sebagai transit dan penerima perdagangan orang. Dari berbagai macam kejahatan yang ada, masalah perdagangan orang sangat kompleks, sehingga upaya pencegahan maupun penanggulangan korban perdagangan harus dilakukan secara terpadu. Adapun beberapa factor pendorong terjadinya perdagangan orang antara lain meliputi kemiskinan, desakan kuat untuk bergaya hidup materialistik, ketidakmampuan system pendidikan yang ada maupun 1|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking masyarakat untuk mempertahankan anak supaya tidak putus sekolah dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi serta petugas Kelurahan dan Kecamatan yang membantu pemalsuan KTP. Secara umum korban perdagangan orang terutama perempuan yang dilacurkan dan pekerja anak adalah korban kriminal dan bukan pelaku kriminal. Elemen perdagangan orang meliputi pelacuran paksa, eksploitasi seksual, kerja paksa mirip perbudakan, dan transplantasi organ tubuh. Korban perdagangan orang memerlukan perlindungan, direhabilitasi, dan dikembalikan kepada keluarganya. Salah satu faktor tingginya kasus perdagangan orang yang pada umumnya perempuan, disebabkan oleh dijanjikan pekerjaan dengan gaji tinggi di luar daerah, dengan korban adalah kalangan perempuan usia remaja yang ingin mencari kerja. Dimana, kasus perdagangan orang khususnya perempuan yang sangat tidak manusiawi tersebut, merupakan praktik penjualan perempuan dari satu agen ke agen berikutnya. Semakin banyak agen yang terlibat, maka semakin banyak pos yang akan dibayar oleh perempuan tersebut, sehingga gaji mereka terkuras oleh para agen tersebut. Fenomena tersebut perlu diantisipasi agar jaringan seperti rantai tersebut dapat diberantas dan diputuskan melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan terlebih dahulu disosialisasikan agar masyarakat memahami khususnya kaum perempuan. Tingginya angka migrasi penduduk serta kemiskinan. Diduga ada peningkatan kualitas dan kuantitas kasus perdagangan anak dan perempuan (trafficking). Kemunculan kasus perdagangan tenaga kerja perempuan merupakan dampak langsung dari tidak sejahteranya masyarakat. Sebagian masyarakat cenderung mencari jalan pintas untuk bangkit dari kemiskinan. Fenomena ini memunculkan keprihatinan, sehingga perlu adanya langkah proaktif. Cara pintas yang diambil masyarakat kerap mengorbankan masa depan generasi muda. Pengiriman tenaga kerja ke luar daerah, seringkali tanpa mempertimbangkan legalitas dari jalur pengiriman. Ada kecenderungan jalur perdagangan orang diawali dengan berkedok penyaluran pembantu rumah tangga. 2|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking 1.2 Rumusan Masalah Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini yaitu: 1. Jelaskan Definisi Trafficking Human! 2. Jelaskan Faktor- Faktor Penyebab Human Trafficking! 3. Jelaskan Bentuk dan Modus Human Trafficking 4. Jelaskan Undang- undang tentang Human Trafficking 5. Jelaskan Dampak/ Pengaruh Human Trafficking! 6. Jelaskan Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking 1.3 Tujuan Penulisan Adapun Tujuan Penulisan pada Makalah ini yaitu: 1. Untuk Mengetahui dan Memahami Definisi Human Trafficking 2. Untuk Mengetahui dan Memahami Faktor- Faktor Penyebab Human Trafficking. 3. Untuk Mengetahui dan Memahami Bentuk dan Modus Human Trafficking 4. Untuk Mengetahui dan Memahami Undang- undang tentang Human Trafficking 5. Untuk Mengetahui dan Memahami Dampak/ Pengaruh Human Trafficking 6. Untuk Mengetahui dan Memahami Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking 3|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi Trafficking Human Trafficking adalah konsep dinamis dengan wujud yang berubah dari waktu kewaktu, sesuai perkembangan ekonomi, sosial dan politik. Sampai saat ini tidak ada definisi trafficking yang disepakati secara internasional, sehingga banyak perdebatan dan respon tentang definisi yang dianggap paling tepat tentang fenomena kompleks yang disebut trafficking ini. Pada tahun 1994 PBB mendefinisikan trafficking sebagai pergerakan dan penyelundupan orang secara sembunyi-sembunyi melintasi batas-batas negara dan internasional, kebanyakan berasal dari negara berkembang dan negara-negara yang ekonominya berada dalam masa transisi, dengan tujuan untuk memaksa perempuan dan anak-anak masuk ke dalam sebuah situasi secara seksual maupun ekonomi terkompresi, dan situasi eksploitatif demi keuntungan perekrut, penyelundup, dan sindikat kriminal seperti halnya aktivitas ilegal lainnya yang terkait dengan perdagangan (trafficking), misalnya pekerja rumah tangga paksa, perkawinan palsu, pekerja yang diselundupkan dan adopsi palsu. Menurut resolusi senat AS no. 2 tahun 199, trafficking adalah salah satu atau lebih bentuk penculikan, penyekapan, perkosaan, penyiksaan, buruh paksa atau praktek-praktek seperti perbudakan dan menghancurkan hak asasi manusia. Trafficking memuat segala tindakan yang termasuk dalam proses rekruitmen atau 4|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking pemindahan orang di dalam ataupun antar negara, melibutkan penipuan, paksaan atau dengan tujuan menempatkan orang-orang pada situasi penyiksaan atau eksploitasi seperti prustitusi paksa, penyiksaan dan kekejaman luar biasa, buruh di pabrik dengan kondisi buruk atau pekerja rumah tangga yang dieksploitasi Human trafficking atau perdagangan manusia oleh Perserikatan Bangsabangsa (PBB) mendefinisikan sebagai perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman, penggunaan kekerasan, perbudakan, pemaksaan, pemerangkapan utang ataupun bentuk-bentuk penipuan yang lainnya dengan tujuan eksploitasi (Course Instruction, 2011:2). Perdagangan manusia berhubungan dengan menjajakan diri (memperdagangkan), tawar-menawar, membuat kesepakatan, melakukan transaksi dan hubungan seksual (Taiwan Medicare, 2012). Perdagangan manusia melakukan pemindahtanganan seseorang dari satu pihak ke pihak yang lainnya dengan menggunakan ancaman, penipuan dan penguasaan. Perdagangan manusia mengandung elemen pengalihan yang tujuannya bisa untuk apa saja baik eksploitasi tenaga kerja, pembantu rumah tangga, pengambilan organ tubuh dan sampai kepada eksploitasi seks komersil (Wagner, 2004). Misalnya Caouette memberi batasan tentang perdagangan sebagai suatu perekrutan dan transfortasi orang atau sekelompok orang di dalam dan melawati perbatasan nasional menggunakan kekerasan terhadap orang lain. para korban dirayu, ditipu, diculik atau dalam berbagai cara diakali untuk masuk prostitusi. Menurut Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) pasal 1 ayat 1, dedinisi trafficking adalah tindakan perekrutaan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penculikan, penipuan, penyekapan, peyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh peretujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. 5|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking Sebelum Undang-undang tindak pidana disahkan, pengertian tindak pidana perdagangan orang (trafficking) yang umum paling banyak digunakan adalah protokol PBB. Adapun menurut protokol PBB tersebut pengertian trafficking adalah: a. Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penjualan, penampungan atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan atau penyaalah gunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitassi termasuk, paling tidak eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, pengahambaa atau pengambilan organ tubuh. b. Persetujuan korban perdagangan orang terhadap eksploitasi yang dimaksud yang dikemukakan dalam sub line (a). c. Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seorang anak untuk tujuan eksploitasi dipandang sebagai perdagangan orang bahkan jika kegiatan ini tidak melibatkan satu pun cara yang dikemukakan dalam sub babline (a). d. Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 tahun. Pengertian di atas tidak menekankan pada perekrutan dan pengiriman yang menentukan suatu perbuatan tersebut adalah tindak pidana perdagangan orang, tetapi juga kondisi eksploitatif terkait ke dalam mana orang diperdagangkan. Dari pengertian tersebut ada tiga unsur yang berbeda yang saling berkaitan satu sama lainnya, yaitu: a. Tindakan atau perbuatan yang dilakukan, yaitu perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang. 6|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking b. Cara: menggunakan ancaman, penggunaan kekerasa atau bentuk-bentuk paksaan lain, penculikan, tipu daya, penipuan, pemberian atau penerimaan pembayaran atau keuntungan untuk memperoleh persetujuan dari orangorang. c. Tujuan atau maksud, untuk tujuan eksploitsi. Eksploitasi mencakup setidaktidaknya eksploitasi pelacuran dari orang lain atau bentuk-bentuk eksplotasi seksual lainnya, kerja paksa, perbudakan, pengahambaan atau pengambilan organ tubuh. Dari definisi di atas ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari beberapa pengertian trafficking yaitu: a. Adanya proses perekrutan, pengiriman, eksploitasi, pemindahan, penampungan atau penerimaan manusia baik itu lintas wilayah maupun negara. b. Ada pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan perempuan maupun anak untuk melakukan sebuah pekerjaan (dibayar atau tidak), sebagai hubungan kerja yang eksploitatif (secara ekonomi atau seksusal), baik itu TKW, prostitusi, buruh manual atau industri, perkawinan paksa, atau pekerjaan lainnya. c. Ada korban baik perempuan maupun anak yang karena keperempuanan dan kekanakannya dimanfaatkan dan di eksploitasi baik secara ekonomi maupun seksual, guna kepentingan pihak-pihak tertentu dengan cara paksa, disertai ancaman, maupun tipuan ataupun penculikan, penipuan, kebohongan, kecurangan atau penyalahgunaan kekuasaan. Dalam hal ini termasuk juga terhadap beberapa korban yang menyatakan persetujuan yang mana dipahami bahwa situasi-situai tertentu yang mengakibatkan para korban setuju, misalnya karena kebutuhan ekonomi, ada tekanan kekuasaan dan lain sebagainya. Melihat dari beberapa definisi yang telah dipaparkan tentang pengertian trafficking di atas dapat diambil benang merahnya bahwa kategori trafficking akan terpenuhi apabila memenuhi tiga unsur yaitu: proses, jalan atau cara dan tujuan. Proses disni meliputi perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan dan penjualan, sedangkan cara atau jalannya ialah dengan kekerasan, pemaksaan, 7|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking penipuan, kebohongan dan penculikan. Adapun tujuannya adalah untukeksploitasi, baik seksual atupun ekslpoitasi yang lain seperti perbudakan dan menjadikan pelayan. 2.2 Faktor- Faktor Penyebab Trafficking Human Terjadinya Trafficking baik itu berupa kasus kekerasan maupun eksploitasi terhadap anak-anak dan perempuan disebabkan oleh beberapa factor khususnya di Indonisia diantaranya ialah sebagai berikut: 1. Faktor Ekonomi Ekonomi yang minim atau disebut kemiskinan menjadi factor penyebab utama terjadinya Human Trafficking. Ini menunjukkan bahwa perdagangan manusia merupakan ancaman yang sangat membahayakan bagi orang miskin. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa rendahnya ekonomi membawa dampak bagi prilaku sebagian besar masyarakat. Ekonomi yang pas-pasan menuntut mereka untuk mencari uang dengan berbagai cara. Selain itu budaya konsumvitisme, juga ikut andil menambah iming-iming masyarakat untuk mencari biaya penghidupan. Semua ini menjadikan mereka dapat terjerumus ke dalam prostitusi dan tindak asusila lainnya. Di sisi yang lain kurangnya lahan pekerjaan atau masih banyaknya angka pengangguran melengkapi rendahnya pendapatan atau ekonomi masyarakat. Keterbatasannya lahan pekerjaan yang dapat menampung perempuan dengan tingkat keterampilan yang minim menyebabkan banyak perempuan-perempuan menganggur sehingga kondisi inilah yang dipergunakan dengn baik oleh para perantara yang menyarankan perempuan-perempuan 8|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking untuk bekerja. Mereka dijanjikan untuk bekerja di dalam kota, atau di luar negeri. Dalam bujukan tersebut, tidak dijelaskan secara detail pekerjaan apa yang akan didapatkan. Biasanya para perantara hanya memberikan iming-iming gaji atau upah yang besar. Tanpa disadari, korban telah terjebak penipuan dalam hal ini sebagai pelayan seks. Biasanya mereka bersedia bekerja di manapun ditempatkan. Oleh karena itu ketika ada perantara yang menawarkan sebuah pekerjaan dengan iming-iming upah atau gaji yang besar maka mereka akan menyambut dengan senang hati tawaran tersebut. Tawaran ini selalu menjadi dewa penyelamat untuk meneyelesaikan kondisi ekonomi. Namun pada hakikatnya hal tersebut adalah sasaran empuk bagi para calo untuk dijadikan korban trafficking. Pada wilayah anak-anak, putus sekolah menyebabkan mereka untuk memaksakan diri mereka sendiri untuk memasuki dunia kerja. Mereka dipaksa kerja untuk bisa meringankan beban keluarga. Tidak jarang anakanak menjadi korban eksploitasi seksual komersial dan trafficking terhadap anak karena orang tua mereka sudah tidak sanggup lagi membiayai. Keluarga yang miskin mungkin tidak sanggup untuk mengirim anak mereka ke sekolah dan biasanya akan mendahulukan pendidikan bagi anak laki-laki jika mereka hanya mampu mengirim sebagian anak-anak mereka ke sekolah. Jika orang tua tidak mampu mencari pekerjaan, maka anak akan mereka suruh bekerja diladang atau di pabrekatau di dalam situasi yang lebih berbahaya serta jauh dari rumah seperti diluar kota atau di luar negeri. Melalui semua jalur ini, kemiskinan membuat anak dan perempuan semakin rentan terhadap trafficking. Pemaknaan ekonomi rendah juga bisa diaplikasikan pada orang yang terjerat banyak hutang. Jeratan hutang tersebut yang pada akhirnya berujung fenomina yang disebut “Buruh Ijon”, yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang dianggap sebagai pembayaran hutang. Adapun kasus jeratan hutang bisa terjadi pada siapapun. Pada kasus trafficking mudus yang biasa terjadi dengan cara penipuan. Buruh migrah telah menempatkan diri mereka dalam jeratan hutang. Di mana mereka setuju untuk membuat pinjaman uang untuk membayar biaya perjalanan mereka. Korban 9|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking hutang tersebut kemudian harus bekerja sampai hutangnya lunas, biasanya trafficker meminta melunasi sesuai permintaannya. Ada yang sebagai pekerja seks, pembantu rumah tangga dan masih banyak yang lain. Kekerasan dan eksploitasi yang terperangkap dalam buruh ijon bekerja pada rumah tangga sebagai pembantu atau penjaga anak, direstauran, toko-toko kecil, di pabrekpabrek atau pada industri seks. Tapi menjadi rahasia umum apabila masih gadis maka melunasi dengan bekerja sebagai pekerja seks. Karena itulah jeratan hutang dapat mengarah pada kerja paksa. Sedangkan kerja paksa membuka besarnya kemungkinan untuk kekerasan dan eksploitasi terhadap pekerja. Pada kondisi seperti di atas, pekerja kehilangan kebebasannya untuk bergerak karena orang yang menguasai hutang ingin memastikan bahwa pekerja tidak berusah melarikan diri dari hutangnya. Bahkan para korban disembunyikan dari penegak hukum, polisi dan masyarakat luas. Pada akhirnya rendahnya ekonomi berujung pada penerimaan pinjaman para calo agar mereka dapat bekerja akan tetapi mereka tidak memahami bahaya yang akan menimpanya. 2. Posisi Subordinat Perempuan dalam Sosial dan Budaya Seperti halnya kondisi pedagangan manusia yang terjadi di dunia, untuk Indonisia penelitian-penelitia yang dilakukan di lembaga pendidikan dan LSM menunjukkan sebagian besar korban perdagangan manusia adalah perempuan dan anak-anak. Indonisia adalah suatu masyarakat yang patrialkhal, suatu struktur komonitas dimana kaum laki-laki yang lebih memegang kekuasaan, 10 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g dipersepsi sebagai struktur yang mendegorasi perempuan baik dalam kebijakan pemerrintah maupun dalam prilaku masyarakat. Misalnya perumusan tentang kdudukan istri dalam hokum perkawinan, kecenderungan untuk membayar upah buruh wanita di bawah upah buruh laki-laki, atau kecenderungan lebih mengutamakan anak laki-laki dari pada anak perempuan dalam bidang pendidikan, merupakan salah satu refleksi keberadaan permpuan dalam posisi subordinat dibandingkan dengan laki-laki. Kondisi perekonomian yang lemah serta kontrusksi masyarakat yang ada menempatkan hakperempuan dalam posisi yang lebih tidak menguntungkan. Meskipun dalam pasal 3 perjanjian tentang hak Ekonomi, Sosial dan Budaya tahun 1966 menyatakan bahwa adanya persamaan bagi lakilaki dan perempuan untuk memperoleh hak ekonomi, sosial dan budaya. Namun kenyataannya HAM di Indonesia masih belum menyentuh masyarakat karena masih kuatnya diskriminasi terhadap perempuan. 3. Faktor Pendidikan Tingkat pendidikan yang rendah juga sangat mempengaruhi kekerasan dan eksploitasi terhadap anak dan perempuan. Banyaknya anak yang putus sekolah, sehingga mereka tidak mempunyai skill yang memadai untuk mempertahankan hidup. Implikasinya, mereka rentan terlibat kriminalitas. Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2000 lalu melaporkan bahwa 34,0% penduduk Indonisia berusia 10 tahun ke atas belum atau tidak tamat pendidikan 11 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g dasar (SD) dan hanya 15% tamat SLTP. Menurut laporan BPJS Tahun 2000 juga terdapat 14% anak usia 7-12 tahun dan 24% anak usia 13-15 tahun tidak melanjutka kejenjang pendidikan SLTP karena alasan ketidak mampuan dalam hal biaya. Melihat data di atas tampak bahwa mayoritas masyarakat Indonesia masih banyak yang bertaraf rendah tingkatannya dalam hal pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan serta minimnya keterampilan atau skill menyebabkan sebagian besar dari permpuan menganggur serta menghabiskan sebagian besar hidup dan waktunya di rumah. Dan pada akhirnya tidak menghasilkan keuangan bahkan mengurani pemasukan. Sebenarnya tidak hanya kaum perempuan yang menganggur akan tetapi laki-laki juga mengalami hal yang serupa. Tampak bahwa setip tahun ribuan orang meninggalkan kampung halamannya dan snak keluarganya demi mencari keja atau penghidupan yan lebih layak di daerah lain Indonesia atau bahkan keluar negeri. Namun dari data di atas menunjukkan bahwa kaum perempuan yang paling banyak menganggur. Kedaan inilah yangmenyebabkan mereka menerima tawaran pekerjaan oleh para perantara yang yang mereka tidak menyadarinya sebagai trafficker meskipun belum menegtahui seberapa besar uapah atau gaji yang akan diterimanya. 4. Tidak Ada Akta Kelahiran Sebuah studi yang dipublikasikan oleh UNICEF APADA mei 2002 yang lalu memperkirakan bahwa hingga tahun 2000 lalu, 37% balita Indonesia belum mempunyai akta kelahiran. Pasal 9 konvensi mengenai hak-hak anak menentukan bahwa semua anak harus didaftarkan segera setelah kelahirannya dan juga harus mempunyai nama serta kewarganegaraan. Ada bermacammacam alasan mengapa banyak anak tidak terdaftar kelahirannyaa. Orang tua yang miskin mungkin merasa biaya pendaftaran terlalu mahal atau mereka tidak menyadari pentingtnya akata kelahiran. Banyak yang tidak tahu bagaimana mendaftarkan seorang bayi yang baru lahir. Rendahnya registrasi. Kelahiran, khususnya di masyarakat desa 12 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g menjadi fasilistas perdagangan manusia. Agen dan pelaku perdagangan memanfaatkan ketiadaan akta kelahiran asli untuk memalsukan umur perempuan muda agar mereka dapat bekerja di luar negeri. karena mereka tidak mempunyai dokumin yang disyaratkan, maka mereka dimanfaatkan oleh pelaku perdagangan. 5. Kebijakan yang Bias Gender Perempuan di Indonesia umumnya menikmati kesetaraan gender di mana hukum Undang-undang Dasar 1945 menjamin kesetaraan hak untuk lakilaki dan perempuan. Indonisia juga telah meratifikasi beberapa konvensi PBB yang menjamin kesetaraan hak bagi perempuan, antara lain rativikasi konvensi untuk penghpusan deskriminasi untuk perempuan (CEDAW) pada tahun 1984. Namun kenyataannya hukum perlindungan hanya di atas kertas sedangkan prakteknya masih jauh dari yang diaharapkan. Kesetaraan gender belum sepenuhnya terwujud, perempuan masih tertinggal secara sosial, politik, dan ekonomi dari kaum laki-laki. Adapun dalam hal pendidikan misalnya, ditemukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin lebar kesenjangan antara partisipasi perempuan dan laki-laki. UU perkawinan tahun 1974 menaikkan usia minimum bagi seorang gadis untuk meniah menjadi 16 tahun. Namun pernikahan diusia lebih muda dimungkinkan dengan izin dari peradilan. UU perkawinan secara hukum mengannggap mereka sebagai orang dewasa sekalipun mereka masih di bawah 18 tahun. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak mereka sebaik-baiknya sampai anak itu kawin atau dapat berdikari (pasal 45) sekalipun tidak ada larangan bagi anak yang sudah menikah untuki bersekolah, anak perempuan yang sudah menikah sangat jarang meneruskan pendidikan mereka. Kenyataannya sekolah-sekolah formal untuk tingkat SMP atau SMA tidak menerima siswa yang sudah menikah, walaupun ada itu hanya disekolah kesetaraan yang kejar paket B atau C. 13 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g Dalam bidang ketenagakerjaaan, hukum Indonisia memberikan perlindungan de jure bagi perempuan di tempat kerja. Menurut hukum, perempuan dilindungi dari diskriminasi berdasarkan gender atau Karena menerima bayaran yang setara untuk pekerjaan yang sama, tidak dapat diberhentikan jika menikahh atau melahirkan, tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang berbahaya dan harus diberikan cuti hamil. Selain itu, kerentanan perempuan semakin tinggi setelah berserai, khususnya bagi mereka yang memmiliki anak. Undang-undang perkawinan dan peraturan-peratuan yang terkait mengizinkan laki-laki dan perempuan bercerai untuk alasan yang sama. Namun peraturan tersebut menempatkan perempuan yang bercerai dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam hal tunjangan dari suami setelah perceraian terjadi. 6. Pengaruh Globalisasi Pemberitaan tentang trafficking (perdagangan manusia), pada beberapa waktu terakhir ini di Indonesia semakin marak dan menjadi isu yang aktual, baik dalam lingkup domistik maupun yang telah bersifat lintas batas negara. Perdagangan manusia yang paling menonjol terjadi khususnya yang dikaitkan dengan perempuan dan kegiatan industri seksual, ini baru mulai menjadi perhatian masyarakat melalui media massa pada beberapa tahun terakhir ini. Kemungkinan terjadi dalam skala yang kecil, atau dalam suatu kegiatan yang terorganisir dengan sangat rapi. Merupakan sebagian dari alasan-alasan yang membuat berita-berita perdagangan ini belum menarik media massa paa masa lalu. Adapun pengaruh dari akibat globalisasi dunia, Indonesia juga tidak dapat luput dari pengaruh keterbukaan dan Kemajuan di berbagai aspek teknologi, politik, ekonomi, dan sebagainya. Kemajuan di berbagai aspek tersebut membawa perubahan pula dalam segi-segi kehidupan sosial dan budaya yang diacu oleh berbagai kemudahan informasi. Dampak negatif dari perrubahan dan kemudahan tersebut menjadi konsekuensi bagi munculnya permasalahan-permasalahan sosial termasuk pada 14 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g perempuan dan anak, salah satunya adalah berkembangannya perdagangan seks pada anak. 2.3 Bentuk dan Modus Trafficking Human 2.3.1 Bentuk Trafficking Seiring berjalannya waktu bentuk dan modus trafficking pun semakin komplek, banyak model dan bentuk perdagangan yang dipergunakan agar misi trafficking berhasil. Ini tidak dapat dipungkiri karena sudah menjadi fenomena yang menjamur diberbagai belahan dunia termasuk Indonisia. Adapun bentuk-bentuk tarfficking diantaranya adalah: 1. Eksploitasi Seksual Eksploitasi seksual dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Eksploitasi seksual komersial untuk prostitusi. Misalnya perempuan yang miskin dari kampung atau mengalami perceraian karena akibat kawin muda atau putus sekolah kemudian diajak bekerja ditempat hiburan kemudian dijadikan pekerja seks atau panti pijat. Korban bekerja untuk mucikari atau disebut juga germo yang punya peratutan yang eksploitatif, misalnya jam kerja yang tak terbatas agar menghasilkan uang yang jumlahnya tidak ditentukan.8 Korban tidak berdaya untuk menolak melayani laki-laki hidung belang yang menginginkan tubuhnya dan jika ia menolak maka sang mucikari tidak segan-segan untuk menyiksanya karena biasanya mereka punya bodigard-budigard yang mengawasi mereka. Kesempatan untuk melepaskan diri sangatlah sulit sekali, sehingga korban bagaikan buah si malakama. Jika korban protes maka mereka diharuskan membayar sejumlah uang sebagai ganti dari biaya hidup yang digunakan oleh korban. Dalam prakteknya korban dalam posisi yang lemah dan diskenariokan untuk selalu tergantung atau merasa membutuhkan aktor baik untuk kebutuhan rasa aman maupun kebutuhan secara ekonomis. 15 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g 2) Eksploitasi non komersial, Misalnya pencabulan terhadap anak, perkosaan dan kekerasan seksual. Banyak pelaku pencabulan dan perkosaan yang dapat dengan bebas menghirup udara kebebasan dengan tanpa dijerat hukum. Sementara perempuan sebagai korban harus menderita secara lahir dan batin seumur hidup bahkan ada yang putus asa dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, ada juga yang karena tidak sanggup menghadapi semuanya terganggu jiwanya. Di Indonesia keberadaan perempuan yang dijerumuskan ke dalam prostitusi yang diperdagangkan seksualitasnya dan perempuan yang digunakan untuk memproduksi bahan-bahan pornugrafi merupakan fakta yang tidak terbantahkan. Dalam banyak kasus, perempuan semula dijanjikan oleh pihak-pihak tertentu untuk bekerja sebagai buruh migran, pembantu rumah tangga, pekerja restoran, pelayan toko, dan lain sebagainya. Tetapi kemudian dipaksa pada industri seks pada saat mereka tida pada daerah tujuan. Eksploitasi seksual baik yang komersial maupun yang non komersial kedua-duanya sama-sama menjadi penyakit penyebar HIV dan AIDS, sebuah virus yang menggerogoti sistem kekebalan tubuh sehingga jika seseorang sudah tertular maka kekebalan tubuhnya sudah tidaki ada lagi. Dari tahun ke tahun penularan penyakit ini perkembangannya semakin pesat, yang tertular tidak hanya di kalangan masyarakat kota tapi juga sampai ke pelosok desa seperti papua. Ini adalah masalah yang sangat besar, satu sisi agama dan negara mencegah dengan peraturanperaturannya namun disisi lain kejahatan semakin merajalela dan semakin canggih. 16 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g 2. Pekerja Rumah Tangga Pembantu rumah tangga yang bekerja baik di luar maupun di dalam wilayah Indonesia dijadikan korban kedalam kondisi kerja yang dibawah paksaan, pengekangan dan tidak diperbolehkan menolak bekerja. mereka bekerja dengan jam kerja yang panjang, upah yang tidak dibayar. Selama ini juga pekerja rumah tangga tau yang disebut pembantu tidaklah dianggap sebagai pekerja formal melainkan sebagai hubungan informal antara pekerja dan majikan, dan pekerjaan kasar yang tidak membutuhkan keterampilan. upah yang diterima sangat rendah dibawah UMR yang tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan, dimana jam kerja yang sangat panjang, tidak ada libur, bahkan banyak yang tidak ada waku untuk istirahat. Perlakuan yang lebih buruk lagi adalah mereka diperlakukan layaknya budak, baik ketika menyuruh suatu pekerjaan atau dalam hal makan, di mana mereka diberi makan yang sedikit dan tidak memenuhi standar gizi yang dapat memberikan asupan tenaga, dilarang menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya bahkan di luar negeri seringkali majikan dan agen menyita paspor TKW agar tidak bisa kabur jika mereka diperlakukan oleh semua majikan karena ada juga majikan yang baik dalam memperlakukan pembantu rumah tangganya bahkan menganggapnya sebagai keluarga. 3. Penjualan Bayi Di sejumlah negara maju, motif adopsi anak pada keluarga modern menjadi salah satu penyebab maraknya incaran trafficker. Keluarga modern yang enggan mendapatkan keturunan dari hasil pernikahan menjadi rela mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk mengadopsi anak. Kebutuhan adopsi massal itulah yang menyebabkan lahirnya para penjual bayi, calo-calo anak dan segenap jaringannya. 17 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g Di sisi lain, negara-negara berkembang masih dipenuhi warga miskin dengan segala persoalannya, yang kemudian menjadi sasaran pencarian anak-anak yang akan diadopsi melalui proses perdagangan. Misalnya hilangnya 300 anak pasca sunami di Aceh yang kemudian dilarikan oleh LSM. Banyak pihak yang menduga anak itu dilarikan ke Amerika. Selama tahun 2007, gugus tugas anti trafficking Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (GTA MNPP) menemukan sekitar 500 anak Indonesia yang diperdagangkan ke Swedia. Para trafficker tidak hanya mengambil anak-anak usia belita, usia sekolah dan remaja saja janinpun bisa mereka tampung. Dari sumber yang sama menyebutkan bahwa pada tahun 2003 di perbatasan Indonesia-Malaysia harga orok bermata sipit dan berkulit putih dihargai sekitar 18.000 -25.000 Ringgit Malaysia. Sedangkan untuk orok bermata bundar dan berkulit hitam dihargai 10.000-15.000 Ringgit Malaysia. Cara atau modus penjualan bayi bervariasi. Misalnya, beberapa buruh migran Indonesia yang menjadi korban sebagai perkawinan palsu saat di luar negeri, dipaksa untuk menyerahkan bayinya untuk diadopsi secara illegal. Dalam kasus lain, ibu rumah tangga Indonesia ditipu oleh pembantu rumah tangga kepercayaannya yang melarikan bayi majikannya kemudian menjual bayi tersebut kepasar gelap. 4. Jeratan Hutang Jeratan hutang adalah salah satu bentuk dari perbudakan tradiional, di mana korban tidak bisa melarikan diri dari pekerjaan atau tempatnya bekerja sampai hutangnya lunas. Ini terjadi mislanya pada para TKW, di mana ketika mereka berangkat ke negara tujuan dibiayai oleh PJTKI dan mereka harus mengganti dengan gaji sekitar empat bulanan yang padahal jika dihitung-hitung baiaya yang dikeluarkan oleh PJTKI tidak sebanyak gaji TKW tersebut. Ini menjadikan para TKW harus tetap 18 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g bekerja apapun kondisi yang dihadapi di lapangan sampai habis masa kontrak. Karena itulah jeratan hutang dapat mengarah pada kerja paksa dan membuka kemungkinan terjadinya kekerasan dan eksploitasi terhadap pekerja. Pekerja kehilangan kebebasannya untuk bekerja karena orang yang menghutangkan ingin memastikan bahwa pekerja tidak akan lari dari hutangnya. Meskipun secara teori mereka hutang tersebut dapat dibayarkan dalam jangka waktu tertentu tetapi hutang tersebut akan terus ditingkatkan sampai si peminjam tidak dapat melunasinya. 5. Pengedar Narkoba dan Pengemis Dunia saat ini sudah diserang virus berbahaya yang namanya narkoba. Narkoba sudah mengglobal di seluruh dunia dan sulit untuk dicegah penyebarannya mulai dari kota besar sampai kepelosok desa. karena secara materi hasil dari penjualan narkoba sangat fantastis dibanding dengan pekerjaan atau bisnis apapun. Inilah salah satu yang menyebabkan orang-orang terjun kelingkungan mafia, karena satu sisi hasilnya sangat menggiurkan dan disisi lain ia sulit menemukan pekerjaan yang layak dengan penghasilan besar walaupun resikonya juga sangat besar. Kemudian juga dimanfaatkan oleh bandar-bandar narkoba untuk mengedarkan pil setannya juga menjadi penggunanya. Misalnya banyak kasus dalam tayangan berita di mana muda mudi tertangkap 19 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g menyeludupkan narkoba termasuk heroin atau ganja tertangkap polisi. Mereka sangat sulit sekali untuk membuka siapa yang ada dibalik mereka, karena biasanya mereka sudah diikat dengan perjanjian untuk tidak membuka dan kadangkala mereka sendiri tidak tau siapa pihak pertama atau pemilik barang haram tersebut. Akhirnya merekalah yang harus menerima resikonya sementara bandar narkobanya bebas melenggang. Pekerjaan lain yang juga menjadi penyakit adalah adanya sindikat bagi para pengemis. Banyak perempuan-perempuan di lampu merah yang bahkan menggendong anak kecil dengan penampilan yang amat sangat tidak layak untuk masa sekarang ini yang serba modern berburu kepingan rupiah dari mereka-mereka yang punya rasa iba. Ternyata banyak diantara mereka yang dikordinir dan ditempatkan ditempat-tempat yang sudah ditentukan. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan kerja keras dari semua pihak dengan sungguh-sungguh dan bukan penyelesaian yang hanya bersifat formalitas belaka. Memang sudah ada upaya dari Dinas Sosial tapi ini mungkin baru sedikit karena buktinya semakin hari perempuan yang mengemis di jalanan makin banyak. 6. Pengantin Pesanan Pos (Mail order bride) Kasus ini dapat terjadi salah satunya adalah karena tingginya mahar yang diminta oleh pihak perempuan, sementara laki-laknya tidak mampu secara ekonomi untuk memenuhinya sedangkan usia mereka lebih dari cukup untuk menikah. Maka salah satu caranya adalah dengan membeli perempuan dari luar negeri untuk dinikahinya karena tidak perlu memberikan mahar yang besar dan lebih mau menuruti apa maunya si lakilaki. Ini dialami oleh seorang TKW dimana ia menceritakan bahawa ia telah menikah dengan laki-laki asal timur tengah, namun ironinya ketika perempuan tersebut hamil ia dipulangkan ke Indonesia dengan tanpa sepersenpun diberi nafkah dan biaya persalinan. Ada dua metode yang dikembangkan dalam melihat perkawinan sebagai salah satu penipuan. 20 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g 1) Perkawinan digunakan sebagai jalan penipuan untuk mengambil perempuan tersebut dan membawa ke wilayah lain yang sangat asing, namun sesampai di wilayah tujuan perempuan tersebut disalurkan dalam industri seks atau prostitusi. Ini sangat ironi sekali dan sangat bias gender, dimana seorang suami yang harusnya berkewajiban mencari nafkah untuk keluarga justru sebaliknya ia menghamburhamburkan uang yang dikumpulkan istri. Mungkin ini karena pihak laki-laki merasa ia sudah membeli si perempuan sehingga ia menganggap bahwa perempuan itu adalah budaknya yang bisa bebas ia perlakukan. 2) Perkawinan untuk memasukkan perempuan ke dalam rumah tangga untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domistik yang sangat eksploitatif bentuknya. Fenomina pengantin pesanan ini banyak terjadi dalam masyarakat keturunan cina di Kalimantan Barat dengan para suami berasal dari Taiwan walaupun dari Jawa Timur diberitakan telah terjadi beberapa kasus serupa. Data dari Pusat Studi Wanita Universitas Tanjung Pura, setiap tahun kira-kira 50 perempuan kembali ke Singkawang dari Taiwan telah mengalami kekerasan dan penipuan. Kekerasan dan penipuan yang dilaporkan bermacam-macam yaitu dinikahkan dengan laki-laki yang lebih tua, berlainan dengan apa yang diberitahukan sebelumnya atau dengan laki-laki yang cacat mental atau fisik atau dinikahkan secara sah sebagai perempuan simpanan atau menjadi pelayan tanpa bayaran atau bekerja di pabrek dan dipaksa bekerja di prostitusi. 7. Donor Paksa Organ Tubuh Perdagangan organ tubuh manusia kini semakin merajalela seiring dengan kemajuan teknologi dibidang kedokteran, misalnya saja teknologi cangkok jantung, ini biasanya dipesan untuk mereka para penderita jantung yang berkantong tebal dan “turis cangkok” sebutan untuk para pasien yang datang ke negara-negara miskin untuk membeli organ tubuh orang-orang 21 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g miskin. Di Indonesia, modus penjualan organ tubuh ini beranika ragam, ada yang menjual karena terdesak kebutuhan ekonomi, misalnya yang dilakukan seorang ibu demi memenuhi biaya hidup, pendidikan bahkan untuk pengobatan penyakit anaknya ia rela menjual organ ginjalnya atau juga yang dilakukan dengan cara menipu sang donor. Bahkan ditengarai ada kasus pembubuhan dengan tujuan mengambil organ tubuh korban kemudian dijual. Modus lain adalah memanfaatkan organ tubuh para TKW yang meninggal di luar negeri. Untuk kasus ini seringkali ketika jenazah sampai di dalam negeri biasanya pihak keluarga tidak diperkenankan meliahat atau membuka peti jenazah. Sebenarnya ini sering terjadi tapi karena ketidak tahuan pihak keluarga akhirnya pihak keluarga hanya menuruti saja, padahal mungkin saja jenazah yang cukup lama tapi juga karena organ tubuh mayat sudah diambil untuk dijual yang mingkin saja dilakukan oleh pihak majikan ataupun pihak rumah sakit yang sudah bekerjasama dengan sindikat penjualan organ tubuh manusia. 2.3.2 Modus Trafficking Dalam menjalankan operandinya para trafficker sering menggunakan mudus berupa iming-iming. Di antara modus-modusnya antara lain yaitu: 1. Tawaran Kerja Salah satu modus human trafficking yang sering dilakukan adalah penawaran kerja ke luar pulau atau luar negeri dengan gaji tinggi. Pelaku biasanya mendatangi rumah calon korbannya dan saat pemberangkatan juga tanpa dilengkapi surat keterangan dari pemerintah desa setempat. Cara tersebut dilakukan untuk menghilangkan kecurigaan sejumlah pihak, termasuk memberi kemudahan kepada keluarga korban untuk dapat diterima kerja tanpa harus mengurus sejumlah surat kelengkapan kerja di luar daerah atau negeri. Dari pihak orang tua korban 22 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g sudah tidak memperdulikan aturan atau kelengkapan surat-surat kerja karena sudah termakan oleh bujukan pelaku. Modusnya adalah para calo atau perantara memberi iming-iming bagi para korban dengan menawarkan bekerja di mall dan salon dengan gaji besar. Selanjutnya korban diserahkan pada germo yang kemudian dipekerjakan secara paksa sebagai wanita penghibur di tempat-tempat hiburan malam. Selain aspek pemaksaan yang menyalahi aturan, aspek upah juga sangat merugikan para korban. Mereka hanya mendapatkan sedikit upah dari transaksi. pdahal sekali kencan korban diberi uang oleh hidung belang sekitar kurang lebih 500 ribu sekali kencan. Hal ini biasanya dijadikan dalih oleh para germo sebagai pembiayaan fasilitas antar jemput, baju, dan rias bagus serta modis agar lebih menarik. 2. Bius Rayuan dan iming-iming pekerjaan bukan lagi menjadi modus yang paling sering dilakukan dalam human trafficking, tetapi saat ini orang bisa menjadi korban perdagangan manusia dengan kekerasan seperti dibius. Modus ini menggunakan kekerasan, cara modus ini berawal dari penculikan terhadap korban, kemudian pelaku membiusnya dengan suntikan ataupun dengan alat yang lain yang digunakan untuk membius. Kemudian korban dibawa dan dipertemukan dengan sang bos. Setelah itu korban diserahkan jaringan lainnya untuk dibawa ke negara lain tanpa membawa paspor untuk dipekerjakan secara paksa sebagai pekerja seks. 2.4 Undang- Undang Tentang Trafficking Undang Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, definisinya adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau 23 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut,baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Berdasarkan pasal tersebut, unsur tindak pidana perdagangan orang ada tiga yaitu: unsurproses, cara dan eksploitasi. Jika ketiganya terpenuhi maka bisa dikategorikan sebagai perdagangan orang. 1. Proses: tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut 2. Cara: ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut. 3. Eksploitasi: tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immateriil. 4. Lokus: Tempat kejadian tindak pidana perdagangan orang bisa terjadi di dalam negara ataupun antar negara. 24 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g Sanksi bagi pelaku tindak pidana perdagangan orang Kurungan Penjara dan atau Denda. Sanksi kurungan penjara, minimal 3 tahun maksimal 15 tahun. Sanksi denda bagi pelaku perorangan Rp 150-600 juta, sementara untuk perusahaan sanksi penjaranya minimal 9 tahun dan maksimal 45 tahun, atau denda minimal sebesar Rp 360 juta, dan maksimal Rp 1,8 miliar. Korban Human Trafficking Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental. fisik, seksual, dan atau sosial yang diakibatkan tindak pidana perdagangan orang (Pasal 1 ayat 3 UU No 21 Tahun 2007). Ciri-ciri perdagangan orang dalam konteks migrasi ketenagakerjaan? 1. Perekrutan tanpa Perjanjian Penempatan; 2. Ditempatkan tanpa perjanjian Kerja; 3. Perekrutan dibawah umur (-18 thn) dokumen dipalsukan; 4. Perekrutan tanpa izin suami/orang tua/wali; 5. Ditempatkan tanpa sertifikat kompetensi (tidak dilatih); 6. Hanya menggunakan paspor dengan visa kunjungan; 7. Ditempatkan oleh perorangan, bukan Perusahaan yang memiliki izin dari Menteri Tenaga Kerja; 8. Dipindahkan ke majikan lain tanpa perjanjian Kerja; 9. Dipindahkan ke negara lain yang peraturannya terbuka walaupun tidak sesuai dengan peraturan Indonesia. 10. Beban biaya diatas ketentuan yang ditetapkan pemerintah (over charging). Hak Korban dan/ atau Saksi 1. Hak Korban dan/ atau Saksi juga diberikan kepada keluarganya dengan rincian sebagai berikut: 1) Memperoleh kerahasiaan identitas (Pasal 44) Hak ini diberikan juga kepada keluarga korban dan/ atau saksi sampai derajat kedua. 25 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g 2) Hak untuk mendapat jaminan perlindungan dari ancaman yang membahayakan diri, jiwa dan/atau hartanya (Pasal 47). 3) Restitusi (Pasal 48). Restitusi ini adalah pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan/ atau immateriil yang diderita korban atau ahli warisnya (Pasal 1 angka 13 Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2007). Pengaturan restitusi berupa ganti kerugian atas garis besarnya adalah sebagai berikut: a. kehilangan kekayaan atau penghasilan, b. penderitaan, c. biaya untuk tindakan perawatan medis dan/ atau psikologis, dan/atau d. kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang. Restitusi diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam amar putusan pengadilan tentang perkara tindak pidana perdagangan orang. Pemberian restitusi dilaksanakan sejak dijatuhkan putusan pengadilan tingkat pertama. Restitusi tersebut dapat dititipkan terlebih dahulu di pengadilan tempat perkara diputus. Pemberian restitusi dilakukan dalam 14 hari terhitung sejak diberitahukannya putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam hal pelaku diputus bebas oleh pengadilan tingkat banding atau kasasi, maka hakim memerintahkan dalam putusannya agar uang restitusi yang dititipkan dikembalikan kepada yang bersangkutan. Pelaksanaan pemberian restitusi dilaporkan kepada ketua pengadilan yang memutus perkara dan ditandai tanda bukti pelaksanaannya. Rehabilitasi (Pasal 51). Rehabilitasi adalah pemulihan dari gangguan terhadap kondisi fisik, psikis, dan sosial agar dapat melaksanakan perannya kembali secara wajar baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Korban berhak memperoleh rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan, dan reintegrasi sosial dari pemerintah apabila yang bersangkutan 26 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g mengalami penderitaan baik fisik maupun psikis akibat tindak pidana perdagangan orang. 2. Rehabilitasi diajukan oleh korban atau keluarga korban, teman korban, kepolisian, relawan pendamping, atau pekerja sosial, setelah korban melaporkan kasus yang dialaminya atau pihak lain melaporkannya kepada Polri. 3. Permohonan diajukan kepada pemerintah melalui menteri atau instansi yang menangani masalah – masalah kesehatan dan sosial di daerah. Dalam penjelasan Pasal 53 ayat (3) menegaskan yang dimaksud dengan pemerintah adalah “instansi” yang bertanggung jawab dalam bidang kesehatan, dan/ atau penanggulangan masalah – masalah sosial serta dapat dilaksanakan secara bersama – sama antara penyelenggara kewenangan tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota khususnya dari mana korban berasal atau bertempat tinggal. 4. Menteri atau instansi yang menangani rehabilitasi wajib memberikan rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan dan integrasi sosial paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diajukan permohonan. 5. Untuk penyelenggaraan pelayanan rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, ppemulangan dan reintegrasi sosial pemerintah serta pemerintah daerah wajib membentuk rumah perlindungan sosial atau pusat trauma. 6. Di samping perlindungan seperti yang telah diutarakan, sesuai Pasal 53 dan Pasal 54 bagi korban juga mendapat hak perlindungan antara lain; 1) apabila korban mengalami trauma atau penyakit yang membahayakan dirinya akibat tindak pidana perdagangan orang, maka menteri atau instansi yang menangani masalah – masalah kesehatan dan sosial di daerah wajib memberikan pertolongan pertama paling lambat 7 (tujuh) hari setelah permohonan diajukan; 2) apabila korban di luar negeri memerlukan perlindungan, maka pemerintah RI melalui perwakilannya di luar negeri wajib melindungi pribadi dan kepentingan korban dan mengusahakan memulangkan ke Indonesia atas biaya negara; 27 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g 3) apabila korban warga negara asing, berada di Indonesia, maka pemerintah RI mengupayakan perlindungan dan pemulangan ke negara asalnya melalui koordinasi dengan perwakilannya di Indonesia 2.5 Dampak/ Pengaruh Trafficking Human Berdasarkan perspektif historis, startegi dan tahapan, serta faktor penyebab human trafficking, maka hal tersebut menempatkan perempuan korban trafficking dalam situasi yang beresiko tinggi yang berdampak terhadap fisik, psikis maupu kehidupan sosial perempuan korban trafficking sebagaimana yang digambarkan Course Instruction (2011: 13, 14) sebagai berikut. 1. Dampak Psikologi dan Kesehatan Mental Menurut Williamson et al. (2010: 2), perempuan korban trafficking sering mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu peristiwa atau kejadian yang melibatkan cedera aktual atau terancam kematian yang serius, atau ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain" dan tanggapan mereka terhadap peristiwa ini sering melibatkan "rasa takut yang sangat, dan ketidakberdayaan, sebagai reaksi umum dari post traumatic stress disorder (PTSD). Pengalaman traumatis dan ketakutan dialami perempuan korban trafficking sejak awal mereka ditangkap secara paksa, mengalami penyekapan di daerah transit sebelum dikirim ke tempat tujuan untuk dijual dan di eksploitasi (American Association, 2005: 467). Setelah kedatangan ke tempat tujuan, perempuan korban trafficking perempuan korban trafficking terisolasi secara sosial, yang diselenggarakan dalam kurungan, dan kekurangan makanan. Semua milik pribadi dilucuti dari mereka, surat identitas, paspor, visa, dan dokumen lainnya (Course Instruction, 2011:1). Korban mengalami banyak gejala psikologis yang dihasilkan dari kekerasan mental sehari-hari dan penyiksaan. Ini termasuk depresi, stres yang berhubungan dengan gangguan, disorientasi, kebingungan, fobia, dan ketakutan. Korban shock, mengalami penolakan, ketidakpercayaan, tentang situasi mereka saat itu, perasaan tidak berdaya dan malu (Stotts & Ramey, 2009:10). Rasa takut yang terus-menerus untuk keamanan pribadi mereka dan 28 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g keselamatan keluarga mereka, ancaman deportasi akhirnya berkembang menjadi rasa kehilangan dan tidak berdaya. Hal ini tidak mengherankan bahwa depresi, kecemasan, dan post traumatic stress disorder (PTSD) adalah gejala yang umum dialami oleh para korban yang diperdagangkan. Para perempuan korban trafficking seringkali mengalami kondisi yang kejam yang mengakibatkan trauma fisik, seksual dan psikologis. Kegelisahan, insomnia, depresi dan post traumatic stress disorder menggambarkan standar evaluasi atau penilaian yang mengecewakan nilai diri dengan memandang rendah diri sendiri (Taylor, 2012:1). Para perempuan korban trafficking seringkali kehilangan kesempatan penting untuk mengalami perkembangan sosial, moral, dan spiritual. Hilang harapan tanpa tujuan hidup yang jelas, suram dan gelap masa depan. 1) Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) PTSD merupakan suatu pengalaman individu yang mengalami peristiwa traumatik yang menyebabkan gangguan pada integritas diri individu dan sehingga individu mengalami ketakutan, ketidakberdayaan dan trauma tersendiri (Townsend M.C., 2009). Individu dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) sering menyebabkan peningkatan keadaan siaga yang berlebihan, deperti insomnia, waspada berlebihan dan iritabilitas terhadap lingkungan yang berbahaya. Peningkatan ansietas dapat menyebabkan perilaku agresif atau perilaku menciderai (Fontaine, 2009). 29 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g Berdasarkan penelitian Rose (2002) ada 3 tipe gejala yang sering terjadi pada PTSD, yaitu: a. Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukkan dengan selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan yang telah dialami itu, flashback (merasa seolah-olah peristiwa yang menyedihkan terulang kembali), nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-kejadian yang membuatnya sedih), reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh kenangan akan peristiwa yang menyedihkan. b. Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan dengan menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan, atau percakapan yang berhubungan dengan trauma. Selain itu juga kehilangan minat terhadap semua hal, perasaan terasing dari orang lain, dan emosi yang dangkal. c. Sensitifitas yang meningkat, ditunjukkan dengan susah tidur, mudah marah / tidak dapat mengendalikan marah, susah konsentrasi, kewaspadaan yang berlebih, respon yang berlebihan atas segala sesuatu. 2) Kecemasan Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Videbeck, 2008). Satu studi melaporkan bahwa orang yang selamat dari trafficker mengalami 30 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g kecemasan dengan gejala kegugupan (95%), panik (61%), merasa tertekan (95%) dan keputusasaan tentang masa depan (76%) (Bradley, 2005). 3) Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan adalah persepsi yang menggambarkan perilaku seseorang yang tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil, suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Secara kognitif korban umumnya kurang konsentrasi, ambivalensi, kebingungan, fokus menyempit / preokupasi, misinterpretasi, bloking, berkurangnya kreatifitas, pandangan suram, pesimis, sulit untuk membuat keputusan, mimpi buruk, produktivitas menurun, pelupa. Afek korban terkadang tampak sedih, bingung, gelisah, apatis / pasif, kesepian, rasa tidak berharga, penyangkalan perasaan, kesal, khawatir, perasaan gagal. Korban sering semakin sering mengeluh kelemahan, pusing, kelelahan, keletihan, sakit kepala, perubahan siklus haid. Keluarga mungkin melaporkan perubahantingkat aktivitas pada korban, mudah tersinggung, kurang spontanitas, sangat tergantung, mudah menangis. Kecenderungan untuk isolasi, partisipasi sosial berkurang pada tingkat lanjut mungkin akan tampak pada korban (Rahmalia, 2010) 2. Dampak Sosial Secara sosial para perempuan korban trafficking teralenasi, karena sejak awal direkrut, diangkut atau ditangkap oleh jaringan trafficker mereka sudah disekap, diisolir agar tidak berhubungan dengan dunia luar atau siapapun sampai mereka tiba ditempat tujuan. Eksploitasi seksual yang di alami para korban ditempat pekerjaan membatasi mereka untuk bertemu dengan orang lain (Course Instructions, 2011: 3, 4), kecuali harus melayani nafsu bejat para tamu (lelaki hidung belang). Para korban semestinya memandang dunia dan masa depan dengan mata bersinar, hidup aman tentram bersama perlindungan dan 31 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g kasih sayang keluarganya, tibatiba harus tercabut masuk ke dalam situasi yang eksploitatif dan kejam, menjadi korban sindikat trafficking. Konsekuensi sosial tersebut sebagai salah satu dampak yang banyak dialami oleh perempuan. Korban trafficking. Korban mengalami isolasi sosial, yang berfungsi sebagai strategi untuk perbudakan dan eksploitasi seksual. Sementara diperbudak, para korban terutama anak-anak biasanya kehilangan kesempatan pendidikan dan sosialisasi dengan teman sebayanya (Stotts & Ramey, 2009: 10). Karena trafficking perempuan tampaknya mengorbankan seluruh masyarakat, anak dan wanita, isolasi sosial merupakan upaya untuk mencegah mereka mendapatkan pendidikan dan meningkatkan kerentanan masa depan mereka untuk diperdagangkan. Menurut Chatterjee et al. (Wickham, 2009: 12, 13), persoalan sosial yang sangat tragis dan semakin meningkatkan stress dan depresi para korban adalah ketika keluarga dan masyarakat menolak untuk menerima mereka kembali. Selain itu, para pria sering melihat perempuan korban trafficking sebagai orang yang kotor, telah ternodai dan karena itu menolak untuk menikahi mereka. Diskriminasi terhadap para perempuan korban trafficking terjadi dalam berbagai sector dan berbagai bentuk. Kenyataan ini telah menggugah rasa kemanusiaan dari berbagai pihak untuk terus berjuang agar nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan, kesederajatan, bisa diwujudkan. Jadi dampak sosial yang dimaksud adalah isolasi sosial, penolakan dari keluarga & 32 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g masyarakat mengakibatkan perempuan korban trafficking kehilangan makna dan tujuan hidup serta penghargaan atas dirinya. 3. Dampak Kesehatan Fisik Secara fisik, cedra aktual para perempuan korban trafficking terjadi, karena mereka mengalami kekerasan fisik dan seksual. Mereka seringkali terpaksa harus tinggal di lingkungan yang tidak manusiawi dan bekerja dalam kondisi berbahaya. Mereka tidak memiliki gizi yang cukup dan dikenakan penyiksaan secara brutal pada fisik dan psikis, apabila mereka tidakmemberikan pelayanan seksual yang diinginkan pelanggan (“lelaki hidung belang”) atau karena penolakan para korban terhadap eksploitasi seksual. Korban sering tidak memiliki akses ke perawatan medis yang memadai dan tinggal dilingkungan yang najis dan tidak layak (Stotts & Ramey, 2009: 10). Perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit seksual menular terhadap para korban hampir tidak ada, dan kesehatan biasanya diabaikan sampai mereka semakin terpuruk menderita penyakit HIV / AIDS, sipilis, gonorea dan penyakit seksual menular lainnya. Para perempuan korban trafficking dirugikan dengan berbagai metode yang digunakan traffickers untuk "kondisi" mereka, termasuk pemerkosaan, pemerkosaan geng, ancaman untuk menyakiti korban atau keluarga korban, kronis pada pendengaran, dan kardiovaskular atau masalah pernapasan yang disebabkan oleh penyiksaan, trans-seksual dan memaksa penggunaan narkoba. Luka fisik termasuk hal-hal seperti patah tulang, gegar otak, luka bakar, dan vagina atau dubur robek. Kehamilan korban yang tidak diinginkan akibat pemerkosaan atau prostitusi. Infertility sebagai akibat infeksi kronis menular seksual yang tidak diobati atau gagal atau melakukan aborsi tradisional bukan oleh para medis dan tanpa perawatan medis. Belum lagi penyakit yang tidak terdeteksi atau tidak diobati, seperti diabetes atau kanker, sebagai ancaman masa depan para korban (Stotts & Ramey, 2009: 11). Penyalahgunaan zat (obatobatan terlarang) sebagai sarana untuk mengatasi situasi depresi korban 33 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g sekaligus sebagai strategi traffickers menundukkan korban untuk melakukan eksploitasi seksual. Jadi dampak kesehatan fisik yang dimaksud adalah cedera aktual & ancaman terhadap integritas diri para korban yang mengalami kekerasan fisik dan seksual. Penderitaan secara fisik yang dialami para perempuan korban trafficking, menciptakan citra diri negatif, konsep diri para korban semakin terpuruk, kehilangan makna hidup, harkat dan martabat para korban menjadi hancur. 2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking Perdagangan orang, khususnya perempuan sebagai suatu bentuk tindak kejahatan yang kompleks, tentunya memerlukan upaya penanganan yang komprehensif dan terpadu. Tidak hanya dibutuhkan pengetahuan dan keahlian professional, namun juga pengumpulan dan pertukaran informasi, kerjasama yang memadai baik sesame apparat penegak hokum seperti kepolisian, kejaksaan, hakim maupun dengan pihak- pihak lain yang terkait yaitu lembaga pemerintah (Kementrian terkait) dan lembaga non pemerintah (LSM) baik local maupun internasional. Semua pihak bisa saling bertukar informasi dan keahlian profesi sesuai dengankewenangan masing-masing dan kode etik instansi. Tidak hanya perihal pencegahan, namun juga penanganan kasus dan perlindungan korban semakin memberikan pembenaran bagi upaya pencegahan dan penanggulangan perdagangan peremuan secara terpadu. Hal ini bertujuan untuk memastikan agar korban mendapatkan ha katas perlindungan dalam hukum. Dalam konteks penyidikan dan penuntutan, aparat penegak hukum dapat memaksimalkan jaringan kerjasama dengan sesama apparat penegak hokum lainnya didalam suatu wilayah negara, untuk bertukar informasi dan melakukan investigasi bersama. Kerjasama dengan apparat penegak hokum di negara tujuan bisa dilakukan melalui pertukaran informasi, atau bahkan melalui mutual legal assistance, bagi pencegahan dan penanggulangan perdagangan perempuan lintas negara. 34 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g Upaya Masyarakat dalam pencegahan trafficking yakni dengan meminta dukungan ILO dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) yang melakukan Program Prevention ofChild Trafficking for Labor and Sexual Exploitation. Tujuan dari program ini adalah: 2. Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menegah Atasuntuk memperluas angka partisipasi anak laki-laki dan anak perempuan. 3. Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan setelah lulus sekolah dasar 4. Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan penghasilan 5. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk memfasilitasi usaha sendiri. 6. Merubah sikap dan pola pikir keluarga dan masyarakat terhadap trafficking anak. 35 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Kasus Human Trafficking Artikel Perdagangan Manusia (Masih) Marak, Berbungkus Berbagai Modus Suara Ibu Sulis terdengar geram ketika bercerita mengenai apa yang terjadi pada salah satu putrinya, yang menjadi korban – dan pada akhirnya penyintas – perdagangan orang pada akhir 2013. “Tidak bisa saya bayangkan ketakutannya., Dia jauh dari rumah, bekerja untuk rumah biadab itu. Dia melihat semuanya., Dia seperti jadi orang lain ketika saya pertama kali mendengar suaranya (melalui telepon) setelah sekian lama tidak berhubungan,” kata Ibu Sulis berapi-api. “Keluarga kami broken home. Anak-anak melihat orangtua tidak akur. Mungkin itu yang menyebabkan dia memutuskan pergi,” jelas Ibu Sulis yang berasal dari Palopo, Sulawesi Selatan. “Anak saya mungkin frustasi dan tidak tahan kondisi keluarga kami,” tegas ibu Sulis, 45 tahun. Bella yang lahir pada tahun 1995, menurut ibunya, tergoda dengan imingiming gaji Rp 10 juta per bulan sebagai SPG. Dia mendapat tawaran dari teman masa kecilnya yang memang sudah lebih dulu bekerja di Dobo, kota kecil di Kepulauan Aru di Maluku. 36 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g Bersama dengan teman lama dan sahabatnya, Bella pergi diam-diam meninggalkan desa dan merasa bahwa mencari nafkah sendiri merupakan jawaban akan kegalauannya. Dari kampung mereka, Rawamangun di Palopo, gadis-gadis sebaya ini berangkat ke Makassar., Menginap satu malam di sebuah hotel dan bertemu dengan calon pemberi pekerjaan, yang ternyata adalah pemilik kelab malam. Lalu berangkat dengan pesawat menuju Ambon pada keesokan harinya. Para pelaku praktek perdagangan orang ini diduga menggunakan sistem sel yang terputus-putus di satu daerah ke daerah lain., Hampir serupa dengan cara sindikat narkoba beroperasi. Sehingga dari Ambon, gadis-gadis Palopo ini bertemu dengan orang yang berbeda yang membawa mereka ke Pulau Aru. Dan cerita sedih berkepanjangan dimulai ketika mereka menginjakkan kaki di tempat kerja mereka. “Dia magang untuk 3 bulan baru boleh dibawa keluar. Selama itu dia kerja melayani tamu, menemani minum. Setiap hari dia disuruh memakai pakaian seminim mungkin dan dipajang di ruang kaca. Bisa saya katakan separuh telanjang,” kata Ibu Sulis menceritakan apa yang dia dengar dari anaknya. Bella dan teman-temannya melihat perlakuan buruk kepada perempuan yang bekerja di sana.; Bukan hanya dari para pelanggan tetapi juga pekerja laki-laki serta pemilik tempat hiburan itu. “Mereka membuat perempuan menjadi binatang. Menjerat dengan hutang yang jelas-jelas tidak akan sanggup mereka bayar. Ada ibu-ibu yang sama sekali tidak bisa meninggalkan tempat itu karena hutang banyak, anak banyak dan tidak jelas siapa saja bapaknya.” “Bella juga melihat teman-temannya yang sakit atau hamil dibawa pergi dari pulau dan tidak pernah kembali.” Cerita Bella hanyalah satu dari ribuan kisah pilu perdagangan orang. Tersamarkan dengan berbagai modus yang terus diperbaharui seiring dengan 37 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g perkembangan jaman untuk menjerat korbannya. Iming-iming gaji bulanan dengan jumlah fantastis masih sering digunakan, tetapi para pemangsa mulai menggunakan media sosial untuk menjerat targetnya. Dan sudah ada pula kasus-kasus dimana korban dijerat melalui perjalanan umrah. 38 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g 3.2 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn. B DENGAN KORBAN HUMAN TRAFFICKING DI RUANG............................................................. Nama Klp : Kelompok 3 Tg/ Jam MRS : Tgl/ Jam Pengkajian : No. RM : Sumber Data : Ny. S Ruangan/ Kelas : Metode : No. Kamar : Alat/ Bahan : Diagnosa Medis : I. IDENTITAS 1. Nama : Nn. B 2. Umur : Lahir tahun 1995 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Pekerjaan : SPG 5. Alamat dan No. Telp : Rawamangun, Palopo 6. Penanggung Jawab & : Ny. S (45 Tahun) sebagai Ibunya Hubungan dg Klien II. POLA PERSEPSI KESEHATAN ATAU PENANGANAN KESEHATAN 1. Keluhan Utama: Menurut Ny. S “Anak saya mungkin frustasi dan tidak tahan kondisi keluarga kami,” 2. Riwayat Penyakit Sekarang (Tidak terdapat dalam Kasus) 3. Lamanya Keluhan (Tidak terdapat dalam Kasus) 39 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g 4. Faktor yang Memperberat Menurut Ny. S “Keluarga kami broken home. Anak-anak melihat orangtua tidak akur. Mungkin itu yang menyebabkan dia memutuskan pergi,” 5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Keluhan Menurut Ny. S bersama dengan teman lama dan sahabatnya, Bella pergi diam-diam meninggalkan desa dan merasa bahwa mencari nafkah sendiri merupakan jawaban akan kegalauannya. 6. Riwayat Penyakit Dahulu (Tidak terdapat dalam Kasus) 7. Persepsi Klien tentang status kesehatan dan kesejahteraan (Tidak terdapat dalam Kasus) 8. Riwayat Kesehatan Keluarga (Tidak terdapat dalam Kasus) 9. Susunan Keluarga (Genogram) (Tidak terdapat dalam Kasus) 10. Riwayat Alergi (Tidak terdapat dalam Kasus) III. POLA NUTRISI DAN METABOLIK (Tidak terdapat dalam Kasus) IV. POLA ELIMINASI (Tidak terdapat dalam Kasus) V. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN (Tidak terdapat dalam Kasus) VI. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR (Tidak terdapat dalam Kasus) 40 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g VII. POLA KOGNITIF DAN PERSEPTUAL Tingkat Ansietas: Menurut Ny. S “Tidak bisa saya bayangkan ketakutannya., Dia jauh dari rumah, bekerja untuk rumah biadab itu. Dia melihat semuanya., Dia seperti jadi orang lain ketika saya pertama kali mendengar suaranya (melalui telepon) setelah sekian lama tidak berhubungan,” VIII. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI 1. Role Peran : Konflik Peran Menurut Ny. S “Dia magang untuk 3 bulan baru boleh dibawa keluar. Selama itu dia kerja melayani tamu, menemani minum. Setiap hari dia disuruh memakai pakaian seminim mungkin dan dipajang di ruang kaca. Bisa saya katakan separuh telanjang,” 2. Identity/ Identitas Diri : Merasa Terkekang dan Kurang Mampu menentukan Pilihan. Menurut Ny. S “Mereka membuat perempuan menjadi binatang. Menjerat dengan hutang yang jelas-jelas tidak akan sanggup mereka bayar. Ada ibu-ibu yang sama sekali tidak bisa meninggalkan tempat itu karena hutang banyak, anak banyak dan tidak jelas siapa saja bapaknya.” Masalah Keperawatan IX. POLA PERAN DAN HUBUNGAN Pekerjaan X. : Resiko Harga Diri Rendah : SPG POLA SEKSUALITAS/ REPRODUKSI (Tidak Terdapat dalam Kasus) XI. POLA KOPING/TOLERANSI STRESS (Tidak Terdapat dalam Kasus) 41 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g XII. POLA NILAI / KEPERCAYAAN (Tidak Terdapat dalam Kasus) XIII. PENGKAJIAN PERSISTEM (Review of System) (Tidak Terdapat dalam Kasus) XIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Tidak Terdapat dalam Kasus) XV. TERAPI (Tidak Terdapat dalam Kasus) Bandung, ………………. Mahasiswa (……………………….) 42 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g ANALISA DATA Nama Klien : Nn. B Umur : Lahir Tahun 1995 Ruangan/ Kamar : No. RM : No. 1. Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Perubahan Proses Objektif 1. Menurut Ny. S “Anak saya mungkin frustasi dan tidak tahan kondisi keluarga kami,” 2. Menurut Ny.S “Keluarga kami broken home. Anakanak melihat orangtua tidak akur. Mungkin itu yang menyebabkan dia memutuskan pergi,” 2. Masalah (Problem) Keluarga Frustasi Perubahan Proses Tidak Tahan Kondisi Keluarga Keluarga Broken Home Orang Tua Tidak Akur Objektif 1. Menurut Ny. S “Dia magang untuk 3 bulan baru boleh dibawa keluar. Selama melayani itu dia kerja tamu, menemani minum. Setiap hari dia disuruh memakai pakaian seminim mungkin dan dipajang di Resiko HDR Kerja Melayani Tamu Pria Resiko Harga Diri Rendah Memakai Pakaian Minim Pekerjaan SPG ruang kaca. Bisa saya 43 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g katakan separuh telanjang,” 2. Menurut Ny. S “Mereka membuat perempuan menjadi binatang. Menjerat dengan hutang yang jelas-jelas tidak akan sanggup mereka bayar PRIORITAS MASALAH Nama Klien : Nn. B Umur : Lahir Tahun 1995 Ruangan/ Kamar : No. RM : No. Masalah Keperawatan 1. Proses Perubahan Keluarga 2. Resiko Harga Diri Rendah Tanggal Ditemukan Teratasi Paraf 44 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g 3.1 Intervensi Keperawatan NO. DIAGNOSA 1. Proses Perubahan Keluarga PERENCANAAN TUJUAN Pasien dan KRITERIA EVALUASI Keluarga Setelah…..Pertemuan mampu: pasien 1. Pengkajian mampu: a. Kaji Interaksi antara pasien 1. Memahami perubahan 1. Mengidentifikasi dalam peran keluarga Pola Koping dan keluarga, waspada terhadap potensi perilaku 2. Berpartisipasi dalam proses membuat keputusan tentang perawatan setelah rawat inap 3. Berfungsi untuk memberikan kepada INTERVENSI setiap saling dukungan anggota keluarga 4. Mengidentifikasi cara untuk berkoping lebih efektif merusak b. Kaji Keterbatasan dengan anak, demikian dapat mengakomodasi anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari 2. Intervensi Umum a. Bina Hubungan Saling Percaya 45 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g b. Beri Kesempatan kepada Keluarga sebagai Individu dan Sebagai Kelompok untuk saling berbagi tentang perasaan yang mereka pendam c. Tekankan bahwa anggota keluarga tidak bertanggung jawab atas kebiasaan mabuk anggota keluarga lainnya. d. Gali keyakinan keluarga tentang situasi yang mereka hadapi dan tujuan mereka. e. Bicarakan tentang metode tak efektif yang digunakan keluarga f. Bantu keluarga memahami efek dari upaya mereka 46 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g mengontrol kebiasaan mabuk g. Tekankan bahwa membantu pencandu alcohol berarti pertama- tama harus membantu diri mereka sendiri h. Bicarakan dengan keluarga bahwa, selama pemulihan, keluarga masa dinamika mereka akan berubah drastic. i. Bicarakan tentang kemungkingan kambuh dan factor penunjang j. Bila terdapat diagnosis keperawatan individu atau keluarga tindak tambahan, lihat penganiyaan anak 47 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g atau tindak kekerasan dalam rumah tangga dibawah diagnosis ketidakmampuan koping keluarga k. Lakukan penyuluhan kesehatan mengenai sumber daya komunitas dan lakukan perujukan sesuai indikasi. 3. Promosi Integritas Keluarga l. Kaji yang Perasaan mungkin Bersalah dialami keluarga m. Kaji jenis hubungan keluarga n. Pantau hubungan keluarga saat ini o. Kaji pemahaman keluarga tentang penyebab penyakit 48 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g p. Identifikasi Prioritas yang bertentangan diantara anggota keluarga 4. Penyuluhan untuk Pasien/ Keluarga a. Ajari keterampilan merawat pasien yang diperlukan oleh keluarga (misalnya, manajemen waktu, pengobatan) b. Ajari keluarga perlunya kerjasama dengan system sekolah untuk akses kesempatan pendidikan untuk menjamin yang penderita sesuai penyakit kronis atau anak cacat. 5. Aktivitas Kolaboratif 49 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g a. Pelopori konferensi multidisiplin perawatan pasien, dengan melibatkan pasien/ keluarga dalam menyelesaikan masalah dan fasilitasi komunikasi b. Berikan perawatan berkelanjutan dengan mempertahankan komunikasi yang efektif antara anggota staf mrlalui catatan keperawatan dan rencana perawatan c. Anjurkan konsultasi pelayanan social membantu menentukan untuk keluarga kebutuhan pascahospitalisasi 50 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g dan identifikasi sumber dukungan di komunitas. d. Promosi Integrasi keluarga (NIC), rujuk untuk terapi keluarga sesuai indikasi. 2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah Pasien mampu: Mengidentifikasi kemampuan dan aspek posiif yang dimiliki Menilai kemampuan Setelah…..pertemuan klien mampu: yang dapat digunakan Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan SP.1 (Tgl…………………….) Mengidentifikasi kemampuan Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki aspek positif yang dimiliki - Diskusikan bahwa pasien Memiliki kemampuan yang masih memiliki sejumlah dapat digunakan. Memilih kemampuan kegiatan sesuai kemampuan positif Melakukan kegiatan yang sudah dipilih. pasien di rumah adanya Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih. terdekat pasien. dari seperti aspek kegiatan keluarga dan lingkungan 51 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g - Melatih kegiatan yang Beri pujian yang realistis sudah dipilih, sesuai dan hindarkan setiap kali kemampuan bertemu Merencanakan penilaian yang negative. kegiatan yang sudah dengan pasien Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini dilatihnya - Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat ini - Bantu pasien menyebutkannya memberi dan penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien - Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif Pilih kemampuan yang akan dilatih 52 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g - Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari - Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri ▪ Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga ▪ Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien ▪ Beri contoh pelaksanaan aktivitas yang dilakukan pasien 53 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g dapat ▪ Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien Nilai kemampuan yang telah dipilih - pertama Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan - Bersama pasien dan keluarga memeperagakan kegiatan beberapa yang akan dilakukan pasien. - Berikan dukungan dan pujian yang nyata sesuai kemajuan yang diperlihatkan pasien. Masukan dalam kegiatan pasien jadwal 54 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g - Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan - Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari - Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan setiap perubahan - Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga - Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan pasien 55 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g SP.2 (Tgl……………………………) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1) Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan Latih kemampuan yang dipilih Masukan dalam jadwal kegiatan pasien SP.3 (Tgl………………………….) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1 dan 2) Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan Masukan dalam jadwal kegiatan pasien 56 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g Keluarga mampu: Merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi system pendukung yang efektif bagi pasien Setelah……pertemuan keluarga mampu: SP.1 (Tgl…………………….) Mengidentifikasi kemampuan Menyediakan fasilitas untuk Mendorong pasien melakukan kegiatan Membantu melatih pasien Membantu menyusun jadwal kegiatan pasien Membantu perkembangan pasien merawat Jelaskan proses terjadinya HDR Memuji pasien saat pasien dapat melakukan kegiatan dalam yang pasien pasien melakukan kegiatan masalah dirasakan yang dimiliki pasien Identifikasi Jelaskan tentang cara merawat pasien Main peran dalam merawat pasien HDR Susun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien 57 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g SP.2 (Tgl…………………….) Evaluasi kemampuan SP.1 Latih keluarga langsung ke pasien Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien SP. 3 (Tgl………………………) ▪ Evaluasi Kemampuan Keluarga ▪ Evaluasi Kemampuan Pasien ▪ RTL Keluarga - Follow Up - Rujukan 58 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Trafficking adalah perdagangan manusia, lebih khususnya perdangan perempuan dan anak-anak yang dilakukan oleh pelaku perdagangan manusia ‘trafficker’ dengan cara mengendalikan korban dalam bentuk paksaan, penggunaan kekerasan, penculikan, tipu daya, penipuan ataupun penyalahgunaan kekuasaan atau kedudukan. Jenis-jenis trafficking ini meliputi perkawinan transinternasional, eksploitasi seksual phedopilia, pembantu rumah tangga dalam kondisi buruk, dan penari erotis. Faktor penyebab utama terjadinya tindakan trafficking ini adalah karena kemiskinan dan beberapa diantaranya adalah, karena tingkat pendidikan yang rendah, penganiyaan terhadap perempuan, perkawinan usia muda, dan kondisi sosial budaya masyarakat yang patriarkhis. Dampak yang bisa ditimbulkan dari trafficking ini adalah kecemasan, stress, dan ketidakberdayaan. 4.2 Saran Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. 59 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g DAFTAR PUSTAKA Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13. Jakarta: EGC Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu Syafaat, Rachmad. 2002. Dagang Manusia-Kajian Trafficking Terhadap Perempuan dan Anak di Jawa Timur. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama. 60 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g