Uploaded by User108127

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAFFICKING HUMA

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAFFICKING HUMAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa II
TIM DOSEN
Aep Indarna, S.Kep., Ners., M.Pd
Disusun:
Agus Ramdani Azzaki
AK.1.16.005
Astiyani
AK.1.16.007
Ferdy Fatullah
AK.1.16.020
Palma Alfira
AK.1.16.042
Kelas A Kecil, Kelompok 3
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI KENCANA BANDUNG
2018
Kata Pengantar
Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas
Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Trafficking Human” yang merupakan
salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa
kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang
penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia
yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan belajar dari suatu
kesalahan.
Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Trafficking Human” mendapat ridho dari
Allah SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya. Amiin....
Bandung, November 2018
Tim Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I Pendahuluan
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II Tinjaun Teori
4
2.1 Definisi Human Trafficking
4
2.2 Faktor- Faktor Penyebab Human Trafficking
8
2.3 Bentuk dan Modus Human Trafficking
15
2.4 Undang- undang tentang Human Trafficking
23
2.5 Dampak/ Pengaruh Human Trafficking
28
2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking
34
BAB III Tinjauan Kasus
36
3.1 Kasus
36
3.2 Asuhan Keperawatan Pada Isolasi Sosial berdasarkan Kasus
39
BAB IV Penutup
59
4.1 Kesimpulan
59
4.2 Saran
59
Daftar Pustaka
60
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk perbudakan
secara modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan internasional. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, komunikasi dan transformasi maka modus
kejahatan perdagangan manusia semakin canggih. “Perdagangan orang/manusia
bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir (organized), dan lintas negara
(transnational), sehingga dapat dikategorikan sebagai transnational organized
crime (TOC)”.
Demikian canggihnya cara kerja perdagangan orang yang harus diikuti
dengan perangkat hukum yang dapat menjerat pelaku. Diperlukan instrument
hukum secara khusus yang meliputi aspek pencegahan, perlindungan, rehabilitasi,
repratriasi, dan reintegrasi sosial. Perdagangan orang dapat terjadi pada setiap
manusia, terutama terhadap perempuan, dengan demikian upaya perlindungan
terhadap perempuan dan anak merupakan hal yang harus diimplementasikan.
Kasus perdagangan orang yang terjadi, hampir seluruh kasus yang
ditemukan dalam perdagangan manusia korbannya adalah perempuan dan anak.
Diperkirakan setiap tahunnya 600.000-800.000 laki-laki, perempuan dan anak-anak
diperdagangkan menyeberangi perbatasan-perbatasan internasional. Di Indonesia
jumlah anak yang tereksploitasi seksual sebagai dampak perdagangan anak
diperkirakan mencapai 40.000-70.000 anak. Disamping itu, dalam berbagai studi
dan laporan NGO menyatakan bahwa Indonesia merupakan daerah sumber dalam
perdagangan orang, disamping juga sebagai transit dan penerima perdagangan
orang.
Dari berbagai macam kejahatan yang ada, masalah perdagangan orang
sangat kompleks, sehingga upaya pencegahan maupun penanggulangan korban
perdagangan harus dilakukan secara terpadu. Adapun beberapa factor pendorong
terjadinya perdagangan orang antara lain meliputi kemiskinan, desakan kuat untuk
bergaya hidup materialistik, ketidakmampuan system pendidikan yang ada maupun
1|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking
masyarakat untuk mempertahankan anak supaya tidak putus sekolah dan
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi serta petugas Kelurahan dan Kecamatan
yang membantu pemalsuan KTP.
Secara umum korban perdagangan orang terutama perempuan yang
dilacurkan dan pekerja anak adalah korban kriminal dan bukan pelaku kriminal.
Elemen perdagangan orang meliputi pelacuran paksa, eksploitasi seksual, kerja
paksa mirip perbudakan, dan transplantasi organ tubuh. Korban perdagangan orang
memerlukan perlindungan, direhabilitasi, dan dikembalikan kepada keluarganya.
Salah satu faktor tingginya kasus perdagangan orang yang pada umumnya
perempuan, disebabkan oleh dijanjikan pekerjaan dengan gaji tinggi di luar daerah,
dengan korban adalah kalangan perempuan usia remaja yang ingin mencari kerja.
Dimana, kasus perdagangan orang khususnya perempuan yang sangat tidak
manusiawi tersebut, merupakan praktik penjualan perempuan dari satu agen ke
agen berikutnya. Semakin banyak agen yang terlibat, maka semakin banyak pos
yang akan dibayar oleh perempuan tersebut, sehingga gaji mereka terkuras oleh
para agen tersebut.
Fenomena tersebut perlu diantisipasi agar jaringan seperti rantai tersebut
dapat diberantas dan diputuskan melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan terlebih dahulu
disosialisasikan agar masyarakat memahami khususnya kaum perempuan.
Tingginya angka migrasi penduduk serta kemiskinan. Diduga ada peningkatan
kualitas dan kuantitas kasus perdagangan anak dan perempuan (trafficking).
Kemunculan kasus perdagangan tenaga kerja perempuan merupakan dampak
langsung dari tidak sejahteranya masyarakat. Sebagian masyarakat cenderung
mencari jalan pintas untuk bangkit dari kemiskinan. Fenomena ini memunculkan
keprihatinan, sehingga perlu adanya langkah proaktif. Cara pintas yang diambil
masyarakat kerap mengorbankan masa depan generasi muda. Pengiriman tenaga
kerja ke luar daerah, seringkali tanpa mempertimbangkan legalitas dari jalur
pengiriman. Ada kecenderungan jalur perdagangan orang diawali dengan berkedok
penyaluran pembantu rumah tangga.
2|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini yaitu:
1. Jelaskan Definisi Trafficking Human!
2. Jelaskan Faktor- Faktor Penyebab Human Trafficking!
3. Jelaskan Bentuk dan Modus Human Trafficking
4. Jelaskan Undang- undang tentang Human Trafficking
5. Jelaskan Dampak/ Pengaruh Human Trafficking!
6. Jelaskan Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan pada Makalah ini yaitu:
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Definisi Human Trafficking
2. Untuk Mengetahui dan Memahami Faktor- Faktor Penyebab Human
Trafficking.
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Bentuk dan Modus Human Trafficking
4. Untuk Mengetahui dan Memahami Undang- undang tentang Human
Trafficking
5. Untuk Mengetahui dan Memahami Dampak/ Pengaruh Human Trafficking
6. Untuk Mengetahui dan Memahami Pencegahan dan Penanggulangan Human
Trafficking
3|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Trafficking Human
Trafficking adalah konsep dinamis dengan wujud yang berubah dari waktu
kewaktu, sesuai perkembangan ekonomi, sosial dan politik. Sampai saat ini tidak
ada definisi trafficking yang disepakati secara internasional, sehingga banyak
perdebatan dan respon tentang definisi yang dianggap paling tepat tentang
fenomena kompleks yang disebut trafficking ini.
Pada tahun 1994 PBB mendefinisikan trafficking sebagai pergerakan dan
penyelundupan orang secara sembunyi-sembunyi melintasi batas-batas negara dan
internasional, kebanyakan berasal dari negara berkembang dan negara-negara yang
ekonominya berada dalam masa transisi, dengan tujuan untuk memaksa perempuan
dan anak-anak masuk ke dalam sebuah situasi secara seksual maupun ekonomi
terkompresi, dan situasi eksploitatif demi keuntungan perekrut, penyelundup, dan
sindikat kriminal seperti halnya aktivitas ilegal lainnya yang terkait dengan
perdagangan (trafficking), misalnya pekerja rumah tangga paksa, perkawinan palsu,
pekerja yang diselundupkan dan adopsi palsu.
Menurut resolusi senat AS no. 2 tahun 199, trafficking adalah salah satu atau
lebih bentuk penculikan, penyekapan, perkosaan, penyiksaan, buruh paksa atau
praktek-praktek seperti perbudakan dan menghancurkan hak asasi manusia.
Trafficking memuat segala tindakan yang termasuk dalam proses rekruitmen atau
4|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking
pemindahan orang di dalam ataupun antar negara, melibutkan penipuan, paksaan
atau dengan tujuan menempatkan orang-orang pada situasi penyiksaan atau
eksploitasi seperti prustitusi paksa, penyiksaan dan kekejaman luar biasa, buruh di
pabrik dengan kondisi buruk atau pekerja rumah tangga yang dieksploitasi
Human trafficking atau perdagangan manusia oleh Perserikatan Bangsabangsa (PBB) mendefinisikan sebagai perekrutan, pengiriman, pemindahan,
penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman, penggunaan kekerasan,
perbudakan, pemaksaan, pemerangkapan utang ataupun bentuk-bentuk penipuan
yang lainnya dengan tujuan eksploitasi (Course Instruction, 2011:2).
Perdagangan
manusia
berhubungan
dengan
menjajakan
diri
(memperdagangkan), tawar-menawar, membuat kesepakatan, melakukan transaksi
dan hubungan seksual (Taiwan Medicare, 2012).
Perdagangan manusia melakukan pemindahtanganan seseorang dari satu
pihak ke pihak yang lainnya dengan menggunakan ancaman, penipuan dan
penguasaan. Perdagangan manusia mengandung elemen pengalihan yang tujuannya
bisa untuk apa saja baik eksploitasi tenaga kerja, pembantu rumah tangga,
pengambilan organ tubuh dan sampai kepada eksploitasi seks komersil (Wagner,
2004).
Misalnya Caouette memberi batasan tentang perdagangan sebagai suatu
perekrutan dan transfortasi orang atau sekelompok orang di dalam dan melawati
perbatasan nasional menggunakan kekerasan terhadap orang lain. para korban
dirayu, ditipu, diculik atau dalam berbagai cara diakali untuk masuk prostitusi.
Menurut Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang (PTPPO) pasal 1 ayat 1, dedinisi trafficking adalah tindakan perekrutaan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penculikan, penipuan, penyekapan, peyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan hutang atau memberi bayaran atau
manfaat, sehingga memperoleh peretujuan dari orang yang memegang kendali atas
orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara,
untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
5|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking
Sebelum Undang-undang tindak pidana disahkan, pengertian tindak pidana
perdagangan orang (trafficking) yang umum paling banyak digunakan adalah
protokol PBB. Adapun menurut protokol PBB tersebut pengertian trafficking
adalah:
a. Perekrutan,
pengiriman,
pemindahan,
penjualan,
penampungan
atau
penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau
bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan atau
penyaalah gunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima
pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan
dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi.
Eksploitassi termasuk, paling tidak eksploitasi untuk melacurkan orang lain
atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa,
perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, pengahambaa atau
pengambilan organ tubuh.
b. Persetujuan korban perdagangan orang terhadap eksploitasi yang dimaksud
yang dikemukakan dalam sub line (a).
c. Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seorang
anak untuk tujuan eksploitasi dipandang sebagai perdagangan orang bahkan jika
kegiatan ini tidak melibatkan satu pun cara yang dikemukakan dalam sub
babline (a).
d. Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 tahun.
Pengertian di atas tidak menekankan pada perekrutan dan pengiriman yang
menentukan suatu perbuatan tersebut adalah tindak pidana perdagangan orang,
tetapi juga kondisi eksploitatif terkait ke dalam mana orang diperdagangkan.
Dari pengertian tersebut ada tiga unsur yang berbeda yang saling berkaitan
satu sama lainnya, yaitu:
a. Tindakan atau perbuatan yang dilakukan, yaitu perekrutan, pengiriman,
pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang.
6|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking
b. Cara: menggunakan ancaman, penggunaan kekerasa atau bentuk-bentuk
paksaan lain, penculikan, tipu daya, penipuan, pemberian atau penerimaan
pembayaran atau keuntungan untuk memperoleh persetujuan dari orangorang.
c. Tujuan atau maksud, untuk tujuan eksploitsi. Eksploitasi mencakup
setidaktidaknya eksploitasi pelacuran dari orang lain atau bentuk-bentuk
eksplotasi seksual lainnya, kerja paksa, perbudakan, pengahambaan atau
pengambilan organ tubuh.
Dari definisi di atas ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari beberapa
pengertian trafficking yaitu:
a. Adanya proses perekrutan, pengiriman, eksploitasi, pemindahan, penampungan
atau penerimaan manusia baik itu lintas wilayah maupun negara.
b. Ada pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan
perempuan maupun anak untuk melakukan sebuah pekerjaan (dibayar atau
tidak), sebagai hubungan kerja yang eksploitatif (secara ekonomi atau seksusal),
baik itu TKW, prostitusi, buruh manual atau industri, perkawinan paksa, atau
pekerjaan lainnya.
c. Ada korban baik perempuan maupun anak yang karena keperempuanan dan
kekanakannya dimanfaatkan dan di eksploitasi baik secara ekonomi maupun
seksual, guna kepentingan pihak-pihak tertentu dengan cara paksa, disertai
ancaman, maupun tipuan ataupun penculikan, penipuan, kebohongan,
kecurangan atau penyalahgunaan kekuasaan. Dalam hal ini termasuk juga
terhadap beberapa korban yang menyatakan persetujuan yang mana dipahami
bahwa situasi-situai tertentu yang mengakibatkan para korban setuju, misalnya
karena kebutuhan ekonomi, ada tekanan kekuasaan dan lain sebagainya.
Melihat dari beberapa definisi yang telah dipaparkan tentang pengertian
trafficking di atas dapat diambil benang merahnya bahwa kategori trafficking akan
terpenuhi apabila memenuhi tiga unsur yaitu: proses, jalan atau cara dan tujuan.
Proses disni meliputi perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan dan
penjualan, sedangkan cara atau jalannya ialah dengan kekerasan, pemaksaan,
7|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking
penipuan, kebohongan dan penculikan. Adapun tujuannya adalah untukeksploitasi,
baik seksual atupun ekslpoitasi yang lain seperti perbudakan dan menjadikan
pelayan.
2.2 Faktor- Faktor Penyebab Trafficking Human
Terjadinya Trafficking baik itu berupa kasus kekerasan maupun eksploitasi
terhadap anak-anak dan perempuan disebabkan oleh beberapa factor khususnya di
Indonisia diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Faktor Ekonomi
Ekonomi yang minim atau disebut kemiskinan menjadi factor penyebab
utama terjadinya Human Trafficking. Ini menunjukkan bahwa perdagangan
manusia merupakan ancaman yang sangat membahayakan bagi orang miskin.
Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa rendahnya ekonomi membawa
dampak bagi prilaku sebagian besar masyarakat. Ekonomi yang pas-pasan
menuntut mereka untuk mencari uang dengan berbagai cara. Selain itu budaya
konsumvitisme, juga ikut andil menambah iming-iming masyarakat untuk
mencari biaya penghidupan. Semua ini menjadikan mereka dapat terjerumus ke
dalam prostitusi dan tindak asusila lainnya.
Di sisi yang lain kurangnya lahan pekerjaan atau masih banyaknya
angka pengangguran melengkapi rendahnya pendapatan atau ekonomi
masyarakat. Keterbatasannya lahan pekerjaan yang dapat menampung
perempuan dengan tingkat keterampilan yang minim menyebabkan banyak
perempuan-perempuan menganggur sehingga kondisi inilah yang dipergunakan
dengn baik oleh para perantara yang menyarankan perempuan-perempuan
8|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking
untuk bekerja. Mereka dijanjikan untuk bekerja di dalam kota, atau di luar
negeri. Dalam bujukan tersebut, tidak dijelaskan secara detail pekerjaan apa
yang akan didapatkan. Biasanya para perantara hanya memberikan iming-iming
gaji atau upah yang besar. Tanpa disadari, korban telah terjebak penipuan dalam
hal ini sebagai pelayan seks. Biasanya mereka bersedia bekerja di manapun
ditempatkan. Oleh karena itu ketika ada perantara yang menawarkan sebuah
pekerjaan dengan iming-iming upah atau gaji yang besar maka mereka akan
menyambut dengan senang hati tawaran tersebut. Tawaran ini selalu menjadi
dewa penyelamat untuk meneyelesaikan kondisi ekonomi. Namun pada
hakikatnya hal tersebut adalah sasaran empuk bagi para calo untuk dijadikan
korban trafficking.
Pada wilayah anak-anak, putus sekolah menyebabkan mereka untuk
memaksakan diri mereka sendiri untuk memasuki dunia kerja. Mereka dipaksa
kerja untuk bisa meringankan beban keluarga. Tidak jarang anakanak menjadi
korban eksploitasi seksual komersial dan trafficking terhadap anak karena orang
tua mereka sudah tidak sanggup lagi membiayai. Keluarga yang miskin
mungkin tidak sanggup untuk mengirim anak mereka ke sekolah dan biasanya
akan mendahulukan pendidikan bagi anak laki-laki jika mereka hanya mampu
mengirim sebagian anak-anak mereka ke sekolah. Jika orang tua tidak mampu
mencari pekerjaan, maka anak akan mereka suruh bekerja diladang atau di
pabrekatau di dalam situasi yang lebih berbahaya serta jauh dari rumah seperti
diluar kota atau di luar negeri.
Melalui semua jalur ini, kemiskinan membuat anak dan perempuan
semakin rentan terhadap trafficking. Pemaknaan ekonomi rendah juga bisa
diaplikasikan pada orang yang terjerat banyak hutang. Jeratan hutang tersebut
yang pada akhirnya berujung fenomina yang disebut “Buruh Ijon”, yaitu suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang dianggap sebagai pembayaran
hutang. Adapun kasus jeratan hutang bisa terjadi pada siapapun. Pada kasus
trafficking mudus yang biasa terjadi dengan cara penipuan. Buruh migrah telah
menempatkan diri mereka dalam jeratan hutang. Di mana mereka setuju untuk
membuat pinjaman uang untuk membayar biaya perjalanan mereka. Korban
9|Asuhan Keperawatan Jiwa Human Trafficking
hutang tersebut kemudian harus bekerja sampai hutangnya lunas, biasanya
trafficker meminta melunasi sesuai permintaannya. Ada yang sebagai pekerja
seks, pembantu rumah tangga dan masih banyak yang lain. Kekerasan dan
eksploitasi yang terperangkap dalam buruh ijon bekerja pada rumah tangga
sebagai pembantu atau penjaga anak, direstauran, toko-toko kecil, di pabrekpabrek atau pada industri seks. Tapi menjadi rahasia umum apabila masih gadis
maka melunasi dengan bekerja sebagai pekerja seks.
Karena itulah jeratan hutang dapat mengarah pada kerja paksa.
Sedangkan kerja paksa membuka besarnya kemungkinan untuk kekerasan dan
eksploitasi terhadap pekerja. Pada kondisi seperti di atas, pekerja kehilangan
kebebasannya untuk bergerak karena orang yang menguasai hutang ingin
memastikan bahwa pekerja tidak berusah melarikan diri dari hutangnya.
Bahkan para korban disembunyikan dari penegak hukum, polisi dan masyarakat
luas. Pada akhirnya rendahnya ekonomi berujung pada penerimaan pinjaman
para calo agar mereka dapat bekerja akan tetapi mereka tidak memahami bahaya
yang akan menimpanya.
2. Posisi Subordinat Perempuan dalam Sosial dan Budaya
Seperti halnya kondisi pedagangan manusia yang terjadi di dunia, untuk
Indonisia penelitian-penelitia yang dilakukan di lembaga pendidikan dan LSM
menunjukkan sebagian besar korban perdagangan manusia adalah perempuan
dan anak-anak. Indonisia adalah suatu masyarakat yang patrialkhal, suatu
struktur komonitas dimana kaum laki-laki yang lebih memegang kekuasaan,
10 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
dipersepsi sebagai struktur yang mendegorasi perempuan baik dalam kebijakan
pemerrintah maupun dalam prilaku masyarakat. Misalnya perumusan tentang
kdudukan istri dalam hokum perkawinan, kecenderungan untuk membayar
upah buruh wanita di bawah upah buruh laki-laki, atau kecenderungan lebih
mengutamakan anak laki-laki dari pada anak perempuan dalam bidang
pendidikan, merupakan salah satu refleksi keberadaan permpuan dalam posisi
subordinat dibandingkan dengan laki-laki.
Kondisi perekonomian yang lemah serta kontrusksi masyarakat yang
ada
menempatkan
hakperempuan
dalam
posisi
yang
lebih
tidak
menguntungkan. Meskipun dalam pasal 3 perjanjian tentang hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya tahun 1966 menyatakan bahwa adanya persamaan bagi lakilaki dan perempuan untuk memperoleh hak ekonomi, sosial dan budaya. Namun
kenyataannya HAM di Indonesia masih belum menyentuh masyarakat karena
masih kuatnya diskriminasi terhadap perempuan.
3. Faktor Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah juga sangat mempengaruhi kekerasan
dan eksploitasi terhadap anak dan perempuan. Banyaknya anak yang putus
sekolah, sehingga mereka tidak mempunyai skill yang memadai untuk
mempertahankan hidup. Implikasinya, mereka rentan terlibat kriminalitas.
Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2000 lalu melaporkan bahwa 34,0%
penduduk Indonisia berusia 10 tahun ke atas belum atau tidak tamat pendidikan
11 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
dasar (SD) dan hanya 15% tamat SLTP. Menurut laporan BPJS Tahun 2000
juga terdapat 14% anak usia 7-12 tahun dan 24% anak usia 13-15 tahun tidak
melanjutka kejenjang pendidikan SLTP karena alasan ketidak mampuan dalam
hal biaya.
Melihat data di atas tampak bahwa mayoritas masyarakat Indonesia
masih banyak yang bertaraf rendah tingkatannya dalam hal pendidikan.
Rendahnya tingkat pendidikan serta minimnya keterampilan atau skill
menyebabkan sebagian besar dari permpuan menganggur serta menghabiskan
sebagian besar hidup dan waktunya di rumah. Dan pada akhirnya tidak
menghasilkan keuangan bahkan mengurani pemasukan. Sebenarnya tidak
hanya kaum perempuan yang menganggur akan tetapi laki-laki juga mengalami
hal yang serupa. Tampak bahwa setip tahun ribuan orang meninggalkan
kampung halamannya dan snak keluarganya demi mencari keja atau
penghidupan yan lebih layak di daerah lain Indonesia atau bahkan keluar negeri.
Namun dari data di atas menunjukkan bahwa kaum perempuan yang
paling banyak menganggur. Kedaan inilah yangmenyebabkan mereka
menerima tawaran pekerjaan oleh para perantara yang yang mereka tidak
menyadarinya sebagai trafficker meskipun belum menegtahui seberapa besar
uapah atau gaji yang akan diterimanya.
4. Tidak Ada Akta Kelahiran
Sebuah studi yang dipublikasikan oleh UNICEF APADA mei 2002
yang lalu memperkirakan bahwa hingga tahun 2000 lalu, 37% balita Indonesia
belum mempunyai akta kelahiran. Pasal 9 konvensi mengenai hak-hak anak
menentukan bahwa semua anak harus didaftarkan segera setelah kelahirannya
dan juga harus mempunyai nama serta kewarganegaraan. Ada bermacammacam alasan mengapa banyak anak tidak terdaftar kelahirannyaa. Orang tua
yang miskin mungkin merasa biaya pendaftaran terlalu mahal atau mereka tidak
menyadari pentingtnya akata kelahiran.
Banyak yang tidak tahu bagaimana mendaftarkan seorang bayi yang
baru lahir. Rendahnya registrasi. Kelahiran, khususnya di masyarakat desa
12 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
menjadi fasilistas perdagangan manusia. Agen dan pelaku perdagangan
memanfaatkan ketiadaan akta kelahiran asli untuk memalsukan umur
perempuan muda agar mereka dapat bekerja di luar negeri. karena mereka tidak
mempunyai dokumin yang disyaratkan, maka mereka dimanfaatkan oleh pelaku
perdagangan.
5. Kebijakan yang Bias Gender
Perempuan di Indonesia umumnya menikmati kesetaraan gender di
mana hukum Undang-undang Dasar 1945 menjamin kesetaraan hak untuk lakilaki dan perempuan. Indonisia juga telah meratifikasi beberapa konvensi PBB
yang menjamin kesetaraan hak bagi perempuan, antara lain rativikasi konvensi
untuk penghpusan deskriminasi untuk perempuan (CEDAW) pada tahun 1984.
Namun kenyataannya hukum perlindungan hanya di atas kertas sedangkan
prakteknya masih jauh dari yang diaharapkan. Kesetaraan gender belum
sepenuhnya terwujud, perempuan masih tertinggal secara sosial, politik, dan
ekonomi dari kaum laki-laki.
Adapun dalam hal pendidikan misalnya, ditemukan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan, maka semakin lebar kesenjangan antara partisipasi
perempuan dan laki-laki. UU perkawinan tahun 1974 menaikkan usia minimum
bagi seorang gadis untuk meniah menjadi 16 tahun. Namun pernikahan diusia
lebih muda dimungkinkan dengan izin dari peradilan. UU perkawinan secara
hukum mengannggap mereka sebagai orang dewasa sekalipun mereka masih di
bawah 18 tahun. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa kedua orang tua
wajib memelihara dan mendidik anak mereka sebaik-baiknya sampai anak itu
kawin atau dapat berdikari (pasal 45) sekalipun tidak ada larangan bagi anak
yang sudah menikah untuki bersekolah, anak perempuan yang sudah menikah
sangat jarang meneruskan pendidikan mereka. Kenyataannya sekolah-sekolah
formal untuk tingkat SMP atau SMA tidak menerima siswa yang sudah
menikah, walaupun ada itu hanya disekolah kesetaraan yang kejar paket B atau
C.
13 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Dalam bidang ketenagakerjaaan, hukum Indonisia memberikan
perlindungan de jure bagi perempuan di tempat kerja. Menurut hukum,
perempuan dilindungi dari diskriminasi berdasarkan gender atau Karena
menerima bayaran yang setara untuk pekerjaan yang sama, tidak dapat
diberhentikan jika menikahh atau melahirkan, tidak boleh mengerjakan
pekerjaan yang berbahaya dan harus diberikan cuti hamil.
Selain itu, kerentanan perempuan semakin tinggi setelah berserai,
khususnya bagi mereka yang memmiliki anak. Undang-undang perkawinan dan
peraturan-peratuan yang terkait mengizinkan laki-laki dan perempuan bercerai
untuk alasan yang sama. Namun peraturan tersebut menempatkan perempuan
yang bercerai dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam hal tunjangan dari
suami setelah perceraian terjadi.
6. Pengaruh Globalisasi
Pemberitaan tentang trafficking (perdagangan manusia), pada beberapa
waktu terakhir ini di Indonesia semakin marak dan menjadi isu yang aktual,
baik dalam lingkup domistik maupun yang telah bersifat lintas batas negara.
Perdagangan manusia yang paling menonjol terjadi khususnya yang dikaitkan
dengan perempuan dan kegiatan industri seksual, ini baru mulai menjadi
perhatian masyarakat melalui media massa pada beberapa tahun terakhir ini.
Kemungkinan terjadi dalam skala yang kecil, atau dalam suatu kegiatan yang
terorganisir dengan sangat rapi. Merupakan sebagian dari alasan-alasan yang
membuat berita-berita perdagangan ini belum menarik media massa paa masa
lalu. Adapun pengaruh dari akibat globalisasi dunia, Indonesia juga tidak dapat
luput dari pengaruh keterbukaan dan Kemajuan di berbagai aspek teknologi,
politik, ekonomi, dan sebagainya. Kemajuan di berbagai aspek tersebut
membawa perubahan pula dalam segi-segi kehidupan sosial dan budaya yang
diacu oleh berbagai kemudahan informasi.
Dampak negatif dari perrubahan dan kemudahan tersebut menjadi
konsekuensi bagi munculnya permasalahan-permasalahan sosial termasuk pada
14 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
perempuan dan anak, salah satunya adalah berkembangannya perdagangan seks
pada anak.
2.3 Bentuk dan Modus Trafficking Human
2.3.1 Bentuk Trafficking
Seiring berjalannya waktu bentuk dan modus trafficking pun semakin
komplek, banyak model dan bentuk perdagangan yang dipergunakan agar misi
trafficking berhasil. Ini tidak dapat dipungkiri karena sudah menjadi fenomena
yang menjamur diberbagai belahan dunia termasuk Indonisia.
Adapun bentuk-bentuk tarfficking diantaranya adalah:
1. Eksploitasi Seksual
Eksploitasi seksual dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Eksploitasi seksual komersial untuk prostitusi.
Misalnya perempuan yang miskin dari kampung atau
mengalami perceraian karena akibat kawin muda atau putus sekolah
kemudian diajak bekerja ditempat hiburan kemudian dijadikan pekerja
seks atau panti pijat. Korban bekerja untuk mucikari atau disebut juga
germo yang punya peratutan yang eksploitatif, misalnya jam kerja yang
tak terbatas agar menghasilkan uang yang jumlahnya tidak ditentukan.8
Korban tidak berdaya untuk menolak melayani laki-laki hidung belang
yang menginginkan tubuhnya dan jika ia menolak maka sang mucikari
tidak segan-segan untuk menyiksanya karena biasanya mereka punya
bodigard-budigard yang mengawasi mereka.
Kesempatan untuk melepaskan diri sangatlah sulit sekali,
sehingga korban bagaikan buah si malakama. Jika korban protes maka
mereka diharuskan membayar sejumlah uang sebagai ganti dari biaya
hidup yang digunakan oleh korban. Dalam prakteknya korban dalam
posisi yang lemah dan diskenariokan untuk selalu tergantung atau
merasa membutuhkan aktor baik untuk kebutuhan rasa aman maupun
kebutuhan secara ekonomis.
15 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
2) Eksploitasi non komersial,
Misalnya pencabulan terhadap anak, perkosaan dan
kekerasan seksual. Banyak pelaku pencabulan dan perkosaan yang
dapat dengan bebas menghirup udara kebebasan dengan tanpa dijerat
hukum. Sementara perempuan sebagai korban harus menderita secara
lahir dan batin seumur hidup bahkan ada yang putus asa dan
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, ada juga yang karena tidak
sanggup menghadapi semuanya terganggu jiwanya.
Di Indonesia keberadaan perempuan yang dijerumuskan ke
dalam prostitusi yang diperdagangkan seksualitasnya dan perempuan
yang digunakan untuk
memproduksi
bahan-bahan pornugrafi
merupakan fakta yang tidak terbantahkan. Dalam banyak kasus,
perempuan semula dijanjikan oleh pihak-pihak tertentu untuk bekerja
sebagai buruh migran, pembantu rumah tangga, pekerja restoran,
pelayan toko, dan lain sebagainya. Tetapi kemudian dipaksa pada
industri seks pada saat mereka tida pada daerah tujuan.
Eksploitasi seksual baik yang komersial maupun yang non
komersial kedua-duanya sama-sama menjadi penyakit penyebar HIV dan
AIDS, sebuah virus yang menggerogoti sistem kekebalan tubuh sehingga
jika seseorang sudah tertular maka kekebalan tubuhnya sudah tidaki ada
lagi. Dari tahun ke tahun penularan penyakit ini perkembangannya
semakin pesat, yang tertular tidak hanya di kalangan masyarakat kota tapi
juga sampai ke pelosok desa seperti papua. Ini adalah masalah yang sangat
besar, satu sisi agama dan negara mencegah dengan peraturanperaturannya namun disisi lain kejahatan semakin merajalela dan semakin
canggih.
16 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
2. Pekerja Rumah Tangga
Pembantu rumah tangga yang bekerja baik di luar maupun di
dalam wilayah Indonesia dijadikan korban kedalam kondisi kerja yang
dibawah paksaan, pengekangan dan tidak diperbolehkan menolak bekerja.
mereka bekerja dengan jam kerja yang panjang, upah yang tidak dibayar.
Selama ini juga pekerja rumah tangga tau yang disebut pembantu tidaklah
dianggap sebagai pekerja formal melainkan sebagai hubungan informal
antara pekerja dan majikan, dan pekerjaan kasar yang tidak membutuhkan
keterampilan. upah yang diterima sangat rendah dibawah UMR yang tidak
sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan, dimana jam kerja yang sangat
panjang, tidak ada libur, bahkan banyak yang tidak ada waku untuk
istirahat.
Perlakuan yang lebih buruk lagi adalah mereka diperlakukan
layaknya budak, baik ketika menyuruh suatu pekerjaan atau dalam hal
makan, di mana mereka diberi makan yang sedikit dan tidak memenuhi
standar gizi yang dapat memberikan asupan tenaga, dilarang menjalankan
ibadah sesuai dengan agamanya bahkan di luar negeri seringkali majikan
dan agen menyita paspor TKW agar tidak bisa kabur jika mereka
diperlakukan oleh semua majikan karena ada juga majikan yang baik dalam
memperlakukan pembantu rumah tangganya bahkan menganggapnya
sebagai keluarga.
3. Penjualan Bayi
Di sejumlah negara maju, motif adopsi anak pada keluarga modern
menjadi salah satu penyebab maraknya incaran trafficker. Keluarga
modern yang enggan mendapatkan keturunan dari hasil pernikahan
menjadi rela mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk mengadopsi
anak. Kebutuhan adopsi massal itulah yang menyebabkan lahirnya para
penjual bayi, calo-calo anak dan segenap jaringannya.
17 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Di sisi lain, negara-negara berkembang masih dipenuhi warga
miskin dengan segala persoalannya, yang kemudian menjadi sasaran
pencarian anak-anak yang akan diadopsi melalui proses perdagangan.
Misalnya hilangnya 300 anak pasca sunami di Aceh yang kemudian
dilarikan oleh LSM. Banyak pihak yang menduga anak itu dilarikan ke
Amerika.
Selama tahun 2007, gugus tugas anti trafficking Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan (GTA MNPP) menemukan sekitar 500 anak
Indonesia yang diperdagangkan ke Swedia. Para trafficker tidak hanya
mengambil anak-anak usia belita, usia sekolah dan remaja saja janinpun
bisa mereka tampung.
Dari sumber yang sama menyebutkan bahwa pada tahun 2003 di
perbatasan Indonesia-Malaysia harga orok bermata sipit dan berkulit putih
dihargai sekitar 18.000 -25.000 Ringgit Malaysia. Sedangkan untuk orok
bermata bundar dan berkulit hitam dihargai 10.000-15.000 Ringgit
Malaysia.
Cara atau modus penjualan bayi bervariasi. Misalnya, beberapa
buruh migran Indonesia yang menjadi korban sebagai perkawinan palsu
saat di luar negeri, dipaksa untuk menyerahkan bayinya untuk diadopsi
secara illegal. Dalam kasus lain, ibu rumah tangga Indonesia ditipu oleh
pembantu rumah tangga kepercayaannya yang melarikan bayi majikannya
kemudian menjual bayi tersebut kepasar gelap.
4. Jeratan Hutang
Jeratan hutang adalah salah satu bentuk dari perbudakan
tradiional, di mana korban tidak bisa melarikan diri dari pekerjaan atau
tempatnya bekerja sampai hutangnya lunas. Ini terjadi mislanya pada para
TKW, di mana ketika mereka berangkat ke negara tujuan dibiayai oleh
PJTKI dan mereka harus mengganti dengan gaji sekitar empat bulanan
yang padahal jika dihitung-hitung baiaya yang dikeluarkan oleh PJTKI
tidak sebanyak gaji TKW tersebut. Ini menjadikan para TKW harus tetap
18 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
bekerja apapun kondisi yang dihadapi di lapangan sampai habis masa
kontrak. Karena itulah jeratan hutang dapat mengarah pada kerja paksa dan
membuka kemungkinan terjadinya kekerasan dan eksploitasi terhadap
pekerja.
Pekerja kehilangan kebebasannya untuk bekerja karena orang
yang menghutangkan ingin memastikan bahwa pekerja tidak akan lari dari
hutangnya. Meskipun secara teori mereka hutang tersebut dapat dibayarkan
dalam jangka waktu tertentu tetapi hutang tersebut akan terus ditingkatkan
sampai si peminjam tidak dapat melunasinya.
5. Pengedar Narkoba dan Pengemis
Dunia saat ini sudah diserang virus berbahaya yang namanya
narkoba. Narkoba sudah mengglobal di seluruh dunia dan sulit untuk
dicegah penyebarannya mulai dari kota besar sampai kepelosok desa.
karena secara materi hasil dari penjualan narkoba sangat fantastis
dibanding dengan pekerjaan atau bisnis apapun. Inilah salah satu yang
menyebabkan orang-orang terjun kelingkungan mafia, karena satu sisi
hasilnya sangat menggiurkan dan disisi lain ia sulit menemukan pekerjaan
yang layak dengan penghasilan besar walaupun resikonya juga sangat
besar.
Kemudian juga dimanfaatkan oleh bandar-bandar narkoba untuk
mengedarkan pil setannya juga menjadi penggunanya. Misalnya banyak
kasus dalam tayangan berita di mana muda mudi tertangkap
19 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
menyeludupkan narkoba termasuk heroin atau ganja tertangkap polisi.
Mereka sangat sulit sekali untuk membuka siapa yang ada dibalik mereka,
karena biasanya mereka sudah diikat dengan perjanjian untuk tidak
membuka dan kadangkala mereka sendiri tidak tau siapa pihak pertama
atau pemilik barang haram tersebut. Akhirnya merekalah yang harus
menerima resikonya sementara bandar narkobanya bebas melenggang.
Pekerjaan lain yang juga menjadi penyakit adalah adanya sindikat
bagi para pengemis. Banyak perempuan-perempuan di lampu merah yang
bahkan menggendong anak kecil dengan penampilan yang amat sangat
tidak layak untuk masa sekarang ini yang serba modern berburu kepingan
rupiah dari mereka-mereka yang punya rasa iba. Ternyata banyak diantara
mereka yang dikordinir dan ditempatkan ditempat-tempat yang sudah
ditentukan. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan kerja keras dari
semua pihak dengan sungguh-sungguh dan bukan penyelesaian yang hanya
bersifat formalitas belaka. Memang sudah ada upaya dari Dinas Sosial tapi
ini mungkin baru sedikit karena buktinya semakin hari perempuan yang
mengemis di jalanan makin banyak.
6. Pengantin Pesanan Pos (Mail order bride)
Kasus ini dapat terjadi salah satunya adalah karena tingginya
mahar yang diminta oleh pihak perempuan, sementara laki-laknya tidak
mampu secara ekonomi untuk memenuhinya sedangkan usia mereka lebih
dari cukup untuk menikah. Maka salah satu caranya adalah dengan
membeli perempuan dari luar negeri untuk dinikahinya karena tidak perlu
memberikan mahar yang besar dan lebih mau menuruti apa maunya si lakilaki. Ini dialami oleh seorang TKW dimana ia menceritakan bahawa ia
telah menikah dengan laki-laki asal timur tengah, namun ironinya ketika
perempuan tersebut hamil ia dipulangkan ke Indonesia dengan tanpa
sepersenpun diberi nafkah dan biaya persalinan.
Ada dua metode yang dikembangkan dalam melihat perkawinan
sebagai salah satu penipuan.
20 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
1) Perkawinan digunakan sebagai jalan penipuan untuk mengambil
perempuan tersebut dan membawa ke wilayah lain yang sangat asing,
namun sesampai di wilayah tujuan perempuan tersebut disalurkan
dalam industri seks atau prostitusi. Ini sangat ironi sekali dan sangat
bias gender, dimana seorang suami yang harusnya berkewajiban
mencari nafkah untuk keluarga justru sebaliknya ia menghamburhamburkan uang yang dikumpulkan istri. Mungkin ini karena pihak
laki-laki merasa ia sudah membeli si perempuan sehingga ia
menganggap bahwa perempuan itu adalah budaknya yang bisa bebas ia
perlakukan.
2) Perkawinan untuk memasukkan perempuan ke dalam rumah tangga
untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domistik yang sangat
eksploitatif bentuknya. Fenomina pengantin pesanan ini banyak terjadi
dalam masyarakat keturunan cina di Kalimantan Barat dengan para
suami berasal dari Taiwan walaupun dari Jawa Timur diberitakan telah
terjadi beberapa kasus serupa.
Data dari Pusat Studi Wanita Universitas Tanjung Pura, setiap
tahun kira-kira 50 perempuan kembali ke Singkawang dari Taiwan telah
mengalami kekerasan dan penipuan. Kekerasan dan penipuan yang
dilaporkan bermacam-macam yaitu dinikahkan dengan laki-laki yang lebih
tua, berlainan dengan apa yang diberitahukan sebelumnya atau dengan
laki-laki yang cacat mental atau fisik atau dinikahkan secara sah sebagai
perempuan simpanan atau menjadi pelayan tanpa bayaran atau bekerja di
pabrek dan dipaksa bekerja di prostitusi.
7. Donor Paksa Organ Tubuh
Perdagangan organ tubuh manusia kini semakin merajalela seiring
dengan kemajuan teknologi dibidang kedokteran, misalnya saja teknologi
cangkok jantung, ini biasanya dipesan untuk mereka para penderita jantung
yang berkantong tebal dan “turis cangkok” sebutan untuk para pasien yang
datang ke negara-negara miskin untuk membeli organ tubuh orang-orang
21 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
miskin. Di Indonesia, modus penjualan organ tubuh ini beranika ragam,
ada yang menjual karena terdesak kebutuhan ekonomi, misalnya yang
dilakukan seorang ibu demi memenuhi biaya hidup, pendidikan bahkan
untuk pengobatan penyakit anaknya ia rela menjual organ ginjalnya atau
juga yang dilakukan dengan cara menipu sang donor. Bahkan ditengarai
ada kasus pembubuhan dengan tujuan mengambil organ tubuh korban
kemudian dijual.
Modus lain adalah memanfaatkan organ tubuh para TKW yang
meninggal di luar negeri. Untuk kasus ini seringkali ketika jenazah sampai di
dalam negeri biasanya pihak keluarga tidak diperkenankan meliahat atau
membuka peti jenazah. Sebenarnya ini sering terjadi tapi karena ketidak tahuan
pihak keluarga akhirnya pihak keluarga hanya menuruti saja, padahal mungkin
saja jenazah yang cukup lama tapi juga karena organ tubuh mayat sudah
diambil untuk dijual yang mingkin saja dilakukan oleh pihak majikan ataupun
pihak rumah sakit yang sudah bekerjasama dengan sindikat penjualan organ tubuh
manusia.
2.3.2 Modus Trafficking
Dalam menjalankan operandinya para trafficker sering menggunakan
mudus berupa iming-iming. Di antara modus-modusnya antara lain yaitu:
1. Tawaran Kerja
Salah satu modus human trafficking yang sering dilakukan adalah
penawaran kerja ke luar pulau atau luar negeri dengan gaji tinggi. Pelaku
biasanya mendatangi rumah calon korbannya dan saat pemberangkatan
juga tanpa dilengkapi surat keterangan dari pemerintah desa setempat.
Cara tersebut dilakukan untuk menghilangkan kecurigaan
sejumlah pihak, termasuk memberi kemudahan kepada keluarga korban
untuk dapat diterima kerja tanpa harus mengurus sejumlah surat
kelengkapan kerja di luar daerah atau negeri. Dari pihak orang tua korban
22 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
sudah tidak memperdulikan aturan atau kelengkapan surat-surat kerja
karena sudah termakan oleh bujukan pelaku.
Modusnya adalah para calo atau perantara memberi iming-iming
bagi para korban dengan menawarkan bekerja di mall dan salon dengan
gaji besar. Selanjutnya korban diserahkan pada germo yang kemudian
dipekerjakan secara paksa sebagai wanita penghibur di tempat-tempat
hiburan malam.
Selain aspek pemaksaan yang menyalahi aturan, aspek upah juga
sangat merugikan para korban. Mereka hanya mendapatkan sedikit upah
dari transaksi. pdahal sekali kencan korban diberi uang oleh hidung belang
sekitar kurang lebih 500 ribu sekali kencan. Hal ini biasanya dijadikan
dalih oleh para germo sebagai pembiayaan fasilitas antar jemput, baju, dan
rias bagus serta modis agar lebih menarik.
2. Bius
Rayuan dan iming-iming pekerjaan bukan lagi menjadi modus
yang paling sering dilakukan dalam human trafficking, tetapi saat ini orang
bisa menjadi korban perdagangan manusia dengan kekerasan seperti dibius.
Modus ini menggunakan kekerasan, cara modus ini berawal dari
penculikan terhadap korban, kemudian pelaku membiusnya dengan
suntikan ataupun dengan alat yang lain yang digunakan untuk membius.
Kemudian korban dibawa dan dipertemukan dengan sang bos. Setelah itu
korban diserahkan jaringan lainnya untuk dibawa ke negara lain tanpa
membawa paspor untuk dipekerjakan secara paksa sebagai pekerja seks.
2.4 Undang- Undang Tentang Trafficking
Undang Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang.
Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007
Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, definisinya adalah tindakan
perekrutan,
pengangkutan,
penampungan,
pengiriman,
pemindahan,
atau
23 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
penerimaan
seseorang dengan ancaman
kekerasan,
penggunaan
kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut,baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan
eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Berdasarkan pasal tersebut, unsur tindak pidana perdagangan orang ada
tiga yaitu: unsurproses, cara dan eksploitasi. Jika ketiganya terpenuhi maka bisa
dikategorikan sebagai perdagangan orang.
1. Proses: tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi
bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut
2. Cara: ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan
utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan
dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut.
3. Eksploitasi: tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi
tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan
atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik,
seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau
mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau
kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik
materiil maupun immateriil.
4. Lokus: Tempat kejadian tindak pidana perdagangan orang bisa terjadi di dalam
negara ataupun antar negara.
24 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Sanksi bagi pelaku tindak pidana perdagangan orang
Kurungan Penjara dan atau Denda. Sanksi kurungan penjara, minimal 3
tahun maksimal 15 tahun. Sanksi denda bagi pelaku perorangan Rp 150-600 juta,
sementara untuk perusahaan sanksi penjaranya minimal 9 tahun dan maksimal 45
tahun, atau denda minimal sebesar Rp 360 juta, dan maksimal Rp 1,8 miliar.
Korban Human Trafficking
Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental.
fisik, seksual, dan atau sosial yang diakibatkan tindak pidana perdagangan orang
(Pasal 1 ayat 3 UU No 21 Tahun 2007).
Ciri-ciri perdagangan orang dalam konteks migrasi ketenagakerjaan?
1. Perekrutan tanpa Perjanjian Penempatan;
2. Ditempatkan tanpa perjanjian Kerja;
3. Perekrutan dibawah umur (-18 thn) dokumen dipalsukan;
4. Perekrutan tanpa izin suami/orang tua/wali;
5. Ditempatkan tanpa sertifikat kompetensi (tidak dilatih);
6. Hanya menggunakan paspor dengan visa kunjungan;
7. Ditempatkan oleh perorangan, bukan Perusahaan yang memiliki izin dari
Menteri Tenaga Kerja;
8. Dipindahkan ke majikan lain tanpa perjanjian Kerja;
9. Dipindahkan ke negara lain yang peraturannya terbuka walaupun tidak sesuai
dengan peraturan Indonesia.
10. Beban biaya diatas ketentuan yang ditetapkan pemerintah (over charging).
Hak Korban dan/ atau Saksi
1. Hak Korban dan/ atau Saksi juga diberikan kepada keluarganya dengan rincian
sebagai berikut:
1) Memperoleh kerahasiaan identitas (Pasal 44) Hak ini diberikan juga kepada
keluarga korban dan/ atau saksi sampai derajat kedua.
25 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
2) Hak untuk mendapat jaminan perlindungan dari ancaman yang
membahayakan diri, jiwa dan/atau hartanya (Pasal 47).
3) Restitusi (Pasal 48). Restitusi ini adalah pembayaran ganti kerugian yang
dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan/ atau immateriil yang
diderita korban atau ahli warisnya (Pasal 1 angka 13 Undang – Undang
Nomor 21 Tahun 2007). Pengaturan restitusi berupa ganti kerugian atas
garis besarnya adalah sebagai berikut:
a. kehilangan kekayaan atau penghasilan,
b. penderitaan,
c. biaya untuk tindakan perawatan medis dan/ atau psikologis, dan/atau
d. kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang.
Restitusi diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam amar putusan
pengadilan tentang perkara tindak pidana perdagangan orang. Pemberian restitusi
dilaksanakan sejak dijatuhkan putusan pengadilan tingkat pertama. Restitusi
tersebut dapat dititipkan terlebih dahulu di pengadilan tempat perkara diputus.
Pemberian restitusi dilakukan dalam 14 hari terhitung sejak diberitahukannya
putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam hal pelaku diputus
bebas oleh pengadilan tingkat banding atau kasasi, maka hakim memerintahkan
dalam putusannya agar uang restitusi yang dititipkan dikembalikan kepada yang
bersangkutan. Pelaksanaan pemberian restitusi dilaporkan kepada ketua pengadilan
yang memutus perkara dan ditandai tanda bukti pelaksanaannya.
Rehabilitasi (Pasal 51). Rehabilitasi adalah pemulihan dari gangguan terhadap
kondisi fisik, psikis, dan sosial agar dapat melaksanakan perannya kembali secara
wajar baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Penjelasannya adalah
sebagai berikut:
1. Korban berhak memperoleh rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial,
pemulangan, dan reintegrasi sosial dari pemerintah apabila yang bersangkutan
26 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
mengalami penderitaan baik fisik maupun psikis akibat tindak pidana
perdagangan orang.
2. Rehabilitasi diajukan oleh korban atau keluarga korban, teman korban,
kepolisian, relawan pendamping, atau pekerja sosial, setelah korban
melaporkan kasus yang dialaminya atau pihak lain melaporkannya kepada
Polri.
3. Permohonan diajukan kepada pemerintah melalui menteri atau instansi yang
menangani masalah – masalah kesehatan dan sosial di daerah. Dalam penjelasan
Pasal 53 ayat (3) menegaskan yang dimaksud dengan pemerintah adalah
“instansi” yang bertanggung jawab dalam bidang kesehatan, dan/ atau
penanggulangan masalah – masalah sosial serta dapat dilaksanakan secara
bersama – sama antara penyelenggara kewenangan tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota khususnya dari mana korban berasal atau bertempat tinggal.
4. Menteri atau instansi yang menangani rehabilitasi wajib memberikan
rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan dan integrasi sosial
paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak diajukan permohonan.
5. Untuk penyelenggaraan pelayanan rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial,
ppemulangan dan reintegrasi sosial pemerintah serta pemerintah daerah wajib
membentuk rumah perlindungan sosial atau pusat trauma.
6. Di samping perlindungan seperti yang telah diutarakan, sesuai Pasal 53 dan
Pasal 54 bagi korban juga mendapat hak perlindungan antara lain;
1) apabila korban mengalami trauma atau penyakit yang membahayakan
dirinya akibat tindak pidana perdagangan orang, maka menteri atau instansi
yang menangani masalah – masalah kesehatan dan sosial di daerah wajib
memberikan pertolongan pertama paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
permohonan diajukan;
2) apabila korban di luar negeri memerlukan perlindungan, maka pemerintah
RI melalui perwakilannya di luar negeri wajib melindungi pribadi dan
kepentingan korban dan mengusahakan memulangkan ke Indonesia atas
biaya negara;
27 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
3) apabila korban warga negara asing, berada di Indonesia, maka pemerintah
RI mengupayakan perlindungan dan pemulangan ke negara asalnya melalui
koordinasi dengan perwakilannya di Indonesia
2.5 Dampak/ Pengaruh Trafficking Human
Berdasarkan perspektif historis, startegi dan tahapan, serta faktor
penyebab human trafficking, maka hal tersebut menempatkan perempuan korban
trafficking dalam situasi yang beresiko tinggi yang berdampak terhadap fisik, psikis
maupu kehidupan sosial perempuan korban trafficking sebagaimana yang
digambarkan Course Instruction (2011: 13, 14) sebagai berikut.
1. Dampak Psikologi dan Kesehatan Mental
Menurut Williamson et al. (2010: 2), perempuan korban trafficking
sering mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu peristiwa atau
kejadian yang melibatkan cedera aktual atau terancam kematian yang serius,
atau ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain" dan
tanggapan mereka terhadap peristiwa ini sering melibatkan "rasa takut yang
sangat, dan ketidakberdayaan, sebagai reaksi umum dari post traumatic stress
disorder (PTSD). Pengalaman traumatis dan ketakutan dialami perempuan
korban trafficking sejak awal mereka ditangkap secara paksa, mengalami
penyekapan di daerah transit sebelum dikirim ke tempat tujuan untuk dijual dan
di eksploitasi (American Association, 2005: 467).
Setelah kedatangan ke tempat tujuan, perempuan korban trafficking
perempuan korban trafficking terisolasi secara sosial, yang diselenggarakan
dalam kurungan, dan kekurangan makanan. Semua milik pribadi dilucuti dari
mereka, surat identitas, paspor, visa, dan dokumen lainnya (Course Instruction,
2011:1). Korban mengalami banyak gejala psikologis yang dihasilkan dari
kekerasan mental sehari-hari dan penyiksaan. Ini termasuk depresi, stres yang
berhubungan dengan gangguan, disorientasi, kebingungan, fobia, dan
ketakutan. Korban shock, mengalami penolakan, ketidakpercayaan, tentang
situasi mereka saat itu, perasaan tidak berdaya dan malu (Stotts & Ramey,
2009:10). Rasa takut yang terus-menerus untuk keamanan pribadi mereka dan
28 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
keselamatan keluarga mereka, ancaman deportasi akhirnya berkembang
menjadi rasa kehilangan dan tidak berdaya. Hal ini tidak mengherankan bahwa
depresi, kecemasan, dan post traumatic stress disorder (PTSD) adalah gejala
yang umum dialami oleh para korban yang diperdagangkan.
Para perempuan korban trafficking seringkali mengalami kondisi yang
kejam yang mengakibatkan trauma fisik, seksual dan psikologis. Kegelisahan,
insomnia, depresi dan post traumatic stress disorder menggambarkan standar
evaluasi atau penilaian yang mengecewakan nilai diri dengan memandang
rendah diri sendiri (Taylor, 2012:1). Para perempuan korban trafficking
seringkali kehilangan kesempatan penting untuk mengalami perkembangan
sosial, moral, dan spiritual. Hilang harapan tanpa tujuan hidup yang jelas, suram
dan gelap masa depan.
1) Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
PTSD merupakan suatu pengalaman individu yang mengalami
peristiwa traumatik yang menyebabkan gangguan pada integritas diri
individu dan sehingga individu mengalami ketakutan, ketidakberdayaan dan
trauma tersendiri (Townsend M.C., 2009).
Individu dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) sering
menyebabkan peningkatan keadaan siaga yang berlebihan, deperti
insomnia, waspada berlebihan dan iritabilitas terhadap lingkungan yang
berbahaya. Peningkatan ansietas dapat menyebabkan perilaku agresif atau
perilaku menciderai (Fontaine, 2009).
29 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Berdasarkan penelitian Rose (2002) ada 3 tipe gejala yang sering
terjadi pada PTSD, yaitu:
a. Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukkan dengan selalu teringat
akan peristiwa yang menyedihkan yang telah dialami itu, flashback
(merasa seolah-olah peristiwa yang menyedihkan terulang kembali),
nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-kejadian yang membuatnya
sedih), reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh
kenangan akan peristiwa yang menyedihkan.
b.
Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan dengan
menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan, atau percakapan
yang berhubungan dengan trauma. Selain itu juga kehilangan minat
terhadap semua hal, perasaan terasing dari orang lain, dan emosi yang
dangkal.
c. Sensitifitas yang meningkat, ditunjukkan dengan susah tidur, mudah
marah / tidak dapat mengendalikan marah, susah konsentrasi,
kewaspadaan yang berlebih, respon yang berlebihan atas segala sesuatu.
2) Kecemasan
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang
akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan
perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Videbeck, 2008). Satu studi
melaporkan bahwa orang yang selamat dari trafficker mengalami
30 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
kecemasan dengan gejala kegugupan (95%), panik (61%), merasa tertekan
(95%) dan keputusasaan tentang masa depan (76%) (Bradley, 2005).
3) Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi yang menggambarkan perilaku
seseorang yang tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil,
suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
Secara kognitif korban umumnya kurang konsentrasi, ambivalensi,
kebingungan, fokus menyempit / preokupasi, misinterpretasi, bloking,
berkurangnya kreatifitas, pandangan suram, pesimis, sulit untuk membuat
keputusan, mimpi buruk, produktivitas menurun, pelupa. Afek korban
terkadang tampak sedih, bingung, gelisah, apatis / pasif, kesepian, rasa tidak
berharga, penyangkalan perasaan, kesal, khawatir, perasaan gagal. Korban
sering semakin sering mengeluh kelemahan, pusing, kelelahan, keletihan,
sakit kepala, perubahan siklus haid. Keluarga mungkin melaporkan
perubahantingkat aktivitas pada korban, mudah tersinggung, kurang
spontanitas, sangat tergantung, mudah menangis. Kecenderungan untuk
isolasi, partisipasi sosial berkurang pada tingkat lanjut mungkin akan
tampak pada korban (Rahmalia, 2010)
2. Dampak Sosial
Secara sosial para perempuan korban trafficking teralenasi, karena
sejak awal direkrut, diangkut atau ditangkap oleh jaringan trafficker mereka
sudah disekap, diisolir agar tidak berhubungan dengan dunia luar atau siapapun
sampai mereka tiba ditempat tujuan. Eksploitasi seksual yang di alami para
korban ditempat pekerjaan membatasi mereka untuk bertemu dengan orang lain
(Course Instructions, 2011: 3, 4), kecuali harus melayani nafsu bejat para tamu
(lelaki hidung belang). Para korban semestinya memandang dunia dan masa
depan dengan mata bersinar, hidup aman tentram bersama perlindungan dan
31 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
kasih sayang keluarganya, tibatiba harus tercabut masuk ke dalam situasi yang
eksploitatif dan kejam, menjadi korban sindikat trafficking.
Konsekuensi sosial tersebut sebagai salah satu dampak yang banyak
dialami oleh perempuan. Korban trafficking. Korban mengalami isolasi sosial,
yang berfungsi sebagai strategi untuk perbudakan dan eksploitasi seksual.
Sementara diperbudak, para korban terutama anak-anak biasanya kehilangan
kesempatan pendidikan dan sosialisasi dengan teman sebayanya (Stotts &
Ramey, 2009: 10). Karena trafficking perempuan tampaknya mengorbankan
seluruh masyarakat, anak dan wanita, isolasi sosial merupakan upaya untuk
mencegah mereka mendapatkan pendidikan dan meningkatkan kerentanan
masa depan mereka untuk diperdagangkan.
Menurut Chatterjee et al. (Wickham, 2009: 12, 13), persoalan sosial
yang sangat tragis dan semakin meningkatkan stress dan depresi para korban
adalah ketika keluarga dan masyarakat menolak untuk menerima mereka
kembali. Selain itu, para pria sering melihat perempuan korban trafficking
sebagai orang yang kotor, telah ternodai dan karena itu menolak untuk menikahi
mereka. Diskriminasi terhadap para perempuan korban trafficking terjadi dalam
berbagai sector dan berbagai bentuk. Kenyataan ini telah menggugah rasa
kemanusiaan dari berbagai pihak untuk terus berjuang agar nilai-nilai
kemanusiaan seperti keadilan, kesederajatan, bisa diwujudkan. Jadi dampak
sosial yang dimaksud adalah isolasi sosial, penolakan dari keluarga &
32 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
masyarakat mengakibatkan perempuan korban trafficking kehilangan makna
dan tujuan hidup serta penghargaan atas dirinya.
3. Dampak Kesehatan Fisik
Secara fisik, cedra aktual para perempuan korban trafficking terjadi,
karena mereka mengalami kekerasan fisik dan seksual. Mereka seringkali
terpaksa harus tinggal di lingkungan yang tidak manusiawi dan bekerja dalam
kondisi berbahaya. Mereka tidak memiliki gizi yang cukup dan dikenakan
penyiksaan secara brutal pada fisik dan psikis, apabila mereka tidakmemberikan
pelayanan seksual yang diinginkan pelanggan (“lelaki hidung belang”) atau
karena penolakan para korban terhadap eksploitasi seksual. Korban sering tidak
memiliki akses ke perawatan medis yang memadai dan tinggal dilingkungan
yang najis dan tidak layak (Stotts & Ramey, 2009: 10). Perawatan kesehatan
dan pencegahan penyakit seksual menular terhadap para korban hampir tidak
ada, dan kesehatan biasanya diabaikan sampai mereka semakin terpuruk
menderita penyakit HIV / AIDS, sipilis, gonorea dan penyakit seksual menular
lainnya.
Para perempuan korban trafficking dirugikan dengan berbagai metode
yang digunakan traffickers untuk "kondisi" mereka, termasuk pemerkosaan,
pemerkosaan geng, ancaman untuk menyakiti korban atau keluarga korban,
kronis pada pendengaran, dan kardiovaskular atau masalah pernapasan yang
disebabkan oleh penyiksaan, trans-seksual dan memaksa penggunaan narkoba.
Luka fisik termasuk hal-hal seperti patah tulang, gegar otak, luka bakar, dan
vagina atau dubur robek. Kehamilan korban yang tidak diinginkan akibat
pemerkosaan atau prostitusi. Infertility sebagai akibat infeksi kronis menular
seksual yang tidak diobati atau gagal atau melakukan aborsi tradisional bukan
oleh para medis dan tanpa perawatan medis. Belum lagi penyakit yang tidak
terdeteksi atau tidak diobati, seperti diabetes atau kanker, sebagai ancaman
masa depan para korban (Stotts & Ramey, 2009: 11). Penyalahgunaan zat (obatobatan terlarang) sebagai sarana untuk mengatasi situasi depresi korban
33 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
sekaligus sebagai strategi traffickers menundukkan korban untuk melakukan
eksploitasi seksual.
Jadi dampak kesehatan fisik yang dimaksud adalah cedera aktual &
ancaman terhadap integritas diri para korban yang mengalami kekerasan fisik
dan seksual. Penderitaan secara fisik yang dialami para perempuan korban
trafficking, menciptakan citra diri negatif, konsep diri para korban semakin
terpuruk, kehilangan makna hidup, harkat dan martabat para korban menjadi
hancur.
2.6 Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking
Perdagangan orang, khususnya perempuan sebagai suatu bentuk tindak
kejahatan yang kompleks, tentunya memerlukan upaya penanganan yang
komprehensif dan terpadu.
Tidak hanya dibutuhkan pengetahuan dan keahlian professional, namun
juga pengumpulan dan pertukaran informasi, kerjasama yang memadai baik sesame
apparat penegak hokum seperti kepolisian, kejaksaan, hakim maupun dengan
pihak- pihak lain yang terkait yaitu lembaga pemerintah (Kementrian terkait) dan
lembaga non pemerintah (LSM) baik local maupun internasional.
Semua pihak bisa saling bertukar informasi dan keahlian profesi sesuai
dengankewenangan masing-masing dan kode etik instansi. Tidak hanya perihal
pencegahan, namun juga penanganan kasus dan perlindungan korban semakin
memberikan
pembenaran
bagi
upaya
pencegahan
dan
penanggulangan
perdagangan peremuan secara terpadu. Hal ini bertujuan untuk memastikan agar
korban mendapatkan ha katas perlindungan dalam hukum.
Dalam konteks penyidikan dan penuntutan, aparat penegak hukum dapat
memaksimalkan jaringan kerjasama dengan sesama apparat
penegak
hokum
lainnya didalam suatu wilayah negara, untuk bertukar informasi dan melakukan
investigasi bersama. Kerjasama dengan apparat penegak hokum di negara tujuan
bisa dilakukan melalui pertukaran informasi, atau bahkan melalui mutual legal
assistance, bagi pencegahan dan penanggulangan perdagangan perempuan lintas
negara.
34 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Upaya Masyarakat dalam pencegahan trafficking yakni dengan
meminta dukungan ILO dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) yang
melakukan Program Prevention ofChild Trafficking for Labor and Sexual
Exploitation. Tujuan dari program ini adalah:
2. Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah
Menegah Atasuntuk memperluas angka partisipasi anak laki-laki dan anak
perempuan.
3. Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan setelah
lulus sekolah dasar
4. Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan
penghasilan
5. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk
memfasilitasi usaha sendiri.
6. Merubah sikap dan pola pikir keluarga dan masyarakat terhadap trafficking
anak.
35 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus Human Trafficking
Artikel
Perdagangan Manusia (Masih) Marak, Berbungkus Berbagai Modus
Suara Ibu Sulis terdengar geram ketika bercerita mengenai apa yang terjadi
pada salah satu putrinya, yang menjadi korban – dan pada akhirnya penyintas –
perdagangan orang pada akhir 2013.
“Tidak bisa saya bayangkan ketakutannya., Dia jauh dari rumah, bekerja
untuk rumah biadab itu. Dia melihat semuanya., Dia seperti jadi orang lain ketika
saya pertama kali mendengar suaranya (melalui telepon) setelah sekian lama tidak
berhubungan,” kata Ibu Sulis berapi-api.
“Keluarga kami broken home. Anak-anak melihat orangtua tidak akur. Mungkin itu
yang menyebabkan dia memutuskan pergi,” jelas Ibu Sulis yang berasal dari
Palopo, Sulawesi Selatan.
“Anak saya mungkin frustasi dan tidak tahan kondisi keluarga kami,” tegas
ibu Sulis, 45 tahun.
Bella yang lahir pada tahun 1995, menurut ibunya, tergoda dengan imingiming gaji Rp 10 juta per bulan sebagai SPG. Dia mendapat tawaran dari teman
masa kecilnya yang memang sudah lebih dulu bekerja di Dobo, kota kecil di
Kepulauan Aru di Maluku.
36 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Bersama dengan teman lama dan sahabatnya, Bella pergi diam-diam
meninggalkan desa dan merasa bahwa mencari nafkah sendiri merupakan jawaban
akan kegalauannya. Dari kampung mereka, Rawamangun di Palopo, gadis-gadis
sebaya ini berangkat ke Makassar., Menginap satu malam di sebuah hotel dan
bertemu dengan calon pemberi pekerjaan, yang ternyata adalah pemilik kelab
malam. Lalu berangkat dengan pesawat menuju Ambon pada keesokan harinya.
Para pelaku praktek perdagangan orang ini diduga menggunakan sistem sel
yang terputus-putus di satu daerah ke daerah lain., Hampir serupa dengan cara
sindikat narkoba beroperasi. Sehingga dari Ambon, gadis-gadis Palopo ini bertemu
dengan orang yang berbeda yang membawa mereka ke Pulau Aru. Dan cerita sedih
berkepanjangan dimulai ketika mereka menginjakkan kaki di tempat kerja mereka.
“Dia magang untuk 3 bulan baru boleh dibawa keluar. Selama itu dia kerja melayani
tamu, menemani minum. Setiap hari dia disuruh memakai pakaian seminim
mungkin dan dipajang di ruang kaca. Bisa saya katakan separuh telanjang,” kata
Ibu Sulis menceritakan apa yang dia dengar dari anaknya.
Bella dan teman-temannya melihat perlakuan buruk kepada perempuan
yang bekerja di sana.; Bukan hanya dari para pelanggan tetapi juga pekerja laki-laki
serta pemilik tempat hiburan itu.
“Mereka membuat perempuan menjadi binatang. Menjerat dengan hutang yang
jelas-jelas tidak akan sanggup mereka bayar. Ada ibu-ibu yang sama sekali tidak
bisa meninggalkan tempat itu karena hutang banyak, anak banyak dan tidak jelas
siapa saja bapaknya.”
“Bella juga melihat teman-temannya yang sakit atau hamil dibawa pergi dari pulau
dan tidak pernah kembali.”
Cerita Bella hanyalah satu dari ribuan kisah pilu perdagangan orang.
Tersamarkan dengan berbagai modus yang terus diperbaharui seiring dengan
37 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
perkembangan jaman untuk menjerat korbannya. Iming-iming gaji bulanan dengan
jumlah fantastis masih sering digunakan, tetapi para pemangsa mulai menggunakan
media sosial untuk menjerat targetnya. Dan sudah ada pula kasus-kasus dimana
korban dijerat melalui perjalanan umrah.
38 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
3.2 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn. B DENGAN KORBAN HUMAN
TRAFFICKING
DI RUANG.............................................................
Nama Klp
: Kelompok 3
Tg/ Jam MRS
:
Tgl/ Jam Pengkajian
:
No. RM
:
Sumber Data
: Ny. S
Ruangan/ Kelas
:
Metode
:
No. Kamar
:
Alat/ Bahan
:
Diagnosa Medis
:
I.
IDENTITAS
1. Nama
: Nn. B
2. Umur
: Lahir tahun 1995
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Pekerjaan
: SPG
5. Alamat dan No. Telp
: Rawamangun, Palopo
6. Penanggung Jawab &
: Ny. S (45 Tahun) sebagai Ibunya
Hubungan dg Klien
II.
POLA PERSEPSI KESEHATAN ATAU PENANGANAN KESEHATAN
1. Keluhan Utama:
Menurut Ny. S “Anak saya mungkin frustasi dan tidak tahan kondisi
keluarga kami,”
2. Riwayat Penyakit Sekarang
(Tidak terdapat dalam Kasus)
3. Lamanya Keluhan
(Tidak terdapat dalam Kasus)
39 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
4. Faktor yang Memperberat
Menurut Ny. S “Keluarga kami broken home. Anak-anak melihat
orangtua tidak akur. Mungkin itu yang menyebabkan dia memutuskan pergi,”
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Keluhan
Menurut Ny. S bersama dengan teman lama dan sahabatnya, Bella pergi
diam-diam meninggalkan desa dan merasa bahwa mencari nafkah sendiri
merupakan jawaban akan kegalauannya.
6. Riwayat Penyakit Dahulu
(Tidak terdapat dalam Kasus)
7. Persepsi Klien tentang status kesehatan dan kesejahteraan
(Tidak terdapat dalam Kasus)
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
(Tidak terdapat dalam Kasus)
9. Susunan Keluarga (Genogram)
(Tidak terdapat dalam Kasus)
10. Riwayat Alergi
(Tidak terdapat dalam Kasus)
III.
POLA NUTRISI DAN METABOLIK
(Tidak terdapat dalam Kasus)
IV.
POLA ELIMINASI
(Tidak terdapat dalam Kasus)
V.
POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
(Tidak terdapat dalam Kasus)
VI.
POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR
(Tidak terdapat dalam Kasus)
40 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
VII.
POLA KOGNITIF DAN PERSEPTUAL
Tingkat Ansietas:
Menurut Ny. S “Tidak bisa saya bayangkan ketakutannya., Dia jauh dari
rumah, bekerja untuk rumah biadab itu. Dia melihat semuanya., Dia seperti jadi
orang lain ketika saya pertama kali mendengar suaranya (melalui telepon) setelah
sekian lama tidak berhubungan,”
VIII.
POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI
1. Role Peran
: Konflik Peran
Menurut Ny. S “Dia magang untuk 3 bulan baru boleh dibawa keluar.
Selama itu dia kerja melayani tamu, menemani minum. Setiap hari dia disuruh
memakai pakaian seminim mungkin dan dipajang di ruang kaca. Bisa saya
katakan separuh telanjang,”
2. Identity/ Identitas Diri
: Merasa Terkekang dan Kurang Mampu
menentukan Pilihan.
Menurut Ny. S “Mereka membuat perempuan menjadi binatang.
Menjerat dengan hutang yang jelas-jelas tidak akan sanggup mereka bayar. Ada
ibu-ibu yang sama sekali tidak bisa meninggalkan tempat itu karena hutang
banyak, anak banyak dan tidak jelas siapa saja bapaknya.”
Masalah Keperawatan
IX.
POLA PERAN DAN HUBUNGAN
Pekerjaan
X.
: Resiko Harga Diri Rendah
: SPG
POLA SEKSUALITAS/ REPRODUKSI
(Tidak Terdapat dalam Kasus)
XI.
POLA KOPING/TOLERANSI STRESS
(Tidak Terdapat dalam Kasus)
41 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
XII.
POLA NILAI / KEPERCAYAAN
(Tidak Terdapat dalam Kasus)
XIII.
PENGKAJIAN PERSISTEM (Review of System)
(Tidak Terdapat dalam Kasus)
XIV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Tidak Terdapat dalam Kasus)
XV.
TERAPI
(Tidak Terdapat dalam Kasus)
Bandung, ……………….
Mahasiswa
(……………………….)
42 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
ANALISA DATA
Nama Klien
: Nn. B
Umur
: Lahir Tahun 1995
Ruangan/ Kamar
:
No. RM
:
No.
1.
Data (Symptom)
Penyebab (Etiologi)
Perubahan Proses
Objektif
1. Menurut Ny. S “Anak
saya mungkin frustasi dan
tidak
tahan
kondisi
keluarga kami,”
2. Menurut Ny.S “Keluarga
kami broken home. Anakanak melihat orangtua
tidak akur. Mungkin itu
yang menyebabkan dia
memutuskan pergi,”
2.
Masalah (Problem)
Keluarga
Frustasi
Perubahan Proses
Tidak Tahan Kondisi
Keluarga
Keluarga
Broken Home
Orang Tua Tidak Akur
Objektif
1. Menurut
Ny.
S
“Dia
magang untuk 3 bulan
baru boleh dibawa keluar.
Selama
melayani
itu
dia
kerja
tamu,
menemani minum. Setiap
hari dia disuruh memakai
pakaian
seminim
mungkin dan dipajang di
Resiko HDR
Kerja Melayani Tamu
Pria
Resiko Harga Diri
Rendah
Memakai Pakaian
Minim
Pekerjaan SPG
ruang kaca. Bisa saya
43 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
katakan
separuh
telanjang,”
2. Menurut Ny. S “Mereka
membuat
perempuan
menjadi
binatang.
Menjerat dengan hutang
yang jelas-jelas tidak akan
sanggup mereka bayar
PRIORITAS MASALAH
Nama Klien
: Nn. B
Umur
: Lahir Tahun 1995
Ruangan/ Kamar
:
No. RM
:
No.
Masalah Keperawatan
1.
Proses Perubahan Keluarga
2.
Resiko Harga Diri Rendah
Tanggal
Ditemukan
Teratasi
Paraf
44 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
3.1 Intervensi Keperawatan
NO.
DIAGNOSA
1.
Proses Perubahan
Keluarga
PERENCANAAN
TUJUAN
Pasien
dan
KRITERIA EVALUASI
Keluarga Setelah…..Pertemuan
mampu:
pasien 1. Pengkajian
mampu:
a. Kaji Interaksi antara pasien
1. Memahami perubahan 1. Mengidentifikasi
dalam peran keluarga
Pola
Koping
dan
keluarga,
waspada
terhadap potensi perilaku
2. Berpartisipasi dalam proses
membuat keputusan tentang
perawatan setelah rawat inap
3. Berfungsi
untuk
memberikan
kepada
INTERVENSI
setiap
saling
dukungan
anggota
keluarga
4. Mengidentifikasi cara untuk
berkoping lebih efektif
merusak
b. Kaji
Keterbatasan
dengan
anak,
demikian
dapat
mengakomodasi anak untuk
berpartisipasi
dalam
aktivitas sehari-hari
2. Intervensi Umum
a. Bina
Hubungan
Saling
Percaya
45 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
b. Beri
Kesempatan
kepada
Keluarga sebagai Individu
dan
Sebagai
Kelompok
untuk saling berbagi tentang
perasaan
yang
mereka
pendam
c. Tekankan bahwa anggota
keluarga tidak bertanggung
jawab atas kebiasaan mabuk
anggota keluarga lainnya.
d. Gali
keyakinan
keluarga
tentang situasi yang mereka
hadapi dan tujuan mereka.
e. Bicarakan tentang metode
tak efektif yang digunakan
keluarga
f. Bantu keluarga memahami
efek dari upaya mereka
46 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
mengontrol
kebiasaan
mabuk
g. Tekankan bahwa membantu
pencandu
alcohol
berarti
pertama-
tama
harus
membantu
diri
mereka
sendiri
h. Bicarakan dengan keluarga
bahwa,
selama
pemulihan,
keluarga
masa
dinamika
mereka
akan
berubah drastic.
i. Bicarakan
tentang
kemungkingan kambuh dan
factor penunjang
j. Bila
terdapat
diagnosis
keperawatan individu atau
keluarga
tindak
tambahan,
lihat
penganiyaan
anak
47 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
atau tindak kekerasan dalam
rumah
tangga
dibawah
diagnosis ketidakmampuan
koping keluarga
k. Lakukan
penyuluhan
kesehatan mengenai sumber
daya komunitas dan lakukan
perujukan sesuai indikasi.
3. Promosi Integritas Keluarga
l. Kaji
yang
Perasaan
mungkin
Bersalah
dialami
keluarga
m. Kaji
jenis
hubungan
keluarga
n. Pantau hubungan keluarga
saat ini
o. Kaji pemahaman keluarga
tentang penyebab penyakit
48 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
p. Identifikasi Prioritas yang
bertentangan
diantara
anggota keluarga
4. Penyuluhan
untuk
Pasien/
Keluarga
a. Ajari keterampilan merawat
pasien yang diperlukan oleh
keluarga
(misalnya,
manajemen
waktu,
pengobatan)
b. Ajari
keluarga
perlunya
kerjasama dengan system
sekolah
untuk
akses
kesempatan
pendidikan
untuk
menjamin
yang
penderita
sesuai
penyakit
kronis atau anak cacat.
5. Aktivitas Kolaboratif
49 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
a. Pelopori
konferensi
multidisiplin
perawatan
pasien, dengan melibatkan
pasien/
keluarga
dalam
menyelesaikan masalah dan
fasilitasi komunikasi
b. Berikan
perawatan
berkelanjutan
dengan
mempertahankan
komunikasi
yang
efektif
antara anggota staf mrlalui
catatan
keperawatan
dan
rencana perawatan
c. Anjurkan
konsultasi
pelayanan
social
membantu
menentukan
untuk
keluarga
kebutuhan
pascahospitalisasi
50 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
dan
identifikasi
sumber
dukungan di komunitas.
d. Promosi Integrasi keluarga
(NIC), rujuk untuk terapi
keluarga sesuai indikasi.
2.
Gangguan konsep diri:
harga diri rendah
Pasien mampu:

Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
posiif yang dimiliki

Menilai kemampuan
Setelah…..pertemuan klien
mampu:


yang dapat digunakan

Menetapkan/memilih

kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan

SP.1 (Tgl…………………….)

Mengidentifikasi kemampuan
Identifikasi kemampuan positif
yang dimiliki
aspek positif yang dimiliki
-
Diskusikan bahwa pasien
Memiliki kemampuan yang
masih memiliki sejumlah
dapat digunakan. Memilih
kemampuan
kegiatan sesuai kemampuan
positif
Melakukan kegiatan yang
sudah dipilih.
pasien di rumah adanya
Merencanakan kegiatan yang
sudah dilatih.
terdekat pasien.
dari
seperti
aspek
kegiatan
keluarga dan lingkungan
51 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g


-
Melatih kegiatan yang
Beri pujian yang realistis
sudah dipilih, sesuai
dan hindarkan setiap kali
kemampuan
bertemu
Merencanakan
penilaian yang negative.
kegiatan yang sudah

dengan
pasien
Nilai kemampuan yang dapat
dilakukan saat ini
dilatihnya
-
Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih
digunakan saat ini
-
Bantu
pasien
menyebutkannya
memberi
dan
penguatan
terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien
-
Perlihatkan respon yang
kondusif
dan
menjadi
pendengar yang aktif

Pilih kemampuan yang akan
dilatih
52 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
-
Diskusikan dengan pasien
beberapa
aktivitas
yang
dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari
-
Bantu pasien menetapkan
aktivitas mana yang dapat
pasien
lakukan
secara
mandiri
▪
Aktivitas
yang
memerlukan
bantuan
minimal dari keluarga
▪
Aktivitas apa saja yang
perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan
terdekat pasien
▪
Beri contoh pelaksanaan
aktivitas
yang
dilakukan pasien
53 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
dapat
▪
Susun bersama pasien
aktivitas atau kegiatan
sehari-hari pasien

Nilai kemampuan
yang telah dipilih
-
pertama
Diskusikan dengan pasien
untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih
pasien) yang akan dilatihkan
-
Bersama pasien dan keluarga
memeperagakan
kegiatan
beberapa
yang
akan
dilakukan pasien.
-
Berikan
dukungan
dan
pujian yang nyata sesuai
kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
 Masukan dalam
kegiatan pasien
jadwal
54 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
-
Beri kesempatan pada pasien
untuk mencoba kegiatan
-
Beri
pujian
atas
aktivitas/kegiatan
yang
dapat
dilakukan
pasien
setiap hari
-
Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi dan setiap
perubahan
-
Susun daftar aktivitas yang
sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga
-
Berikan kesempatan
mengungkapkan
perasaannya
setelah
pelaksanaan
kegiatan.
Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktivitas
yang dilakukan pasien
55 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
SP.2
(Tgl……………………………)

Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP1)

Pilih kemampuan kedua yang
dapat dilakukan

Latih kemampuan yang dipilih

Masukan
dalam
jadwal
kegiatan pasien
SP.3 (Tgl………………………….)

Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP.1 dan 2)

Memilih kemampuan ketiga
yang dapat dilakukan

Masukan
dalam
jadwal
kegiatan pasien
56 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Keluarga mampu:
Merawat pasien dengan
harga diri rendah di rumah
dan menjadi system
pendukung yang efektif
bagi pasien
Setelah……pertemuan keluarga
mampu:

SP.1 (Tgl…………………….)

Mengidentifikasi kemampuan
Menyediakan fasilitas untuk

Mendorong pasien
melakukan kegiatan


Membantu melatih pasien

Membantu menyusun jadwal
kegiatan pasien

Membantu perkembangan
pasien
merawat
Jelaskan
proses
terjadinya
HDR

Memuji pasien saat pasien
dapat melakukan kegiatan
dalam
yang
pasien
pasien melakukan kegiatan

masalah
dirasakan
yang dimiliki pasien

Identifikasi
Jelaskan tentang cara merawat
pasien

Main peran dalam merawat
pasien HDR

Susun RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat pasien
57 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
SP.2 (Tgl…………………….)
Evaluasi kemampuan SP.1

Latih keluarga langsung ke
pasien

Menyusun
RTL
keluarga/jadwal keluarga untuk
merawat pasien
SP. 3 (Tgl………………………)
▪
Evaluasi Kemampuan Keluarga
▪
Evaluasi Kemampuan Pasien
▪
RTL Keluarga
- Follow Up
- Rujukan
58 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trafficking adalah perdagangan manusia, lebih khususnya perdangan
perempuan dan anak-anak yang dilakukan oleh pelaku perdagangan manusia
‘trafficker’ dengan cara mengendalikan korban dalam bentuk paksaan,
penggunaan kekerasan, penculikan, tipu daya, penipuan ataupun penyalahgunaan
kekuasaan atau kedudukan.
Jenis-jenis trafficking ini meliputi perkawinan transinternasional,
eksploitasi seksual phedopilia, pembantu rumah tangga dalam kondisi buruk, dan
penari erotis. Faktor penyebab utama terjadinya tindakan trafficking ini adalah
karena kemiskinan dan beberapa diantaranya adalah, karena tingkat pendidikan
yang rendah, penganiyaan terhadap perempuan, perkawinan usia muda, dan
kondisi sosial budaya masyarakat yang patriarkhis. Dampak yang bisa ditimbulkan
dari trafficking ini adalah kecemasan, stress, dan ketidakberdayaan.
4.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
59 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13. Jakarta:
EGC
Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Syafaat, Rachmad. 2002. Dagang Manusia-Kajian Trafficking Terhadap
Perempuan dan Anak di Jawa Timur. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama.
60 | A s u h a n K e p e r a w a t a n J i w a H u m a n T r a f f i c k i n g
Download