PERDAGANGAN MANUSIA (HUMAN TRAFICKING) DALAM PERSPECTIVE HUKUM Oleh : Indah Permatasari Masalah perdagangan manusia (Human Trafficking) bukan lagi hal yang baru, tetapi sudah menjadi masalah nasional dan internasional yang berlarut-larut, yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tepat, baik oleh pemerintah setiap Negara, maupun oleh organisasi-organisasi internasional yang berwenang dalam menangani masalah perdagangan manusia tersebut. Perdagangan manusia (human trafficking ) berkaitan erat dengan hubungan antar negara, karena perdagangan tersebut biasanya dilakukan di daerah perbatasan negara dan modus operasi yang dilakukan adalah pengiriman ke berbagai negara penerima seperti Malaysia dan Singapura. Lemahnya penjagaan dan keamanan daerah perbatasan menjadikan faktor utama perdagangan manusia, sehingga dengan mudah seseorang dapat melakukan transaksi perdagangan tersebut. Pada dasarnya, hampir semua negara di dunia mengalami permasalahan perdagangan manusia (trafficking in person), meskipun dengan tingkat yang berbeda-beda. Ada negara yang menjadi negara tujuan perdagangan manusia, negara transit atau negara sumber terjadinya perdagangan manusia, seperti yang dialami Indonesia. Terhadap penyelesaian kasus-kasus kejahatan perdagangan manusia di atas, upaya penindakan Polri didasarkan atas: 1) Korban sempat memberikan informasi atau melarikan diri dari penampungan perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia atau (PJTKI) 2) Korban belum dikirim keluar negeri dan masih berada di dalam negeri 3) Menggunakan berbagai ketentuan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang HukumPidana (KUHP) seperti Pasal 330 tentang menarik orang yang belum cukup umur, Pasal331 tentang menyembunyikan orang yang belum cukup umur, Pasal 332 tentangmembawa pergi seorang wanita dan Pasal 334 tentang kealpaan menyebabkan seorangdirampas kemerdekaannya, Pasal 263 tentang pemalsuan surat atau dokumen, Pasal 378tentang penipuan. Banyak pertanyaan umum yang tidak bisa dijawabkan dengan cara tepat, atau tidak disepakati oleh ahli-ahli dan masyarakat umum berada di dalam persoalan perdagangan manusia. Misalnya, pertanyaan-pertanyaan umum seperti: Apakah penyebab utama masalah perdagangan manusia? Bagaimanakah seseorang menjadi korban perdagangan manusia? Mengapa perdagangan manusia terjadi dengan skala yang besar di Indonesia? Apakah cara yang paling efektif untuk memerangi masalah perdagangan manusia? Apakah yang bisa dilakukan setelah korban diselamatkan? Bahkan menjadi jelas bahwa tidak ada definisi perdagangan manusia yang disepakati oleh ahli-ahli dan masyarakat umum. UU Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, telah disebutkan bahwa yang disebut trafficking atau perdagangan manusia adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Hal ini bisa disebabkan karena penanganan pemerintah yang masih kurang dan karena penegakan melalui hukum terhadap pelaku yang masih sangat terbilang lemah. Hambatan utama yang dihadapi dalam penanggulangan human trafficking adalah masih adanya penafsiran yang berbeda terkait penegakan hukum, adanya oknum aparat yang terlibat, kultur masyarakat yang memposisikan perempuan dan anak-anak sebagai “hak milik” dan kelompok yang lemah hingga “diperbolehkan” untuk dieksploitasi. Mengingat begitu seriusnya masalah perdagangan manusia tersebut maka perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan perdagangan perempuan secara lebih efektif. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Terpadu Terhadap Perdagangan Perempuan, menunjukkan bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap perdagangan perempuan di daerah tujuan dan atau transit belum terlaksana secara efektif, sehingga tindak perdagangan perempuan masih marak terjadi. Menyadari akan pentingnya perempuan dan anak-anak memperoleh perlindungan hukum yang memadai, khususnya dari berbagai bentuk upaya perdagangan manusia (trafficking in person) di tengah-tengah semakin menipisnya sikap tenggang rasa dan hormatmenghormati antar sesama warga masyarakat. Pemberantasan kasus kejahatan khususnya perdagangan orang (human trafficking) merupakan pekerjaan rumah yang serius bagi pemerintah Indonesia termasuk provinsi Riau. (IP) Sumber : Balitbang Provinsi Riau: Perdagangan Manusia (Human Traficking) Dalam Perspective Hukum Dan Penanganannya Di Beberapa Wilayah-Provinsi Riau. 2013. Pekanbaru : Balitbang Provinsi Riau. Arief, Barda Nawawi., Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, PT Citra Aditya Bakti, 1998. Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kerjasama Regional Asia Dalam Mencegah Traffiking Terhadap Manusia, Modul Pelatihan Kepolisian Republik Indonesia, Jakarta, Juni 2004. Indonesia, IOM., Fenomena Trafiking Manusia dan Konteks Hukum Internasional, Jakarta,