BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1. Perkembangan Human Development Index (HDI) di Indonesia United Nations Development Programme (UNDP), merupakan salah satu lembaga yang bernaung dibawah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang bertugas membantu pembangunan di negara-negara anggota PBB dengan menerbitkan atau mempublikasikan Human Development Report setiap tahunnya. Sejak diterbitkannya di awal tahun 1990-an penerbitan ini selalu melaporkan nilai HDI dari seluruh bangsa-bangsa di dunia dimana sampai saat ini Indonesia bisa dikatakan masih selalu berada pada posisi yang rendah, jauh tertinggal dibandingkan dengan pencapaian HDI dari negara-negara ASEAN lainnya. Perkembangan pembangunan manusia di Indonesia seperti yang disebutkan dalam “Indonesian Human Development Report 2004” (UNDP, 2004), sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi dari awal 1970-an sampai akhir 1990-an. Pertumbuhan tersebut memungkinkan manusia untuk mengalokasikan pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan. Sementara pengeluaran pemerintah untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan relatif sedikit. Kebutuhan akan peningkatan alokasi pengeluaran pemerintah untuk kedua bidang sosial tersebut makin sangat dibutuhkan sejak krisis ekonomi menerpa. Human Development Report yang merupakan publikasi dari UNDP dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia tergolong relatif rendah, bahkan terburuk diantara negara-negara ASEAN. Pada tahun 1991 Indonesia menempati level medium development index dengan nilai 36 HDI sebesar 0.575, dan dari tahun ke tahunnya indonesia masih terus menerus memperbaiki kualitas sumber daya manusianya dan hal ini dapat dilihat pada nilai HDI Indonesia yang terus meningkat tiap tahunnya, seperti pada tahun- tahun berikutnya yaitu pada 1992,1993 hingga 1994 dapat dilihat pada (Tabel 4.1). Tabel 4.1. Human Development Index di Indonesia (Tahun 1991-2008) Tahun IPM 1991 0.575 1992 0.637 1993 0.641 1994 0.668 1995 0.679 1996 0.690 1997 0.681 1998 0.670 1999 0.677 2000 0.684 2001 0.682 2002 0.692 2003 0.697 2004 0.711 2005 0.728 2006 0.729 2007 0.734 2008 0.728 Sumber : Human Development Report, United Nation Development Programme. 37 Dimana Indonesia berhasil menembus ranking 100 besar dan menempati peringkat 99 dunia dengan HDI sebesar 0.668, hal ini dicapai karena indeks kesehatan Indonesia dari indikator Life expectancy at Birth meningkat dari tahun- tahun sebelumnya menjadi 0.64 dan indeks pendidikan menjadi 0.75. Demikian seterusnya hingga tahun 1996 nilai HDI Indonesia terus saja mengalami peningkatan namun Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997 yang berakibat menurunnya pencapaian HDI hingga peringkat Indonesia kembali merosot pada ranking 105 dan pada tahun 1998 pada peringkat 109. Sampai dengan tahun 1996, tingkat pembangunan manusia nasional cukup mengagumkan, seperti tampak dari berkurangnya kemiskinan dan membaiknya tingkat harapan hidup dan melek huruf (BPS-Bappenas-UNDP, 2001). Grafik 4.1. Trend Perkembangan HDI di Indonesia (Tahun 1991-2008) 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Human Development Index HDI Sumber: United Nation Development Programme, diolah. 38 Namun pencapaian tersebut segera mendapatkan tantangan ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997. Krisis finansial dan ketidakstabilan ekonomi yang terjadi di tahun 1997-1998 dapat dijadikan pelajaran berharga untuk Indonesia dalam memperbaiki kualitas SDM kedepannya. Yang pertama yaitu bahwa dengan adanya krisis yang terjadi maka efek terhadap manusia jauh lebih besar dari sekedar hanya pemulihan ekonomi. Human Development Report menyatakan bahwa saat itu budget untuk pendidikan dan kesehatan berada dibawah tekanan sehingga mau tidak mau pemerintah harus meningkatkannya lagi. Belum lagi dengan banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan dan makin meningkatnya kriminal dan kejahatan di Indonesia saat itu merupakan hal yang perlu dipulihkan terlebih dahulu. Dan sementara terjadi pertumbuhan output, neraca pembayaran, interest rate dan inflasi yang dapat kembali normal. Pembangunan manusia nampaknya butuh waktu yang lebih lama untuk dipulihkan (HDR 1997). Dan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi bangsa Indonesia, buktinya Indonesia harus kembali keluar dari 100 besar dunia dan berada pada peringkat 109 sehingga mempunyai HDI yang berada jauh dibawah Negara- negara lain seperti Singapura dan Malaysia yang termasuk dalam High Human Development bahkan Indonesia juga tertinggal dari negara seperti Vietnam. Pada tahun 2000 index HDI Indonesia sebesar 0,680 selanjutnya pada tahun 2001 HDI Indonesia 0,682 yang menempatkan Indonesia pada posisi 102 di dunia dalam hal pembangunan manusia. Selanjutnya pada tahun 2002 peringkat HDI Indonesia menjadi peringkat 112 dunia. Lebih tinggi dari Vietnam tetapi pada tahun 2003 justru lebih rendah. Mulai pulihnya kondisi perekonomian di Indonesia membuat nilai angka HDI Indonesia pada tahun 2002 kembali berada diatas Vietnam. 39 Pada tahun 2005, Indonesia menempati urutan 110, dengan index 0,728. Angka HDI Indonesia pada tahun 2006 mengalami kemajuan dengan mencapai 0.729 dan berada diurutan 108, mengalahkan vietnam yang mempunyai nilai 0.709. Kecenderungan dari angka HDI Indonesia adalah terus menerus naik dan semakin mempersempit ketinggalannya dibanding negara-negara tetangga lain. Posisi ini sekaligus mensyaratkan Indonesia berada pada kategori Medium Human Development di dunia bersama Negara tetangga seperti Thailand (74), Filipina (84), Vietnam (109) dan Timor Leste (142). Capaian tersebut tentu masih jauh berbeda dengan tetangga yang lain seperti Singapura (25), Brunei (34) dan Malaysia (61), yang masuk pada kategori negara dengan High Human Development. Sudah bisa dipastikan negara yang mempunyai capaian HDI yang tinggi mempunyai tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang sedang maupun rendah. Pada tahun 2007 angka HDI Indonesia mengalami kenaikan menjadi 0.734, laporan ini dikeluarkan oleh UNDP pada 27 November 2007. Namun menurut Human Development Report 2007-2008, HDI Indonesia pada tahun 2008 sebesar 0.728, yang berada dalam peringkat 107 dari 177 negara yang disurvei oleh UNDP. Yang artinya nilai ini menurun. Bila dirinci, HDI tersebut merupakan gabungan dari index harapan hidup, index pendidikan, dan index GDP berdasarkan PPP (Purchasing Power Parity). Dimana pada tahun 2007 ke 2008 terjadi penurunan anggaran pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan. Untuk saat ini perkembangan Human Development Index Indonesia seperti yang dapat dilihat pada publikasi UNDP yang terakhir menyatakan bahwa Indonesia pada tahun 2010 kemarin berada pada peringkat 108 dengan HDI 0.600 dan 40 terkategorikan sebagai Medium Human Development. Namun hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dikarenakan pada tahun 2009 dan 2010 UNDP menggunakan formulasi baru untuk menghitung HDI seperti pada tabel dibawah (Tabel 4.2) sehingga nilainya berbeda dengan HDI tahun- tahun sebelum 2008. Tabel 4.2. Perubahan pada Human Development Index 1990-2010 HDR 1990 1991 ~ 1993 1994 Bound Health Observed Education Adult Literacy Rate (25+) (UNESCO Adult Literacy Rate (UNESCO) Mean Years Of Schooling (UNESCO) Adult Literacy Rate Index (UNESCO) Income Formula Real GDP Per Capita PPP (World Bank) Mean Years Of Schooling Index (UNESCO) 1995 ~ 1998 Fixed 1999 2000 ~ Life expectancy at Birth (UN Population Division) Adult Literacy Rate Index (UNESCO) Real GDP Per Capita Combined gross enrolment ratio index with a PPP (World Bank) Arithmetic Mean cap starting to bind in 1996 (UNESCO) Adult Literacy Rate (+15) Index (UNESCO) Real GDP Per Capita Combined gross enrolment ratio index with a PPP (World Bank) 2009 cap starting to bind in 1996 (UNESCO) 2010 Upper; Observed. Mean years of Schooling Index (Barro-Lee) Real GNI per capita Expected years of schooling index (UNESCO) PPP (World Bank) Geometric Lower; Mean Fixed Sumber: UNDP, Human Development Report Research Paper. 4.2. Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah Untuk Sektor Pendidikan, Sektor Kesehatan, dan Sektor Lainnya. Anggaran belanja pemerintah Indonesia khususnya untuk bidang pembangunan sosial seperti pendidikan dan kesehatan menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya begitupun halnya dengan anggaran untuk sektor- sektor lainnya seperti pada 41 sektor ekonomi, pelayanan umum, dan sebagainya. Berdasarkan data yang ada dari tahun 1991 sampai 2008 (Tabel 4.3), realisasi anggaran pemerintah yang paling besar yaitu pada sektor pelayanan umum kemudian diikuti berturut- turut oleh sektor pendidikan, ekonomi, pertahanan, ketertiban dan keamanan, kesehatan, perumahan dan fasilitas umum, lingkungan hidup, perlindungan sosial, agama dan periwisata dan budaya. Khusus untuk sektor sosial seperti sektor pendidikan tiap tahunnya memiliki porsi anggaran kedua lebih besar dari pemerintah, selain karena tuntutan konstitusi berdasarkan undang- undang No.23 tahun 2003 dimana secara jelas pemerintah harus memprioritaskan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN, pendidikan juga memiliki peran yang sangat penting sehingga harus terus dibenahi demi memperbaiki mutu sumber daya manusia di Indonesia agar mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Begitupun pada anggaran sektor kesehatan yang juga dapat turut menciptakan populasi penduduk Indonesia yang sehat. Sedangkan untuk sektorsektor lain juga merupakan faktor pendukung dalam mencapai kesejahteraan penduduk di suatu negara. Seperti misalnya pada tersedianya infrastruktur untuk menunjang investasi pada sumber daya manusia, perumahan dan transportasi yang disediakan oleh pemerintah juga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan dengan adanya perumahan yang layak akan membuat kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik karena dengan rumah yang layak dapat mendukung kesehatan dan pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas sumber daya manusia. Pada tabel berikut (Tabel 4.3) dapat dilihat bahwa pengeluaran pemerintah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ini dikarenakan makin banyaknya 42 kebutuhan penduduk Indonesia dan terlebih lagi populasi penduduk terus bertambah setiap tahunnya sehingga dibutuhkan anggaran yang besar untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat agar memiliki standar hidup yang layak dan kesejahteraaan dapat tercapai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik. Tabel 4.3. Realisasi anggaran belanja pemerintah untuk sektor pendidikan, sektor kesehatan, dan sektor lainnya (milyar rupiah) tahun 1991-2008. Anggaran Sektor Anggaran Sektor Anggaran Sektor Pendidikan Kesehatan Lainnya 1991 2.065 592 46.793 1992 2.503 782 48.707 1993 3.002 955 56.554 1994 3.565 840 64.313 1995 3.061 1.031 6.8250 1996 3.359 1.052 77.942 1997 3.970 1.365 93.178 1998 4.677 2.097 125.032 1999 8.368 4.204 203.014 2000 5.397 2.309 213.294 2001 9.701 3.771 341.028 2002 11.307 4.908 305.985 2003 15.058 6.594 357.148 2004 15.339 7.290 413.071 2005 25.987 7.038 476.394 2006 43.287 12.730 643.082 2007 54.067 17.467 686.352 2008 64.029 17.270 904.491 Tahun Sumber: Kementerian Keuangan, Badan Pusat Statistik. 43 Grafik 4.2. Trend Perkembangan Anggaran Pendidikan dan Kesehatan di Indonesia (Tahun 1991-2008) 70,000 60,000 50,000 40,000 Anggaran Pendidikan 30,000 Anggaran Kesehatan 20,000 10,000 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 0 Sumber : Kementrian Keuangan, Badan Pusat Statistik, diolah. Untuk sektor pendidikan sendiri jika dilihat dari grafik diatas terlihat bahwa sejak tahun 1991-1998 pengeluaran pemerintah atas pendidikan memiliki tren yang relatif konstan yaitu berturut- turut Rp.2.065 milyar, Rp.2.503 milyar, Rp. 3.002 milyar, Rp.3.565 milyar, Rp. 3.061 milyar, Rp.3.359 milyar, Rp.3970 milyar, dan Rp.4.677 milyar. Kenaikan dan penurunan memang terjadi pada rentang waktu tersebut tetapi tidak terlalu signifikan. Rata-rata perubahan pengeluaran pemerintah atas pendidikan hanya berkisar antara 0,1- 0,7 persen. Pada periode krisis 1998/1999 pengeluaran pemerintah atas pendidikan justru meningkat, hal tersebut dikarenakan sektor pendidikan merupakan sektor yang telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat sehingga meskipun terjadi krisis pemerintah 44 tetap harus menyediakan pelayanan pendidikan yang baik. Human Development Report 1997 juga mencatat bahwa sesaat setelahkrisis Indonesia menyediakan pelayanan sosial untuk masyarakat miskin yange merupakan hal krusial. Saat itu Indonesia mereduksi biaya untuk pendidikan agar anak- anak dapat tetap bersekolah dan menyediakan lebih banyak beasiswa untuk anak kurang mampu. Pada periode tahun 1999/2000 hingga setelah tahun 2003 pemerintah meningkatkan pengeluaran pembangunan terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah. Baru pada tahun 2003 saat mahkamah konstitusi mengeluarkan kebijakan mengenai anggaran pendidikan 20 persen dari APBN seperti yang tercantum dalam undang- undang, maka sejak tahun 2003 pengeluaran pemerintah atas pendidikan terus menerus meningkat hingga sekarang. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 ada disebutkan bahwa pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus mengalokasikan 20 persen anggaran untuk bidang pendidikan di luar gaji dan biaya kedinasan. Jadi, anggaran pendidikan yang dimaksud di sini adalah termasuk kategori anggaran pembangunan karena tidak termasuk di dalamnya anggaran rutin yang berupa gaji dan lain-lain. Namun, pada pelaksanaan APBN-P 2006, belanja pemerintah pusat untuk pendidikan hanya 9,3 persen. Banyak kendala yang dihadapi pemerintah dalam mengalokasikan anggaran untuk sektor pendidikan. Rata-rata anggara belanja rutin pada APBN sebesar 15 persen, pembayaran cicilan hutang 20 persen, 30 persen ditransfer ke daerah-daerah, dan subsidi 5 persen yang sebagian besar untuk listrik dan BBM. Hanya tertinggal 30 persen untuk anggaran pembangunan. Jadi, sangat tidak mungkin dialokasikan 20 45 persen untuk hanya sektor pendidikan saja, padahal di luar pendidikan, ada sektor lain yang erat kaitannya dengan pembangunan manusia, seperti sektor kesehatan. Maka dari itu, pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan juga menjadi fokus pemerintah. Walaupun pada kenyataannya anggaran kesehatan memang selalu jauh lebih kecil dari anggaran pendidikan (Grafik 4.2) tapi bukan berarti pemerintah dapat mengenyampingkan peran kesehatan dalam hal memenuhi kebutuhan dasar warga negaranya. Namun, sejak tahun 2001 pengeluaran pemerintah atas kesehatan terus meningkat. Periode tahun 1991-1995 anggaran pemerintah atas sektor kesehatan memang cenderung konstan. Pemerintah kala itu tidak banyak mengeluarkan kebijakan di sektor kesehatan, pelayanan kesehatan hanya terpusat pada kota-kota. Pada pemerintahan orde memang baru tidak banyak program kesehatan dicanangkan selain program keluarga berencana dan beberapa pengentasan penyakit menular. Periode setelah krisis 1997/1998 merupakan momentum perubahan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Berdasarkan HDR 1997 bahwa saat itu pemerintah Indonesia menargetkan 18 juta rumah tangga untuk sebuah program pelayanan kesehatan (Basic Health Services) pada tahun 1998- 2000, seperti pusat- pusat pelayanan kesehatan, peningkatan nutrisi, dan jaminan kesehatan untuk masyarakat kurang mampu. Maka dapat dikatakan bahwa setelah krisis pemerintah makin giat mengeluarkan program-program terkait perbaikan sektor kesehatan. Hal ini kemudian meningkatkan pengeluaran pemerintah atas kesehatan hingga 5 persen yaitu Rp.2.097 milyar pada tahun 1998 dan meningkat hingga Rp.4.204 milyar pada tahun 1999/2000. 46 Pada tahun- tahun berikutnya anggaran pemerintah untuk sektor kesehatan semakin meningkat, pada tahun 2004 sebesar Rp.7.290 milyar karena pemerintah mulai mencanangkan program Jamkesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin. Program ini mulai berjalan baik sejak 2005 dan telah membantu masyarakat miskin memperoleh pelayanan kesehatan dan pengobatan secara murah bahkan gratis. Dan program ini membuat pemerintah terus meningkatkan anggaran hingga 2 persen setiap tahunnya. Selain itu pada tahun 2005 juga pemerintah meningkatkan anggaran kesehatan dalam hal penanggulangan bencana terkait dengan terjadinya bencana alam di beberapa provinsi seperti Tsunami di NAD dan gempa bumi di DIY dan bagian timur Indonesia. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga dan memperbaiki kondisi kesehatan masyarakat pasca bencana. Sedangkan untuk sektor lainnya yang juga terus meningkat setiap tahunnya. Dalam penelitian ini, sektor lainnya yang dimaksud adalah anggaran belanja pemerintah pusat menurut fungsi yang totalnya terdiri dari 11 sektor, namun diluar sektor pendidikan dan kesehatan. Ke 9 sektor lainnya ini beserta pos anggaran pemerintah lain seperti Subsidi (energy dan non energy), Transfer ke daerah (DAU,DAK,DBH) juga ikut member andil dalam pembangunan manusia di Indonesia. Selain sektor pendidikan dan kesehatan yang memang merupakan dimensi utama untuk mengukur Human Development Index. Sebut saja misalnya pembangunan infrastruktur yang merupakan roda penggerak pembangunan ekonomi. Dengan adanya infrastruktur yang baik seperti jalanan, bangunan sekolah, puskesmas dan lainnya maka kegiatan untuk meningkatkan produktifitas manusia dapat berjalan 47 dengan baik. Selain itu subsidi pemerintah dalam hal non energy didalamnya mencakup subsidi pangan, subsidi obat- obatan generic dan lainnya. Grafik 4.3. Trend Perkembangan Anggaran Sektor Lainnya di Indonesia (Tahun 1991-2008) 1,000,000 Anggaran Sektor Lainnya 800,000 600,000 400,000 200,000 0 Sumber:Kementerian Keuangan, Badan Pusat Statistik, diolah. Dari grafik dapat dilihat besaran anggaran untuk sektor lainnya dari tahun 1991 hingga 2000 terus saja menunjukkan trend peningkatan. Namun pada tahun 2001 terjadi peningkatan angka yang cukup tajam sedangkan di tahun 2002 menurun sekitar 5 persen, selanjutnya kembali meningkat tajam di tahun 2003 hingga mencapai Rp.357.148 milyar. Kenaikan ini menyangkut bencana banjir dan gempa bumi dibeberapa provinsi sehingga banyak infrastruktur seperti transportasi dan perumahan yang perlu dibangun kembali. Tahun 2008 terjadi gejolak krisis keuangan global, anggaran pengeluaran pemerintah sektor perumahan menurun tajam hingga 7 persen. Saat itu pemerintah lebih mengalokasikan dananya untuk mengamankan sektor keuangan sehingga harus ada pengeluaran di beberapa sektor yang dikurangi. 48 Untuk pengeluaran pemerintah sektor lainnya, anggaran untuk sektor pelayanan umum memang jauh lebih besar dibanding yang lainnya pada tahun 2008 sebesar Rp.534.567 milyar dikarenakan karena pada sektor pelayanan umum ada pos pinjaman pemerintah yang jumlahnya besar, sehingga harus menguras banyak anggaran untuk sektor ini selain itu juga ada pos pembangunan daerah sehingga memang membutuhkan anggaran yang lebih banyak. 4.3. Perkembangan Investasi (PMA dan PMDN) di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak dan wilayah yang sangat luas dimana pastinya untuk dapat maju dalam pertumbuhan ekonomi hingga pembangunan manusia nya dibutuhkan banyak anggaran untuk sampai kesitu. Namun anggaran pemerintah tentu saja tidaklah cukup guna membiayai pembangunan dalam negeri. Terbatasnya akumulasi berupa kapital tabungan di dalam negeri. Selain itu dikarenakan oleh rendahnya produktivitas, dan tingginya konsumsi. Sejalan dengan sasaran pembangunan bahwa sasaran pembangunan di titik beratkan di bidang ekonomi yaitu penataan swastanisasi nasional yang mengarah pada penguatan, peningkatan, perluasan dan penyebaran sektor swasta keseluruh wilayah Indonesia, maka investasi sektor swasta baik PMA maupun PMDN adalah pendukung pembangunan nasional untuk mencapai tujuantujuan pembangunan ekonomi Indonesia. Sampai saat ini investasi swasta yang masuk ke Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Namun kadang berfluktuatif karena seperti inilah siklus investasi, besarannya dapat dilihat pada tabel dibawah (Tabel 4.4). 49 Tabel 4.4. Realisasi Investasi Swasta (PMA dan PMDN) di Indonesia (milyar rupiah) Tahun 1991-2008 Tahun PMA PMDN 1991 41.084 8.778 1992 29.341 10.313 1993 39.450 8.144 1994 53.289 23.724 1995 69.853 39.914 1996 100.715 29.931 1997 119.872 33.832 1998 60.749 13.563 1999 53.550 10.890 2000 92.410 15.420 2001 58.672 9.027 2002 25.307 9789 2003 48.484 13.207 2004 37.140 10.279 2005 30.665 8.916 2006 20.788 5.977 2007 34.878 10.349 2008 20.363 14.871 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, Badan Pusat Statistik. Dari tabel diatas jelas, bahwa realisasi investasi di Indonesia sangat berfluktuatif dari tahun ke tahun terutama pada penanaman modal asing yang terus menunjukkan trend naik-turun. Memang benar tantangan dalam upaya peningkatan investasi masih sedikit mengganjal di Indonesia. Sejak tahun 1991 sampai tahun investasi hanya tumbuh rata- rata 3% per tahun, dibawah tingkat pertumbuhan 50 periode 1991-1997 yang mencapai puncak kejayaan sebesar rata- rata 10,6% per tahun. Kondisi iklim investasi masih mengganjal pada saat negara kita bersaing dengan negara- negara terutama di Asia dalam menarik perhatian para investor asing. Grafik 4.4. Trend Perkembangan Investasi Swasta di Indonesia (Tahun 1991-2008) Investasi Swasta 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 PMA 40,000 PMDN 20,000 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 0 Selama paruh pertama dasawarsa 1990-an sebagian besar investasi domestik berasal dari dunia usaha dan masyarakat. Investasi oleh pemerintah sendiri juga tetap bertambah sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan sarana dan prasarana serta pelayanan dasar lainnya. Dilihat dari periode sebelum dan sesudah krisis moneter peran investasi dari PMDN mengalami peningkatan yang pesat dan juga mengalami penurunan di tahun – tahun tertentu. Ini dapat dilihat dari grafik perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Indonesia. Dimana periode setelah krisis, perkembangan investasi PMDN cenderung tidak begitu besar. 51 Hal itu terjadi hingga tahun 2007-2008, dimana saat memasuki tahun 2008 realisasi Investasi yang masuk ke Indonesia justru anjlok, penurunan realisasi Investasi ini dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) rata- rata sebesar 28,7% pada sekitar Mei 2008. Sehingga terjadi penundaan realisasi investasi dari komitmen investasi tahun 2007 sebelumnya. Dan hal ini berdampak pada pertumbuhan investasi dan juga pertumbuhan ekonomi tanah air. 52