View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kajian Dan Landasan Teori
Dalam rangka mencapai kondisi sumber daya manusia, maka pemerintah
di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan GNP maupun pendapatan per
kapita dari penduduknya. Untuk tujuan tersebut maka pemerintah menjalankan
berbagai program pembangunan ekonomi. Persyaratan fundamental untuk
pembangunan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang
seimbang dengan pertambahan penduduk. Pembentukan modal tersebut harus
didefinisikan secara luas sehingga mencakup pengeluaran yang sifatnya
menaikkan produktivitas.
Menurut Syahrir (1995), pada dasarnya besar dana pembangunan yang
dibutuhkan sangat tergantung pada tiga hal utama yaitu : target pertumbuhan
ekonomi yang ingin dicapai, efisiensi penggunaan dana, dan kemampuan
menggali dana baik domestik maupun luar negeri.
Adapun kaitan antara ketiga hal tersebut adalah, “Semakin tinggi target
pertumbuhan ekonomi yang dicapai, maka makin tinggi pula kebutuhan dana
investasi yang dibutuhkan. Semakin kita efisien dalam menggunakan dana
investasi maka dengan pertumbuhan output yang sama, kebutuhan dana investasi
akan semakin kecil dan semakin tinggi kemampuan menggali dana investasi maka
makin mudah pula target pertumbuhan ekonomi dicapai.
Dalam manajemen anggaran pemerintah seringkali terjadi tarik-menarik
antara investasi untuk infrastruktur ekonomi (fisik) dan investasi untuk sektor
8
pembangunan sosial. Di satu sisi pengeluaran investasi infrastruktur dibutuhkan
untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, namun di sisi lain diperlukan juga
investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan
manusia yang berhasil sebetulnya juga memberi manfaat positif bagi pertumbuhan
ekonomi melalui tersedianya tenaga kerja yang berkualitas. Dengan kata lain
sebenarnya terdapat hubungan dua arah antara pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan manusia. (Ramirez, Ranis dan Stewart,1998).
2.1.1. Human Development Index
Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan
dari angka harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk
semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah
sebuah
negara
adalah
negara
maju, negara
berkembang atau
negara
terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi
terhadap kualitas hidup.
HDI mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar
pembangunan manusia yaitu, hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur
dengan harapan hidup saat kelahiran; pengetahuan yang diukur dengan angka
tingkat baca tulis pada orang dewasa dan kombinasi pendidikan dasar , menengah
dan atas; serta standar kehidupan yang layak diukur dengan GDP per kapita gross
domestic product /produk domestik bruto dalam kemampuan daya beli/purchasing
power parity dalam Dollar AS dan disesuaikan dengan Rupiah.
Nilai HDI suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara
atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan
9
hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali),
dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang
layak. Semakin dekat nilai HDI suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.
Berdasarkan ketiga indikator tersebut, ditetapkan tiga kelompok negara:
Pertama, negara dengan tingkat pembangunan manusia yang rendah bila HDI-nya
berkisar antara 0 sampai 50. Negara yang masuk kategori ini sama sekali atau
kurang memperhatikan pembangunan manusia. Kedua, negara dengan tingkat
pembangunan manusia sedang jika HDI-nya berkisar antara 51 sampai 79. Negara
yang masuk dalam kategori ini mulai memperhatikan pembangunan sumber daya
manusianya dan yang terakhir negara dengan tingkat pembangunan manusia
tinggi jika HDI-nya berkisar antara 80 sampai 100. Negara yang masuk dalam
kategori ini sangat memperhatikan pembangunan sumber daya manusianya.
Karena hanya mencakup tiga komponen, maka HDI harus dilihat sebagai
penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan
manusia. Oleh karena itu, pesan dasar HDI perlu dilengkapi dengan kajian dan
analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang
penting lainnya (yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik,
kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi.
Human Development Index merupakan alat ukur yang peka untuk dapat
memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya
beli yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang
terjadi sejak pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi dan moneter tersebut
berdampak pada tingkat pendapatan yang akibatnya banyak PHK dan menurunnya
10
kesempatan kerja yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama
tahun 1997-1998. Menurunnya tingkat kesempatan kerja dalam konteks
pembangunan manusia merupakan terputusnya jembatan yang menghubungkan
antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya peningkatan kapasitas dasar
penduduk.
Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan
menurunnya daya beli dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya
peningkatan kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan
beberapa komponen HDI sebagai akibat kepekaan HDI sebagai alat ukur yang
dapat menangkap perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek.
Adapun Indeks HDI berawal dari gagasan
terhadap keterbatasan dari
pendapatan per kepala sebagai dasar untuk memonitor hasil pembangunan.
Keterbatasan yang dirasakan adalah
tidak adanya konsistensi ketika unsur
pendapatan dikorelasikan dengan berbagai aspek yang terkait dengan manusia,
seperti masa hidup manusia, kesehatan dan kepandaian membaca, (Dosser dan
Gunder,1991).
Dengan mempertimbangkan aspek itu, maka Morris (1979) mengajukan
pengukuran kualitas fisik manusia, Phisical Quality Of Life Indeks (PQLI),
Dimana PQLI diukur dari indeks bayi kematian,
indeks panjangnya umur
penduduk, indeks kepandaian membaca dan menulis.
HDI kemudian disempurnakan oleh United Nation Development
Programme (1990). Alasan penyempurnaan tidak lain karena manusia adalah
ukuran keberhasilan dari pembangunan. Sehingga ukuran “bobot“ manusia saja
11
tidaklah cukup, dan karena diperlukan penggabungan antara pencapaian
penghasilan dengan kondisi fisik dan non fisik manusia. Alasannya pembangunan
manusia adalah pembentukan kemampuan manusia yang berasal dari peningkatan
kesehatan, keahlian dan ilmu pengetahuan. Dan aspek kedua adalah dapat
dimanfaatkan oleh manusia kehidupan yang layak secara budaya, sosial dan
politik mampu memperlihatkan konstribusinya dalam kehidupan. Dengan
demikian formulasi HDI diukur dari indeks kematian bayi dari 1000 kelahiran
hidup, rata- rata panjangnya usia penduduk dan kemampuan penduduk untuk baca
tulis (melek huruf) serta penghasilan per kepala.
Satu hal yang sering kali dikaitkan dengan pembangunan manusia adalah
pertumbuhan ekonomi. Para ahli ekonomi banyak mengamati sejauh mana
hubungan dan pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia.
Demikian pula halnya dengan UNDP yang menyatakan bahwa hingga akhir tahun
1990-an, pembangunan manusia di Indonesia ditentukan oleh pertumbuhan
ekonomi atau produk domestik bruto (PDB). Pertumbuhan PDB akan
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan
kesehatan yang lebih baik.
2.1.2 Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila
pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,
pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. (Mangkoesoebroto, 1994).
12
Banyak pertimbangan yang mendasari pengambilan keputusan pemerintah
dalam mengatur pengeluarannya. Pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan
akhir
dari
setiap
kebijaksanaan
pengeluarannya.
Tetapi
juga
harus
memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati kebijaksanaan tersebut.
Memperbesar pengeluaran dengan tujuan semata-mata untuk meningkatkan
pendapatan nasional atau memperluas kesempatan kerja adalah tidak memadai.
Melainkan harus diperhitungkan siapa yang akan terpekerjakan atau meningkat
pendapatannya. Pemerintah pun perlu menghindari agar peningkatan perannya
dalam perekonomian tidak melemahkan kegiatan pihak swasta. (Dumairy, 1997).
2.1.2.1 Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pemerintah terdiri dari :
1. Pengeluaran rutin
Pengeluaran
rutin
yaitu
pengeluaran
yang
digunakan
untuk
pemeliharaan dan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja
pegawai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi dan pengeluaran
rutin lainnya. Melalui pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan
misinya dalam rangka menjaga kelancaran penyelenggaraan pemerintah,
kegiatan operasional dan pemeliharaan aset negara, pemenuhan kewajiban
pemerintah kepada pihak ketiga, perlindungan kepada masyarakat miskin
dan
kurang
mampu
serta
menjaga
stabilitas
perekonomian
(Mangkoesoebroto, 1994).
Anggaran belanja rutin memegang peranan penting untuk menunjang
kelancaran mekanisme sistem pemerintahan serta upaya peningkatan
efisiensi dan produktivitas yang pada gilirannya akan menunjang
13
tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. Besarnya
dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan yang ditempuh pemerintah
dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan stabilitas perekonomian
seperti
perbaikan
pendapatan
aparatur
pemerintah,
penghematan
pembayaran bunga utang dan pengalihan subsidi agar lebih tepat sasaran.
Kenaikan pengeluaran pemerintah biasanya dari pos belanja pegawai yang
dialokasikan untuk menaikan gaji pegawai dan pensiunan. Selain itu, juga
terjadi pada pos pembayaran bunga utang luar negeri dan dalam negeri.
Perbedaan karakteristik yang paling mendasar antara pinjaman dari dalam
dan luar negeri yaitu pada saat implikasi di saat pengembalian.
Penghematan dan efisiensi pengeluaran rutin perlu dilakukan untuk
menambah
besarnya
tabungan
pemerintah
yang
diperlukan
untuk
pembiayaan pembangunan nasional. Penghematan dan efisiensi tersebut
antara lain diupayakan melalui penajaman alokasi pengeluaran rutin,
pengendalian dan koordinasi pelaksanaan pembelian barang dan jasa
kebutuhan departemen atau lembaga negara non departemen dan
pengurangan berbagai macam subsidi secara bertahap (Dumairy, 1997).
2. Pengeluaran pembangunan
Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang digunakan untuk
membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial dan umum dan yang
bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik
prasarana fisik maupun non fisik yang dilaksanakan dalam periode tertentu.
Anggaran pembangunan secara fisik maupun nonfisik selalu
disesuaikan dengan dana yang dimobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan
14
pada berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang telah direncanakan.
Peranan anggaran pembangunan lebih ditekankan pada upaya penciptaan
kondisi yang stabil dan kondusif bagi berlangsungnya proses pemulihan
ekonomi dengan tetap memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi
nasional. Dalam kaitan dengan pengelolaan APBN secara keseluruhan
dengan keterbatasan sumber pembiayaan yang tersedia maka pencapaian
sasaran pembangunan harus dilakukan seoptimal mungkin (Nota Keuangan
dan APBN, 2004).
Sehubungan dengan hal tersebut formulasi distribusi dan alokasi dari
penentuan besarnya pengeluaran memegang peranan penting dalam
pencapaian target kebijaksanaan fiskal. Di samping itu, pengelolaan
anggaran permbangunan juga harus tetap di tempatkan sebagai bagian yang
utuh dari upaya menciptakan anggaran pendapatan dan belanja negara yang
sehat melalui upaya mengurangi secara bertahap peran pembiayaan yang
bersumber dari luar negeri tanpa mengurangi upaya menciptakan
pertumbuhan yang berkesinambungan.
Pengeluaran pembangunan dibedakan atas pengeluaran pembangunan
yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan proyek. Pembiayaan
pembangunan rupiah dibiayai dari sumber pembiayaan dalam negeri dan
luar negeri dalam bentuk program pinjaman. Pengelolaan dana tersebut akan
dialokasikan kepada departemen dan dan lembaga pemerintah non
departemen di tingkat pusat termasuk departemen Hankam dan pemerintah
daerah yang diklasifikasikan ke dalam dana pembangunan yang dikelola
instansi pusat dan dana pembangunan yang dikelola daerah (Basri, 2005).
15
Dalam rangka menutupi kesenjangan antara kebutuhan pembangunan
dengan kemampuan dana dalam negeri maka pembiayaan proyek masih
tetap dibutuhkan. Pembiayaan proyek bersumber dari luar negeri dalam
bentuk pinjaman proyek dan dimanfaatkan untuk pembangunan sumber
daya manusia di bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial
dalam rangka mendukung program jaringan pengaman sosial, penyediaan
sarana dan prasarana transportasi, pembangunan dibidang pertanian, tenaga
listrik dan pengairan. Di samping itu juga dilakukan pengadaan prasarana
pendukung
Hankam,
Telekomunikasi
dan
pembangunan
prasarana
perkotaan (Basri, 2005).
2.1.2.2
Model
Pembangunan
Tentang
Perkembangan
Pengeluaran
Pemerintah
Model
ini
dikembangkan
oleh
Rostow
dan
Musgrave
yang
menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap
pembangunan ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada
tahap awal perkembangan ekonomi, presentase investasi pemerintah terhadap total
investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana
seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya. (Dumairy,
1997).
Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap
diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas,
namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin besar. Peranan
pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta semakin
16
besar akan menimbulkan banyak kegagalan pasar dan juga menyebabkan
pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih
banyak.
Selain itu pada tahap ini perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya
hubungan antarsektor yang makin komplek. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang
ditimbulkan oleh perkembangan sektor industri akan menimbulkan semakin
tingginya pencemaran atau polusi. Pemerintah harus turun tangan mengatur dan
mengurangi dampak negatif dari polusi. Pemerintah juga harus melindungi buruh
yang berada dalam posisi yang lemah agar dapat meningkatkan kesejahteraan
mereka (Basri , 2005).
Musgrave (1980) berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan,
investasi swasta dalam presentase terhadap PDB semakin besar dan presentase
investasi pemerintah terhadap PDB akan semakin kecil. Pada tingkat ekonomi
lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa aktivitas pemerintah dalam pembangunan
ekonomi beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk
aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua, program pendidikan,
program pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya (Dumairy, 1997).
Teori Rostow dan Musgrave adalah pandangan yang timbul dari
pengamatan atas pengalaman pembangunan ekonomi yang dialami banyak negara
tetapi tidak didasari oleh suatu teori tertentu. Selain tidak jelas apakah tahap
pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap atau beberapa tahap dapat
terjadi secara simultan. (Mangkoesoebroto, 1994).
17
2.1.2.3 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Pendidikan,
Sektor Kesehatan dan Sektor Lainnya di Indonesia.
Mengapa pemerintah perlu peduli terhadap pelayanan publik pendidikan
dan kesehatan? Pendidikan dan kesehatan yang baik akan meningkatkan kapasitas
dan kemerdekaan hidup yang dinamakan manfaat intrinsik. Pendidikan dan
kesehatan berperan membuka peluang yang lebih besar untuk memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi yang dinamakan manfaat instrumental (Lanjouw,
dkk 2001).
Pendidikan dan kesehatan penduduk sangat menentukan kemampuan
untuk menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dalam
kaitannya dengan teknologi sampai kelembagaan yang penting bagi pertumbuhan
ekonomi. Dengan pendidikan yang baik, pemanfaatan teknologi ataupun inovasi
teknologi menjadi mungkin untuk terjadi. Seperti diungkapkan oleh Meier dan
Rauch (2000), pendidikan, atau lebih luas lagi adalah modal manusia, dapat
memberikan kontribusi bagi pembangunan. Hal ini karena pendidikan pada
dasarnya adalah bentuk dari tabungan, menyebabkan akumulasi modal manusia
dan pertumbuhan output agregat jika modal manusia merupakan input dalam
fungsi produksi agregat.
Kondisi umum pendidikan di Indonesia ditandai oleh rendahnya kualitas
sumber daya manusia (SDM); sekitar 58 persen dari tenaga kerja Indonesia hanya
berpendidikan Sekolah Dasar (SD) atau kurang, hanya 4 persen yang
berpendidikan tinggi. Prospek peningkatan kualitas SDM di masa yang akan
datang pun terlihat suram. Rata-rata angka partisipasi pendidikan lanjutan dan
18
pendidikan tinggi masih relative rendah yakni 56 persen untuk SLTP, 32 persen
untuk SLTA dan 12 persen untuk perguruan tinggi (Susenas, 2002).
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 ada disebutkan bahwa
pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus mengalokasikan 20 persen anggaran
untuk bidang pendidikan di luar gaji dan biaya kedinasan. Jadi, anggaran
pendidikan yang dimaksud di sini adalah termasuk kategori anggaran
pembangunan karena tidak termasuk di dalamnya anggaran rutin yang berupa gaji
dan lain-lain. Pelaksanaan APBN-P 2006, belanja pemerintah pusat untuk
pendidikan hanya 9,3 persen.
Sedangkan untuk masalah kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi
setiap manusia, tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu
produktivitas bagi negara. Kegiatan ekonomi suatu negara akan berjalan jika ada
jaminan kesehatan bagi setiap penduduknya. Terkait dengan teori human capital
bahwa modal manusia berperan signifikan, bahkan lebih penting daripadafaktor
teknologi dalam memacu pertumbuhan ekonomi (Setiawan, 2006).
Negara sedang berkembang seperti Indonesia sedang mengalami tahap
perkembangan menengah, dimana pemerintah harus menyediakan lebih banyak
sarana publik seperti kesehatan untuk meningkatkan produktifitas ekonomi.
Sarana kesehatan dan jaminan kesehatan harus dirancang sedemikian rupa oleh
pemerintah melalui pengeluaran pemerintah.
Secara umum, kesehatan menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran
pemerintah untuk sektor kesehatan terbukti cukup besar terhadap peningkatan
kinerja sektor tersebut. Mengingat besarnya pengaruh pengeluaran pemerintah
terhadap peningkatan kinerja dari kesehatan maka perlu adanya upaya secara
19
bertahap dari pemerintah untuk meningkatkan pengeluarannya pada sektor
kesehatan. Masih rendahnya kapasitas anggaran daerah untuk meningkatkan
alokasi anggaran dalam sektor kesehatan menimbulkan implikasi masih harus
dominannya pemerintah pusat sebagai sumber pembiayaan.
Berikutnya untuk pengeluaran pemerintah sektor lainnya, disini juga
berperan dalam hal pembangunan manusia. Kembali ke tujuan pembangunan
yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat
dapat diwujudkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar, namun tidak hanya pada
sektor kesehatan dan pendidikan, tapi pemerintah juga memperhatikan sektor
yang lain seperti pelayanan umum, lingkungan hidup, perlidungan sosial dan
infrastruktur. Pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan dengan adanya sumber daya yang berkualitas maka akan
mampu memberikan kontribusi dalam kemajuan teknologi yang lebih mutakhir
sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi.
Menurut Mankiw (2008) pengembangan sumber daya manusia dapat
dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia. Modal manusia dapat
mengacu pada pendidikan, namun juga dapat digunakan untuk menjelaskan jenis
investasi manusia lainnya yaitu investasi yang mendorong ke arah populasi yang
sehat yaitu kesehatan. Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan
yang mendasar di suatu wilayah. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan,
dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk mencapai kehidupan yang layak.
Pendidikan memiliki peran yang penting dalam membentuk kemampuan sebuah
negara
berkembang
untuk
menyerap
20
teknologi
modern
dan
untuk
mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang
berkelanjutan (Todaro, 2006).
Strauss dan Thomas (1998), dalam Journal of economic literature,
menemukan begitu besarnya dampak perbaikan kesehatan dan gizi terhadap
produktivitas tenaga kerja serta harapan hidup. Secara implicit hasil riset terakhir
memperkuat pendapat bahwa pengembalian investasi manusia dapat dihasilkan
dari akumulasi investasi yang terkait dengan kesehatan, gizi, pendidikan dan
training.
Perbaikan
kualitas
modal
manusia
tergantung
pada
tersedianya
infrastruktur untuk menunjang investasi pada sumber daya manusia. Selain itu,
jaringan transportasi yang terintegrasi dengan baik akan melancarkan distribusi
kegiatan ekonomi dan secara jangka panjang dapat menjadi media pemerataan
pembangunan.
Menurut Bastias berdasarkan penelitiannya bahwa pengeluaran pemerintah
untuk sektor lain seperti pada infrastruktur juga akan meningkatkan kualitas
prasarana fisik yang akan memacu terjadinya investasi ekonomi dan selanjutnya
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi karena banyaknya modal yang
tersedia untuk pembangunan. Dan berdasarkan teori dinyatakan bahwa ada
hubungan dua arah (two ways relationship) antara pembangunan manusia dan
pertumbuhan ekonomi dimana keduanya memiliki hubungan yang kuat dan saling
mendukung. Sehingga kinerja ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia,
khususnya melalui rumah tangga dan pemerintah.
Menurut Friawan (2008) ada tiga alasan utama mengapa infrastruktur
penting dalam sebuah integrasi ekonomi. Alasan pertama adalah ketersedian
21
infrastruktur yang baru merupakan mesin utama pembangunan ekonomi. Kedua,
untuk memperoleh manfaat yang penuh dari integrasi, ketersediaan jaringan
infrastruktur sangat penting dalam memperlancar aktifitas perdagangan dan
investasi tersebut. Alasan ketiga adalah perhatian terhadap perbaikan infrastruktur
juga penting untuk mengatasi kesenjangan pembangunan ekonomi antar negara.
Infrastruktur terdiri dari beberapa subsektor, infrastruktur dalam bentuk
perumahan dan transportasi merupakan cukup penting untuk menunjang
kehidupan masyarakat.
2.1.3 Investasi Swasta
Investasi dalam berbagai bentuknya akan memberikan banyak pengaruh
kepada perekonomian suatu negara ataupun dalam cakupan yang lebih kecil yakni
daerah. Karena dengan terciptanya investasi akan membawa suatu negara pada
kegiatan ekonomi tertentu.
Investasi yang akan berlanjut dengan suatu proses produksi akan
menciptakan lapang kerja, menciptakan barang-barang dan jasa untuk di pasarkan
kepada konsumen, dan interaksi antara produsen, dalam hal ini investor, dan
konsumen dalam menawarkan dan mengkonsumsi barang-barang atau jasa, dan
pada giliranya akan menciptakan kemajuan perekonomian dalam suatu negara.
Adanya fluktuasi dalam investasi seperti yang terlihat dalam ’’business
cycle’’ merupakan salah satu dampak dari adanya investasi di dalam suatu
perekonomian. Pengeluaran investasi merupakan topik utama dalam ekonomi
makro karena dua alasan berikut: Fluktuasi investasi sangatlah besar sesuai
dengan perubahan GDP (Gross Domestc Product), misalnya karena adanya
business cycle dan yang kedua yaitu bahwa pengeluaran investasi menentukan
22
tingkat pertambahan stok kapital dalam perekonomian, dimana stok kapital ini
sangat menentukan tingkat pertumbuhan suatu negara dalam jangka panjang
(Nangan, 2005).
Sebagian pendapat berkeyakinan akan pemikiran yang berkesimpulan
bahwa hampir semua menganggap pembangunan identik dengan pertumbuhan
ekonomi, seperti tercermin dalam tujuan pembangunan. Sedangkan pertumbuhan
ekonomi merupakan fungsi dari investasi yang berarti tergantung dari jumlah
modal dan teknologi yang ditanam dan dikembangkan dalam masyarakat.
Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat
pendapatan nasional. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus
menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan
pendapatan nasional dan taraf kemakmuran (Sukirno,2000).
Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal
baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan
pekerjaan baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga kerja yang pada
gilirannya akan mengurangi pengangguran. Dengan demikian akan menambah
output dan pendapatan baru pada faktor produksi akan menambah output nasional
sehingga akan terjadi pertumbuhan ekonomi.
Melihat kondisi Indonesia yang sedimikian rupa maka peningkatan modal
sangat berperan penting untuk meningkatkan perekonomian, oleh karena itu
pemerintah dan swasta berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
penghimpunan dana yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu
dengan menggenjot investasi, baik penanaman modal dalam negeri maupun
penanaman modal dari luar negeri.
23
Peran swasta dalam proses pembangunan sangat strategis, hal ini tercermin
dalam struktur PDRB yang lebih dominan dibanding peran pemerintah. Melalui
tambahan investasi yang ditanamakan di berbagai sektor yang menyebabkan
ekonomi semakin tumbuh dan berkembang dengan indikatornya, meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, pendapatan yang merupakan indikasi adanya
peningkatan kesejahteraan.
Tidak ada yang membantah, bahwa meningkatnya investasi swasta akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena terjadi perluasan produksi dan
permintaan yang berdampak tidak hanya pada bidang ekonomi saja, akan tetapi
telah meluas pada bidang-bidang sosial kemasyarakatan.
Di Indonesia, investasi atau penanaman modal dapat diklasifikasikan
menjadi dua bagian atau dapat berasal dari 2 sumber yaitu :
1. Penanaman Modal Asing (PMA)
Penanaman modal asing (PMA) merupakan aliran arus modal yang berasal
dari luar negeri yang mengalir ke sektor swasta baik yang melalui investasi
langsung (Direct Investment) maupun investasi tidak langsung (Portofolio)
(Suyatno, 2003).
Pemerintah sangat memberi perhatian pada PMA karena aliran investasi
masuk dan keluar dari negara mereka bisa mempunyai akibat yang signifikan.
Para ekonom menganggap PMA sebagai salah satu pendorong pertumbuhan
ekonomi karena memberi kontribusi pada ukuran-ukuran ekonomi nasional seperti
Produk Domestik Bruto (PDB/GDP), Gross Fixed Capital Formation (GFCF,
total investasi dalam ekonomi negara tuan rumah) dan saldo pembayaran.
24
Mereka juga berpendapat bahwa PMA mendorong pembangunan karena
bagi negara tuan rumah atau perusahaan lokal yang menerima investasi itu-PMA
menjadi sumber tumbuhnya teknologi, proses, produk sistem organisasi, dan
ketrampilan manajemen yang baru.
Lebih lanjut, PMA juga membuka pasar dan jalur pemasaran yang baru bagi
perusahaan, fasilitas produksi yang lebih murah dan akses pada teknologi, produk,
keterampilan, dan pendanaan yang baru.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia
termasuk hak- hak dan benda, baik yang dimiliki swasta ataupun warga asing
yang berdomisili di Indonesia, yang disediakan guna menjalankan suatu usaha
jangka panjang.
Penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan kekayaan baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut ketentuan
undang- undang penanaman modal.
2.2 Kajian Empiris
Ada banyak studi yang telah dilakukan mengenai pembangunan manusia
seperti yang dipaparkan berikut ini.
Studi yang dilakukan Lanjouw, dkk (2001) yaitu dengan menganalisis
bagaimana hubungan antara kemiskinan, pendidikan dan kesehatan beserta
kaitannya dengan pengeluaran pemerintah untuk pelayanan publik. Penelitian
dengan metode statistik deskriptif ini menemukan bahwa penduduk miskin sangat
25
membutuhkan pelayanan/subsidi pendidikan dan kesehatan. Pendidikan dan
kesehatan yang baik akan meningkatkan kapasitas dan kemerdekaan hidup yang
dinamakan manfaat intrinsik. Pendidikan dan kesehatan berperan membuka
peluang yang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi yang
dinamakan manfaat instrumental. Lanjouw dan kawan-kawan juga hendak
membuktikan report Bank Dunia tahun 1990 bertajuk ”Indonesia: Strategy for a
sustained Reduction in Poverty” yang menyatakan bahwa pendidikan dan
kesehatan adalah hal yang critical (sangat mendesak) untuk diberikan kepada
penduduk miskin di Indonesia, sehingga sangat dibutuhkan peningkatan investasi
di kedua bidang tersebut.
Penelitian yang dilakukan Brata (2005) menguji bagaimana pengaruh
pengeluaran pemerintah daerah khususnya bidang pendidikan dan kesehatan,
investasi swasta dan distribusi pendapatan proksi indeks Gini terhadap indeks
pembangunan manusia (IPM) dalam konteks regional (antar provinsi) di
Indonesia. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel pengeluaran pemerintah bidang
pendidikan dan kesehatan memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan
manusia. Semakin besar alokasi pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan
semakin baik pula IPM yang dicapai. Variabel investasi swasta berpengaruh
negatif terhadap IPM. Hal ini dimungkinkan karena karakteristik investasi swasta
tidak dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembangunan manusia.
Sedangkan variabel distribusi pendapatan berpengaruh positif terhadap IPM,
artinya semakin merata distribusi pendapatan semakin baik pula pembangunan
manusia.
26
Penelitian lain yang dilakukan Brata (2005) dalam jurnalnya yang berjudul
“Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, Dan Kemiskinan”. Dari
hasil estimasi dengan menggabungkan data tahun 1996,1999,2002 diperoleh bukti
bahwa investasi sektor publik untuk bidang sosial membawa manfaat bagi
pembangunan manusia dan kesejahteraan penduduk. Investasi bidang sosial
tersebut menghasilkan manfaat dalam peningkatan Human Development Index
(HDI) dan menurunkan tingkat kemiskinan. Pembangunan manusia yang berhasil
juga ditemukan membawa manfaat pada berkurangnya tingkat kemiskinan.
Variabel lain yang diintroduksikan yaitu investasi swasta dan distribusi
pendapatan secara umum berpengaruh kuat terhadap pembangunan manusia dan
kemiskinan.
Investasi
swasta
berperan
mengurangi
kemiskinan
melalui
penyediaan lapangan kerja yang memungkinkan terjadinya peningkatan
pendapatan masyarakat. Sedangkan ketimpangan distribusi pendapatan merugikan
upaya pengurangan kemiskinan karena yang terjadi justru peningkatan
kemiskinan.
Ginting, dkk (2008) juga melakukan penelitian yang berjudul
Pembangunan Manusia di Indonesia dan faktor- faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan nilai koefisien determinasi pada hasil estimasi sebesar 0,88, maka
variabel pembangunan manusia di Indonesia mampu dijelaskan oleh variabelvariabel pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan, pengeluaran
konsumsi rumah tangga untuk bukan makanan, rasio penduduk miskin,
pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan dummy (proksi krisis ekonomi)
sebesar 88 persen. Hasilnya yaitu variabel- variabel diatas berpengaruh signifikan
terhadap Pembangunan manusia di Indonesia.
27
Investasi sebagai penentu pembangunan manusia juga dipertegas oleh
Ranis dan Stewart (2005) dalam studinya atas 85 negara di dunia, di samping
pendapatan per kapita dan jumlah penduduk miskin.
Selain itu, dari hasil estimasi empiris dengan data cross-country (19701992), Ramirez, dkk (1998) menemukan adanya hubungan positif yang kuat
antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi pada kedua jalur.
Pengeluaran pemerintah untuk sektor pelayanan sosial dan tingkat pendidikan
perempuan terbukti pula mempunyai peran penting sebagai penghubung yang
menentukan kekuatan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
manusia, sedangkan tingkat investasi dan distribusi pendapatan adalah penguat
hubungan antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi.
Dalimunthe dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah
Penduduk Miskin Di Sumatera Utara, menganalisa pengaruh dari pengeluaran
pemerintah pada sektor pendidikan dan kesehatan, investasi PMDN dan kondisi
perekonomian terhadap jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara. Dalam
persamaan model, jumlah penduduk miskin adalah sebagai variabel terikat
sedangkan pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan kesehatan,
investasi PMDN dan kondisi perekomian (dummy variabel) adalah sebagai
variabel bebas. Analisis perhitungan merekomendasikan bahwa jumlah penduduk
miskin dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan
kesehatan, investasi PMDN dan kondisi perekonomian. Koefisien determinasi
menunjukkan bahwa sekitar 85,86%. Hal ini berarti bahwa jumlah penduduk
miskin dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang ada di dalam model. Hasilnya
28
menunjukkan bahwa seluruh variabel independen signifikan sebesar 1% terhadap
jumlah penduduk miskin.
Penelitian oleh Bastias yang menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah
atas pendidikan, kesehatan dan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia periode 1969-2009. Pengeluaran pemerintah atas infrastruktur
diwakilkan dengan variabel pengeluaran pemerintah atas perumahan dan variabel
pengeluaran
pemerintah
atas
transportasi.
Pengeluaran
pemerintah
atas
pendidikan, kesehatan dan infrastruktur pada dasarnya merupakan suatu investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi. Efek pembangunan pada ketiga sektor tersebut
tidak dapat berdampak langsung melainkan membutuhkan beberapa periode untuk
dapat merasakan dampaknya. Terdapat time lag ketika pemerintah mengeluarkan
anggaran pembangunan atau belanja negara untuk ketiga sektor tersebut dengan
dampak kebijakan tersebut. Penelitian dengan menggunakan time series akan
membantu melihat pengaruh pengeluaran pemerintah pada ketiga sektor tersebut
terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi pemerintah dalam pendidikan,
kesehatan dan infrastruktur akan menyebabkan peningkatan kualitas modal
manusia dan prasarana fisik, hal ini juga akan memacu investasi ekonomi.
Investasi ekonomi selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, karena
banyaknya modal yang tersedia untuk pembangunan. Hasil regresi dengan model
ECM menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan
dan perumahan tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sementara
dalam jangka panjang variabel pengeluaran pemerintah atas perumahan dan
transportasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara signifikan dan bertanda
29
positif, sedangkan variabel pengeluaran pemerintah atas pendidikan dan kesehatan
tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
2.3
Kerangka Pikir
Dengan memperhatikan uraian yang telah dipaparkan terdahulu, maka
pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan penulis sebagai
landasan berpikir untuk kedepannya. Landasan yang dimaksud akan lebih
mengarahkan penulis untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini
guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Untuk itu maka
penulis menguraikan landasan berpikir dalam Gambar 2.1 yang dijadikan
pegangan dalam penelitian ini.
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Pengeluaran
Pemerintah Sektor
Pendidikan (X1)
Pengeluaran
Pemerintah Sektor
Kesehatan (X2)
Human
Development
Index (Y)
Pengeluaran
Pemerintah Sektor
Lainnya (X3)
Investasi Swasta
(X4)
30
2.3
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang ada diarahkan untuk
merujuk pada dugaan sementara yaitu:
1. Diduga Bahwa Pengeluaran Pemerintah masing- masing untuk sektor
pendidikan, sektor kesehatan dan sektor lainnya serta Investasi swasta
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Human Development Index di
Indonesia.
31
Download