Uploaded by User107771

K.2 (UTSMAN BIN AFFAN)

advertisement
UTSMAN BIN AFFAN
(Proses Pengangkatan dan Kebijakan Politik Sebagai Khalifah ke-3)
Dosen Pengampu: Dr. Musyarif, M.Ag
Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Anita Lestari (18.3200.018)
2. Sartika Sunubi (13.3200.029)
3. Parwati (18.3200.073)
4. Muhammad Rizky Ramadhani (2020203870232020)
5. Revi Mariska (2020203870232040)
6. Aldha (2020203870232042)
7. Nurhalifah (2020203870232052)
MATA KULIAH SEJARAH ISLAM
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2021
Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang
dengan segala rahmat-Nya, kita bisa hidup dengan kenikmatan-kenikmatan yang tidak
bisa dihitung satu-persatu. Berkat-Nya pulalah, makalah ini dapat terselesaikan
dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak henti-hentinya pula kita kirimkan
kepada Nabi Allah, Muhammad Saw. nabi yang telah membawa kita dari masa
kejahilian menuju masa yang serba berpengatahuan ini. Adanya makalah ini, guna
untuk melengkapi nilai mata kuliah Sejarah Islam. Adapun, isinya masih jauh dari kata
sempurnya. Olehnya, penulis sangat berharap kritik serta saran, demi perbaikan
makalah-makalah selanjutnya. Akhir kata, kami ucapkan banyak terima kasih.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar ...............................................................................................i
Daftar Isi ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan Pembelajaran ..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................3
A. Proses Pengangkatan Utsman bin Affan Sebagai Khalifah ke-3 .............3
B. Bagaimanakah kebijakan politik Utsman bin Affan pada masa
kepemimpinannya sebagai khalifah ke-3 .................................................5
BAB III PENUTUP .......................................................................................10
A. Kesimpulan ..............................................................................................10
B. Saran ........................................................................................................10
C. Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat Islam, tentu kita harus mengetahui sejarah umat terdahulu,
sebagai salah satu bentuk perhatian kita terhadap umat, dan juga tentunya
dengan mengetahui sejarah umat terdahulu, akan menambah keimanan kita,
karena perjuangan-perjuangan umat yang terdahulu akan menjadi pompa
keimanan bagi kita umat Islam di masa sekarang. Selain daripada perjuangan
di masa Rosulullah, ada juga masa para khalifah yang juga tidak kalah penting
untuk diketahui dan dijadikan suri tauladan di masa sekarang, juga di masa
yang akan datang.
Dalam sejarah Islam, kepemimpinan Islam setelah wafatnya Rosulullah
Saw. dikenal dengan kepemimpinan khilafah, di mana pemimpinnya disebut
khalifah. Adapun, empat sahabat Rosulullah yang menjadi khalifah setelah
wafatnya beliau, yakni Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Abu bakar merupakan khalifah pertama,
setelah Rosulullah Saw. wafat, proses pengangkatannya dilakukan dengan
cara dipilih oleh para sahabat, setelah perundingan dan sedikit perdebatan.
Setelah wafatnya Abu Bakar, digantilah oleh Umar bin Khattab sebagai
khalifah ke-2, proses pengangkatannya tidak sama dengan Abu Bakar yang
dipilih oleh para sahabat. Akan tetapi, Umar diangkat sebagai khalifah kedua,
dengan cara Abu Bakar yang memang telah berwasiat sebelum wafat untuk
digantikan oleh Umar nantinya setelah beliau wafat.
Adapun, proses pengangkatan Utsman bin Affan sebagai khalifah ke-3,
akan menjadi topik bahasan kita pada makalah ini. Selain dari pada proses
pengangkatan yang berbeda-beda dari keempat khilafah yang telah disebutkan
di paragrap awal tadi, ada juga cara kepemimpinan mereka yang berbedabeda, dan yang akan menjadi bahasan kita pada makalah ini, adalah
kepemimpinan Utsman bin Affan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses pengangkatan Utsman bin Affan sebagai khalifah
ke-3?
2. Bagaimanakah kebijakan politik Utsman bin Affan pada masa
kepemimpinannya sebagai khalifah ke-3?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui proses pengangkatan Utsman bin Affan sebagai
khalifah ke-3.
2. Untuk mengetahui kebijakan politik Utsman bin Affan pada masa
kepemimpinannya sebagai khalifah ke-3.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Pengangkatan Utsman bin Affan Sebagai Khalifah ke-3
Dalam proses pengangkatan Utsman bin Affan sebagai Khalifah ke-3,
ditemukan banyak versi, tapi masih dengan inti yang sama. Di bawah, penulis
menguraikan dua versi, yang intinya tidak jauh berbeda.
1. Dalam sebuah Riwayat yang valid, bahwa sebelum terbunuhnya Umar bin
al-Khattab saat melaksanakan salat subuh, ia menunjuk enam orang untuk
menentukan pengganti khalifah berikutnya. Setelah tiga hari Umar wafat, maka
tim 6 bertuugas untuk menunjuk pemimpin berikutnya. Al-Suyuti menyebut
mereka dengan ahlu syura (mereka yang bermusyawarah) untuk memilih
khalifah.
Al-Suyuti menceritakan dalam Tarikh al-Khulafa’ bahwa pengangkatan
Utsman bin Affan terdiri dari 6 orang sahabat Nabi. Mereka adalah Ali bin Abi
Thalib, Utsman bin Affan, Thalhah, Said, dan Zubair. Mereka telah ditunjuk
oleh Umar bin al-Khattab sebagai tim penentuan khalifah setelah dirinya wafat.
Al-Suyuti dalam Tarikh al-Khulafa’ menerangkan bahwa masyarakat kala
itu telah berkumpul di rumah Abdurrahman bin Auf dan dukungan kepadanya
menjadi suksesi Umar bin al-Khattab. Akan tetapi, mengikuti aturan yang
berlaku, Abdurahman bin Auf mendatangi keempat orang sahabat yang lain
untuk memilih siapa yang cocok.
Ketika para sahabat nabi yang lain, seperti Abu Wail, bertanya kepada
Abdurahman bin Auf, “bagaimana kamu bisa membaiat (memilih) Utsman bin
Affan, padahal ada sahabat nabi yang mulia seperti Ali bin Abu Thalib di sana?
Pertanyaan tersebut dijawab oleh Abdurahman, sebagaimana diterangkan
dalam Musnad Ahmad. Diriwayatkan, bahwa Abdurahman bin Auf mendatangi
Ali bin Abi Thalib untuk menanyakan siapa yang layak menjadi khalifah. Ali
bin Abi Thalib menjawab, “Utsman.” Begitupun Ketika ditanya kepada para
sahabat-sahabit yang lain.
3
Ketika Abdurahman bertanya kepada Utsman bin Affan dengan pertanyaan
serupa yang diajukannya kepada Ali. Utsman menjawab, “Ali bin Abi Thalib.”
Pertanyaan tersebut diajukan kepada para ahli syuro secara personal, mayoritas
mereka menjawab “Utsman bin Affan” yang cocok menjadi pengganti Umar.
Pengangkatan Utsman bin Affan kala itu berimbas pada penggantian
beberapa pejabat daerah, seperti Kufah dan berbagai daerah Negara muslim
lainnya. Pengganti kepala daerah, atau yang disebut amir merupakan kebijakan
Utsman bin Affan yang cukup kontroversial. Pasalnya, beberapa pejabat daerah
diangkat dari sanak keluarganya.
2. Sebelum meninggal, Umar ibn Al-Khaththab memanggil tiga calon yang
akan menggantikannya sebagai khalifah, mereka adalah Utsman bin Affan, Ali
bin Abi Thalib, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Khalifah Umar bertemu dengan
ketiganya secara bergantian, dan berpesan agar penggantinya tidak mengangkat
kerabat sebagai pejabat untuk menghindari segala kemungkinan konflik yang
akan terjadi. Umar ibn Al-Khaththab sebelumnya telah membentuk sebuah
dewan formatur yang bertugas memilih khalifah penggantinya dari 3 calon yang
sudah ditentukan olehnya. Dewan formatur itu berjumlah 6 orang, yaitu Ali,
Utsman, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abd Ar-Rahman bin Auf, Zubair bin
Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Selain itu ada Abdullah bin Umar yang
dijadikan sebagai anggota, tetapi tidak memiliki hak suara.
Mekanisme pemilihan Khalifah yang telah ditentukan oleh Umar ibn AlKhaththab berbeda dengan sebelumnya, yaitu mereka yang berhak menjadi
khalifah adalah yang mendapat suara terbanyak dari anggota formatur.
Kemudian apabila ada calon yang mendapatkan suara sama, maka Abdullah bin
Umar yang berhak menentukan khalifah selanjutnya. Apabila keputusan
Abdullah bin Umar tidak diterima, maka calon yang dipilih oleh Abd ArRahman bin Auf yang berhak menjadi khalifah. Jika masih ada yang menentang
keputusan tersebut, maka hendaklah penentang tersebut dibunuh.
Setelah Khalifah Umar wafat, Abd Ar-Rahman bin Auf meminta pendapat
kepada anggota formatur secara terpisah untuk membicarakan calon yang akan
4
diangkat sebagai khalifah. Hasilnya terdapat dua kandidat khalifah, yaitu
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Kemudian ketika dilakukan sidang
penentuan khalifah, terdapat dua calon yang sama kuat, dan secara mengejutkan
ternyata Utsman memilih Ali sebagai calon khalifah, begitu pula Ali yang
memilih Utsman sebagai calon khalifah pilihannya. Di samping itu, Zubair dan
Sa’ad bin Abi Waqqash yang memiliki hak suara memilih Utsman bin Affan
sebagai khalifah. Sementara Thalhah dan Zubair tidak dapat memilih calon
khalifah karena sedang tidak berada di Madinah.
Abd Ar-Rahman bin Auf selanjutnya memilih untuk bermusyawarah
dengan masyarakat dan beberapa tokoh di luar anggota formatur. Ia mendapati
dua suara yang memilih calon berbeda, yaitu kubu Bani Hasyim mendukung
Ali bin Abi Thalib, dan kubu Bani Ummayah yang mendukung Utsman bin
Affan.
Karena masih dilanda kebingungan, Abd Ar-Rahman bin Auf memanggil
Ali dan Utsman secara terpisah. Ia menanyakan kepada keduanya, seandainya
mereka dipilih sebagai khalifah, sanggupkah keduanya melaksanakan tugasnya
berdasarkan Al-Quran, Sunah Rasul, dan kebijaksanaan khalifah sebelumnya.
Ali menjawab bahwa dirinya berharap dapat berbuat sejauh pengetahuan dan
kemampuannya. Sedangkan Utsman menjawab “Ya! Saya sanggup”.
Berdasarkan jawaban keduanya, Abd Ar-Rahman bin Auf menyatakan
bahwa Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga. Ketika diangkat sebagai
khalifah usia Utsman telah menginjak 70 tahun. Masa pemerintahan Utsman
bin Affan menjadi yang paling lama dibandingkan dengan khalifah lainnya,
yaitu 12 tahun. Selama awal pemerintahannya sebagai khalifah, Utsman bin
Affan menunjukan berbagai prestasi yang hebat untuk perkembangan Islam.
B. Kebijakan Utsman bin Affan Pada Masa Kepemimpinannya Sebagai Khalifah
ke-3.
a. Perluasan Wilayah.
5
Pada masa khalifah Usman terdapat juga beberapa upaya perluasan daerah
kekuasaan Islam di antaranya adalah melanjutkan usaha penaklukan Persia.
Kemudian Tabaristan, Azerbaijan dan Armenia. Usaha perluasan daerah
kekuasaan Islam tersebut lebih lancar lagi setelah dibangunnya armada laut. Satu
persatu daerah di seberang laut ditaklukanya, antara lain wilayah Asia Kecil,
pesisir Laut Hitam, pulau Cyprus, Rhodes, Tunisia dan Nubia. Dalam upaya
pemantapan dan stabilitas daerah kekuasaan Islam di luar kota Madinah,
khalifah Usman bin Affan telah melakukan pengamanan terhadap para
pemberontak yang melakukan maka di daerah Azerbaijan dan Rai, karena
mereka enggan membayar pajak, begitu juga di Iskandariyah dan di Persia.
b. Standarisasi Al-Qur’an.
Pada masa Usman, terjadi perselisihan di tengah kaum muslimin perihal
secara baca Al-Qur’an (qiraat). Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa Al-Qur’an
diturunkan dengan beragam cara baca. Karena perselisihan ini, hampir saja
terjadi perang saudara. Kondisi ini dilporkan oleh Hudzaifah al Yamani kepada
Khalifah Usman. Menanggapai laporan tersebut, Khalifah Usman memutuskan
untuk melakukan penyeragaman cara baca Al-Qur’an. Cara baca inilah yang
akhirnya secara resmi dipakai oleh kaum muslimin. Dengan demikian,
perselisihan dapat diselesaikan dan perpecahan dapat dihindari. Dalam
menyusun cara baca Al-Qur’an resmi ini, Khalifah Usman melakukannya
berdasarkan cara baca yang dipakai dalam Al-Qur’an yang disusun leh Abu
Bakar. Setelah pembukuan selesai, dibuatlah beberapa salinannya untuk dikirim
ke Mesir, Syam, Yaman, Kufah, Basrah dan Mekkah. Satu mushaf disimpan di
Madinah.Mushaf-mushaf inilah yang kemudian dikenal dengan nama Mushaf
Usmani. Khalifah Usman mengharuskan umat Islam menggunakan Al-Qur’an
hasil salinan yang telah disebarkan tersebut. Sementara mushaf Al-Qur’an
dengan cara baca yang lainnya dibakar.
c. Pengangkatan Pejabat Negara.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada paruh terakhir
masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat
6
Islam
terhadapnya.
Kepemimpinan
Usman
sangat
berbeda
dengan
kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam
usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H/655
M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdir dari orang-orang yang
kecewa itu. Salah satu faktor yang menyebabkan banyak kecewa terhadap
kepemimpinan Usman adalah kebijaksanannya mengangkat keluarga dalam
kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibnu Hakam.
Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya
menyandang gelar khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk
dalam jabatan-jabatan penting. Usman laksana boneka dihadapan kerabatnya
tersebut. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya.
Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh
kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri.
d. Pembangunan Fisik.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masa Usman tidak ada
kegiatan-kegiatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk
menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia
juga
membangun
jalan-jalan,
jembatan-jembatan,
masjid-masjid
dan
memperluas mesjid Nabi di Madinah.
e. Pembentukan Armada Laut Islam Pertama
Ide atau gagasan untuk membuat sebuah armada laut Islam sebenarnya telah
ada sejak masa kekhalifahan Umar Ibn khattab namun beliau menolaknya
lantaran khawatir akan membebani kaum muslimin pada saat itu. Setelah
kekhalifahan berpindah tangan pada Utsman maka gagasan itu diangkat kembali
kepermukaan dan berhasil menjadi kesepakatan bahwa kaum muslimin memang
harus ada yang mengarungi lautan meskipn sang khalifah mengajukan syarat
untuk tidak memaksa seorangpun kecuali dengan sukarela. Berkat armada laut
ini wilayah Islam bertambah luas setelah berhasil menaklukkan tentara Romawi
di Cyprus dipimpin Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 27 Hijrah meski harus
melewati peperangan yang melelahkan.
f. Administrasi Pemerintahan
7
Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan di daerah, khalifah Utsman
bin Affan mempercayakannya kepada seorang gubernur untuk setiap wilayah
atau propinsi. Pada masanya wilayah kekuasaan kekhalifahan Madinah dibagi
menjadi 10 (sepuluh) propinsi dengan masing-masing gubernur/amirnya, yaitu:
1)
Nafi’ bin al-Haris al-Khuza’i, Amir wilayah Makkah;
2)
Sufyan bin Abdullah al-Tsaqafi, Amir wilayah Thaif;
3)
Ya’la bin Munabbih Halif Bani Naufal bin Abd. Manaf, Amir wilayah
Shana’a;
4)
Abdullah bin Abi Rabiah, Amir wilayah al-Janad;
5)
Utsman bin Abi al-Ash al-Tsaqafi, Amir wilayah Bahrain;
6)
Al-Mughirah bin Syu’bah al-Tsaqafi, Amir wilayah Kuffah;
7)
Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy’ari, Amir wilayah Basrah;
8)
Muawiyah bin Abi Sufyan, Amir wilayah Damaskus;
9)
Umair bin Sa’ad, Amir wilayah Himsh; dan
10) Amr bin Ash al-Sahami, Amir wilayah Mesir.
Setiap Amir atau Gubernur adalah wakil khalifah di daerah untuk
melaksanakan tugas
administrasi pemerintahan dan bertanggungjawab
kepadanya. Seorang amir diangkat dan diberhentikan oleh Khalifah. Kedudukan
gubernur disamping sebagai kepala pemerintahan di daerah juga sebagai
pemimpin agama, pemimpin ekspedisi militer, menetapkan undang-undang, dan
memutuskan perkara, yang dibantu oleh katib (sekretaris), pejabat pajak, pejabat
keuangan (Baitul Mal), dan pejabat kepolisian.
Sedangkan kekuasan legislatif dipegang oleh Dewan Penasehat atau Majlis
Syura, tempat Khalifah mengadakan musyawarah atau konsultasi dengan para
sahabat Nabi terkemuka. Majelis ini memberikan saran, usul, dan nasihat kepada
Khalifah tentang berbagai masalah penting yang dihadapi Negara. Akan tetapi
pengambil keputusan terakhir tetap berada di tangan Khalifah. Artinya berbagai
peraturan dan kebijaksanaan, di luar ketentuan al-Qur’an dan Sunnah Rasul,
dibicarakan di dalam majelis itu dan diputuskan oleh Khalifah atas persetujuan
anggota Majelis. Dengan demikian, Majelis Syura diketuai oleh Khalifah.
8
Jadi, jika Majelis Syura ini disebut sebagai lembaga legislatif, maka ia tidak
sama dengan lembaga legislatif yang dikenal sekarang yang memiliki ketua
tersendiri. Namun bagaimanapun, dengan adanya Majelis Syura ini
mencerminkan telah adanya pendelegasian kekuasaan dari Khalifah untuk
melahirkan berbagai peraturan dan kebijaksanaan. Dari cerminan fungsi ini,
Majelis Syura masa kekhalifahan Utsman bin Affan tersebut dapat dikatakan
sebagai lembaga legislatif untuk zamannya.
Dengan demikian, Khalifah Utsman sebagaimana pendahulunya tetap
melaksanakan prinsip musyawarah dengan mengajak beberapa pihak untuk
memecahkan masalah-masalah kenegaraan yang dihadapi. Ia tidak bertindak
otoriter dalam memerintah bahkan sangat lunak dalam bertindak yang justru
dikemudian hari menjadi boomerang bagi dirinya.
g. Kebijakan Ekonomi Pemerintahan Ustman Ibn Affan
1. Zakat
Seperti di masa Rasululah, Abu Bakar, dan Umar bin Chattab, zakat di masa
Usman tetap merupakan ‘primadona‘ pendapat keuangan negara. Mengenai
zakat, Usman menetapkan beberapa kaedah yang penting diperhatikan sebagai
kewajiban agama : Pertama, kewajiban zakat merupakan kewajiban tahunan
kecuali zakat pertanian yang harus dikeluarkan tiap panen. Kedua, kewajiban
zakat merupakan kewajiban yang harus jadi diperhatian serius kaum muslimin.
Setiap pemilik harta harus hati-hati dengan harta mereka.
2. Harta Peninggalan Si Mayit yang Tak Mempunyai Ahli Waris
Harta yang ditinggalkan seseorang yang telah meninggal dunia menjadi milik
ahli warisnya. Namun ada juga kasus, seseorang meninggal dunia sedangkan ia
tidak mempunyai ahli waris yang berhak atas harta peninggalnya. Terhadap
harta simayit ini, Ustman mengeluarkan kebijakan harta tersebut diserahkan ke
baitul mal sebagai pendapatan negara. Harta ini kemudian dibagi-bagikan
kepada fakir miskin dan pembangunan fasilitas pelayanan umum.
3. Harta Ghanimah, Jizyah, Kharaj dan ‘Usyur
Keuangan negara yang terkumpul dari sumber –sumber pemasukan berupa
zakat, harta waris yang tidak ada ahli warisnya, ghanimah, jizyah, kharaj dan
‘usyur tijarah didistribusikan untuk belanja operasional pemerintahan dan
angkatan perang atau untuk pertahanan negara Islam.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum wafat, Umar bin al-Khattab sebagai khalifah ke-2, telah membentuk
kelompok 6 orang untuk nantinya kelompok 6 orang itu bertugas memilih
pengganti Umar. Adapun, 6 orang yang dipilih oleh Umar bin Al-Khattab,
yakni, Ali, Utsman, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abd Ar-Rahman bin Auf, Zubair
bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Selain itu ada Abdullah bin Umar
yang dijadikan sebagai anggota, tetapi tidak memiliki hak suara.
Adapun, kebijakan Utsman saat menjabat sebagai khalifah ke-3, yaitu
kebijakan dalam perluasan wilayah, standarisasi Al-Qur’an, pengangkatan
pejabat negara, pembangunan fisik, pembentukan armada laut Islam pertama,
administrasi pemerintahan, dan kebijakan ekonominya yang meliputi, zakat,
harta peninggalan si mayit yang tak mempunyai ahli waris, harta ghanimah,
jizyah, kharaj dan ‘usyur
B. Saran
Saran yang penulis dapat berikan, yakni perbanyak membaca sejarah-sejarah
umat, baik di masa Rosulullah, maupun setelah wafatnya beliau, karena kita
sebagai umat muslim dan muslimat, sangat perlu mengetahui sejarah
pendahulu-pendahulu kita, agar kita dapat mengambil pelajaran dari mereka,
dan dengan mengetahui sejarah-sejarah perjuangan para umat terdahulu, dapat
juga menambah keimanan dalam diri kita.
10
Daftar Pustaka
https://bincangsyariah.com/khazanah/sejarah-pengangkatan-khalifah-utsman-binaffan/
https://www.bacaanmadani.com/2018/02/kebijakan-dan-strategi-khalifahusman.html
https://adentatho.blogspot.com/2011/09/kebijakan-pada-masapemerintahan-utsman.html
https://kumparan.com/dnoviani9/kebijakan-ekonomi-sahabat-rasulullahsaw1uoN599tcDu?utm_source=kumMobile&utm_medium=whatsapp&utm_cam
paign=share&shareID=yVJtG976sEsd
https://kumparan.com/potongan-nostalgia/periode-pengangkatan-dan-masapemerintahan-utsman-bin-affan/full
Download