LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA FEMORAL NI KADEK DINDA KRISTINA PUTRI 2014901073 FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI DENPASAR 2020 LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA FEMORAL A. TINJAUAN KASUS 1. Pengertian Hernia adalah sering terjadinya dan muncul sebagai tonjolan dilipatan paha atau skrotum. Biasanya Orang awam menyebutnya turun bero atau hernia. Terjadi Hernia inguinalis yaitu ketika dinding abdomen bertambah ke bawah melalui dinding sehingga menerobos usus. (Nurarif & Kusuma, 2015). Hernia femoralis adalah kondisi ketika jaringan lemak atau bagian usus menembus keluar dari dinding perut dan melewati paha, tepatnya di kanalis femoralis, saluran yang dilewati oleh pembuluh darah dari dan ke tungkai. Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita daripada pria. Ini dimulai sebagai penyumbatan lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung (Permadi, 2014). 2. Patofisiologi Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti congenital, tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, mengejan pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal. Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal tentunya akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuat pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi pada proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan perjalanan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama sehingga terjadilan penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan gangrene (Deden Dermawan & Tutik Rahauningsih, 2010). Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritonium, isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ intraperitonial lain atau organ ekstraperitonial seperti ovarium, apendiks divertikel dan buli-buli. Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau organ-organ lain misalnya paru dan sebagainya. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang dewasa kanalis tersebut telah menutup. Hernia femoralis pada lipat paha merupakan penonjolan kantong peritoneum di bawah ligamentum inguinale diantara ligamentum lakunare di medial dan vena femoralis di lateral. Hernia ini berjalan melalui annulus femoralis dan canalis femoralis. Kanalis femoralis terletak di medial dari vena femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal dari lig. Inguinalis, tempat v. saphena bermuara di dalam v. femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. batas kranioventral dibentuk oleh lig. Inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari lig. Iliopektineale (lig. Cooper), sebelah lateral oleh v. femoralis, dan disebelah medial oleh lig. Lakunare gimbernarti. Kantung hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada sisi medial sarung femoralis. Kanalis femoralis berisi 1 atau 2 kelenjar limfe, yang tersebar disebut dengan cloquet. Nodus-nodus ini didesak keluar dari kanalis fermoralis oleh suatu penonjolan peritoneal dan seringkali membentuk massa yang dapat dipalpasi. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari lig inguinalis. Kelainan anatomi ini mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong dengan v. femoralis dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Hernia femoralis hampir selalu terlihat sebagai massa yang iredusibel, meskipun kantungnya mungkin kosong, karena lemak an kelenjar limfe dari kanalis melingkari kantung. Potensial komplikasi terjadi pelengketan antara inti hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan perut kembung, muntah, dan konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, akan menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, peritonitis (Jitiwoyono Dan Kristiyanasari, 2010). Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi akan terjadi komplikasi. Akibat dari keadaan post operatif seperti peradangan, edema, dan pendarahan, sering terjadi pembengakakan skrotum setelah perbaikan hernia. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman. Peradangan tersebut menyebabkan vasokontriksi vaskuler sehingga aliran darah menjadi berlebihan dan menekan sistem syaraf. Tanda dan gejala pada hernia femoralis yaitu terdapat benjolan pada lipat paha yang dapat/pernah keluar masuk, muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intra abdomen, timbul rasa ketidaknyamanan pangkal paha yang lebih buruk ketika berdiri dan mengangkat beban berat, nyeri pada benjolan, terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi, dan bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan akan bertambah besar (Nurarif & Kusuma, 2015). 3. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang pada hernia menurut Nurarif & Kusuma (2015) antara lain : a. Hitungan darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit, peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit pada hernia. b. Sinar X abdomen dapat menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau obstruksi usus. c. Bila pasien diduga kuat mengalami hernia femoralis, namun benjolan tidak ditemukan pada pemeriksaan fisik, dokter dapat menjalankan pemeriksaan foto Rontgen, USG, atau CT scan pada area selangkangan. 4. Penatalaksanaan Farmakologis a. Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon. b. Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzapine. c. Obat analgesik atau narkotik merupakan obat pilihan selama fase akut. Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) menyatakan penanganan hernia juga dapat secara konservatif yaitu penanganan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dari pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali, terdiri atas : a. Reposisi Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strrangulata kecuali pada anak-anak. b. Suntikan Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari cavum peritonii. c. Sabuk hernia Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan operasi. 5. Penatalaksanaan Operatif Operasi merupakan tindakan paling baik dan operasi hernia dilakukan dalam tiga tahap yaitu 1) Herniotomy Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke cavum abdominalis. 2) Hernioraphy Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m. obliquus intraabdominalis dan m. transversus abdominis yang berinsersio di tuberculum pubicum). 3) Hernioplasty Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR hilang atau tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacammacam menurut kebutuhannya (Ferguson, Bassini, Halstedt, Hernioplasty pada hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara Mc.Vay). Operasi hernia pada anak-anak dilakukan tanpa hernioplasty dibagi menjadi 2 yaitu 1) Anak berumur kurang dari 1 tahun : menggunakan teknik Michele Benc 2) Anak berumur lebih dari 1 tahun : menggunakan teknik POTT B. TINJAUAN ASKEP 1. Pengkajian (Pre Operasi) a. Data umum Pengkajian adalah suatu tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan individu (klien) seperti identitas klien (nama, umur, agama, tempat tinggal, status pendidikan, dll) dan penanggung jawab klien (Muttaqin & Sari, 2011) b. Kesehatan umum 1) Alasan MRS / Keluhan Utama Pada anamnesis keluhan utama yang lazim di dapatkan adalah keluhan adanya nyeri akibat tindakan pembedahan maupun sebelum pembedahan. Untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien, dapat digunakan metode PQRST (Muttaqin & Sari, 2011) 2) Riwayat penyakit sekarang / riwayat kejadian Didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, dan nyeri di daerah sekitar paha dalam maupun testis, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia, serta kelelahan pasca nyeri sering di dapatkan (Muttaqin & Sari, 2011). 3) Riwayat penyakit dahulu Pada riwayat penyakit dahulu yang penting untuk di kaji antara lain penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, tuberculosis, diprtimbangkan sebagai sarana pengkajian preoperatif serta dengan aktivitas (khususnya pekerjaan) yang mengangkat beban berat juga mempunyai resiko terjadi hernia (Muttaqin & Sari, 2011) 4) Pola kesehatan a) Pola nutrisi dan cairan Klien yang mengalami hernia biasanya mempunyai kebiasaan mual, muntah, anoreksia, obesitas merupakan salah satu predisposisi hernia. b) Pola aktivitas Pembatasan aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan inta abdomen seperti bersin, mengangkat beban berat, batuk, mengejan. c) Pemeriksaan fisik Sujono riyadi & sukarmin (2008) menyatakan bahwa pemeriksaan fisik pada hernia femoralis yang di lakukan antara lain : (1) Keadaan umum : yang sering muncul adalah kelemahan fisik (2) Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran pada penderita hernia biasanya composmentis (3) Tanda-tanda vital : biasanya penderita hernia ini tandatanda vital dalam batas normal (4) Kepala Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur rambut. Kulit kepala : termasuk benjolan atau lesi. Wajah : pucat dan wajah tampak berkerut menahan nyeri (5) Mata Mata tampak cekung (kekurangan cairan), sclera ikterik, konjungtiva merah muda. Pupil : miosis, midrosis, atau anisokor (6) Telinga Daun telinga masih simetris kanan dan kiri. Gendang telinga tidak tertutup. Serumen bewarna putih keabuan dan masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak mengalami ineksi skunder. (7) Hidung Tidak terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi skunder seperti influenza (8) Mulut dan faring Bibir : sianosis, pucat (biasanya penderita hernia mengalami mual muntah karena adanya tekanan intraabdomen). Mukosa oral : lembab atau kering. Langit- langit mulut : terdapat bercak keputihan karena pasien mengalami penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan fisik. (9) Thorax dan paru Frekuensi pernafasan yang terjadi pada penderita hernia biasanya dalam batas normal (16-20 kali permenit). Dengarkan pernafasan pasien apabila terdengar stridor pada obstruksi jalan nafas, mengi apabila penderita sekaligus mempunyai riwaat asma atau bronchitis kronik. (10) Dada Inspeksi : dalam batas normal, deformitas atau asimetris dan retruksi inspirasi abdomen. Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak. Perkusi : dalam batas normal, pekak terjadi apabila cairan atau jaringan padat menggantikan bagian paru yang normalnya terisi udara (terjadi apabila penyakit lain seperti : efusi pleura, tumor atau pasca penyembuhan TBC). Auskultasi : bunyi nafas vasikular, bronco vasikular (dalam keadaan normal) (11) Abdomen Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia, hipertimpani, terdengar pekak. Hiperperistaltis di dapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus. (12) Integument Ada tidaknya edema, sianosis, pucat, kemerahan (luka pembedahan pada abdomen) (13) Genetalia Inspeksi mengenai warna, kebersihan, benjolan seperti lesi, massa dan tumor (14) Ekstermitas Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri ang hebat dan apakah ada kelumpuhan atau kekakuan. Kekuatan otot : 0 : lumpuh 1 : ada kontraksi 2 : melawan gravitasi dengan sokongan 3: melawan gravitasi tapi tidak ada lawanan 4 : melawan gravitasi dengan tahanan sedikit 5 : melawan gravitasi dengan kekuatan otot penuh d) Pemeriksaan diagnostic atau pemeriksaan penunjang : a) Hitungan darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit, peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit pada hernia. b) Sinar X abdomen dapat menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau obstruksi usus. 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan benjolan pada femoral b. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi. 3. Perencanaan No. 1. Diagnosa Keperawatan Nyeri berhubungan Tujuan dan Kriteria hasil akut Setelah dilakukan Intervensi tindakan 1. Kaji keperawatan selama 1 x 24 skala nyeri komprehensif, meliputi dengan benjolan jam, diharapkan nyeri pada durasi, pada femoral intensitas nyeri. (PQRST) pasien teratasi. Dengan kriteria frekuensi, Rasional yang 1. Mengkaji lokasi, kualitas, secara detail dapat membantu menentukan tindakan yang tepat untuk dilakukan selanjutnya. hasil: 1. Melaporkan bahwa nyeri 2. Ajarkan teknik non farmakologi berkurang menggunakan dengan teknik relaksasi nafas dalam membantu mengurangi rasa nyeri manajemen dan memberikan rasa nyaman pada nyeri, dengan skala nyeri 2 dari 0-10 skala 2. Teknik relaksasi nafas dalam dapat pasien. yang diberikan. 2. Menyatakan rasa nyaman 3. Berikan posisi yang nyaman untuk pasien 3. Posisi dapat membantu pasien untuk mengurangi rasa nyeri nya. setelah nyeri berkurang 4. Berikan kebutuhan. analgetik sesuai 4. Untuk menghilangkan rasa nyeri. 2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan berhubungan keperawatan selama 1 x 24 1. Identifikasi tingkat kecemasan pasien 1. Mengetahui kecemasan yang dirasakan pasien sehingga dengan prosedur jam, diharapkan cemas pada dapat menentukan intervensi operasi yang tepat. pasien teratasi. Dengan kriteria hasil: 2. Temani 1. Klien mengatakan sudah siap untuk dioperasi dan memberikan pasien keamanan untuk dan mengurangi rasa takut 2. Memberikan rasa aman untuk pasien dan menemani pasien untuk mendengarkan keluhan tidak cemas yang sedang dirasakan. 2. Wajah klien tampak rileks dan tidak tegang 3. Ukur tanda-tanda vital pasien 3. TTV dalam batas normal : 3. Tanda-tanda mengetahui TD 120/80 mmHg, N : 80 dan x/mnt RR : 18-20 x/mnt vital keadaan untuk untuk pasien menentukan intervensi selanjutnya 4. Teknik 4. Anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam. relaksasi dapat membantu untuk menciptakan perasaan nyaman yang tenang dan 5. Kolaborasi mengenai dengan dokter obat untuk 5. Terapi dapat membantu mengurangi rasa cemas. mengurangi kecemasan 3 Defisiensi Setelah dilakukan pengetahuan keperawatan selama 1 x 30 mengenai hernia femoral dan klien mempengaruhi pola pikir berhubungan menit prosedur pre operasi klien mengenai penyakitnya dengan pengetahuan kurangnya teratasi dengan terpapar Kriteria Hasil : informasi 1. Klien diharapkan klien 1. Kaji pengetahuan klien dapat lokasi operasi yang 2. Pengetahuan lokasi mengenai femoral 1. Pengetahuan dimiliki dan prosedur pre operasi 2. Jelaskan mengenai jadwal dan menyatakan pemahaman hernia asuhan mengenai operasi dapat mningkatkan dan tindakan kooperatif klien prosedur pre operasi 2. Klien menjelaskan mengenai mampu 3. Edukasi klien mengenai hernia kembali femoral penjelasan operasi yang telah diberikan. dan prosedur pre 3. Memberikan pemahaman mengenai penyakitnya dan prosedur sebelum dapat membantu meningkatkan klien operasi agar pengetahuan meningkatkan derajat kesehatannya. 4. Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan criteria hasil yang diharapkan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan telah dicatat dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi (Aziz, 2017). 1. Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi yang sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapaai (Friedman, 2010). Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan. Data di kumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam ketersediaan atau penggunaan sumber eksternal. Hasil akhir yang di harapkan untuk pasien hernia femoral: a. Nyeri berkurang b. Pengetahuan meningkat c. Mengurangi ansietas d. Tidak terdapat komplikasi. DAFTAR PUSTAKA Dermawan Deden & Rahayuningsih Tutik. 2010. Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Percernaan). Yogyakarta : Gosyen Publishing. Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC. Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Nuha Medika Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction Permadi, B. A. 2014. “Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Post Operasi Herniactomy Et Cause Hils (Hernia Inguinal Lateral Sinistra) Hari ke 1 – 2 Di Ruang Dahlia Rumah Sakit dr. R Goeteng Taorenadibrata Purbalingga”. Fakultas Ilmu Kesehatan. Diploma Keperawatan. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.Jawa Tengah Web Of Caution (WOC) Mengejan Congenital Pengangkatan beban berat Obesitas Tekanan intra abdomen meningkat Kelemahan dinding abdomen Hernia Kantung hernia memasuki kanalis femoralis Pre Operasi Post Operasi Benjolan pada lipat paha Perubahan status kesehatan Efek anastesi Nyeri Akut Gelisah Penurunan peristaltic usus Pasien bingung, dan bertanya-tanya Prosedur operasi Pembedahan Terputusnya jaringan saraf Mual Nafsu makan menurun Konstipasi Resiko infeksi Keluar cairan berlebih Nyeri Akut Kurang terpapar informasi Defisiensi Pengetahuan Ansietas Intake makanan inadekuat Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Kekurangan volume cairan