TUGAS MANDIRI 1 BAHAN PAKAN YANG MEMILIKI KANDUNGAN ANTINUTRISI DISUSUN OLEH : LA ODE OSTAF MUH. NDOASA L1A1 17 155 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2020 BAB I PENDAHULUAN Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak. Oleh karena itu agar dapat disebut sebagai bahan pakan maka harus memenuhim semua persyaratan tersebut, sedang yang dimaksud dengan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya. Komponen pakan yang dimanfaatkan oleh ternak disebut zat gizi. Pakan berfungsi sebagai pembangunan dan pemeliharaan tubuh, sumber energi, produksi, dan pengatur proses-proses dalam tubuh. Kandungan zat gizi yang harus ada dalam pakan adalah protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air. Berdasarkan kandungan zat gizinya bahan pakan dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu : 1. Pakan sumber energi yaitu pakan yang mengandung protein kurang dari 20%, serat kasar kurang dari 18% dan kandungan dinding sel kurang dari 39%. 2. Pakan sumber protein yaitu pakan yang mengandung protein lebih dari 20% 3. Sumber mineral 4. Sumber vitamin 5. Pakan tambahan/Feed aditif Adapun yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan bahan pakan alternatif adalah sebagai berikut : sebagai bahan pakan dan harus mengandung zat gizi yang baik serta mempunyai potensi sebagai sumber salah satu zat gizi utama yaitu sebagai sumber energi, protein, vitamin, atau mineral atau 2 sumber sekaligus misalnya sumber energi dan protein. lu diperhatikan apakah ternak mau mengkonsumsi atau tidak, karena walaupun kandungan zat gizinya tinggi dengan kualitas yang baik, namun apabila ternak tidak menyukai dan tidak mau mengkonsumsi, maka bahan pakan tersebut tidak bisa dijadikan pakan yang bermanfaat bagi ternak. bisa digunakan oleh ternak untuk sintesis jaringan dalam tubuhnya sehingga menghasilkan produk sesuai yang diinginkan. , adanya zat ini perlu diperhatikan karena dengan adanya zat anti nutrisi ini dapat menurunkan konsumsi, daya cerna dan kegunaan pakan, karena zat anti nutrisi ini dapat menghambat metabolisme zat-zat dalam tubuh ternak. ergantung oleh potensi dan kontinuitas produksi pakan suatu daerah. Untuk memperoleh harga pakan yang murah, pemanfaatan potensi lokal merupakan pilihan terbaik sehingga beban biaya pakan tidak ditambah biaya transportasi yang justru dapat meningkatkan 30% dari biaya produksi pakan. pakan sehingga harga pakan menjadi rendah. Penilaian terhadap bahan pakan perlu juga dilakukan untuk mengetahui kualitas dari bahan pakan yang dipilih atau akan digunakan meliputi : 1. Penilaian fisik yaitu : dengan melihat perubahan warna, bentuk, bau dan berat jenis penilaian fisik juga sering dilakukan pada penyimpanan pakan untuk melihat apakah pakan yang disimpan masih baik atau sudah rusak. 2. Penilaian kimia yaitu : menilai komposisi kimia yang terdapat dalam bahan pakan. Metode yang digunakan ada beberapa macam tetapi umumnya yang dinilai adanya zat gizi, non gizi dan anti gizi yang terdapat dalam bahan pakan diantaranya zat gizi : pati, serat kasar, lemak, protein, air, mineral, vitamin dan asam amino. Sedangkan anti gizi/anti nutrisi antara lain : tanin, gosipol, HCN, siklo propenoat, caumarin, antitripsin, mimosin, lignin dan selulose. 3. Penilaian biologis yaitu penilaian bahan pakan untuk melihat kegunaan dan pengaruhnya pada ternak yaitu dengan mengamati respon ternak yang diberi pakan. BAB II PEMBAHASAN SORGUM Sorgum adalah salah satu serealia sumber karbohidrat kelima terpenting di dunia setelah gandum, padi, jagung dan barley baik dalam hal produksi dan luas area tanam. Sorgum dapat tumbuh di lahan kurang subur seperti lahan bercurah hujan rendah dan kering yang tidak cocok ditanami serealia lain tanpa tersedianya irigasi yang cukup. Pemanfaatan biji sorgum putih sebagai bahan dalam pembuatan makanan banyak dilakukan karena dapat menghasilkan tepung sorgum berwarna putih dengan f lavor yang tidak tajam dan warna tepung normal. Kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan sorgum sebagai bahan pangan adalah adanya senyawa antinutrisi, yaitu tanin dan asam fitat yang mengangkat kontroversi negatif dan positif terhadap kesehatan. Sifat antioksidan tanin lebih tinggi daripada vitamin E dan C, demikian juga antioksidan antosianin sorgum lebih stabil. 1. Tanin Tanin merupakan senyawa polifenol yang unik karena dapat memberikan efek positif dan negatif bagi kesehatan. Tanin dapat mempengaruhi warna, flavor, dan kualitas nutrisi dari biji dan produk yang dihasilkan. Di samping itu tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengikat radikal bebas sehingga tubuh dapat terhindar dari kerusakan sel dan mencegah timbulnya berbagai penyakit.Radikal bebas diketahui berkontribusi dalam kerusakan protein, DNA dan lemak pada sel dan jaringan. Tanin pada tanaman juga digunakan sebagai proteksi dari mikroorganisme yang mensekresikan enzim yang dapat membuat dinding sel tanaman lisis, enzim ini akan inaktif ketika tanin yang ada pada tanaman terikat dengan enzim yang disekresikan oleh mikroorganisme patogen tersebut. Senyawa tanin bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka. Diduga bahwa tanin mempunyai mekanisme yang sama dengan fenolik lainnya dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri. Namun tanin juga merupakan antinutrisi karena apat berikatan dengan protein membentuk senyawa kompleks yang tidak larut. Efek yang ditimbulkan tanin yaitu : Tanin dapat mengurangi daya cerna protein dan apabila berikatan dengan enzim yang dihasilkan oleh sistem pencernaan, maka aktivitas enzim juga akan menurun. Hal ini disebabkan karena tidak adanya sumber protein dalam pakan atau substrat yang digunakan, namun sebaliknya protein yang terdapat dalam tiap perlakuan diikat oleh tanin. Tanin dapat menurunkan kemampuan degradasi protein dan deaminasi dalam rumen. Menurunnya kecernaan bahan pakan yang mengandung tanin karena tanin yang masuk ke rumen dapat menyebar secara merata pada semua bagian campuran pakan, sehingga efek anti nutrisinya menghambat kecernaan bahan pakan yang ada. Pembentukan komplek tanin-protein menurunkan kemampuan kecernaan, baik oleh mikroba rumen maupun enzim-enzim pencernaan Tanin diketahui pula dapat mengikat besi organik dan vitamin B sehingga mengurangi besi dan vitamin B yang dapat diserap oleh tubuh dari bahan pangaN. Selain itu, adanya tanin menyebabkan rasa sepat pada sorgum sehingga mengurangi cita rasa sorgum. Cara mengurangi kadar tanin dalam sorgum Spesies fungi yang berasal dari genus Aspergillus sp., Rhizopus sp. dan Penicillium sp.dapat memproduksi enzim tanase dengan aktivitas tertinggi jika dibandingkan dengan mikroba lainnya. Purnama (2004) juga membuktikan bahwa Rhizopus oligosporus yang diisolasi dari kulit buah kakao mampu menurunkan kadar tanin sebesar 79,28%. Anwar et al. (2007) melaporkan bahwa Aspergillus niger mampu menghasilkan enzim tanase pada media padat, namun aktivitas yang dihasilkan masih rendah. Faktor yang menyebabkan rendahnya aktivitas enzim tanase adalah komposisi media yang kurang tepat. Anwar dan Burhanuddin (2012) melaporkan bahwa Rhizopus oligosporus mampu memproduksi enzim tanase dengan aktivitas yang lebih tinggi jika dibandingkandengan Aspergillus niger. L. plantarum dan S. cerevisiae dapat menghidrolisis tanin dengan menghasilkan enzim tanase ekstraseluler yang mampu menghidrolisis ikatan ester pada senyawa tanin menjadi glukosa dan asam galat (Aguillar et al., 2007; Aguillar-Zarate et al., 2014; Belmares et al., 2004; Rodriguez et al., 2008; Vaquero et al., 2004). R. oligosporus mampu menghasilkan enzim tanase dengan aktivitas yang lebih tinggi daripada L. plantarum dan S. cerevisiae (Anwar dan Burhanudin, 2012). 2. Asam Fitat Asam fitat merupakan bentuk penyimpanan fosfor yang terbesar pada tanaman serealia termasuk sorgum. Senyawa tersebut dapat mengikat mineral dalam bentuk ion sehingga ketersediaan mineral menjadi terganggu dan memberi kontribusi terhadap defisiensi mineral terutama zat besi. Pada biji sorgum, asam fitat terdapat dalam sel aleuron dengan kisaran konsentrasi 0,31,0% (Hurell and Reddy 2003). Sebelumnya, Deman (1997) menginformasikan bahwa asam fitat dapat membentuk senyawa komplek yang tidak larut dalam besi dan seng. Menurut Noer (1992), Asam fitat akan mengalami penurunan pada biji yang berkecambah mengikuti umur perkecambahan. Asam fitat yang terdapat dalam biji digunakan sebagai sumber energi untuk proses perkecambahan, sedangkan garam fitat berupa kalsium-magnesium-fitat dapat berfungsi sebagai sumber kation untuk proses perkecambahan. Efek yang ditimbulkan asam fitat yaitu : Seperti halnya tanin, asam fitat merupakan senyawa antioksidan dan antinutrisi. Asam fitat dapat berikatan dengan protein maupun mineral membentuk ikatan yang menyebabkan turunnya kelarutan senyawa yang diikatnya. Hal ini menyebabkan turunnya bioavailabilitas (penyerapan) mineral dan protein di dalam tubuh, sehingga menurunkan kualitas nutrisi bahan pangan. Cara mengurangi kadar asam fitat dalam sorgum Asam fitat relatif tahan terhadap pemanasan sehingga perlakuan pemanasan terhadap bahan pangan tidak efektif bila digunakan untuk menurunka kadar asam fitat. Afify et al. (2012) melaporkan bahwa perendaman, fermentasi dan perkecambahan adalah cara yang efektif dalam mereduksi kadar senyawa fenol dan asam fitat pada bahan pangan. Fermentasi tempe menggunakan Rhizopus oligosporus telah terbukti dapat menurunkan kadar asam fitat dalam kedelai (Kovac dan Raspor, 1997). Garcia-Mantrana et al. (2016) dan Noubariene et al. (2015) mela porkan bahwa L. plantarum dan S.cerevisiae mampu menghasilkan enzim fitase yang dapat menghidrolisis asam fitat menjadi inositol dan fosfat organik pada fermentasi tepung gandum untuk pembuatan adonan roti. Aplikasi fermentasi R. oligosporus, L. plantarum dan S. cerevisiae untuk menurunkan kandungan tanin dan asam fitat pada tepung sorgu belum pernah dilakukan. Pemilihan ketiga mikroba tersebut dalam penelit ian ini dikarenakan ketiga mikroba tersebut relatif aman (bukan mikroba patogen penyebab infeksi dan intoksikasi) serta telah banyak diaplikasikan dalam fermentasi produk pangan. Selain itu ketiganya dapat menghasilkan enzim tanase dan fitase dengan aktivitas tinggi. BAB III KESIMPULAN Kelebihan sorgum sebagai bahan pangan, pakan, dan industri adalah kaya akan komponen pangan fungsional. Beragamnya antioksidan, unsur mineral terutama Fe, serat, oligosakarida, dan 𝛽-glukan termasuk komponen karbohidrat nonstarch polysakarida (NSP) yang terkandung dalam biji sorgum menjadikannya potensial sebagai sumber pangan fungsional. Keunikan sorgum adalah adanya tanin dan asam fitat yang mengangkat kontroversi negatif dan positif terhadap kesehatan. proses fermentasi mampu menurunkan kadar tanin tepung sorgum dan asam fitat. Penurunan kadar tanin dan asam fitat pada tepung sorgum fermentasi terjadi akibat aktivitas enzim tanase dan fitase yang diproduksi ket iga mikroba tersebut. DAFTAR PUSTAKA Setiarto, R. Haryo Bimo dan Nunuk, Widyastuti . 2016. Penurunan Kadar Tanin dan Asam Fitat Pada Tepung Sorgum Melalui Fermentasi. Berita Biologi 15(2) Subekti, Endah. 2009. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia. Mediargo. Vol 5 (2): 6371 Suarni. 2012. Potensi Sorgum sebagai Bahan Pakan Fungsional. Iptek Tanaman Pangan Vol. 7(1)