4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi

advertisement
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L.)
1. Deskripsi dan klasifikasi tanaman
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang termasuk dalam famili
Oxalidaceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah limeng, selemeng,
beliembieng, blimbing buloh, limbi, libi, tukurela dan malibi. Nama asingnya
bilimbi, cucumber tree dan kamias. Adapun, Klasifikasi ilmiah tanaman
belimbing wuluh adalah :
Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio
: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas
: Rosidae
Ordo
: Geraniales
Familia
: Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)
Genus
: Averrhoa
Spesies
: Averrhoa bilimbi L.
Daun majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak
daun bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong, ujung runcing,
pangkal membundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya
hijau, permukaan bawah warnanya lebih muda (Wijayakusuma dan
Dalimartha, 2006).
4
Formulasi Lotion Ekstrak..., Rizqi Fadhilah, Farmasi UMP, 2013
5
2. Kandungan Kimia Daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Daun belimbing wuluh mengandung tanin, sulfur, asam format dan
peroksida (Wijayakusuma dan Dalimarta, 2006). Senyawa peroksida yang
dapat berpengaruh terhadap antipiretik, peroksida merupakan senyawa
pengoksidasi dan kerjanya tergantung pada kemampuan pelepasan oksigen
aktif dan reaksi ini mampu membunuh banyak mikroorganisme. Penelitian
yang dilakukan oleh Lidyawati, dkk (2006) menunjukkan bahwa penapisan
fitokimia menunjukkan bahwa simplisia dari ekstrak metanol daun belimbing
wuluh mengandung flavonoid, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid.
Pada sel daun terdapat cairan vakuola yang terdapat dalam vakuola
terutama terdiri dari air, namun didalamnya dapat terlarut berbagai zat seperti
gula, berbagai garam, protein, alkaloida, zat penyamak atau tanin dan zat
warna. Jumlah tanin dapat berubah-ubah sesuai dengan musim serta pigmen
dalam vakuola adalah flavonoid (Hidayat, 1995).
3. Manfaat Daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Secara tradisional tanaman ini banyak dimanfaatkan mengatasi berbagai
penyakit seperti batuk, diabetes, rematik, gondongan, sariawan, sakit gigi,
gusi berdarah, jerawat sampai tekanan darah tinggi, selain itu juga bisa
menyembuhkan kelumpuhan, memperbaiki fungsi pencernaan, radang rektum
(Arland, 2006).
Daun belimbing wuluh digunakan masyarakat Aceh sebagai penyedap
rasa yang disebut asam sunti, selain itu mereka juga menggunakan air
belimbing wuluh yang diperoleh dari proses pembuatan asam sunti itu untuk
bahan alternatif mengawetkan ikan dan daging.
4. Aktivitas farmakologi Daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Arifiyani (2007) menyatakan bahwa air daun belimbing wuluh dapat
mengobati
penyakit
stroke
karena
ekstrak
daun
belimbing wuluh
mengandung senyawa tanin, selain itu daun belimbing wuluh dapat
Formulasi Lotion Ekstrak..., Rizqi Fadhilah, Farmasi UMP, 2013
6
dimanfaatkan sebagai obat sakit perut, rematik, perotitis dan obat batuk. Daun
belimbing wuluh berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri dan
pembunuh kuman serta dapat menurunkan kadar gula darah (Arland, 2006).
Daun belimbing wuluh dapat melancarkan pengeluaran empedu, anti radang,
pereda nyeri (analgesik), astringen (Dalimarta, 2008).
B. Tanin
1. Deskripsi tanin
Tanin merupakan suatu nama deskriptif umum untuk satu grup
substansi fenolik polimer yang mampu menyamak kulit atau mempresipitasi
gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal sebagai astringensia. Tanin
ditemukan hampir di setiap bagian dari tanaman; kulit kayu, daun, buah, dan
akar (Hagerman, 1998). Tanin dibentuk dengan kondensasi turunan flavan
yang ditransportasikan ke jaringan kayu dari tanaman, tanin juga dibentuk
dengan polimerisasi unit quinon. Secara menyeluruh senyawa tanin menurun
selama proses pematangan dan pendewasaan. Senyawa tanin selalu
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan tanaman atau buah.
Secara umum tanin mencapai kandungan tertinggi pada waktu masih muda
dan menurun setelah tua (Winarno dan Aman, 1981).
2. Penggolongan tanin
a. Tanin terhidrolisis
Tanin terhidrolisis adalah tanin yang mengandung ikatan ester yang
mudah terhidrolisis menjadi asam fenolat dan glukosa seperti galotanin
terhidrolisis menjadi ester asam galat dan glukosa, elagitanin terhidrolisis
menjadi
ester
asam
heksahidroksidifenat
dan
glukosa.
Tanin
terhidrolisikan jika didihkan dalam asam klorida encer. Tanin terhidrolisis
berupa amorf, higroskopis, berwarna coklat kuning yang larut dalam air
(terutama air panas) membentuk larutan koloid, tanin mudah diperoleh
Formulasi Lotion Ekstrak..., Rizqi Fadhilah, Farmasi UMP, 2013
7
dalam bentuk kristal. Tanin terhidrolisis larut dalam pelarut organik yang
polar, tetapi tidak larut dalam pelarut organik nonpolar (Robinson, 1995).
b. Tanin terkondensasi
Tanin terkondensasi disebut juga golongan proantosianidin. Tanin
terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk
dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galokatekin) yang
membentuk senyawa dimer dan oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbonkarbon menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya
melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2-20 satuan
flavon. Nama lain dari tanin terkondensasi adalah proantosianidin karena
bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon
penghubung satuan terputus dan dibebaskan monomer antosianidin.
Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan
dengan asam akan menghasilkan sianidin (Harborne, 1987).
3. Identifikasi tanin
a. Identifikasi dengan Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan untuk mengidentifikasi
jenis senyawa tanin. Kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti
tanin dapat ditentukan dengan menambahkan pereaksi geser ke dalam
larutan cuplikan dan mengalami pergeseran puncak serapan yang terjadi.
Metode ini secara tidak langsung juga berguna untuk menentukan
kedudukan gula atau metal yang terikat pada salah satu gugus hidroksil
fenol. Pereaksi geser yang biasa digunakan adalah NaOMe/NaOH,
NaOAc, NaOAc/H3BO3, AlCl3 dan AlCl3/HCl (Markham, 1988).
b. Identifikasi dengan Spektrofometer FTIR
Kegunaan yang paling penting dari spektroskopi inframerah adalah
untuk identifikasi senyawa organik, karena spektrumnya sangat kompleks dan
terdiri dari banyak puncak-puncak. Spektrum inframerah mempunyai sifat
Formulasi Lotion Ekstrak..., Rizqi Fadhilah, Farmasi UMP, 2013
8
fisik dan karakteristik yang khas, artinya senyawa yang berbeda akan
mempunyai spektrum yang berbeda dan kemungkinan dua senyawa
mempunyai spektrum sama adalah sangat kecil (Hayati, 2007).
c. Identifikasi dengan KLT
Yuliani (2003) memisahkan senyawa tanin dari 3 daun jambu biji
yang berbeda dengan eluen toluen : etil asetat (3:1) dengan pendeteksi besi
sulfat menghasilkan harga Rf untuk ekstrak I mempunyai 9 bercak dengan
Rf mulai dari 0,23-0,94, ekstrak II mempunyai 9 bercak dengan Rf mulai
dari 0,13-0,94, ekstrak III memberikan 5 bercak dengan Rf mulai dari
0,16-0,59.
Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk tujuan kualitatif dan
preparatif, KLT kualitatif digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa
organik dalam jumlah kecil (misal menentukan jumlah kumpulan dalam
campuran), menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT
preparatif atau kromatografi kolom, dan juga untuk mengidentifikasi
komponen penyusun campuran melalui perbandingan dengan senyawa
yang diketahui strukturnya. Sedangkan KLT preparatifnya digunakan
untuk memisahkan campuran senyawa dari sampel dalam jumlah yang
besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya fraksi-fraksi tersebut
dikumpulkan dan digunakan untuk analisis berikutnya (Townshend, 1995).
C. Lotion
Lotion adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai
obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan
bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air dengan
surfaktan yang cocok. Pada penyimpanan dan zat pewangi yang cocok (Depkes
RI, 1979).
Formulasi Lotion Ekstrak..., Rizqi Fadhilah, Farmasi UMP, 2013
9
Lotion dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau
untuk obat karena sifat bahan-bahanya. Kecairanya memungkinkan pemakaian
yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas. Lotion dimaksudkan
segera kering pada kulit setelah pemakain dan meninggalkan lapisan tipis dari
komponen obat pada permukaan kulit (Ansel, 1989).
Uji sifat fisik yang dapat dilakukan untuk lotion adalah uji pH, daya sebar,
dan viskositas. Menurut Anief (1995) pH kulit mendekati pH netral yaitu
berkisar antara 4,5-6,5, kesesuain nilai pH sediaan topikal dengan pH kulit
mempengaruhi penerimaan kulit terhadap sediaan. Sediaan topikal yang ideal
adalah tidak mengiritasi kulit (Anief, 1995). Untuk uji daya sebar, lotion yang
baik harus mempunyai daya sebar yang cukup sehingga memudahkan
aplikasinya pada kulit (Ameliana, et al., 2011). Dan untuk uji viskositas, makin
tinggi viskositasnya maka semakin tinggi pula tahanannya (Voight, 1995).
D. Bakteri Staphylococcus aureus
Nama Staphylococcus aureus berasal dari kata ”Staphele” yang berarti
kumpulan dari anggur dan kata ”Aureus” dalam bahasa latin yang berarti emas.
Nama tersebut berdasarkan bentuk dari sel-sel bakteri yang berwarna keemasan.
Bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat (cocus)
dengan ukuran diameter sekitar 1 μm dan tersusun dalam kelompok yang tidak
beraturan, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Sel-selnya terdapat dalam
kelompok seperti buah anggur, akan tetapi pada biakkan cair mungkin terdapat
secara terpisah (tunggal), berpasangan berbentuk tetrad (jumlahnya 4 sel) dan
berbentuk rantai dan koloninya berwarna abu-abu sampai kuning emas tua
(Jawetz, 1996).
Staphylococcus aureus menginfeksi manusia terutama pada membran
mukosa daerah nasal, saluran pernafasan bagian atas dan saluran pencernaan.
Sifat khas infeksi Staphylococcus aureus yang bersifat patogen adalah
Formulasi Lotion Ekstrak..., Rizqi Fadhilah, Farmasi UMP, 2013
10
penahanan lokal. Infeksi ini antara lain, meningitis, endokarditis, perikarditis dan
bisul. Infeksi yang disertai penanahan akan sembuh dengan cepat bila nanah
dikeluarkan. Infeksi Staphylococcus aureus juga dapat disebabkan oleh
kontaminasi langsung pada luka, misalnya pada infeksi luka pasca bedah atau
infeksi setelah trauma (Jawetz, 1996).
E. Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aureginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di
lingkungan yang lembab di rumah sakit. Ciri khas Pseudomons aeruginosa
bergerak dan berbentuk batang, berukuran 0,6 x 2 µm. Bakteri ini gram negatif
dan terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan kadang-kadang
membentuk rantai yang pendek. Tumbuh baik pada suhu 37°C-42°C.
Pertumbuhan pada suhu 42° C membedakan spesies ini dari jenis lain. Bakteri
ini adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis
pembenihan biakan, kadang-kadang menghasilkan bau yang manis menyerupai
anggur membentuk koloni halus bulat dengan warna berfluoresensi kehijauan.
Semua spesies Pseudomonas dapat tumbuh baik dalam sampel nutrient agar dan
dalam kebanyakan media selektif seperti Eosin Methylen Blue (EMB) dan Mc
Conkey Agar (Jawetz, 1996).
Bakteri Pseudomonas aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka
bakar, menimbulkan nanah hijau kebiruan, meningitis, bila masuk bersama
funksi lumbal, dan infeksi saluran kemih, bila masuk bersama kateter dan
instrumen lain atau dalam larutan untuk irigasi. Keterlibatan saluran nafas
karena larutan irigasi. Penyerangan pada saluran nafas, khususnya respirator
yang tercemar, mengakibatkan Pneumonia netrotika, menyebabkan infeksi pada
mata, yang mengakibatkan kerusakan mata secara cepat, biasanya terjadi setelah
luka atau operasi mata. Jawetz, et al., (2001) Anasrullah (2002) menyatakan
bahwa bakteri Pseudomonas aureginosa merupakan mikroorganisme etiologi
Formulasi Lotion Ekstrak..., Rizqi Fadhilah, Farmasi UMP, 2013
11
infeksi luka bakar di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang selama periode 19982001.
F. Antibakteri dan Penentuan Aktivitas Antibakteri
Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk
kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme
kerjanya, yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel,
antibakteri yang mengakibatkan perubahan permeabilitas membrane sel atau
menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel, antibakteri yang
menghambat sintesis protein, dan antibakteri yang menghambat sintesis asam
nukleat sel. Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas
bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen) dan
aktivitas bakterisidal (dapat membunuh patogen dalam kisaran luas) (Brook, et
al., 2005).
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode
pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur
diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon
penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam
ekstrak. Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan/sensitivitas yaitu 105-108
CFU/mL (Hermawan, et al., 2007).
Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan.
Metode difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder, metode
lubang/sumuran dan metode cakram kertas. Metode lubang/sumuran yaitu
membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah
dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian lubang
diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah dilakukan inkubasi,
pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan
disekeliling lubang (Kusmayati dan Agustini, 2007).
Formulasi Lotion Ekstrak..., Rizqi Fadhilah, Farmasi UMP, 2013
12
Prinsip metode pengenceran adalah senyawa antibakteri diencerkan hingga
diperoleh beberapa macam konsentrasi, kemudian masing-masing konsentrasi
ditambahkan suspensi bakteri uji dalam media cair. Perlakuan tersebut akan
diinkubasi dan diamati ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri, yang ditandai
dengan terjadinya kekeruhan. Larutan uji senyawa antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan bakteri uji, ditetapkan
sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration
(MIC). Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur
ulang pada media cair tanpa penambahan bakteri uji
ataupun senyawa
antibakteri, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat
jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai Kadar Bunuh Minimal (KBM) atau
Minimal Bactericidal Concentration (MBC) (Pratiwi, 2008).
Formulasi Lotion Ekstrak..., Rizqi Fadhilah, Farmasi UMP, 2013
Download