Uploaded by User102789

FIX LP dan LK dengan diagnosa BBLR 1

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN PONEK
PADA “By.Ny. S” DENGAN BBLR
DI RUANG NEONATUS RSUD Dr. R KOESMA TUBAN
PERIODE TANGGAL 04 – 09 MEI 2020
OLEH :
ROSIDA PRAVITA SARI
NIM : P27820518004
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo No. 02 Tuban
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktik Klinik Keperawatan Ponek dengan judul “Asuhan Keperawatan Ponek
pada klien “...” dengan Diagnosa BBLR ” di Ruang Neonatus RSUD Dr. R KOESMA
TUBAN. Periode Tanggal 04-09 Mei 2020.
Kepala Ruangan
Clinical Instructure
Dosen Pembimbing
Wahyuningsih TN, S.Kep,Ns,M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bayi dengan BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi
terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu BBLR dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutknya, sehingga membutuhkan
biaya perawatan yang tinggi.
BBLR adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi kronis akan
mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan
balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan
kecerdasan. (Prawiroharjo,2014)
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah Angka
Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian di Indonesia tercatat 510/1000 kelahiran hidup pada
tahun 2013 penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahiran BBLR. Sementara itu
prevelensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-4% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi.
(DepKes RI. 2005)
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di
bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di
seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang
berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun
2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan
sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing provinsi. (Kemenkes RI,2015).
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Menurut Hasan Ruseno (1995). Berdasarkan hasil kongres Kedokteran Perinatalogi
Eropa II yang disebut Bayi Berat Lahir Rendah adalah bayi yang beratnya kurang/ sama
dengan 2500gr saat dilahirkan dianggap sebagai masa genetasi yang diperpendek maupun
pertumbuhan intra uterus kurang dari yang diharapkan atau keduanya.
BBLR merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari
2500gr – 2499gr. (Hidayat,2005)
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2500gr tanpa memperhatikan usia gestasi. (Wong,2009)
Sedangkan menurut Amru sofian (2012). BBLR adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500gr pada waktu lahir dalam hal ini dibedakan menjadi 6 :
1. Prematuritas murni
Yaitu bayi kehamilan <37 minggu dengan berat badan sesuai
2. Small for date (SFD) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang berat
badannya kurang dari seharusnya umur kehamilan.
3. Retardasi pertumbuhan janin intrauterine (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.
4. Light for date sama dengan small for date
5. Dismaturitas
Suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan janin dengan
lanjutnya kehamilan atau bayi-bayi yang lahir dengan BB tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan. Atau bayi dengan gejala intrauterine malnutrition or wasting.
6. Large for date
Adalah bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tua kehamilan, missal pada
diabetes militus
2.2 ETIOLOGI
Menurut Mitayani (2011) terjadinya lahir prematur / BBLR pada bayi disebabkan oleh
berbagai macam faktor sesuai masa gestasinya diantaranya :
1.
2.
3.
Komplikasi obstetrik
- Multipel gestation
- Incompetence
- Pro ( premature rupture of membran ) dan kirionitis
- Pregnancy induce hypertention ( PIH )
- Plasenta previa
- Ada riwayat kelahiran prematur
Komplikasi medis
- Diabetes maternal
- Hipertensi kronis
Faktor ibu
-
Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan
kardiovaskular.
- Usia ibu : angka kejadian prematurnitas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20
tahun dan multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
- Keadaan sosial ekonomi : keadaan ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya
prematuritas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang
kurang.
- Kondisi ibu saat hamil: peningkatan berat bdan yang tidak adekuat dan ibu yang
perokok.
Sedangkan menurut Proverawati dan Ismawati (2010) ada 4 faktor penyebab dari BBLR :
1. Faktor ibu
a) Penyakit
1. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, penyakit jantung.
3. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b) Ibu
1. Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
2. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c) Keadaan sosial ekonomi
1. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
2. Aktivitas fisik yang berlebihan.
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.
2.3 KLASIFIKASI BBLR
Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2011) :
1. Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai
dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan.
2. Baby Small for Gestational Age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari tiga jenis.
a) Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama.
b) Asimetris (intrauterus growth retardation)
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.
c) Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi, dan
si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta merupakan bayi kecil
untuk masa kehamilan.
2.4 PATOFISIOLOGI
Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat
besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan
anemia. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari,
dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari
Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan
menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum
berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan
lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm. Kurangnya
kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan
garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan
bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam
pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar
kehamilan 34 minggu. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan
kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan
secara oral.
Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan
berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi.
Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Mitayani (2011) Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan Bayi Berat
Lahir Rendah yaitu :
a) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada
kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c) Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d) Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e) Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora.
f) Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mendapatkan serangan apnea.
g) Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.
Menurut Rustam (1998), Tanda dan Gejala klinik di bagi dua, yaitu :
1. Sebelum lahir : Pada anamnesa sering di jumpai adanya riwayat abortus dan lahir
mati, pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, pergerakan janin
yang pertama terjadi lebih lambat,pertambahan berat badan ibu sangat lambat tidak
menurut seharusnya,sering di jumpai kehamilan dengan oligohidramnion,
hiperemesis gravidarum dan perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
:
 Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin
 Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah
tengkorak kepala keras,gerakan bayi terbatas, verniks caseosa sedikit atau
tidak ada, kulit tipis, berlipat-lipat, mudah diangkat.
 Bayi prematur
 Vernik caseosa ada,jaringan lemak bawah kulit sedikit,menangis lemah,tonus
otot hipotoni,kulit tipis, kulit merah dan transparan.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2011) :
1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht (normal: 33 -38% )
mungkin dibutuhkan.
2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
3. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila ada.
Rentang nilai normal:
a) pH : 7,35-7,45
b) TCO2 : 23-27 mmol/L
c) PCO2 : 35-45 mmHg
d) PO2 : 80-100 mmHg
e) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
4. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
5. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
a) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
b) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
6. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
7. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):
Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.
8. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.
2.7 PENATALAKSANAAN
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah
sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan
suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan
antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang
dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan
secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000
gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan
bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat
dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
Suhu inkubator (°C) menurut umur
Berat bayi
35°C
34°C
33°C
32°C
1-10 hari
11 hari - 3
minggu
3-5 Minggu
>5 minggu
1500 – 2000 gr
1-10 hari
11 hari-4 minggu
>4minggu
2100-2500 gr
1-2 hari
3 hari-3 minggu
>3minggu
1-2 hari
>2 hari
< 1500 gr
> 2500 gr
Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 1°C setiap
perbedaan suhu 7°C antara suhu ruang dan inkubator
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang
akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan
kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum
dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris
dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah.
Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan
dengan bayi preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
UMUR/ HARI
1
2
3
4
5
6
7
14
21
28
JUMLAH ml/kg BB
50-65
100
125
150
160
175
200
225
175
150
2.8 KOMPLIKASI
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut
Mitayani (2011) yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara
residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang
berikutnya
4. Asfiksia neonetorum
5. Hiperbilirubinemia
6. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan
karena gangguan pertumbuhan hati.
2.9 PENGKAJIAN TERFOKUS
1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160 dpm).
Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus paten (PDA).
2.
Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3.
Neuroensori
4.
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam
hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar
atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi
dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks
Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada
gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat
didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia
gestasi antara minggu 24 dan 37.
Pernafasan
5.
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping
hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada.
Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).
Keamanan
6.
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin memar,
mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna
mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi
secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki
mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris
menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada
skrotum.
(IDAI, 2004)
2.10
PATHWAY
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR)
IMATURITAS JARINGAN ORGAN
IMATURITAS
SISTEM IMUN
PERTAHANAN
TUBUH
TERHADAP
ANTIGEN
MENURUN
RESIKO
TINGGI
INFEKSI
LEMAK
KULIT
BERKURANG
KEMAMPUAN
METABOLISME
LUAR BADAN
RELATIF
BESAR
PENGULUPAN
BERTAMBAH
KEHILANGAN
PANAS
IMATURITAS
SALURAN
CERNA
IMATURITAS
HEPAR
PREMATURITAS
USUS
PEMECAHAN
BILIRUBIN
BERLEBIH
REFLEK
MENELAN
BELUM
SEMPURNA
RESIKO
BILIRUBIN
SUHU TUBUH
MENURUN
PENDARAHAN
OTAK
REGUSIRASI
MAKANAN
RESIKO
HIPOTERMI
OTOT
PENCERNAAN
IMATUIRE
PENEMPUKAN
BILIRUBIN
INTAKE
NUTRISI
BERKURANG
RESIKO
CIDERA
KEJANG
RESIKO JALAN
NAFAS
DAFTAR PUSTAKA
Prawiroharjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prwiroharjo.
Depkes RI. 2008. Manajemen Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Untuk Bidan Desa:
Buku Panduan. Direktorak Bina Kesehatan Masyarakat.
Kemenkes RI.,2015. Profil Kesehatan Indonesia, Pusdatin Kementrian Kesehatan RI:
Jakarta
Ruseno Hasan. 1995. Ilmu Kesehatan Anak III Intromedika. Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Wong, D, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol. 01. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Operatif Obstetri Sosial, Edisi 3
Jilid 1&2. Jakarta: EGC.
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Moore, MC. 1997. Pedoman Terapi dan Nutrisi. Jakarta: Hipotekrates.
Setiadi. 2012. Konsep&Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PONEK
PADA KLIEN DIAGNOSA BBLR
Nama Mahasiswa
:
Tanggal Pengkajian :
Ruang Rawat/ Kelas :
3.1
Biodata
1. Bayi
Meliputi nama bayi, anak ke, umur, jenis kelamin, lahir normal/tindakan, tanggal dan
jam lahir.
2. Orang Tua
Meliputi nama ayah dan ibu, umur,agama,pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan
alamat
3.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan yang terjadi pada klien
2. Riwayat Antenatal
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,merokok,
ketergantungan obat-obatan/ penyakit seperti DM, kardiovaskuler dan paru
b) Obat yang pernah di konsumsi selama hamil. Obat-obatan tertentu dapat
menyebabkan kerusakan pada fungsi hepar.
c) ANC Selama Hamil
Selama kehamilan kadar bilirubin serum biasanya normal
d) Imunisasi TT
Diberikan 2x selama kehamilan
e) Kehamilan/ masalah selama kehamilan
Nutrisi yang tidak terpenuhi pada ibu hamil menyebabkan BBLR
3. Riwayat Natal
a) Umur kehamilan
: mempengaruhi bayi lahir
b) Lama kehamilan
: tidak mempengaruhi pada bayi BBLR
c) Cara lahiran
: pada SC lebih efisiensi untuk melahirkan bayi yang post
date
d) Obat-obat selama kehamilan
4. Status Neonatus
a) BB/ panjang lahir, Pretem/ BBLR ≤ 2500gr.untuk aterm 2500gr. Lingkar kepala
kurang/normal.
b) Apgar Score
c) Pernafasan spontan pada BBLR bernafas secara teratur
d) Tangisan pertama, lemah
5. Post Natal
a) Masalah ibu selama nifas
b) Faktor yang pernah diderita
c) Umur saat lahir
d) Imunisasi yang pernah didapat
6. Penyakit Tumbuh Kembang
a) Pertumbuhan pada bayi BBLR akan lebih cepat tumbuh jika adanya BB yang
stabil
b) Perkembangan, tidak ada masalah
7. Riwayat Gizi
a) ASI/PASI
b) Vitamin harus diberikan selama kehamilan
c) Nafsu makan biasanya berkurang
8. Riwayat Keluarga
- Keluarga yang mempunyai penyakit keturunan
3.3 Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Keadaan Umum pasien
Meliputi kesadaran, GCS, BB, TB, ekspresi wajah, mood
2.
Tanda-tanda vital
Meliputi suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah (lengan kanan/ lengan kiri)
3.
Sistem Pernafasan
Meliputi hidung, adanya pernapasan cupping hidung, kesimetrisan hidung, adanya
secret atau polip, adanya pembesaran kelanjar tumor, trakeostomi pada leher, bentuk
dada, gerakan dada, suara napas tambahan.
4.
Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva mata, bibir,suara jantung, capillary relliting time, edema
5.
Sistem Pencernaan
Bibir, mulut, abdomen, anus, kemampuan BAB
6.
Sistem Indra
Keadaan mata, fungsi pembauan hidung, keadaan dan fisiologi telinga
7.
Sistem Saraf
Kesadaran : composmentis, apatis, delirium, samnolen, stupor, koma.
GCS: E:4 V: 5 M:6 total 15 (composmentis)
8.
Sistem Muskulusskeletal
Keadaan kepala, tulang belakang, ekstermitas atas, dan ekstermitas bawah, ada
masalah atau tidak, kemampuan pergerakan.
9.
Sistem Integumen
Keadaan dan distribusi pada rambut, warna, turgor kulit, kedaan, warna pada kuku.
10.
Sistem Reproduksi
Laki-laki : testis sudah turun
Wanita : labia minora tertutup labia mayora
11.
Sistem Perkemihan
Produksi urin, warna, kemampuan berkemih.
12.
Sistem Imun
Alergi, imunisasi
13.
Ekstermitas
Gerakan lemah, akral dingin,perhatikan apakah ada patah tulang/kelumpuhan syaraf
14.
Reflek
Pada neonatus preterm post ketika post asfiksia berat refleks sedang lemah.
15.
Umbilicius
Biasanya tali pusat layu, ada perdarahan/tidak.
 Pemeriksaan Diagnostik
Tes Diagnostik
-
Laboratorium
-
Foto rontgen
-
CT-Scan
-
MRI, USG, EEG, EKG
-
Jumlah sel darah putih
-
Hematokrit
-
Hemoglobin
-
Bilirubin
-
Destrosik
-
Pemantauan elektrolit
-
Pemeriksaan analisa gas darah, dll
 Terapi saat pengkajian dilakukan : infus, obat-obatan, d.l.l, serta pemberian dan dosis
yang diberikan.
3.4
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
menerima nutrisi, imaturitas peristaltik gastrointestinal
2. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b/d kegagalan mempertahankan suhu tubuh,
penurunan jaringan lemak subkutan.
3. Resiko infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat
4. Pola nafas tidak efektif b/d mortaritas neurologis
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi banyaknya sekret
3.5
Intervensi Keperawatan
Dx 1
: Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi banyaknya sekret
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam di harapkan
jalan nafas klien efektif
Kriteria Hasil :
- Menunjukan jalan nafas yang paten
- Tidak ada sianosis dan dyspneu
- Mampu bernafas mudah
Intervensi :
1. Observasi jalan nafas
R/untuk mengetahui apakah ada sumbatan jalan nafas
2. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
R/memberi posisi nyaman untuk klien
3. Keluarkan sekret dengan suction
R/untuk mengeluarkan sekret disaluran pernafasan supaya jalan nafas kembali mudah
4. Auskultasi suara nafas catat adanya suara tambahan
R/mengetahui adakah suara tambahan pada klien
5. Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
R/untuk membantu mengeluarkan sekret
Dx 2
: Pola nafas tidak efektif b/d mortaritas neurologis
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam di harapkan
pola nafas klien efektif
Kriteria Hasil:
- Pernafasan klien 40-60x/mnt
- Pengembangan dada simetris
- Irama pernafasan teratur
- Membran mukosa merah muda
Intervensi :
1. Bina hubunngan saling percaya kepada klien dan keluarga
R/ agar memudahkan proses keperawatan
2. Auskultasi suara nafas
R/ untuk mendengarkan apakah ada suara tambahan
3. Observasi adanya sianosis
R/ untuk mengetahui apakah bayi kekurangan oksigen
4. Benarkan jalan nafas dengan klien leher ekstensi jika memungkinkan
R/ untuk membebaskan jalan nafas klien
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian O2 dan obat-obatan
R/ untuk mempercepat proses penyembuhan
3.6
3.7
Implementasi
Implementasi Adalah Pengelolaan Dan Pewujudan Dari Renacana Keperawatan
Yang Telah Disusun Pada Tahap Perencanaan (Setiadi,2012)
Evaluasi
Merupakan Langkah Proses Keperawatan Yang Memungkinkan Perawat Untuk
Menentukan Apakah Intervensi Kep. Telah Berhasil Meningkatkan Kondisi Klien.
(Potter Dan Perry,2009)
KASUS BBLR
ibu “S” usia 17 tahun melahirkan anak ke 3 pada tanggal 21 april 2020 pada usia kehamilan 34 minggu.
Hasil pemeriksaan antropometri ditemukan berat badan 1800 gram, panjang badan 42 cm, lingkar kepala
32 cm, lingkar dada 37 cm, lila 8 cm. Bayi kurang aktif, refleks menelan cukup baik, namun refleks
menghisap masih kurang baik, bayi menyusu sebanyak 50 cc/hari. Bayi tidak muntah, buang air kecil
(BAK) sebanyak 5 kali dan buang air besar (BAB) sebanyak 2 kali. Hasil pemeriksaan : denyut jantung
136 x/menit, pernafasan 43x /menit, suhu 36,9 C. Riwayat pekerjaan ibu sebagai pegawai diskotik ,
kebiasaan merokok, memiliki riwayat BBLR pada anak pertama dan meninggal, melakukan ANC 2 kali
selama kehamilan anak ke tiga.
BAB IV
LAPORAN KASUS
PADA By.Ny.“S” DENGAN MASALAH BBLR
DI RUANG NEONATUS RSUD dr. R. KOESMA TUBAN
Nama Mahasiswa
: Rosida Pravita Sari
Tanggal Pengkajian : 05 Mei 2020
Ruang Rawat/ Kelas : Ruang NEONATUS
4.1 Pengkajian
Biodata
Nama
: By.Ny. S
Umur
:0
Tempat Tanggal Lahir
: 21 April 2020
Jenis Kelamin
: Perempuan
Nama Ayah
: Tn. D
Umur
: 25 thn
Nama Ibu
: Ny. S
Umur
: 17 thn
Pekerjaan Ayah/Ibu
: Karyawan swasta / Pegawai diskotik
Pendidikan Ayah/Ibu
: SMA / SMP
Agama
: Islam
Alamat
: Ds. Jarorejo Kec. Kerek Kab. Tuban
4.2 Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan Utama
Ibu bayi mengeluh bayinya saat lahir memiliki berat badan rendah yaitu 1.800 gram
2.
3.
4.
Riwayat Antenatal
a) Ibu mengatakan selama hamil ibu merokok
b) Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah mengkonsusmsi obat-obatan yang membuat
rusak janin
c) ANC Selama Hamil
Ibu mengatakan bahwa melakukan ANC 2 kali selama kehamilan anak ketiga
d) Imunisasi TT
Ibu mengatakan imunisasi TT lengkap
e) Kehamilan/ masalah selama kehamilan
Ibu mengatakan selama hamil ibu kerja dan tidak memperhatikan asupan nutrisi
untuk janinnya.
Riwayat Natal
a) Umur kehamilan
: 34 minggu
b) Lama kehamilan
: ibu mengatakan sudah hamil yang ketiga kalinya
c) Cara lahiran
: normal
d) Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah mengkonsusmsi obat-obatan
Status Neonatus
5.
6.
7.
8.
a) panjang lahir 42cm , Pretem/ BBLR 1800gr. Lingkar kepala kurang.
b) Apgar Score 7
c) Pernafasan spontan
d) Tangisan pertama lemah
Post Natal
a) Ibu mengatakan tidak mengalami masalah selama nifas
b) Ibu mengatakan umur saat melahirkan anak ketiga yaitu 34 minggu
c) Ibu mengatakan hanya melakukan imunisasi TT
Penyakit Tumbuh Kembang
a) Ibu mengatakan bahwa bayi nya kurang aktif
b) Ibu mengatakan bahwa perkembangan anaknya ada masalah
Riwayat Gizi
a) Ibu mengatakan bahwa anaknya menyusu sebanyak 50 cc/hari
b) Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi vitamin saat hamil
c) Ibu mengatakan bahwa nafsu makanya berkurang
Riwayat Keluarga
a. Genogram
17
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-Laki
: Pasien
: Tinggal Serumah
b. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan tidak ada penyakit saat hamil
25
4.3 Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1.
Keadaan Umum pasien
-
2.
Bayi kurang aktif, nangis melemah
Tanda-tanda vital
-
Denyut Jantung : 136x/menit
-
RR : 43x/ menit
-
Suhu : 36,9 C
3.
4.
Antropometri
-
BB : 1800gr
-
PB : 42 cm
-
Lingkar Kepala : 32 cm
-
LD : 37 cm
-
LILA : 8 cm
Sistem Pernafasan
-
5.
Sistem Kardiovaskuler
-
6.
9.
Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat dan daun telinga sudah lengkap
Sistem Saraf
-
Composmentis. GCS : 7
-
Reflek Moro terlihat bila bayi dikagetkan
-
Reflek menggenggam bayi dapat menggenggam
Sistem Muskulusskeletal
-
10.
Bibir pucat dan kering kemampuan BAB 2 kali
Sistem Indra
-
8.
Tidak ada pembesaran hati
Sistem Pencernaan
-
7.
Lubang hidung simetris,tidak terdapat pernapasan cuping hidung
Bentuk wajah simetris,tidak ada bibir sumbing,
Sistem Integumen
-
Warna kulit kemerahan,tidak ada sianosis,kulit kering,tidak ada tanda lahir,turgor
kulit elastis, tidak ada edema dan lanugo terdistribusi secara luas
tubuh,lemak subkutan tipis,kulit terlihat pecah pecah
11.
Sistem Reproduksi
-
12.
Sistem Perkemihan
-
13.
kemampuan berkemih 5 kali sehari
Sistem Imun
-
14.
Labia mayora belum menutupi labia minora
Tidak memiliki alergi
Ekstermitas
di seluruh
15.
Gerakan lemah, akral dingin
Reflek
-
16.
Reflek menelan baik, namun reflek menghisap kurang baik.
Umbilicius
-
Terlihat kering tidak ada kemerahan,terbungkus kasa dan terpasang klem.
 Pemeriksaan Penunjang
Tes Diagnostik
laboratorium, analisa gas darah
 Terapi
-
Termoregulasi inkubator suhu 33°C
4.4 Analisa Data
DATA
Ds :
-
Ibu mengatakan bahwa bayi
nya kurang aktif
- Ibu mengatakan bayi
menyusu sebanyak 50 cc/
hari
Do :
Bayi kurang aktif
Reflek menghisap kurang
baik
- Tali pusat terlihat kering
tidak
ada
kemerahan,terbungkus kasa
dan terpasang klem
- Usia kehamilan 34 minggu
- TTV :
- Denyut
Jantung
:
136x/menit
- RR : 43x/ menit
- Suhu : 36,9 C
Ds :
ETIOLOGI
MASALAH
Pertahanan imunologis yang
Resiko infeksi
kurang
-
-
Ibu mengatakan bayi
menyusu sebanyak 50 cc/
hari
Do :
-
BB 1800gr
-
Reflek hisap kurang baik
-
Bibir pucat dan kering
-
Bayi tidak muntah
Ds :Do :
Ketidakmampuan
Defisit Nutrisi
mengabsorbsi nutrien
(Prematuritas)
Kurangnya lapisan lemak
subkutan
Resiko hipotermi
-
Akral dingin
-
Lemak subkutan tipis
-
Kulit terlihat pecah pecah
4.5 Diagnosa Keperawatan
1.
Resiko infeksi b/d Pertahanan imunologis yang kurang
2.
Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (Prematuritas)
3.
Resiko hipotermi b/d Kurangnya lapisan lemak subkutan
4.6 Intervensi

Dx 1: Resiko infeksi b/d Pertahanan imunologis yang kurang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah resiko
infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
-
Bayi aktif bergerak
-
Bayi Dapat menyusu dan menangis kuat
INTERVENSI :
1.
Kaji dan observasi tanda-tanda infeksi
R/ Mendeteksi secara dini adanya infeksi
2.
Lakukan tehnik bersih dan aseptic ketika melakukan tindakan
R/ Mencegah timbulnya infeksi
3.
Pakai baju khusus ketika masuk kamar bayi bila memungkinkan
R/ Mencegah infeksi dari pakaian perawat
4.
Lakukan perawatan tali pusat dan jaga agar tetap kering dan bersih.
R/ Mencegah infeksi tali pusat
5.
Jaga kebersihan badan dan lingkungan bayi
R/ Mengurangi media untuk pertumbuhan bakteri dan jamur
6.
Hindarkan kontak bayi sehat dengan bayi yang sakit.
R/ Mencegah penularan infeksi silang dengan bayi lain
7.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
R/ Mencegah dan mengobati bila ada infeksi

Dx 2 : Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (Prematuritas)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam kebutuhan nutrisi dapat
terpenuhi
Kriteria Hasil :
-
Adanya peningkatan BB
-
Bibir lembab
INTERVENSI :
1.
Lakukan BHSP dengan pasien dan keluarga
R/BHSP dapat menjalin kedekatan antara pasien dengan perawat, serta memudahkan
untuk menggali informasi pasien.
2.
Observasi Tanda-tanda Vital
R/ TTV dapat memberikan informasi tentang perubahan kondisi pasien
3.
Kaji kemampuan reflek hisap
R/ Indikasi bayi mampu menyerap nutrisi
4.
Pantau intake dan output nutrisi
R/ Mengetahui keseimbangan nutrisi bayi
5.
Anjurkan ibu memberikan ASI eksklusif saat bayi sakit
R/ Membantu bayi memperoleh nutrisi lebih baik
6.
Pantau BB setiap hari
R/ Mengetahui perkembangan bayi
7.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi
R/Asupan nutrisi bayi dapat tercukupi

Dx 3 : Resiko hipotermi b/d Kurangnya lapisan lemak subkutan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam masalah
resiko gangguan keseimbangan suhu tubuh tidak terjadi
Kriteria Hasil :
-
Tidak ada perubahan warna kulit
-
Akral teraba hangat
INTERVENSI :
1. Lakukan BHSP dengan pasien dan keluarga
R/ BHSP dapat menjalin kedekatan antara pasien dengan perawat, serta memudahkan untuk
menggali informasi pasien.
2. Observasi Tanda-tanda Vital
R/ TTV dapat memberikan informasi tentang perubahan kondisi pasien
3. Atur suhu inkubator sesuai program terapi kolaborasi
R/ Menjaga bayi tetap hangat
4. Melakukan edukasi kepada ibu dalam melakukan metode kangguru
R/ Untuk meningkatkan suhu bayi
5. Ganti popok bila basah
R/ Untuk kenyamanan bayi
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
R/ Untuk mempercepat penyembuhan
4.7 Implentasi
Tgl/Hari
5 Mei 2020
Diagnosa
Resiko
infeksi
Implementasi
b/d
1.
Paraf
Pertahanan imunologis
Kaji dan observasi tanda-tanda
ROSIDA
infeksi
Respon : Warna kulit merah
yang kurang
2.
Lakukan tehnik bersih dan
aseptic
ketika
melakukan
ROSIDA
tindakan
Respon : Mengganti popok atau
selimut bayi setiap 2 jam sekali
3.
Pakai
baju
masuk
khusus
kamar
ketika
bayi
bila
ROSIDA
memungkinkan
Respon : keluarga kooperatif
menerapkan mengganti pakaian
khusus setiap menjenguk bayinya
4.
Lakukan perawatan tali pusat
dan jaga agar tetap kering dan
ROSIDA
bersih.
Respon :
Terlihat tali pusat
basah
tidak
ada
kemerahan,terbungkus kasa dan
terpasang klem
5.
Jaga kebersihan badan dan
lingkungan bayi
Respon : Meletakkan bayi pada
ROSIDA
kain atau selimut yang bersih dan
tidak basah, serta hangat
6.
Hindarkan kontak bayi sehat
dengan bayi yang sakit.
Respon
:
kooperatif,mengurangi
Keluarga
sentuhan
ROSIDA
saat menjenguk bayinya
7.
Kolaborasi dalam pemberian
antibiotic
Respon : pemberian amikacin
ROSIDA
1x15 mg
5 Mei 2020
Defisit
Nutrisi
b/d
1.
Lakukan BHSP dengan pasien
Ketidakmampuan
dan keluarga
mengabsorbsi
Respon : keluarga kooperatif
nutrien
ROSIDA
(Prematuritas)
2.
Observasi Tanda-tanda Vital
ROSIDA
Respon : Denyut Jantung :
136x/menit
RR : 43x/ menit
Suhu : 36,9 C
3.
Kaji kemampuan reflek hisap
ROSIDA
Respon : Bibir bayi terlihat
lembab dan memasukan pipet
untuk mendapat ASI
4.
Pantau
intake
dan
output
ROSIDA
nutrisi
Respon : Keluarga dan klien
kooperatif
5.
Anjurkan
ibu
memberikan
ASI eksklusif saat bayi sakit
ROSIDA
Respon : Keluarga dan klien
kooperatif
,
menggunakan
pipet umtuk memberi asi
6.
Pantau BB setiap hari
Respon : BB naik 20 gr/hari
7.
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian nutrisi
Respon : keluarga dan klien
kooperatif, mematuhi untuk
ROSIDA
ROSIDA
memberi ASI di utamakan.
4.8 Evaluasi
Tgl/Hari
6 Mei 2020
Diagnosa
Resiko
Evaluasi (Catatan SOAP)
infeksi
b/d S :
Pertahanan imunologis
ROSIDA
-
yang kurang
-
Ds :
-
Ibu mengatakan
bahwa bayi nya
O:
kurang aktif
- Ibu mengatakan
bayi menyusu
sebanyak 50 cc/ hari
Do :
Bayi kurang aktif
Reflek menghisap
kurang baik
- Tali pusat terlihat
basah tidak ada
kemerahan,terbungk
us
kasa
dan
terpasang klem
- Usia kehamilan 34
minggu
- TTV :
- Denyut Jantung :
136x/menit
- RR : 43x/ menit
- Suhu : 36,9 C
Defisit
Nutrisi
A : Resiko infeksi b/d Pertahanan
imunologis
telah
P : Intervensi di hentikan
nutrien
-
Ds :
O:
-
-
Ibu mengatakan
bayi menyusu
sebanyak 50 cc/ hari
- Ibu mengatakan
nafsu makannya
berkurang
Do :
-
kurang
tertasi
(Prematuritas)
-
yang
b/d S :
Ketidakmampuan
mengabsorbsi
Ibu mengatakan bahwa
bayinya mulai aktif dan peka
terhadap rangsang
Ibu mengatakan bayinya
menyusu lebih banyak dari
hari biasanya
Bayi mulai aktif
Reflek menghisap baik
Tali pusat terlihat kering
tidak ada kemerahan,
terbungkus kasan dan
terpasang klem
- TTV :
Denyut Jantung : 142x/menit
RR : 58x/ menit
Suhu : 36,9 C
-
6 Mei 2020
Paraf
ROSIDA
Ibu mengatakan bayinya
menyusu sebanyak 200 cc/hari
Ibu mengatakan nafsu makanya
bertambah
BB anak naik 20gr/ hari
Bibir lembab
Reflek hisap membaik
Nafsu makan bertambah
Bayi terkadang gumoh saat di
beri ASI
A : Defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan
BB 1800gr
mengabsorbsi nutrien
Reflek hisap kurang (prematuritas) telah teratasi
baik
-
Bibir
P : Intervensi di hentikan
pucat
dan
kering
-
Bayi tidak muntah
Download