Uploaded by User102261

MAKALAH emulsi

advertisement
MAKALAH FARMASETIK II
“EMULSI”
Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmasetika II
Dosen : Fitri Zakiyah, Apt
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
Aat Atikah
Ahmad Rizki
Boyke Rustiaji
Dede Yanti
SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB CIREBON
YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL
CIREBON
2014
JL.PERJUANGAN MAJASEM CIREBON TELP.(0231) 488957
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.salawat serta salam semoga diberikan
pada Nabi kita Muhammad SAW. Alhamdulilah kita panjatkan puji syukur kehadiran Allah
SWT yang telah memberikan hidayah dan rahmatnya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pada mata kuliah Farmasetika II dengan topik emulsi.
Makalah yang kami buat bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Farmasetika II semester 5, Penulis mengucapkan terima kasih pada piha-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan tugas pada mata kuliah Farmasetika II semester 5 ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah sepantasnya kami mengucapakan
banyak terima kasih kepada :
1. Yeni sriwahyuni S.Farm.,apt
2. Dan juga orang tua yang mendukung dengan Do’a.
Kami sangat – sangat menyadari akan kekurangan dan kelalaian kami dalam
penulisan makalah ini baik dalam bentuk penyajian dan dalam penyusunan makalah ini.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
kontruktif demi penyusunan – penyusunan selanjutnya.
Akhir kata kami ucapkan banyak-banyak terima kasih pada semua pihak dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih.
Cirebon , Mei 2014
Penyusun
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………. ii
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………... 1
BAB II Tinjauan Pustaka
1. Definisi Emulsi…………………………………………………………………….. 2
2. Mekanisme Secara Kimia & Fisika………………………………………………... 5
3. Teori Terjadinya Emulsi …………………………………………………………... 6
4. Bahan Pengemulsi (Emulgator)………………………………………………......... 9
5. Kestabilan Emulsi………………………………………………………………….. 13
6. Alat-alat yang Digunakan Untuk Pembuatan Emulsi……………………………… 14
7. Metode Pembuatan Emulsi ………………………………………………………... 14
8. Cara Pemurniaan Koloid…………………………………………………………... 16
9. Keuntungna & Kerugiaan Sediaan Emulsi………………………………………… 17
10. Metode Pengujian emulsi…………………………………………………………. 18
11. Penerapan Dalam Peristiwa Sehari-hari Dan Industri……………………………... 19
BAB III Penutup
1. Kesimpulan ………………………………………………………………………... 20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 21
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
ii
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.Salah satu sistem koloid yang ada dalam
kehidupan sehari – hari dan dalam industri adalah jenis emulsi.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan
dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi
dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau dari
segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah satu
emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam
susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh
emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi
gelatin.
Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem emulsi
karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah juga untuk
mengetahui zat – zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan emulsi selain itu
juga dapat diketahui faktor – faktor yang menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain
faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi.
Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair namun
dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai sistem emulsi saja diantaranya dari
defenisi emulsi, mekanisme secara kimia dan fisika, teori dan persamaannya dan serta
penerapannya dalam kehidupan sehari – hari dan industri.
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
1
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA
1.
DEFINISI EMULSI
Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan
medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan
yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air,
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi
ini tidak stabil, butir – butir ini bergabung ( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu air
dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi ( emulgator ) yang merupakan
komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi
(emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil.
Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsi dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan).
Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga
emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief, 2000).
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga
krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk
cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat
terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan volume
fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah
padat, misalnya krim stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal
hanya hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh
fase eksternal setengah padat (Anonim, 1995).
Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat dugunakan bersama surfakatan
pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar permukaan dan juga
meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan pembenrukan agregat
tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase
yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih
rendah daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat,
terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula
kecepatan pembentukan krim (Anonim, 1995).
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
2
Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting untuk emulsi minyak
dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih
sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik atau
bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahn pengemulsi ionik dan nonionik,
gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam seperti tragakan dan gom (Anonim, 1995).
Masing – masing emulsi dengan medium pendipersi yang berbeda juga mempunyai
nama yang berbeda,yaitu sebagai berikut:
a) Emulsi gas (aerosol cair )
Emulsi gas merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dan
medium pendispersinnya berupa gas.Salah satu contohnya hairspray, dimana
dapat membentuk emulsi gas yang diingikan karena adannya bantuan bahan
pendorong atau propelan aerosol
b) Emulsi cair
Emulsi cair merupakan emulsi dengan fase terdispersinya maupun
pendispersinnya berupa fase cairan yang tidak saling melarutkan karena kedua
fase bersifat polar dan non polar.Emulsi ini dapat digolongkan menjadi 2
jenis yaitu emulsi minyak didalam air contoh susu terdiri dari lemak sebagai
fase terdispersi dalam air jadi butiran minyak didalam air atau emulsi air
dalam minyak contoh margarine terdispersi dalam minyak jadi butiran air
dalam minyak.
c) Emulsi padat
Emulsi padat merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya cair dengan fase
pendispersinnya berupa fase padat.Contoh : Gel yang dibedakan menjadi gel
elastic dan gel non elastic dimana gel elastic ikatan partikelnya tidak kuat
sedangkan non elastic ikatan antar partikelnya membentuk ikatan kovalen
yang kuat.
Gel elastic dapat dibuat dengan mendinginkan sol iofil yang pekat
contoh gel ini adalah gelatin dan sabun.Sedangkan gel non-elastis dapat dibuat
secara kimia sebagai contoh gel silica yang terbentuk karena penambahan HCl
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
3
pekat dalam larutan natrium silikat sehingga molekul – molekul asam silikat
yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel.
Terdapat 2 tipe emulsi yaitu sebagai berikut :
1) Emulsi A/M yaitu butiran – butiran air terdispersi dalam minyak
Pada emulsi ini butiran – butiran air yang hidrofilik stabil dalam
minyak yang hidrofobik.
2) Emulsi M/A yaitu butiran – butiran minyak terdispersi dalam air
Minyak yang hidrofobik stabil dalam air yang hidrofilik
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkan. Tujuan dari penstabilan adalah untuk
mencegah pecahnya atau terpisahnya antara fase terdispersi dengan pendispersinnya.
Dengan penambahan emulgator berarti telah menurunkan tegangan permukaan secara
bertahap sehingga akan menurunkan energi bebas pembentukan emulsi, artinya dengan
semakin rendah energi bebas pembentukan emulsi akan semakin mudah.
Namun kesetabilan emulsi juga dipengaruhi beberapa faktor lain yaitu,
ditentukan gaya – gaya:

Gaya tarik – menarik yang dikenal gaya Van der walss. Gaya ini
menyebabkan partikel – partikel koloid membentuk gumpalan lalu
mengendap

Gaya tolak – menolak yang terjadi karena adanya lapisan ganda
elektrik yang muatannya sama saling bertumpukan.
Sedangkan bentuk – bentuk ketidak stabilan dari emulsi sendiri ada beberapa
macam yaitu sebagai berikut :

Flokulasi, karena kurangnya zat pengemulsi sehingga kedua fase tidak
tertutupi oleh lapisa pelindung sehingga terbentuklah flok –flok atau
sebuah agregat

Koalescens, yang disebabkan hilangnya lapisan film dan globul
sehingga terjadi pencampuran

Kriming, adanya pengaruh gravitasi membuat emulsi memekat pada
daerah permukaan dan dasar
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
4

Inversi massa (pembalikan massa ) yang terjadi karena adannya
perubahan viskositas

Breaking/demulsifikasi, lapisan film mengalami pemecahan sehingga
hilang karena pengaruh suhu.
(Ladytulipe, 2009)
Emulsi dapat mengalami kestabilan namun juga dapat mengalami kerusakan
(Demulsifikasi)
dimana rusaknya emulsi ini disebabkan faktor suhu, rusaknya
emulgator sendiri, penambahan elektrolit sehingga semua ini akan dapat
menyebabkan timbulnya endapan atau terjadi sedimentasi atau membentuk
krim.Contoh penggunaan proses demulsifikasi dengan menambahkan elektrolit guna
pemisahan karet dalam lateks yaitu menambahkan asam format asam asetat.
(Nuranimahabah,2009)
2.
MEKANISME SECARA KIMIA DAN FISIKA
a) Mekanisme secara kimia
Mekanisme secara kimia dapat kita jelaskan pada emulsi air dan minyak. Air
dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi
ditambahkan, karena kebanyakan emulsi adalah disperse air dalam minyak dan
dispersi minyak dalam air, sehingga emulgator yang digunakan harus dapat larut
dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi tersebut adalah senyawa organik
yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofobik, bagian hidrofobik akan
berinteraksi dengan minyak sedangkan yang hidrofilik dengan air sehingga
terbentuklah emulsi yang stabil.
b) Mekanisme secara fisika
Secara fisika emulsi dapat terbentuk karena adanya pemasukan tenaga misalnya
dengan cara pengadukan. Dengan adanya pengadukan maka fase terdispersinya
akan tersebar merata ke dalam medium pendispersinya. (Ian, 2009)
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
5
3. TEORI TERJADINYA EMULSI
Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang
melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teori
tersebut ialah:
a. Teori tegangan permukaan (Surface Tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antar molekul sejenis yang
disebut dengan kohesi. Selain itu, molekul juga memiliki daya tarik menarik
antar molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat
cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya
kohesi. Tegangan terjadi pada permukaan tersebut dinamakan dengan
tegangan permukaan “surface tension”.
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan
tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur “immicble
liquid”. Tegangan yang terjadi antara 2 cairan dinamakan tegangan bidang
batas. “interface tension”.
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang
mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk tercampur.
Tegangan yang terjadi dapat air akan bertambah dengan penambahan garamgaram anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan
penambahan senyawa organic tertentu antara lain sabun (sapo).
Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan
menurunkan menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga
antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
b. Teori orientasi bentuk baji
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan
adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang
bersifat suka air atau mudah larut dalam air dan ada moelkul yang suka
minyak atau muudah larut dalam minyak.
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua :

Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.

Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
6
Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang
disenanginya, kelompok hidrofil ke dalam air dan kelompok lipofil ke dalam
minyak. Dengan demikian, emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara
minyak dengan air dengan minyak, antara kedua kelompok tersebut akan
membuat suatu kesetimbangan.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya
tidak sama. Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B, (Hydrophyl
Lipophyl Belance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara
kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil.
Semakin besal HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada
air itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian
sebaliknya.
Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat kegunaan suatu emulgator
ditinjau dari harga HLB-nya.
Tabel Harga HLB
HARGA HLB
KEGUNAAN
1-3
Anti foaming agent
4-6
Emulgator tipe w/o
7-9
Bahan Pembasah (wetting agent)
8 - 18
Emulgator tipe o/w
13 - 15
Detergent
10 - 18
Kelarutan (solubilizing agent)
Untuk menentukan komposisi campuran emulgator sesuai dengan nilai
HLB yang dikehendaki dan menentukan nilai HLB campuran dapat dilakukan
perhitungan seperti tersebut dibawah ini.
a. Menentukan komposis campuran emulgator
Contoh:
Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe w/o ditentukan emulgator sesuai
dengan nilai HLB 12. Sebagai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB
8,6) dan tween 20 (HLB 16,7) sebanyak 5 gram. Bahan gram masingmasing berat span 20 dan Tween 20?
Jawab :
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
7
Rumus I
A% B =
(x−HLBb)
HLBa−HLBb
× 100 %
B % a = (100% - A %)
Keterangan :
X = Harga HLB yang diminta (HLB Butuh)
A = Harga HLB Tinggi
B = Harga HLB Rendah
% Tween =
(12−8,6)
(16,7−8,6)
42
100
× 100% = 42%
× 5 gram = 2,1 gram
% Span = 100% - 42 % = 58%
58
100
× 5 gram = 2,9 gram
b. Menentukan nilai HLB dan campuran surfaktan
Contoh :
R/ Tween 80 70%
Span
HLB = 15
80 30%
HLB = 4,5
Perhitungan :
Tween 80 =
Span 80
=
70
100
30
100
HLB Campuran
× 15
= 10,5
× 4,5
= 1,35 +
= 11,85
c. Teori film plastik (interfacial film)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara
air dengan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus
partikel fase dispers atau fase internal. Dengan terbungkusnya partikel
tersebut, usaha antar partikel sejenis untuk bergabung menjadi terhalang.
Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas
maksimum, syarat emulgator yang dipakai adalah :

Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.

Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase
dispers.
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
8

Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
partikel dengan segera.
d. Teori lapisan listrik rangkap (electric double layer)
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan
di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi
oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan
menolak setiap usaha partikel minyak yang akan melakukan penggabungan
menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang menyelubungi
setiap partikel minyak yang mempunyai susunan yang sama. Dengan
demikian, antara sesame partikel akan tolak menolak. Dan stabilitas akan
bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara di bawah
ini:
4.

Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.

Terjadinya adsorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.

Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya
BAHAN PENGEMULSI (EMULGATOR)
 Emulgator alam
Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.
Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w,
sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak bakteri.
Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu ditambah
bahan pengawet.
a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang
terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat
dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
9

kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)

terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan
cukup kecil sedangkan masa mudah dituang
(tiksotropi)
Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom
arab sebanyak ½ dari jumlah minyaknya.
Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras
dan cepat sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya. Selain itu dapat
disebutkan :
 Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat
Cara pembuatan .
Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan
air panas 1,5 X berat gom . Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air
dingin. Contoh : cera, oleum cacao, parafin solid
 Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri
 Minyak lemak : PGA ½ kali
berat minyak, kecuali oleum ricini
karena memiliki gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk
membuat emulsi cukup dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh : Oeum
amygdalarum
 Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak
Kedua minyak dicampur dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya,
tambahkan gom ( ½ x myk lemak + aa x myk atsiri + aa x zat padat )
 Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform :
Ditambah minyak lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati
satu. Gom sebanyak ¾ kali bahan obat cair.
 Balsam-balsam
Gom sama banyak dengan balsam.
 Oleum Iecoris Aseli
Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak.
b. Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh
emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak 1/10
kali gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 – 6.
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
10
Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x
berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak dapat
membentuk koloid pelindung.
c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat ini
ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.
Sebelum
dipakai agar-agar
tersebut dilarutkan dengan air mendidih
Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45oC (bila
suhunya kurang dari 45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya
digunakan 1-2 %.
d. Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa
dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.
e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.
2. Emulgator alam dari hewan
a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan
kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin
merupakan emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari
kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w.
Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan
minyak menguap dua kali beratnya.
b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe w/o dan
banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
11
menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam keadaan kering
dapat menyerap air 2 X beratnya.
3. Emulgator alam dari tanah mineral.
a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum
Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam - garam magnesium
dan aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi
tipe o/w. Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak 1 %. Emulsi ini
khusus untuk pemakaian luar.
b. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat
mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert gel.
Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %.
 Emulgator buatan
1. Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat
dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari valensinya.
Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium, merupakan emulgator tipe
o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal sabun kalsium, merupakan emulgator
tipe w/o.
2. Tween 20 : 40 : 60 : 80
3.
Span 20 : 40 : 80
Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :

Anionik
:
sabun alkali, natrium lauryl sulfat

Kationik
:
senyawa ammmonium kuartener
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
12
5.

Non Ionik

Amfoter
:
tween dan span.
:
protein, lesitin.
KESTABILAN EMULSI
Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air,
dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang
disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa
yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi
pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada
sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .
Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:
1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals.
Gaya ini menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk
agregat dan mengendap.
2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan
ganda elektrik yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi
koloid.
Ada beberpa faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu sebagai berikut :
1. Tegangan antarmuka rendah
2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
3. Tolakkan listrik double layer
4. Relatifitas phase pendispersi kecil
5. Viskositas tinggi.
Sedangkan bentuk – bentuk ketidak stabilan dari emulsi sendiri ada beberapa macam
yaitu sebagai berikut :
 Flokulasi, karena kurangnya zat pengemulsi sehingga kedua fase tidak tertutupi oleh
lapisa pelindung sehingga terbentuklah flok –flok atau sebuah agregat
 Koalescens, yang disebabkan hilangnya lapisan film dan globul sehingga terjadi
pencampuran.
 Kriming, adanya pengaruh gravitasi membuat emulsi memekat pada daerah
permukaan dan dasar
 Inversi massa (pembalikan massa ) yang terjadi karena adannya perubahan viskositas
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
13
·
Breaking/demulsifikasi, lapisan film mengalami pemecahan sehingga hilang karena
pengaruh suhu.
6.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMBUATAN EMULSI
a. Dengan Mortir dan Stampel
Sering digunakan untuk membuat minyak lemak dalam ukuran kecil
b. Botol
Minyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam
botol pengocokan dilakukan terputus – putus untuk memberi kesempatan
emulgator bekerja.
c. Mixer
Partikel fase dispersi dihaluskan dengan memasukkan kedalam ruangan
yang didalamnya terdapat pisau berputar denagn kecepatan tinggi.
d. Homogenizer
Dengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga
partikel mempunyai ukuran yang sama.
7. METODE PEMBUATAN EMULSI
a) Metode gom basah (Anief, 2000)
Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau
harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan
metilselulosa. Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang
kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan
pengadukan yang kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak secara
bergantian sambil diaduk sampai volume yang diinginkan.
b) Metode gom kering
Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat
pengemulsi berupa gom kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus
emulsi dengan mencampur 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom,
lalu digerus sampai terbentuk suatu korpus emulsi, kemudian ditambahkan
sisa bahan yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya
suatu emulsi yang baik.
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
14
c) Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)
Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan
yang memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu
dilakukan perhitungan harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan
pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang sesuai dengan HLB fase
internal. Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok, maka selanjutnya
dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan.
Umumnya emulsi akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara
9 – 12 dan emulsi tipe A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3 – 6.
Hidrophilic
–
Lipophilic
Balance
yang
disingkat
dengan
HLB
menggambarkan rasio berat gugus hidrofilik dan lipofililik didalam molekul
emulsifier. Niai HLB suatu emulsifier dapat ditentukan dengan salah satu
metode titrasi, membandingkan struktur kimia molekul, mencari korelasi
dengan nilai tegangan permukaan struktur kimia molekul, mencari korelasi
dengan nilai tegangan permukaan dan tegangan interfasial, koefisien
pengolesan, daya larut zat warna, konstanta dielektrika dan dengan teknik
kromatografi gas – cairan.
Khusus untuk emulsi non ioni, nilai HLB – nya dapat dihitung dengan menggunkan rumus.
1. HLB = dimana E adalah persentase berat hidrofilik molekul (atau persentase
berat oksietilen untuk emulsifier yang merupakan kondensasi etilen oksida).
Sebagai contoh kandungan oksietilen didalam polioksietelen stearat adalah 85 %,
maka HLB nya =
2. HLB = dimana S adalah bilangan yang saponifikasi ester dari emulsifier, yaitu
bilangan yang menunjukkan jumlah alkali yang dibutuhkan ( mg KOH) untuk
menyambungkan satu gram lemak dan A adalah bilangan asam dari emulsifier
yang ditentukan dari prosedur kerja. Sebagai contoh, bilangan saponifikasi dari
gliserol monostearat tipe komersil (mono dan gliserol) adalah 175 dan bilangan
asam nya adalah 200, maka nilai HLB-nya = 2 =
m
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
15
8.
CARA PEMURNIAN KOLOID
Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu
sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga
kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu :
1. DIALISIS
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang
menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput
semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil melalui selaput
semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion
pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion
penggangu
dapat
dilakukan
dengan
memasukkan
koloid
ke
dalam
kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang
mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion
pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan
partikel kolid akan tertinggal.
Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut
dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator
adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal
bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul
sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah
merah.
2. ELEKTODIALISIS
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan
listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam
yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut
dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan
muatan berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik akanmempercepat proses
pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk
memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis
melibatkan arus listrik.
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
16
3. PENYARING ULTRA
Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring,
karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel
tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti
selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang
dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.
Proses
pemurnian
dengan
menggunakan
penyaring
ultra
ini
termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini.
Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel
kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan
penyaring ultra bertahap.
9.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN EMULSI
 Keuntungan emulsi:
1. Sifat teurapetik dan kemampuan menyabar konstituen lebih meningkat
2. Rasa dan bau dari minyak dapat ditutupi
3. Absorpsi dan penetrasi lebih mudah dikontrol
4. Aksi dapat diperpanjang dan efek emolient lebih besar
5. Air merupakan eluen pelarut yang tidak mahal pada pengaroma emulsi
 Kerugian emulsi:
1. Sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan tablet
2. Sediaan emulsi mempunyai stabilitias yang rendah daripada sediaan tablet
karena cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
3. Takaran dosisnya kurang teliti
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
17
10. METODE PENGUJIAN EMULSI
Emulsi yang dibuat harus diketahui tipenya . Ada 5 cara untuk mengetahui tipe emulsi
yaitu
a) Cara pengenceran
Emulsi dapat diencerkan hanya dengan fase luarnya, cara pengenceran ini
hanya dapat digunakan untuk sediaan emulsi cair. Jika ditambahkan air emulsi
tidak pecah maka, tipe emulsi M/A. Jika pecah maka tipe emulsi A/M
b) Cara Pewarnaan
Pewarna padat yang larut dalam air dapat mewarnai emulsi minyak dalam air
(M/A). contoh : metilen-blue.
c) Penggunaan Kertas Saring
Emulsi diteteskan pada kertas saring jika meninggalkan noda maka tipe
emulsi A/M jika tidak meninggalkan noda / transparan maka tipe emulsi M/A .
d) Cara Flouresens
Minyak dapat berflouresensi dibawah cahaya lampu UV, emulsi M/A flouresensinya
berupa bintik-bintik, sedang emulsi A/M flouresensinya sempurna.
e) Hantaran Listrik
Emulsi Minyak dalam Air (M/A) dapat menghantarkan arus listrik karena
adanya ion-ion dalam air, sedangkan tipe emulsi Air dalam Minyak A/M tidak
dapat menghantarkan arus listrik
11. PENERAPAN DALAM PERISTIWA SEHARI DAN INDUSTRI
a. Penerapan dalam kehidupan sehari-hari
Salah satu contoh penerapan emulsi dalam kehidupan sehari-hari adalah
penggunaan detergen untuk mencuci pakaian, dimana detergen merupakan suatu
emulgator yang akan menstabilkan emulsi minyak (pada kotoran) dan air.
Detergen terdiri dari bagian hidrofobik dan hidrofilik, minyak akan terikat pada
bagian hidrofobik dari detergen sehingga bagian luar dari minyak akan menjadi
hidrofilik secara keseluruhan, sehingga terbentuk emulsi minyak dan air, dimana
kotoran akan terbawa lebih mudah oleh air.
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
18
b. Penerapan dalam bidang industri
Dalam bidang industri salah satu sistem emulsi yang digunakan adalah industri
saus salad yang terbuat dari larutan asam cuka dan minyak. Dimana asam cuka
bersifat hidrofilik dan minyak yang bersifat hidrofobik, dengan mengocok minyak
dan cuka. Pada awalnya akan mengandung butiran minyak yang terdispersi dalam
larutan asam cuka setelah pengocokan dihentikan, maka butiran-butiran akan
bergabung kembali membentuk partikel yang lebih besar sehingga asam cuka dan
minyak akan terpisah lagi. Agar saus salad ini kembali stabil maka dapat
ditambahkan emulagator misalnya kuning telur yang mengandung lesitin. Sistem
koloid ini dikenal sebagai mayonnaise.
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
19
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan
medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan
yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air,
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Emulsi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria
(emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak
lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur.
Dengan mengetahui sistem emulsi maka kita akan mengetahui sifat – sifat emulsi,
stabil atau tidak stabilnya suatu emulsi serta faktor apa yang membuat emulsi tidak stabil
sehingga kita akan dapat menentukan zat pengemulsi untuk dapat menstabilkannya.Sebagai
contoh detergen yang digunakan untuk mencuci disini detergen berfungsi sebagai emulgator
yang dapat menstabilkan emulsi air dan minyak sehingga minyak dapat mudah lepas dari
pakaian.Selain itu dalam bidang industri contohnya pembuatan saus salad, saus salad dari
asam cuka dan minyak yang awalnya stabil saat pengocokan namun setelah pengocokan
dihentikan kedua fase akan terpisah lagi sehingga dibutuhkan kuning telur sebagai emulgator.
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
20
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.freewebs.com/leosylvi/koloidemulsi.htm di akses (23-10-2014)
 Ian, 17 Januari 2009 , sistem koloid http://blogkita.info/tag/emulsi/ (diakses 23-102014)
 Ibnuhayyan, 10 September 2008, colloid-chemistry
http://ibnuhayyan.wordpress.com/2008/09/10/emulsi/ (diakses 24-10-2014)
 Ladytulipe,
4
januari
2009
,
Emulsi
http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/emulsi/ (diakses 24-10-2014)
 Nuranimahabah, 16 Mei 2009, koloid suspense larutan (kimia)
http://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-kimia/
(diakses 23-10-2014)
 Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University press,
Jogjakarta.
Makalah Emulsi Makalah Emulsi
21
Download