Uploaded by User101956

Pleno 5 Kelompok 11 Blok Hepatobilier

advertisement
Akibat Suka Jajan
Selasa, 1 November 2016
Anggota Kelompok 11
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Rafika Kurnia Sofia P.
Kent Vilandka
Sharon
Siti Sri Alicia O.B.
Priesca Pricilia Nathasya
Yoko Septian Jaya
Nathania Jessica Angir
Tommy Juni Yanto
Indriani
Thasya Karina Nathalia
Renald Patria D.
Meriana
/ 405130016
/ 405140001
/ 405140002
/ 405140059
/ 405140073
/ 405140090
/ 405140095
/ 405140148
/ 405140178
/ 405140200
/ 405140215
/ 405140242
Tutor : dr. Ernie K
Akibat Suka Jajan
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke praktik dokter
umum dengan keluhan sakit perut kanan atas yang memberat
sejak 2 minggu terakhir. Keluhan disertai demam, mual,
muntah dan tidak nafsu makan. Sebelumnya ia mengalami
diare disertai lendir dan darah. Ia sering jajan di warung
pinggir jalan dan jarang mencuci tangan sebelum makan. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg,
frekuensi nadi 100x/menit, temperatur 39°C, hepar teraba 2
cm di bawah arcus costae, nyeri tekan (+), permukaan licin,
konsistensi lunak. Dokter mengirim pasien ini untuk menjalani
USG abdomen dan didapatkan hasil lesi hipoekoik heterogen
di lobus kanan hati sebesar 8cm.
Apa yang dapat Anda pelajari dari kasus ini ?
Unfamiliar Term
1. Lesi hipoekoik  warna lebih redup dari
jaringan sekitarnya.
Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan jajan di pinggir jalan dan tidak
mencuci tangan dengan gejala yang dialami?
2. Apa interpretasi hasil dari pemeriksaan fisik ?
3. Apa kemungkinan penyebab dari diare yang disertai lendir
dan darah? Bagaimana mekanismenya?
4. Apakah yang menyebabkan pembesaran hati?
5. Mengapa pasien ada keluhan demam, mual, muntah dan
tidak nafsu makan?
6. Apa interpretasi yang di dapatkan dari USG abdomen?
7. Apa pemeriksaan penunjang lain yang disarankan pada
kasus?
Curah Pendapat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ada hubungan, kemungkinan ada amoeba dari air atau makanan yang
tercemar.
Tekanan darah  normal; nadi  normal; suhu  febris; hepatomegali
dengan nyeri tekan (+).
Kemungkinan abses hati (infeksi amuba)  tropozoid invasi kolon 
buat ulkus  diare darah; tropozoid invasi kolon  produksi mukus
meningkat  diare berlendir.
Kolonisasi usus  pembuluh darah dilemahkan karena lisis  tropozoid
invasi ke vena porta  hati  pembentukan infiltrasi akut (neutrofil) 
neutrofil lisis  toksin bebas  nekrosis hepatosit  amoeba ada di
kapsul.
Sitokin proinflamatori  tidak nafsu makan, mual dan muntah; kuman
masuk  meningkatkan set point  demam.
Infeksi karena E.hystolitica  dinding vaskular lebih hipoekoik.
Kultur cairan aspirasi, periksa feses mikroskopik, serologi (ELISA, PCR,
IHA), cek darah lengkap, CT Scan kontras 3 fase, MRI, biopsi.
Mind Map
Bakteri gram
+
E. Coli
K. Pneumonia
Pseudomonas sp
Proteus sp
-
Infeksi
Hati
Parasit
E. Hystolitica
Balantidium Coli
Enterococcus
Sreptococcus
Staphylococcus
Klebsiella
Salmonella
Abses Hati
Jamur
Candida
Learning Objective
1. Mampu menjelaskan definisi dan klasifikasi
abses hati.
2. Mampu menjelaskan abses hati amuba.
3. Mampu menjelaskan abses hati piogenik.
4. Mampu menjelaskan abses hati balantidosis.
5. Mampu menjelaskan abses hati akibat jamur.
LO 1
DEFINISI DAN KLASIFIKASI ABSES
HATI
Definisi
• Abses hati adalah berbentuk infeksi pada hati
yang disebabkan oleh karena infeksi bakteri,
parasit, jamur maupun nekrosis steril yang
bersumber dari sistem gastrointestinal yang
ditandai dengan adanya proses supurasi
dengan pembentukan pus yang terdiri dari
jaringan hati nekrotik, sel – sel inflamasi atau
sel darah di dalam parenkim hati
Etiologi dan Klasifikasi
• Di negara berkembang, seringkali disebabkan oleh
infeksi parasit seperti amoeba atau echinococcus,
dan (lebih jarang) organisme protozoa dan helminth
lainnya.
• 3 bentuk umum berdasarkan etiologi:
– Pyogenic Liver Abscess (PLA): polymicrobial
– Amebic Liver Abscess: E. histolytica
– Fungal Liver Abscess: C. albicans
Robbins basic pathology 7th edition
Medscape: Liver abscess
LO 2
ABSES HATI AMUBA
Definisi dan Etiologi
• Penimbunan / akumulasi debris
nekroinflamatori purulen di dalam parenkim
hati yang disebabkan oleh amuba.
• Etiologi  E. hystolitica.
Epidemiologi
• Umum  daerah tropis dan subtropik.
• Sering :
– Umur muda.
– Etnik hispanik.
– Pria > wanita.
• Jarang  anak-anak.
• Daerah endemis :
–
–
–
–
–
Afrika
Asia tenggara
Meksiko
Venezuela
Kolombia
Patogenesis
• Kista E. hystolitica menginfeksi usus besar dalam bentuk tropozoit
 melekat ke sel epitel dan mukosa kolon  invasi mukosa dibantu
dengan Gal/GalNAc  lesi mikroulserasi di mukosa caecum, kolon
sigmoid, rektum  memicu keluarnya eritrosit, sel inflamasi dan sel
epitel  ulserasi meluas ke submukosa  ulser khas bentuk
termos (flask shaped) yg berisi trophozoit dibatas jaringan mati dan
sehat  masuk sirkulasi vena porta  hati  abses berkembang
 E. hystolitica ngeluarin enzim proteolitik  melisikan sel PMN
yang dikeluarkan penjamu dan melisiskan jaringan pejamu  lesi
bentuk “well demarcated abscess”  jaringan nekrotik (lobulus
kanan hati)  destruksi jaringan.
• Abses hati  debris aselular.
• Tepi lesi  tropozoit
Patogenesis
Gejala dan Tanda
•
•
Abses hati amuba lebih akut drpd piogenik.
Gejaa muncul rata2 2 minggu :
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
•
Nyeri perut kanan atas spontan + jalan membungkuk ke depan + kedua tangan di letakkan di atas.
Mual.
Muntah
Anoreksia
Penurunan BB
Kelemahan tubuh
Hepatomegali + nyeri tekan
Punya riwayat diare dan disentri
Demam intermitten
Malaise
Mialgia
Artralgia
Ikterus jarang  prognosis buruk
Friction rub di hati
Gejala tanda paru :
–
–
Pericardial rub
Peritonitis
Diagnosis
•
Pemeriksaan fisik :
–
–
–
•
Pemeriksaan penunjang :
–
–
–
–
–
•
•
Peningkatan temperatur
Hepatomegali + nyeri tekan
Jaundice jarang  obstruksi traktus biliaris / sudah ada penyakit hati kronik sebelumnya.
Aspirasi  gambaran pasta coklat kemerahan dan berbau sedikit, 20% ada trofozoit
Foto toraks abnormal  atelektaksis paru lobus kanan bawah, efusi pleura kanan, kenaikan hemidiafragma
kanan.
USG abdomen  lesi hipoekoik + internal echoes.
CT Scan kontras  diagnosis absesn yang lebih kecil dan lesi primer
MRI  butuh potongan koronal / sagital, untuk pasien yang intoleransi terhadap kontras
Abses amuba  lobus kanan hepar dekan dengan diafragma dan biasanya tunggal.
Tes serologi :
–
–
–
–
–
–
–
ELISA
IHA
Cellulose acetate precipitin
Counter immuno electrophoresis
Immufluorescent antibody
Test rapid latex agglutination
Hasil negatif palsu  10 hari pertama infeksi
http://emedicine.medscape.com/article/183920-workup#c5
Trophozoites of E.
histolytica with ingested
erythrocytes stained with
trichrome. The ingested
erythrocytes appear as dark
inclusions. The parasite above
show nuclei that have the
typical small, centrally located
karyosome, and thin, uniform
peripheral chromatin.
http://www.cdc.gov/dp
dx/amebiasis/
Robbins SL, Cotran RS. Robbins and cotran atlas of pathology. 2nd edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
Diagnosis
• Sherlock  kriteria diagnosis :
–
–
–
–
Adanya riwayat berasal dari daerah endemis.
Hepatomegali pada pria muda
Respon baik pada metronidazole
Lekositosis tanpa anemia pada riwayat sakit yang
tidak lama atau leukositosis dengan pada riwayat sakit
yang lama
– Ada dugaan amubiasis di foto toraks PA dan lateral
– Pemeriksaan scan  filling defect
– Tes fluorescen antibodi amuba positif
Diagnosis Banding
• Kista hepar
• Keganasa pada hati
• Abses hati piogenik
Tatalaksana
1.
Medikamentosa :
– Jika pasien muda dari daerah endemis, pencitraan ada lesi tunggal, pasien
tidak keliatan toksis, dugaan kuat abses amuba  pemeriksaan feses harus
dilakukan untuk cari kista dan trophozoit amuba dan serum periksa antibodi E.
hystolitica.
– Terapi dimulai :
• Metronidazole 3 x 750 mg PO 7 – 10 hari ATAU
• Nitoimidazole kerja panjang  tinidazole 2 g PO dan ornidazole 2 g PO  dosis tunggal
– Terapi lanjutan  penurunan nyeri maupun demam 72 jam
•
•
•
•
Preparat lumen alamubisi untuk eridikasi kista dan cegah transmisi lebih lanjut
Idoquinol 3 x 650 mg selama 20 hari
Diloxanide furoate 3 x 500 mg selama 10 hari
Aminosidine (paromomycin) 25 – 35 mg/kg/hari TID selama 7 – 10 hari
– Terapi alternative  efek KV, GI dan meningkatkan angka relaps
• Emetine
• Chloroquine  chloroquine phosphate 1000 mg (chloroquine base 600 mg) PO selama 2
hari lanjut 500 mg (chloroquine base 300 mg) PO selama 2 – 3 minggu  perbaikan klinis
dalam 3 hari
Tatalaksana
2.
Aspirasi jarum perkutan
– Resiko tinggi untuk terjadinya abses yang didefiniskan dengan ukuran kavitas > 5 cm
– Abses pada lobus kiri hati yang dihubungkan dengan mortalitas tinggi dan frekuensi tinggi
bocor ke peritonium / perikardium
– Tidak ada respon klinis terhadap terapi 3 – 5 hari
– Untuk menyingkirkan kemungkinan abses piogenik (khusunya pasien dengan lesi multipel).
3.
Drainase perkutan
– Dilakukan dengan tuntunan USG abdomen / CT scan abdomen
– Komplikasi  perdarahan, perforasi organ intraabdomen, infeksi, kesalahan penempatan
kateter untuk drainase
4.
Drainase secara operasi
– Jarang kecuali pada abses dengan ancaman ruptur.
– Secara teknis susah dicapai.
– Gagal dengan aspirasi biasa / drainase perkutan
5.
Reseksi hati
– AHP.
– Abses hati + karbunkel (liver carbuncle)
– Hepatolitiasis terutama lobus kiri hati
Tatalaksana
• Berdasaran PEGI dan PPHI :
– Abses hati diameter 1 – 5 cm  medikamentosa,
jika respon negatif lakukan aspirasi
– Abses hati diameter 5 – 8 cm  aspirasi berulang
– Abses hati diameter ≥ 8 cm  drainase perkutan
Komplikasi
•
•
Tanpa terapi  abses membesar  meluas ke diafragma / ruptur ke kavitas peritoneal.
Ruptur abses ke dalam :
–
Regio toraks :
•
•
•
–
Perikardium :
•
•
•
–
Gagal jantung
Perikarditis
Tamponade jantung
Peritoneum :
•
•
•
•
Fistula hepatobronkial
Abses paru
Empiema amoeba
Peritonitis
Asites
Infeksi sekunder  bersifat iatrogenik setelah tindakan aspirasi
Jarang :
–
–
–
–
–
Gagal hati fulminan
Hemofilia
Obstruksi vena kava inferior
Syndrome budd chiari
Abses cerebri (penyebaran hematogen)
Prognosis
• Abses hati amuba  sangat treatment
• Angka kematian < 1% tanpa penyulit
• Penegakan diagnosis telat  komplikasi abses
ruptur  meningkatkan kematian :
– Ke peritoneum  20%
– Perikardium  32 – 100%
LO 3
ABSES HATI PIOGENIK
Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery: the biological basis of modern surgical practice. 19th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2012
Definisi
• Proses supuratif yang terjadi pada jaringan
hati yang disebabkan oleh invasi bakteri
melalui aliran darah sistem bilier maupun
penetrasi langsung.
• Abses hati piogenik :
– Tunggal
– Multipel
Epidemiologi
• Median umur  44 tahun
• Faktor resiko :
– DM
– Penyakit dasar pada organ hepatobilier dan
pankreas
– Transplantasi hati
Patogenesis
• Infeksi  vena porta  arteri  saluran empedu 
hati
• Infeksi langsung lewat penetrasi jaringan dari fokus
infeksi yang berdekatan
• Sebelum antibiotika, penyebab tersering  apendisitis
dan pileflebitis (trombosis supuratif pada vena porta)
• Saat ini  infeksi yang berasal dari sistem bilier, abses
kriptogenik.
• Komplikasi dari endoscopic sphincterotomy untuk
mengatasi batu saluran empedu; 3 – 6 minggu 
biliary intestinal anastomosis.
Etiologi
• Penyebab tersering  kolangitis yang disebabkan oleh batu /pun
striktur.
• Bakteri :
– Bakteri aerobik gram - :
• Klebsiella pneumoniae
• E.coli
– Bakteri aerobik gram +
• Viridans streptococci
• Staphylococcus aureus
• Enterococcus sp
– Bakteri anaerobik :
• Anaerobic streptococci
• Bacteroides sp
– Bakteri mikroaerofilik  streptococcus milleri group
– Lain – lain  mycobacterium sp
Gejala dan Tanda
• Gambaran klinik AHP  < 2 minggu :
– Demam tinggi yang naik turun
– Nyeri perut kanan atas  menetap dan menyebar ke bahu
kanan
• gejala tidak khas :
–
–
–
–
–
–
–
–
Keringat malam
Muntah
Anoreksia
Kelemahan umum
Penurunan BB
Diare
Batuk tidak produktif
Keluhan pada sumber infeksi primer / apendisitis / divertikulitis.
Diagnosis
• Pemeriksaan fisik :
–
–
–
–
Hepatomegali
Nyeri kuadran kanan atas
Ikterik  penyakit sudah lebih lanjut
Fever of unknown origin (FUO)  kalau tidak ada
nyeri kuadran kanan atas dan tidak hepatomegali
– Paru kanan  pekak saat perkusi dan penurunan
suara napas
– Anemia
– Dehidrasi
Diagnosis
• Pemeriksaan pencitraan :
– Dapat membedakan AHP dari kolesistitis, obstruksi
saluran empedu, pankreatitis
– Penggunaan zat kontras technetium 99 M – sulfur
colloid sebelum USG dan CT  lesi dengan ukuran < 3
cm, prediksi lokalisasi untuk dilakukan aspirasi
perkutaneus maupun drainase
– USG  lesi hipoekoik; lesi di lobus kanan atas sulit
untuk diidentifikasi
– CT  sumber infeksi ekstrahepatik di AHP 
apendisitis ataupun divertikulitis.
Diagnosis
• Pemeriksaan laboratorium :
–
–
–
–
–
–
Anemia ringan
Lekositosis dengan neutrofilia
Peningkatan laju endap darah
Peningkatan serum alkali fosfatase
Antibodi antiamubik
Elemen kunci  agen penyebab  kultur darah
(kultur pus di aspirasi abses
– Aspirasi abses  kekuningan / kehijauan + bau busuk
Tatalaksana
• Medikamentosa :
– Sebelum ada hasil kultur :
• Ab spektrum luas
– Infeksi saluran empedu  ampisilin dan
aminoglikosida
– Infeksi dari usus  sefalosporin generasi 3
– Infeksi anaerobik  metronidazol
– Regimen lain  kombinasi betalaktam dan
penghambat aktivitas beta laktamase  infeksi di
usus + bisa untuk infeksi anaerobik
– Antibiotik IV 2 minggu lanjut Ab PO 6 minggu
– Streptococcus  antibiotik PO dosis tinggi > 6 minggu
Tatalaksana
• Nonmedikamentosa :
– Drainase perkutaneus :
• USG abses > 5 cm
• Pake indwelling drainage catheter
• Abses multipel  yang besar
– Drainase dengan pembedahan :
•
•
•
•
•
Kegagalan setelah drainase perkutaneus
Ikterus yang tidak sembuh
Penurunan fungsi ginjal
Abses multilokuler
Pakai laparoskopik
Komplikasi
•
•
•
•
•
•
•
Ruptur
Penyebaran ke pleura  efusi pleura, empiema
Penyebaran ke paru
Efusi perikardial
Fistula torakal dan abdominal
Sepsis  abses yang besar
Trombosis :
– Vena porta
Infeksi bakteri anaerobik
– Vena hepatika
– Menyebabkan  hipertensi portal, sindrom Budd Chiari
Prognosis
• Baik :
– Diagnosis cepat
– Antibiotik tahap dini
– Abses tunggal dan di lobus kanan
• Buruk :
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Pembedahan dengan drainase terbuka
Keganasan
Infeksi dari kuman anaerobik
Infeksi polimikrobial
Abses multipel terutama infeksi pada sistem bilier
Disfungsi multiorgan
Hiperbilirubinemia
Hipoalbuminemia
Komplikasi efusi pleura  orang tua
Sepsis
LO 4
ABSES HATI BALANTIDOSIS
Pendahuluan
• Hospes :
– Babi
– Tikus
– Spesies kera yang hidup di daerah tropik
• Jarang ditemukan di manusia
• Ditemukan  iklim tropik dan subtropik,
frekuensinya rendah
Daur Hidup
Gejala dan Tanda
• Imunokompeten  asimtomatik
• Imunokompromais  berat bahkan kematian
• B.coli  enzim hialuronidase yg memudahkan parasit untuk menginvasi
mukosa usus.
• Infeksi ringan  tanpa gejala jika parasit hidup di rongga usus besar.
• Di selaput lendir usus besar  stadium vegetatif membentuk abses kecil
 pecah  ulkus yang menggaung
• Kasus berat, ulkus  gangren
• Gejala :
–
–
–
–
–
Diare diselingi konstipasi
Sakit perut
Tidak nafsu makan
Muntah
Cachexia
Diagnosis
• Menemukan trofozoit dalam tinja encer atau
kista dalam tinja, trofozoit  colonoscopy.
Tatalaksana
• Tetrasiklin 4 x 500 mg selama 10 hari
• Obat lain  metronidazol 3 x 750 mg/hari
• Evaluasi hasil pengobatan dilakukan sampai 1
bulan setelah pengobatan.
Prognosis
• Penderita dengan infeksi ringan dan menahun
dapat sembuh dengan pengobatan
• Penderita imunokompromais  fatal
LO 5
ABSES HATI JAMUR
Pendahuluan
• <10% kasus abses hepar
• Terutama disebabkan oleh jamur Candida albicans
• Organisme lainnya yang pernah dilaporkan : Aspergillus
sp., Actinomyces sp.
• Terjadi pada individu yang :
–
–
–
–
–
Mendapatkan kemoterapi
Mengonsumsi antimikroba jangka panjang
Mengalami keganasan hematologik
Menjalani transplantasi organ padat
Mengalami imunodefisiensi kongenital dan didapat
TATALAKSANA
• Antifungal sistemik → amphotericin B
– Diberikan bila diagnosis abses hepar fungal sudah
ditegakkan, dan setelah drainase perkutaneus /
secara bedah
– Terapi pertama
– Dapat dikombinasikan dengan formula lipid →
terkonsentrasi di hepatosit
• Flukonazol
Download