Uploaded by User101010

MAKALAH PATOLOGI kongenital

advertisement
MAKALAH PATOLOGI
“KELAINAN CONGENITAL DAN KETURUNAN”
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
DISUSUN OLEH :
MATIAS ANDRIA PERNANDES
LISNAWATI
LIA TRISNASARI
KURNIATIK
KRISTIANI
KUSMILAWATI
KURNIADI
KUSMAYADI
LANDI MESA
M. RUSLI
M. ARWANI WICAKSONO
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rakhmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelasaikan Makalah Mikrobiologi dan Parasitologi yang
menjelaskan tentang Kelainan Congenital Dan Keturunan
Semoga dangan pembuatan makalah ini dapat mempermudah para pembaca dalam
proses belajar, berlatih, serta memberikan manfaat menambah pengetahuan tentang Jenisjenis Kelainan Congenital Dan Keturunan
Ucapan terima kasih kepada dosen di mata kuliah Patologi yang telah membimbing
kami, serta bantuan dan kerja sama dari semua TIM sehingga Makalah ini selesai seperti
yang telah kita harapkan.
Makalah ini, kami rasa masih banyak terdapat kekurangan, karena itu kritik serta saran
dari para pembaca dan semua pihak, sangat kami harapkan. Semoga Allah SWT, senantiasa
memberikan bimbingan dan
petunjuk-Nya kepada kita semua.Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1.
Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak konsepsi
dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam kandungan
dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Khusunya pada bayi berat badan
rendah diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya meninggal karena kelainan kongenital dalam
minggu pertama kehidupannya.
Malformasi kongenital merupakan kausa penting terjadinya keguguran, lahir mati,
dan kematian neonatal.
Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat tinggi pada bayi yang
mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas pada bayi adalah atresia duedoni
esophagus, meningokel eosephalokel, hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan kelainan
metabolik dan endokrin. Sebagian besar penyakit bawaan pada bayi disebabkan oleh kelainan
genetik dan kebiasaan ibu pada saat hamil mengkonsumsi alkohol, rokok dan narkotika.
Dari uraian diatas diharapkan seorang bidan dapat melakukan penanganan secara
terpadu.
Dari masalah yang ada diatas setidaknya dapat memberikan pertolongan pertama dengan
dapat untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, tetapi jika kondisi lebih
parah
Kita harus melakukan rujukan. Berdasarkan hal-hal diatas, makalah yang berjudul “Asuhan
Neonatus dengan Cacat Bawaan dan Penatalaksanaannya” ini disusun untuk mengkaji lebih
jauh mengenai neonatus dengan kelainan kongenital serta penatalaksanaannya sehingga
sebagai seorang bidan kita mampu memberikan asuhan neonatus dengan tujuan
meminimalisir angka kematian dan kesakitan pada neonatus sehingga tugas mutlak seorang
bidan dan terpenuhi dengan baik.
2.
Penyakit keturunan adalah suatu penyakit kelainan genetik yang diwariskan dari orangtua
kepada anaknya. Namun ada orangtua yang hanya bertindak sebagai pembawa sifat (carrier)
saja dan penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh lingkungan dan gaya hidupnya.
B.
Adapun Tujuan dalam penulisaan makalah ini, adalah sebagai berikut:
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kelainan congenital/ cacat bawaan pada neonatus.
2.Untuk
mengetahui
penyebab
kelainan
congenital.
3.Untuk mengetahui diagnosis kelainan congenital.
4.Untuk mengetahui kelainan kongenital pada neonatus dan penatalaksanaannya.
5. Untuk mengetahui cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada neonates.
6. Untuk mengetahui definisi kelainan keturunan.
7. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit turunan.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan cacat bawaan/ kelainan congenital pada neonatus?
2. Apa saja yang penyebab kelainan kongenital?
3. Apa saja kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus dan penatalaksanaannya?
4.
Apa yang dimaksud dengan kelainan keturunan / penyakit turunan?
5.
Apa saja jenis-jenis penyakit turunan?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
a.
Definisi Kelainan Congenital Dan Keturunan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran,
pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan kongenital
dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah
lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh
kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam
terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan sebagai
bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi
berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu
pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologi dan laboratorium untuk
menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah bayi lahir dikenal pula adanya diagnosis
pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya
pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.
b.
Penyakit keturunan adalah suatu penyakit kelainan genetik yang diwariskan dari orangtua
kepada anaknya. Namun ada orangtua yang hanya bertindak sebagai pembawa sifat (carrier)
saja dan penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh lingkungan dan gaya hidupnya.
2. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan
kongenital antara lain:
2.1 Kelainan Genetik dan Khromosom.
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas
kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum
Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan
("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini
sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat
membantu langkah-langkah selanjutya. Dengan adanya kemajuan dafam bidang teknologi
kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama
kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa
contoh kelainankhromosom autosomai trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolism)
kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma Turner.
2.2 Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan
bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi
dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus,
talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)
2.3 Faktor infeksi.
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada
periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu
dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu
organ rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan
kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi
virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital
pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya
kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat
menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi
toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan
pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
2.4 Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama
kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada
bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital
ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa
jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga
erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara
laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya
trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun
hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat.
Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik
atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan
sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
2.5 Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah
Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka
kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93
untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1:
5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39
tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 - 44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu
berumur 45 tahun atau lebih.
2.6 Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus
kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan
bayi yang normal.
2.7 Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan
kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua
dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat
menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan
diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada
hamil muda.
2.8 Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkan
kelainan
kongenital.
Pada
manusia,
pada
penyelidikan-penyelidikan
menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari
ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A
ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan
kongenital.
2.9 Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri
dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial,
hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali
penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
3.
Jenis-jenis Kelainan Kongenital/ Cacat Bawaan Pada Neonatus
3.1
Encephalocele
Enchepalokel jarang ditemukan, merupakan cacat pada daerah oksipital dimana terjadi
penonjolan meningen yang mengandung jaringan otak dan cairan liguor.
Terapi: eksisi kantong dan menyelamatkan sebanyak mungkin jaringan otak kemudian
menutup cacat tersebut
Perawatan Pra-Bedah: cegah jaringan saraf terpapar yaitu lesi ditutupi kassa steril atau kassa
yang tidak lengket, pertahankan suhu tubuh, catat aktivitas tungkai dan sfingter anal, catat
lingkar kepala, foto tulang belakang, foto lesi.
Perawatan pasca bedah: jamin intake, rawat luka operasi, posisi bayi di ubah tiap 1 jam,
monitor BAK/ BAB, ukur lingkar kepala tiap hari, beri dukungan bagi orang tua/ penjelasan
pada orang tua mengenai kelainan ini.
3.2
Hidrocephalus
Definisi: keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5
liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidroscephalus ada dua, yaitu:
3.2.1 Hidrocephalus tak berhubungan (obstruktif) : tekanan CSS meningkat karena aliran
CSS dihambat di suatu tempat di dalam sistem ventrikel
3.2.2 Hidrosefalus berhubungan (komunikans) : tekanan CSS meningkat karena CSS tidak
ventrikel di absorbsi dari ruang subarachnoid, tetap tidak terdapat gangguan dalam sistem.
Penyebab: Obstruksi sirkulasi likuor (sering terdapat pada bayi) yaitu kelainan bawaan,
infeksi, perdarahan, sekres yang berlebihan, gangguan reasorbsi likuor.
Gejala klinik: Muntah, Nyeri kepala, kesadaran menurun, kepala besar, sutura tengkorak
belum menutup dan teraba melebar, sklera tampak di atas iris (Sunset Sign), ubun-ubun besar
melebar atau tidak menutup pada waktunya, dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang
menipis,
tegang
dan
mengkilat,
bola
mata
terdorong
kebawah.
Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT Scan, Ventrikulografi
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus:
3.2.2.1 Mengurangi produksi CSS yaitu merusak sebagian fleksus koroidalis dengan
pembedahan. Obat diamox mempunyai khasiat inhibisi pembentukan CSS.
3.2.2.2 Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi yaitu
menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid.
3.2.2.3 Pengeluaran cairan CSS ke dalam organ ekstrakranial yaitu caara terbaik ke dalam
vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil yang memungkinkan penagliran
CSS
ke
satu
arah.
Tindakan
ini
mudah
terjadi
infeksi
sekunder/
sepsis
Penatalaksanaannya:
a. Kesadaran menurun: pasien diberikan makanan melalui sonde, dan secara bertahap jika
kesadaran mulai ada dapat diberikan susu per oral. Pasien dipasang infus dengan cairan
glukosa (5-10%) dan NaCl 0,9 %
c. Monitor tetesan infus agar tidak terlalu cepat karena dapat menampah tekanan pada otak
d. Kepala pasien harus di alasi bantal yang lembut.
e. Perhatikan agar kulit kepala tetap kering
f. Ubah posisi kepala tiap dua jam, jika tampak kulit kemerahan posisi di ubah tiap satu jam.
g. Jika terjadi lecet beri salep dan tutup dengan kassa
h. Tutup mata dengan kassa steril tiap pasien tidur
i. Jelaskan kepada orang tua bahwa penyakit ini berat dan sukar pengobatannya
j. Jelaskan tentang penyakit anaknya
3.3 Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Celah bibir dan celah langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yang terjadi pada
bibir
bagian
atas
serta
langit-langit
lunak
dan
langit-langit
keras
mulut.
Celah bibir (Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian
atas, yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung.
Celah langit-langit (palatoskizis) adalah suatu saluran abnormal yang melewati
langit-langit mulutdan menuju ke saluran udara di hidung.
Etiologi: mungkin mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapat menyebabkan kelainan pada
janin, contohnya virus atau bahan kimia). Manifestasi klinik: Labioskisis yaitu distorsi pada
hidung, tampakØ sebagian atau keduanya dan adanya celah pada bibir. Palatoskisis yaitu
tampak ada celah pada palatum, ada rongga pada hidung, distorsi hidung, teraba ada celah
atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari, kesukaran dalam menghisap atau
makan. Komplikasi: gangguaan bicara dan pendengaran, terjadinya otitis media, aspirasi,
disstress pernapasan.
Penatalaksanaan:
a.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan posisi kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan minum
dengan menggunakan sendok atau pipet, cegah bayi tersedak, tepuk punggung bayi setiap 15
mL-30 mL minuman yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih mengisap.
b.
Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa enam jam, pemberian infus,
perhatikan keadaan umum bayi.
c.
Jelaskan pembedahan pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan pembedahan
usia 2-3 hari atau sampai beberapa minggu. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6
bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan.
Untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu umur > 10 minggu (3 bulan),
>5 kg, leukosit > 1000/ uL. Cara operasi yang umum dipakai adalah cara mungkin (15-24
bulan) sebelum anak mampu bicara. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan
bicara.
d.
Prosedur perawatan setelah operasi: rangsangan untuk menelan atau menghisap, dapat
menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut 7-10 hari, bila
sudah toleran berikan minum pada bayi, dan makanan lunak sesuai usia dan dietnya.
e.
Peran bidan: memberi dukungan dan keyakinan ibu, menjelaskan pada ibu yang terpenting
untuk saat ini, adalah memberi bayi cukup minum untuk memastikan pertumbuhan sampai
operasi dapat dilakukan. Apabila hanya labioskiziz dapat menganjurkan ibu untuk tetap
menyusui. Apabila kasus labiopalatoskizis pemberian ASI peras untuk memenuhi kevbutuhan
nutrisinya. Bila masalah minum teratasi BB naik, rujuk bayi untuk operasi.
3.4
Atresia esophagus
Atresia esofagus yaitu pada ujung esofagus buntu yang biasanya disertai kelainan
bawaan
lainnya
yaitu
kelainan
jantung
bawaan
dan
kelainan
gastrointestinal.
Etiologi:
Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor. Faktor genetic, yaitu Sindrom
Trisomi 21,13, dan 18.
Gambaran klinik :
Liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbuih, apabila air liur masuk ke dalam trakea akan
terjadi aspirasi
Kelainan bawaan ini biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir dengan kurang bulan. Bayi
tersebut sering mengalami sianosis apabila cairan lambung masuk ke dalam paru-paru.
Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkan setengah duduk untuk
mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan cairan
lambung untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi lebih sering,
lakukan pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis agar paru-paru berkembang.
3.5 Atresia Ani dan Recti
Definisi : Tidak adanya lubang tetap pada anus atau tidak komplit perkembangan
embrionik pada distal usus ( anus ) atau tertutupnya secara abnormal.
Penyebab : ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal.
Gambaran klinik : bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat
defekasi mekonium atau urine bercampur mekonium
Atresia Ani terdapat empat golongan yaitu stenisis rektum yang lebih rendah atau pada anus,
membran anus menetap, anus inperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada macammacam jarak dari perinium, lubang anus terpisah dengan ujung rektum yang buntu.
Pemeriksaan diagnostik :
Yaitu pemeriksaan fisik rektum kepatenan rektum dan dapat dilakukan colok dubur
dengan menggunakan jari atau termometer yang dimasukkan sepanjang 2 cm ke dalam anus,
kalau ada kelainan termometr dan jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan
terdapat penyumbatan lebih tinggi dari perinium, gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah
lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau. Pemeriksaan radiologi untuk
mengetahui sampai dimana terdapat penyumbatan.
Penatalaksanaan : Pembedahan yaitu eksisi membran anal, fisula yaitu dengan kolostomi
sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus, dengan mempersiapkan
operasi dan penjelasan kepada orang tua mengenai kelainan anaknya serta tindakan yang
akan dilakukan. Sebelum pembedahan bayi dipasangi infus, sering diisap cairan lambungnya,
dilakukan observasi tanda-tanda vital. Operasi dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama
hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan atau lebih dilakukan operasi tahapan
kedua. Perawatan pasca operasi yaitu pencegahan infeksi, penjelasan kepada orang tua cara
merawat anus buatan dan menganjurkan agar konsultasi secara teratur dan menjaga kesehatan
bayi agar dapat di lakukan oprasi tahap kedua tepat pada waktunya.
3.6 Hirschsprung
Pengertian : suatu kelainan bawaan tidak terbentuknya sel ganglion para simpatis dari
pleksuss messentrikus / aurebach pada kolon bagian distal
Hirschsprung terbagi dua yaitu segmen pendek : dari anus sampai sigmoid, segmen panjang :
kelainan melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Gambaran Klinik : Trias yang sering ditemukan ialah mekonium yang lambat keluar
(
lebih dari 24 jam ), perut kembung, dan muntah berwarna hijau.
Pemeriksaan colok anus yaitu jari akan merasakan jepitan, dan pada waktu ditarik akan
diikuti
dengan
keluarnya
udara
dan
mekonium
atau
tinja
yang
menyemprot.
Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa rektum (merupakan tindakan
sementara) dan dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis (bila ada instruksi dokter),
memberikan yang bergizi serta mencegah terjadinya infeksi. Masalah utama yang terjadi
gangguan defekasi (obstipasi).
3.7 Spina Bifida
Adalah kelainan bawaan yang terbentuk sejak dalam kandungan. Ada sebagian
komponen tulang belakang yang tidak terbentuk. Jadi, tidak ada tulang lamina yang menutupi
sumsum atau susunan sistem saraf pusat di tulang belakang. Terjadinya kelainan ini, dimulai
sejak dalam masa pembentukan bayi dalam kandungan. Terutama pada usia 3-4 minggu
kehamilan. Pada masa ini janin sedang dalam pembentukan lempeng-lempeng saraf. Jika saat
itu ada gangguan, tulang belakang yang seharusnya menutup jadi tidak menutup.
Kemungkinan penyebab gangguan ini adalah ibu hamil kekurangan konsumsi asam folat.
Pada proses perkembangan tulang belakang dengan sarafnya itu, awalnya tulang belakang
dan sumsum tumbuh di tingkat yang sama. Tapi dalam perkembangannya kemudian, Tulang
belakang tumbuh lebih cepat dari sumsum tulang. Kalau ada gangguan pembentukan tulang
belakang, perkembangannya jadi tertahan. Karena tulang belakangnya tidak terbentuk, maka
sumsum tulang jadi tersangkut pada bagian tulang yang berlubang (defect) tadi, sehingga
sumsum tulang keluar dan menonjol. Isinya bisa hanya berupa selaput saraf dengan air saja
atau saraf-sarafnya pun ikut keluar dan menonjol. Sebetulnya, kelainan ini bisa dideteksi
sejak dalam kandungan lewat pemeriksaan USG atau dengan pemeriksaan cairan amnionnya.
Bahkan kalau di luar negeri, bila diketahui si bayi terkena kelainan ini bisa langsung
dikoreksi sejak dalam kandungan.
Gambaran klinis : Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala,
sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda
spinalis maupun akar saraf yang terkena.
Gejalanya berupa:
a. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir.
b. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
c. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
d. Penurunan sensasi
e. Inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja
f. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).
Gejala pada spina bifida okulta:
a. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
b. Lekukan pada daerah sakrum.
Terdapat beberapa jenis spina bifida:
a. Spina bifida okulta : merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa
vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens)
tidak menonjol.
b. Meningokel : meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai
suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.
c. Mielokel : jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit
diatasnya tampak kasar dan merah.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple
screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan
bawaan lainnya. 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki
kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi,
karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat
diagnosis.
Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida.
Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban). Setelah bayi lahir, dilakukan
pemeriksaan berikut:
a.
b.
Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis
maupun vertebra.
c.
CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya
kelainan.
Penatalaksanaan :
a.
Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat.
Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil,
karena kelainan ini terjadi sangat dini. Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan
untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita
hamil adalah 1 mg/hari.
b.
Biasanya kalau ada kelainan bawaan yang berat dan dapat mengancam nyawa si bayi, maka
begitu lahir sudah disiapkan tim dokter untuk menanganinya. Misalnya dari bedah saraf,
bedah anak, ortopedi, dan dokter saraf anak. Terlebih bila spina bifidanya terbuka dan terjadi
kebocoran, maka harus segera ditutup lewat operasi. Karena bagaimanapun, tidak bisa
dibiarkan adanya hubungan dunia luar dengan susunan saraf pusat. Tindakan operasi yang
dilakukan pun memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk penutupan kalau ada defect atau kalau
ada hubungan langsung susunan saraf pusat dengan dunia luar. Selain itu, tujuan utama
lainnya adalah operasi untuk membebaskan jaringan saraf bila mungkin ada yang
menyangkut di tulang belakang yang defect (berlubang).
c.
Bila kelainan spina bifidanya terbuka luas, bayi harus dirawat di rumah sakit dan tidak
dibolehkan pulang. "Sebab, ia termasuk bayi berisiko tinggi.
16
Sementara pada spina bifida yang dilapisi oleh kulit yang normal, bisa didiamkan saja, tanpa
perlu tindakan operasi. "Bisa dibawa pulang dan kontrol 3-5 bulan, asalkan dihindari dari
cedera seperti jatuh atau terbentur.
d.
Bila spina bifida disertai dengan hidrosefalus sebaiknya dilakukan terlebih dulu
pemasangan 'selang' atau VP shunt (pintas dari rongga cairan otak ke perut). Kalau tidak,
tekanan cairan dari otak akan tinggi terus. Akibatnya, seringkali bocor dan merembes.
Dengan pemasangan selang, cairan otak dialirkan ke rongga perut sehingga tekanan cairan
pun tidak terlalu tinggi. Kalau tidak dipakaikan selang, lama-lama kepala anak akan terus
membesar karena cairan otak akan bertambah atau berproduksi terus. Pertumbuhan jaringan
otak pun akan tertekan dan kalau dibiarkan terus, bisa menjadi tipis.
e.
Kalaupun ada penundaan operasi, misal karena kondisi si anak tak memungkinkan, untuk
sementara waktu diberikan obat-obatan. Terutama untuk mengurangi produksi cairan
otaknya. Selain berusaha secepat mungkin melakukan tindakan sampai kondisinya
memungkinkan. Kalau tidak, akan mengalami masalah di atas meja operasi atau sesudahnya."
Pemberian obat-obatan pun diberikan setelah atau segera sebelum operasi.
f.
Sebelum melakukan tindakan pun, biasanya kondisi sarafnya dinilai lebih dahulu, apakah
masih berfungsi atau tidak. Misalnya, apakah anak mengalami kelumpuhan atau tidak. Lalu,
apakah ia bisa menahan pipis atau tidak. Jika ternyata saraf sudah tak berfungsi, Jadi,
tindakan operasi dilakukan menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu bedah anak.
Selain itu, dicari waktu yang terbaik untuk melakukan operasi. Kalau pada usia anak yang
lebih besar, lebih mudah untuk diambil tindakan karena fungsi organ tubuhnya sudah matang.
Sementara pada bayi, sangat riskan.
g.
Selain pengobatan dengan tindakan operasi, juga dilakukan stimulasi fisioterapi dan
rehabilitasi medik untuk melatih motoriknya. Misalnya dengan menggerakan otot-ototnya
supaya tidak lemah. Jadi, fungsi-fungsi saraf yang ada harus dilatih semaksimal mungkin.
Termasuk melatih BAB dan BAK. Ini amat penting mengingat tidak mungkin untuk
membuat saraf baru.
3.8
Omfalokel (amniokel = Eksomfalokel)
Penyebabnya adalah kegagalan alat pada dalam kembali ke rongga abdomen pada
waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebabkan timbulmya omfalokel. Kelainan
dengan adanya sembulan dari kantong yang berisi usus dari visera abdomen melalui defek
dinding abdomen pada umbikalis dan terlihat menonjol. Angka kematian ini tinggi bila
omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.
Masalah yang dapat terjadi adalah potensial infeksi, sebelum operasi bila kantong belum
pecah, dioleskan merkurokrum setiap hari untuk mencegah infeksi. Setelah diolesi diolesi
dengan kasa steril, diatasnya ditutupi lagi dengan kapas agak tebal baru dipasang gurita.
Penatalaksanaan : Operasi segera dilakukan setelah lahir, tetapi mengingat bahwa
memasukkan semua usus dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomenakan
menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru hingga timbul gangguan pernapasan, maka
biasanya operasi ditunda beberapa bulan.
3.9
Hernia Diafragma
Terjadi karena terbentuknya sebagian diafragma sehingga isi perut masuk kedalam rongga
toraks. Kelainan yang sering ditemukan ialah penutupan tidak sempurna dari sinus
pleuroperitoneal yang terletak pada bagian posrero lateral dari diafragma. Gejala tergantung
kepada banyaknya isi perut yang masuk kedalamØ toraks, akan timbul gejala gangguan
pernapasan seperti sianosis, sesak napas, retaraksi sela iga dan sublateral, perut kecil dan
cekun, suara napas tidak terdengar pada paru yang terdesak pada bunyi jantung lebih jelas
pada bagian yang berlawanan oleh karena didorong oleh isi perut. Diagnosis adalah dengan
membuat foto toraks. Tindakan dengan operasi, sebelumnya dilakukan tindakan pemberianØ
oksigen bila bayi tampak sianosi, kepala dan dada harus lebih tinggidari pada dada dan perut,
yaitu agar tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan membbiarkan daifragma
bergerak dengan bebas. Posisi ini juga dilakukan setelah operasi.
3.10 Atresia Koane
Penutupan satu atau kedua saluran hidung oleh karena kelainan pertumbuhan tulangtulang dan jaringan ikat. Bayi akan sukar bernafas dan minum. Atresia unilateral tidak
memerlukan tindakan bedah segera, tetapi bila bilateral harus dilakukan tindakan operatif.
3.11 Obstruksi Usus
Pada bayi yang di lahirkan oleh ibu dengan hidroamnion, harus dilakukan dengan
tindakan pemasukan pipa melalui mulut kelambung. Untuk mengetahui ada tidaknya atresia
esofagus, bila dapatn mencapai bila dapat mencapai lambung dan cairan lambung dapat
diisap lebih dari 15 ml, dapat diduga mungkin terdapat obstruksi usus letak tinggi, obstruksi
dapat terjadi pada usus halus dan usus besar yang dapat di sebabkan atresia, stenosis atau
malrotasi.
Gejala umum yang terjadi muntah berwarnah hijau atau kuning coklat, perut
membuncit,
kadang-kadang
tampak
gerakan
peristaltikdan
terdapat
obstipasi.
Penatalaksaan: dipuaskan, pemberian cairan dan elektrolit dengan parenteral, pengosongan
lambung dan usus dengan cara mengisapnya terus menerus, operasi sesuai dengan letak
obstruksi. Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang di sebabkan disfungsi umum
kelenjar eksokrim pancreas. kedaan ini menyababkan berkurangnya enzim pangkreas yant
mengalir kelumen usus halus sehingga isi usus halus menjadi kental dan menumbat lumen
usus.
3.12 Atresia Duodeni
Biasanya terjadi dibawah ampula vateri, muntah terjadi beberapa jam sesudah kelahiran.
Perut dibagian epigastrium tampak membuncit sesaat sebelum muntah. Muntah mungkin
projektil dan berwarnah hijau. Foto abdomen dalam posisi tegak akan memperlihatkan
pelebaran lambung dan bagian proksimal duodenum tampa adanya udara dibagian lain usus.
Pengobatan ialah dengan oprasi. Sebelum operasi dilakukan hendaknya lambung
dikosongkan dan diberikan cairan intaravena untuk memperbaiki gangguan air dan elektrolit
yangb terjadi.
3.13 Hipospadia
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana metus eksterna terletak dipermukaan
ventral penis dan lebih proksimaldari tempatnya yang normal (ujung glan penis)
Etiologi: maskulinisasi inkomplit dari genetalia karenainvolusi yang prematur dari sel
interstisial testis
Manifestas klinik: penis melengkung kearah bawah hal ini disebabkan adanya chordee
yaitubsuatu jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus uretra yaitu tipe glandula,
distal penila, penila, penoskrotal, scrotal dan parienal.
Penatalaksanaan: operasi yang terdiri dari beberapa tahap yaitu operasi pelepasan chordee
dan tunneling dilakukan pada glans penis dan muaranya, bahan untuk menutup luka
eksisichordee dan pembuatan tunneling diambil dari preputium penis bagian dorsal. Oleh
karena itu hipospadia merupakan kontra indikasi mutlak untuk sirkumisi. Operasi
uretroplasti, biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama uretra dibuat dari kulit penis
bagian ventral yang diinsisi secara longitudional paralel dikedua sisis.
3.14 Fimosis
Pengertian fimosis adalah penyempitan pada preposium, kelainan yang menyebabkan bayi
atau anak sukar berkemih.
Penyebab
Adanya
smegma
pada
ujung
prepusium
yang
menyulitkan
bayi
berkemih
Tanda dan gejala
Kulit prepusium menggelembung seperti balon dan bayi / anak menangis keras
sebelum urine keluar.
Penanganan
Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lobang preposium dengan cara
mendorong kebelakang kulit prepesium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk
mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep
antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter selanjutnya dirumah orangtua
sendiri di minta melakukannya seperti dilakukan oleh dokter ( pada orang barat sunat
dilakukan pada seorang laki-laki kerioka masih dirawat/ketika baru lahir. Tindakan ini
dimaksudkan untuk kebersihan /mencegah infeksi karena adanya spegma bukan karena
keagamaan. Setiap memandikan bayi hendaknya preposium didorong kebelakang kemudian
ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijelang dengan air matang.
3.15 Epispadia
Pengertian : Suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dengan lubang uretra
terdapat bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.
Jenis: lubang uretra terdapat dipuncak kepala penis,seluruh uretra terbuka
disepanjang penis, seluruh uretra terbuka dan lubang kandung kemih terdapat pada dinding
perut.
Gejala: lubang uretra terdapat dipunggung penis
Diagnosis : untuk melihat beratnya epispadia, dilakukan pemeriksaan berikut radiologis, USG
system kemih kelamin.
Penangannan: melalui pembedahan
3.16 Kelainan Jantung Kongenital
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah gangguan atau
kelainan organ jantung saat lahir dan merupakan salah satu penyebab kematian terbesar
akibat
dari
kelainan
saat
lahir
pada
tahun
pertama
kehidupan.
Penelitian membuktikan bahwa mutasi genetik, factor lingkungan, infeksi saat
kehamilan, dan keracunan dapat menyebabkan atau berperan di dalam gangguan
pembentukan jantung. Meskipun begitu, terdapat beberapa kelainan bawaan yang tidak
diketahui penyebabnya.
Pembentukan sistim kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dimulai pada
minggu ketiga pertumbuhan janin. Sirkulasi janin akan berkembang sehingga janin dapat
tumbuh dan berkembang di dalam rahim dengan menggunakan plasenta (ari-ari) sebagai
sumber dari nutrisi, oksigen, dan pembuangan sisa metabolisme.
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadinya
kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti kejang fenitoin, talidomid, dan obat
kemoterapi). Penyebab lainnya adalah pemakaian alcohol, rubella, dan Diabetes selama
hamil.
3.17 Kelainan Metabolik dan Endokrin
Pengertian Merupakan gangguan metabolisme ataupun endokrin yang terjadi pada bayi baru
lahir.
Klafikasi dan penyebab
Gangguan metabolik yaitu:
a.
Hipertermia
b.
Hipotermia
c.
Edema, terdapat pada 150 imunisasi rhesus berat pada bayi dari ibu penderita DM.
d.
Tetani, biasanya ditemukan pada hipoparatiroidisme fisiologik sepintas yaitu karena
berkurangnya kesanggupan ginjal untuk mengsekresikan fosfat pada bayi yang mendapat
susu buatan dan bayi dari ibu penderita DM atau pra DM.
Gangguan endokrin yaitu :
1.
Hipoplasia adrenal congenital disebabkan oleh kekurangan ACTH sebagai akibat dari
hipoplasia kelenjar pituitary hipofungsi hipothalamus pada masa kritis embrio genesis
2. Perdarahan adrenal, disebabkan oleh trauma lahir, misalnya lahir dengan letak sungsang.
3. Hipoglikemia yaitu dimana kadar gula darah kurang dari 30 mg% pada bayi cukup bulan
dan kurang dari 20 mg % pada BBLR
4. Defesiensi tiroid, terjadi secara genetik yaitu sebagai kretinisme, tetapi juga terdapat pada
bayi yang ibunya mendapatkan pengobatan toiurasil atau derivatnya waktu hamil
5. Hipertirodisme sementara, dapat dilihat pada bayi dari ibu penderita hipertioidisme atau
ibu yang mendapat obat tiroid pada waktu hamil.
6. Gondok congenital disebabkan oleh kekurangan yodium dan terdapat didaerah gondok
yang endemik
7. Hiperplasia adrenal disebabkan karena peninggian kadar kalium dan penurunan kadar
natrium dalam serum
Tanda dan gejala
a. Untuk hipotermia akut yaitu lemah, gelisah,pernafasan dan bunyi jantung lambat dan
kedua kaki dingin.
b. Untuk cold injury yaitu lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu tubuh 29,5
oC – 35 oC. gerakan sangat kurang ; muka,kaki,tangan, dan ujung hidung merah seolah-olah
bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkitis atau edema.
c. Tetani, yaitu mudah terangsang, muscular twicthing ; tremor dan kejang.
d. Hipoplasia adrenal congenital , yaitu, lemah, muntah, diare, malas minum, dehidrasi.
e.
Perdarahan adrenal yaitu / renjatan nadi lemah dan cepat , pucat, dingin.
f. Defesiensi tiroid yaitu konstipasi ikterus yang lemah ekstremitas dingin dan pada kulit
terdapat bercak yang menetap.
ng dapat menimbulkan gejala gangguan pernapasan dan dapat menyebabkan kematian
;hiporekstensi
j. Hipertermia yaitu/ dengan memperbaiki suhu lingkungan dan atau pengobatan terhadap
infeksi
k. Hipotermia yaitu/dengan segera memesukkan bayi kedalam incubator yang suhu nya telah
diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan
teliti
l. Hipotermia sekunder yaitu/dengan mengobati penyebabnya misalnya dengan pemberian
antibiotika,larutan glukosa,o2 dan sebagainya.
m. Cold injury yaitu/dengan memenaskan bayi secara perlahanlahan,antibiotika, larutan glukosa,o2 dan sebagainya.
n. Tetani yaitu/dengan memberikan larutan kalsium glukonat 10 % sebanyak 5:10 ml IV
dengan perlahan-lahan dan dengan pengawasan yang baik terhadap denyut jantung.
o. Hipertiroidisme sementara yaitu dengan memberikan larutan lugol sebanyak 1 tetes 3-6
kali/sehari atau propiltiorasil atau metimasol, pemberian cairan secara IV, sedativum dan
digitalis bila terdapat tanda gagal jantung.
p. Gondok congenital yaitu dengan pengangkatan sebagai kelenjar tiroid dengan disertai
pemberian hormone tiroid bila terdapat gejala penyumbatan jalan nafas yang berat.
q. Hipoplasia adrenal kongenita yaitu dengan pemberian larutan garam
NaCL,deksoksikortikosteron dan asetat
r. Hiperplasia adrenal yaitu/dengan memberikan larutan garam NaCL 0,9% tambah larutan
glukosa seta pemberian kortikosteroid dosis tinggi.
s. Perdarahan adrenal yaitu/ dengan memberikan transfuse darah dan hidrokortison
t. Hipoglikemia yaitu / dengan menyuntikkan larutan glukosa 15-20 % sebanyak 4 ml/kg BB
melalui ke vena perifer.
4.
a.
Jenis-jenis Kelainan Turunan
Hemofilia
Hemofilia adalah salah satu penyakit turunan akibat kekurangan faktor pembeku darah
8 atau 9. Perintah pembekuan darah ini terdapat di kromosom X, sehingga penderita
hemofilia kebanyakan adalah kaum laki-laki. Karena itu sebagian besar perempuan sebagai
carrier saja. Penyakit ini sulit dicegah karena setiap anak mengandung satu kromosom seks
dari ibu dan satu kromosom seks dari ayah, karenanya penyakit ini selalu dimulai sejak anakanak.
b.
Buta Warna
Penyakit ini diwariskan dari mutasi genetik kromosom X. sebagian besar penyakit
ini,akibat faktor geneik tapi ada juga disebabkan kerusakan mata,saraf dan otak akibat bahan
kimia tertentu. Mutasi yang menyebabkan buta warna jika sedikitnya ada 19 kromosom
berbeda dan 56 gen berbeda. Kondisi ini bisa muncul saat masih kanak-kanak atau dewasa.
c.
Diabetes Melitus
Penyakit diabetes mellitus memliki hubungan yang kuat dengan keturunan. Penyakit ini
ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah akibat insulin didalam tubuh yang tidak
bisa bekerja secara optimal. Seseorang yang memiliki antigen leukosit dalam darah yang
diperoleh dari orang tuanya akan memiliki kecenderungan kuat untuk mengembangkan
diabetes tipe 1
Sedangkan diabetes tipe 2 merupakan penyakit keturunan ysng akan muncul digenerasi
berikutnya jika ada masalah lain yang menyertainya seperti obesitas,hipertensi dan gaya
hidup yang tidak sehat,yang mengganggu fungsi sel-sel beta didalam tubuhnya.
d.
Thalasemia
Thalasemia adalah kelainan darah karena hemoglobin darah mudah sekali pecah.
Penyakit ini merupakan genetik yang diturunkan jika kedua orang tuanya adalah pembawa
sifat(carrier). Akibat kelainan darah ini membuat anak terlihat pucat dan harus mendapatkan
tranfusi darah secara teratur agar hemoglobinnya tetap normal. Berdasarkan hukum mendel
jika ibunya sebagai carrier,maka setiap anaknya berpeluang 25 persen sehat, 50 persen
sebagai carrier dan 25 persen terkena thalasemia.
e.
Kebotakan
Seperti diketahui bahwa kebotakan disebabkan oleh banyak hal, tapi salah satunya juga
bisa akibat faktor keturunan dari orang tuanya. Jika ayahnya mengalami kebotakan, maka
setidaknya salah satu anaknya ada yang mengalami kebotakan akibat adanya gen yang
diturunkan.
f.
Alergi
Sebagian besar alergi disebabkan oleh faktor keturunan. Jika orang tua memiliki bakat
alergi, maka ada kemungkinan sekitar 70 persen anak akan memiliki alergi juga. Namun jika
hanya salah satu orang saja yang alergi, maka faktor risiko ini bisa berkurang sekitar 30
persennya.
g.
Albino
Albino adalah salah satu penyakit turunan yang disebabkan anak tersebut mengandung
gen albino dari ayah dan ibunya. Kebanyakan orang dengan albino lahir dari orang tua yang
memliki gangguan dalam hal produksi melaninnya, tapi pada orang yang carrier tidak akan
menunjukan tanda-tanda memiliki gen albino. Jika orangtua hanya sebagai carrier atau
memiiki satu gen albino,sebaiknya tidak menikah dengan orang yang memiliki albino.
h.
Asma
Asma merupakan salah satu penyakit turunan dan diketahui bahwa faktor ibu lebih kuat
untuk menurunkan asma pada anak dibandingkan dengan faktor bapak. Asma bisa timbul bila
dipicu oleh adanya suatu alergi disekitarnya. Selain itu sekitar 30 persen penyakit asma
disebabkan oleh turunan dari orangtuanya. Namun pada beberapa orang yang asmanya
terkontrol dengan baik, bisa hilang saat menjelang dewasa. Salah satu cara untuk mencegah
penyakit-penyakit tersebut menurun ke generasi berikutnya adalah dengan melakukan
pemeriksaan lengkap sebelum menikah. Karena dari pemeriksaan ini akan diketahui apakah
keduanya memiliki gen penyakit yang diturunkan ke anaknya kelak atau tidak sehingga bisa
lebih siap menghadapinya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak
konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam
kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Khusunya pada bayi
berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya meninggal karena kelainan
kongenital dalam minggu pertama kehidupannya.
Penyakit keturunan adalah suatu penyakit kelainan genetik yang diwariskan dari
orangtua kepada anaknya. Namun ada orangtua yang hanya bertindak sebagai pembawa sifat
(carrier) saja dan penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh lingkungan dan gaya hidupnya.
B.
Saran
Adapun saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:
1.
Dalam mempelajari asuhan neonates, seorang calon bidan atau calon perawat diharapkan
mengetahui kelainan kongenital atau cacat bawaan yang biasanya terjadi pada neonatus
sehingga mampu memberikan asuhan neonates dengan baik dan sesuai dengan kewenangan
profesi.
2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan makalah
atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini, diharapkan kekurangan yang ada
pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih baik
Download