Nama : Denny Setiawan NIM : 1801035209 Mata Kuliah : Seminar Akuntansi #1 “Pilihan-Pilihan Akuntansi dalam Aplikasi Teori Akuntansi Positif” (Tatang Ary Gumanti) Teori akuntansi positif banyak menggunakan pilihan-pilihan metode akuntansi. Dalam suatu review yang menyeluruh, Christie (1990) menyimpulkan ada enam proxy yang telah diketahui memiliki kemampuan dalam menjelaskan praktek-praktek yang merupakan cerminan dari aplikasi teori akuntansi positif. Keenam proxy dimaksud adalah ukuran perusahaan (firm size), tingkat risiko (risk level), kompensasi manajerial (managerial compensation), porsi utang terhadap aktiva atau modal (financial leverage), pembatas-pembatas dalam penyelesaian utang, dan rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio). Keenam faktor diatas adalah faktor yang melekat pada suatu perusahaan dan sekaligus sebagai sifat atau karakteristik suatu perusahaan dimana besarnya masing-masing faktor bisa berbeda-beda antara perusahaan yang satu dan perusahaan yang lain. Holthausen dan Leftwich (1983) berpendapat bahwa pilihan pilihan akuntansi hanya akan memiliki konsekuensi ekonomi jika perubahan-perubahan dalam peraturanperaturan yang digunakan untuk menghitung angka-angka akuntansi mempengaruhi besar kecilnya distribusi aliran kas perusahaan, atau kemakmuran pihak-pihak yang menggunakan angka-angka tersebut untuk pengambilan keputusan atau kontrak. Menurut Holthausen dan Leftwich, teori ini disebut sebagai teori konsekuensi ekonomi (economic consequence theory). Teori ini sebenarnya tidak jauh berbeda dari teori akuntansi positif yang dikedepankan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Penelitian-penelitian awal yang mencoba mencermati efek dari perubahan metode akuntansi terhadap harga saham menghasilkan kesimpulan bahwa perubahan metode akuntansi tidak memiliki efek terhadap harga saham (Ball, 1972; Kaplan dan Roll, 1972; Sunders, 1973). Bukti adanya efek terhadap harga saham hanya ditemukan pada perubahan metode pencatatan persediaan dari LIFO ke FIFO yang dalam hal ini dapat mempengaruhi besarnya pajak penghasilan perusahaan. Bahkan, Kaplan dan Roll (hal. 245) agak pesimistis dengan menyatakan “Earnings manipulation may be fun, but its profitability is doubtful”. Ini semua tidak terlepas dari adanya anggapan bahwa apa-apa yang dilakukan oleh manajer, selama aktivitasnya tersebut tersirat di dalam laporan keuangan dan diketahui oleh pengguna laporan keuangan (users), tidak akan mempengaruhi penilaian investor karena investor mengetahui aktivitas atau aksi manajemen tersebut Dalam pandangan konsep pilihan akuntansi tidak berefek, tidak dapat dikatakan bahwa baik manajer maupun pembuat aturan akan memilih metode akuntansi secara acak. Pasti terdapat latar belakang atau alasan yang berbeda-beda antar manajer dalam memilih suatu teknik atau metode akuntansi tertentu dan kenapa tidak memilih suatu metode akuntansi yang lain. Artinya, walaupun dalam konteks bahwa pilihan akuntansi tidak berefek terhadap harga saham, namun terdapat suatu anggapan yang bisa dilandasi oleh tradisi atau kebiasaan yang uniknya dapat dijumpai dalam skala industri. #2 Manajemen Laba : Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial dan Kompensasi Bonus (Desri Kristianti, Muhammad Muslih) Informasi laba sering digunakan para stakeholder dan shareholders sebagai tolak ukur kinerja perusahaan untuk melihat apakah tujuan operasi sudah tercapai dan juga sebagai pertanggungjawaban manajemen serta menjadi dasar dalam pengambilan sebuah keputusan. Manajen laba sering timbul akibat benturan kepentingan antara pemilik (principial) dan manajemen (agent) atau yang sering disebut dengan konflik keagenan serta perbedaan informasi yang diterima dimana informasi yang diterima oleh principal lebih sedikit dari pada agent (Jensen dan Meckling, 1976). Perbedaan informasi yang didapat membuat seorang pemilik (pemegang saham atau investor) menginginkan informasi perusahaan diperoleh lebih cepat, lebih banyak, valid sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan manajemen laba yang berfokus pada laba sehingga menciptakan prestasi dan kesan tertentu. Salah satu alasan manajer melakukan manajemen laba adalah untuk kepentingan meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap kinerja perusahaan dan juga untuk memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor (Sulistyanto, 2014:65-94) Perusahaan yang sedang mengalami financial distress kemungkinan dapat melakukan manajemen laba. Dimana perusahaan akan berusahan menutupi utangnya agar laporan keuangan yang dihasilkan terlihat baik. Teori yang digunakan adalah agency theory, dimana manajemen memiliki banyak informasi dibandingkan dengan para principal, karena ketidakseimbangan informasi yang diterima maka mencipatkan peluang bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba Pengembangan Hipotesis Ukuran Perusahaan Total asset dapat digunakan sebagai indicator yang mengungkapkan apakah perusahaan tergolong besar atau tidak. Perusahaan besar cendrung tidak melakukan manajemen laba, dikarenakan untuk menjaga kepercayaan para pemegang saham dan investor H1 : Terdapat pengaruh signifikan negative antara ukuran perusahaan terhadap manajemen laba Kepemilikan Manajerial Perusahaan yang mengadakan kepemilikan manajerial bertujuan untuk mengurangi adanya konflik kepentingan, meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas perusahaan, mengurangi risiko-risiko dalam perusahaan dan agar kebijakan yang dibuat tidak menguntungkan beberapa pihak saja namun bisa diselaraskan bagi seluruh kepentingan H2 : Terdapat pengaruh signifikan negatif antara kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba Kompensasi Bonus Adanya pemberian bonus berdasarkan capaian target laba dapat membuat sifat opportunistic manajemen muncul untuk memaksimalkan pencapaian bonus dengan melakukan manajemen laba. H3 : Terdapat pengaruh signifikan positif antara kompensasi bonus terhadap manajemen laba. Metode Penelitian Kuantitatif, sampel Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-2017. Jumlah sampel 20 perusahaan manufaktur Hasil Pada variabel manajemen laba yang diukur dengan Beneish M-Score, rata-rata manajemen laba pada perusahaan manufaktur tahun 2014-2017 sebesar -2,248193. Kriteria pada Beneish M-Score menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki angka Beneish M-Score di atas -2,22 dikategorikan sebagai perusahaan yang melakukan manajemen laba. Ukuran Perusahaan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, makasemakin kecil pula kemungkinan terjadinya manajemen laba dalam perusahaan. Kepemilikan Manajerial kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan persentase kepemilikan saham oleh manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Kompensasi Bonus kompensasi bonus yang diproksikan dengan total kompensasi memiliki pengaruh signifikan positif terhadap manajemen laba. #3 Getting Compensation Right – the Choice of Performance Measures in CEO Bonus Contracts and Earnings Management Insentif yang diberikan melalui kontrak kompensasi menyebabkan efek buruk pada kinerja perusahaan. ukuran kinerja berbasis laba dalam kompensasi eksekutif dapat menyebabkan manipulasi laba dan oleh karena itu kinerja perusahaan tidak akurat (Hassab Elnaby dkk., 2010; Ibrahim & Lloyd, 2011). Saat menilai kompensasi berbasis penghargaan untuk para eksekutif, terutama dalam pembayaran bonus, ukuran kinerja yang tepat harus dipilih. Ini mungkin terkait dengan hasil keuangan perusahaan, faktor non-keuangan, atau kombinasi keduanya. Beberapa di antaranya berfokus pada jangka pendek, sementara yang lain lebih berfokus pada jangka panjang. Penggunaan ukuran kinerja nonfinansial memungkinkan perencanaan strategis yang lebih baik, memberikan investor gambaran yang lebih akurat tentang kinerja perusahaan secara keseluruhan (Ittner & Larcker, 2003). Mereka juga memfokuskan manajer pada jangka panjang dan menghindari risiko manajer membuat keputusan jangka pendek untuk meningkatkan gaji mereka, dengan mengorbankan kesuksesan jangka panjang perusahaan (Ibrahim & Lloyd, 2011).