Uploaded by User97837

Kelompok 2 ringkasan Bab 5,6,7,8

advertisement
Pemeriksa Akuntansi 1
Oleh Kelompok 2 :
Muhammad Syahrul Ramadhan
Sweda Arifah
Trimaidayanti
Fakultas Ekonomi
Universitas Lancang Kuning
2020
BAB 5
BUKTI AUDIT
Audit Evidence
Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor untuk menarik kesimpulan yang menjadi
dasar pemberian opini auditnya. Bukti audit meliputi informasi dalam catatan accounting dan
informasi diluar catatan accounting.
Accounting Records
Didefinisikan secara rinci sebagai berikut :
1. Catatan transaksi dan peristiwa accounting ke dalam unsur debit dan kredit
2. Catatan pendukung, seperti; cek, catatan transfer dana, faktur, kontrak
3. Buku besar dan buku tambahan
4. Jurnal dan koreksi penyesuaian
5. Catatan berupa work sheets dan spreadsheets
Approprianteness of Audit Evidence
Ketepatan bukti audit adalah ukuran mutu atau kualitas suatu bukti audit. Ukuran kualitas dari
bukti audit dintujukkan oleh relevasi dan keandalan dalam mendukung kesimpulan yang
menjadi dasar pemberian opini auditor.
Suffency of Audit Evidence
Kecukupan bukti audit adalah ukuran kuantitas suatu bukti audit. Semakin tinggi nilai mutu
dari suatu bukti, semakin sedikit bukti audit yang diperlukan. Namun, tidak ada gunanya
mengumpulkan sebanyak-banyaknya bukti jika mutu itu rendah.
Management’s Expert
Merupakan orang atau organisasi yang memiliki keahlian dalam suatu bidang di luar
accounting dan auditing, dan keahlian tersebut digunakan entitas untuk membantunya
menyiapkan laporan keuangan.
Kewajiban Auditor

Bukti audit yang cukup dan tepat

Informasi yang digunakan sebagai bukti audit

Sampling untuk memperoleh bukti audit

Inkonsistensi dalam bukti audit atau ragu mengenai keandalan
Prosedur Audit untuk Memperoleh Bukti Audit
Prosedur-prosedur audit berikut dapat digunakan sebagai prosedur penilaian resiko, uji
pengendalian, atau prosedur substantif, tergantung konteks di mana prosedur itu diterapkan
auditor.
1. Inspection (Inspeksi)
ISA 500 menggunakan istilah inspeksi dalam 2 makna :

Pemeriksaan catatan atau dokumen, baik internal maupun eskternal

Pemeriksaan fisik suatu aset
2. Observation (Pengamatan)
Pengamatan memberikan bukti audit atas pelaksanaan suatu proses atau prosedur,
namun terbatas pada: (a) titik waktu atau periode ketika pengamatan dilakukan dan
(b) kenyataan auditor sedang mengamati proses atau prosedur dilaksanakan.
3. External Confirmation (Konfirmasi Eksternal)
Konfirmasi eksternal adalah bukti audit berupa tanggapan tertulis secara langsung
yang diperoleh auditor atas permintaannya dari pihak ketiga dalam bentuk kertas,
elektronik, atau media lainnya. Prosedur ini tidak dibatas oleh saldo akun saja.
Prosedur ini digunakan untuk memperoleh bukti audit tentang tidak adanya kondisi
tertentu, seperti tidak adanya perjanjian tambahan yang bisa berdampak terhadap
pengakuan pendapatan.
4. Recalculation (Perhitungan Kembali)
Berarti mengecek akurasi atau ketelitian matematik dalam catatan atau dokumen.
Hal ini dapat dilakukan secara manual atau secara elektronik.
5. Reperfomance (Lakukan Kembali)
Auditor melakukan kembali secara independen prosedur atau pengendalian yang
telah dikerjakan sebagai bagian dari sistem pengendalian internal si entitas yang
bersangkutan.
6. Analytical Procedures (Prosedur Analitikal)
Meliputi evaluasi atas informasi keuangan dengan menganalisis hubungan yang
nalar antara data keuangan dan non keuangan, dan juga meliputi penelitian yang
mendalam.
7. Inquiry (Bertanya)
Bertanya adalah mencari informasi dari orang yang mengetahui masalahnya, baik
masalah keuangan dan non keuangan, dari orang di dalam atau di luar entitas.
Inquiry digunakan secara ekstensif sepanjang audit.
Inquiries bisa berupa mengajukan pertanyaan secara formal dan tertulis atau
informal dan lisan.
Memilih Item untuk Memperoleh Bukti Audit
1) Pilih Semua Item
Auditor dapat memutuskan untuk memeriksa 100% atau selurus populasi.
Ini tidak lazim dalam uji pengendalian, dan lebih lazim dalam uji rincian.
2) Pilih Item Tertentu
Auditor mungkin memilih item sebagai berikut.

Item yang tinggi nilainya (misalnya item yang mencurigakan, “tidak
lazim”) yang punya sejarah salah saji atau rentan terhadap
kekeliruan.

Semua item dalam jumlah tertentu

Item untuk mendapat informasi tertentu.
3) Audit Sampling
Dirancang untuk mengambil kesimpulan atas seluruh populasi.
BAB 6
PENGENDALIAN INTERNAL
Gambar diatas menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Perusahaan membangun, melaksanakan, dan memelihara lingkungan dan
sistem pengendalian internal agar laporan keuangan bebas dari istilah salah saji
yang material.
2. Menunjukkan risiko yang dihadapi entitas akibat terjadinya fraud dan error.
3. Menunjukkan berbagai jenis risiko, yakni risiko bawaan, risiko pengendalian,
risiko salah saji material.
4. Risiko bawaan terdiri dari risiko bisnis dan risiko kecurangan. Risiko bawaan
menghambat entitas mencapai tujuannya. Manajemen menanggapi risiko ini
dengan cara membangun pengendalian internal.
5. Manajemen dan TCGW (those charge with governace) berupaya menekan
management’s residual risk dengan mempertimbangkan manfaat dan biaya
prosedur pengendalian tambahan.
Tujuan Pengendalian Internal
Pengendalian internal merupakan tanggapan manajemen terhadap risiko yang diketahui.
Tujuan dari pengendalian internal yaitu:

Tujuan strategis, dengan sasaran utama mendukung misi entitas.

Tujuan pelaporan keuangan, agar laporan keuangan bebas dari salah saji material tepat
waktu dan tepat guna.

Tujuan operasional, mengamankan operasi entitas.

Tujuan kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan.
Komponem Pengendalian Internal
Control Enviroment (Lingkungan Pengendalian)
Komponen-Komponen Lingkungan Pengendalian
Penjelasan dari gambar komponen lingkungan pengendalian
Lingkungan Pengendalian pada Entitas Kecil
Keterlibatan pemilik merupakan kekuatan dalam lingkungan pengendalian dari entitas
kecil. Pemilik mengenal baik pelanggan dan pemasoknya, pemilik melalukan peninjauan
terhdap bukti pembukuan dengan saksama dan dengan ketelitian. Kekuatan pengendalian
ini lebih baik dalam mencegah dan mendeteksi salah saji oleh beberapa orang. Namun tidak
dapat menangkal management override.
Pada entitas kecil mungkin auditor tidak menemukan dokumentasi yang mendukung
pengendalian dalam komponen lingkungan pengendalian. Jika tidak ada dokumentasi
pendukung tentang pengendalian ini, auditor menulis memo untuk file.
Risk Assessment (Penilaian Risiko)
Istilah ini dapat dilihat dari sisi entitas dan auditor. Entitas menilai risiko dari sudut pandang
ancaman terhadap pencapaian tujuan entitas; diantaranya ialah menghasilkan laporan
keuangan yang bebas dari salah saji manajerial. Di pihak lain, auditor menilai risiko sebagai
bagian dari proses auditnya. Dalam komponen ini, kita dapat melihat persinggungan antara
kepentingan entitas dan auditor.
Proses penilaian risiko pada entitas pada umumnya berurusan dengan hal berikut.
1. Perubahan dalam lingkungan operasi entitas
2. Pejabat atau karyawan senior yang baru bergabung dengan entitas
3. Sistem yang baru
4. Pertumbuhan yang cepat
5. Teknologi baru
6. Model bisnis, produk, atau kegiatan baru
7. Restrukturisasu korporasi
8. Perluasan kegiatan di luar negeri
9. Terbitnya accounting pronouncements yang baru.
Hal-hal yang menjadi perhatian auditor adalah:

Penentuan mengenai risijo yang relevan terhadap laporan keuangan

Penaksiran seberapa signifikan dampak risiko tersebut

Penilaian tentang seberapa besar potensi terjadinya risiko tersebut

Putusan mengenai bagaimana menangani risiko tersebut dalam konteks auditnya.
Information System (Sistem Informasi)
Manajemen dan TCGW memerlukan informasi untuk:

Mengelola entitas

Mencapai tujuan entitas

Mengidentifikasi, menilai, dan menanggapi faktor risiko.
Sistem informasi meliputi insfrastruktur perangkat lunak, manusia, prosesur, dan data.
Sistem informasi mengidentifikasi, merekam, dan menyebarkan informasi untuk
mendukung tercapainya tujuan pelaporan keuangan dan tujuan pengendalian internal.
Suatu sistem informasi yang relevan untuk tujuan pelaporan keuangan, meliputi proses
bisnis dan sistem akuntansi dari entitas yang bersangkutan.
Dalam upaya memahami sistem informasi, auditor perlu memperhatikan hal sebagai
berikut:

Sumber informasi yang digunakan

Bagaimana informasi direkam dan diolah

Bagaimana informasi yang dihasilkan kemudian digunakan
Komunikasi
Komunikasi adalah unsur kecil dalam suksesnya sistem informasi. Komunikasi yang efektif
secara internal, membantu karyawan memahami tujuan pengendalian internal, proses bisnis,
peran dan tanggungjawab pegawai, serta membantu memahami hubungan antara kegiatan
mereka dengan kegiatan orang lain, cara melaporkan penyimpangan kepada atasan.
Terbatasnya Dokumentasi Sistem IT
Jika hal ini terjadi, pemahaman yang wajib diperoleh auditor sangat tergantung pada inquiry
dan pengamatan dan bukannya melalui penelaahan dokumen.
UControl Activities (Kegiatan Pengendalian)
Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang memastikan bahwa petunjuk dan
arahan manajemen dilaksanakan. Kegiatan pengendalian dirancang untuk menanggualangi
risiko yang bisa terjadi dalam kegiatan sehari-hari seperti pengolahan transaksi, dan
pengamanan aset. Proses bisnis merupakan perangkat terstruktur dari kegiatan-kegiatan yang
menghasilkan ouput tertentu, yaitu.
Entitas Kecil
Dalam entitas yang lebih kecil, konsep yang mendasari kegiatan pengendalian serupa dengan
pada entitas besar, namun relevasinya bagi auditor biss berbeda.
1. Banyak pengendalian berjalan secara informal dan mungkin tidak didokumentasikan
dengan baik, bahkan mungkin tidak didokumentasikan sama sekali.
2. Kegiatan pengendalian, berhubungan dengan siklus transaksi utama.
Monitoring (Pemantauan)
Komponen pemantauan, menilai efektifnya kinerja pengendalian internal dengan berjalannya
waktu. Tujuannya ialah untuk memastikan bahwa pengendalian berjalan sebagaimana
harusnya. Manajemen dapat memantau melalui kegiatan yang sedang berjalan, dengan evaluasi
terpisah, atau kombinasi dari keduanya. Kegiatan ini dilihat dari segi entitas kecil, merupakan
kegiatan normal yang berulang-ulang terjadi.
Pemantauan berkala atas proses yang kritikal dapat dilakukam oleh pegawai yang mempunyai
pengetahuan dan keahlian memadai, asalkan tidak terlibat dalam proses itu, atau menggunakan
jasa diluar entitas tersebut.
Sumber Informasi untuk Pemantauan
Ketika auditor mengevaluasi pemantauan atas pentendalian, hal yang perlu dipahami adalah:
1. Sumber informasi yang berkaitan dengan kegiatan pemantauan
2. Apa yang mendasaru kesimpulan manajemen bahwa informasi tersebut cukup andal
untuk tujuan pemantauan.
BAB 7.
ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN
Selayang Pandang
Asersi-aseri ini berhubungan ddngan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
dari berbagai unsur dalam laporan keuangan. Contoh-contoh asersi adalah sebagai berikut:
1. Semua aset dalam laporan keuangan benar-benar ada
2. Sekua transaksi penjualan telah dicatat dalam periode terjadinya
3. Persediaan dicantumkan dengan nilai yang tepat
4. Utang merupakan kewajiban entitas
5. Semua transaksi dicatat, terjadi dalam periode berjalan
6. Semua jumlah disajikan dengan tepat dan diungkapkan dalam laporan keuangan
Asersi-asersi ini disingkat menjadi: completeness, existence, occurrence, accuracy, dan
valuation.
Penjelasan mengenai Asersi
ISA 315 alenua A111 menjelaskan kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk
mempertimbangkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan. Kelompok asersi untuk jenisjenis transaksi dan peristiwa untuk periode yang di audit, dijelaskan dalam kolom dibawah.
Asersi untuk Saldo Akun
Asersi Tentang Penyajian dan Pengungkapan
Asersi Gabungan
ISA 315 membolehkan auditor menggunakan asersi dengan cara yang berbeda, sepanjang
semua aspek yang dibahas telah tercakup. Untuk memudahkan penggunaan asersi pada entitas
kecil, maka asersi tersebut dapat digabungkan. Penggabungan ini menjadi : C- Comoleteness,
E- Existence, A- Accuracy and Cutoff, dan V- Valuation.
Penjelasan Asersi Gabungan
Asersi dalam Auditing
Dikutip dari ISA alenia 25, auditor wajib mengindentifikasi dan menilai risiko salah saji pada:
a) Tingkat laporan keuangan
b) Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk merancang
dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya.
Penilaian Risiko di Tingkat Laporan Keuangan
Jika akuntan senior tidak kompeten, hal tersebut bisa menyebabkan kekeliruan dalam
pembuatan laporan keuangan. Kekeliruan tidak terbatas pada satu asersi saja, kekeliruan juga
bisa dengan mudah merambah pada asersi lain.
Penilaian Risiko di Tingkat Asersi
Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo dari akun tertentu pada saat tertentu, atau
untuk transaksi suatu periode, dan berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan tertentu
dalam laporan keuangan.
Penjelasan:

Hijau, risiko bersifat pervasif dan dapat terjadi dalam banyak asersi, dan risiko ini
disebut Rendah (low)

Merah, menunjukkan risiko di tingkat asersi. Hal yang disajikan untuk saldo akun, jenis
transaksi, dan penyajian dan pengungkapan.

Risiko dinilai dan dikelompokkan menjadi Low, Moderate, dan High.
Apa Jenis Risiko Salah Saji?
Auditor dapat mengajukan pertanyaan, antara lain:

Apakah aset memang ada?

Apakah entitas memiliki aset tersebut?

Apakah transaksi penjualan dicatat dengan benar?

Apakah saldo persediaan disediakan untuk barang yang lambat peputarannya dan
usang?

Apakah saldo utanf sudah meliputi semua liabilitas pada akhir periode?

Apakah transaksi dicatat dalam periode yang benar?

Apakah jumlah yang disajikan benar dan diungkapkan dalam laporan keuangan?
Seberapa Besar Kemungkinan Terjadinya Risiko Itu?
Risiko salah saji yang material merupakan kombinasi dari risiko bawaan. Mengenai risiko
bawaan, auditor menentukan potensi salah saji dan menilai seberapa besarnya kemungkinan
terjadinya risiko dan taksiran jumlahnya. Mengenai risiko pengendalian, auditor menentukan
apakah ada pengendalian internal yang relevan untuk mencegah dan menekan asssessed risks,
dan dampaknya bagi asersi.
Apa Prosedur Audit Selanjutnya?
Langkah terakhir ialah merancang prosedur audit yang menjawab assessed risks untuk setiap
asersi.
BAB 8.
MATERIALISTIS
Materialistis adalah konsep auditing yang sangat penting. Materialistis mengukur berapa besar
dan pentingnya suatu suatu salah saji dalam laporan keuangan.
Fee Kurator Telkomsel
Fee kurator 0,5% dari aset telkomsel sejumlah 58,7 triliun lebih dan dibagi antara Telkomsel
dan Pemohon pailit. Menurut Penetapan Pailit, fee kurator telkomsel menjadi Rp146,8 miliar
(0,5% x Rp58,7 T : 2 = Rp146,8 M). Kemudian Telkomsel meminta Mahkamah Agung
melakukan peninjauan ulang agar Telkomsel bebas dari kewajiban membayar fee kurator
senilai Rp146 M. Pertanyaan: Apakah menurut ketentuan ini salah saji sebesar Rp147 M itu
material? Berikut ketentuan Bapepam.
Materialitas dan Rules-Based Standards
Terdapat 2 jawaban dari pertanyaan mengenai salah saji sebesar Rp147 M dari Telkomsel.
Jawaban pertama berasal dari kesimpulan Kuasa Hukum Telkomsel yang menyebutkan bahwa
salah saji tersebut material. Jawaban kedua berdasarkan Ketentuan Bapepam yang
menyebutkan bahwa salah saji tersebut immaterial.
Sebagai auditor profesional, auditor menjelaskan inkonsistensi pada 2 jawaban yang
kontradiktif tersebut. Dan menghasilkan pertanyaan akhir; apakah salah saji tersebut material?
Proses Penentuan Materialitas
Langkah Pertama
Auditor mempelajari informasi yang berkenaan dengan laporan keuangan yang akan di audit.
Kemudia auditor mengidentifikasi risiko salah saji pada akun mana, atau tentang
pengungkapan dalam laporan keuangan yang mana. Kesimpulannya auditor membaca peta
bencana, dan berusaha melokalisasi wilayah bencana.
Langkah Kedua
Auditor menggeser titik pandangnya kepada pengguna laporan keuangan. Auditor melakukam
proses penetapan besarnya materialitas yang bersifat konseptual. Auditor tidak benar-benar
bertemu dengan investor dan mengajukan beberapa pertanyaan, tetapi auditor mempelajari
reaksi investor bagaimana jika terjadi “bencana”.
Langkah Ketiga
Mistar pada gambar diatas terdiri atas tiga bagian, yaitu:

Bagian atas mistar bermakna jika salah saji material terjadi akan mempengaruhi
keputusan seseorang yang memiliki informasi. Salah saji akan mengubah putusan
investor.

Bagian bawah mistar menunjukkan salah saji yang tidak material dan tidak megubah
putusan investor.

Bagian tengah terdapat bidang kecil berwarna putih. Bagian ini menunjukkan bahwa
meterialitas secara kuantitatif ditunjukkan dalam kisaran angka.
Materialitas dalam Proses Audit
Terdapat 3 tahap proses audit, yaitu:
Materialitas pada Dua Tingkat
Konsep materialitas 2 tingkat, yaitu:

Tingkat laporan keuangan secara menyeluruh

Tingkat saldo akun, jenis transaksi, dan pengungkapan.
Empat konsep materialistis:
1. Overall materiality. Didasarkan atas apa yang layaknya diharapkan berdampak
terhadap keputusan yang dibuat pengguna laporan keuangan
2. Overall performance materiality. Memungkinkan auditor menanggapi penilaian risiko
tanpa mengubah konsep dan menurunkan ke tingkat yang rendah dan tepat.
3. Specific materiality. Untuk jenis transaksi saldo akun tertentu dimana jumlah salah
sajinya akan lebih rendah dari overall materiality.
4. Specific performance materiality. Ditetapkan lebih rendah dari specific materiality
sehingga memungkinkan auditor menanggapi penilaian risiko tertentu dan
memperhitungkan salah saji yang tidak tersaji, dan immaterial yang secara agregat
dapat berjumlah materiality.
Overall Materiality
Materialitas overall materiality ditetapkan berdasarkan persepsi auditor mengenai kebutuhan
informasi keuangan dari pemakai laporan keuangan. Hal ini dapat dilakukan jika auditor sudah
melaksanakan proses audit yang berisi:
1. Tidak salah saji dan auditor memberikan pendapat WTP(wajar tanpa pengecualian)
2. Ditemukannya salah saji immaterial, tetapi auditor masih bisa memerikan pendapat
WTP
3. Salah saji melebihi angka materialitas, dan manajemen tidak bersedia mengoreksi.
Auditor dikatakan keliru jika memberikan pendapat WTP
4. Salah saji melampaui angka materialitas dan auditor tidak menemukannya, berakibat
auditor memberikan pendapat WTP dan ini merupakan kekeliruan auditor.
Performance Materiality
Menetapkan angka performance materiality yang tepat dapat memastikan besar/luasnya
pekerjaan audit untuk meningkatkan kemungkinan terungkapnya salah saji. Dalam menetapkan
performance materiality dilakukan dengan cara memperhitungkan:

Pemahaman auditor mengenai entitas dan industrinya

Hasil pelaksanaan prosedur risk assessement

Sifat dan luasnya salah saji yang terungkap dalam waktu yang lama

Ekspetasi mengenai salah saji dalam tahun berjalan
Specific Materiality
Berikut dampak salah saji kecil terhadap pengguna
Salah saji kecil berdampak bagi pengguna laporan keuangan dan menunjukkan bahwa
materialitas bukan hanya diukur secara kuantitatif tetapi juga secara kualitatif.
Specific Performance Materiality
Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari angka specific materiality. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi pada tingkat yang tepat sehingga probabilitas salah saji yang
tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi melebihi specific materiality.
Download