Uploaded by User97579

LAPORAN AKHIR FORMALDEHID 3 FA 5 KELOMPOK 3

advertisement
LAPORAN AKHIR FORMALDEHID
Kelompok 3 (3 Fa 5)
Anggota kelompok:
Desti Astriyani (11181198)
Hana Aprilianti H (11181204)
Ismi Mutiarin Nuraisyah (11181206)
Liza Afifah Mellinia Putri (11181211)
Salsabila (11181222)
Sri Amaliyah Uswatun Hasanah (11181226)
Vilda Salsabila Widiana (11181231)
Yuni Yohana (11181234)
Syifa Salsabilla (1181237)
Laboratorium Analisis dan Keamanan Pangan
Fakultas Farmasi
Bhakti Kencana University
2021
I.
Tujuan
Mengidentifikasi kandungan formalin pada bahan makanan
II.
Prinsip
berdasarkan perubahan warna akibat dari penambahan pereaksi schiff yang menyebabkan
terlepasnya formalin dari sampel dan membentuk kompleks berwarna ungu dengan pereaksi
schiff
III.
Prosedur
a. Pembuatan Kontrol Positif Formalin
Menggunakan Pereaksi schiff
Diambil 2 gram pada
masing-masing sampel dan
pindahkan di gelas beaker
25 ml.
Tambahkan aquades 20
ml, aduk dan kemudian
disaring.
Ambil 2ml hasil
penyaringan dan di
masukkan kedalam tabung
reaksi.
Tunggu sampai terjadi
perubahan warna ungu.
Kemudian tambahkan 3
tetes pereaksi Schiff.
tambahkan 3 tetes larutan
formalin, goyangkan
hingga tercampur.
b. Uji Kandungan Formalin Dalam Sampel
Di ambil 2 gram pada
masing-masing sampel
kemudian dimasukkan
kedalam gelas beaker.
Tambahkan aquades 20 ml
aduk hingga tercampur
kemudian disaring.
Ambil 2 ml hasil
penyaringan dan di
masukkan kedalam tabung
reaksi.
positif mengandung
formalin jikaterbentuk
warna merah keungguan.
tambahkan 3 tetes
pereaksi Schiff.
IV.
V.
Data Pengamatan
Sampel
Warna asal
Warna
perubahan
Hasil
Udang kering
Coklat moca
Ungu pekat
+
Terasi
Coklat
Ungu pekat
+
Tahu
Putih susu
Putih susu
-
Gambar
Pembahasan
Pada praktikum ini kami meneliti mengenai adanya kandungan formalin pada 3 macam bahan
makanan yaitu udang kering, terasi, dan tahu. Hal ini karena Penggunaan formalin sebagai bahan
tambahan makanan telah dilarang sejak tahun 1988, melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.:722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan makanan, yang diperbaharui melalui Peraturan
Menteri KesehatanRI No.:1168/Menkes/Per/X/1999, dalam peraturan ini kandungan formalin pada
pangan harus nol.
Pengujian adanya kadar formalin ini dibutuhkan karena penggunaan formalin atau formaldehida
pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia dengan beberapa gejala yaitu sukar
menelan, mual, sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, mencret darah, timbulnya depresi susunan
syaraf, atau gangguan peredaran darah.
Pengujian formaldehid ini menggunakan pereaksi yaitu pereaksi schiff. Berdasarkan praktikum
ini didapatkan bahwa sampel 1 yaitu udang kering yang awalnya berwarna cokelat mocca kemudian
diberi pereaksi schiff dan berubah warna menjadi ungu agak pekat, hal ini merupakan respon yang terjadi
untuk menunjukkan adanya gugus aldehid yang terbentuk dari formalin yang terlepas dari sampel yang
kemudian berikatan dengan pereaksi schiff yang menghasilkan kompleks merah keunguan. Semakin
intensif warna yang tampak, dapat menggambarkan bahwa formalin yang terkandung dalam sampel
semakin banyak. (Kusumawati dan trisharyanti, 2004).
(Gambar 1. Reaksi antara aldehid dalam formalin dengan pereaksi Schiff)
Selanjutnya dilakukan pengujian pada sampel kedua yaitu terasi, warna pertama menujukkan
coklat kemudian sesudah diberi perlakuan yaitu pemberian pereaksi schiff warnanya berubah menjadi
ungu pekat. Pereaksi Schiff dan formalin bereaksi menghasilkan warna ungu merupakan hasil reaksi
kondensasi antara formalin (formaldehida) yang mengandung gugus karbonil (C=O) dengan larutan
Schiff (Kusumawati dan Trisharyanti, 2004). Hal ini juga menunjukkan adanya formalin dalam sampel.
Dan terakhir pengujian pada tahu, pada awalnya tahu berwarna putih lalu diberi pereaksi schiff
dan warnanya tidak berubah sama sekali, yaitu tetap putih susu. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tahu
tidak mengandung formalin.
Berdasarkan praktikum ini, sampel udang kering, dan terasi tidak boleh dikonsumsi karena
mengandung formalin yang dapat menyebabkan penyakit kronik apabila dikonsumsi secara terus
menerus. Sedangkan sampel tahu boleh dikonsumsi karena tidak mengandung formalin.
VI.
Kesimpulan
Pada praktikum identifikasi formaldehid yang telah kami lakukan pada sampel udang dan terasi diperoleh
hasil (+) mengandung senyawa formalin dengan ditandai perubahan warna, sedangkan pada sampel tahu
(-) tidak mengandung senyawa formalin, dengan ditandai tidak ada perubahan warna. Sehingga pada
identifikasi tersebut tidak semua sampel mengandung formalin.
VII.
Daftar Pustaka
Wikanta Wiwi.2014. Pedoman praktikum Bio Pangan dan Gizi. Universitas Muhammadiyah. Surabaya
F.G. Wiranto. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia pustaka utama. Jakarta
Kusumawati, F. dan Trisharyanti, I.D.K. 2004. Penetapan kadar formalin yang digunakan sebagai
pengawet dalam bakmi basah di pasar wilayah Kota Surakarta.
Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 5(1):131–140. Departemen Kesehatan RI. 1979.
Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Rohman, A. 2007. Analisis Makanan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Download