Uploaded by User97411

Peradilan Tata Usaha Negra dalam kaitannya dengan UU No.5_1986

advertisement
PERADILAN TATA USAHA NEGARA
UU NO. 5 TAHUN 1986
Jo.
UU NO. 9 TAHUN 2004
Tata Usaha Negara (TUN):
(Pasal 1 angka 1)
Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi
untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan
baik di pusat maupun di daerah;
Badan atau Pejabat TUN:
(Pasal 1 angka 2)
Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
Keputusan TUN:
(Pasal 1 angka 3)
suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh Badan atau Pejabat TUN yang berisi
tindakan hukum TUN yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang bersifat:
–
konkret,
– individual,
– dan final, yang menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata;
Tertulis:
Menunjuk pada isi bukan bentuk, nota
atau memo dapat memenuhi syarat tertulis
apabila jelas:
- Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan;
- maksud serta mengenai hal apa isi tulisan
itu;
- kepada siapa tulisan ditujukan dan apa
yang ditetapkan di dalamnya.
Konkret:
Objek yang diputuskan dalam Keputusan
TUN tidak abstrak, tetapi berwujud,
tertentu atau dapat ditentukan, seperti
Keputusan tentang pemberhentian si A.
Individual:
Keputusan TUN tidak ditujukan untuk
umum tetapi tertentu baik alamat maupun
hal yang dituju. Kalau yang dituju lebih dari
seorang maka tiap-tiap nama disebutkan,
misalnya Keputusan tentang pelebaran
jalan dengan lampiran yang menyebutkan
nama-nama yang terkena pelebaran.
Final:
Sudah
definitif
dan
karenanya
menimbulkan akibat hukum. Keputusan
yang masih memerlukan persetujuan
atasan atau instansi lain belum bersifat
final karenanya belum menimbulkan hak
dan kewajiban, misalnya Keputusan
pengangkatan Pegawai Negeri yang masih
memerlukan persetujuan dari Badan
Administrasi Kepegawaian Negara.
Disamakan dengan Keputusan TUN:
(Pasal 3)
Apabila Badan atau Pejabat TUN tidak
mengeluarkan keputusan, sedangkan hal itu
menjadi kewajibannya.
Badan atau Pejabat TUN dianggap telah
menolak mengeluarkan keputusan apabila
jangka waktu sebagaimana ditentukan peraturan
perundang-undangan dimaksud telah lewat atau
apabila peraturan perundang-undangan tidak
menentukan jangka waktu, maka setelah lewat
waktu empat bulan.
Tidak termasuk Keputusan TUN:
(Pasal 2)
1.Keputusan TUN yang merupakan perbuatan hukum
perdata; mis. Jual beli antara instansi pemerintah
dengan perseorangan
2.Keputusan TUN yang merupakan pengaturan yang
bersifat umum; mis. Keputusan TUN yang mengatur
dan mengikat secara umum
3.Keputusan TUN yang masih memerlukan persetujuan;
mis. Keputusan yang berlaku setelah ada persetujuan
dari atasan/instansi lain
5.Keputusan TUN yang dikeluarkan berdasarkan
ketentuan KUHP atau KUHAP atau peraturan per-UUan lain yang bersifat hukum pidana;
mis. Surat Perintah Penahanan, dll
5.Keputusan TUN yang dikeluarkan atas dasar hasil
pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan
peraturan per-UU-an yang berlaku;
mis. Keputusan TUN berdasarkan Putusan pengadilan
7.Keputusan TUN mengenai tata usaha Tentara Nasional
Indonesia;
8.Keputusan Komisi Pemilihan Umum, baik di pusat
maupun di daerah mengenai hasil pemilihan umum.
Sengketa TUN:
(pasal 1 angka 4)
Sengketa yang timbul dalam bidang Tata
Usaha Negara antara orang atau badan
hukum perdata dengan Badan atau
Pejabat TUN, baik di pusat maupun di
daerah, sebagai akibat dikeluarkannya
Keputusan TUN.
Pengadilan:
(Pasal 1 angka 7, pasal 6)
Pengadilan tingkat I:
PENGADILAN TUN (PTUN)
Berkedudukan di Kota/Kabupaten
Pengadilan tingkat banding:
PENGADILAN TINGGI TUN (PTTUN)
Berkedudukan di Propinsi
Kekuasaan Pengadilan:
Pengadilan bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
sengketa TUN. (Pasal 47)
Apabila menurut UU Badan/Pejabat TUN
diberikan wewenang untuk menyelesaikan
dengan upaya administratif maka harus
ditempuh dulu upaya administratif sebelum
mengajukan gugatan ke Pengadilan.
(Pasal 48)
Pengadilan tidak berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan sengketa
TUN tertentu dalam hal keputusan yang
disengketakan itu dikeluarkan :
- dalam waktu perang, keadaan bahaya,
keadaan bencana alam, atau keadaan
luar
biasa
yang
membahayakan,
berdasarkan
peraturan
perundangundangan yang berlaku;
- dalam keadaan mendesak untuk
kepentingan
umum
berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku. (Pasal 49)
PENGADILAN TUN (PTUN)
Bertugas dan berwenang untuk memeriksa dan
mengadili sengketa TUN di tingkat pertama
(Pasal 50)
PENGADILAN TINGGI TUN (PTTUN)
- memeriksa dan memutus sengketa TUN
tingkat banding;
- di tingkat pertama dan terakhir sengketa
kewenangan mengadili antara PTUN di
dalam daerah hukumnya;
- di tingkat pertama sengketa TUN
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
(Pasal 51)
Gugatan TUN:
(Pasal 1 angka 5)
Permohonan tertulis kepada pengadilan
yang berisi tuntutan agar Keputusan TUN
dinyatakan batal atau tidak sah dengan
atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi
dan/atau rehabilitasi
PIHAK DALAM PTUN:
(Pasal 1 angka 6)
Penggugat:
Orang atau badan hukum perdata
Tergugat:
Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan
keputusan
OBYEK GUGATAN PTUN:
Keputusan TUN
Alasan gugatan TUN:
Pasal 53 ayat (2)
1.Keputusan TUN bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
2.Keputusan TUN bertentangan dengan asasasas umum pemerintahan yang baik;
Asas-asas pemerintahan yang baik:
1.Kepastian hukum;
2.Tertib penyelenggaraan Negara;
3.Keterbukaan;
4.Proporsionalitas;
5.Profesionalitas;
6.Akuntabilitas.
(UU NO. 28/1999)
Kompetensi Relatif PTUN:
(Pasal 54)
1. Gugatan sengketa TUN diajukan di
Pengadilan tempat kedudukan tergugat.
2. Apabila tergugat lebih dari satu
Badan/Pejabat TUN gugatan diajukan
kepada Pengadilan tempat kedudukan
salah satu Badan/Pejabat TUN.
Kompetensi Relatif PTUN:
3. Dalam hal tempat kedudukan tergugat
tidak berada dalam daerah hukum
Pengadilan tempat kediaman
penggugat, maka gugatan dapat
diajukan ke Pengadilan tempat
kediaman penggugat untuk selanjutnya
diteruskan kepada Pengadilan yang
bersangkutan.
Kompetensi Relatif PTUN:
4. Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan
sifat sengketa TUN yang bersangkutan
yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah, gugatan dapat diajukan
kepada Pengadilan tempat kediaman
penggugat.
5. Apabila penggugat dan tergugat
berkedudukan atau berada di luar
negeri, gugatan diajukan kepada
Pengadilan di Jakarta.
Kompetensi Relatif PTUN:
6. Apabila tergugat berkedudukan di
dalam negeri dan penggugat di luar
negeri, gugatan diajukan kepada
Pengadilan di tempat kedudukan
tergugat.
Tenggang waktu mengajukan
gugatan:
Gugatan dapat diajukan hanya dalam
tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari
terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya Keputusan Badan atau
Pejabat TUN. (Pasal 55)
Isi gugatan TUN:
Pasal 56
1. Identitas Penggugat
(nama, kewarganegaraan, tempat tinggal,
pekerjaan)
2. Identitas Tergugat
(nama, jabatan, tempat tempat kedudukan)
3. Posita
4. Petitum
* Gugatan sedapat mungkin disertai
Keputusan TUN yang disengketakan
Isi gugatan TUN:
* Dalam gugatan dapat diajukan
permohonan pemeriksaan acara cepat
* Dalam gugatan dapat diajukan
permohonan Schoorsing/Penundaan/
Penangguhan Keputusan TUN
Permohonan Penundaan
Keputusan TUN:
1. Permohonan Penundaan
Keputusan diajukan bersama
gugatan dan dapat diputus terlebih
dahulu dari pokok sengketanya.
2. Permohonan Penundaan dapat
diajukan sekaligus dalam gugatan
dan dapat diputus terlebih dahulu
dari pokok sengketanya.
Alasan dikabulkannya penundaan
Keputusan TUN:
•
apabila terdapat keadaan yang sangat
mendesak yang mengakibatkan
kepentingan penggugat sangat
dirugikan jika Keputusan Tata Usaha
Negara yang digugat itu tetap
dilaksanakan;
•
tidak dapat dikabulkan apabila
kepentingan umum dalam rangka
pembangunan mengharuskan
dilaksanakannya keputusan tersebut.
Sistematika gugatan TUN:
1. Nama kota dan tanggal dibuat gugatan
2. Alamat Ketua Pengadilan yang
berwenang memeriksa perkara
3. Identitas para pihak disertai penegasan
kedudukan para pihak, sebagai
Penggugat atau Tergugat
4. Posita
5. Petitum
Kuasa:
Pasal 57
Para pihak yang bersengketa masing-masing dapat
didampingi atau diwakili oleh seorang atau beberapa
orang kuasa.
Pemberian kuasa dapat dilakukan dengan surat kuasa
khusus atau dapat dilakukan secara
lisan di persidangan.
Surat kuasa yang dibuat di luar negeri bentuknya harus
memenuhi persyaratan di negara yang bersangkutan
dan diketahui oleh Perwakilan Republik Indonesia di
negara tersebut, serta kemudian diterjemaahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi.
Isi Surat Kuasa:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Identitas pemberi kuasa dan penerima kuasa
(nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, pekerjaan)
Hal yang dikuasakan (disebutkan hal apa yang
dikuasakan, kedudukan para pihak sebagai
Penggugat/Tergugat, nomor perkara, pengadilan
yang memeriksa)
Hak yang diberikan kepada Penerima Kuasa
Hak Subtitusi dan/atau hak retensi
Tempat dan tanggal surat dibuat
Tanda tangan pemberi kuasa dan penerima
kuasa
Cara Mengajukan Gugatan TUN:
Pasal 59
1.
2.
3.
4.
Untuk mengajukan gugatan, penggugat membayar uang
muka biaya perkara, yang besarnya ditaksir oleh Panitera
Pengadilan.
Setelah penggugat membayar uang muka biaya perkara,
gugatan dicatat dalam daftar perkara oleh Panitera
Pengadilan.
Selambat-lambatnya dalam jangka waktu tiga puluh hari
sesudah gugatan dicatat, Hakim menentukan hari, jam,
dan tempat persidangan, dan menyuruh memanggil
kedua belah pihak untuk hadir pada waktu dan tempat
yang ditentukan.
Surat panggilan kepada tergugat disertai sehelai salinan
gugatan dengan pemberitahuan bahwa gugatan itu dapat
dijawab dengan tertulis.
PEMANGGILAN SIDANG
•
Jangka waktu antara pemanggilan dan
hari sidang tidak boleh kurang dari 6
(enam) hari, kecuali dalam hal sengketa
tersebut harus diperiksa dengan acara
cepat
•
Panggilan terhadap pihak yang
bersangkutan dianggap sah, apabila
masing-masing telah menerima surat
panggilan yang dikirimkan dengan surat
tercatat.
PEMANGGILAN SIDANG
3.
Apabila salah satu pihak berkedudukan atau
berada di luar wilayah Republik Indonesia,
panggilan dilampiri salinan gugatan diteruskan
kepada Departemen Luar Negeri Republik
Indonesia.
4.
Departemen Luar Negeri segera
menyampaikan melalui Perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri dalain wilayah tempat
yang bersangkutan berkedudukan atau
berada.
5.
Petugas Perwakilan Republik Indonesia dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak dilakukan
pemanggilan tersebut, wajib memberi laporan
kepada Pengadilan yang bersangkutan.
Rapat Permusyawaratan/
DISMISSAL PROCESS
Ketua Pengadilan berwenang memutuskan
dengan suatu penetapan yang dilengkapi
dengan pertimbangan-pertimbangan
bahwa gugatan yang diajukan itu
dinyatakan tidak diterima atau tidak
berdasar
Alasan-alasan yang dapat
dijadikan dasar dalam DISMISSAL PROCESS
Pasal 62
1. pokok gugatan tidak termasuk dalam
wewenang Pengadilan;
2. syarat-syarat gugatan tidak dipenuhi
sekalipun PENGGUGAT telah diberi tahu dan
diperingatkan;
3. gugatan tidak didasarkan pada alasan-alasan
yang layak;
4. apa yang dituntut dalam gugatan sudah
terpenuhi oleh Keputusan TUN yang digugat;
5. gugatan diajukan sebelum waktunya atau
telah lewat waktunya.
1.
2.
3.
4.
5.
Upaya hukum PERLAWANAN atas
penetapan DISMISSAL PROCESS
Pasal 62
Penggugat dapat mengajukan atas
penetapan Dismissal Proses;
Tenggang waktu 14 hari setelah penetapan
diucapkan;
Perlawanan diperiksa dengan acara singkat.
Apabila perlawanan dibenarkan maka
penetapan gugur demi hukum dan gugatan
akan diperiksadengan acara biasa.
Atas putusan mengenai perlawanan tidak
ada upaya hukum.
PEMERIKSAAN PERKARA TUN
1. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT
Perkara Gugatan
 Hakim Tunggal
2. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA
Perkara Gugatan
 Majelis Hakim
PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA
-
PEMERIKSAAN PERSIAPAN
¤ pemeriksaan tertutup untuk umum
¤ Penggugat berhak mendapat nasehat
guna melengkapi gugatan
¤hakim dapat meminta penjelasan dan
data-data yang diperlukan kpd Tergugat
¤dalam jangka waktu 30 hari Penggugat harus
melengkapi gugatan apabila tidak dilengkapi
gugatan dinyatakan tidak dapat diterima (NO)
¤terhadap putusan tsb tidak ada upaya hukum
tapi bisa diajukan gugatan baru
PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA
-
PEMERIKSAAN di PERSIDANGAN
¤ pemeriksaan terbuka untuk umum
¤ Pembacaan gugatan
¤ Jawab jinawab
¤ Pemeriksaan bukti surat
¤ Pemeriksaan bukti saksi
¤ Kesimpulan
¤ Putusan
PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT
-
Ada kepentingan penggugat yang cukup
mendesak, mis. Pembongkaran rumah
- Hakim Tunggal
- Di ruang sidang terbuka untuk umum
- Tanpa dilakukan Pemeriksaan Persiapan
- Proses jawab jinawab
- Pemeriksaan bukti surat
- Pemeriksaan bukti saksi-saksi
- Putusan
Proses acara cepat maksimal 30 (tiga puluh) hari
MASUKNYA PIHAK KETIGA
(INTERVENSI)
-
Dalam pemeriksaan perkara yang
sedang berjalan, dimungkinkan
masuknya Pihak Ketiga yang
berkepentingan
-
Kedudukan pihak ketiga bisa sebagai
Penggugat Intervensi atau Tergugat II
Intervensi
PEMBUKTIAN
Alat Bukti
- Surat atau tulisan
- Keterangan ahli
- Keterangan saksi
- Pengakuan para pihak
- Pengetahuan hakim
PENGADILAN TINGGI TUN
SEBAGAI PENGADILAN TINGKAT PERTAMA
-
Dalam perkara yang harus ditempuh melalui
upaya banding administratif, gugatan
diajukan ke Pengadilan Tinggi TUN sebagai
pengadilan tingkat pertama.
-
Contoh Keputusan Badan Pertimbangan
Kepegawaian berdasarkan PP No. 30/1980
tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri.
UPAYA HUKUM
-
-
Atas putusan pengadilan tingkat
pertama (PTUN) para pihak dapat
mengajukan upaya hukum BANDING
ke Pengadilan Tinggi TUN
Selanjutnya upaya hukum KASASI dan
PENINJAUAN KEMBALI ke
MAHKAMAH AGUNG
TIDAK SEMUA PUTUSAN DAPAT
DIAJUKAN KASASI
-
Perkara tata usaha negara yang objek
gugatannya berupa keputusan pejabat
daerah yang jangkauan keputusannya
berlaku di wilayah daerah yang
bersangkutan tidak dapat diajukan
KASASI.
PELAKSANAAN PUTUSAN
(EKSEKUSI)
-
HANYA putusan yang TELAH
mempunyai kekuatan hukum yang
dapat dieksekusi
PROSEDUR EKSEKUSI
-
-
Salinan putusan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dikirim kepada
para pihak dalam jangka waktu 14
(empat belas) hari;
Dalam hal Tergugat harus mencabut
objek sengketa, apabila empat bulan
setelah putusan dikirimkan Tergugat
tidak melaksanakan kewajibannya SK
objek sengketa tidak mempunyai
kekuatan hukum lagi;
-
-
-
Dalam hal Tergugat harus mencabut dan
menerbitkan SK baru atau menerbitkan SK
dari keputusan fiktif negatif, setelah 3 (tiga)
bulan tidak dilaksanakan, Penggugat mohon
agar Ketua PTUN memerintahkan Tergugat
melaksanakan putusan;
Apabila telah diperintahkan Tergugat tidak
melaksanakan putusan akan dikenakan
uang paksa (dwangsom) dan/atau sanksi
administratif;
Tergugat tidak mau melaksanakan putusan
pengadilan dapat diumumkan melalui media
massa setempat oleh Panitera.
Download