LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA UJI KARBOHIDRAT Disusun oleh: Nama : Rishal Rahmad Triantono NIM : 1908086082 Golongan/Kelompok : PB-4C/1 Dosen / Asisten koreksi : Chusnul Adib Achmad, S.Si., M.Si. LABORATORIUM BIOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN WALISONGO SEMARANG 2021 UJI KARBOHIDRAT A. Tujuan Praktikum 1. Mengenal berbagai macam karbohidrat 2. Menjelaskan cara pengujian karbohidrat (gula) dengan uji Benedict 3. Menjelaskan cara pengujian kualitatif karbohidrat dengan uji Fehling B. Alat & Bahan 1. Alat a. Tabung reaksi b. Penjepit tabung reaksi c. Rak tabung reaksi d. Gelas ukur e. Pemanas bunsen f. Beaker glass 2. Bahan a. Glukosa 1% b. Fruktosa 1% c. Aquades d. Reagen Benedict e. Sukrosa 1% f. Reagen Fehling A g. Reagen Fehling B C. Cara Kerja 1. Langkah kerja uji Benedict a. Disiapkan 3 tabung reaksi. b. Masing-masing tabung diisi dengan larutan Glukosa 1%, Fruktosa 1% dan Sukrosa 1% sebanyak 1 ml. c. Ditambahkan 2 ml reagent benedict pada masing-masing tabung. d. Diamati perubahan yang terjadi. e. Dipanaskan sampai mendidih selama 10 enit. f. Diamati perubahan yang terjadi 2. Langkah kerja uji Fehling a. Disiapkan 3 tabung reaksi masing-masing diisi dengan larutan fruktosa, glukosa, dan sukrosa. b. c. d. Ditambahkan 3 tetas Reagen Fehling pada masing-masing tabung. Tiap tabung reaksi dipanaskan (Fehling A dan Fehling B dicampur sesaat sebelum digunakan). Diamati perubahan yang terjadi. Diulangi percobaan sekali lagi. D. Hasil Pengamatan Nama Uji Benedict (Sebelum) Uji Benedict (Sesudah) Gambar Pengamatan Uji Fehling (Sebelum) Uji Fehling (Sesudah) E. Pembahasan Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen yang terdapat dalam alam, kebanyakan harbohidrat memiliki rumus empiris CH2O (Poedjiadi, 2006). Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori (kiojoule) energi pangan per gram. Karbohidrat juga mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karohidrat berguna untuk mencegah tumbuhnya ketosis, pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein (Fessenden, 1990). Sunita Almatsier (2009), memaparkan bahwa karbohidrat memiliki banyak fungsi diantara lain yaitu sebagai sumber energi, industri makanan (rasa manis makanan khususnya mono dan disakarida), menghemat protein, pengatur metabolisme lemak dan membantu pengeluaran feses. Karbohidrat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbo lain. Monosakarida tidak berwarna, bentuk kristalnya larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar. Monosakrida digolongkan menurut jumlah karbon yang ada dan gugus fungsi karbonilnya yaitu aldehid (aldosa) dan keton (ketosa). Glukosa, galaktosa, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa adalah ketosa (Fessenden, 1982). Disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan mnosakarida yang dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari satu satuan ke suatu OH satuan lain. Seperti halnya monosakarida, senyawa ini larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, dan praktis tidak larut dalam eter dan pelarut oerganik non-polar. Contoh dari disakarida adalah maltose, sukrosa, dan laktosa (Sastroamidjojo & Hardjono, 2005). Sedangkan polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida (Fessenden, 1982). Biasanya, polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat mereduksi. Berat molekul polisakarida yang larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting diantaranya adalah amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa (McGilvery, 1996). Dalam pengujian karbohidrat, terdapat banyak cara dalam pelaksanaannya. Namun dalam praktikum ini hanya dilaksanakan melalui dua cara yaitu uji Benedict dan uji Fehling. Uji benedict merupakan uji yang positif untuk gula pereduksi/gula inversi seperti glukosa dan fruktosa, dengan cara gula reduksi ditambahkan dengan campuran SuSO4 (tembaga sulfat), NaSO3 (natrium sitrat), dan NaCO3 (natrium karbonat) kemudian dipanaskan maka akan terbentuk endapan kupro oksida (Cu2O) yang berwarna merah cokelat. Dimana hal ini terjadi dalam keadaan basa/alkalis karena gula akan mereduksi dalam suasana basa. Sedangkan pada uji fehling, uji ini mirip dengan uji benedict yang bertumpu dengan adanya gula pereduksi pada karbohidrat. Caranya yaitu gula reduksi ditambah campuran larutan CuSO4 dalam suasana alkalis (dengan ditambah NaOH) dan ditambah dengan Chelating agent, lalu dipanaskan maka akan terbentuk endapan kupro oksida (Hasanah, 2014). Pada praktikum kali ini telah dilakukan uji benedict dan uji fehling pada masing-masing larutan glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Berikut merupakan pembahasan mengenai masing-masing uji yang telah dilakukan tersebut. 1. Larutan Glukosa a. Uji Benedict Pada pengujian benedict, larutan glukosa 1% sebanyak 1 ml ditambahkan 2 ml reagent benedict menyebabkan warna larutan glukosa berwarna kebiruan. Namun setelah dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit, larutan glukosa mengalami perubahan warna menjadi merah cokelat yang dikarenakan terbentuknya endapan kupro oksida (Cu2O) yang berarti terbukti bahwa larutan glukosa termasuk gula pereduksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasanah (2014) bahwa larutan yang termasuk gula pereduksi akan mengalami perubahan warna dengan adanya endapan Cu2O pada uji benedict. b. Uji Fehling Pada pengujian fehling, larutan glukosa 1% sebanyak 1 ml ditambahkan 3 tetes reagen fehling akan membuat warna larutan menjadi jernih (tidak memiliki warna). Namun setelah dipanaskan, larutan glukosa mengalami perubahan warna menjadi merah bata yang dikarenakan adanya reduksi dari Cu2+ menjadi Cu+ yang dalam suasana basa akan mengendap menjadi kupro oksida (Cu2O) yang berwarna merah bata (Fitri dan Fitriana, 2020). Sehingga hal ini menandakan bahwa larutan glukosa juga termasuk gula pereduksi. 2. Larutan Fruktosa a. Uji Benedict Pada pengujian benedict, larutan fruktosa 1% sebanyak 1 ml ditambahkan 2 ml reagent benedict menyebabkan warna larutan glukosa berwarna kebiruan. Namun setelah dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit, larutan glukosa mengalami perubahan warna menjadi merah cokelat yang dikarenakan terbentuknya endapan kupro oksida (Cu2O) yang berarti terbukti bahwa larutan glukosa termasuk gula pereduksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasanah (2014) bahwa larutan yang termasuk gula pereduksi akan mengalami perubahan warna dengan adanya endapan Cu2O pada uji benedict. b. Uji Fehling Pada pengujian fehling, larutan fruktosa 1% sebanyak 1 ml ditambahkan 3 tetes reagen fehling membuat warna larutan menjadi jernih (tidak memiliki warna). Namun ketik dipanaskan, larutan fruktosa mengalami perubahan warna menjadi merah bata yang dikarenakan adanya reduksi dari Cu2+ menjadi Cu+ yang dalam suasana basa akan mengendap menjadi kupro oksida (Cu2O) yang berwarna merah bata (Fitri dan Fitriana, 2020). Sehingga hal ini menandakan bahwa larutan glukosa juga termasuk gula pereduksi. 3. Larutan Sukrosa a. Uji Benedict Pada pengujian benedict, larutan sukrosa 1% sebanyak 1 ml ditambahkan 2 ml reagent benedict menyebabkan warna larutan glukosa berwarna kebiruan. Namun setelah dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit, larutan sukrosa tidak mengalami perubahan warna seperti larutan glukosa dan fruktosa yaitu menjadi merah cokelat. Sehingga larutan sukrosa tidak termasuk dalam gula pereduksi. Hal ini dikarenakan pada pengujian benedict, sukrosa mengandung dua monosakarida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidik sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. b. Uji Fehling Pada pengujian fehling, larutan sukrosa 1% sebanyak 1 ml ditambahkan 3 tetes reagen fehling membuat warna larutan menjadi jernih (tidak memiliki warna). Namun ketik dipanaskan, larutan tersebut mengalami perubahan warna menjadi sedikit kebiruan, bukan merah bata. Hal ini serupa dengan yang terjadi pada uji benedict, dimana sukrosa tidak berubah warna menjadi merah cokelat/merah bata ketika dipanaskan karena sukrosa sukrosa mengandung dua monosakarida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidik sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, larutan sukrosa tidak termasuk gula pereduksi. F. Kesimpulan 1. Terdapat tiga macam karbohidrat yaitu monosakarida (contohnya seperti glukosa, galaktosa, fruktosa, dan sebagainya), disakarida (sukrosa dan laktosa) dan juga polisakarida (contohnya seperti amilum dan glikogen). 2. Cara pengujian karbohidrat (gula) dengan uji benedict dilakukan dengan penambahan 2 ml reagen benedict pada masing-masing 1% larutan glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Amati terlebih dahulu perubahan yang, lalu panaskan hingga mendidih selama 10 menit. Perubahan berikutnya juga turut diamati. 3. Cara pengujian kualitatif karbohidrat dilakukan dengan penambahan 3 tetes reagen fehling pada masing-masing larutan fruktosa, glukosa, dan sukrosa. Diamati terlebh dahulu sebelum panaskan. Kemudan amati lagi sesudah memanaskan larutan tersebut. G. Daftar Pustaka & Lampiran Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. Fessenden, RJ. 1982. Kimia Organik (edisi ketiga). Wadsworth Inc. _____. 1990. Kimia Organik. Penerbit Erlangga. McGilvery. 1996. Biokimia: Suatu Pendekatan Fungsional. Airlangga University Press. Hasanah, Izatul. 2014. Studi komparasi kandungan karbohidrat tepung biji mangga Manalagi dan Arumanis sebagai alternatif sumber karbohidrat pada pembuatan jenang pelok. (Skripsi), IAIN Walisongo. Poedjiadi. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Depok: UI Press. Sastroamidjojo, & Hardjono. 2005. Kima Organik Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, dan Protein. Gadjah Mada University Press. H. Lampiran