Uploaded by User70300

KBM KELOMPOK 3

advertisement
Makalah Kimia Bahan Makanan
PERANAN PROTEIN DAN ENZIM, ASPEK KERUSAKAN
(DENATURASI) DAN PENANGGULANGANNYA PADA BAHAN
MAKANAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
MAGHFIRAH SULAIMAN
(H031181501)
M. ILHAM ADI PUTRA
(H031181506)
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
rahmat, taufik, serta hidayah-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Peranan Protein dan Enzim, Aspek Kerusakan (Denaturasi)
dan Penanggulangannya pada Bahan Makanan” dengan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Kimia Bahan
Makanan. Untuk mendapatkan informasi dalam pembuatan makalah ini, penulis
melakukan dengan membaca referensi buku dan jurnal.
Ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini terutama kepada dosen pengampuh mata kuliah ini dan
teman-teman yang ikut serta dalam mendukung terselesaikannya makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan di dalamnya sehingga jauh dari kata sempurna. Untuk kesempurnaan
makalah ini diharapkan segala kritik dan saran membangun dari pembaca.
Makassar, 19 Februari 2021
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
Bab I Pendahuluan ..............................................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................
Bab II Tinjauan Pustaka ......................................................................................
2.1 Enzim .....................................................................................................
2.2 Protein ...................................................................................................
2.3 Fungsi Dan Peranan Protein..................................................................
2.4 Sumber Protein.......................................................................................
2.5 Penyebab Kerusakan Protein Pada Bahan Makanan . ............................
2.6 Penanggulangan Kerusakan Protein Pada Bahan Makanan.. .................
Bab III Penutup ...................................................................................................
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................
3.2 Saran .....................................................................................................
Daftar Pustaka .....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan makanan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar
yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Bahan makanan ini, mungkin tersedia
dalam bentuk siap diserap, tetapi mungkin juga berada dalam bentuk yang belum
siap untuk dimanfaatkan oleh sel. Bila bahan-bahan ini masih merupakan
molekul dengan rantai panjang atau kompleks, maka perlu disiapkan atau
harus dicerna (diurai atau dihidrolisis) terlebih dahulu. Pencernaan atau penguraian
dapat dilaksanakan secara mekanis maupun kimia.
Pencernaan secara mekanis dapat terjadi pada waktu dikunyah di mulut atau
terjadi di saluran pencernaan pada saat pengadukan dan penekanan (gerakan
peristaltik)
sebagai
hasil kontraksi otot yang melapisi saluran pencernaan.
Pencernaan secara kimia terjadi berkat jasa berbagai enzim, di dalam saluran
pencernaan. Dalam proses pencernaan, bahan makanan yang kompleks diurai
menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Enzim adalah suatu protein. Protein adalah salah satu bio-makromolekul
yang penting perananya dalam makhluk hidup. Fungsi dari protein itu sendiri secara
garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu sebagai bahan
struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada tingkat molekular. Sedangkan
fungsi enzim adalah untuk mempercepat proses penguraian bahan makanan,
menjadi molekul-molekul yang dapat diserap disaluran makanan seperti protein
yang diubah menjadi asam-asam amino.
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa protein mempunyai peranan
sebagai bahan makanan yang penting bagi tubuh manusia. Akan tetapi dibalik
peranannya ternyata protein dapat pula mengalami kerusakan yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk lebih mengetahui mengenai kerusakan
pada bahan makanan yang mengandung banyak protein, maka akan dijelaskan
dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan protein dan enzim ?
2. Dari manakah sumber bahan makanan protein?
3. Apa saja faktor yang memepengaruhi kerusakan protein pada bahan
makanan?
4. Bagaimana penanggulangan kerusakan pada bahan makanan protein?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan protein dan enzim
2. Untuk mengetahui sumber bahan makanan protein.
3. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kerusakan protein pada bahan
makanan.
4. Untuk mengetahui penanggulangan kerusakan protein pada bahan makanan
.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Enzim
Enzim merupakan katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam
makhluk hidup atau dalam sistem biologik. Suatu enzim dapat mempercepat laju
reaksi kira-kira 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan dengan reaksi yang
tidak dikatalisisis (Poedjiadi, 1994). Molekul enzim biasanya berbentuk bulat
(globular), sebagian terdiri atas satu rantai polipeptida dan sebagian lain terdiri dari
lebih dari satu polipeptida dan umumnya mempunyai berat molekul yang beraneka
ragam berkisar 104–107 kDa. Enzim bekerja sangat spesifik dalam kerja
katalitiknya, sehingga enzim dikatakan mempunyai sifat sangat khas karena hanya
bekerja pada substrat tertentu dan bentuk reaksi tertentu. Kespesifikan ini
disebabkan oleh bentuknya yang unik dan adanya gugus-gugus polar atau nonpolar
dalam struktur enzim. Salah satu fungsi yang paling menonjol dari protein adalah
aktivitas enzim.
Enzim mempunyai fungsi khusus antara lain yaitu : (1)
menurunkan energi aktivasi, (2) mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan tetap
tanpa mengubah besarnya tetapan seimbangnya, dan (3) mengendalikan reaksi
(Lehninger, 1982).
Kelebihan enzim dibandingkan katalis biasa adalah enzim bersifat spesifik
dengan katalis anorganik, bekerja pada pH yang relatif netral dan suhu yang relatif
rendah, aman, mudah dikontrol, dapat menggantikan bahan kimia yang berbahaya,
serta dapat didegradasi secara biologis. Enzim telah banyak digunakan dalam
bidang industri pangan, farmasi dan industri kimia lainnya. Dalam bidang pangan
misalnya amilase, glukosa-isomerase, papain dan bromelin. Sedangkan dalam
bidang kesehatan contohnya amilase, lipase dan protease. Dalam banyak aplikasi
bioteknologi, selulase digunakan dalam proses sakarifikasi bahan berselulosa,
deterjen, industri makanan, dan pengolahan limbah pabrik kertas. Enzim dapat
diisolasi dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Namun, secara umum enzim
diisolasi dari mikroorganisme karena pertumbuhan mikroorganisme relatif lebih
cepat sehingga enzim yang dihasilkan lebih banyak.
2.2 Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani “PROTEIOS” yang berarti pertama.
Definisi dari protein sendiri adalah suatu makromolekul yang tersusun dari asamasam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein
memilikil molekul yang besar, karena itu sering dimasukkan dalam makromolekul
yang kompleks. Protein merupakan makromolekul yang menyusun lebih dari
separuh bagian dari sel. Protein menentukan ukuran dan struktur sel, komponen
utama dari sistem komunikasi antar sel serta sebagai katalis berbagai reaksi
biokimia di dalam sel. Karena itulah sebagian besar aktivitas penelitian biokimia
tertuju pada protein khususnya hormon, antibodi dan enzim.
Molekul-molekul protein terutama di susun oleh atom karbon (C), hydrogen
(H), oksigen (O) dan nitrogen (N). Sebagian besar protein juga mengandung sulfur
(S) dan fosfor (P), unsur-unsur lainnya lebih jarang terdapat. Pada dasarnya protein
dibentuk oleh satuan-satuan asam amino yang membentuk “polimer” sehingga
memerlukan senyawa-senyawa yang panjang. Setiap molekul asam amino terdiri
dari atom C yang mengikat gugus amino (-NH2) yang bersifat basa, gugus karboksil
(-COOH) yang bersifat asam, atom hidrogen dan satu gugus sisi samping (R)
seperti yang disajikan pada gambar 1A. Gugus amino dari asam amino dapat
bereaksi dengan gugus karboksil dari asam amino lainnya dengan mengeluarkan
satu molekul H2O dan membentuk ikatan peptida. Dua molekul asam amino yang
membentuk ikatan peptida disebut dipeptida. Gugus amino dan karboksil bebas dari
dipeptida tersebut dapat bereaksi lagi dengan asam-asam amino lainnya membentuk
polipeptida, seperti terlihat pada Gambar 1B.
Protein merupakan sumber asam amino baik essensial maupun yang nonessensial. Asam amino essensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesa
dalam tubuh, karena itu harus disuplai dari pangan. Yang termasuk dalam asam
amino essensial antara lain isoleusin, leusin, lysine, phenilalanin, threonine,
methionin, tryptophane, valin, histidin, dan arginin. Sedangkan asam amino non
esensial adalah asam amino yang dapat disintesis tubuh, yaitu di luar asam amino
esensial di atas. Pada manusia dan hewan, protein berfungsi sebagai pembentuk
struktur tubuh; merupakan biokatalis (enzim dan hormon) yang membentuk reaksi
kimia dalam tubuh seperti metabolisme, pencernaan, pertumbuhan, ekskresi, dan
konversi energi kimia ke kinerja mekanis protein plasma darah dan hemoglobin
mengatur tekanan osmotik cairan tubuh dan sangat dibutuhkan pada reaksi
imunologis. Pada umumnya kadar protein di dalam bahan pangan menentukan
mutu bahan pangan itu sendiri. Protein terdapat baik dalam tubuh hewan maupun
tanaman, yang kemudian terkenal berturut-turut sebagai protein hewani dan protein
nabati. Pada tubuh hewan, protein terdapat di dalam otot atau daging, kulit, kuku
dan rambut. Sedangkan pada tanaman, protein terdapat dalam biji, daun, buah dan
rhizome.
Protein juga merupakan penyusun utama enzim-enzim dan “antibodies”
serta cairan-cairan tubuh seperti darah, susu dan putih telur. Protein sangat penting
bagi kelangsungan hidup suatu mahluk. Sebagai contoh setiap orang membutuhkan
protein 1 gr per kg berat badan per hari dan seperempat dari jumlah protein tersebut
sebaiknya berasal dari protein hewani. Jadi misalnya seseorang dengan berat badan
50 kg memerlukan 50 g protein per hari, maka sebanyak 12,5 g sebaiknya berasal
1 dari protein hewani. Satu gram protein dapat menghasilkan 4 kalori. Jadi
kebutuhan protein rata-rata orang Indonesia yang berjumlah 55 g per kapita per hari
atau sama dengan 220 kalori per kapita per hari, kira-kira merupakan 10 persen dari
kebutuhan kalori orang Indonesia, yaitu 2100 kalori per kapita per hari.
Semua jenis protein terdiri dari rangkaian dan kombinasi dari 20 asam
amino. Setiap jenis protein mempunyai jumlah dan urutan asam amino yang khas.
Di dalam sel, protein terdapat baik pada membran plasma maupun membran
internal yang menyusun organel sel seperti mitokondria, retikulum endoplasma,
nukleus dan badan golgi dengan fungsi yang berbeda-beda tergantung pada
tempatnya. Protein-protein yang terlibat dalam reaksi biokimia sebagian besar
berupa enzim banyak terdapat di dalam sitoplasma dan sebagian terdapat pada
kompartemen dari organel sel. Protein merupakan kelompok biomakromolekul
yang sangat heterogen. Ketika berada di luar makhluk hidup.
2.3 Fungsi dan Peranan Protein
Protein memegang peranan penting dalam berbagai proses biologi.
Peran-peran tersebut antara lain:
1. Katalisis enzimatik
Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalisis oleh enzim
dan hampir semua enzim adalah protein.
2. Transportasi dan penyimpanan
Berbagai molekul kecil dan ion-ion ditansport oleh protein spesifik.
Misalnya transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan
transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin.
3. Koordinasi gerak
Kontraksi otot dapat terjadi karena pergeseran dua filamen protein. Contoh
lainnya adalah pergerakan kromosom saat proses mitosis dan pergerakan sperma
oleh flagela.
4. Penunjang mekanis
Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen yang merupakan
protein fibrosa.
5. Proteksi imun
Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal
serta berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel dari
organisma lain.
6. Membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf
Respon sel saraf terhadap rangsang spesifik diperantarai oleh oleh protein
reseptor. Misalnya rodopsin adalah protein yang sensitif terhadap cahaya
ditemukan pada sel batang retina. Contoh lainnya adalah protein reseptor pada
sinapsis.
7. Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi
Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan diferensiasi diatur oleh
protein faktor pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhan saraf mengendalikan
pertumbuhan jaringan saraf. Selain itu, banyak hormon merupakan protein
(Santoso, H. 2008)
2.4 Sumber Protein
Menurut distribusi terdapat empat jenis protein, yaitu protein hewani,
protein asal laut, protein nabati, dan protein non-konvensional.
a) Protein hewani
1. Daging, daging adalah jaringan otot pada hewan yang digunakan sebagai
bahan pangan. Sapi, domba, dan kamb ing sering disebut “red meat”.
2. Susu, kandungan protein dalam susu berkisar antara 3-4%. Protein susu
dibagi atas casein dan whey. Fraksi casein mengandung bermacammacam phosphoprotein yang dapat diendapkan dari susu skim kasar
dengan keasaman pada Ph 4.6, suhu 20°C. Protein yang tertinggal setelah
presipitasi casein disebut sebagai protein whey atau milk serum. Fraksi
casein ± 80% dari total protein susu, sedangkan whey ± 20%.
3. Telur, telur ayam mengandung 11% kulit, 31% kuning telur dan 55%
putih telur. Isi telur tanpa kulit terbagi atas 65% putih dan 35% kuning
telur. Yolk atau kuning telur mengan dung 50% padatan yang terdiri dari
1/3 bagian protein dan 2/3 bagian lemak. Yolk bila disentrifuse akan
terpisah menjadi 3 fraksi, yaitu
livetin, komponen glanular, dan
lipovittellenin. Lipovitelin dan lipov itellenin adalah campuran komplek
lipoprotein yang apabila lipidanya diekstrak dengan 80% alcohol akan
meninggalkan phosphoprotein, vitelin dan vitellenin. Putih telur cair
mengndung 12% prot ein. Ada 4 lapisan putih telur, yaitu bagian luar
cairan (lapisan tipis), bagian viscous cairan (lapisan tebal), bagian dalam
cairan (lapisan
tipis), dan bagian lapisan kecil padat mengelilingi
membrane vitellin kuning telur disebut “chalaza” untuk mempertahankan
posisi yolk.
b) Protein asal laut
1. Ikan, Ikan biasanya mengandung sekitar 40-60% BDD. Pada bagian lateral
badan ikan terdapat jaringan otot berwarna merah coklat sekitar 810% dari
total jaringan tubuh mengandung hemoprotein. Protein jaringan otot ikan dapat
diklasifikasikan menjdi sarcoplasma, miofibrier, dan protein jaringan ikat.
Jaringan otot ikan banyak kesamaannya dengan jaringan otot mamalia. Jaringan
otot ikan mudah rusak karena degradasi, denaturasi, dan koagulasi.
2. Kerang, Bagian kulit kerang jauh lebih berat dari bagian jaringan yang dapat
dimakan. Jaringan otot adductor pada kerang merupakan otot licin (catch
muscle) yang berfungsi menutup kerang. Otot licin tersebut mengandung 4
protein structural,
yaitu actin, myosin, paramyosin (tropomyosin A), dan
tropomyosin.
c) Protein nabati
1. Protein sayuran, Sayuran segar bukanlah sumber protein yang baik, karena
jumlahnya kecil. Protein kentang, meskipun jumlahnya ± 2% tapi dikategorikan
dalam protein berkualitas tinggi, karena kaya dengan lysine dan tripthophane
terutama bagian cortex (luar). Bagian cortex kaya akan asam amino essensial
disban ding dari bagian dalam.
2. Protein serelia, Kandungan protein serelia berkisar antara 6-20%.
2.5 Penyebab Kerusakan Protein pada Bahan Makanan
Menurut Demodaran dan Paraf (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi
kerusakan protein adalah :
1. Panas
Panas merupakan agen fisik umum yang dapat mendenaturasikan protein.
2.
pH (derajat keasaman)
Dalam larutan encer, denaturasi yang dipengaruhi oleh pH dan suhu sangat
dekat hubungannya dengan proses denaturasi yang jarang halnya yang dapat
digunakan dengan panas saja.
3. Ion Logam
Kedua pH dan kekuatan ion suatu larutan menentukan beban sepenuhnya
molekul protein dan kerentana mereka terhadap denaturasi panas.
4. Gula dan Polyols
Gula dan polyols dapat menunjukkan pengaruh stabilitas panas pada protein
makanan.
5. Sifat Protein
Penambahan bahan kimia seperti Urea, Guadinin, Klorida dan detergen
tidak bermuatan ion dapat mengubah struktur dan mempengaruhi jalannya panas.
Denaturasi dan Koagulasi
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagin tubuh.
Karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan – bahan dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam amino
yang mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein mengandung mengandung pula fosfor, belerang dan
ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga
(Winarno,2008).
Protein merupakan polimer heterogen dari molekul asam amino. Protein
sangat penting bagi tubuh kita terutama untuk pertumbuhan dan pergantian sel – sel
tubuh yang rusak karena pertumbuhan dan pergantian sel – sel tubuh yang rusak.
Oleh karena itu metabolisme protein sangat penting dan banyak melibatkan enzim
proteolitik yaitu enzim yang dapat menguraikan atau memecah protein
(Cahyati, 2009).
DENATURASI
Denaturasi adalah suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur
sekunder, tersier, dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatanikatan peptida. Denaturasi protein dapat juga diartikan sebagai kerusakan struktur
sekunder dan tersier protein akibat terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi
hidrofobik atau ikatan disulfida. Bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu
molekul protein berubah, maka dikatakan protein ini terdenaturasi. Ada dua macam
denaturasi, pengembangan rantai peptida dan pemecahan protein menjadi unit lebih
kecil tanpa disertai pengembangan molekul. Yang pertama kali terjadi pada
pengembangan polipeptida, sedangkan yang kedua terjadi pada bagian molekul
yang bergabung dalam ikatan sekunder (Winarno, 2006).
1.
Faktor – faktor Penyebab
Denaturasi protein dapat terjadi dengan berbagai macam perlakuan, antara
lain dengan perlakuan panas, pH, garam, dan tegangan permukaan. Denaturasi
protein merupakan suatu keadaan dimana protein mengalami perubahan atau
perusakan struktur sekunder, tersier dan kuartenernya. Denaturasi ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pemanasan, suasana asam atau basa
yang ekstrim, kation logam berat dan penambahan garam jenuh (Winarno, 2006).
2.
Mekanisme
Denaturasi protein terjadi bila susunan ruang atau rantai polipeptida suatu
molekul protein berubah. Jika ikatan-ikatan yang membentuk konfigurasi molekul
tersebut rusak, molekul akan mengembang. Berikut ini merupakan beberapa
mekanisme denaturasi (Winarno, 2006) :

Denaturasi karena Panas
Panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi
hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi
kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat
cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Protein telur mengalami
denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Beberapa makanan dimasak untuk
mendenaturasi protein yang dikandung supaya memudahkan enzim pencernaan
dalam mencerna protein tersebut. Pemanasan akan membuat protein bahan
terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena
energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada
struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan
peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit.

Alkohol dapat merusak ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen terjadi antara gugus amida dalam struktur sekunder protein.
Ikatan hidrogen antar rantai samping terjadi dalam struktur tersier protein dengan
kombinasi berbagai asam amino penyusunnya.

Denaturasi karena Asam dan basa
Protein akan mengalami kekeruhan terbesar pada saat mencapai ph
isoelektris yaitu pH dimana protein memiliki muatan positif dan negatif yang sama,
pada saat inilah protein mengalami denaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat
dan timbulnya gumpalan. Asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam
dengan adanya muatan ionik. Sebuah tipe reaksi penggantian dobel terjadi sewaktu
ion positif dan negatif di dalam garam berganti pasangan dengan ion positif dan
negatif yang berasal dari asam atau basa yang ditambahkan. Reaksi ini terjadi di
dalam sistem pencernaan, saat asam lambung mengkoagulasi susu yang dikonsumsi

Denaturasi karena Garam logam berat
Garam logam berat mendenaturasi protein sama dengan halnya asam dan
basa. Garam logam berat umumnya mengandung Hg+2, Pb+2, Ag+1 Tl+1, Cd+2 dan
logam lainnya dengan berat atom yang besar. Reaksi yang terjadi antara garam
logam berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak
larut.

Garam logam berat merusak ikatan disulfida
Logam berat juga merusak ikatan disulfida karena affinitasnya yang tinggi
dan kemampuannya untuk menarik sulfur sehingga mengakibatkan denaturasi
protein.

Agen pereduksi merusak ikatan disulfida
Ikatan disulfida terbentuk dengan adanya oksidasi gugus sulfhidril pada
sistein. Antara rantai protein yang berbeda yang sama-sama memiliki gugus
sulfhidril akan membentuk ikatan disulfida kovalen yang sangat kuat. Agen
pereduksi dapat memutuskan ikatan disulfida, dimana penambahan atom hidrogen
sehingga membentuk gugus tiol; -SH.
3.
Dampak yang Ditimbulkan Pada produk
Denaturasi menimbulkan beberapa dampak pada produk , dampak –
dampak tersebut diantaranya adalah hilangnya aktivitas enzim, penambahan
kelarutan dan dehidrasi, dan perubahan warna. Selain itu produk yang memiliki
kandungan protein akan mengalami kerusakan mulai dari kerusakan struktur
primernya sampai pada kerusakan struktur tersiernya.
KOAGULASI
Koagulasi adalah suatu keadaan dimana protein tidak lagi terdispersi
sebagai suatu koloid karena unit ikatan yang terbentuk cukup banyak. Koagulasi
dapat juga diartikan sebagai salah satu kerusakan protein yang terjadi akibat
pemanasan dan terjadi penggumpalan serta pengerasan pada protein karena
menyerap air pada proses tersebut (Purwaningsih, 2007).
1)
Faktor – faktor Penyebab
Koagulasi adalah penurunan daya larut molekul – molekul protein atau
perubahan bentuk cairan (sol) menjadi bentuk padat atau semu padat (gel).
Koagulasi dapat disebabkan oleh panas, pengocokan, garam, asam, basa, dan
pereaksi lain seperti urea. Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan
pada suhu 50°C atau lebih. Koagulasi hanya terjadi ketika protein berada di titik
isolistriknya, dimana pada titik ini protein masih dapat larut pada pH di titik luar
isolistrik tersebut (Purwaningsih, 2007).
2)
Mekanisme
Koagulasi berawal dari pemanasan yang dapat menyebabkan pemutusan
ikatan hidrogen yang menopang struktur sekunder dan tersier suatu protein
sehingga menyebabkan sisi hidrofobik dari gugus samping polipentida akan tebuka.
Hal ini menyebabkan kelarutan protein semakin turun dan akhirnya mengendap dan
menggumpal. Pada saat inilah terjadi proses koagulasi (Winarno,2006).
3)
Dampak yang Ditimbulkan pada Produk
Koagulasi dapat menimbulkan dampak terhadap produk, dampak tersebut
diantaranya adalah hilangnya sifat – sifat biologis suatu protein (Winarno,2006).
2.6
Penanggulangan Kerusakan Protein Pada Bahan Makanan
Ada beberapa teknik penanggulangan pada bahan makanan protein,
antara lain:
a) Pendinginan dan Pembekuan
Pendinginan dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari
atau minggu tergantung pada macam bahan pangannya, sedangkan
pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau
kadang beberapa tahun. Perbedaan lain antara pendinginan dan pembekuan
adalah dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di dalam
bahan pangan. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat
membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di bakteri
pembusuk kemudian berjalan cepat kembali.
b) Pengeringan
Pengeringan
adalah
suatu
cara
untuk
mengeluarkan
atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian
besar air yang di kandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya,
kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai 53 batas sehingga
mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan
pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih
kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan
pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan
transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih murah.
Pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan
yang di keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan
kimianya, penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian yang lainya juga
disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum di
pakai, misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan.
Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada
setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua
permukaan bahan tersebut.
c) Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan yang
berfungsi untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis,
perubahan kadar air. Teknologi pengemasan perkembangan sangat pesat
khususnya pengemas plastik yang dengan drastis, peranan kayu, karton, gelas
dan logam sebagai bahan pembungkus primer.
d) Penggunaan bahan kimia
Bahan
pengawet
dari
bahan
kimia
berfungsi
membantu
mempertahankan bahan makanan dari serangan makroba pembusuk dan
memberikan tambahan rasa sedap, manis, dan pewarna. Contoh beberapa jenis
zat kimia : cuka, asam asetat, fungisida, antioksidan, in-package desiccant,
ethylene absorbent, wax emulsion dan growth regulatory untuk melindungi
buah dan sayuran dari ancaman kerusakan pasca panen untuk memperpanjang
kesegaran masa pemasaran. Salah satunya adalah nitogen cair sering
digunakan untuk pembekuan secara tepat buah dan sayur sehingga
dipertahankan kesegaran dan rasanya yang nyaman.
e) Teknik fermentasi
Fermentasi bukan hanya berfungsi sebagai pengawet sumber
makanan, tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan. Salah satumya fermentasi
dengan menggunakan bakteri laktat pada bahan pangan akan menyebabkan
nilai pH pangan turun di bawah 5.0 sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri fekal yaitu sejenis bakteri yang jika dikonsumsi akan menyebabkan
muntah-muntah, diare atau muntaber.
Bakteri laktat (lactobacillus) merupakan kelompok mikroba dengan
habitat dan lingkungan hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar ataupun
laut), tanah, lumpur, maupun batuan. tercatat delapan jenis bakteri laktat,
antara lain Lacobacillus acidophilus, L fermentum, L brevis, dll. Asam laktat
yang dihasilkan bakteri dengan nilai pH (keasaman) 3,4-4 cukup untuk
menghambat sejumlah bakteri perusak dan pembusuk bahan makanan. Bakteri
laktat juga menghasilkan lactobacillin (laktobasilin), yaitu sejenis antibiotika
serta senyawa lain yang berkemampuan menontaktifkan reaksi kimia yang
dihasilkan oleh bakteri fekal di dalam tubuh manusia dan bahkan
mematikannya. Dengan demikian, rangkaian senyawa lain yang akan
membentuk kolesterol dan kanker akan terhambat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan pemaparan materi di
atas, sebagai berikut:
1. Enzim merupakan katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam
makhluk hidup atau dalam sistem biologik. Sedangkan protein berasal dari
bahasa Yunani “PROTEIOS” yang berarti pertama. Definisi dari protein sendiri
adalah suatu makromolekul yang tersusun dari asam-asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.
2. Sumber-sumber dari protein, antara lain: daging, susu, telur, ikan, kerang, serta
sayur-sayuran.
3. Penyebab kerusakan pada bahan makanan protein, yaitu: Gula dan Polyols,
suhu, ion logam, dan pH.
4. Penanggulangan kerusakan pada bahan makanan protein meliputi: proses
pendinginan, pengeringan, pengemasan, penggunaan bahan kimia, dan teknik
fermentasi.
3.2 Saran
Saran untuk pembuatan makalah selanjutnya agar materi yang ada
dilengkapi lagi dari sumber-sumber materi yang terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA
Chayati, I. 2009. Bahan Ajar Ilmu Pangan. Fakultas Teknik UNY. Yogyakarta
Kurtanto, Tomy. 2008. Reaksi Miallard pada Produk Pangan. IPB : Bogor.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: MBrio Press.
Download