Judul Topik : Fokus Penggunaan Defisit APBN Sebagai Upaya Percepatan Pemulihan Ekonomi Pandemi Covid-19 Latar Belakang Masalah : Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai factor yang negara tersebut miliki. Diantaranya sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi efisiensi, budaya, kualitas sumber manusia dan birokrasi. Khususnya sistem ekonomi yang dijalankan suatu negara akan mengarahkan peran besar pemerintah dalam proses pembangunan, dan kebijakan – kebijakan yang dijalankan. Sebelum terjadi Pandemi Covid-19, Pemerintah telah mencanakan program pengalokasian untuk membangun infrastruktur – infrastruktur negara, khususnya proyek pemindahan Ibu Kota Negara ke Pulau Kalimantan yang membutuhkan anggaran dana yang sangat besar. Namun Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan satu tahun sejak diumumkan pada tanggal 2 Maret pertama kali oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Pandemi Covid-19 sudah memakan banyak korban. Terhitung per tanggal 13 Maret 2021 berdasarkan data satgas Covid-19, kasus Covid19 di Indonesia, total kasus positif bertambah 4.607 orang menjadi 1.414.741 orang, pasien sembuh bertambah 6.016 orang total 1.237.470 orang, dan pasien meninggal bertambah 100 orang menjadi total 38.329. Selain menimbulkan dampak pada kesehatan masyarakat, Pandemi Covid-19 juga menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan penerimaan negara, dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan. Oleh itu diperlukan urgensi dari Pemerintah untuk segera mengalokasikan Anggaran Belanja Negara yang terkait dengan peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan khususnya dari sisi sumber daya kesehatan dan jaminan kesehatan nasional, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi bagi dunia usaha dan masyarakat yang terdampak. Teori Dasar: APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah sebuah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.Berdasarkan UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 1. Kebijakan fiskal yang merupakan salah satu kebijakan dalam perekonomian dilakukan oleh pemerintah melalui instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Konsep ekonomi (Rosit, 2010) ada dua kebijakan ekonomi yang utama, yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiscal berkaitan dengan kebijakan yang dikeluarkan negara untuk memengaruhi perekonomian menggunakan pengeluaran, pendapatan, dan perpajakan, APBN dipengaruhi oleh kebijakan fiskal. Kebijakan moneter berkaitan dengan kebijakan dikeluarkan bank sentral, dan memengaruhi perekonomian menggunakan jumlah uang beredar dan suku bunga. APBN disusun berdasarkan siklus anggaran (budget cycle). Siklus dan mekanisme APBN ini meliputi : (a) tahap penyusunan RAPBN oleh pemerintah, (b) tahap pembahasan dan penetapan RAPBN menjadi APBN dengan Dewan Perwakilan Rakyat, (c) tahap pelaksanaan APBN, (d) tahap pengawasan pelaksanaan APBN oleh instansi yang berwenang, antara lain Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan (e) tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Realita di Lapangan (GAP) Menurut data dari Kementerian Keuangan untuk APBN 2021. Dari Belanja negara sebesar Rp 2.750,0 triliun, sebanyak total Rp 1.954,5 triliun merupakan bagian dari biaya Pemerintah Pusat dalam penanganan Covid-19 di Republik Indonesia, dengan prioritas utama adalah bidang pelayanan umum Rp 526,2 triliun (26,9%), bidang ekonomi Rp 511,3 triliun (26,2%) dan perlindungan sosial Rp 260,1 triliun (13,3%) Pembahasan Kementerian Keuangan Republik Indonesia menyatakan bahwa Tahun 2020 defisit terhadap APBN adalah 6,34% dan pada Tahun 2021 defisit terhadap APBN adalah 5,70%. Total Anggaran untuk yang dialokasikan Pemerintah Indonesia untuk penanganan Covid-19 adalah Rp 695,2 triliun, perincian tersebut Rp 87,55 triliun untuk bidang kesehatan, Rp 607,65 triliun untuk Program Pemulihan Ekonomi (PEN), biaya penanganan tersebut setara 4,2% terhadap PDB Indonesia. Biaya penanganan tersebut sangat membebani APBN negara. Pendapatan negara pada APBN 2020 adalah Rp 1.699,9 triliun, dan samapai minus 13,3 %. sedangkan pendapatan negara pada APBN 2021 adalah Rp 1.743,6 triliun, rincian tersebut didapat dari penerimaan pajak Rp 1.444,5 triliun, PNBP Rp 298,2 triliun, hibah Rp 0,9 triliun, dan hanya tumbuh 2,6 %. Tapi, Pemerintah menargetkan pada APBN 2021 atau belanja negara Rp 2.750,0 triliun, dan belanja Pemerintah Pusat dengan data terlampir pada bagian teori dasar. Walaupun terkena defisit APBN ,penanganan pandemi Covid-19 melalui Perppu Nomor 1 Tahun 2020 dan telah ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 . Perppu tersebut sangat diperlukan saat ini sebab pandemic Covid-19 telah berdampak pada lini – lini kehidupan penting seperti, kesehatan, perekonomian, sosial, dan lain – lain. Melalui Perppu ini menandakan adanya respon kebijakan keuangan negara untuk meningkatkan belanja mitigasi risiko kesehatan, sebagai jaring pengaman sosial, dan menolong iklim usaha di Indonesia. Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan dana alokasi Rp203,90 triliun, program ini sebagai tindakan penyelamatan bagi masyarakat, terdapat 8 komponen pembagian yaitu : (1) logistik/sembako/pangan dianggarkan Rp25 triliun, (2) kartu prakerja dianggarkan Rp20 triliun , (3) BLT dana Desa dianggarkan Rp31,80 triliun,, (4) Bansos Sembako Jabodetabek dianggarkan Rp6,80 triliun, (5) Bansos tunai Non-Jabodetabek dianggarkan Rp32,40 triliun, (6) subsidi/diskon listrik dianggarkan Rp6,90 triliun, ,(7) Kartu Sembako dianggarkan Rp43,60 triliun, (8) Program Keluarga Harapan memiliki anggaran sebesar Rp37,40 triliun. Terlebih dari banyaknya stimulus yang Pemerintah Pusat gelontarkan agar membantu masyarakat, defisit APBN 2020 dan 2021 juga disebabkan oleh penurunan pendapatan karena penurunan aktivitas ekonomi masyarakat sejak Maret 2020. Pemberlakuan PSBB menjadi sebab terbesar ekonomi masyarakat tidak bergerak. Sementara itu pada saat yang sama belanja pemerintah terjadi besar – besaran, khususnya dalam bidang kesehatan dan sosial, Sehingga pemerintah perlu membantu ekonomi dalam negeri dengan stimulus – stimulus. Terlebih dari banyaknya stimulus yang Pemerintah Pusat berikan agar membantu masyarakat, defisit APBN 2020 dan 2021 juga disebabkan oleh penurunan pendapatan karena penurunan aktivitas ekonomi masyarakat sejak Maret 2020. Pemberlakuan PSBB menjadi sebab terbesar ekonomi masyarakat tidak bergerak. Sementara itu pada saat yang sama belanja pemerintah terjadi besar – besaran, khususnya dalam bidang kesehatan dan sosial, Sehingga pemerintah perlu membantu ekonomi dalam negeri dengan stimulus – stimulus, namun walau keadaan memang sangat mengenaskan, kita harus tetap berusaha dan berdoa agar pandemi Covid-19 segera hilang dari muka bumi, Aamiiin. (paling bawah di pembahasan) kesimpulan Dampak nyata dari adanya pandemi Covid-19 sangat meluluntahkan ekonomi dan kesehatan, banyaknya masyarakat yang terkena penyakit Covid-19 membuat berbagai lini kehidupan terganggu. APBN yang sudah dirancang untuk membangun proyek - proyek prioritas strategis yang sudah direncanakan diubah fungsinya untuk fokus dalam pemulihan Covid-19 yaitu untuk bidang kesehatan dan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), akibatnya anggaran yang dikeluarkan tersebut membuat APBN dan neraca keuangan mengalami defisit.