Uploaded by User95581

Laporan Kerja Praktek Bima Nisfu Setyawan 1701082

advertisement
LAPORAN KERJA PRAKTEK
BEBERAPA MASALAH PADA PEMBORAN
“LOST CIRCULATION, KICK DAN PIPE STICKING”
Disusun oleh :
Nama :
Bima Nisfu Setyawan
NIM :
1701082
Program Studi S1Teknik Perminyakan Konsentrasi Teknik Industri
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Balikpapan
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
BEBERAPA MASALAH PADA PEMBORAN
“Lost Circulation, Kick dan Pipe Sticking”
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Kerja Praktek Tahun Akademik 2020/2021
Program Studi S1 Teknik Perminyakan Konsentrasi Teknik Industri
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Mahasiswa
Bima Nisfu Setyawan
NIM : 1701082
Mengetahui dan Menyetujui,
Ketua Program Studi
Dosen Pembimbing
S1 Teknik Perminyakan
Kerja Praktek
Abdi Suprayitno, S.T.,MEng
Karnila Willard, S.E,BA.,MBA
NIDN : 1110098502
NIDN : 1111057301
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan laporan Kerja
Praktek ini.
Adapun maksud dan tujuan dari laporan Kerja Praktek ini untuk memenuhi
persyaratan kerja praktek guna melengkapi kurikulum di program studi Teknik
Perminyakan, Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi (STT MIGAS)
Balikpapan. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Lukman, ST.,M.T selaku Ketua STT MIGAS Balikpapan.
2. Abdi Suprayitno, S.T.,MEng selaku Ketua Program Studi S1 Teknik
Perminyakan STT Migas Balikpapan.
3. Risna, S.T.,M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik STT Migas
Balikpapan.
4. Karnila Willard, S.E,BA.,MBA selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.
5. Orang tua dan rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan
bantuan hingga terselesaikannya laporan ini.
6. Semua pihak yang telah membantu baik moral maupun spiritual.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk penyempurnaan laporan ini.
Balikpapan, 1 November 2020
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
i
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN .....................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ...............................................................
1
1.2.
Tujuan Kerja Praktek ....................................................
2
DASAR TEORI ........................................................................
3
2.1.
Jenis-Jenis Pemboran .....................................................
3
2.1.1. Vertical Drilling ...................................................
3
2.1.2. Directional dan Horizontal Drilling ....................
3
Alasan Pemboran Berarah ..............................................
4
2.2.1. Alasan Topografis ................................................
4
2.2.2. Alasan Ekonomis .................................................
5
2.2.3. Alasan Geologis ...................................................
6
2.2.4. Alasan Lain ..........................................................
8
2.3.
Tipe-Tipe Pemboran Berarah .........................................
9
2.4.
Peralatan Pemboran........................................................ 11
BAB II
2.2.
2.4.1. Deflection Tools ................................................... 11
2.4.2. Rotary Steerable System....................................... 13
2.4.3. Bottom Hole Assembly ......................................... 15
2.5.
Peralatan Survey Pemboran ........................................... 17
2.5.1. Meassurement While Drilling .............................. 17
2.5.2. Single and Multi Shot ........................................... 19
2.5.3. Gyroscope Instrument .......................................... 19
2.6.
Masalah-Masalah Pemboran .......................................... 19
iii
2.6.1. Lost Circulation ................................................... 20
2.6.2. Pipe Sticking......................................................... 20
BAB III
PEMBAHASAN ....................................................................... 26
3.1. Lost Circulation .................................................................. 26
3.1.1. Pengertian Lost Circulation ................................. 26
3.1.2. Jenis-Jenis Lost Circulation ................................. 27
3.1.3. Penyebab Lost Circulation ................................... 28
3.1.4. Penanggulangan Lost Circulation ........................ 30
3.2. Kick atau Blowout ............................................................... 34
3.2.1. Pengertian Kick atau Blowout .............................. 34
3.2.2. Penyebab Kick atau Blowout ................................ 34
3.2.3. Penanggulangan Kick atau Blowout ..................... 36
3.3. Pipe Sticking........................................................................ 37
3.3.1. Pengertian Pipe Sticking ...................................... 37
3.3.2. Jenis-Jenis dan Penyebab Pipe Sticking ............... 38
3.3.3. Penanggulangan Pipe Sticking ............................. 41
BAB IV
KESIMPULAN ........................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jenis-Jenis Pemboran ...................................................................
4
Gambar 2.2 Pemboran Berarah Berdasarkan Alasan Topografis ....................
5
Gambar 2.3 Pemboran Berarah Sistem Cluster ................................................
6
Gambar 2.4 Pemboran Berarah Pada Wilayah Kubah Garam .........................
7
Gambar 2.5 Pemboran Berarah Pada Daerah Patahan ....................................
8
Gambar 2.6 Relief Well ......................................................................................
9
Gambar 2.7 Tipe-Tipe Pemboran Berarah ........................................................ 11
Gambar 2.8 Bent Sub.......................................................................................... 12
Gambar 2.9 Knuckle Joint .................................................................................. 13
Gambar 2.10 Rotary Steerable System ............................................................... 14
Gambar 2.11 Meassurment While Drilling ........................................................ 18
Gambar 2.12 Differential Pipe Sticking ............................................................. 21
Gambar 2.13 Key Seat ........................................................................................ 23
Gambar 2.14 Pack Off ........................................................................................ 24
Gambar 3.1 Lost Circulation ............................................................................. 31
v
Gambar 3.2 Pipe Sticking................................................................................... 37
Gambar 3.3 Differential Pipe Sticking ............................................................... 38
Gambar 3.4 Key Seat .......................................................................................... 41
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi Jurusan Teknik
Perminyakan di Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan. Kerja
Praktik merupakan sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan
yang diperoleh di bangku perkuliahan, selain itu dengan Kerja Praktik akan diperoleh
gambaran yang jelas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan berbagai masalah
keteknikan di tempat Kerja Praktik. Dalam mencapai usaha di atas, tentunya tidak
lepas dari peran serta berbagai pihak, baik dari kalangan kampus dan dunia industri
serta semua instansi terkait.
Pandemi Corona Virus Disease-19 (COVID-19) yang merebak diawal tahun
2020 hingga saat ini, memaksa sejumlah industri perusahaan dibidang minyak dan
gas bumi untuk menutup sementara memberikan sarana kerja praktik kepada para
pelaku kerja praktik industri sebagai upaya memutus rantai penyebaran virus demi
kenyamanan dan keamanan bersama. Dampaknya, sebagian besar dari pelaku kerja
praktik kehilangan kesempatan untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu nya
langsung di industri perusahaan khususnya perusahaan dibidang minyak dan gas
bumi saat ini.
Melihat situasi dari pandemi COVID-19 yang belum kunjung membaik, pihak
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan memberikan opsi
kebijakan Kerja Praktik Online sebagai langkah meringankan para mahasiswa/i untuk
terus bergerak maju dalam kondisi ini agar dapat menuntaskan mata kuliah wajib
Kerja Praktek tepat pada waktunya. Kebijakan Kerja Praktek Online ini diberikan
dengan pola dan syarat yang tertera di dalam proses pedoman pelaksanaan Kerja
Praktek terbaru, yaitu dengan mengutip data dari berbagai artikel minyak dan gas
bumi di internet dalam kurun waktu lima tahun kebelakang dan menyusun laporan
Kerja Praktik dari data yang diambil pada artikel-artikel tersebut dengan tema apapun
sesuai dengan kesanggupan mahasiwa/i.
1
Dari beberapa artikel yang saya ambil, saya memutuskan untuk mengangkat
materi Beberapa Masalah Pemboran sebagai materi untuk dilaporkan dalam laporan
Kerja Praktik ini. Masalah-Masalah pemboran ini meliputi Lost Circulation, Kick,
dan masalah pipa terjepit dalam proses pemboran. Materi ini saya sampaikan
dikarenakan saya sangat tertarik di bidang pemboran minyak dan gas bumi juga
materi ini sangat penting untuk dipahami bagi para penuntut ilmu teknik pemboran
yang akan terjun langsung di dunia kerja di bidang minyak dan gas bumi kelak.
1.2 Tujuan
Kerja Praktik (KP) dilaksanakan secara umum agar mahasiswa memiliki
kemampuan secara profesional untuk menyelesaikan masalah-masalah sesuai bidang
keilmuannya yang ada dalam dunia kerja dengan bekal ilmu yang diperoleh selama
masa kuliah, Tujuan dibagi menjadi dua yaitu antara lain :
Tujuan Umum :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mahasiswa mengetahui suasana kerja di perusahaan.
Mahasiswa dapat beradaptasi dengan dunia kerja (skill habit).
Mahasiswa dapat mengukur kemampuan yang dimiliki dan diperoleh
selama masa perkuliahan.
Mahasiswa dapat memperoleh tambahan ilmu yang mungkin tidak
didapatkan selama masa perkuliahan.
Mahasiswa dapat mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dan
diperoleh selama masa perkuliahan.
Mahasiswa dapat memunculkan konsep dan ide untuk Tugas Akhir
setelah melaksanakan Kerja Praktik.
Tujuan Khusus :
Tujuan mengapa penulis mengangkat materi ini ialah karena penulis
sangat tertarik di bidang pemboran juga ingin lebih mendalami perihal beberapa
masalah pemboran yang sering terjadi, serta materi ini sangat penting untuk
dipahami bagi para mahasiswa yang akan terjun langsung di bidang pemboran
minyak dan gas bumi.
2
BAB II
DASAR TEORI
Pemboran merupakan salah satu hal yang penting di dalam industri migas.
Berbagai macam metode telah dikembangkan untuk menyesuaikan kegiatan
pemboran, dimulai dari vertical drilling, directional drilling, horizontal drilling juga
hambatan-hambatannya.
2.1 Jenis-jenis Pemboran
Tujuan dari dilakukannya kegiatan pemboran adalah untuk mencapai target
reservoir yang telah ditentukan. Berdasarkan lintasan di dalam lubang bor
terdapat tiga macam jenis pemboran yaitu, vertical drilling, directional drilling,
dan horizontal drilling.
2.1.1 Vertical Drilling
Didalam vertical drilling pemboran memiliki lintasan bor menembus
secara tegak lurus sampai mencapai target reservoir yang ditentukan. Dalam
pelaksanaan pemboran kita harus melihat dari kondisi reservoir yang akan
kita bor, tekanan reservoir yang ada, dan daerah dari reservoir agar ekonomis
didalam pelaksanaannya.
2.1.2 Directional dan Horizontal Drilling
Teknik pemboran dimana arah pemboran dibelokkan mengikuti
lintasan yang telah direncanakan untuk mencapai target yang telah
ditentukan. Pemboran horizontal merupakan bentuk pengembangan dari
pemboran directional dimana pemboran dibelokkan secara horizontal
mengikuti lintasan yang telah direncanakan.
3
Gambar 2.1
Jenis-Jenis Tipe Pemboran
2.2 Alasan Dilakukan Pemboran Berarah
Selain bertujuan untuk mencapai titik target yang lebih dalam, dari sumur
yang sudah ada pemboran berarah juga digunakan dalam berbagai macam
kondisi lainnya. Berikut merupakan alasan perlu dilakukannya pemboran
berarah.
2.2.1 Alasan Topografis
Pemboran berarah berdasarkan alasan topografis dilakukan karena
lokasi di permukaan yang tepat diatas reservoir sulit untuk dicapai, atau
karena adanya pusat kehidupan, seperti kota, tempat pemukiman, hutan
lindung, gunung, danau, dan sebagainya. Jika di permukaannya tidak
mungkin didirikan rig untuk pemboran vertikal, sehingga dilakukan
pemboran berarah.
4
Gambar 2.2
Pemboran Berarah Berdasarkan Alasan Topografis
2.2.2 Alasan Ekonomis
Alasan ekonomi mengenai analisa biaya pemboran yang harus
dikeluarkan dalam suatu kegiatan pemboran adalah sebagai contoh biaya
pembebasan lahan, pemindahan peralatan serta pengelolahan limbah hasil
pemboran. Dalam pemboran yang ingin menghemat lokasi pemboran dapat
dibuat secara cluster system, terdiri dari satu lokasi dan terdapat banyak
sumur dengan reservoir hidrokarbon yang luas. Dibawah ini adalah gambar
pemboran system cluster.
5
Gambar 2.3
Pemboran Berarah Sistem Cluster
2.2.3 Alasan Geologis
Pemboran berarah dilakukan untuk menghindari kesulitan apabila
dilakukan pemboran secara vertical. Ini adalah contoh-contoh kesulitan yang
biasanya dihindari agar tidak mengalami maasalah pada saat melakukan
pemborann.
a. Reservoir Berada Di Daerah Kubah Garam (Salt Dome)
Bila reservoir berada di bawah kubah garam (salt dome), jangan
dibuat sumur vertikal menembus kubah garam tersebut, karena dapat
menimbulkan permasalahan selama pemboran maupun saat produksi.
Masalah yang akan timbul selama pemboran adalah terjadinya
kehilangan lumpur (lost circulation) akibat dari kubah garam yang
memiliki porositas yang besar sehingga lumpur bor cenderung untuk
masuk ke dalam kubah garam tersebut, bila terjadi lost circulation
6
maka akan menimbulkan kick yang akan berujung pada terjadinya
semburan liar (blow out).
Gambar 2.4
Pemboran Berarah Pada Wilayah Kubah Garam
b. Reservoir Berada Di Bawah Patahan (Fault)
Reservoir hidrokarbon yang berada di bawah patahan apabila
dilakukan dengan sumur vertikal akan menimbulkan permasalahan
pemboran seperti terjadinya hilang sirkulasi pada saat menembus
patahan tersebut. Oleh karena itu biasanya lapisan patahan harus
dihindari agar tidak terlalu menggangu pada saat melakukan
pemboran. Dibawah ini merupakan contoh gambar pemboran pada
daerah patahan.
7
Gambar 2.5
Pemboran Berarah Pada Daerah Patahan
2.2.4 Alasan Lain
Selain dari hal-hal yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa hal
lain yang membuat pemboran berarah dilakukan:
a. Relief Well
Bila suatu sumur pada saat melakukan operasi pemboran
mengalami blow out dan terbakar, maka dibuat satu atau dua sumur
berarah menuju formasi yang menyebabkan terjadinya blow out
tersebut, dimana melalui sumur yang dibuat tadi dipompakan fluida
untuk mematikan sumur yang terbakar dan sumur yang lain untuk
melanjutkan pemboran. Sumur ini disebut relief well. Dibawah ini
merupakan contoh gambar dari relief well.
8
Gambar 2.6
Relief Well
b. Side Well Tracking
Pada suatu pemboran sumur, terkadang ada di suatu keadaan pipa
terjepit atau putus yang tidak dapat diangkat ke permukaan. Maka
pada umumnya lubang yang sudah di bor tersebut ditutup dengan
cara disemen, kemudian lubang sumur dibelokkan dan diarahkan
menuju reservoir yang akan dicapai.
2.3 Tipe-Tipe Pemboran Berarah
Pemilihan bentuk sumur pemboran berarah dilakukan untuk dapat memenuhi
suatu program perencanaan pemboran sesuai dengan kondisi geologis,
topografis, target pemboran, ekonomis, dan segi lainnya. Umumnya sumur
pemboran berarah terdiri atas tiga bentuk lintasan yang dimana akan dipilih
sesuai dengan kebutuhan yang akan diperlukan.
9
2.3.1 J- Type
Pemboran dilakukan secara vertikal sampai pada suatu kedalaman
tertentu, kemudian fase pembentukan sudut (build-up section) mulai
dilakukan hingga mencapai end of build. Setelah itu pemboran dilakukan
dengan mempertahankan sudut kemiringan (tangent section) hingga
mencapai target formasi, dengan sebagai kedalaman berdasarkan true
vertical depth, r sebagai jari-jari dari build-up section, θ sebagai inklinasi.
2.3.2 S- Type
Tipe ini merupakan pengembangan dari desain tipe-J. Setelah
dilakukan pemboran vertikal hingga mencapai KOP, pemboran dilakukan
secara berarah dengan membentuk kemiringan sudut (build-up section)
hingga mencapai end of build, setelah itu, pemboran dilakukan dengan
mempertahankan sudut kemiringan (tangent section) dengan jarak tertentu
dan dilanjutkan kembali dengan memasuki fase pengurangan sudut
kemiringan atau drop-off section, hingga kembali menjadi sumur vertikal.
2.3.3 Modified S- Type
Pemboran secara vertikal sampai KOP dan melanjutkannya ke buildup section hingga tangent section. Pemboran dilanjutkan untuk memasuki
Partial Drop-Off Section, yaitu fase pemboran yang mengalami pengurangan
sudut inklinasi hingga mencapai inklinasi tertentu, namun tidak mencapai
inklinasi nol, lalu memasuki Tangent Section tahap-2 sampai mencapai
target akhir.
10
Gambar 2.7
Tipe-Tipe Pemboran Berarah
2.4 Peralatan Pemboran Berarah
Peralatan yang digunakan saat melakukan pemboran berarah harus sesuai
dengan kondisi lubang bor yang akan kita tembus dan peralatan-peralatan yang
biasa digunakan di dalam pemboran berarah dapat dikategorikan antara lain
deflection tools dan bottom hole assembly (BHA).
2.4.1 Deflection Tools
Setelah mencapai titik target tertentu di dalam lubang bor, proses
pemboran dapat dibelokan sesuai dengan kemiringan yang telah ditentukan
atau yang direncanakan agar dapat mencapai target yang telah direncanakan
atau rencana planning awal kegiatan pemboran. Banyak alat-alat yang
digunakan untuk melakukan pembelokan lubang sumur, antara lain:
a. Bent Sub
Bent sub merupakan suatu alat yang berupa pipa sambungan yang
memiliki sudut tertentu sehingga berfungsi mengarahkan pemboran.
11
Fungsi dari bent sub mulai digantikan dengan bent housing yang
dipasang didalam mud motor itu sendiri. Posisi dari bent sub dipasang
di atas downhole mud motor. Bent sub memiliki jenis-jenis yang
berbeda, yang membedakannya adalah ukuran dogleg severity yang
dapat dihasilkan salah satu contohnya adalah bent sub 1.5deg yang
dapat menghasilkan DLS sebesar 7deg dan bent sub 1.8deg yang dapat
menghasilkan 11deg. Bent sub ini kita pilih sesuai dengan kebutuhan
derajat yang akan kita capai agar dapat mencapai target yang sesuai
kita rencanakan pada saat awal pemboran.
Gambar 2.8
Bent Sub
b. Whipstock
Whipstock adalah lempengan baja cekung pada bagian dalamnya,
yang ditempatkan di dasar lubang bor pada suatu kedalaman tertentu
dan merupakan peralatan pembelok lubang bor paling tua. Sebelum
dioperasikan whipstock harus diarahkan sebelum pemboran berikutnya
dimana berat rangkaian pipa bor digunakan untuk mematahkan shear
pin yang menahan whipstock, sehingga pahat tadi membelok sesuai
dengan kemiringan dan arah whipstock.
12
c. Knuckle Joint
Knuckle joint adalah suatu drill string yang diperpanjang dengan
sendi peluru, sehingga memungkinkan putaran yang membentuk sudut
antara drill string dan bit. Pengoperasian knuckle joint dibuat terlebih
dahulu pilot hole kemudian dibor kembali dengan bit yang dirangkai
dengan reamer.
Gambar 2.9
Knuckle Joint
2.4.2 Rotary Steerable System
Konsep
dari
Rotary
Steerable
System
(RSS)
merupakan
pengembangan dari konsep mud motor. Perbedannya, apabila pada mud
motor system (menggunakan bent Sub atau bent Housing) mode
pemborannya dibedakan menjadi rotary mode dan sliding mode pada jeda
waktu yang berbeda, pada RSS kedua mode pemboran tersebut dapat
dilakukan dengan jeda waktu yang bersamaan. RSS disusun atas dua sistem
kelompok, yaitu push the bit system yang berarti mengarahkan pemboran
ketika sedang berlangsung dengan menggunakan sistem pads yang terdapat
di bagian luar drillstring. Point the bit system ini merupakan teknologi
13
terbaru dimana tepat di atas pahat bor terdapat rangkaian bola baja untuk
mengatur posisi pahat. RSS bekerja dengan sebuah unit mesin yang tersusun
rapih dan cukup kompleks, yaitu bias unit dan control unit.
Gambar 2.10
Rotary Steerable System
Cara kerja alat yang terletak diatas bit dengan panjang 12 ¼ ft atau
sekitar 3.8m ini adalah dengan system pengerjaan pada alat yang dapat
membuat sudut kemiringan dan arah pemboran sesuai yang diinginkan,
terdapat motor penggerak di bagian belakang alat dan terdapat tempat statis
dimana terdapat shaft yang memberikan gaya dan arah kepada bit. Shaft
dapat bergerak berdasarkan perintah dari permukaan yang dikenal sebagai
downlinking system, data yang diterima di permukaan diperoleh dari data
Telemetry yang berupa penggunaan Mud Pulse, dengan katup untuk
mengatur aliran fluida pemboran di lubang Drillstring yang menghasilkan
tekanan yang merambat ke kolom cairan di Drillstring sehingga terdeteksi
oleh pendeteksi tekanan Transducer di permukaan dan menerima Feed Back
berupa pembacaan Measurement While Drilling (MWD) secara Real Time.
RSS memiliki beberapa keuntungan diantaranya :

Meningkatkan ROP dengan kualitas lubang yang bagus dan
optimasi torsi dan drag.

Membantu
membelokan
direncanakan.
14
arah
lubang
sesuai
hasil
yang

Mempercepat Hole Cleaning.

Mengontrol Build Up Rate (BUR) dan mendiagnosa keadaan
Downhole.
RSS memiliki kekurangan diantaranya :

Pada saat Hole Cleanning memiliki temperatur Limit dengan
Cutting di daerah Build-Up yang dapat menyebabkan Stuck Pipe.
2.4.3 Bottom Hole Assembly
Merupakan serangkaian kombinasi peralatan bawah permukaan yang
dipasang pada rangkaian drill string sehingga diperoleh suatu hasil yang baik
dalam membentuk kemiringan dari lintasan lubang bor. Di dalam pemboran
berarah pada kedalaman titik belok tertentu, lubang bor diarahkan ke suatu
sasaran yang dikehendaki dengan sudut kemiringan yang telah direncanakan.
Susunan Bottom Hole Assembly terdiri dari Bit (pahat), Stabilizer, peralatan
Survey, Drill Collar, Non Magnetic Drill Collar, Down Hole Drilling Motor,
Bent Sub, Heavy Weight Drill Pipe dan Drilling Jar. Fungsi Bottom Hole
Assembly diantaranya :

Meneruskan putaran sampai ke pahat bor.

Mencegah terjadinya Dog Leg dan Key Seat.

Mengurangi problem vibrasi dan Differential Pressure Sticking.

Mengendalikan arah dan kemiringan lubang bor.
Secara umum Bottom Hole Assembly dikelompokkan dalam 3 jenis
sesuai dengan fungsinya, yaitu :

Build Up BHA (membentuk/menaikkan sudut kemiringan).

Lock Up BHA (mempertahankan sudut kemiringan).

Drop Off BHA (mengurangi sudut kemiringan).
15
a. Build Up Bottom Hole Assembly
Saat rangkaian masih berada pada posisi vertikal, pengaruh
gravitasi bumi maksimum terhadap rangkaian tersebut. Hanya gaya
gesekan (Lateral Forces) yang dapat merubah resultan dari gravitasi
bumi. Gaya yang berorientasi ke penentuan arah pada pemboran
berarah (Directional Drilling). Peralatan defleksi yang digunakan
biasanya menggunakan Bent Sub. Bit diputar oleh motor, sehingga
dapat
mengurangi
penggunaan
daya
di
permukaan.
Ketika
pembentukan sudut kemiringan, penempatan Stabilizer dekat Bit akan
memperkecil jarak titik tangensial dari Bit. Saat ada pembebanan,
Stabilizer akan menjadi titik tumpu peralatan dan memberikan efek
menggeser pada posisi tegak Bit sehingga menimbulkan pembesaran
sudut kemiringan.
b. Lock Up Bottom Hole Assembly
Pada bagian ini sangat sukar menentukan Tangent Assembly yang
dapat sekaligus mengatur atau mempertahankan sudut kemiringan dan
arah lubang bor. Umumnya persoalan terbesar dalam mengontrol sudut
arah, sedangkan untuk mengontrol sudut kemiringan agak lebih
mudah. Apabila WOB dan RPM diubah untuk mempertahankan sudut
arah, tetapi bisa mempengaruhi sudut kemiringan atau sebaliknya,
selain itu faktor-faktor formasi juga bisa mempengaruhinya. Tangent
Assembly digunakan pada bagian dari lubang bor dimana sudut arah
dan kemiringan harus dipertahankan tetap, maka rangkaian haruslah
sekaku mungkin. Sangat sukar menemukan Tangent Assembly yang
ideal atau kombinasi yang tepat, karena harus bisa mengatur
penempatan Stabilizer sebaik mungkin.
16
c. Drop Off Bottom Hole Assembly
Beban pada pahat dikurangi untuk membuat efek pendulum
maksimun. Dengan prinsip pendulum, yang menempatkan Stabilizer
lebih jauh dari bit, maka gaya gravitasi cenderung menarik bit ke arah
sumbu vertikal lubang. Efek ini akan menurunkan sudut kemiringan
lubang. Jarak dan ukuran Stabilizer berguna untuk mengatur
penurunan sudut kemiringan lubang bor.
2.5 Peralatan Survey Pemboran Berarah
Dalam semua kegiatan pemboran berarah, maka peralatan untuk melakukan
survey sangat diperlukan untuk mengetahui banyak hal,diantaranya adalah sudut
kemiringan (inklinasi) dan sudut arah (azimuth) pada setiap kedalaman tertentu,
dengan demikian maka dapat diketahui apabila terjadi penyimpangan sudut
kemiringan (inklinasi) dan sudut arah (azimuth) dari yang telah direncanakan.
Oleh karena itu maka dilakukan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi, dengan demikian agar pemboran bisa diarahkan kembali untuk
mengikuti lintasan yang telah direncanakan. Tujuan dengan dilakukannya survey
pada pemboran directional drilling yaitu untuk memonitor lintasan sumur
sehingga dapat kita ketahui dengan membandingkan dengan lintasan sumur yang
direncanakan, untuk mencegah collision dengan existing well di sekitarnya,
untuk menentukan orientasi yang diperlukan agar menempatkan alat pembelok
(deflecting tool) pada arah yang tepat, untuk menentukan lokasi yang tepat dari
dasar sumur (koordinat dasar sumur), dan untuk menghitung dog-leg severity.
2.5.1 Measurement While Drilling (MWD)
Merupakan suatu teknik pencatatan variasi pengukuran dalam lubang
bor
dan
hasil
pengukuran
ditransmisikan
ke
permukaan
dengan
memanfaatkan sirkulasi lumpur saat pemboran berlangsung. Alat ini
17
digunakan untuk mengontrol sudut kemiringan dan sudut arah, MWD juga
berfungsi mendeteksi zona bertekanan abnormal, korelasi Logging dan
Monitoring beban gaya serta torsi di pahat bor. MWD menggunakan dua
macam peralatan yaitu peralatan bawah permukaan (Downhole Assembly)
yang terdiri atas pulser, sensor serta sumber tenaganya (baterai) dan
peralatan permukaan (Surface Equipment). Informasi yang telah direkam
oleh alat sensor dikirim ke permukaan dengan transmitter dalam bentuk
sinyal analog. Prinsip pengiriman sinyal ini adalah berdasarkan perubahan
tekanan kolom lumpur pada suatu titik pada Drillstring. Perubahan tekanan
diatur oleh sebuah Valve yang dapat membuka atau menutup sesuai dengan
perintah yang diterima dari unit pengontrol, lalu pulsa tekanan (Mud Pulse)
yang terjadi merambat ke permukaan melalui hidrostatik kolom lumpur yang
kemudian diterjemahkan dalam bentuk grafik atau numerik pada Drilling
Instrument.
Gambar 2.11
Measurement While Drilling
18
2.5.2 Single dan Multi Shot
Peralatan survey ini bekerja dengan prinsip pemotretan, dimana sebuah
kompas dan unit pencatat sudut yang berbentuk cakram dipotret bersamasama oleh sebuah kamera. Hasil pemotretan ini adalah gambar yang
menunjukannya penyimpangan arah terhadap sumbu vertikal. Single Shot
hanya dapat melakukan pengukuran sekali saja, sedangkan Multi Shot dapat
melakukan pengukuran berkali-kali.
2.5.3 Gyroscope Instrument
Alat ini digunakan untuk mengukur arah kompas tanpa memanfaatkan
garis-garis medan magnet bumi, sehingga alat ini dapat digunakan didalam
pipa baja seperti Drill Pipe, Drill Collar, maupun Casing. Sebuah poros
gyroscope mempunyai satu referensi arah. Pengukuran dilakukan dengan
penempatan sebuah timer atau sensor perpindahan. Setelah pengukuran,
instrument kemudian diangkat ke permukaan dan data pengukuran dapat
dibaca.
2.6 Masalah-Masalah Dalam Pemboran
Dalam melakukan pemboran pasti ada hal-hal yang tidak sesuai dengan
rencana awal yang tidak diharapkan. Kejadian tersebut bisa berakibat fatal yang
dapat membuat kegiatan pemboran terhenti dalam beberapa saat waktu. Kejadian
yang menyebabkan terhentinya kegiatan pemboran biasa disebut dengan istilah
Non Productive Time (NPT). NPT ini merupakan waktu yang kurang produktif
atau kurang dimanfaatkan. Masalah-masalah yang biasa terjadi di dalam kegiatan
pemboran adalah Lost Circulation, dan Pipe Sticking. Berikut ini akan segara
dijelaskan mengenai macam-macam jenis masalah yang sering terjadi saat
sedang dilaksanakan pemboran tersebut.
19
2.6.1 Lost Circulation
Lost circulation adalah hilangnya semua atau sebagian lumpur dalam
sirkulasinya dan masuk ke dalam formasi. Berdasarkan keadaan lost
circulation dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

Partial Lost, yaitu bila lumpur yang hilang hanya sebagian saja dan
masih ada lumpur yang mengalir ke permukaan. Antara 15-500
bbl/jam

Total Lost , yaitu hilangnya seluruh lumpur dan masuk kedalam
formasi.
Penyebab lost circulation adalah adanya celah terbuka yang cukup
besar di dalam lubang bor, yang memungkinkan lumpur untuk masuk
kedalam formasi, dan tekanan didalam lubang lebih besar dari tekanan
formasi.
2.6.2 Pipe Sticking
Definisi pipa terjepit adalah keadaan dimana bagian dari pipa atau
peralatan bor mengalami jepitan didalam lubang bor atau biasa dibilang pipa
terjepit. Dalam setiap melakukan kegiatan pemboran, kenyataannya operasi
pemboran tidak selalu berjalan dengan lancar atau tidak selalu baik, dan
sering kali alat pemboran yaitu pipa terjepit pada saat melakukan pemboran.
Biasanya penyebab terjadinya pipa terjepitnya pada alat pemboran atau pipa
pemboran pada sumur bor adalah differential sticking maupun mechanical
sticking.

Differential Pipe Sticking
20
Differential pipe sticking terjadi jika perbedaan antara tekanan
hidrostatik lumpur pemboran dan tekanan formasi menjadi sangat besar,
keadaan seperti ini terjadi apabila :
o Menembus formasi yang porous dan permeabel.
o Lumpur berat sehingga tekanan hidrostatis lumpur jauh lebihi
tekanan formasi.
o Lumpur yang kurang stabil (water loss tinggi, mud cake tebal).
Tanda terjadinya differential pipe sticking ini adalah tidak mungkinnya
pipe digerakkan ke atas maupun ke bawah sementara sirkulasi masih
dilakukan baik, dimana hal ini diakibatkan karena hanya satu sisi pipa
yang menempel di dinding lubang bor.
Gambar 2.12
Differential Pipe Sticking
21
 Mechanical Pipe Sticking
Pipa dapat terjepit secara mekanis apabila:
o
Formasi yang mengalami sloughing menyumbat annulus di
sekitar rangkaian bor.
o
Rangkaian bor diturunkan terlalu cepat sehingga menghantam
bridge atau tight spot atau dasar sumur.

Key Seating
Pipa terjepit karena key seat terjadi pada saat mencabut rangkaian.
Tool Joint drill pipe akan menyangkut pada lubang key seat sehingga
rangkaian tidak bisa dicabut. Pipa terjepit karena key seat disebabkan
karena adanya dog leg. Drill pipe akan mengikis lubang yang bengkok
secara
mendadak
tersebut,
sehingga
terbentuk
lubang
yang
penampangnya seperti lubang kunci (key seat). Waktu sedang melakukan
pemboran terlihat ada kenaikan torsi, karena drill pipe mengikis dinding
lubang yang bengkok.
Pada waktu mencabut rangkaian terjadi sangkutan saat drill collar
sampai di daerah key seat. Penyebab dog leg atau sudut yang
menyimpang biasa diakibatkan karena Weight On Bit (WOB) yang
terlalu tinggi atau beban yang diterima terlalu berat, dan faktor formasi
(perubahan kekerasan, kemiringan lubang yang ditembus dan formasi
bergoa-goa).
22
Gambar 2.13
Key Seat
Sebagai tanda telah terjadi pipa terjepit karena adanya key seat adalah
sebagai berikut:
o Rangkaian tidak bisa diangkat.
o Tekanan pompa normal.
o Rangkaian masih bisa diputar.
Kalau pipa sudah terjepit karena masalah key seat, rangkaian diputar
pelan- pelan dengan tension yang minimum. Hal ini dilakukan terus
menerus sampai rangkaian bisa dicabut.

Pack Off
Pack off adalah terjepitnya rangkaian yang disebabkan karena batuan
formasi, cutting (serbuk bor) atau cavings (runtuhan) mengendap
23
disekitar rangkaian drill pipe dan menutup annulus. Identifikasi pack off
ditandai dengan adanya salah satu atau lebih dari ciri berikut :
o Pada saat drilling :

Di tandai dengan menurunnya laju cutting di shale shaker

Tekanan pemompaan naik secara tiba-tiba dan flow out
mengecil

Torque naik secara tiba-tiba
o Pada saat trip-in :

Berat string menurun secara tiba-tiba

Rangkaian tidak dapat digerakkan dan tidak bisa sirkulasi
o Pada saat trip-out :

Berat String naik secara tiba-tiba

Rangkaian tidak dapat digerakkan dan tidak bisa sirkulasi
Gambar 2.14
Pack Off
24
Penanggulangan Pack Off:
Metode yang biasanya dilakukan untuk membebaskan pipa yang
terjepit secara mekanis adalah dengan usaha penggerakkan pipa baik
diputar ataupun ditarik atau dengan mengaktifkan jar, apabila rangkaian
pipa dilengkapi dengan jar. Jika metode ini gagal, biasanya disemprotkan
fluida organik dan kemudian prosedur yang telah disebutkan tadi
diulangi. Jika usaha tersebut belum berhasil, maka pipa harus dilepaskan
dengan cara back off.
25
BAB III
PEMBAHASAN
Masalah-Masalah Pemboran
Dalam kenyataannya pengeboran tidak selalu berjalan dengan lancar, berbagai
macam hambatan sering terjadi. Hambatan ini sering disebut sebagai hole
problems atau downhole problems, dapat terjadi karena masalah-masalah di dalam
lubang bor maupun di permukaan. Penyebab permasalahan ini misalnya karena
mesin mati, rangkaian bor rusak, penyebab dari formasi, dan lain sebagainya.
Beberapa hambatan yang akan dibahas didalam laporan ini ialah terdiri dari tiga
yaitu:

Lost Circulation ( Hilang Sirkulasi )

Kick atau Blowout ( Semburan Liar )

Pipe Sticking ( Pipa Terjepit )
Jenis-jenis hambatan ini dapat terjadi sendiri-sendiri, bersama-sama, atau satu
akan mengakibatkan yang lain. Hambatan-hambatan tersebut sering terjadi dan
dapat menimbulkan kerugian yang besar. Namun demikian dengan penanganan
yang benar diharapkan hambatan dan kerugian tersebut dapat dikurangi.
3.1 Lost Circulation ( Hilang Sirkulasi )
3.1.1 Pengertian Lost Circulation
Lost Circulation atau hilang sirkulasi lumpur merupakan hilangnya
sebagian (partial lost) atau semua (total lost) dari fluida pemboran ke
26
dalam formasi, sehingga sirkulasi fluida pemboran tidak sesuai yang
diinginkan. (Satiyawira Bayu, Imanurdana Galih, 2018).
Gambar 3.1
Lost Circulation
3.1.2 Jenis Jenis Lost Circulation
Berdasarkan jenis formasi dan banyaknya lumpur yang hilang (lost
circulation) dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Seepage Losses
Seepage losses adalah bila hilang lumpur dalam jumlah yang
relatif kecil, kurang dari 15 bbl/jam. Biasanya terjadi pada formasi
yang berpotensi mengalami natural fracture dan induced fracture.
Kerugian yang diakibatkan oleh seepage losses ini adalah rusaknya
formasi dan pipa terjepit.
27
b) Partial loss
Partial loss merupakan kejadian hilangnya lumpur pemboran yang
lebih besar dari seepage losses. Lumpur yang hilang berkisar antara
10-100 bbl/jam. Partial loss ini tidak berbeda jauh keadaan nya
dengan seepage losses, hanya volume hilangnya lumpur saja yang
lebih besar.
c) Total loss
Adakalanya lumpur tidak keluar kembali dari lubang bor, tetapi
lubang bor tetap penuh. Problem ini sangat merugikan karena tidak
ada lumpur yang kembali ke permukaan. Total loss ini berpotensi
pada formasi yang terdapat goa-goa maupun rekahan yang besar dan
tekanan subnormal pada formasinya.
3.1.3 Faktor Penyebab Lost Circulation ( Hilang Sirkulasi )
Berikut faktor-faktor penyebab Lost Circulation :
a) Jenis Formasi
Walau formasi yang menyebabkan lost circulation tidak diketahui
secara nyata, namun dapat dipastikan bahwa formasi tersebut
memiliki karakteristik ukuran pori batuan yang cukup besar. Formasi
yang mempunyai formasi alami cukup besar untuk mengalirkan
lumpur sehingga terjadi lost circulation adalah sebagai berikut.
1) Coarsely Permeable Formation
Coarsely Permeable Formation adalah formasi permeable yang
terdiri dari butir- butir penyusun yang kasar. Contoh dari formasi
ini adalah gravel dan pasir.
28
2) Cavernous Formation atau Vugular
Formation Cavernous Formation atau vugular formation
adalah formasi yang banyak mengandung reef, gravel, dan juga
cavern (gua-gua) Contoh dari formasi ini adalah batuan kapur
(limestone dan dolomite).
3) Fissure, Fracture, and Faults Formation
Jenis formasi ini merupakan celah-celah atau retakan didalam
formasi yang terjadi secara alamiah maupun karena sebab-sebab
mekanis.
b) Lost Circulation Karena Tekanan
Tekanan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan
sangat berpengaruh dalam kegiatan pengeboran. Berikut merupakan
jenis- jenis dari tekanan:
1) Tekanan Formasi
Tekanan formasi merupakan tekanan yang disebabkan oleh
fluida didalam formasi. Memperkirakan tekanan formasi dengan
memperhatikan parameter-parameter pemborannya.
2) Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik adala tekanan yang diakibatkan oleh berat
dari kolom fluida pemboran dalam keadaan statis.
29
3) Tekanan Rekah Formasi
Tekanan rekah formasi adalah tekanan dimana formasi mulai
reka apabila ada penambahan tekanan. Tekanan rekah formasi di
lapangan dapat diketahui dengan melakukan Leak Off Test (LOT).
3.1.4 Penanggulangan Lost Circulation
Menurut Bayu Satiyawira dan Galih Immanurdana dalam Artikelnya
di Jurnal Petro 2018 Volume VII No.4, Beberapa metode yang di lakukan
untuk menanggulangi Lost Circulation, yaitu:
a. Cara Penyumbatan Dengan LCM (Lost Circulation Material)
Penanggulangan dengan cara menggunakan LCM digunakan
untuk loss yang kecil seperti seepage loss dan partial loss. LCM tidak
efektif untuk formasi yang mengandung rekahan yang cukup besar
atau bergua-gua. Material LCM yang digunakan harus dapat
bercampur dengan lumpur. Material penyumbat dapat dibagi kedalam
3 golongan, yaitu :
1.) Fibrous Material
Material Fibrous terdiri dari kapas kasar (raw cotton), ampas
tebu, jerami, serat kayu, bulu ayam (feather), glass fiber. Material
jenis ini relatif sedikit kaku dan cenderung memaksa masuk
kedalam
rekahan
yang
besar.
Jika
lumpur
mengandung
konsentrasi yang tinggi dari material fibrous dan kemudian
dipompakan masuk kedalam lubang bor, maka tahanan gesekan
yang cukup besar akan berkembang dan berfungsi sebagai
penyumbat atau penahan aliran.
2.) Flaky Material
30
Material flakes terdiri dari cellophone, mica (halus dan kasar),
cotton seed hulls, vermiculite dan kwik seal (kombinasi serabut,
bungkil dan kepingkepingan). Material ini apabila disirkulasikan
kedalam lubang bor, maka akan terletak melintang lurus dimuka
formasi, dan selanjutnya akan menutup rekahan yang ada. Jika
cukup kuat menahan tekanan kolom lumpur, maka material ini
akan membentuk filter cake yang luas dan kompak. Tetapi apabila
tidak cukup kuat menahan tekanan kolom lumpur, maka material
ini akan terdorong masuk kedalam rekahan dan aksi penutupan
rekahannya sama dengan material fibrous.
3.) Grannular Material
Material Granullar terdiri dari Nut shells, Nut Plug, Tuff Plug,
coarse bentonite, ground plastic, ground tires, asphalt. Dari hasil
tes pengaruh konsentrasi loss circulation material terhadap
besarnya fracture yang berhasil ditutup maka material granular
adalah yang paling baik dibandingkan dengan material jenis
lainnya.
b. Teknik Penyemenan
Apabila dengan menggunakan bahan penyumbat zona loss tidak
dapat diatasi, maka dilakukan sumbat semen untuk setiap jenis zona
loss.
Disini
akan
dijelaskan
teknik
penyemenan
dengan
menggunakan metode kesetimbangan kolom, caranya adalah sebagai
berikut :
1.) Apabila memungkinan maka dilakukan pemboran tanpa
sirkulasi melalui seluruh zona loss
31
2.) Pahat diangkat dari lubang bor, kemudian diukur Static mud
level, letakan pada drill pipe open end
3.) Memilih semen slurry yang disesuaikan dengan jenis zona loss.
Persiapkan dan sirkulasikan pada zona loss sebesar 100 hingga
300 semen sak sesuai dengan keadaan
4.) Tentukan terlebih dahulu zona yang diidentifikasi mengalami
loss
5.) Drill pipe open end diturunkan ke dalam lubang bor melewati
zona loss untuk meyakinkan zona loss tersebut. jika diperlukan
bersihkan lubang bor, selanjutnya letakan cementing sub 50 ft di
atas zona loss
6.) Campuran semen slurry dipompakan ke dalam annulus melalui
drill string. Hal ini dimaksudkan untuk menyeimbangkan tekanan
kolom lumpur yang ada di annulus. Selanjutnya ditunggu 5 menit
dengan pompa dalam keadaan mati, agar semen turun sampai pada
ujung drill pipe. Pumping mud level turun sampai Static mud level.
Pada titik ini kolom lumpur dan semen dalam drill pipe tetap
seimbang dengan kolom lumpur dalam annulus.
7.) Sisa campuran semen disirkulasikan dengan kecepatan kira –
kira dengan kecepatan 10 bbl/menit dengan lumpur secukupnya,
tetapi sisakan kirakira 2 bbl semen di dalam drill pipe. Hal ini
dimaksudkan bila rangkaian pipa dicabut maka sisa semen tidak
akan turun.
8.) Kemudian cabut rangkaian pipa bor. Hal ini menyebabkan mud
level di annnulus akan turun, sehingga terjadi ketidakseimbangan
tekanan dari formasi pada lubang bor, akibatnya lumpur atau
32
fluida formasi akan menebus semen slurry. Untuk itu lakukan
pencabutan pada pipa dengan hati – hati sampai dipompakan
sejumlah lumpur untuk menyeimbangkan hal tersebut diatas.
Biasanya dipompakan lumpur setiap 10 stand dari pipa bor.
Kemudian tunggu sekitar 5 jam agar semen mengeras.
c. Blind Drilling
Operasi pemboran ada kalanya akan menembus formasi dengan
tekanan yang rendah, bahkan berada di bawah tekanan hidrostatik air.
Usaha yang dapat dilakukan antara lain pemboran dengan lumpur
yang sangat ringan, misalnya aerated mud atau mist drilling sampai
mencapai formasi yang cukup keras untuk diturunkannya casing dan
semen, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pemboran blind
drilling. Namun hal ini sangat berbahaya sehingga harus disiapkan
dulu segala sesuatunya untuk menutup sumur untuk menghindari
blow out atau semburan liar.
d. Underbalanced Drilling
Underbalanced drilling (UBD) adalah metode pemboran dimana
tekanan kolom fluida pemboran yang dipakai lebih kecil atau lebih
ringan dari tekanan formasi, sehingga akan ada aliran gas,
hidrokarbon dan air formasi ke dalam sumur serta terus menerus.
Untuk mencapai kondisi underbalanced pada saat mengebor, perlu
adanya peralatan yang menunjang operasi pemboran ini terlaksana.
33
3.2 Kick atau Blowout
3.2.1 Pengertian Kick atau Blowout
Istilah kick yaitu masuknya fluida formasi (air, minyak, gas) ke
dalam lubang sumur. Hal ini dikarenakan lumpur pemboran tidak dapat
mengontrol tekanan formasi yang disebabkan karena turunnya tekanan
hidrostatik kepada formasi yang akan semakin besar sejalan dengan
pertambahan kedalaman. Bila tekanan hidrostatik lebih kecil dari tekanan
formasi terjadilan kick. Fluida formasi yang sudah masuk ke dalam lubang
sumur ini mengalir ke permukaan. Kalau tidak dapat dikontrol dengan
cepat maka akan terjadi semburan fluida formasi tersebut ke permukaan,
hal ini lah yang disebut blowout.
3.2.2 Faktor Penyebab Kick atau Blowout
Faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatis lumpur adalah berat
jenis lumpur dan ketinggian kolom lumpur. Apabila terdapat salah satu
atau keduanya yang rendah maka akan menyebabkan turunya tekanan
hidrostatis lumpur.
a) Berat Jenis Lumpur Turun
Bercampurnya
fluida
formasi
dengan
lumpur
bor
akan
menyebabkan berat jenis lumpur turun, hal ini dapat ditinjau dari
beberapa sebab, yaitu:
34
 Swab effect
Terjadi apabila pencabutan rangkaian stang bor terlalu cepat
maka antara rangkaian stang bor dan dinding lubang bor akan
mirip seperti halnya piston dan silinder. Ruang di bawah bit yang
ditinggalkan oleh rangkaian pengeboran menjadi vakum dan
fluida formasi akan tersedot (terhisap ke dalam lubang bor).
Ditambah lagi dengan viskositas lumpur yang besar (lumpur
kental) maka gerakan lumpur yang ada di atas bitterlambat
mengisi ruangan di bawah bit. Akibatnya akan masuk fluida
formasi ke dalam lubang dan bercampur dengan lumpur bor dan
akan menyebabkan berat jenis lumpur turun. Hal ini dapat
menurunkan tekanan hidrostatis dari lumpur bor.

Menembus Formasi Gas
Saat menembus formasi gas maka cutting yang dihasilkan
akan mengandung gas. Walaupun mulanya tekanan hidrostatis
lumpur dapat membendung gas supaya tidak dapat masuk ke
dalam lubang, tetapigas dapat masuk ke dalam lubang bersama
cutting . Gas keluar dari cutting masuk ke dalam lumpur, makin
lama gas makin banyak sehingga akan menurunkan berat jenis
dari lumpur bor. Apabila hal ini terjadi maka tekanan hidrostatis
lumpur tidak dapat lagi membendung masuknya gas ke dalam
sumur secara lebih besar.
b) Tinggi Kolom Lumpur
Bila formasi pecah atau ada celah dan rekahan-rekahan pada
lapisan didalam lubang bor maka lumpur bor akan masuk ke dalam
lapisan yang pecah atau bercelah tersebut sehingga tinggi kolom
35
lumpur akan turun. Maksudnya di sini adalah tinggi kolom lumpur di
annulus. Walaupun berat jenis lumpur tidak turun, tekanan hidrostatis
dari lumpur akan turun dengan turunnya tinggi kolom lumpur.
3.2.3 Penanggulangan Kick atau Blowout
Cara penanggulangan kick salah satunya yaitu dengan menggunakan
prosedur mematikan sumur, prosedur mematikan sumur pada prinsip nya
dibagi menjadi dua, diantaranya ialah :
a) Sirkulasi terdiri dari Driller Method, Wait & Weight Method,
Concurrent Method.
b) Tanpa Sirkulasi terdiri dari Volumetric
Method, Bleeds &
Lubricate Method, Bullheading Method.
Atau menurut Wenny Wahyuni dan Lilik Hendrajaya pada Artikel
Prosiding Seminar Nasional Fisika Volume V 2016, jika kick terjadi
dikarenakan Lost Circulation seperti kasus pada artikel tersebut,
penanggulangannya ialah dengan cara mengatasi problem Lost Circulation
menggunakan metode LCM (Lost Circulation Material). Metode LCM ini
adalah metode menambahkan material pemberat pada lumpur pemboran,
metode ini dilakukan agar berat lumpur bertambah dan dapat menutup
rekahan yang terjadi akibat proses pemboran. Material pemberat yang
ditambahkan kedalam lumpur pemboran yaitu fracsale M dan F serta
CaCO3 M dan F. selain itu juga dilakukan penambahan bentonite.
36
3.3 Pipe Sticking (Pipa Terjepit)
3.3.1 Pengertian Pipe Sticking
Definisi pipa terjepit adalah keadaan dimana bagian dari pipa atau
peralatan bor mengalami jepitan didalam lubang bor atau biasa dibilang
pipa terjepit. Dalam setiap melakukan kegiatan pemboran, kenyataannya
operasi pemboran tidak selalu berjalan dengan lancar atau tidak selalu baik,
dan sering kali alat pemboran yaitu pipa terjepit pada saat melakukan
pemboran. Biasanya penyebab terjadinya pipa terjepitnya pada alat
pemboran atau pipa pemboran pada sumur bor adalah differential sticking
maupun mechanical sticking.
Gambar 3.2
Pipe Sticking
37
3.3.2 Jenis-Jenis dan Penyebab Pipe Sticking
a) Differential Pipe Sticking
Differential pipe sticking terjadi jika perbedaan antara tekanan
hidrostatik lumpur pemboran dan tekanan formasi menjadi sangat
besar, keadaan seperti ini terjadi apabila :
o Menembus formasi yang porous dan permeabel.
o Lumpur berat sehingga tekanan hidrostatis lumpur jauh lebihi
tekanan formasi.
o Lumpur yang kurang stabil (water loss tinggi, mud cake
tebal).
Tanda terjadinya differential pipe sticking ini adalah tidak
mungkinnya pipe digerakkan ke atas maupun ke bawah sementara
sirkulasi masih dilakukan baik, dimana hal ini diakibatkan karena
hanya satu sisi pipa yang menempel di dinding lubang bor.
Gambar 3.3
Differential Pipe Sticking
38
b) Mechanical Pipe Sticking
Pipa terjepit secara mekanis ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu pipa terjepit karena runtuhan dan pipa terjepit karena lubang
bor mengecil.
1) Pipa Terjepit Karena Runtuhan
Pipa terjepit jenis ini karena dinding lubang bor yang runtuh
(caving)
yang
mengisi annulus antara
pipa
dan
dinding
lubang.Dinding lubang runtuh dapat disebabkan oleh :

Formasi yang kurang kompak dan rapuh (pasir lepas, batu
bara, barrite shale).

Tekanan hidrostatik lumpur yang terlalu kecil.

Shale yang sensitif air.
Runtuhan dari dinding ini akan berkumpul di annulus dan
memegang rangkaian bor, sehingga mengakibatkan rangkaian bor
terjepit.
2) Pipa Terjepit Karena Lubang Bor Mengecil
Pipa terjepit dapat disebabkan karena lubang bor mengecil.
Kejadian ini biasanya terjadi pada formasi shale.
Penyebab Penyempitan Lubang
Shale yang sensitif air adalah shale yang mempunyai mineral
clay jenis natrium monmorillonite. Mineral ini akan menghisap air
tawar, sehingga ikatan antar partikel menjadi lemah dan
mengembang. Karena tekanan overburden batuan yang terdapat
diatasnya maka lapisan shale akan bergerak ke arah lubang bor
39
dan menyebabkan terjadi sumbat cincin. Sumbat cincin adalah
dinding lubang memegang keliling pipa, sehingga pipa tidak dapat
diangkat dan diturunkan.
c) Key Seat
Pipa terjepit karena key seat terjadi pada saat mencabut rangkaian.
Tool Joint drill pipe akan menyangkut pada lubang key seat sehingga
rangkaian tidak bisa dicabut. Pipa terjepit karena key seat disebabkan
karena adanya dog leg. Drill pipe akan mengikis lubang yang
bengkok secara mendadak tersebut, sehingga terbentuk lubang yang
penampangnya seperti lubang kunci (key seat). Waktu sedang
melakukan pemboran terlihat ada kenaikan torsi, karena drill pipe
mengikis dinding lubang yang bengkok.
Pada waktu mencabut rangkaian terjadi sangkutan saat drill collar
sampai di daerah key seat. Penyebab dog leg atau sudut yang
menyimpang biasa diakibatkan karena Weight On Bit (WOB) yang
terlalu tinggi atau beban yang diterima terlalu berat, dan faktor
formasi (perubahan kekerasan, kemiringan lubang yang ditembus dan
formasi bergoa-goa).
40
Gambar 3.4
Key Seat
3.3.3 Penanggulangan Pipe Sticking
Menurut Abdul Hamid dan Achmad Alkatiri dalam Artikel Jurnal
Petro Volume V 2016, Ada beberapa metode penanggulangan terhadap
pipa terjepit yaitu antara lain :
1) Sirkulasi
Usaha yang sering dilakukan adalah memberikan sirkulasi lumpur
dengan aliran yang cukup tinggi kepada daerah yang mengalami
penjepitan, pemberian sirkulasi ini dimaksudkan agar padatan yang
menyumbat lubang dapat terangkat oleh aliran sirkulasi lumpur yang
terus menerus dan cukup tinggi.
2) Perendaman
Perendaman dilakukan setelah diketahui secara pasti letak titik
terjepitnya pipa, setelah itu dipersiapkan sejenis bahan larutan
perendaman khusus, antara lain adalah : pipe lax, pipe loose, stuck
41
breaker, black magic dan masih banyak lagi larutan perendaman lain.
Larutan
perendaman
itu
kemudian dicampur
dengan
ADO
(Automative Diesel Oil) atau minyak solar dengan perbandingan
kepekatan tertentu.Pada saat perendaman berlangsung lakukan
gerakan sentakan naik atau sentakan turun dan putaran pada
rangkaian pemboran tersebut atau lebih dikenal dengan work on pipe.
3) Metode Regang Lepas (Work On Pipe)
Metoda ini adalah metoda yang harusdilakukan pertama kali pada
waktu pipamengalami stuck. Metode Regang Lepas(Work on pipe)
adalah
upaya
pembebasan
rangkaian
pipa
terjepit
dengan
mengaktifkan alat jar yang beroperasi pada beban tarik tertentu.
Sentakan turun biasanya ± 35.000 lbs sampai ± 50.000 lbs dan
sentakan naik biasanya antara 80.000 lbs sampai 110.000 lbs.
4) Mechanical Back Off
Penggunaan mechanical back off ini bertujuan untuk melepaskan
rangkaian pemboran pada bagian sambungan sedekat mungkin
dengan letak bagian yang terjepit dengan cara memberikan torsi
kekiri (berlawanan dengan arah pengencangan pipa) dan diberikan
tarikan tegangan yang cukup setara dengan berat panjang pipa yang
masih bebas, sehingga sambungan yang akan dilepaskan berada
sedekat mungkin dengan bagian yang terjepit.
42
BAB IV
KESIMPULAN
1. Pemboran adalah suatu kegiatan eksplorasi dan eksploitasi dalam proses
pengangkatan minyak, dimana dalam prosesnya tidak selalu berjalan dengan
lancar, adakalanya terjadi masalah-masalah yang mengganggu jalannya
operasi pemboran, tiga diantara masalah-masalah tersebut adalah Lost
Circulation, Kick dan Pipe Sticking.
2. Ketiga masalah tersebut adalah masalah yang umumnya terjadi pada operasi
pemboran, untuk itu perlu pemahaman seberapa pentingnya menganalisa dan
menanggulangi masalah-masalah tersebut dalam operasi pemboran.
3. Dari ketiganya, Lost Circulation adalah masalah yang paling sering terjadi
dalam operasi pemboran dikarenakan faktor-faktornya yang umumnya pasti
ditemukan dalam suatu operasi pemboran.
4. Ditinjau dari aspek keekonomian penanggulangannya, pipa terjepit menjadi
masalah paling berdampak pada keekonomian operasi pemboran dikarenakan
memerlukan biaya yang cukup besar jika sudah terlanjur terjadi dalam operasi
pemboran.
5. Dan ditinjau dari aspek keamanannya, Kick menjadi masalah paling
berbahaya jika tidak segera ditangani karena dapat menyebabkan semburan
liar (blowout) ke permukaan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Abdul. Alkatiri, Achmad. 2016. Analisa dan Upaya Mengatasi Pipa Terjepit
Pada Pemboran Sumur X Lapangan Z. Jurnal Petro 2016 Volume V
Wahyuni, Wenny. Hendrajaya, Lilik. 2016. Analisa Parameter Fisika Terhadap
Pengendalian Tekanan Lumpur Pemboran Studi Kasus: Prevensi Kick dan
Blowout. Prosiding Seminar Nasional Fisika 2016 Volume V
Ir. Satiyawira, Bayu, MSi. Imanurdana, Galih. Evaluasi Penyebab Hilang Sirkulasi
Lumpur dan Penanggulangannya Pada Pemboran Sumur-Sumur Lapangan
Minyak “X”. Jurnal Petro 2018 Volume VII No. 4
LAMPIRAN
Lembar Monitoring Kerja Praktek
Download