PROPOSAL PENELITIAN STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI BAWASLU KABUPATEN BUTON SELATAN DALAM MENINGKATKAN PENGAWASAN PEMILU PARTISIPATIF OLEH : LA ODE ASMANANG NPM : 151701001 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON 0 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan kehidupan sosial, manusia untuk dapat berinteraksi baik antar individu dengan lainnya atau interaksi terhadap komunitas yang lebih luas yakni masyarakat atau populasi adalah dengan komunikasi. Komunikasi yang digunakan baik secara verbal maupuan non verbal terutamaadalah adanya kesepahaman antara komunikator dengan komunikan sehingga pesan atau tujuan komunikasi dapat tersampaikan. Dalam sebuah organisasi, komunikasi diibaratkan sebagai darah dalam tubuh. Aktivitas komunikasi itulah yang mengantar perintah dari atasan ke bawahan; menyampaikan laporan dari bawahan keatasan; atau mengabarkan informasi antarposisi yang setara atau antarstaf. Dengan adanya lalulintas perintah, laporan dan informasi tersebut membuat organisasi bekerja untuk mencapai tujuan-tujuannya. Bayangkan andaikan komunikasi dalam organisasi itu terhenti: tak ada lagi perintah dan laporan organisasi pun berhenti bekerja. Jika keadaan seperti terus berlangsung sampai waktu yang lama organisasipun bisa bubar.(Ruben, 2013) Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) sebagai organisasi non struktural yang bersifat formal mendapat delegasi untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemilu di Indonesia, secara hierarkis lembaga Bawaslu terstruktur dari Pusat hingga Daerah. Untuk mencapai tujuan organisasi Bawaslu tentu saja dalam hubungan koordinasi, konsultasi dan supervisi tidak lepas dari peranan komunikasi untuk dapat menyampaikan pesan dari setiap elemen yang terlibat di dalamnya, dalam rangka suksesnya tujuan organisasi Bawaslu sebagai pengawas Pemilu. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu tidak terlepas dari adanya komunikasi aktif yang dilakukan oleh 3 (tiga) penyelenggara pemilu yakni: Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP) kepada 1 masyarakat untuk dapat menyalurkan hak pilih dalam setiap penyelenggaraan Pemilu secara Nasional dan Pemilihan Kepala Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota di tingkat Daerah. Bentuk partisipasi paling minimal dari pemilih atau warga Negara yang menjadi wajib pilih dalam Pemilu dan Pemilihan adalah bagaimana mereka mau datang dan menggunakan hak pilihnya. Partisipasi masyarakat pada level yang lebih tinggi yang bukan hanya sekedar menggunakan hak memilih adalah ketika mereka mau terlibat dalam proses pendidikan pemilih atau bahkan melakukan pemantauan pemilu. Partisipasi pemilu dalam pemantauan membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang lebih, seperti pengetahuan atas isu pemilu dan pelanggaran pemilu. Secara sederhana, partisipasi masyarakat dalam pemilu, baik bentuknya terlibat dalam sosialiasi, survey, pendidikan, dan pemantauan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk melakukan sosialisasi pemilu secara maksimal sekaligus memantau pelanggaran yang terjadi. Dengan masifnya aktivitas tersebut, maka diharapkan pula partisipasi akan tinggi.(Afifuddin, 2020) Sehubungan dengan hal diatas bahwa serangkaian aktivitas sosialisasi, survey dan pemantauan pemilu adalah implementasi dari strategi komunikasi organisasi bawaslu untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Bawaslu mengharapkan bahwa masyarakat dapat berpartisipasi dalam pemilu dengan level yang lebih tinggi dimana masyarakat secara aktif untuk melaporkan segala bentuk pelanggaran pemilu yang mereka lihat dan ketahui selama proses penyelenggaraan pemilu misalnya dalam tahapan kampanye pemilihan umum oleh partai politik atau pasangan calon peserta pemilu terdapat adanya penyebaran berita hoax, hate speech (ujaran kebencian) yang mengarah kepada pelanggaran SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) serta maraknya money politic. Faktanya adalah nyaris tidak ada laporan masyakarat terhadap berbagai macam pelanggaran pemilu yang tersampaikan kepada Bawaslu dengan kata lain partisipasi masyarakat hanya berada pada bentuk partisipasi minimal yakni datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untk menggunakan hak pilih saja. 2 Bawaslu Kabupaten Buton Selatan sebagai bagian dari Bawaslu yang berkedudukan tingkat Daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban yang diatur dalam peraturan perundang-undangan diantaranya adalah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu sebagaimana tersurat dalam UU No.7 tahun 2017 tentang pelaksanaan pemilihan umum tahun 2019, salah satu tugas Bawaslu Kabupaten/Kota pada pasal 102 ayat (d) :”meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu di Wilayah Kabupaten/kota.” Sebagai bagian dari tanggung jawab Bawaslu Kabupaten Buton Selatan sebagai Organisasi dalam melaksananakan tugas meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu atau pengawasan pemilu partisipatif, tentu saja sudah ada program atau perencanaan yang akan dilakukan maupun yang telah dilakukan, hanya saja masih terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan sebagaimana telah dijelaskan pada paragaraf sebelumya. Untuk mengetahui strategi komunikasi Bawaslu dalam meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif serta hambatan komunikasi Bawaslu dalam meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif menjadi sesuatu yang penting dalam penelitian strategi komunikasi organisasi menjadi topik dalam penelitian ini. B. Rumusan Masalah Sebagai rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana strategi komunikasi organisasi Bawaslu Kabupaten Buton Selatan dalam meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif? 2. Apa yang menjadi hambatan komunikasi dalam pelaksanaan strategi komunikasi organisasi bawaslu dalam meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menemukan dan menganalisis strategi komunikasi organisasi Bawaslu Kabupaten Buton Selatan dalam meningkatkan 3 pengawasan pemilu partisipatif yang terangkum dari beberapa tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui strategi komunikasi organisasi Bawaslu Kabupaten Buton Selatan dalam meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif. 2. Untuk dapat mengetahui hambatan komunikasi dalam pelaksanaan strategi komunikasi organisasi bawaslu kabupaten Buton Selatan dalam meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain: 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penerapan teori komunikasi organisasi dalam ilmu komunikasi terutama strategi komunikasi organisasi Bawaslu dalam meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif. 2. Secara praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi wawasan dan pengetahuan peneliti tentang Ilmu Komunikasi dan dapat melatih peneliti dalam kemampuan deskriptif serta menjadi motivasi dalam menganalisa permasalahan perihal komunikasi organisasi. b. Bagi Lembaga Bisa menjadi referensi ilmu komunikasi dalam lembaga Bawaslu Kabupaten Buton Selatan serta dapat menjadi referensi untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Buton di masa yang akan datang. c. Bagi Pembaca Diharapkan dapat memberikan informasi dalam bidang ilmu komunikasi terutama komunikasi organisasi serta pengetahuan tentang kelembagaan Bawaslu dalam partisipatif. 4 meningkatkan pengawasan pemilu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Komunikasi Ketika ada tuntutan untuk merumuskan suatu pengertian sesuatu hal yang sering kita lakukan acap kali mengalami kesulitan sama halnya dengan ketika kita mendefinisikan komunikasi dan tentunya kita akan mendapatkan pendapat yang beragam. Komunikasi adalah proses menyampaikan suatu pesan dari komunikator kepada pendengar komunikan atau baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik dari pesan yang kita sampaikan sehingga ada hubungan timbal balik agar informasi atau pesan yang disampaikan dapat diterima kedua belah pihak, kemudian komunikator bisa menjadi komunikan demikian pula komunikan bisa menjadi komunikator. Intinya adalah bagaimana kedua pihak yang berkomunikasi saling memahami apa yang disampaikan. Salah satu pengertian komunikasi oleh seorang ahli Harold D. Laswell yang kemudian dikenal dengan model Laswellnya (Fiske, 2004:46). Lasswell merumuskan komunikasidengan pernyataan dalam bentuk pertanyaan seperti berikut: Who Says what In which channel To whom With what effect Apa yang dijelaskan Lasswell itu pada dasarnya juga menunjukkan komponen-komponen komunikasi, yaitu (a) siapa yang berkomunikasi atau biasa dinamakan sumber komunikasi/komunikator, (b) menyatakan apa (pesan/isi komunikasi/informasi yang disampaikan), (c) dengan saluran mana (media yang digunakan), (d) pada siapa (penerima/komunikan), dan (e) dengan efek apa.(Iriantara, 2015) 5 2. Pengertian Strategi Menurut Jaelani (1997) dalam (Situmorang, 2019) “strategi” berasal dari akar kata bahasa yunani strategos yang secara harfiah berarti “seni umum”kata ini berubah menjadi kata sifat strategi berarti keahlian meliter yang belakangan diadaptasikan lagi dalam lingkungan bisnis moderen. Kata strategos bermakna sebagai: keputusan untuk melakukan tindakan jangka panjang dengan segala akibatnya. Dengan kata lain strategos bermakna pemanfaatan sumber daya dan penyebaran informasi yang relative terbatas terhadap kemungkinan penyedapan informasi oleh para pesaing. Menurut Effendi (1993) dalam (Situmorang, 2019) Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efektif dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan meninbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy mengemukakan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan seseorang kepada orang lain Untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara lisan maupun langsung melalui media. 3. Pengertian Strategi Komunikasi Strategi komunikasi adalah perencanaan dalam penyampaian pesan melalui kombinasi berbagai unsur komunikasi seperti frekuensi, formalitas, isi dan saluran komunikasi sehingga pesan yang disampaikan mudah diterima dan dipahami serta dapat mengubah sikap atau perilaku sesuai dengan tujuan komunikasi. Menurut Effendy (2011), strategi komunikasi adalah perencanaan yang efektif dalam penyampaian pesan sehingga mudah dipahami oleh komunikan dan bisa menerima apa yang telah disampaikan sehingga bisa mengubah sikap atau perilaku seseorang. 6 Sedangkan menurut Kulvisaechana (2001), strategi komunikasi adalah penggunaan kombinasi faset-faset komunikasi dimana termasuk di dalamnya frekuensi komunikasi, formalitas komunikasi, isi komunikasi, saluran komunikasi. Strategi komunikasi merupakan paduan dan perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi. Strategi komunikasi erat hubungan dan kaitannya antara tujuan yang hendak dicapai dengan konsekuensi-konsekuensi (masalah) yang harus diperhitungkan, kemudian merencanakan bagaimana mencapai konsekuensi-konsekuensi sesuai dengan hasil yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang hendak dicapai. (Riadi, 2018) 4. Pengertian Komunikasi Organisasi Menurut Alwi (2005) dalam (Abidin, 2016) kata “komunikasi” berasal dari bahasa latin, communis atau commune dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti berusaha untuk mencapai kesamaan makna, commonness. Adapun komunikasi organisasi, menurut Wiryanto (2005) dalam (Abidin, 2016), adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi, sebagai berikut. a. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi dan sifatnya berorientasi pada kepentingan organisasi. Isinya adalah cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat resmi. b. Komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, melainkan lebih pada anggotanya secara individual. 7 Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi sebagai bagian organisasi tertentu. 5. Pengertian Strategi Komunikasi Menurut Devito (1997) dalam (Situmorang, 2019) Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaaan komunikasi dan menajeman komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi adalah cara atau siasat yang dilakukan oleh seorang komunikator dalam menyampaikan pesannya kepada kumunikan, baik dengan kamunikasi interpersonal maupun komunikai kelompok. Sedangkan menurut Anwar Aripin (1997) dalam (Situmorang, 2019) menyatakan bahwa sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan.jadi merumuskan strategi komunikasi,berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan guna mencapai evektifitas.dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri dengan mudah dan cepat. Menurut Effendi (2006) dalam (Situmorang, 2019) Strategi komunikasi juga merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication managemen) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara aktif harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda, sewaktu-waktu tergantung situasi dan kondisi. Seperti halnya dalam strategi apapun, strategi komunikasi hars di dukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Tujuan dari komunikasi adalah mengharapkan adanya partisipasi dari komunikasi atau ide-ide dan pesan yang disampaikan tersebut oleh pihak komunikator sehingga pesan-pesan yang disampaikan tersebut terjadilah perubahan sikap dan tingkah laku yang di harapkan. 8 6. Pengertian Strategi Komunikasi Organisasi Berdasarkan Severin (2015) dalam (Situmorang, 2019) Strategi komunikasi organisasi merupakan cara atau kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan sebuah pendekatan yang berkaitan dengan perencanaan hingga pelaksanaan sebuah komunikasi yang akan dilakukan pada suatu organisasi. Dengan kata lain, strategi komunikasi organisasi merupakan sarana untuk menciptakan, merancang dan mengatur terjadinya suatu pertukaran informasi ataupun pesan yang terjadi didalam sebuah organisasi. Masih menurut Severin (2015) dalam (Situmorang, 2019) Organisasi yang seperti kita ketahui bersama bahwa komunikasi dalam organisasi bisa dilakukan oleh antar pihak pengurus organisasi, antar anggota organisasi maupun antara pengurus dengan anggota organisasi. Oleh sebab itu, secara teori komunikasi organisasi haruslah dilakukan dengan mengikuti setiap pola komunikasi organisasi yang ada. Selain pola komunikasi yang digunakan berguna untuk membuat konsep dasar komunikasi organisasi serta proses komunikasi dalam Organisasi menjadi lebih baik, Hambatan Komunikasi Organisasi yang mungkin saja terjadi dapat dihindarkan dan diminimalisir. Merancang strategi komunikasi organisasi, Untuk merancang atau merencanakan sebuah strategi komunikasi, baik bersifat formal maupun nonformal, maka beberapa hal utama yang harus diperhatikan adalah jenis komunikasi organisasi. Dengan melihat jenis komunikasi organisasi, maka kita sudah memiliki pandangan awal untuk mengkonsep strategi komunikasi organisasi. B. Kerangka Pikir Kerangka pemikiran merupakan kajian teoritis tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jadi, sebelum terjun ke lapangan atau melakukan pengumpulan data, periset diharap mampu menjawab secara teoritis permasalahan penelitian. Upaya menjawab masalah ini 9 disebut kerangka pikir.(Kriyantono, 2006). Di bawah ini kerangka pikir yang dibuat peneliti. Strategi Komunikasi Organisasi Bawaslu Kabupaten Buton Selatan Dalam Meningkatkan Pengawasan Pemilu Partisipatif 1. 2. Bagaimana Strategi Komunikasi Organisasi Bawaslu Kabupaten Buton Selatan Dalam Meningkatkan Pengawasan Pemilu Partisipatif Apa yang menjadi hambatan komunikasi dalam pelaksanaan strategi komunikasi organisasi bawaslu dalam meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif? Model Komunikasi Harold Lasswell 1. 2. 3. Perencanaan Program Desa binaan pengawasan pemilu partisipatif MoU dengan kader muda pengawasan pemilu partisipatif Pembuatan buletin sebagai literature review internal bawaslu kab. buton selatan 1. 2. 3. Pelaksanaan Program Desa binaan pengawasan pemilu partisipatif MoU dengan kader muda pengawasan pemilu partisipatif Pembuatan buletin sebagai literature review internal bawaslu kab. buton selatan 10 1. 2. 3. Hasil dari pelaksanaan Program Desa binaan pengawasan pemilu partisipatif MoU dengan kader muda pengawasan pemilu partisipatif Pembuatan buletin sebagai literature review internal bawaslu kab. buton selatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif ini dimaksudkan agar informasi yang lebih mendalam sesuai dengan latar belakang penelitian. Tujuannya yaitu agar peneliti dapat mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan Bawaslu Kabupaten Buton Selatan untuk meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif. Lexy J. Moleong (2007: 6) dalam (Guzman & Oktarina, 2018) mengatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.” Sedangkan Sugiyono (2016:9) dalam (Guzman & Oktarina, 2018) menyatakan “Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.” Hakikat riset ilmiah adalah upaya untuk mengungkap realitas untuk mencari kebenaran secara ilmiah, yakni objektif, empiris, sistematis, dan terorganisasi. Hasil dari riset ini adalah menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Artinya, riset adalah operasionalisasi dari metode ilmiah yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Metode ilmiah juga merupakan cara mengubah pemikiran manusia yang bersifat spekulatif menjadi pemikiran yang terbukti keilmiahannya.(Kriyantono, 2006) 11 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitaif, di mana nantinya peneliti melakukan penelitian untuk mengamati dan memahami masalah secara mendalam. Metode ini bersifat deskriptif, sehingga data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata atau atau gambar daripada data dalam bentuk angka-angka yang lebih menekankan proses daripada produk. Peneliti mengumpulkan data atau bukti-bukti bukan untuk membuktikan hipotesis yang telah peneliti miliki sebelum melaksanakan penelitian. Melainkan untuk mengembangkan teori-teori berdasarkan hal-hal hkusus yang berhasil ditemukan dan dikumpulkan dari lapangan. Selain itu, penelitian ini lebih menekankan proses daripada produk, sehingga lebih banyak mempertanyakan bagaimana mengapa daripada apa. B. Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama dilapangan. Sumber data ini bisa berupa responden atau subjek riset dari hasil pengisian kuesioner, wawancara, observasi. (Kriyantono, 2006) Sebagai data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan komisioner Bawaslu Kabupaten Buton Selatan. 2. Data Sekunder Menurut Sugiyono (2008: 402) dalam (Pratiwi, 2017) data sekunder ialah “sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Contohnya seperti dari orang lain atau dokumendokumen. Data sekunder bersifat data yang mendukung keperluan data primer. Dalam penelitian ini data sekunder berupa dokumen-dokumen output Bawaslu, bulletin Bawaslu serta dokumen lainnya yang dapat menunjang penelitian ini. 12 C. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian Teknik pemilihan Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probabilty sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memeberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi subjek, dalam non-probability sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu atau subjek penelitian dipilih mengikuti kriteria tertentu yang merupakan karakteristik subjek sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian Sugiyono (2012). 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada riset kualitatif. Seperti riset kualitatif lainnya, observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena riset. Fenomena ini mencakup interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi diantara subjek yang diriset sehingga keunggulan metode ini adalah data yang dikumpulkan dalam dua bentuk: interaksi dan percakapan (conversation). Artinya selain perilaku non verbal juga mencakup nilai perilaku verbal dari orangorang yang diamati. Ini mencakup antara lain apa saja yang dilakukan, perbincangan apa saja yang dilakukan termasuk bahasa-bahasa gaul serta benda-benda apa yang mereka buat atau gunakan dalam interaksi sehari-hari. Dalam riset dikenal dua jenis metode observasi yaitu observasi partisipan dan observasi non partisipan.(Kriyantono, 2006) b. Wawancara. Wawancara adalah percakapan antara periset-seseorang yang berharap mendapatkan informasi-dan informan seseorang yang 13 diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek (Berger, 2000, h.111). Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.(Kriyantono, 2006) c. Dokumentasi. Metode dokumen bisa digunakan dalam riset kuantitatif dan kualitatif. Riset historis yang bertujuan untuk menggali data-data masa lampau secara sistematis dan objektif, framing, semiotik, analisis wacana, analisis isi kualitatif menggunakan dokumentasi sebagai metodenya. Jenis-jenis dokumentasi antara lain, berita media massa, buku teks, tulisan prasasti, peraturan hukum, status Facebook, cuitan twitter, chatting, program televisi, film, video di Youtube,iklan, majalah, laporan polisi, memo, surat pribadi, catatan telepon, buku harian individu, atau website. Metode observasi kuesioner atau wawancara dokumentasi. sering dilengkapi Tujuannya untuk dengsn kegiatan mendapatkan penelusuran informasi mendukung analisis dan interpretasi data.(Kriyantono, 2006) 14 yang 3. Teknik Analisis Data Secara umum, analisis data pada riset kualitatif bersifat cair, termasuk bisa dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data (tidak harus menunggu pengumpulan data selesai, baru menganalisis). Karenanya analisis data dilakukan berulang-ulang dan terus menerus (iteraci). Periset diminta membuat sistem kategori, yang dapat ditentukan sebelumnya dan atau berdasarkan data dilapangan. Namun kategori bisa berubah selama selama proses riset berlangsung karena data bersifat dinamis.(Kriyantono, 2006) 4. Tempat dan Jadwal Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini berlokasi di Sekretariat Bawaslu Kabupaten Buton Selatan dengan alamat lingkungan Batuatas, Kelurahan Lakambau Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan. b. Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari hingga Maret 2021. 15 DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. Z. (2016). Komunikasi Pemerintahan. CV. Pustaka Setia. Afifuddin, M. (2020). Membumikan Pengawasan Pemilu (M. Hafidz (ed.)). PT.Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Guzman, K. C., & Oktarina, N. (2018). Strategi Komunikasi Eksternal Untuk Menunjang Citra Lembaga. Economic Education Analysis Journal, 7(1), 301–315. Iriantara, Y. (2015). Komunikasi Bisnis. Modul 1, Tkt 301, 2014. https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/ekma4159-komunikasibisnis/%0Ahttp://repository.ut.ac.id/4767/1/EKMA4159-M1.pdf%0A Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi Kuantitatif dan Kualitatif (Edisi II). Prenada Media Grup (Divisi Kencana). Pratiwi, N. I. (2017). Penggunaan Media Video Call dalam Teknologi Komunikasi. Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial, 1(2), 202–224. Riadi, M. (2018). Strategi Komunikasi (Pengertian, Teknik, Langkah dan Hambatan). https://www.kajianpustaka.com/2020/01/strategi-komunikasipengertian-teknik-langkah-dan hambatan.html#:~:text=Strategi komunikasi adalah perencanaan dalam,perilaku sesuai dengan tujuan komunikasi. Ruben, B. D. & S. L. P. (2013). Komunikasi dan Perilaku Manusia (1st ed.). PT. RajaGrafindo Persada. Situmorang, T. M. (2019). Strategi Komunikasi Organisasi Pemerintahan Labuhan Batu Utara Dalam Melahirkan Kebijakan Pemberian Beasiswa MoU Bagi Mahasiswa Berprestasi Universitas Islam Sumatera Utara Medan. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. 16