Uploaded by User95490

Proposal-LA ODE ASMANANG bimbingan I

advertisement
PROPOSAL PENELITIAN
STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI BAWASLU KABUPATEN
BUTON SELATAN DALAM MENINGKATKAN PENGAWASAN
PEMILU PARTISIPATIF
OLEH :
LA ODE ASMANANG
NPM : 151701001
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
0
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penyelenggaraan kehidupan sosial, manusia untuk dapat berinteraksi
baik antar individu dengan lainnya atau interaksi terhadap komunitas yang lebih
luas yakni masyarakat atau populasi adalah dengan komunikasi. Komunikasi yang
digunakan baik secara verbal maupuan non verbal terutamaadalah adanya
kesepahaman antara komunikator dengan komunikan sehingga pesan atau tujuan
komunikasi dapat tersampaikan.
Dalam sebuah organisasi, komunikasi diibaratkan sebagai darah dalam
tubuh. Aktivitas komunikasi itulah yang mengantar perintah dari atasan ke
bawahan; menyampaikan laporan dari bawahan keatasan; atau mengabarkan
informasi antarposisi yang setara atau antarstaf. Dengan adanya lalulintas
perintah, laporan dan informasi tersebut membuat organisasi bekerja untuk
mencapai tujuan-tujuannya. Bayangkan andaikan komunikasi dalam organisasi itu
terhenti: tak ada lagi perintah dan laporan organisasi pun berhenti bekerja. Jika
keadaan seperti terus berlangsung sampai waktu yang lama organisasipun bisa
bubar.(Ruben, 2013)
Badan Pengawas Pemilihan Umum
(Bawaslu) sebagai organisasi non
struktural yang bersifat formal mendapat delegasi untuk melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan pemilu di Indonesia, secara hierarkis lembaga Bawaslu
terstruktur dari Pusat hingga Daerah. Untuk mencapai tujuan organisasi Bawaslu
tentu saja dalam hubungan koordinasi, konsultasi dan supervisi tidak lepas dari
peranan komunikasi untuk dapat menyampaikan pesan dari setiap elemen yang
terlibat di dalamnya, dalam rangka suksesnya tujuan organisasi Bawaslu sebagai
pengawas Pemilu.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu tidak terlepas dari adanya
komunikasi aktif yang dilakukan oleh 3 (tiga) penyelenggara pemilu yakni:
Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu)
dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP) kepada
1
masyarakat untuk dapat menyalurkan hak pilih dalam setiap penyelenggaraan
Pemilu
secara
Nasional
dan
Pemilihan
Kepala
Daerah
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota di tingkat Daerah.
Bentuk partisipasi paling minimal dari pemilih atau warga Negara yang
menjadi wajib pilih dalam Pemilu dan Pemilihan adalah bagaimana mereka mau
datang dan menggunakan hak pilihnya. Partisipasi masyarakat pada level yang
lebih tinggi yang bukan hanya sekedar menggunakan hak memilih adalah ketika
mereka mau terlibat dalam proses pendidikan pemilih atau bahkan melakukan
pemantauan pemilu. Partisipasi pemilu dalam pemantauan membutuhkan
keterampilan dan pengetahuan yang lebih, seperti pengetahuan atas isu pemilu dan
pelanggaran pemilu. Secara sederhana, partisipasi masyarakat dalam pemilu, baik
bentuknya terlibat dalam sosialiasi, survey, pendidikan, dan pemantauan adalah
serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk melakukan sosialisasi pemilu secara
maksimal sekaligus memantau pelanggaran yang terjadi.
Dengan masifnya
aktivitas tersebut, maka diharapkan pula partisipasi akan tinggi.(Afifuddin, 2020)
Sehubungan dengan hal diatas bahwa serangkaian aktivitas sosialisasi,
survey dan pemantauan pemilu adalah implementasi dari strategi komunikasi
organisasi
bawaslu
untuk
meningkatkan
partisipasi
pemilih.
Bawaslu
mengharapkan bahwa masyarakat dapat berpartisipasi dalam pemilu dengan level
yang lebih tinggi dimana masyarakat secara aktif untuk melaporkan segala bentuk
pelanggaran pemilu yang mereka lihat dan ketahui selama proses penyelenggaraan
pemilu misalnya dalam tahapan kampanye pemilihan umum oleh partai politik
atau pasangan calon peserta pemilu terdapat adanya penyebaran berita hoax, hate
speech (ujaran kebencian) yang mengarah kepada pelanggaran SARA (Suku,
Agama, Ras dan Antar Golongan) serta maraknya money politic. Faktanya adalah
nyaris tidak ada laporan masyakarat terhadap berbagai macam pelanggaran pemilu
yang tersampaikan kepada Bawaslu dengan kata lain partisipasi masyarakat hanya
berada pada bentuk partisipasi minimal yakni datang ke Tempat Pemungutan
Suara (TPS) untk menggunakan hak pilih saja.
2
Bawaslu Kabupaten Buton Selatan sebagai bagian dari Bawaslu yang
berkedudukan tingkat Daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban yang
diatur
dalam
peraturan
perundang-undangan
diantaranya
adalah
untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu sebagaimana
tersurat dalam UU No.7 tahun 2017 tentang pelaksanaan pemilihan umum tahun
2019, salah satu tugas Bawaslu Kabupaten/Kota pada pasal 102 ayat (d)
:”meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu di Wilayah
Kabupaten/kota.”
Sebagai bagian dari tanggung jawab Bawaslu Kabupaten Buton Selatan
sebagai Organisasi
dalam melaksananakan tugas meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengawasan pemilu atau pengawasan pemilu partisipatif, tentu
saja sudah ada program atau perencanaan yang akan dilakukan maupun yang telah
dilakukan, hanya saja masih terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan
sebagaimana telah dijelaskan pada paragaraf sebelumya. Untuk mengetahui
strategi komunikasi Bawaslu dalam meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif
serta hambatan komunikasi Bawaslu dalam meningkatkan pengawasan pemilu
partisipatif menjadi sesuatu yang penting dalam penelitian strategi komunikasi
organisasi menjadi topik dalam penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Sebagai rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana strategi komunikasi organisasi Bawaslu Kabupaten Buton Selatan
dalam meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif?
2. Apa yang menjadi hambatan komunikasi dalam pelaksanaan strategi
komunikasi organisasi bawaslu dalam meningkatkan pengawasan pemilu
partisipatif?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menemukan dan menganalisis strategi
komunikasi organisasi Bawaslu Kabupaten Buton Selatan dalam meningkatkan
3
pengawasan pemilu partisipatif yang terangkum dari beberapa tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui strategi komunikasi organisasi Bawaslu Kabupaten Buton
Selatan dalam meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif.
2. Untuk dapat mengetahui hambatan komunikasi dalam pelaksanaan strategi
komunikasi organisasi bawaslu kabupaten Buton Selatan dalam meningkatkan
pengawasan pemilu partisipatif.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
penerapan teori komunikasi organisasi dalam ilmu komunikasi terutama
strategi komunikasi organisasi Bawaslu dalam meningkatkan pengawasan
pemilu partisipatif.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi wawasan dan
pengetahuan peneliti tentang Ilmu Komunikasi dan dapat melatih peneliti
dalam kemampuan deskriptif serta menjadi motivasi dalam menganalisa
permasalahan perihal komunikasi organisasi.
b. Bagi Lembaga
Bisa menjadi referensi ilmu komunikasi dalam lembaga Bawaslu
Kabupaten Buton Selatan serta dapat menjadi referensi untuk mahasiswa
Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Buton di masa yang akan
datang.
c. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat memberikan informasi dalam bidang ilmu
komunikasi terutama komunikasi organisasi serta pengetahuan tentang
kelembagaan
Bawaslu
dalam
partisipatif.
4
meningkatkan
pengawasan
pemilu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Komunikasi
Ketika ada tuntutan untuk merumuskan suatu pengertian sesuatu hal yang
sering kita lakukan acap kali mengalami kesulitan sama halnya dengan ketika kita
mendefinisikan komunikasi dan tentunya kita akan mendapatkan pendapat yang
beragam. Komunikasi adalah proses menyampaikan suatu pesan dari komunikator
kepada pendengar komunikan atau baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk mendapatkan umpan balik dari pesan yang kita sampaikan sehingga ada
hubungan timbal balik agar informasi atau pesan yang disampaikan dapat diterima
kedua belah pihak, kemudian komunikator bisa menjadi komunikan demikian
pula komunikan bisa menjadi komunikator. Intinya adalah bagaimana kedua pihak
yang berkomunikasi saling memahami apa yang disampaikan.
Salah satu pengertian komunikasi oleh seorang ahli Harold D. Laswell yang
kemudian dikenal dengan model Laswellnya (Fiske, 2004:46). Lasswell
merumuskan komunikasidengan pernyataan dalam bentuk pertanyaan seperti
berikut:
Who
Says what
In which channel
To whom
With what effect
Apa yang dijelaskan Lasswell itu pada dasarnya juga menunjukkan
komponen-komponen komunikasi, yaitu (a) siapa yang berkomunikasi atau biasa
dinamakan sumber komunikasi/komunikator, (b) menyatakan apa (pesan/isi
komunikasi/informasi yang disampaikan), (c) dengan saluran mana (media yang
digunakan), (d) pada siapa (penerima/komunikan), dan (e) dengan efek
apa.(Iriantara, 2015)
5
2. Pengertian Strategi
Menurut Jaelani (1997) dalam (Situmorang, 2019) “strategi” berasal dari
akar kata bahasa yunani strategos yang secara harfiah berarti “seni umum”kata ini
berubah menjadi kata sifat strategi berarti keahlian meliter yang belakangan
diadaptasikan lagi dalam lingkungan bisnis moderen. Kata strategos bermakna
sebagai: keputusan untuk melakukan tindakan jangka panjang dengan segala
akibatnya. Dengan kata lain strategos bermakna pemanfaatan sumber daya dan
penyebaran informasi yang relative terbatas terhadap kemungkinan penyedapan
informasi oleh para pesaing.
Menurut Effendi (1993) dalam (Situmorang, 2019) Keberhasilan kegiatan
komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi.
Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efektif dari proses
komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan
meninbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai keberhasilan proses
komunikasi tersebut terutama efek dari proses komunikasi tersebut digunakan
telaah model komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy mengemukakan
komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan seseorang kepada orang lain
Untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara
lisan maupun langsung melalui media.
3. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi adalah perencanaan dalam penyampaian pesan melalui
kombinasi berbagai unsur komunikasi seperti frekuensi, formalitas, isi dan saluran
komunikasi sehingga pesan yang disampaikan mudah diterima dan dipahami serta
dapat mengubah sikap atau perilaku sesuai dengan tujuan komunikasi.
Menurut Effendy (2011), strategi komunikasi adalah perencanaan yang
efektif dalam penyampaian pesan sehingga mudah dipahami oleh komunikan dan
bisa menerima apa yang telah disampaikan sehingga bisa mengubah sikap atau
perilaku seseorang.
6
Sedangkan menurut Kulvisaechana (2001), strategi komunikasi adalah
penggunaan kombinasi faset-faset komunikasi dimana termasuk di dalamnya
frekuensi komunikasi, formalitas komunikasi, isi komunikasi, saluran komunikasi.
Strategi komunikasi merupakan paduan dan perencanaan komunikasi
(communication
planning)
dan
manajemen
komunikasi
(communication
management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut
strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara
taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda
sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi.
Strategi komunikasi erat hubungan dan kaitannya antara tujuan yang hendak
dicapai dengan konsekuensi-konsekuensi (masalah) yang harus diperhitungkan,
kemudian merencanakan bagaimana mencapai konsekuensi-konsekuensi sesuai
dengan hasil yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang hendak dicapai.
(Riadi, 2018)
4. Pengertian Komunikasi Organisasi
Menurut Alwi (2005) dalam (Abidin, 2016) kata “komunikasi” berasal dari
bahasa latin, communis atau commune dalam bahasa Inggris yang berarti sama.
Berkomunikasi berarti berusaha untuk mencapai kesamaan makna, commonness.
Adapun komunikasi organisasi, menurut Wiryanto (2005) dalam (Abidin,
2016), adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi, sebagai berikut.
a. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi dan
sifatnya berorientasi pada kepentingan organisasi. Isinya adalah cara kerja di
dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan
dalam organisasi. Misalnya memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan
surat resmi.
b. Komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasinya bukan pada organisasi, melainkan lebih pada anggotanya secara
individual.
7
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan
penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi sebagai bagian organisasi tertentu.
5. Pengertian Strategi Komunikasi
Menurut Devito (1997) dalam (Situmorang, 2019) Strategi komunikasi
merupakan paduan dari perencanaaan komunikasi dan menajeman komunikasi
untuk mencapai suatu tujuan.
Strategi komunikasi adalah cara atau siasat yang dilakukan oleh seorang
komunikator dalam menyampaikan pesannya kepada kumunikan, baik dengan
kamunikasi interpersonal maupun komunikai kelompok. Sedangkan menurut
Anwar
Aripin
(1997)
dalam
(Situmorang,
2019)
menyatakan
bahwa
sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang
tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan.jadi merumuskan strategi
komunikasi,berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang
dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan guna mencapai
evektifitas.dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara
memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri dengan
mudah dan cepat.
Menurut Effendi (2006) dalam (Situmorang, 2019) Strategi komunikasi
juga merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning)
dan manajemen komunikasi (communication managemen) untuk mencapai suatu
tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara aktif harus dilakukan, dalam arti
kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda, sewaktu-waktu tergantung situasi
dan kondisi. Seperti halnya dalam strategi apapun, strategi komunikasi hars di
dukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman
yang sudah diuji kebenarannya. Tujuan dari komunikasi adalah mengharapkan
adanya partisipasi dari komunikasi atau ide-ide dan pesan yang disampaikan
tersebut oleh pihak komunikator sehingga pesan-pesan yang disampaikan tersebut
terjadilah perubahan sikap dan tingkah laku yang di harapkan.
8
6. Pengertian Strategi Komunikasi Organisasi
Berdasarkan Severin (2015) dalam (Situmorang, 2019) Strategi komunikasi
organisasi merupakan cara atau kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan
sebuah pendekatan yang berkaitan dengan perencanaan hingga pelaksanaan
sebuah komunikasi yang akan dilakukan pada suatu organisasi. Dengan kata lain,
strategi komunikasi organisasi merupakan sarana untuk menciptakan, merancang
dan mengatur terjadinya suatu pertukaran informasi ataupun pesan yang terjadi
didalam sebuah organisasi.
Masih menurut Severin (2015) dalam (Situmorang, 2019) Organisasi yang
seperti kita ketahui bersama bahwa komunikasi dalam organisasi bisa dilakukan
oleh antar pihak pengurus organisasi, antar anggota organisasi maupun antara
pengurus dengan anggota organisasi. Oleh sebab itu, secara teori komunikasi
organisasi haruslah dilakukan dengan mengikuti setiap pola komunikasi
organisasi yang ada. Selain pola komunikasi yang digunakan berguna untuk
membuat konsep dasar komunikasi organisasi serta proses komunikasi dalam
Organisasi menjadi lebih baik, Hambatan Komunikasi Organisasi yang mungkin
saja terjadi dapat dihindarkan dan diminimalisir.
Merancang strategi komunikasi organisasi, Untuk merancang atau
merencanakan sebuah strategi komunikasi, baik bersifat formal maupun nonformal, maka beberapa hal utama yang harus diperhatikan adalah jenis
komunikasi organisasi. Dengan melihat jenis komunikasi organisasi, maka kita
sudah memiliki pandangan awal untuk mengkonsep strategi komunikasi
organisasi.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran merupakan kajian teoritis tentang bagaimana hubungan
teori dengan berbagai konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jadi, sebelum
terjun ke lapangan atau melakukan pengumpulan data, periset diharap mampu
menjawab secara teoritis permasalahan penelitian. Upaya menjawab masalah ini
9
disebut kerangka pikir.(Kriyantono, 2006). Di bawah ini kerangka pikir yang
dibuat peneliti.
Strategi Komunikasi Organisasi
Bawaslu Kabupaten Buton Selatan
Dalam Meningkatkan Pengawasan
Pemilu Partisipatif
1.
2.
Bagaimana Strategi Komunikasi Organisasi Bawaslu Kabupaten Buton Selatan
Dalam Meningkatkan Pengawasan Pemilu Partisipatif
Apa yang menjadi hambatan komunikasi dalam pelaksanaan strategi komunikasi
organisasi bawaslu dalam meningkatkan pengawasan pemilu partisipatif?
Model Komunikasi
Harold Lasswell
1.
2.
3.
Perencanaan
Program Desa binaan pengawasan
pemilu partisipatif
MoU dengan kader muda
pengawasan pemilu partisipatif
Pembuatan
buletin
sebagai
literature review internal bawaslu
kab. buton selatan
1.
2.
3.
Pelaksanaan
Program Desa binaan pengawasan
pemilu partisipatif
MoU dengan kader muda
pengawasan pemilu partisipatif
Pembuatan
buletin
sebagai
literature review internal bawaslu
kab. buton selatan
10
1.
2.
3.
Hasil dari pelaksanaan
Program Desa binaan pengawasan
pemilu partisipatif
MoU dengan kader muda
pengawasan pemilu partisipatif
Pembuatan
buletin
sebagai
literature review internal bawaslu
kab. buton selatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif ini dimaksudkan
agar informasi yang lebih mendalam sesuai dengan latar belakang penelitian.
Tujuannya yaitu agar peneliti dapat mengetahui strategi komunikasi yang
dilakukan
Bawaslu
Kabupaten
Buton
Selatan
untuk
meningkatkan
pengawasan pemilu partisipatif.
Lexy J. Moleong (2007: 6) dalam (Guzman & Oktarina, 2018)
mengatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.” Sedangkan Sugiyono (2016:9) dalam (Guzman & Oktarina, 2018)
menyatakan
“Penelitian
kualitatif
adalah
metode
penelitian
yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan pada kondisi objek
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.”
Hakikat riset ilmiah adalah upaya untuk mengungkap realitas untuk
mencari kebenaran secara ilmiah, yakni objektif, empiris, sistematis, dan
terorganisasi. Hasil dari riset ini adalah menciptakan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan. Artinya, riset adalah operasionalisasi dari metode ilmiah
yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Metode
ilmiah juga merupakan cara mengubah pemikiran manusia yang bersifat
spekulatif menjadi pemikiran yang terbukti keilmiahannya.(Kriyantono,
2006)
11
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitaif, di mana nantinya peneliti melakukan penelitian untuk mengamati
dan memahami masalah secara mendalam. Metode ini bersifat deskriptif,
sehingga data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata atau atau gambar
daripada data dalam bentuk angka-angka yang lebih menekankan proses
daripada produk. Peneliti mengumpulkan data atau bukti-bukti bukan untuk
membuktikan hipotesis yang telah peneliti miliki sebelum melaksanakan
penelitian. Melainkan untuk mengembangkan teori-teori berdasarkan hal-hal
hkusus yang berhasil ditemukan dan dikumpulkan dari lapangan. Selain itu,
penelitian ini lebih menekankan proses daripada produk, sehingga lebih
banyak mempertanyakan bagaimana mengapa daripada apa.
B. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau
tangan pertama dilapangan. Sumber data ini bisa berupa responden atau
subjek riset
dari hasil pengisian kuesioner, wawancara, observasi.
(Kriyantono, 2006)
Sebagai data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara
dengan komisioner Bawaslu Kabupaten Buton Selatan.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2008: 402) dalam (Pratiwi, 2017) data sekunder
ialah “sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data”. Contohnya seperti dari orang lain atau dokumendokumen. Data sekunder bersifat data yang mendukung keperluan data
primer. Dalam penelitian ini data sekunder berupa dokumen-dokumen
output Bawaslu, bulletin Bawaslu serta dokumen lainnya yang dapat
menunjang penelitian ini.
12
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian
Teknik pemilihan Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non-probabilty sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak
memeberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi subjek, dalam non-probability sampling
yang digunakan adalah metode purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu atau
subjek penelitian dipilih mengikuti kriteria tertentu yang merupakan
karakteristik subjek sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian
Sugiyono (2012).
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Observasi. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang
digunakan pada riset kualitatif. Seperti riset kualitatif lainnya,
observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan
fenomena riset. Fenomena ini mencakup interaksi (perilaku) dan
percakapan yang terjadi diantara subjek yang diriset sehingga
keunggulan metode ini adalah data yang dikumpulkan dalam dua
bentuk: interaksi dan percakapan (conversation). Artinya selain
perilaku non verbal juga mencakup nilai perilaku verbal dari orangorang yang diamati. Ini mencakup antara lain apa saja yang dilakukan,
perbincangan apa saja yang dilakukan termasuk bahasa-bahasa gaul
serta benda-benda apa yang mereka buat atau gunakan dalam interaksi
sehari-hari. Dalam riset dikenal dua jenis metode observasi yaitu
observasi partisipan dan observasi non partisipan.(Kriyantono, 2006)
b. Wawancara. Wawancara adalah percakapan antara periset-seseorang
yang berharap mendapatkan informasi-dan informan seseorang yang
13
diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek
(Berger, 2000, h.111). Wawancara merupakan salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi
langsung dari sumbernya.(Kriyantono, 2006)
c. Dokumentasi. Metode dokumen bisa digunakan dalam riset kuantitatif
dan kualitatif. Riset historis yang bertujuan untuk menggali data-data
masa lampau secara sistematis dan objektif, framing, semiotik,
analisis wacana, analisis isi kualitatif menggunakan dokumentasi
sebagai metodenya. Jenis-jenis dokumentasi antara lain, berita media
massa, buku teks, tulisan prasasti, peraturan hukum, status Facebook,
cuitan twitter, chatting, program televisi, film, video di Youtube,iklan,
majalah, laporan polisi, memo, surat pribadi, catatan telepon, buku
harian individu, atau website. Metode observasi kuesioner atau
wawancara
dokumentasi.
sering
dilengkapi
Tujuannya
untuk
dengsn
kegiatan
mendapatkan
penelusuran
informasi
mendukung analisis dan interpretasi data.(Kriyantono, 2006)
14
yang
3. Teknik Analisis Data
Secara umum, analisis data pada riset kualitatif bersifat cair, termasuk
bisa dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data (tidak harus menunggu
pengumpulan data selesai, baru menganalisis). Karenanya analisis data
dilakukan berulang-ulang dan terus menerus (iteraci). Periset diminta
membuat sistem kategori, yang dapat ditentukan sebelumnya dan atau
berdasarkan data dilapangan. Namun kategori bisa berubah selama selama
proses riset berlangsung karena data bersifat dinamis.(Kriyantono, 2006)
4. Tempat dan Jadwal Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Sekretariat Bawaslu Kabupaten Buton Selatan
dengan alamat lingkungan Batuatas, Kelurahan Lakambau Kecamatan
Batauga Kabupaten Buton Selatan.
b. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari hingga Maret 2021.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. Z. (2016). Komunikasi Pemerintahan. CV. Pustaka Setia.
Afifuddin, M. (2020). Membumikan Pengawasan Pemilu (M. Hafidz (ed.)).
PT.Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Guzman, K. C., & Oktarina, N. (2018). Strategi Komunikasi Eksternal Untuk
Menunjang Citra Lembaga. Economic Education Analysis Journal, 7(1),
301–315.
Iriantara, Y. (2015). Komunikasi Bisnis. Modul 1, Tkt 301, 2014.
https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/ekma4159-komunikasibisnis/%0Ahttp://repository.ut.ac.id/4767/1/EKMA4159-M1.pdf%0A
Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi Kuantitatif dan Kualitatif
(Edisi II). Prenada Media Grup (Divisi Kencana).
Pratiwi, N. I. (2017). Penggunaan Media Video Call dalam Teknologi
Komunikasi. Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial, 1(2), 202–224.
Riadi, M. (2018). Strategi Komunikasi (Pengertian, Teknik, Langkah dan
Hambatan). https://www.kajianpustaka.com/2020/01/strategi-komunikasipengertian-teknik-langkah-dan hambatan.html#:~:text=Strategi komunikasi
adalah perencanaan dalam,perilaku sesuai dengan tujuan komunikasi.
Ruben, B. D. & S. L. P. (2013). Komunikasi dan Perilaku Manusia (1st ed.). PT.
RajaGrafindo Persada.
Situmorang, T. M. (2019). Strategi Komunikasi Organisasi Pemerintahan
Labuhan Batu Utara Dalam Melahirkan Kebijakan Pemberian Beasiswa
MoU Bagi Mahasiswa Berprestasi Universitas Islam Sumatera Utara
Medan. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
16
Download