GAYATRI RAJAPATNI Pendahuluan Seperti yang dikatakan Pak Selamet pinardi dalam laporan penelitiannya bahwa ”Yang sering disebut sebagai salah satu unsur budaya asli Indonesia adalah tingginya kedudukan wanita didalam masyarakat.”1 Dilihat dari itu semua memberikan pengertian bahwa sejak di zaman majapahit pun telah ada wanita tinggi kedudukannya dalam kerajaan. Sehingga dapat dikatakan seorang wanita sangat ikut andil dan aktif dalam kehidupan masyarakat. Dalam sejarah kuno beberapa Wanita baik Jawa maupun Bali yang menjadi Putri Mahkota, Permaisuri, Ibu Suri, dan Nenek Raja. Dimana mereka memberikan peranan penting dalam sebuah kerajaan atau dinasti. Secara kodrati wanita adalah pendidik yang pertama dan utama semua umat manusia. Sebagai contoh dia adalah Dewi Kunti dalam kakawin Mahabrata yang digambarkan sebagai seorang Ibu yang senantiasa Mengasuh dan Mendampingi anak-anaknya dalam kondisi apapun, dan mendidiknya hingga menjadi dewasa. Dimasa jawa kuno hak atas waris untuk tahta adalah anak dari permaisuri, baik laki-laki maupun perempuan. Sehingga dalam hal ini perempuan memiliki peran yang sama pentingnya dalam sebuah suksesi, baik sebagi Nenek raja, Ibu Suri, permaisuri yang menurunkan calon pengganti raja, Selir, Putri mahkota, maupun putri-putri yang terlahir dari selir. Pada Masa kekuasaan Sindok dalam pemerintahan tidak hanya dijalankan oleh sindok tetapi dibantu oleh Istrinya Rakryan Bawang. Sehingga itu membuktikan bahwa peranan wanita dalam kerajaan itu memang ada. Pada masa Sindok (929-947) sepeninggalnya sindok tanpa meninggalkan anak laki-laki sehingga tahta kerajaan diberikan kepada Putrinya Sri Isanatunggawijaya yang menikah dengan Sri Lokapala. Dimana kekuasaan dibeikan pada wanita sebagai Ratu (Penguasa Wanita)2. Setelah itu mempunyai anak wanita bernama Mahendradatta yang mana nanti menikah dengan Slamet Pinardi. 1991. Posisi Wanita Jawa Kuno dalam Suksesi Abad X – XV Masehi. Yogyakarta: UGM. Hlm 3 1 2 Ibid hlm 6 Jaka Samudri Udayana yang bukan raja tetapi seorang keluarga raja. Dari perkawinan itu lahirlah Airlangga yang nantinya kemudian kawin dengan Dharmawangsa Tguh. Dan Airlangga mempunyai dua putra dari selirnya yang keduanya sangat disayaunginya, sehingga agar tidak terjadi perang saudara maka dibagilah kerajaan terpisah menjadi dua yaitu Panjalu dan Jenggala (Kediri). Tetapi Raja Jenggala menginginkan kekuasaan penuh akan warisan ayahnya sehingga melakukan penyerangan terhadap Panjalu. Kerajaan Kediri itu Nantinya Berhasil dikalahkan oleh Ken Arok. Wilayah kekuasaan Kediri dipersatukan dan menyatakan dirinya sebagai kerajaan Singasari. Setelah berkuasa Ken Arok sangat menyukai Ken Dedes karena Dalam Kitab Pararaton Ken Dedes digambarkan sebagai penjelmaan Dewi Laksmi, ia adalah putri Pendeta bernama Mpu Purwa, dan sering disebut Wanita Nareswari (Raja Perempuan)3. Jika ada laki-laki yang dapat mengawininya, walaupun laki-laki itu merupakan orang hina maka dia akan menjadi raja penguasa dunia. Setelah Ken Arok Berkuasa nantinya Kertanegara yag akan menjadi penguasa kerajaan Singasari. Dilihat dari itu semua kita telah mendapatkan contoh bahwa wanita memberikan kelangsungan berjalannya kerajaan serta Tumbuh dan Matinya kerajaan Baru dan Lama. sehingga seorang wanita tidak pernah lepas dari peranan dalam Kemajuan dan Kehancuran suatu kerajaan, walaupun dia berperan sebagai Nenek raja, Ibu Suri, permaisuri, Selir, Putri mahkota, maupun putri-putri yang terlahir dari selir. Mereka semua memberi pengaruh dalam berjalannya sebuah kerajaan. Gayatri Rajapatni dan Gambaran Wanita kerajaan Majapahit Gayatri Rajapatni yang merupakan Putri mahkota dari Kertanegara, Permaisuri dari Raden Wijaya, Ibu Suri untuk putrinya Tribhuwana dan Nenek Raja saat Kekuasaan Hayam Wuruk. Dalam kerajaan Singasari, Kertanegara memilki 4 orang Putri. Gayatri adalah seorang Putri Bungsu yang memiliki paras cantik dari kerajaan tersebut, dan mempunyai 3 kakak perempuan yaitu Trbhuwana, Mahadewi, Jayendradewi4. Kakak pertama dan keduanya telah menikah dengan Pangeran Wijaya 3 Ibid hal 45 Slamet Mulyana. 2007. Tapsir Sejarah NAGARAKRETAGAMA. Yogyakarta: LKIS. Hlm 131 4 Jaka Samudri dan Ardaraja. Dan kakak ketiganya sedang menunggu jodoh yang diberikan kepadanya. Sejak kecil Gayatri telah diberi gelar Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajasa.tetapi dia tidak terlalu mempermasalahkan gelar itu dan bahkan tidak memperdulikannya. Sebagai seorang Putri kerajaan, Gayatri Memiliki sedikit keanehan ketika dibandingkan dengan wanita-wanita kerajaan umumnya. Dia tidak menunjukan sebagai seorang putri mahkota yang hanya diam dimanja-manja dan memperhatikan penampilannya untuk selalu terlihat cantik agar segera diinikahkan dengan seorang lelaki yang gagah perkasa untuk menjadi jodohnya. Tetapi dia lebih senang memperhatikan kehidupan dalam kerajaan Singasari dan berkeinginan untuk mengikuti jejak dan peranan ayahnya Kertanegara dan lebih berminat untuk belajar dan belajar daripada memperhatikan penampilannya. Dimasa kecilnya dia menjadi seorang putri yang sibuk akan belajar kepada ayahnya karena keinginannya dalam memahami peranan Kertanegara yang menjadi penguasa Singasari. Kertanegra pun saat melihat putrinya yang begitu berminat akan belajar. Maka sebagai ayah, ia meberinya guru kepada gayatri yaitu seorang Pendeta atau Resi Buddhis yang terpelajar. Dari Pendeta itu Gayatri mempelajari kitabkitab Buddhis tentang nalar, kajian, peribadatan, yoga dan meditasi.5 Selain gayatri menyukai pelajaran formal tetapi dia pun sangat menyukai kisah-kisah atau cerita panji dalam masyarakat jawa, dimana dia berkeinginan untuk bernasib yang sama dengan apa yang ada dalam cerita panji itu serta mengikuti jejak kehidupan panji itu dalam mencari permaisurinya. walaupun dia sudah memiliki Guru, Seringnya Gayatri belajar kepada ayahnya ketika ada waktu untuk mereka bercumbu sebagai ayah dan anak. Dari perbincangan ayahnya Gayatri mempelajari 3 hal utama apa yang ayahnya lakukan sebagai seorang raja yaitu pertama, bisa menjembatani perbedaan antara dua Agama negara Jawa, yaitu Budha dan Hindu. Kedua, Mengobati persengketaan antara kerajaannya dengan kerajaan Kediri. Dan ketiga, mempertahankan kerajaan dari berbagai Musuh yang menyerang.6 Dan itu semua membuat Gayatri menjadi sangat termotivasi untuk melakukan hal yang sama. 5 Earl Drake. 2012. Gayatri Rajapatni: Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit, Yogyakarta: Ombak. Hlm 4 6 Ibid hlm 7 Jaka Samudri Berjalan waktu yang tidak lama, tiba-tiba terjadilah suatu peristiwa yang cukup tak terduga dimana Kerajaan Kediri menyerang Singasari dan berhasil membunuh Kedua Orangtuanya. Kakak nya Tribhuwana berhasil kabur dan kedua kakaknya yang lain telah di tawan oleh Kediri. Untungnya saat peristiwa itu terjadi Gayatri tidak berada di tempat, tetapi dia berada dikamarnya. Saat Gayatri dikamarnya tiba-tiba Pembantu kerajaan menghampirinya sambil menangis dan menceritakan apa yang terjadi pada kedua orangtuanya. Melihat seperti itu Gayatri sebagai seorang putri mahkota seharusnya bersedih dan menangis melihat orangtanya mati. Tetapi Gayatri tak sedikitpun menangis walaupun dalam hatinya sangat bersedih kehilangan Ayah yang telah menjadi Guru dan mengajarinya tentang kehidupan kerajaan selama ini, mungkin karena dia telah belajar kearifan tentang Budha, bahwa kematian hanyalah hal yang menjadi prantara untuk hidup kembali. Dan karena itu lah dia bisa setegar itu dalam menghadapi masalah. Dia hanya meminta kepada pembantu itu untuk ditunjukan mayat kedua orang tuannya untuk memberikan penghormatan terakhir dan mendoakan kedua orangtuanya. Dan dia berjanji akan Mengabdi dan Merawat apa yang telah diwariskan terhadapnya. Setelah itu karena mengetahui bahwa Kediri telah menguasai Singasari maka Gayatri menyamar menjadi seorang anak dari pembantu kerajaan agar tidak diketahui bahwa dia adalah putri mahkota. Sampai Kemudian Kerajaan Kediri dapat dikalahkan lagi oleh Raden Wijaya, yang merupakan Suami dari Tribhuwana kakak dari Gayatri. Setelah Kerajaan Singasari dapat di rebut kemudian Raden Wijaya membuat kerajaan baru yang merupakan penerus Kerajaan Singasari, kerajaan itu adalah Kerajaan Majapahit. Pada tanggal 10 November 1293,7 adalah waktu upacara penobatan Raden Wijaya Menjadi Raja pertama di Majapahit dan mendapat gelar kertajasa jayawardhana. Dan setelah itu dia membuat prasasti dengan mencanangkan program-program kerajaannya untuk memulihkan dan memajukan negeri yang telah dirusak oleh para pencoleng, serta untuk memperbaiki kehidupan ekonomi dan kehidupan beragama demi kepentingan seluruh rakyat. Untuk menunjukan bahwa dia penerus Kerajaan Singasari dan berhak menjadi pewaris maka dia Menikahi 4 putri Kertanegara yaitu Trbhuwana, Mahadewi, Jayendradewi dan Gayatri, 7 Ibid hlm 48 Jaka Samudri yang sebelumnya telah menikah dengan Tribhuwana. Selain itu Raden Wijaya juga menikahi Dara Petek. Dan yang paling disayanginya adalah Gayatri sebagai yang termuda dan cantik. Yang sebelumnya Gayatri adalah seorang putri mahkota, sekarang dia telah menikah dan menjadi istri Penguasa Majapahit yaitu Raden Wijaya atau Raja Kertarajasa Jayawardhana. Dan Gayatri mendapat gelar Rajapatni dari suaminya itu. Menyinggung perkawinan Kertarajasa dengan 4 putri kertanegara, Tribuwana, Mahadewi, Jayendradewi, dan Gayarti (Rajapatni). Hubungan Rajakertajasa dengan Gayatri sering disamakan dengan hubungan antara Dewa Siwa dan Uma8. Ketika Gayatri Rajapatni menjadi seorang Permaisuri dia sangat berperan dalam memajukan Majapahit dimana Gayatrilah yang menjadi teman setia Kertarajasa untuk selalu Berdiskusi tentang kemajuan Majapahit. Kertarajasa tahu bahwa sejak kecil Gayatri adalah anak yang cerdas dan pintar, dia juga pernah belajar kepada ayahnya sendiri tentang masalah kerajaan. Sealin itu Kertarajasa melihat Bahwa dari kesemua istrinya, hanya Gayatri Rajapatni inilah yang sangat memberikan minat lebih untuk memajukannya, dia ingin meneruskan apa yang ayahnya cita-citakan terhadap kerajaan Singasari. Dilihat dari seluruh program kerajaan yang ia canangkan dalam prasasti pun hampir mirip dengan apa yang ayahnya inginkan dan lakukan terhadap kerajaan Singasari. Sehingga mereka berdua sangatlah cocok untuk saling berkompromi dalam memajukan Majapahit. Keseringan Mereka membicarakan tentang kerajaan tak pernah Surut, sampai akhirnya mereka memiliki Dua orang putri yaitu Tribhuanatunggadewi yang di ambil dari nama kakaknya sendiri dimana dia adalah Istri Tertua Kertarajasa dan Putri yang kedua adalah Wiyah Rajadewi. Awalnya Gayatri takut karena dia tidak memberikan keturunan Laki-laki, tetapi ternyata Kertarajasa tidak pernah mengungkitungkit itu karena saking sayangnya dia kepada gayatri yang amat cantik itu. Kedua anaknya mewarisi sifat-sifat Gayatri yang cantik, gesit dan cekatan tetapi diliahat dari postur tubuhnya mereka lebih mewarisi sifat ayahnya yang tinggi dan langsing. Kini tugasnya sebagai Istri Raja semakin Bertambah dimana dia harus membantu Suaminya dalam kerajaan, sekarang dia harus mengurusi putri-purtinya. Dalam merawat Putri-putrinya, Selain Gayatri mengajari mereka baca dan tulis, Gayatri 8 Ibid hlm 60 Jaka Samudri pun sering Menceritakan kehidunnya sejak masih kecil hingga dewasa. Selain itu Gayatripun sering menceritakan tentang cerita-cerita panji yang waktu kecil dulu menjadi cerita kesukaannya. Sehingga anak-anaknya ini bisa termotivasi juga dengan apa yang ia Cita-Citakan dulu dalam mepelajari Pelajaran-pelajaran baik formal ataupun informal. Semakin berjalannya waktu Kertarajasa telah habis usia, dan meninggal saat berumur enam puluh enam tahun karena mengidap penyakit yaitu terdapat benjolan dibawah kulit.9 Dan meninggalkan Satu putra dari Dara Petek yaitu Kalagamet yang nanti saat setelah ibunya mati dia menjadi anak angkat Istri pertama Kertarajasa Jayawardhana yaitu Tribhuwana. dan Dua putri dari Gayatri Rajapatni yaitu Tribhuanatunggadewi dan Rajadewi. Dan karena hanya ada Satu anak laki-laki yang menjadi putra Mahkota maka Waris kerajaan dilanjutkan oleh Kalagamet yang nantinya dinamai dengan Jayanegara. Seperti dalam Nagara Kertagama Bab 49 ditulis ” Dan Raja jayanegara pun sendirian menjadi raja majapahit. Bersama para putri, adik-adik perempuannya yaitu putri dari Rajapatni yang terpuji, yang tiada duanya. Mereka luar biasa cantik, seperti sepasang Ratih, melampaui perempuan-perempuan kahyangan.....”10 Saat Jayanegara naik takhta dia menjadi pemimpin yang semenamena dan berlaku semaunya terhadap kerajaan. Semua Istri dari Kertarajasa Jayawardhana menjadi Ibu Suri di kerajaan, dan sebagai Ibu Suri Gayatri memandang bahwa apa yang ia lakukan selama ini dengan Suaminya Kertarajasa Jayawardhana telah diubah oleh jayanegara. Selain itu Saat jayanegara menjadi Raja, dia memerintah pada Kedua putri Gayatri untuk tidak menikah dengan laki-laki manapun karena dengan menikahnya kedua Putri Gayatri kepada laki-laki lain maka akan muncullah pesaing untuk Jayanegara. Sehingga dia sendirilah yang ingin Menikahi Kedua putri Gayatri Rajapatni itu. Selain itu saat Jayanegara menjadi penguasa dia menguasai seluruh kerajaan dengan ambisiusnya mengikuti nafsunya sendiri dan bahkan dia ingin dianggap sebagai titisan dewa wisnu. Dimasa Jayanegara menjadi Raja, Raja Merekrut seorang pengawal elit kraton yang berasal dari rakyat bawah dan tak berdarah biru, atau bisa dikatakan berkasta 9 Ibid hlm 78 Ibid hlm 80 10 Jaka Samudri Sudra. Ia bernama Gadjah Mada seorang yang kuat, besar, cerdas dan berani tetapi dia bertabiat keras dan memiliki bakat seorang panglima pasukan sejak lahir. Dan dengan itu semua dapat diyakinkan bahwa Gadjah Mada orang yang bisa setia pada kerajaan. Dan itu terbukti benar ketika Gadjah Mada dapat menyelamatkan Jaynegara saat pemberontakan Kuti. Dan mendengar itu Gayatri memutuskan untuk menempa Gadjah Mada dan ingin mengenali Gadjah Mada. Setelah itu Gadjah Mada menaji Naik tahta dan Gayatri Berpikir bahwa Gadjah Mada adalah Bak berlian yang Belum di Asah dimana dia sangat cerdas dan punya minat besar dalam mempelajari sistem pemerintahan, dan itu sangat bagus untuk dapat menanamkan dan bisa meneruskan citacita Gayatri dan Suaminya dulu. Dan Gayatri Berusaha menjadi Guru Gadjah Mada untuk mengajadinya tentang pemerintahan dalam kerajaan. Melihat Gayatri sebagai seorang Ibu Suri dan Gadjah Mada hanya seorang pengawal kerajaan, mengapa Gayatri mau menjadikan dan mengajari Gadjah Mada tentang Kerajaan. Itu karena Gayatri sangat Paham dengan apa yang setiap orang miliki yaitu intelektual, dimana hanya itulah yang bisa dinilai lebih penting dari pada Kasta, itu semua Gyatri ketahui karena sejak kecil dia adalah anak yang fanatik dengan yang namanya Belajar. Semakin akrabnya Gayatri dengan Gadjah Mada membuat Gayatri semakin sadar bahwa sangat disayangkan jika seorang yang intelektual seperti Gadjah Mada ini harus Patuh terhadap Penguasa yang sangat tidak berwibawa walaupun penguasanya itu adalah anak dari wijaya sendiri. Lebih-lebih ketika gayatri mengetahui bahwa Jayenegara ingin menikahi purtinya sendiri membuat Gayatri semakin merasa benci terhadap jayanegara. Sehingga Gayatri Sendiri Bersekongkol dengan Gadjah Mada untuk bisa membunuh Raja, demi langgengnya dan kemajuan Majapahit. Tidak lama Masa kekuasaan Jayanegara, dia mengalami sakit, dan dimintalah Tancha untuk mengobatinya, sekian kali Raja di operasi namun tetap gagal dan pada Operasi yang ketiga Tancha berhasil. Namun setelah itu Tancha merasa sangat benci kepada Raja karena Gadjah Mada menceritakan Bahwa Istri Tancha Telah Berselingkuh dengan Raja sehingga tancha malah meracuninya dan membunuh Jayenegara. Setelah melihat itu Gadjah Mada pun langsung menikam tancha dan membunuhnya.11 11 Ibid hlm 100 Jaka Samudri Hanya sebagian orang yang mengetahui kisah kematian Jayenegara yang sesungguhnya, sedangkan sebagian besar lainnya merasa lega karena telah berakhirnya masa penguasa yang tidak bijak. Refutasi Gadjah Mada Sebagai Pengawal melonjak setelah diketahui bahwa dia yang telah berhasil membunuh, orang yang telah membunuh Raja. Dan dalam diri Gayatri muncul perasaan bersalah yang sangat besar sebagi seorang Penganut Budha yang telah dengan berat hati memerintahkan dibunuhnya sang Raja. Namun, ia merasa bahwa tindakan itu memang perlu dilakukan karena hal itu demi kemajuan Majapahit serta demi menyelamatkan kedua putrinya dari tindakan buruk sang Jayanegara. Diantara Ibu Suri Trbhuwana, Mahadewi, Jayendradewi, dan Gayatri Rajapatni yang terpukul hatinya karen akematian jayanagara. Hanya Gayartilah yang masih bisa berpikir tenang.12 Gayarti Rajapatni yang masih sangat terlihat cantik karena kebersihan hatinya itu malah disibukan menentramkan kakak-kakaknya yang sangat terpukul. Dan Setelah kematian Jayanagara, persoalan yang paling penting dan genting bagi Majapahit adalah harus mencari penerus takhta Sang Raja. Semua Ibu Suri dan Pihak kerajaan mengadakan Perundingan untuk menentukan Siapakah yang akan menjadi penerus takhta kerajaan, karena jika dibiarkan posisi itu kosong malah akan membuat banyak masalah Baru yang tibul. Ketika itu Keputusan Untuk menentukan siapa yang menjadi penerus takhta diberikan kepada Gayatri karena Ibu Suri yang Lain dan Pihak kerajaan lainnya menggap bahwa orang yang paling mengerti akan Majapahit adalah Gayatri Rajapatni. Dan itu Membuat Gayatri merasa Takut untuk memutuskan karena tidak adanya Putra Mahkota setelah Jayanegara, Satu-satunya orang yang dimintai pertimbangan untuk keputusan penerus tahta adalah Gadjah Mada, Awalnya Gadjah Mada mengusulkan agar Gayatri yang naik Takhta, karena dia adalah Istri dari wijaya, dan ketika tidak ada pewaris laki-laki maka tidak punya alasan lagi untuk menolak bahwa penguasa perempuanlah yang selanjutnya. Apalagi kecakapan Gayatri tentang kemampuannya dalam hal kerajaan dan Pemerintahan. Tetapi Gayatri memberikan Keputusan lain, dia menolak karena sejak semula, Kerajaan Majapahit telah dirundung Sengketa dan Kedengkian, termasuk dalam keluarga, dan itu haruslah dikesampingkan 12 Hariadi, L. K. 2007. Gajah Mada Bergelut dalam Kemelut Tahta dan Angkara. Solo: Tiga Serangkai hlm 15 Jaka Samudri dan melihat kedepan agar muncullah Masa Pemulihan, Rekonsiliasi, dan Perdamaian yang itu semua adalah cita-cita Ayah dan Suaminya. Gayatri pun berfikir bahwa jika dia menaiki takhta maka akan menambah masalah, sehingga Gayatri Rajapatni menyerahkan takhta kepada Putrinya Tribuwanatunggadewi dan hendak menikahkannya dengan pangeran cakradhara dari Tumapel-Singasari. Dan tidak ada yang keberatan dengan itu dan naiknya Tribuwana telah membuat senang para penduduk Kahuripan. Setelah semuanya Selesai Maka Penasbihan dan penobatan Thribuwana sebagai ratupun dilakukan serta Upacara Perkawinannya digelar dengan Upacara tradisional yang megah.13 Setelah Tribuwana meduduki singgasana Mahapatih Arya Tadah menginginkan pensiun dan Gayatri meminta Gadjah Mada untuk menggantikannya, tetapi ditolaknya karena berpikir bahwa dia tidak memiliki pengalaman dalam hal itu dan harus belajar terlebih dahulu kepada Arya Tadah yang paling Senior. Setelah adanya yang menaiki takhta kekuasaan, Gayatri sama sekali tidak ada niat untuk menikah lagi. Terngiang dipikirannya ingin mendekatkan diri pada sang budha dan menjalankan agama dengan baik, sehingga dia memutuskan untuk menjadi Bhikuni, dan memangkas habis Rambut hitamnya yang panjang sampai lutut. Dengan demikian meskipun dia tidak terlibat dalam kehidupan publik, tetapi ia tetap bisa diamdiam membantu Putrinya serta cucu-cucunya nanti dala menjalankan pemerintahan. Ketika mendengar itu Thribuwana terkejut, tetapi layaknya seorang putri yang terlahir dari bangsawan serta karena dia telah banyak sekali belajar dengan ibunya. Ternyata Sebagai seorang Ibu dan Ibu Suri dalam kerajaan Gayatri mewariskan sifat-sifatnya selama ini kepada Thribuwana, sehingga dia sangat pandai membawa diri, ramah, tenang dan cekatan serta bisa menerima keputusan yang Gayatri buat untuk menjadi Bihksuni. Dan Gayatri Rajapatni pun menghabiskan waktu di kuil untuk petapa dan mendekat pada Budha. Hal yang paling menggembirakan setelah itu adalah dilahirkannya seorng anak Laki-laki dari putri Gayatri yaitu Hayam wuruk. dan dia adalah yang akan nanti akan menjadi penguasa Majapahit. 13 Earl Drake. Op.cit hlm 106 Jaka Samudri Setelah Hayam Wuruk dewasa maka dinobatkanlah Hayam Wuruk menjadi penguasa dan Gadjah Mada diangkat menjadi Mahapatih Majapahit. Gayatri telah mencapi masa ajalnya, Gayatri ingin meninggal dengan tenang, menyaksikan tercapainya cita-cita bangsa yang selalu diimpikan sang ayah, suami, putrinya dan dirinya sendiri, menyaksikan cerahnya masa depan negeri yang bersatu, dan ia selalu berdoa agar Budha membimbing selalu sang cucu dalam mengambil keputusan yang bijak dan arif sebagai raja. Setelah berdoa, Gayatri pun meninggal pada 1350,14 ketika Tribuwana turun dari singgasana demi sang putra mahkota. Dalam sejarah singsari dan majapahit, sudah menjadi adat bahwa raja atau kerabat raja setelah meninggal maka akan diperdewa dan diarcakan sebagai dewa dan dibuatkan candi pemujaan. Sang Sri Rajapatni, yang ternama adalah nenekanda Sri Bangginda seperti titisan Parama Bagawati mengayumi jagat raya. Selalu Bhikuni tua yang tekun berlatih yoga menyembah Budha. Dan Telah kembali pada Budhaloka. Sehingga untuk mengenang Gyatri Rajapatni maka diadakan Pesta seranda yang diselenggarakan serba meriah dan kidmat pasti membuat gembira jiwa Sri Rajapatni yang sudah mangkat. Rajapatni yang Termahsur, ia nenek Raja dari pihak Ibu, yang menyerupai wujud Dewi, pelindung sempurna bagi Dunia. Para pangeran melangsungkan Upacara Pemakaman untuk yang wafat, sehingga mereka sanggup membahagiakan Rjapatni yang kepadanya upacara mereka persembahkan. Semoga ia bergerak untuk mencurahkan kemakmuran atas kerajaan. Esok paginya, Budhis datang untuk memuja dan mengantar Arwah pujaan mereka, ia pun menjelma prajnyaparamita, kembali ke rumah Budha yang agung.15 Segera arca dan bunga diturunkan kembali dengan upacara. Karya yang masih menunggu, menyempurnakan candi di kamal pundak. Tanahnya telah disucikan tahun dahana tujuh surya (1274) dengan persajian dan puja kepada Brahma oleh Jnyanawidi. Prajnyaparamitapuri itulah nama candi makam yang dibangun Arca Sri Rajapatni diberkahi oleh sang pendeta Jnyanawidi. Telah lanjut usia, faham akan tantra, menghimpun ilmu agama laksana titisan mpu Bharada, menggembirakan hari Baginda. Berhasil membuat Arca Rajaptni sebagai Prajnyaparamita. 14 15 Ibid hlm 137 Ibid hlm 156 Jaka Samudri Dari Semua itu Gayatri Rajapatni dari sebagai Putri mahkota yang Cakap sampai menjadi Nenek Raja Baginda Hayam Wuruk memberikan Arti memajukan Kerajaan Majapahit dan menanamkan Sifat-sifat welasasihnya kepada masyarakat kerajaan untuk hidup damai. DAPTAR PUSTAKA Drake, Earl. 2012. Gayatri Rajapatni: Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit, Yogyakarta: Ombak Hariadi, L. K. 2007. Gajah Mada Bergelut dalam Kemelut Tahta dan Angkara. Solo: Tiga Serangkai Slamet Mulyana. 2007. Tapsir Sejarah NAGARAKRETAGAMA. Yogyakarta:LKIS .1968. Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Tumbuhnya Negara Islam di Nusantara. Jakarta: Bhratara Munoz, P. M. 2009. Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia, Yogyakarta: Mitra Abadi Slamet Pinardi. 1991. Posisi Wanita Jawa Kuno dalam Suksesi Abad X – XV Masehi. Yogyakarta: UGM Jaka Samudri