Uploaded by rininurpadilla

CBR PROFESI KEPENDIDIKAN RINI NURPADILLA

advertisement
CRITICAL BOOK REVIEW
MK. PROFESI
KEPENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
FISIKA - FMIPA
SKOR NILAI :
Profesi Kependidikan “Perspektif Guru Profesional”
( Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D. Dr. Hj. Aslamiah Ahmad, M.Pd., Ph.D
Sulistiyana, S.Pd., M.Pd. , 2015 )
NAMA MAHASISWA
: Rini Nurpadilla
NIM
: 4202421022
DOSEN PENGAMPU
: Sani Susanti S.Pd, M.Pd
MATA KULIAH
: Profesi Kependidikan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2021
i
EXCECUTIVE SUMMARY
Pendidikan bermutu salah satunya ditentukan oleh profesionalisme tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan lainnya. Oleh sebab itu, apabila kita menghendaki
pendidikan yang bermutu maka mau tidak mau kita wajib meningkatkan
profesionalisme guru.
Pemerintah telah berusaha dengan berbagal program untuk meningkatkan
profesionalisme guru, bahkan sampai dengan pemberian tunjangan profesi guru
dengan besaran satu kali gaji pokok. Tetapi realitanya masih banyak keluhan bahwa
pendidikan masih belum mampu mencapai kualitas yang dinginkan.
Guru yang tidak profesional tidak akan dapat dicapai hanya melalui pemberian
tunjangan profesi tanpa dipersiapkan secara matang sebelum mereka menjadi guru
dilanjutkan dengan pembinaan yang optimal pada saat mereka bertugas sebagai guru
secara terus menerus.
Buku ini memberikan bekal pemahaman dan kemampuan bagi calon guru dan bagi
guru apa dan bagaimana menjadi guru yang profesional. Untuk itu dalam buku ini
dibahas beberapa bagian yaitu:
Bagian pertama membahas tentang Hakikat profesi guru sampai dengan bagaimana
ciri-ciri seorang guru yang profesional dan juga apa dan bagaimana kode etik profesi
guru.
Bagian kedua membahas tentang bimbingan konseling, yang akan memberikan
pemahaman agar guru dapat berperan sebagal pembimbing bagi para peserta
didiknya. Hal ini penting. ditengah-tengah banyaknya siswa yang bermasalah baik
pribadi maupun akademik yang diperlukan guru yang mampu memberikan jalan dan
altematif agar siswanya dapat keluar dari lingkaran masalah yang dihadapinya.
Bagian ketiga membahas tentang adiministrasi sekolah. Hal ini penting bagi guru
karena guru tidak hanya guru sendiri, tetapi juga koselor dan administrator.
Bagian keempat membahas supervisi pendidikan. Pembahasan ini memberikan
bekal bagi guru dan calon guru tentang supervisi pendidikan dan pembinaan guru,
sehingga pada saatnya nanti meeka pun dapat berperan sebagal pembina.
Bagian kelima membahas tentang manajemen berbasis sekolah. Pembahasan ini
memberikan bekal pemahaman bagi calon guru dan guru-quru tentang apa, mengapa
dan bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah serta apa dan bagaimana
manajemen berbasis sekolah dimplementasi dalam ruang kelas.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan hasil laporan
Critical book review buku Profesi Kependidikan ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada ibu Sani Susanti
S.Pd,M.Pd, yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap hasil laporan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Profesi Kependidikan. Saya
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih sangat banyak
kekurangan.
Semoga hasil laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan. Saya juga berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan hasil
laporan yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Medan, Maret 2021
Rini Nurpadilla
NIM. 420242102
2
DAFTAR ISI
EXCECUTIVE SUMMARY .............................................................................................................1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................................................................3
BAB I .................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................4
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR .................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan CBR ................................................................................................................4
C. Manfaat CBR ...................................................................................................................................4
D. Identitas Buku ...............................................................................................................................5
BAB II ...............................................................................................................................................6
RINGKASAN ISI BUKU .................................................................................................................6
A. BAB I HAKIKAT PROFESI GURU .............................................................................................6
B. BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING ..................................................................................8
C. BAB III ADMINISTRASI SEKOLAH ...................................................................................... 10
D. BAB IV SUPERVISI PENDIDIKAN ........................................................................................ 12
E. BAB V MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH....................................................................... 14
BAB III ........................................................................................................................................... 17
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 17
A. Pembahasan ................................................................................................................................ 17
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku ....................................................................................... 20
BAB IV ........................................................................................................................................... 21
PENUTUP ..................................................................................................................................... 21
A. Kesimpulan .................................................................................................................................. 21
B. Rekomendasi............................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR
CBR ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah profesi kependidikan tugas ini
dibuat dengan me-review dan membahas buku yang berhubungan dengan profesi
kependidikan dan mengkritik setiap bab selain itu juga mencari kelebihan dan
kekurangan dari buku untuk di kritik agar menjadi buku yang layak dibaca.
Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.
Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati. Misalnya dari
segi analisis bahasa dan pembahasan. Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book
Review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi.
B. Tujuan Penulisan CBR
Tujuan penulisan CBR adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkritisi suatu buku yang berhubungan dengan materi Profesi
Kependidikan.
2. Untuk menemukan kelebihan dan kelemahan dari suatu buku.
3. Untuk mampu mengkritik setiap bab dari suatu buku.
C. Manfaat CBR
Adapun manfaat dari penulisan CBR ini antara lain :
1. Untuk menambah wawasan tentang ilmu Profesi Kependidikan
2. Untuk mengetahui berbagai konsep yang ada
di dalam
Profesi
Kependidikan.
3. Untuk memenuhi materi yang berhubungan dengan Profesi Kependidikan.
4
D. Identitas Buku
Judul
: Profesi Kependidikan “Perspektif Guru Profesional”
Edisi
:1
Pengarang
:Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D. Dr. Hj. Aslamiah Ahmad,
M.Pd., Ph.DSulistiyana, S.Pd., M.Pd.
Penerbit
: PT. RajaGrafindo Persada,Jakarta
Kota Terbit
: Jakarta
Tahun Terbit
: 2015
ISBN
: 978-979-769-914-7
5
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
A. BAB I HAKIKAT PROFESI GURU
a) Profesi Guru dan Syarat Menjadi Guru
Guru atau tenaga pendidik menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 39, ayat 2 tentang Tenaga Kependidikan dinyatakan
bahwa “pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar, melakukan bimbingan dan
pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”.
Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
Pendidikan menengah.
Kita dapat membuat kesimpulan bahwa suatu jabatan/pekerjaan dapat disebut
sebagai suatu profesi apabila memenuhi 4 (empat) kriteria yaitu:
a. Dipersiapkan melalui pendidikan khusus untuk menguasai bidang ilmu yang
mendasari pendekatan, strategi, teknik dan prosedur kerja.
b. Adanya layanan unik dan pengakuan masyarakat.
c. Memiliki kode etik profesi.
d. Memiliki organisasi profesi.
b) Apakah Jabatan Guru Dapat Dikatakan Sebagai Profesi
Pemerintah secara khusus menyatakan profesi guru sebagai pekerjaan profesional
yang dituangkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) Nomor 14 Tahun
6
2005, Pasal 1 ayat 1 dinyatakan guru adalah pendidik profesional…..selanjutnya pada
Pasal 6 disebutkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
c) Syarat Apa yang Harus Dipenuhi Sebagai Seorang Guru
Menurut Tilaar (1999), profil guru dalam era global pada abad ke-21 ini harus
memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Kepribadian yang matang dan berkembang (mature and developing
personality), sebab guru harus membimbing peserta didik ke arah
kedewasaan melalui interaksi yang harmonis dengan siswanya. lnteraksi yang
efektif hanya akan terjadi apabila guru memiliki kepribadian yang matang dan
selalu berkembang.
2. Kemampuan mengembangkan minat dan motivasi siswanya melalui
penguasaan keterampilan dan penguasaan metodologis pembelajaran. Oleh
sebab
itu,
penguasaan
terhadap
psikologis
anak
didik
(psikologi
perkembangan, psikologi belajar dan psikologi mengajar, serta psikologi yang
mendasari teknik motivasi).
d) Tugas dan Fungsi Guru Serta Indikator Guru yang Profesional
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dinyatakan bahwa guru bertugas untuk:
1) Merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran
2) Menilai hasil pembelajaran
3) Melakukan pembimbingan dan pelatihan
4) Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
7
e) Organisasi Guru dan Kode Etik Guru Indonesia
Kode etik guru bersumber dari nilai-nilai agama dan Pancasila, nilai-nilai kompetensi
pedagogik, nilai kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional. Di samping itu, kode etik juga bersumber dari nilainilai jati diri, harkat
dan martabat manusia yang meliputi perkembangan, Kesehatan jasmani, emosional,
intelektual,sosial dan spiritual.
B. BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING
a) Pengertian Bimbingan dan Konseling
Sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian terdahulu secara singkat telah
dijelaskan bahwa, secara harfiah istilah “guidance” (bimbingan) dari akar kata
“guide” yang berarti (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3)
mengelola (to manage), (4) menyetir (to steer), (5) menunjukkan jalan (showing the
way), (6) memimpin (leading), (7) memberikan petunjuk (giving instruction), (8)
mengatur (regulating), (9) dan memberi nasihat (giving advice) (winkel, 1991).
Sedangkan istilah kedua yaitu counseling dalam bahasa Indonesia disebut konseling
mempunyai makna membantu seseorang untuk menemukan jalan terbaik dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
b) Peranan bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah
Peran bimbingan dan konseling didalam meningkatkan mutu Pendidikan terletak
pada bagaimana bimbingan dan konseling itu membangun manusia yang seutuhnya
dari berbagai aspek yang ada di dalam diri peserta didik. Pendidikan yang bermutu
bukanlah pendidikan yang hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan dan
teknologi saja, teori-teori, ataupun hal-hal yang bersifat kognitif saja tetapi juga harus
didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem manajemen tenaga pendidikan
serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya sendiri
dalam memilih dan mengambil keputusan untuk pencapaian cita-cita dan harapan
yang dimilikinya, di mana kesemuanya itu tidak hanya menyangkut aspek akademik
saja tetapi juga aspek pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai peserta
didik.
8
c) Prinsip Bimbingan dan Konseling
Bimbingan konseling membutuhkan suatu prinsip atau aturan main dalam
menjalankan program pelayanan bimbingan. Menurut Prayitno dan Amti (1994)
prinsip bimbingan konseling yaitu rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan
proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan.
d) Asas Bimbingan dan Konseling
Terdapat dua belas asas yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut : Asas
Kerahasiaan, Asas Kesukarelaan, Asas Keterbukaan, Asas Keterkinian, Asas
Kemandirian,
Asas
Kegiatan,
Asas
Kedinamisan,
Asas
Keterpaduan,
Asas
Kenormatifan, Asas Keahlian, Asas Ahli Tangan.
e) Landasan dan Bimbingan Konseling
Secara teoretik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum
terdapat enam aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan
konseling, yaitu landasan filosofis, religius, psikologis, sosial-budaya, pedagogis, dan
ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi.
f) Bidang Bimbingan Belajar, Sosial, Pribadi dan Karier
1. Bimbingan Belajar
Bimbingan ini dimaksud untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan
dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.
2. Bimbingan Dalam Mengatasi Masalah Pribadi
Bimbingan yang berkaitan dengan masalah pribadi ini dimaksudkan untuk
membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi, yang dapat mengganggu
kegiatan belajarnya. Hal ini sangat penting karena apabila seorang siswa yang
mempunyai masalah dan belum dapat diatasi maka hal tersebut cenderung
terganggu konsentrasi dalam belajarnya, akibatnya prestasi belajar yang dicapai
rendah.
9
3. Bimbingan Karier
Bimbingan karier merupakan layanan bantuan kepada peserta didik dalam
mempertimbangkan pilihan kerja atau mempertimbangkan untuk bekerja atau tidak.
Memilih lapangan kerja yang cocok dengan ciri-ciri pribadi individu, menentukan
lapangan pekerjaan dan memasukinya, serta mengadakan penyesuaian kerja secara
baik. Dalam konteks ini siswa memiliki keterbatasan informasi tentang karier, dan
mereka sangat memerlukan informasi yang tepat. Untuk itu maka bimbingan karier
menjadi sangat urgen.
C. BAB III ADMINISTRASI SEKOLAH
a) Pengertian Administrasi Pendidikan di Sekolah
Administrasi menurut asal katanya berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari
AD+MINISTRARE yang berarti melayani, membantu dan memenuhi. Dari perkataan
itu terbentuk kata benda ADMINISTRATIO dan kata sifat ADMINISTRATIVUS yang
kemudian dikenal dalam bahasa lnggris ADMINISTRATION. Perkataan ini selanjutnya
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Administrasi. Di Indonesia selain
istilah yang berasal dan bahasa lnggris tersebut juga dikenal yang berasal dan bahasa
BelAnda yaitu Administrate yang mengandung arti hanya sebagian dari pengertian
administrasi yaitu hanya diartikan dengan ketatausahaan (Clerical work).
Ketatausahaan mengandung arti kegiatan penyusunan keterangan-keterangan secara
sistematik dan pencatatan-pencatatan secara tertulis semua keterangan yang
diperlukan, dengan maksud memperoleh suatu ikhtisar mengenai keteranganketerangan itu dalam keseluruhannya dan dalam hubungannya satu sama lainnya.
b) Fungsi Administrasi
1. Planning ( Perencanaan )
Perencanaan adalah proses pemikiran tentang bagaimana kegiatan yang akan
dilakukan dimasa yang akan datang dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Ini berarti dalam perencanaan
adalah persiapan menyusun suatu keputusan, berupa langkahlangkah penyelesaian
10
suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah kepada pencapaian
tujuan tertentu.
2. Organizing ( Pengorganisasian )
Pengorganisasian
diartikan
sebagai
pengaturan
penyelesaian
kegiatan
berdasarkan aturan yang berlaku. Pengorganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan
menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian
dalam usaha mencapai tujuan bersama.
3. Directing ( Pengarahan )
Pengarahan dapat diartikan sebagai proses kegiatan memberi petunjuk secara
operasional kepada semua anggota staf yang berhubungan dengan tujuan yang akan
dicapai, tugas dan tanggung jawab masing-masing, waktu yang tersedia untuk
melakukan kegiatan (target waktu) serta memberikan gambaran umum tentang
pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan.
4. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan berarti kegiatan memonitor, mengobservasi dan melihat untuk
membandingkan apakah kegiatan yang sedang dilakukan sesuai dengan apa yang
seharusnya dilakukan.
5. Communicating (Pengomunikasian)
Komunikasi sebagai salah satu fungsi manajemen mutlak dilakukan oleh seorang
manajer (dalam pendidikan berarti kepala sekolah, di dalam kelas berarti guru)
dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan. Dalam setiap organisasi (termasuk
organisasi pendidikan di sekolah) komunikasi juga berarti untuk menyampaikan
informasi, perintah memengaruhi, membujuk atau persuasi serta mengadakan
integrasi (Koontz, 1981).
c) Kegiatan-kegiatan Administratif Guru di Sekolah
1. Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan pengajaran dalam istilah John S. Knezevich disebut instructional
leadership, pada hakikatnya adalah penataan seluruh kegiatan yang berhubungan
11
dengan
pengajaran,
mulai
dari
perencanaan
kurikulum
sampai
dengan
pengembangan dan evaluasi kurikulum.
2. Pengelolaan Kesiswaan
Pengorganisasian siswa menyangkut pengaturan dan penempatan siswa di kelas
dan pencatatannya sehingga dapat memenuhi keseimbangan baik antarkelas maupun
keseimbangan jumlah pria dan wanita dalam satu kelas, serta keseimbangan siswa
berprestasi (anak cerdas dan tidak) dalam satu kelas, status sosial ekonomi bahkan
keseimbangan agama dan keyakinan. Dengan demikian, dapat menghindarkan
adanya kelas eksklusif dan kelas yang dianggap buangan.
D. BAB IV SUPERVISI PENDIDIKAN
a) Perlunya Pembinaan Guru
Sungguhpun guru sebelum bertugas sebagai guru dipersiapkan secara optimal di
perguruan tinggi (LPTK: FKIP, STKIP, IKIP, AKTA IV Mengajar) tetapi kenyataan
menunjukkan tidak semua guru di sekolah betul-betul profesional dalam
melaksanakan tugasnya, dalam kaitan ini Jacobson menyatakan bahwa di
sekolah/lembaga pendidikan ternyata tidak semua guru tergolong well trained
(terlatih baik) dan well qualified (berkualitas/kualifikasi baik). Kenyataan tersebut
dapat diamati dari:
a. Seringnya guru mengeluhkan kurikulum yang sering berubah
b. Seringnya guru mengeluhkan kurikulum yang terlalu sarat beban
c. Seringnya siswa mengeluhkan gurunya mengajar dengan gaya yang
sangat tidak menarik, sehingga mereka merasa malas untuk belajar
d. Masih rendahnya mutu hasil belajar yang dibuktikan dengan hasil ujian
akhir yang masih belum memuaskan semua orang, apalagi kalau kita
membandingkan dengan prestasi anak-anak di berbagai negara.
b) Pengertian dan Fungsi Pokok Supervisi
Istilah supervisi yang berasal dari bahasa Inggris terdiri dari dua kata, yaitu:
super yang artinya di atas dan vision mempunyai arti melihat, maka secara
12
keseluruhan supervisi diartikan sebagai ‘’melihat dari atas’’. Dengan pengertian
itulah maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan
kepala sekolah -- sebagai pejabat yang berkedudukan di atas -- atau lebih tinggi dari
guru – untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru. Dalam pengertian lain,
supervisi merupakan peningkatan makna dari inspeksi yang berkonotasi mencaricari kesalahan. Jelaslah bahwa kesan seperti itu sangat kurang tepat dan tidak sesuai
lagi dengan zaman reformasi seperti sekarang ini. Supervisi adalah kegiatan
mengamati, mengidenfikasi mana hal-hal yang sudah benar, mana yang belum benar,
dan mana pula yang tidak benar, dengan maksud agar tepat dengan tujuan
memberikan pembinaan. Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan
kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas
pembelajarannya
meningkat.
Sebagai
dampak
meningkatnya
kualitas
pembelajaran,tentu dapat meningkat pula prestasi belajar siswa, dan itu sudah
tertuju pada keberhasilan siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan di sekolah, berarti bahwa supervisi tersebut sudah sesuai dengan
tujuannya.
c) Tanggung Jawab Pembinaan Profesionalisme Guru
Pelaksanaan pembinaan guru menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan
pengawas sekolah, tetapi mengingat setiap hari guru berada di sekolah, maka
pimpinan langsungnya sehari-hari adalah kepala sekolah, oleh sebab itu maka kepala
sekolah bertanggung jawab untuk membina guru-guru di sekolahnya agar dapat
berperan secara profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.
Sentralnya peranan kepala sekolah dalam melaksanakan pembinaan guru ini juga
dikemukakan berbagai ahli pendidikan antara lain Lipham (1983), De Roche (1985),
Mateheru (1987, 1989), dan para ahli lainnya menyatakan hal yang sama bahwa
kepala sekolah merupakan sentral dalam pengembangan staf di sekolah, sebab
kepala sekolah berperan selain sebagai administrator juga berperan sebagai
supervisor serta staff development (Lipham).
d) Pendekatan Supervisi Pendidikan
13
Pendekatan supervisi pada dasarnya adalah pendekatan dalam proses pembinaan
guru yang berkaitan dengan bagaimana seorang pembina berinteraksi dengan orangorang yang dibina agar proses pembinaan dapat mencapai hasil yang optimal. Karena
itu pendekatan selalu terkait dengan aspek psikologis orang yang dibina dan
psikologis pembina itu sendiri. Kegagalan pembinaan sering disebabkan karena
interaksi antara pembina dan orang yang dibina tidak terdapat kesesuaian secara
psikologis atau dengan kata lain pembina menggunakan pendekatan yang tidak tepat
dengan karakter psikologis orang yang dibina.
Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan
pada prinsip-prinsip psikologis, sebab pendekatan yang efektif adalah pendekatan
yang sesuai dengan tipe, karakter atau prototipe orangorang yang menjadi sasaran
pembinaan. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung
kepada prototipe guru.
E. BAB V MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
a) Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan strategis dan memberikan kontribusi yang
sangat besar dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Melalui proses pendidikan yang tepat dan berkualitas, maka suatu bangsa akan
mempunyai sumber daya manusia yang memiliki keahlian, terampil, kreatif, inovatif
dan produktif yang didasari oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Kualitas manusia yang demikian sangat diperlukan dalam era global dan
era desentralisasi sekarang sehingga SDM suatu daerah dapat membangun
daerahnya sendiri dan bersaing secara nasional dan global.
b) Pengertian, Tujuan dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah
MBS adalah suatu konsep di mana kekuasaan pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan
terjadinya proses pembelajaran, dalam hal ini berarti sekolah. Jadi MBS pada
hakikatnya adalah kewenangan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
sekolah diberikan kepada sekolah itu sendiri. Hal ini sangat penting karena yang
14
paling memahami dan paling mengerti secara detail dan komprehensif tentang
sekolah adalah sekolah itu sendiri.
Implementasi manajemen berbasis sekolah, pada dasarnya bertujuan untuk
memberdayakan sekolah secara optimal dalam pengelolaan dan pengembangan
sekolah. Secara khusus penerapan Manajemen Berbasis Sekolah ini bertujuan untuk
Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, baik sumber daya
manusia maupun sumber daya lainnya.
Sedangkan manfaat yang akan diperoleh oleh lembaga pendidikan/sekolah
dengan diimplementasikannya pendekatan manajemen berbasis sekolah adalah
Keleluasaan pengambilan keputusan pada tingkat sekolah dimaksudkan agar sekolah
dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai
prioritas program serta kebutuhan sekolahnya masing-masing.
c) Prinsip Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
Prinsip manajemen berbasis sekolah yang perlu mendapatkan perhatian seorang
kepala sekolah atau lembaga yang terkait dengan pembinaan sekolah, agar
implementasi MBS dapat lebih optimal. Prinsip-prinsip tersebut adalah Pendidikan
untuk semua artinya semua anak memiliki hak yang sama memeroleh pendidikan.
Dalam konteks sekolah maka semua siswa memiliki hak yang sama untuk
memperoleh pelayanan pendidikan yang bermutu. Prinsip ini menggambarkan
bahwa tidak ada perbedaan anak miskin dan kaya, anak buruh, petani dan pejabat
dalam mendapatkan pelayanan pembelajaran dan kegiatan lainnya di sekolah.
d) Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah dalam Perspektif
Teoretik
Konsep manajemen berbasis sekolah sebenarnya didasarkan pada self
determination theory. Teori ini menyatakan bahwa apabila seseorang atau kelompok
orang memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan sendiri, maka orang atau
kelompok tersebut akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan
apa yang telah diputuskan dan melibatkan diri dan kelompoknya. Hal ini dapat
terjadi sebagai akibat tumbuhnya rasa memiliki (self belongness) seseorang atau
15
kelompok orang terhadap apa yang mereka putuskan. Karena itu dalam MBS
pemberdayaan semua warga sekolah dan peningkatan partisipasi dan kepedulian
mereka
terhadap
sekolah
merupakan
hal
yang
sangat
strategis
untuk
ditumbuhkembangkan. Dengan demikian semua orang akan peduli dan merasa
memiliki sekolah sebagai bagian dari kehidupan mereka.
e) Kondisi yang Mendukung Implementasi MBS di Sekolah
Keberhasilan Implementasi manajemen berbasis sekolah, pada dasarnya dapat
dilihat dari sejauhmana sekolah mampu tumbuh dan berkembang dari sekolah oleh
sekolah dan untuk sekolah bersama-sama masyarakatnya yang diindikasikan oleh
adanya prestasi sekolah baik prestasi akademik maupun prestasi non-akademik.
Meskipun demikian ada beberapa indikator khusus yang dapat dilihat untuk
menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan sekolah dalam implementasi MBS
sebelum melihat pada aspek produk sekolah (mutu lulusan). Untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan MPMBS di sekolah, maka pendekatan sistem merupakan
cara yang tepat sebagai pemandu. Dalam pendekatan sistem yaitu melihat dari sisi
input, proses dan out-put.
16
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Bab I Hakikat Profesi Guru
Pada bab pertama ini membahas mengenai hakikat profesi guru, penjelasan
mengenai apakah jabatan sebagai seorang guru dapat disebut profesi, pengertian
profesi guru dan syarat-syarat menjadi guru, tugas beserta fungsi guru juga indikator
sebagai guru yang profesional.Guru dikatakan sebagai profesi karena memenuhi
syarat-syarat yang mengatakan bahwa jabatan sebagai guru adalah sebuah
profesi.Tugas dan kewajiban seorang guru dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Menurut masyarakat guru dibagi menjadi 2 tipe, yaitu guru yang efektif dan
guru yang tidak efektif, yang mana ia tidak dapat menunjukkan profesionalismenya
sebagai seorang guru dihadapan siswa.
Seorang guru harus memiliki komitmen yang kuat dan juga pemikiran yang
abstrak. Kode etik guru ditetapkan berdasarkan hasil kongres XX PGRI di Palembang
tahun 2008. Di mana PGRI merupakan organisasi profesi guru di Indonesia, selain itu
ada juga IGI (Ikatan Guru Indonesia) dan SGI (Serikat Guru Indonesia).Guru dapat
dikatakan sebagai profesi apabila telah mendapatkan pengakuan dari masyarakat
dan juga pemerintah.
Bab II Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan konseling dilakukan oleh konselor untuk membantu siswa
mengatasi masalah yang berkaitan dengan kegiatan belajar. Bimbingan dan konseling
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, seperti seorang konselor dan
guru yang berperan sama pentingnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Konselor dan guru yang berperan sebagai pembimbing bekerja sama demi
17
tercapainya tujuan yang diharapkan. Bimbingan dan konseling diperlukan oleh para
siswa untuk dapat mengenali dan memahami diri serta lingkungan, sehingga
bimbingan dan konseling dapat membantu mengembangkan potensi diri, membantu
siswa yang bermasalah untuk mencari jalan keluar dan hal lainnya yang dapat
memenuhi kebutuhan sosial psikologis tiap siswa.
Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan berdasarkan banyak
pertimbangan (orientasi bimbingan dan konseling) yang dijadikan landasan/pusat
perhatian juga prinsip yang disesuaikan dengan kebutuhan klien dan sasaran
pelayanan.
Agar kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat berjalan dengan teratur
maka diperlukan struktur organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. Struktur
organisasi di tiap sekolahnya pun berbeda, berdasarkan kepada volume kerja, jumlah
SDM, beban kerja, mekanisme kerja juga ukuran sekolah. Selain di sekolah,
bimbingan dan konseling juga berperan terhadap individu di lingkungan keluarga
dan masyarakat umum. Sama seperti profesi guru, bimbingan dan konseling juga
memiliki kode etik, salah satunya yang dikemukakan oleh Bimo Walgito (1980) dan
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
Bab III Administrasi Sekolah
Administrasi pendidikan menerapkan administrasi umum pada pendidikan,
yang berfungsi mengendalikan dan mengelola kegiatan pendidikan agar terarah
mencapai tujuan pendidikan dengan efektif dan efisien.
Pengelolaan administrasi pendidikan meliputi pengelolaan pengajaran,
kepegawaian, kesiswaan, keuangan, alat dan perlengkapan pengajaran, keuangan
serta pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat.Jika fungsi tersebut berjalan
secara optimal, maka akan menghasilkan perasaan loyalitas yang tinggi pada setiap
aparat pendidikan termasuk guru.
Bab IV Supervisi Pendidikan
Beberapa guru kesulitan mengatasi masalah baik personal atau masalah di
sekolah. Sehingga dibutuhkannya pembinaan.
18
Supervisi merupakan kegiatan mengawasi, mengamati, mengidentifikasi yang
dilakukan oleh pejabat yang memiliki kedudukan di atas. Kegiatan supervisi di bagi
menjadi 2, yaitu supervisi akademik dan supervisi administrasi.Diharapkan mampu
meningkatkan kualitas pendidikan berkaitan proses pembelajaran.
Pelaksanaan pembinaan profesionalisme guru menjadi tanggung jawab kepala
sekolah dan pengawas sekolah. kepala sekolah harus memiliki kemampuan
manajemen baik demi kemajuan sekolah.
Pendekatan supervisi dibagi menjadi langsung dan tidak langsung. Pendekatan
dilakukan oleh pembina dan orang yang dibina selama proses pembinaan guru.
Pendekatan ini terkait dengan aspek psikologis, sehingga disesuaikan dengan
karakter dan keadaan orang yang disupervisi
Bab V Manajemen Berbasis Sekolah
Program pendidikan dan pembelajaran diharapkan mampu sesuai dengan
perkembangan IPTEK dan pembangunan manusia.
MBS adalah konsep mengambil keputusan berkaitan dengan pendidikan untuk
sekolah dengan mengembangkan manajemen sekolah dengan menekankan
komponen tertentu, dengan tujuan memberdayakan sekolah dengan optimal.
Prinsip dasar MBS perlu diperhatikan kepala sekolah agar MBS dapat
diimplementasikan
dengan
optimal.
Seperti,
keterbukaan,
kebersamaan,
berkelanjutan, menyeluruh, pertanggungjawaban, demokratis, kemandirian sekolah,
orientasi mutu, pencapaian standar minimal dan pendidikan untuk semua orang.
Sekolah harus memberdayakan siswa bukan hanya sebatas transfer ilmu
tetapi juga pembelajaran untuk meningkatkan kualitas siswa.
Indikator penentu keberhasilan MBS dilihat dari aspek produk sekolah (mutu
lulusan), pertumbuhan dan perkembangan sekolah
19
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku
a) Kelebihan
1. Pada sampul belakang buku tertulis inti tiap bab dari bukunya.
2. Font yang digunakan sudah nyaman ketika dibaca
3. Isi buku sangat informatif, dapat membantu kita agar lebih melek mengenai
profesi pengajar terutama guru
4. Bahasa yang digunakan simple sehingga dapat mudah dimengerti
b) Kekurangan
1. Tampilan buku terlihat sederhana dan kurang menarik
2. Beberapa kata tidak sesuai dengan aturan EYD sehingga masih perlu
penyuntingan
3. Ada beberapa kalimat yang ditulis kembali dengan makna yang sama
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa buku ini membahas mengenai Profesi Kependidikan.
Dan buku ini memuat paparan materi yang jelas dan padat sehingga buku ini mudah
untuk dipahami Dan buku ini sangat membantu saya di dalam memahami pengertian
pendidikan, Profesi Kependidikan, peranannya serta berbagai macam aliran
utama.Dan dengan adanya buku ini,dapat menjadi refrensi didalam mencari materimateri didalam mendukung proses pembelajaran didalam mata kuliah Profesi
Kependidikan, karena buku ini bisa di katakan memuat berbagai materi mengenai
Profesi Kependidikann.
B. Rekomendasi
Adapun saran penulis dalam Critical Book Review ini, buku ini sangat layak
dijadikan sebagai buku pedoman maupun buku referensi dalam mata kuliah Profesi
Kependidikan. Saran membantu tentunya dibutuhkan penulis untuk menguatkan
narasi tulisan ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Suriansyah , Ahmad, M.Pd., Ph.D. Dr. Hj. Aslamiah Ahmad, M.Pd., Ph.D Sulistiyana,
S.Pd., M.Pd. 2015. Profesi Kependidikan Perspektif Guru Profesional. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada
22
Download