CRITICAL BOOK REVIEW MK. PROFESI KEPENDIDIKAN PRODI S1 PENDIDIKAN FISIKA - FMIPA SKOR NILAI : Profesi Kependidikan “Perspektif Guru Profesional” ( Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D. Dr. Hj. Aslamiah Ahmad, M.Pd., Ph.D Sulistiyana, S.Pd., M.Pd. , 2015 ) NAMA MAHASISWA : Rini Nurpadilla NIM : 4202421022 DOSEN PENGAMPU : Sani Susanti S.Pd, M.Pd MATA KULIAH : Profesi Kependidikan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MARET 2021 i EXCECUTIVE SUMMARY Pendidikan bermutu salah satunya ditentukan oleh profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Oleh sebab itu, apabila kita menghendaki pendidikan yang bermutu maka mau tidak mau kita wajib meningkatkan profesionalisme guru. Pemerintah telah berusaha dengan berbagal program untuk meningkatkan profesionalisme guru, bahkan sampai dengan pemberian tunjangan profesi guru dengan besaran satu kali gaji pokok. Tetapi realitanya masih banyak keluhan bahwa pendidikan masih belum mampu mencapai kualitas yang dinginkan. Guru yang tidak profesional tidak akan dapat dicapai hanya melalui pemberian tunjangan profesi tanpa dipersiapkan secara matang sebelum mereka menjadi guru dilanjutkan dengan pembinaan yang optimal pada saat mereka bertugas sebagai guru secara terus menerus. Buku ini memberikan bekal pemahaman dan kemampuan bagi calon guru dan bagi guru apa dan bagaimana menjadi guru yang profesional. Untuk itu dalam buku ini dibahas beberapa bagian yaitu: Bagian pertama membahas tentang Hakikat profesi guru sampai dengan bagaimana ciri-ciri seorang guru yang profesional dan juga apa dan bagaimana kode etik profesi guru. Bagian kedua membahas tentang bimbingan konseling, yang akan memberikan pemahaman agar guru dapat berperan sebagal pembimbing bagi para peserta didiknya. Hal ini penting. ditengah-tengah banyaknya siswa yang bermasalah baik pribadi maupun akademik yang diperlukan guru yang mampu memberikan jalan dan altematif agar siswanya dapat keluar dari lingkaran masalah yang dihadapinya. Bagian ketiga membahas tentang adiministrasi sekolah. Hal ini penting bagi guru karena guru tidak hanya guru sendiri, tetapi juga koselor dan administrator. Bagian keempat membahas supervisi pendidikan. Pembahasan ini memberikan bekal bagi guru dan calon guru tentang supervisi pendidikan dan pembinaan guru, sehingga pada saatnya nanti meeka pun dapat berperan sebagal pembina. Bagian kelima membahas tentang manajemen berbasis sekolah. Pembahasan ini memberikan bekal pemahaman bagi calon guru dan guru-quru tentang apa, mengapa dan bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah serta apa dan bagaimana manajemen berbasis sekolah dimplementasi dalam ruang kelas. 1 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan hasil laporan Critical book review buku Profesi Kependidikan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada ibu Sani Susanti S.Pd,M.Pd, yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya sangat berharap hasil laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Profesi Kependidikan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih sangat banyak kekurangan. Semoga hasil laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Saya juga berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan hasil laporan yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Medan, Maret 2021 Rini Nurpadilla NIM. 420242102 2 DAFTAR ISI EXCECUTIVE SUMMARY .............................................................................................................1 KATA PENGANTAR ......................................................................................................................2 DAFTAR ISI .....................................................................................................................................3 BAB I .................................................................................................................................................4 PENDAHULUAN ............................................................................................................................4 A. Rasionalisasi Pentingnya CBR .................................................................................................4 B. Tujuan Penulisan CBR ................................................................................................................4 C. Manfaat CBR ...................................................................................................................................4 D. Identitas Buku ...............................................................................................................................5 BAB II ...............................................................................................................................................6 RINGKASAN ISI BUKU .................................................................................................................6 A. BAB I HAKIKAT PROFESI GURU .............................................................................................6 B. BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING ..................................................................................8 C. BAB III ADMINISTRASI SEKOLAH ...................................................................................... 10 D. BAB IV SUPERVISI PENDIDIKAN ........................................................................................ 12 E. BAB V MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH....................................................................... 14 BAB III ........................................................................................................................................... 17 PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 17 A. Pembahasan ................................................................................................................................ 17 B. Kelebihan dan Kekurangan Buku ....................................................................................... 20 BAB IV ........................................................................................................................................... 21 PENUTUP ..................................................................................................................................... 21 A. Kesimpulan .................................................................................................................................. 21 B. Rekomendasi............................................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 22 3 BAB I PENDAHULUAN A. Rasionalisasi Pentingnya CBR CBR ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah profesi kependidikan tugas ini dibuat dengan me-review dan membahas buku yang berhubungan dengan profesi kependidikan dan mengkritik setiap bab selain itu juga mencari kelebihan dan kekurangan dari buku untuk di kritik agar menjadi buku yang layak dibaca. Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati. Misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan. Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi. B. Tujuan Penulisan CBR Tujuan penulisan CBR adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengkritisi suatu buku yang berhubungan dengan materi Profesi Kependidikan. 2. Untuk menemukan kelebihan dan kelemahan dari suatu buku. 3. Untuk mampu mengkritik setiap bab dari suatu buku. C. Manfaat CBR Adapun manfaat dari penulisan CBR ini antara lain : 1. Untuk menambah wawasan tentang ilmu Profesi Kependidikan 2. Untuk mengetahui berbagai konsep yang ada di dalam Profesi Kependidikan. 3. Untuk memenuhi materi yang berhubungan dengan Profesi Kependidikan. 4 D. Identitas Buku Judul : Profesi Kependidikan “Perspektif Guru Profesional” Edisi :1 Pengarang :Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D. Dr. Hj. Aslamiah Ahmad, M.Pd., Ph.DSulistiyana, S.Pd., M.Pd. Penerbit : PT. RajaGrafindo Persada,Jakarta Kota Terbit : Jakarta Tahun Terbit : 2015 ISBN : 978-979-769-914-7 5 BAB II RINGKASAN ISI BUKU A. BAB I HAKIKAT PROFESI GURU a) Profesi Guru dan Syarat Menjadi Guru Guru atau tenaga pendidik menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39, ayat 2 tentang Tenaga Kependidikan dinyatakan bahwa “pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan Pendidikan menengah. Kita dapat membuat kesimpulan bahwa suatu jabatan/pekerjaan dapat disebut sebagai suatu profesi apabila memenuhi 4 (empat) kriteria yaitu: a. Dipersiapkan melalui pendidikan khusus untuk menguasai bidang ilmu yang mendasari pendekatan, strategi, teknik dan prosedur kerja. b. Adanya layanan unik dan pengakuan masyarakat. c. Memiliki kode etik profesi. d. Memiliki organisasi profesi. b) Apakah Jabatan Guru Dapat Dikatakan Sebagai Profesi Pemerintah secara khusus menyatakan profesi guru sebagai pekerjaan profesional yang dituangkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) Nomor 14 Tahun 6 2005, Pasal 1 ayat 1 dinyatakan guru adalah pendidik profesional…..selanjutnya pada Pasal 6 disebutkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. c) Syarat Apa yang Harus Dipenuhi Sebagai Seorang Guru Menurut Tilaar (1999), profil guru dalam era global pada abad ke-21 ini harus memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut: 1. Kepribadian yang matang dan berkembang (mature and developing personality), sebab guru harus membimbing peserta didik ke arah kedewasaan melalui interaksi yang harmonis dengan siswanya. lnteraksi yang efektif hanya akan terjadi apabila guru memiliki kepribadian yang matang dan selalu berkembang. 2. Kemampuan mengembangkan minat dan motivasi siswanya melalui penguasaan keterampilan dan penguasaan metodologis pembelajaran. Oleh sebab itu, penguasaan terhadap psikologis anak didik (psikologi perkembangan, psikologi belajar dan psikologi mengajar, serta psikologi yang mendasari teknik motivasi). d) Tugas dan Fungsi Guru Serta Indikator Guru yang Profesional Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa guru bertugas untuk: 1) Merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran 2) Menilai hasil pembelajaran 3) Melakukan pembimbingan dan pelatihan 4) Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 7 e) Organisasi Guru dan Kode Etik Guru Indonesia Kode etik guru bersumber dari nilai-nilai agama dan Pancasila, nilai-nilai kompetensi pedagogik, nilai kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Di samping itu, kode etik juga bersumber dari nilainilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan, Kesehatan jasmani, emosional, intelektual,sosial dan spiritual. B. BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING a) Pengertian Bimbingan dan Konseling Sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian terdahulu secara singkat telah dijelaskan bahwa, secara harfiah istilah “guidance” (bimbingan) dari akar kata “guide” yang berarti (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), (4) menyetir (to steer), (5) menunjukkan jalan (showing the way), (6) memimpin (leading), (7) memberikan petunjuk (giving instruction), (8) mengatur (regulating), (9) dan memberi nasihat (giving advice) (winkel, 1991). Sedangkan istilah kedua yaitu counseling dalam bahasa Indonesia disebut konseling mempunyai makna membantu seseorang untuk menemukan jalan terbaik dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya. b) Peranan bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah Peran bimbingan dan konseling didalam meningkatkan mutu Pendidikan terletak pada bagaimana bimbingan dan konseling itu membangun manusia yang seutuhnya dari berbagai aspek yang ada di dalam diri peserta didik. Pendidikan yang bermutu bukanlah pendidikan yang hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, teori-teori, ataupun hal-hal yang bersifat kognitif saja tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem manajemen tenaga pendidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan untuk pencapaian cita-cita dan harapan yang dimilikinya, di mana kesemuanya itu tidak hanya menyangkut aspek akademik saja tetapi juga aspek pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai peserta didik. 8 c) Prinsip Bimbingan dan Konseling Bimbingan konseling membutuhkan suatu prinsip atau aturan main dalam menjalankan program pelayanan bimbingan. Menurut Prayitno dan Amti (1994) prinsip bimbingan konseling yaitu rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan. d) Asas Bimbingan dan Konseling Terdapat dua belas asas yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut : Asas Kerahasiaan, Asas Kesukarelaan, Asas Keterbukaan, Asas Keterkinian, Asas Kemandirian, Asas Kegiatan, Asas Kedinamisan, Asas Keterpaduan, Asas Kenormatifan, Asas Keahlian, Asas Ahli Tangan. e) Landasan dan Bimbingan Konseling Secara teoretik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat enam aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, religius, psikologis, sosial-budaya, pedagogis, dan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. f) Bidang Bimbingan Belajar, Sosial, Pribadi dan Karier 1. Bimbingan Belajar Bimbingan ini dimaksud untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. 2. Bimbingan Dalam Mengatasi Masalah Pribadi Bimbingan yang berkaitan dengan masalah pribadi ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Hal ini sangat penting karena apabila seorang siswa yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi maka hal tersebut cenderung terganggu konsentrasi dalam belajarnya, akibatnya prestasi belajar yang dicapai rendah. 9 3. Bimbingan Karier Bimbingan karier merupakan layanan bantuan kepada peserta didik dalam mempertimbangkan pilihan kerja atau mempertimbangkan untuk bekerja atau tidak. Memilih lapangan kerja yang cocok dengan ciri-ciri pribadi individu, menentukan lapangan pekerjaan dan memasukinya, serta mengadakan penyesuaian kerja secara baik. Dalam konteks ini siswa memiliki keterbatasan informasi tentang karier, dan mereka sangat memerlukan informasi yang tepat. Untuk itu maka bimbingan karier menjadi sangat urgen. C. BAB III ADMINISTRASI SEKOLAH a) Pengertian Administrasi Pendidikan di Sekolah Administrasi menurut asal katanya berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari AD+MINISTRARE yang berarti melayani, membantu dan memenuhi. Dari perkataan itu terbentuk kata benda ADMINISTRATIO dan kata sifat ADMINISTRATIVUS yang kemudian dikenal dalam bahasa lnggris ADMINISTRATION. Perkataan ini selanjutnya diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Administrasi. Di Indonesia selain istilah yang berasal dan bahasa lnggris tersebut juga dikenal yang berasal dan bahasa BelAnda yaitu Administrate yang mengandung arti hanya sebagian dari pengertian administrasi yaitu hanya diartikan dengan ketatausahaan (Clerical work). Ketatausahaan mengandung arti kegiatan penyusunan keterangan-keterangan secara sistematik dan pencatatan-pencatatan secara tertulis semua keterangan yang diperlukan, dengan maksud memperoleh suatu ikhtisar mengenai keteranganketerangan itu dalam keseluruhannya dan dalam hubungannya satu sama lainnya. b) Fungsi Administrasi 1. Planning ( Perencanaan ) Perencanaan adalah proses pemikiran tentang bagaimana kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Ini berarti dalam perencanaan adalah persiapan menyusun suatu keputusan, berupa langkahlangkah penyelesaian 10 suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah kepada pencapaian tujuan tertentu. 2. Organizing ( Pengorganisasian ) Pengorganisasian diartikan sebagai pengaturan penyelesaian kegiatan berdasarkan aturan yang berlaku. Pengorganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan bersama. 3. Directing ( Pengarahan ) Pengarahan dapat diartikan sebagai proses kegiatan memberi petunjuk secara operasional kepada semua anggota staf yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai, tugas dan tanggung jawab masing-masing, waktu yang tersedia untuk melakukan kegiatan (target waktu) serta memberikan gambaran umum tentang pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan. 4. Controlling (Pengawasan) Pengawasan berarti kegiatan memonitor, mengobservasi dan melihat untuk membandingkan apakah kegiatan yang sedang dilakukan sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan. 5. Communicating (Pengomunikasian) Komunikasi sebagai salah satu fungsi manajemen mutlak dilakukan oleh seorang manajer (dalam pendidikan berarti kepala sekolah, di dalam kelas berarti guru) dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan. Dalam setiap organisasi (termasuk organisasi pendidikan di sekolah) komunikasi juga berarti untuk menyampaikan informasi, perintah memengaruhi, membujuk atau persuasi serta mengadakan integrasi (Koontz, 1981). c) Kegiatan-kegiatan Administratif Guru di Sekolah 1. Pengelolaan Pengajaran Pengelolaan pengajaran dalam istilah John S. Knezevich disebut instructional leadership, pada hakikatnya adalah penataan seluruh kegiatan yang berhubungan 11 dengan pengajaran, mulai dari perencanaan kurikulum sampai dengan pengembangan dan evaluasi kurikulum. 2. Pengelolaan Kesiswaan Pengorganisasian siswa menyangkut pengaturan dan penempatan siswa di kelas dan pencatatannya sehingga dapat memenuhi keseimbangan baik antarkelas maupun keseimbangan jumlah pria dan wanita dalam satu kelas, serta keseimbangan siswa berprestasi (anak cerdas dan tidak) dalam satu kelas, status sosial ekonomi bahkan keseimbangan agama dan keyakinan. Dengan demikian, dapat menghindarkan adanya kelas eksklusif dan kelas yang dianggap buangan. D. BAB IV SUPERVISI PENDIDIKAN a) Perlunya Pembinaan Guru Sungguhpun guru sebelum bertugas sebagai guru dipersiapkan secara optimal di perguruan tinggi (LPTK: FKIP, STKIP, IKIP, AKTA IV Mengajar) tetapi kenyataan menunjukkan tidak semua guru di sekolah betul-betul profesional dalam melaksanakan tugasnya, dalam kaitan ini Jacobson menyatakan bahwa di sekolah/lembaga pendidikan ternyata tidak semua guru tergolong well trained (terlatih baik) dan well qualified (berkualitas/kualifikasi baik). Kenyataan tersebut dapat diamati dari: a. Seringnya guru mengeluhkan kurikulum yang sering berubah b. Seringnya guru mengeluhkan kurikulum yang terlalu sarat beban c. Seringnya siswa mengeluhkan gurunya mengajar dengan gaya yang sangat tidak menarik, sehingga mereka merasa malas untuk belajar d. Masih rendahnya mutu hasil belajar yang dibuktikan dengan hasil ujian akhir yang masih belum memuaskan semua orang, apalagi kalau kita membandingkan dengan prestasi anak-anak di berbagai negara. b) Pengertian dan Fungsi Pokok Supervisi Istilah supervisi yang berasal dari bahasa Inggris terdiri dari dua kata, yaitu: super yang artinya di atas dan vision mempunyai arti melihat, maka secara 12 keseluruhan supervisi diartikan sebagai ‘’melihat dari atas’’. Dengan pengertian itulah maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah -- sebagai pejabat yang berkedudukan di atas -- atau lebih tinggi dari guru – untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru. Dalam pengertian lain, supervisi merupakan peningkatan makna dari inspeksi yang berkonotasi mencaricari kesalahan. Jelaslah bahwa kesan seperti itu sangat kurang tepat dan tidak sesuai lagi dengan zaman reformasi seperti sekarang ini. Supervisi adalah kegiatan mengamati, mengidenfikasi mana hal-hal yang sudah benar, mana yang belum benar, dan mana pula yang tidak benar, dengan maksud agar tepat dengan tujuan memberikan pembinaan. Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak meningkatnya kualitas pembelajaran,tentu dapat meningkat pula prestasi belajar siswa, dan itu sudah tertuju pada keberhasilan siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan di sekolah, berarti bahwa supervisi tersebut sudah sesuai dengan tujuannya. c) Tanggung Jawab Pembinaan Profesionalisme Guru Pelaksanaan pembinaan guru menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan pengawas sekolah, tetapi mengingat setiap hari guru berada di sekolah, maka pimpinan langsungnya sehari-hari adalah kepala sekolah, oleh sebab itu maka kepala sekolah bertanggung jawab untuk membina guru-guru di sekolahnya agar dapat berperan secara profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Sentralnya peranan kepala sekolah dalam melaksanakan pembinaan guru ini juga dikemukakan berbagai ahli pendidikan antara lain Lipham (1983), De Roche (1985), Mateheru (1987, 1989), dan para ahli lainnya menyatakan hal yang sama bahwa kepala sekolah merupakan sentral dalam pengembangan staf di sekolah, sebab kepala sekolah berperan selain sebagai administrator juga berperan sebagai supervisor serta staff development (Lipham). d) Pendekatan Supervisi Pendidikan 13 Pendekatan supervisi pada dasarnya adalah pendekatan dalam proses pembinaan guru yang berkaitan dengan bagaimana seorang pembina berinteraksi dengan orangorang yang dibina agar proses pembinaan dapat mencapai hasil yang optimal. Karena itu pendekatan selalu terkait dengan aspek psikologis orang yang dibina dan psikologis pembina itu sendiri. Kegagalan pembinaan sering disebabkan karena interaksi antara pembina dan orang yang dibina tidak terdapat kesesuaian secara psikologis atau dengan kata lain pembina menggunakan pendekatan yang tidak tepat dengan karakter psikologis orang yang dibina. Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis, sebab pendekatan yang efektif adalah pendekatan yang sesuai dengan tipe, karakter atau prototipe orangorang yang menjadi sasaran pembinaan. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru. E. BAB V MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH a) Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan strategis dan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Melalui proses pendidikan yang tepat dan berkualitas, maka suatu bangsa akan mempunyai sumber daya manusia yang memiliki keahlian, terampil, kreatif, inovatif dan produktif yang didasari oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kualitas manusia yang demikian sangat diperlukan dalam era global dan era desentralisasi sekarang sehingga SDM suatu daerah dapat membangun daerahnya sendiri dan bersaing secara nasional dan global. b) Pengertian, Tujuan dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah MBS adalah suatu konsep di mana kekuasaan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan terjadinya proses pembelajaran, dalam hal ini berarti sekolah. Jadi MBS pada hakikatnya adalah kewenangan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sekolah diberikan kepada sekolah itu sendiri. Hal ini sangat penting karena yang 14 paling memahami dan paling mengerti secara detail dan komprehensif tentang sekolah adalah sekolah itu sendiri. Implementasi manajemen berbasis sekolah, pada dasarnya bertujuan untuk memberdayakan sekolah secara optimal dalam pengelolaan dan pengembangan sekolah. Secara khusus penerapan Manajemen Berbasis Sekolah ini bertujuan untuk Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya. Sedangkan manfaat yang akan diperoleh oleh lembaga pendidikan/sekolah dengan diimplementasikannya pendekatan manajemen berbasis sekolah adalah Keleluasaan pengambilan keputusan pada tingkat sekolah dimaksudkan agar sekolah dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai prioritas program serta kebutuhan sekolahnya masing-masing. c) Prinsip Dasar Manajemen Berbasis Sekolah Prinsip manajemen berbasis sekolah yang perlu mendapatkan perhatian seorang kepala sekolah atau lembaga yang terkait dengan pembinaan sekolah, agar implementasi MBS dapat lebih optimal. Prinsip-prinsip tersebut adalah Pendidikan untuk semua artinya semua anak memiliki hak yang sama memeroleh pendidikan. Dalam konteks sekolah maka semua siswa memiliki hak yang sama untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang bermutu. Prinsip ini menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan anak miskin dan kaya, anak buruh, petani dan pejabat dalam mendapatkan pelayanan pembelajaran dan kegiatan lainnya di sekolah. d) Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah dalam Perspektif Teoretik Konsep manajemen berbasis sekolah sebenarnya didasarkan pada self determination theory. Teori ini menyatakan bahwa apabila seseorang atau kelompok orang memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan sendiri, maka orang atau kelompok tersebut akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan apa yang telah diputuskan dan melibatkan diri dan kelompoknya. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat tumbuhnya rasa memiliki (self belongness) seseorang atau 15 kelompok orang terhadap apa yang mereka putuskan. Karena itu dalam MBS pemberdayaan semua warga sekolah dan peningkatan partisipasi dan kepedulian mereka terhadap sekolah merupakan hal yang sangat strategis untuk ditumbuhkembangkan. Dengan demikian semua orang akan peduli dan merasa memiliki sekolah sebagai bagian dari kehidupan mereka. e) Kondisi yang Mendukung Implementasi MBS di Sekolah Keberhasilan Implementasi manajemen berbasis sekolah, pada dasarnya dapat dilihat dari sejauhmana sekolah mampu tumbuh dan berkembang dari sekolah oleh sekolah dan untuk sekolah bersama-sama masyarakatnya yang diindikasikan oleh adanya prestasi sekolah baik prestasi akademik maupun prestasi non-akademik. Meskipun demikian ada beberapa indikator khusus yang dapat dilihat untuk menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan sekolah dalam implementasi MBS sebelum melihat pada aspek produk sekolah (mutu lulusan). Untuk menilai keberhasilan pelaksanaan MPMBS di sekolah, maka pendekatan sistem merupakan cara yang tepat sebagai pemandu. Dalam pendekatan sistem yaitu melihat dari sisi input, proses dan out-put. 16 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Bab I Hakikat Profesi Guru Pada bab pertama ini membahas mengenai hakikat profesi guru, penjelasan mengenai apakah jabatan sebagai seorang guru dapat disebut profesi, pengertian profesi guru dan syarat-syarat menjadi guru, tugas beserta fungsi guru juga indikator sebagai guru yang profesional.Guru dikatakan sebagai profesi karena memenuhi syarat-syarat yang mengatakan bahwa jabatan sebagai guru adalah sebuah profesi.Tugas dan kewajiban seorang guru dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut masyarakat guru dibagi menjadi 2 tipe, yaitu guru yang efektif dan guru yang tidak efektif, yang mana ia tidak dapat menunjukkan profesionalismenya sebagai seorang guru dihadapan siswa. Seorang guru harus memiliki komitmen yang kuat dan juga pemikiran yang abstrak. Kode etik guru ditetapkan berdasarkan hasil kongres XX PGRI di Palembang tahun 2008. Di mana PGRI merupakan organisasi profesi guru di Indonesia, selain itu ada juga IGI (Ikatan Guru Indonesia) dan SGI (Serikat Guru Indonesia).Guru dapat dikatakan sebagai profesi apabila telah mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan juga pemerintah. Bab II Bimbingan Dan Konseling Bimbingan konseling dilakukan oleh konselor untuk membantu siswa mengatasi masalah yang berkaitan dengan kegiatan belajar. Bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, seperti seorang konselor dan guru yang berperan sama pentingnya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Konselor dan guru yang berperan sebagai pembimbing bekerja sama demi 17 tercapainya tujuan yang diharapkan. Bimbingan dan konseling diperlukan oleh para siswa untuk dapat mengenali dan memahami diri serta lingkungan, sehingga bimbingan dan konseling dapat membantu mengembangkan potensi diri, membantu siswa yang bermasalah untuk mencari jalan keluar dan hal lainnya yang dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis tiap siswa. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan berdasarkan banyak pertimbangan (orientasi bimbingan dan konseling) yang dijadikan landasan/pusat perhatian juga prinsip yang disesuaikan dengan kebutuhan klien dan sasaran pelayanan. Agar kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat berjalan dengan teratur maka diperlukan struktur organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. Struktur organisasi di tiap sekolahnya pun berbeda, berdasarkan kepada volume kerja, jumlah SDM, beban kerja, mekanisme kerja juga ukuran sekolah. Selain di sekolah, bimbingan dan konseling juga berperan terhadap individu di lingkungan keluarga dan masyarakat umum. Sama seperti profesi guru, bimbingan dan konseling juga memiliki kode etik, salah satunya yang dikemukakan oleh Bimo Walgito (1980) dan Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) Bab III Administrasi Sekolah Administrasi pendidikan menerapkan administrasi umum pada pendidikan, yang berfungsi mengendalikan dan mengelola kegiatan pendidikan agar terarah mencapai tujuan pendidikan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan administrasi pendidikan meliputi pengelolaan pengajaran, kepegawaian, kesiswaan, keuangan, alat dan perlengkapan pengajaran, keuangan serta pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat.Jika fungsi tersebut berjalan secara optimal, maka akan menghasilkan perasaan loyalitas yang tinggi pada setiap aparat pendidikan termasuk guru. Bab IV Supervisi Pendidikan Beberapa guru kesulitan mengatasi masalah baik personal atau masalah di sekolah. Sehingga dibutuhkannya pembinaan. 18 Supervisi merupakan kegiatan mengawasi, mengamati, mengidentifikasi yang dilakukan oleh pejabat yang memiliki kedudukan di atas. Kegiatan supervisi di bagi menjadi 2, yaitu supervisi akademik dan supervisi administrasi.Diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan berkaitan proses pembelajaran. Pelaksanaan pembinaan profesionalisme guru menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan pengawas sekolah. kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajemen baik demi kemajuan sekolah. Pendekatan supervisi dibagi menjadi langsung dan tidak langsung. Pendekatan dilakukan oleh pembina dan orang yang dibina selama proses pembinaan guru. Pendekatan ini terkait dengan aspek psikologis, sehingga disesuaikan dengan karakter dan keadaan orang yang disupervisi Bab V Manajemen Berbasis Sekolah Program pendidikan dan pembelajaran diharapkan mampu sesuai dengan perkembangan IPTEK dan pembangunan manusia. MBS adalah konsep mengambil keputusan berkaitan dengan pendidikan untuk sekolah dengan mengembangkan manajemen sekolah dengan menekankan komponen tertentu, dengan tujuan memberdayakan sekolah dengan optimal. Prinsip dasar MBS perlu diperhatikan kepala sekolah agar MBS dapat diimplementasikan dengan optimal. Seperti, keterbukaan, kebersamaan, berkelanjutan, menyeluruh, pertanggungjawaban, demokratis, kemandirian sekolah, orientasi mutu, pencapaian standar minimal dan pendidikan untuk semua orang. Sekolah harus memberdayakan siswa bukan hanya sebatas transfer ilmu tetapi juga pembelajaran untuk meningkatkan kualitas siswa. Indikator penentu keberhasilan MBS dilihat dari aspek produk sekolah (mutu lulusan), pertumbuhan dan perkembangan sekolah 19 B. Kelebihan dan Kekurangan Buku a) Kelebihan 1. Pada sampul belakang buku tertulis inti tiap bab dari bukunya. 2. Font yang digunakan sudah nyaman ketika dibaca 3. Isi buku sangat informatif, dapat membantu kita agar lebih melek mengenai profesi pengajar terutama guru 4. Bahasa yang digunakan simple sehingga dapat mudah dimengerti b) Kekurangan 1. Tampilan buku terlihat sederhana dan kurang menarik 2. Beberapa kata tidak sesuai dengan aturan EYD sehingga masih perlu penyuntingan 3. Ada beberapa kalimat yang ditulis kembali dengan makna yang sama 20 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa buku ini membahas mengenai Profesi Kependidikan. Dan buku ini memuat paparan materi yang jelas dan padat sehingga buku ini mudah untuk dipahami Dan buku ini sangat membantu saya di dalam memahami pengertian pendidikan, Profesi Kependidikan, peranannya serta berbagai macam aliran utama.Dan dengan adanya buku ini,dapat menjadi refrensi didalam mencari materimateri didalam mendukung proses pembelajaran didalam mata kuliah Profesi Kependidikan, karena buku ini bisa di katakan memuat berbagai materi mengenai Profesi Kependidikann. B. Rekomendasi Adapun saran penulis dalam Critical Book Review ini, buku ini sangat layak dijadikan sebagai buku pedoman maupun buku referensi dalam mata kuliah Profesi Kependidikan. Saran membantu tentunya dibutuhkan penulis untuk menguatkan narasi tulisan ini. 21 DAFTAR PUSTAKA Drs. Suriansyah , Ahmad, M.Pd., Ph.D. Dr. Hj. Aslamiah Ahmad, M.Pd., Ph.D Sulistiyana, S.Pd., M.Pd. 2015. Profesi Kependidikan Perspektif Guru Profesional. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 22