Nama : Verena Mila Ekarisma NIM : 17011103016 Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Historis / Latar belakang Mata Kuliah Wawasan Pasifik UNSRAT Sebagai negara kepulauan terbesar dunia, posisi geografis Indonesia membentang pada koordinat 6 LU – 11.08’ LS dan 95 BT – 141.45’ BT dan terletak di antara dua benua, Asia di utara, Australia di Selatan, dan dua samudera yaitu Hindia/Indonesia di barat dan Pasifik di timur. Dalam perspektif geopolitik, bentangan posisi geografis ini tentu saja menjadikan Indonesia sebagai Negara yang memiliki bargaining power dan bargaining position strategis dalam percaturan dan hubungan antar bangsa, baik dalam lingkup kawasan maupun global. Berbagai pengaruh dan dampak negatif dari perkembangan lingkungan strategis yang disertai berubahnya persepsi dan hakikat ancaman terhadap eksistensi maupun kedaulatan bangsa, tentu saja harus dicermati dan disikapi oleh bangsa Indonesia secara sungguh–sungguh. Hal ini penting mengingat kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, informasi dan komunikasi (Information and Communication Technologies – ICT) telah berimplikasi semakin berkembangnya peperangan modern dalam bentuk Asymmetric Warfare dan Proxy War. Oleh karena itu, salah satu upaya yang harus menjadi fokus perhatian segenap komponen bangsa adalah kemandirian dalam penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang. Untuk mewujudkan keterjangkauan dan pemerataan yang berkeadilan dalam memperoleh pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan dengan kepentingan masyarakat bagi kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan, diperlukan penataan pendidikan tinggi secara terencana, terarah, dan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek demografis dan geografis. Sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi, Universitas Sam Ratulangi tentu memiliki keterkaitan dengan kondisi ini dan perlu mengukur kinerjanya melalui indikator-indikator tertentu sekaligus mendapatkan informasi tingkat daya saingnya. Dalam Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2012 terdapat Tujuan dari Pendidikan Tinggi yaitu dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa; dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia dan terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Menyadari situasi dan kondisi yang dihadapi bangsa saat ini dan berpedoman pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, kalangan perguruan tinggi diharapkan mampu mentransformasikan dirinya sebagai spearhead pembangunan watak dan karakter bangsa. Dengan kapasitas dan kapabilitasnya sebagai lembaga pendidikan tinggi, perguruan tinggi harus mampu membebaskan diri dari berbagai kepentingan apapun di luar kepentingan pendidikan. Disadari, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kebutuhan untuk meningkatkan kesejahteraan dan daya saing suatu bangsa. Namun harus disadari pula, bahwa kesejahteraan dan daya saing bangsa tidak cukup hanya dibangun oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masih dibutuhkan kecerdasan emosional dan spiritual untuk memanfaatkan dan mengelola kemajuan teknologi agar membawa manfaat besar bagi bangsa. Oleh karena itu, lembaga pendidikan tinggi harus mampu menyajikan keseimbangan antara peningkatan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual para mahasiswanya. Tanpa disertai dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, kemajuan teknologi justru akan menggerogoti sendi – sendi kehidupan bangsa. Sebagai bagian pembangunan kecerdasan emosional, pengembangan pendidikan tinggi yang berorientasi pada budaya dan kearifan lokal merupakan salah satu langkah strategis untuk menghasilkan generasi muda terpelajar yang tidak melupakan akar budaya aslinya. Dalam bahasa sederhana, kecerdasan emosional yang bersumber dari budaya dan kearifan lokal diwujudkan dalam bentuk perilaku yang menjunjung tinggi Moral dan Etika; Kejujuran dan Kebangsaan. Bangsa Indonesia, utamanya kalangan generasi mudanya, harus memperkuat struktur budaya dan kearifan lokal mengingat nilai – nilai luhur budaya bangsa merupakan kekuatan determinan dalam menghadapi dampak globalisasi. Dengan cara demikian, bangsa Indonesia tidak akan kehilangan jati diri maupun identitas bangsa. Secara khusus, civitas akademika Universitas Sam Ratulangi harus mampu mengembangkan dirinya sebagai batu penjuru kalangan perguruan tinggi lainnya dalam pembangunan wawasan kebangsaan generasi muda.