Uploaded by User92466

288369169-Koma-Miksedema

advertisement
KOMA MIKSEDEMA
1.1 Definisi
Terdapat beberapa tipe hipotiroidisme. Bergantung pada lokasi timbulnya
masalah, penyakit ini dapat diklasifisikan sebagai (1) primer, bila timbul akibat proses
patologis yang merusak kelenjar tiroid, atau (2) sekunder, akibat defisiensi sekresi
TSH hipofisis. Bergantung pada usia awitan hipotiroidisme. Penyakit ini dapat
diklasifikasikan sebagai :
1. Hipotiroidisme dewasa atau miksedema
2. Hipotiroidisme juvenilis (timbulnya sesudah usia 1 sampai 2 tahun)
3. Hipotiroidisme kongenital, atau kreatinin disebabkan oleh kekurangan hormon
tiroid sebelum atau segera sesudah lahir.
Koma miksedema adalah kedaruratan yang membahayakan hidup, jarang terjadi,
yang disebabkan hipotiroidisme ekstrem. Kondisi ini biasa terjadi pada pasien lansia
selama musim dingin. Hipotiroidisme merupakan penyakit kronis, dengan insiden 10
kali lebih sering terjadi pada wanita ketimbang pria, dan dapat terjadi pada semua
golongan usia, sebagian besar terjadi pada usia di atas 50 tahun. Keadaan ini kurang
umum dibanding hipertiroidisme (Hudak dan Gallo, 2010).
Gambar 1. Hipotiroid
1.2 Etiologi
Koma tercetus pada pasien hipotiroid kronis karena :
1. Hipotermi (terpajan dingin)
2. Infeksi
3. Hipoglikemia
4. Obat-obatan (narkotik, sedatif)
5. Reaksi alergi
6. Stres metabolik lainnya
1.3 Patofisiologi
Koma miksedema merupakan bentuk lanjut hipotiroid yang berat yang
disebabkan berkurangnnya keluarnya hormon tiroid. Hipotiroidisme terjadi karena
respons tubuh terhadap T3 atau T4 berlebihan atau keduanya. Koma miksedema
merupakan hipotiroid sekunder yang terjadi akibat defisiensi sekresi TSH hipofisis
bisa diakibatkan karena kelenjar tiroid mengalami atrofi atau tidak mempunyai
kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotop, atau akibat destruksi oleh
antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Selain itu pada hipotiroidisme
sekunder mengalami tumor hipofisis dan defisiensi hormon-hormon trofik hipofisis
lainnya sehingga menyebabkan letargi, edema periorbital, dengan pembengkakan
wajah, suara parau, kulit dingin, kasar, kering, bradikardi, keterlambatan intelektual
dan aktivitas motorik, serta intoleransi dingin.
1.4 Manifestasi Klinis
1. Lelah
2. Suara parau
3. Tidak tahan dingin dan keringat berkurang
4. Kulit dingin dan kering
5. Wajah membengkak
6. Gerakan lamban
7. Aktivitas motorik dan intelektual lambat
8. Relaksasi lambat dari refleks tendon dalam
1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini :
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat
atau kelenjar tiroid.
1. TSH (Tiroid Stimulating Hormone) sangat meningkat
2. FT4 (Tiroksin) rendah
3. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan
pembesaran kelenjar tiroid
4. Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
5. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
6. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar Hormon Tiroid (T3 dan T4), Tiroid
Stimulating Hormon, dan Tiroid Releasing Hormon akan dapat mendiagnosis kondisi
dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. Pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan:
1. T4 serum rendah, TSH meningkat
2. Respon dari TSH ke TRH meningkat
3. Cholesterol meningkat
4. Hiponatremia, konsentrasi pCO2 meningkat (Hipoksemia)
5. Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.
6. Pemeriksaan EKG dan enzim-enzim jantung diperlukan untuk mengetahui adanya
gangguan fungsi jantung (sinus bradikardi dan tegangan rendah).
7. Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan
refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok,
rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan
tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital
menunjukkan perlambatan denyut jantung,tekanan darah rendah dan suhu tubuh
rendah.
1.7 Penatalaksanaan
a. Monitor secara teratur gas-gas darah, dan pasien-pasien koma miksedema
biasanya membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanis.
b. Penyakit-penyakit yang berhubungan seperti infeksi atau gagal jantung dicari dan
harus diobati dengan terapi yang tepat.
c. Cairan intravena harus diberikan dengan hati-hati dan asupan cairan bebas
berlebihan harus dihindarkan karena pasien-pasien dengan koma miksedema
mengabsorpsi semua obat-obatan dengan buruk, pemberian levotiroksin harus
secara intravena.
d. Pasien-pasien ini mempunyai deplesi tiroksin serum yang sangat jelas dan
sejumlah besar tempat-tempat pengikatan yang kosong, pada globulin pengikat
tiroksin harus menerima dosis muatan awal tiroksin intravena, diikuti dengan
suatu dosis harian intravena yang kecil.
1) Suatu dosis awal sejumlah 300-400 mikrogram levotiroksin diberikan
intravena,
2) diikuti oleh 50 mikrogram levotiroksin intravena setiap hari.
Petunjuk klinis adanya perbaikan adalah peningkatan suhu tubuh dan kembalinya
fungsi serebral yang normal dan fungsi pernapasan. Jika diketahui pasien
memiliki fungsi adrenal normal sebelum koma, dukungan adrenal mungkin tidak
diperlukan. Namun, bila tidak ada data tersedia, kemungkinan adanya penyerta
insufisiensi adrenal (berhubungan dengan penyakit adrenal autoimun atau
insufisiensi) bisa terjadi. Pada kasus ini, kortisol plasma harus diukur atau, jika
waktu memungkinkan (30 menit), uji stimulasi kosintropin harus dilakukan .
Dukungan adrenal penuh harus diberikan, seperti:
1) hidrokortison hemisuksinat 100 mg intravena,
2) diikuti dengan 50 mg intravena tiap 6 jam,
3) tapering doses setelah 7 hari.
e. Dukungan adrenal dapat dihentikan lebih dini jika kortisol plasma praterapi
sekitar 20 µg/dL atau 1 lebih besar atau hasil stimulasi kosintropin dalam batas
normal. Bila memberikan levotiroksin intravena dosis besar ada risiko bawaan
mempresipitasi angina, kegagalan jantung, atau aritmia pada pasien-pasien tua
dengan dasar penyakit arteri koronaria. Jadi, jenis terapi ini tidak dianjurkan
untuk pasien-pasien rawat jalan dengan miksedema adalah lebih baik untuk
memulai dengan perlahan-lahan dan kemudian sampai, dosis seperti disebut di
atas.
Dosis Penggantian Levotiroksin
UMUR
DOSIS LEVOTIROKSIN
(µg/kg/hari)
0-6 bulan
8-10
7-11 bulan
6-8
1-5 tahun
5-6
6-10 tahun
3-4
11-20 tahun
2-3
Dewasa
1-2
Dussault J, Fisher DE. 1991. Hypothyroidisme in Infants and Children In: Warner
and Ingbar’s The Thiroid 6th ed. Lippincott.
Miksedema / Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang
ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk
hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan
kesadaran hingga koma. Penatalaksanaan dilakukan untuk stabilisasi semua gejala dan
mencegah terjadinya kematian. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedema),
obat yang diberikan antara lain :
1. 500 μg tiroksin i.v sesegera mungkin diikuti dengan
2. 100 μg T4 setiap hari danHidrocortison 100 μg i.v tiap 8 jam
1.8 Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala.
1.9 Prognosis
Prognosis neurologis jangka panjang untuk salah satu kondisi tersebut bergantung
pada luas deficit tiroid. Respon terhadap pengobatan umumnya baik sehingga pasien
bisa kembali hidup normal bila terus mengambil obat sesuai anjuran dokter. Pada ibu
dan janin prognosis sangat baik jika fungsi tiroid normal dapat segera tercapai dan
kemudian dipertahankan.
Download