Uploaded by User92170

1407-File Utama Naskah-3951-1-10-20180810

advertisement
e-ISSN : 2528 - 2069
MANAJEMEN PEMERINTAHAN DALAM PEMBANGUNAN
DESA DI DESA LEMAHABANG KECAMATAN
LEMAHABANG
KABUPATEN KARAWANG
Oleh :
Hanny Purnamasari, M.A.P
[email protected]
Rachmat Ramdani, S.IP
[email protected]
ABSTRAK
Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa diharapkan dapat membawa paradigma baru
dalam pembangunan, mampu mengubah cara pandang pembangunan, bahwa kesejahteraan dan kemakmuran
ekonomi tidak selamanya berada di kota atau perkotaan, tetapi dalam pembangunan yang merata semua lapisan
masyarakat yang dimulai dari pemerintahan desa. Desa menjadi bagian terdepan dari upaya gerakan
pembangunan yang berasal dari prakarsa masyarakat, guna mencapai kesejahteraan dan kemakmuran, sekaligus
berkeadilan dan berkesinambungan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang Manajemen
Pemerintahan Desa di Desa Lemahabang Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Peneliti menggunakan teori
manajemen pemerintahan dari Ndhara yaitu perencaan, penggorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dengan informan Kepala Desa Lemahabang, Sekdes Desa
Lemahabang, Kaur Ekonomi dan Pembangunan, Kepala Dusun dan dua orang masyarakat Desa lemahabang.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa manajemen pemerintahan dalam pemabgunan desa di Desa
Lemahabang dilihat dari perencanaan belum efektif karena masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat
tentang rencana pembangunan desa, dalam penggorganisasian manajemen pembangunan desa masih belum
efektif, hal ini terlihat dari sumber daya manusia aparatur pemerintah belum sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki sehingga pembagian kerja dalam pelaksaan pembangunan belum berjalan dengan optimal, dalam
penggerakan belumefektif karena belum adanya kejelasan tentang teknis pembangunan desa serta berapa lama
pembanunan desa akan dilaksanakan dan dalam pengawasan juga masih belum efektif, hal ini terlihat dari belum
ada tindak lanjut dari hasil pengawasan yang telah dilakukan baik baik internal maupun eksternal sehingga hasil
dari pembangunan desa belum dapat diketahui.
Kata Kunci : manajamen pemerintahan, pembangunan desa, Lemahabang
1.
LATARBELAKANG PENELITIAN
Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa diharapkan dapat
membawa paradigmabaru dalam pembangunan, mampu mengubah cara pandang
pembangunan, bahwa kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi tidak selamanya berada di
kota atau perkotaan, tetapi dalam pembangunan yang merata semua lapisan masyarakat yang
dimulai dari pemerintahan desa. Desa menjadi bagian terdepan dari upaya gerakan
pembangunan yang berasal dari prakarsa masyarakat, guna mencapai kesejahteraan dan
kemakmuran, sekaligus berkeadilan dan berkesinambungan.
Berdasarkan dari peraturan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang pemerintahan
desa dalam pasal 78 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pembangunan desa yaitu
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
1
e-ISSN : 2528 - 2069
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia
serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan
saranan dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal serta pemanfaatan sumber
daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Selain itu dijelaskan bahwa dalam
pembangunan desa harus mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan dan gotong royong
guna mewujudkan keadialan sosial.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh program-program pembangunan desa yang kurang
adanya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan masih mendominasi oleh
pihak pemerintahan dalam perencanaan pembangunan. Hal ini terjadi di Desa lemahabang
dalam perencanaan pembangunan masih didominasi oleh pihak pemerintahan kurang adanya
keterlibtan masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa lemahabang masih rendahnya
sumber daya manusia.
Pembangunan masyarakat desa adalah pembangunan yang bertumpu pada kebutuhan
masyarakat dengan mendorong adanya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan,
keberhasilan dari pembangunan dapat dinilai dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam
perencanaan pembangunan. Pembangunan dalam masyarakat haruslah diterapkan sistem dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat sehingga masyarakat menyadari betapa pentingnya suatu
pembangunan yang ada di dareahnya. Birokrasi dalam hal ini pemerintah harus dapat berjalan
efektif, artinya mampu menjabarkan dan melaksanakan pembangunan pada daerah masingmasing dan di sini masyarakat adalah pelaku utama pembangunan sedangkan pemerintah
(birokrasi) berkewajiban untuk mengarahkan, membimbung serta menciptakan iklim yang
menunjang setiap pembangunan.
Desa Lemahabang Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang dalam melaksanakan
program pembangunan selama ini belum mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan. Berdasarkan latarbelakang diatas tersebut, maka dari itu peneliti
tertarik untuk lebih lanjut dan mendalami dalam penelitian ini yang berjudul “Manajemen
Pemerintahan Dalam Pembangunan Desa Di Desa Lemahabang Kecamatan Lemahabang
Kabupaten Karawang” .
1.1. Identifikasi Masalah
Program pembangunan di Desa Lemahabang kurang adanya keterlibatan dari partisipasi
masyarakat dalam perencanaan pembangunan .
1.
Pemerintah desa kurang memberikan informasi tentang program pembangunan terhadap
masyarakat.
2.
Pemerintah desa masih mendominasi dalam perencanaan pembangunan masyarakat
desa.
1.2. Rumusan Masalah:
1.
Bagiamana perencanaan dalam manajemen pembangunan Desa Lemahabang?
2.
Bagiamana Pengorganisasian dalam manajemen pembangunan Desa Lemahabang?
3.
Bagaiamana pengunaan sumber-sumber daya dalam manajemen pembangunan Desa
Lemahabang?
4.
Bagaimana kontrol dalam manajemen pembangunan desa Lemahabang?
1.4 Tujan Penelitian.
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
2
e-ISSN : 2528 - 2069
Sehubungan dengan latarbelakang penelitian dan identifikasi masalah sebagaimana yang telah
diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untk mendeskripsikan dan
menganalisis bagaimana perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan
manajemen pemerintahan dalam pembangunan masyarakat di Desa Lemahabang Kecamatan
Lemahabang Kabupaten Karawang.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Manajemen
Manajemen berasal dari kata kerja Bahasa Inggris “to manage” yang berarti menagatur.
Selain itu, kata “to manage” mempunyai sinonim antara lain: mengurus,
memeriksa/mengawasi, menuntun/mengemudikan. Dari definisi di atas peneliti melihat yang
dimaksud dengan manajemen yaitu mengurus, memeriksa, mengawasi, pengendalian,
mengemudi, membimbing. Secara etimologis Abdul Sani (1987:1), mengatakan bahwa
manajemen berasal dari kata “manage” yang berarti mengemudikan, memerintah, memimpin,
atau membimbing terhadap orang lain dalam upaya yang ingin dicapai.
Manajemen disebut sebagai kegiatan, maka pelaksanaannya disebut manajing dan orang yang
melakukannya disebut manajer. Individu yang menangani tugas-tugas operasional seluruhnya
bersifat manajerial, kemampuan manajerial harus sesuai dengan sifat-sifat manajemen
sebagai suatu proses. Proses ini menjadi panduan dari kegiatan yang dilakukan secara
menyeluruh. Manajemen sebagai suatu proses sosial, artinya adanya proses hubungan anatar
manajer dengan bawahan.
Penjelasan tersebut, istilah manajemen berhubungan dengan usaha untuk mencapai tujuan
tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia dalam organisasi
dengan cara sebaik mungkin. Menurut Sarwoto (1991:47) mengatakan bahwa organisasi
mengandung unsur sekelompok manusia, maka unsur terpenting dalam manajemen adalah
kelompok manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat dari George R Terry (dalam Sukirno,
2008:8) yang menyatakan bahwa unsur dasar (basic element) yang merupakan sumber yang
dapat digunakan (available resources) untuk mencapai tujuan dalam manajemen adalah Men
(manusia), Materials (material), Machins (mesin-mesin), dan Money (uang).
2.2
Fungsi Manajemen
Pandangan-pandangan yang berbeda dari para ahli mengenai rumusan rumusan fungsi-fungsi
manajemen, di sini penulis mengambil pandangan dari seorang ahli bernama George R. Terry
(dalam Hasibuan, 2009:9) merumuskan fungsi-fungsi manajemen dengan singkatan POAC,
yaitu : 1).Perencanaan (Planning), 2). Pengorganisasian (Organizing), 3). Penggerakan
(Actuating), 4). Pengendalian/Pengawasan (Controlling). Terry (1968:15) mendefinisikan
manajemen dalam bukunya Principles of Management yaitu Suatu proses yang membedakan
atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan
baik ilmu maupun seni demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ndaraha (2003:159) menyebutkan yang telah ditetapkan oleh lembaga atau pejabat unsurunsur sebagai berikut:
1.
Tujuan organisasional yang telah ditetapkan oleh lembaga atau pejabat yang
berkompeten.
2.
Fungsi, yaitu perencanaan usaha termasuk penetapan output dan outcome yang
dikehendaki,
pengorganisasian
sumber-sumber
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
agar
siap
pakai/gerak,
3
e-ISSN : 2528 - 2069
penggerakan/penggunaan sumber-sumber supaya ouput dan outcome yang
dihasilkan dinikmati konsumer sesuai dengan output outcome yang diharapakan
3.
Siklus produk berawal dari konsumer dan setelah melalui beberapa rute, berakhir
pada customer.
Dari pendapat ahli di atas, dapat dikemukakan bahwa fungsi manajemen merupakan
rangkaian kegiatan atau aktivitas dalam organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efesien. Adapun fungsi-fungsi manajemen secara umum terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pengerakan atau penggunaan sumber-sumber dan pengawasan kontrol.
1. Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk
mencapai tujuan organisasi atau memecahkan masalah tertentu. Perencanaan juga
diartikan sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan
memperhatikan segala keterbatasan guna mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
Perencanaan merupakan langkah awal dalam proses manajemen, karena dengan
merencanakan aktivitas organisasi kedepan, maka segala sumber daya dalam organisasi
difokuskan pada pencapaian tujuan organisasi.
2. Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang
terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi SDM yang dimiliki.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kegiatan ini merupakan keseluruhan proses
memilih orang-orang serta mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk menunjang
tugas orang-orang itu dalam organisasi, serta mengatur mekanisme kerjanya sehingga
dapat menjamin pencapaian tujuan program dan tujuan organisasi.
3. Penggerakan/pengarahan adalah fungsi manajemen yang terpenting dan paling
dominan dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah rencana,
organisasi ada. Jika fungsi ini diterapkan maka proses manajemen dalam
merealisasikan tujuan dimulai. Penerapan fungsi ini sangat sulit, rumit, dan kompleks,
karena karyawan- karyawan tidak dapat dikuasai sepenuhnya. Hal ini disebabkan
karyawan adalah makhluk hidup yang punya pikiran, perasaan, harga diri, cita-cita,
dan lainnya.
4. Controlling bukanlah hanya sekedar mengendalikan pelaksanaan program dan
aktivitas organisasi, namun juga mengawasi sehingga bila perlu dapat mengadakan
koreksi. Dengan demikian apa yang dilakukan staff dapat diarahkan kejalan yang tepat
dengan maksud pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Inti dari controlling
adalah proses memastikan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana.
5.
2.3 Pemerintahan Desa
Pemerintahan Desa merupakan suatu kegiatan dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu Kepala Desa dan Perangkat Desa.
Pemerintahan Desa menurut Widjaja (2003:3) pemerintahan desa diartikan sebagai
penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan
pemerintah, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya. Kepala Desa bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan
menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati”. Dari uraian di atas, penelitii
dapat melihat bahwa pemerintahan desa adalah kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu Kepela Desa dan Perangkat Desa.
2.4
Pembangunan Desa
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
4
e-ISSN : 2528 - 2069
Banyak pendekatan pembangunan yang telah diterapkan, yakni dari pertumbuhan, pemenuhan
kebutuhan dasar hingga yang paling mutakhir yakni pemberdayaan masyarakat dengan
menempatkan masyarakat sebagai sentral (objek sekaligus subjek) pembangunan. Pengalaman
menunjukkan bahwa pendekatan pembangunan yang dilaksanakan selama ini lebih
menekankan pada pembangunan fisik, bukan pada pembangunan karakter masyarakat.
Dengan demikian pendekatan pembangunan yang relevan adalah masyarakat mampu
melaksanakan pembangunan secara mandiri, terdesentralisasi dan tepat sasaran.
Pembangunan desa memegang peranan penting yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional.
Dengan kata lain, sesungguhnya makna pembangunan negara dan bangsa adalah
pembangunan desa sebagai wajah yang nyata, bersifat lokalitas dan patut dikedepankan.
Makna pembangunan desa adalah partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Partisipasi
itu diartikan tidak saja sebagai keikutsertaan dalam pembangunan yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh pihak luar desa (outsider stakeholder) atau keterlibatan dalam upaya
menyukseskan program pembangunan yang masuk ke desanya, akan tetapi lebih dari sekedar
itu. Dalam partisipasi yang terpenting adalah bagaimana pembangunan desa itu berjalan atas
inisiatif dan prakarsa dari warga setempat (lokal) sehingga dalam pelaksanaannya dapat
menggunakan kekuatan sumber daya dan pengetahuan yang mereka miliki. Sejalan dengan
itu, segala potensi lokal betapapun kecilnya tidak dapat diabaikan, karena akan menjadi
sumber dari sebuah pembangunan.
Midgley (1995:78-79) mengemukakan ada beberapa aspek dalam pembangunan desa,
diantaranya mementingkan proses dan adanya intervensi. Dua hal tersebut perlu disoroti
karena terkait dengan konsep pemberdayaan. Suatu program pembangunan yang hanya
mementingkan hasilnya untuk dipersembahkan pada masyarakat justru mengingkari martabat
masyarakat, karena hal tersebut menghambat masyarakat untuk berperan serta dalam proses.
Sedangkan intervensi dimaksudkan bahwa dalam pencapaian perubahan sosial dengan
pemerataan kesejahteraan bagi semua penduduk tidak terlepas dari campur tangan
pemerintah, karena pemerintah yang menguasai berbagai sumber daya (Strategies for Social
Development by Governments). Hal tersebut juga berkaitan dengan penumbuhan keberdayaan
mereka dalam program-program pembangunan, apalagi yang memang berskala lokal dan
menyangkut kebutuhan dasar masyarakat sudah sewajarnya didesentralisasikan pada
masyarakat setempat untuk direncanakan dan dilaksanakan. Peran pemerintah terbatas dalam
hal penyediaan dana stimulan dan memfasilitasinya.
Dapat dilihat bahwa konsep pembangunan desa telah menempatkan perlakuan terhadap
masyarakat dalam pembangunan pada posisi yang begitu berarti dan sentral. Sehingga
keterlibatannya dalam proses pembangunan menjadi titik penentu apakah proses
pembangunan itu menjadi wahana proses belajar atau hanya sekedar sebuah rekayasa yang
mana pemerintah menjadi pemain tunggal. Dengan demikian penekanan pada aspek “proses”
memiliki arti penting. Proses belajar mengandung makna bahwa setiap kekurangan dan
kelemahan yang muncul dalam proses pelaksanaan program pembangunan menjadi informasi yang
penting dan untuk itu dilakukan upaya-upaya penanggulangannya.
3.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimana dalam
penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan
kenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan data
yang objektif dalam rangka untuk mengetahui Manajemen Pemerintahan Dalam
Pembangunan di Desa Lemahabang Kecamtan Lemahabang Kabupaten Karawang.
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
5
e-ISSN : 2528 - 2069
Menurut Moleong (2005:6) penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang dilakukan dalam kondisi objek alamiah, dimana antara individu dengan latar
atau fokus penelitiannya tidak diisolasi kedalam bentuk variabel atau hipotesis, karena antara
peneliti dengan tempat dimana dia melakukan penelitiannya merupakan satu kesatuan yang
utuh.
4.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang merupakan penjelasan mengenai data selama
penelitian di lapangan terhadap Manajemen Pemerintahan Dalam Pembangunan Di Desa
Lemahabang Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang, diperoleh data dan informasi
melalui wawancara mendalam terhadap informan yang ditemui dilapangan dan studi
dokumentasi.
Wawancara mendalam yang bersumber dari konsep manajemen pemerintahan dalam
pelaksanaan pembangunan masyarakat desa lemahabang Kecamatan Lemahabang dan data
sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen, arsip serta data dan informasi lainnya yang
ada di Kantor Desa Lemahabang dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat desa.
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dalam proses menyusun data,
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola atau kategori agar dapat ditafsirkan
yang dilakukan melalui 3 macam kegiatan yang saling berhubungan dan berlangsung terus
menerus. Kegiatan tersebut terdiri dari reduksi data dengan mengumpulkan informasi yang
didapat dan menyederhanakan informasi, display data atau penyajian data dengan menyajikan
berbagai informasi data yang telah dianalisis sehingga memberikan gambaran keseluruhan
atau bagian-bagian tertentu dari penelitian dari penelitian yang dilakukan, penarikan
kesimpulan dan verifikasi dengan dimaksud untuk mencari makna dan membuat kesimpulan.
4.1
Perencanaan dalam manajemen pemerintahan desa dalam pembangunan desa di
Desa Lemahabang
Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk
mencapai tujuan organisasi atau memecahkan masalah tertentu. Perencanaan juga diartikan
sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala
keterbatasan guna mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Perencanaan dalam
pembangunan desa dengan mengunakan pendekatan botton up yang dimulai dari
mengindentifikasi permasalahan-permasalahan dan kebutuhan yang memang benar-benar
yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa Lemahabang. Perencanaan pembangunan memang
perlu mendapatkan dukungan dari partisipasi peran aktif masyarakat yang terlibat dalam
perencanaan pembangunan yang akan oleh pemerintah desa, tanpa adanya ikut sertaan
masyarakat pemerintah sulit untuk mengetahui apa saja yang memang dibutuhkan oleh
masyarakat desa.
Oleh sebab itu, maka pembangunan yang direncanakan harus sesuai dengan kemauan
masyarakat disamping dukungan dari partisipasi yang dimiliki masyarakat untuk
menyukseskan setiap gerakan pembangunan yang akan dilaksanan. Berdasarkan hasil
penelitian dilapangan menunjukan bahwa perencanaan pembangunan masyarakat desa yang
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
6
e-ISSN : 2528 - 2069
dilaksanakan di Desa Lemahabang terdapat bentuk-bentuk partisipasi dari masyarakat yang
memberikan masukan terkait perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh
pemerintah desa. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kaur pembangunan Desa menyatakan
dalam perencanaan pembangunan beliau menyatakan bahwa:
“Perencanaan dimulai dari awal tahun dilaksanakan yang disesuaikan dengan pengajuan
dari setiap dusun-dusun yang mengajukan kebutuhan untuk satu tahun kedepan
pembangunan, pengajuan tersebut dari masyarakat oleh kami pemerintah desa di input
data-data atas pengjuan dari masyarakat yang diwakili oleh setiap dusun. Misalnya
pembangunan atas pengajuan pembangunan infrastuktur jalan setelah data di input kami
dari Desa melakukan survai lapangan atas pengajuan pembangunan infrastuktur
tersebut”. (Kantor Desa Lemahabang, 6 Sepetember 2017)
Perencanaan pembangunan bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat
untuk lebih baik, melalui langkah awal perencanan pembangunan untuk mencapai
pertumbuhan masyarakat tentunya melalui pendekatan partisipasi dengan mendengarkan
segala kebutuhan masyarakat sebagai acuan pelaksanaan pembangunan yang akan
dilaksanakan oleh desa. Perencanaan pembangunan di desa melalui beberapa tahap, dari
setiap tahapan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa selalu melibatkan masyarakat sebagai
objek pembangunan yang diberikan kesempatan untuk memberikan masukan atas
pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah desa hal ini diungkapkan oleh
Sekretaris Desa Lemahabang menyatakan bahwa:
“Perencanaan pembangunan di Desa tahapan pertama, dimulai dari Musrembang dusun
mengindentifikasi setiap kebutuhan masyarakat di Desa lemahabang ada empat dusun.
Dari keempat dusun itu kami melaksanakan musrembang untuk menampung kebutuhan
masyarakat untuk pembangunan yang akan dilaksanakan satu tahun kedepan maupun
jangka panjang. Dilanjutkan dengan musrembang Desa menentukan prioritas
pembangunan yang akan dilaksanakan atas hasil dari musrembang dusun. Setelah itu
musrembang kecamatan dari setiap musrembang desa disatukan untuk dibahas di
musrembang kabupaten itulah tahapan perencanaan pembangunan di desa”. (Kantor
Desa Lemahabang, 6 September 2017)
Selain dari tahapan-tahapan tersebut dalam perencanaan pembangunan masyarakat desa
di Lemahabang juga harus diperhitungkan landasan peraturan yang mengatur dalam rencana
pembangunan. Pemerintah desa lemahabang sebagai pelaksanaan pembangunan masyarakat
mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam hal pelaksanaan kebijakan
berhubungan dengan program rencana pembangunan desa yang akan dilaksanakan di Desa
Lemahabang, sebagaimana pernyataan dari Kepala Desa Lemahabang beliau menyatakan
bahwa:
“Kami sebagai pelaksana pembangunan desa dari setiap tahapan-tahapan pembangunan
mengacu pada peraturan yang ada seperti peraturan menteri dalam negeri nomor 66
tahun 2007 tentang perencanaan pembangunan dan undang-undang desa terbaru acuan
kami dalam pelaksanaan pembangunan”. (Kantor Desa Lemahabang, 6 September
2017)
Oleh sebab itu, setiap kebijakan yang akan dilaksanakan berkaitan dengan perencanaan
pembangunan itu benar-benar dapat mengakomodir setiap aspirasi masyarakat sebagai dari
objek pembangunan berkaitan dengan perencanaan pembangunan dalam setiap keputusan
pengambilan keputusan untuk dijadikan pelaksaan pembangunan. Berdasarkan hasil dari
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
7
e-ISSN : 2528 - 2069
pengamatan penelitian dan wawancara mendalam dengan informan penelitian dapat
disimpulkan bahwa dalam perencanaan pembangunan masyarakat desa sudah berjalan dengan
baik dengan adanya beberapa tahapan yang dilaksanakan oleh Desa Lemahabang untuk
mewadahi aspirasi masyarakat untuk pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah
Desa.
Selain itu, pemerintah Desa Lemahabang dalam perencanaan pembangunan hanya
sebagai fasilitator pengajuan-pengajuan dari masyarakat setelah itu pemerintah desa
menentukan skala prioritas pembangunan. Perencanaan pembangunan masyarakat desa sudah
memiliki acuan dalam penyelenggaran perencanaan pembangunan desa, akan tetapi dalam
perencanaannya belum melibatkan masyarakat. Selain itu pemerintah desa belum melakukan
sosialisasi secara menyeluruh tentang rencana pembangunan yang ada di Desa Lemahabang
sehingga perencanaan dalam manajemen pemerintahan dalam pembangunan desa belum efektif.
4.2
Pengorganisasian dalam manajemen pemerintahan desa dalam pembangunan
desa di Desa Lemahabang
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang
terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi SDM yang dimiliki. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa kegiatan ini merupakan keseluruhan proses memilih orang-orang
serta mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam
organisasi, serta mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan
program dan tujuan organisasi.
Tahapan pembangunan masyarakaat desa lemahabang tidak hanya dilaksanakan oleh
pemerintah desa tetapi ada pembagian tugas dalam menentukan prioritas pembangunan.
Pembagian tugas tersebut untuk mendata semua keperluan dan kebutuhan dari setiap
masyarakat. Tanpa adanya pembagian tugas dalam pembangunan masyarakat desa di Desa
Lemahabang tidak akan terlaksana efektif karena Desa lemahabang keterbatasan dalam
sumber daya manusia. Desa dalam mengakomodir aspirasi membagi tugas kepada setiap
dusun untuk membuat musyawarah yang akan dihadiri oleh masyarakat dusun setempat untuk
menentukan pembangunan di dusun tersebut sebagiamana yang diungkapkan oleh Kaur
pembangunan lemahabang menyatakan bahwa:
“Pelaksanaan pembangunan membagi tugas, pemerintah desa di bantu oleh wakil
wilayah dan ketua-ketua dusun yang membantu pelaksanaan pembangunan tanpa
adanya pembagian tugas tidak akan semua terakomodir aspirasi. Saya kooridnasi
dengan sekretaris desa dan kepala desa untuk melaporkan tahapan pembangunan ”.
(Kantor Desa Lemahbang, 6 September 2017)
Dalam tahapan perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan masyarakat desa di
Lemahabang membagi tugas dan dibantu oleh masyarakat sebagai pemantuan pelaksaan dari
pembangunan tersebut. Seperti perencanaan pembangunan infrastruktur tahapan pertama
masyarakat yang terdiri dari wakil wilayah dan dusun mengukur berapa meter jalan yang akan
diperbaiki setelah itu ditinjuan oleh Desa dan dibantu LPM untuk melihat kondisi dilapangan
yang diperbaiki melalui anggaran desa dengan di bantu oleh aparatur desa dan masyarakat
dusun setempat.
Pengorganisasian dalam pembangunan Desa Lemahabang dibantu oleh masyarakat
misalkan untuk pembangunan bidang kesehatan kami bekerjasama dengan ibu-ibu posyandu
mendata apa saja yang dibutuhkan untuk di bantuk oleh pemerintah desa seperti kebutuhan
membangunan fasilitas posyadu, kelengkapan sarana dan prasarana untuk posyandu dan lainlain. Sama halnya di bidang pendidikan pun kami bekerjasama dengan masyarakat yang
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
8
e-ISSN : 2528 - 2069
mengelola seperti PAUD yang ada di Desa Lemahabang mendata semua kebutuhannya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Desa Lemahabang menyatakan bahwa:
“Selalu pembangunan di Desa Lemahabang sudah ditentukan presentasi-presentasi
anggaran dari setiap bidangnya seperti bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang
pendidikan dan bidang pembangunan semuanya udah di plot dianggarakan melalui
kebijakan APBDes tahapan mengumpulkan data yang akan di biaya oleh Desa
bekerjasama dengan masyarakat yang diundang ke Kantor Desa”. (Kantor Desa
Lemahabang, 6 September 2017)
Kelemahan dalam pengorganisasian pembangunan di Desa Lemahabang terletak di
sumber daya manusianya sebagai pelaksana dari pembangunan masih rendah bisa dilihat
berdasarkan dari komposisi pendidikan. Desa Lemahabang belum ideal dalam pembagian
tugas sesuai dengan kemampuan keahlian di bidangnnya hal ini dikarenakan adanya
keterbatasan dari minat masyarakat desa untuk menjadi aparatur desa. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan peneliti, menurut pandangan penelitian bahwa pengorganisasian
pembangunan di Desa Lemahabang belum cukup berjalan dengan baik. Faktor penghambat
dari pengorganisasian terletak dari sumber daya manusia yang akan melaksanakan dari
pembangunan tersebut. Mekanisme pengorganisasian pembangunan Desa Lemahabang
dengan mengundang masyarakat ke kantor desa untuk menyampaikan apa saja yang mereka
butuhkan yang tertampung dalam draf musrembang dusun.
4.3
Pergerakan dalam manajemen pemerintahan desa dalam pembangunan desa di
Desa Lemahabang
Pengorganisasian menurut Terry dalam Syamsir Torang (2013:171), Actuating
(penggerakan) meliputi kepemimpinan, koordinasi, pengawasan, dan perintah. Kepemimpinan
yakni gaya memimpin dari sang pemimpin dalam mengoptimalkan seluruh potensi dan
sumber daya organisasi agar mengarah pada pencapaian tujuan program dan organisasi.
Sedangkan koordinasi yakni suatu aktivitas membawa orang-orang yang terlibat organisasi ke
dalam suasana kerjasama yang harmonis.
Kepemimpinan merupakan bagian terpenting dalam mencapainya sebuah tujuan dari
suatu organisasi. Dalam hal ini kepemimpinan dalam pembangunan masyarakat desa
lemahabang untuk mengoptimalisasikan seluruh potensi yang dimiliki oleh desa lemahabang
baik sumber daya manusia maupun potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan
untuk dijadikan pembangunan hasilnya akan dirasakan oleh masyarakat .
Pembangunan di desa lemahabang yang menjadi unggulan masih terfokus pada
pembangunan fisik seperti pembangunan infrastuktur jalan di setiap dusun-dusun. Dalam
kepemimpinan kepala desa saat ini memiliki keinginan untuk menyelesaikan
kepemimpinannya fokus pada pembangunan merata infrastuktur jalan dari setiap dusunnya.
Kepemimpinan mengoptimalkan semua para aparatur desa untuk mampu menggerakan
pembangunan infrastuktur jalan dengan bekerjasama dengan masyarakat yang akan diperbaiki
infrastuktur jalannya. Sebagaimana pernyataan dari kaur pembangunan menanggapi tentang
kepemimpinan Kepala Desa Lemahabang mengatakan bahwa:
“Bukannya saya membaguskan kepala desa yah.. emang beliau pro aktif kalau
dibandingkan dengan kepala desa yang lain. Pimpinan proaktif pelaksanaan
pembangunan bahkan beliau sendiri terjun kelapangan untuk mendampingi proses
pengukuran jalan yang akan diperbaiki tidak hanya menyerahkan kepada kami sebagai
bawahan beliau ”. (Kantor Desa Lemahabang, 6 September 2017)
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
9
e-ISSN : 2528 - 2069
Dalam menunjang keberhasilan dari proses pembangunan tidak lepas dari pengaruh
kepemimpinan yang mengerakan aparatur pemerintah maupun masyarakatnya. Maka
keberhasilan dari pembangunan masyarakat desa bukan saja diukur dari segi keberhasilan
dalam pelaksanaan kebijakan atau penyelenggaran program pembangunan masyarakat tetapi
bagaimana seorang pemimpin mampu menumbuh kembangkan partisipasi baik berupa
dukungan penuh dari masyarakat maupun sumbangan-sumbangan lainnya yang dapat
diberikan oleh masyarakat untuk menyukseskan pembangunan di desa. Sebagaimana yang
dikemukan oleh masyarakat desa menyatakan bahwa :
“Bentuk partisipasi masyarakat sudah tinggi bisa dilihat dari musrembang dusun banyak
warga yang ikut terlibat dalam perencanaan pembangunan, waktu pelaksanaan
musrembang banyak yang kasih bantuan masukan untuk pembangunan di desa
kebanyakan dari mereka ingin pembangunan infrastruktur jalan yang dirasakan masih
banyak yang rusak jalan-jalan ke dusun ”. (Kantor Desa Lemahabang, 6 September
2017)
Selanjutnya di sampaikan oleh masyarakat yang terlibat langsung dalam proses
pelaksanaan pembangunan infrastuktur di Desa Lemahabang dalam menanggapi gaya
kepemimpinan Kepala Desa Lemahabang beliau mengatakan bahwa:
“Yang saya rasakan kepala desa ketika memperbaiki jalan di dusun krajan beliau
langsung mendampingi pengukuran bahkan beliau berkoordinasi dengan masyarakat
setempat untuk mengupayakan agar di dusun krajan bisa masuknya mobil sekarang di
dusun krajan bisa masuk mobil dan jalan udah diperbaiki ”. (Kantor Desa Lemahabang,
6 September 2017)
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan informan menunjukan
bahwa pengerakan dalam manajemen merupakan hal penting untuk menentukan keberhasilan
dalam mencapai dari suatu tujuan. Dalam hal ini pengerakan dalam pembangunan masyarakat
desa di Desa Lemahabang belum berjalan efektif. Jika dilihat dari gaya kepemimpinan Kepala
Desa yang dapat bekerja secara maksimal dalam mengoptimalkan sumber daya manusia baik
dari aparatur pemerintah maupun masyarakat untuk mendukung proses pelaksanaan
pembangunan. Akan tetapi belum ada kejelasan mengenai siapa pelaksana pembangunan
desa, berapa lama proses pembangunannya dan apa yang menjadi ukuran keberhasilan dalam
pembangunan.
4.4
Pengawasan dalam manajemen pemerintahan desa dalam pembangunan desa di
Desa Lemahabang
Menurut Terry dalam Syamsir Torang (2013:177) pengawasan sebagai bagian dari
pengendalian akan mencatat perkembangan organisasi kearah tujuan yang diharapkan dan
memungkinkan pemimpin mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya
untuk mengambil tindakan korektif sebelum terlambat dengan menentukan dan menetapkan
apa yang harus dilakukan dan diharapkan.
Pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan secara internal organisasi dilakukan oleh
Badan Permusyawarahan Desa (BPD) Dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) kedua
lembaga tersebut yang mengawasi setiap pelaksanaan pembangunan yang diselenggarakan
oleh pemerintah desa lemahabang. Sedangkan pengawasan secara ekternal dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri yang dapat mengawasi pelaksaan dari pembangunan yang
diselenggarakan oleh pemerintah Desa Lemahabang pernyataan yang disampaikan oleh
Sekretaris Desa menyatakan bahwa:
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
10
e-ISSN : 2528 - 2069
“Kepala desa selalu memberikan arahan ke semua aparatur pemerintahan agar pelaksaan
pembangunan agar berjalan efektif karena desa saat ini banyak yang mengawasi
makanya pimpinan selalu memberikan arahan agar program berjalan efektif. Nah yang
sering menjadi kendala dalam proses pelaksanaan pembangunan desa ketika turun
semua program pembangunan di setiap desa kita berebut untuk dapat bahan material
untuk pembangunan karena turunnya program pembangunan di kabupaten berbarengan
sedangkan di desa masih fokus utama pembangunan fisik”. (Kantor Desa Lemahabang,
6 September 2017)
Kepala desa sangat menekankan kerjasama antar aparatur pemerintah agar pelaksanaan
pembangunan berjalan efektif. Di Karawang saat ini sudah banyak kepala desa yang terjerat
kasus korupsi maupun penyimpangan kewenangan yang dilakukan oleh kepala desa. Di desa
lemahabang selama ini belum ada teguran dari pihak pengawasan terhadap pelaksanaan dari
pembangunan desa berjalan sesuai dengan perencaan belum ada teguran dari LPM maupun
BPD terkait dengan pelaksaan pembangunan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan desa dilakukan oleh Desa beliau menyatakan bahwa:
“Masyarakat selalu mengangap bahwa desa itu banyak uang dari bantuan dari
pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi dan bantuan-bantuan lainnya,
sedangkan kita sebagai pelaksanaan pembangunan bahwa anggaran yang ada di desa
semua dialokasi untuk pembangunan plot anggaran 70% untuk pembangunan fisik
sedangkan sisa nya pembangunan non fisik. Desa pun dalam pelaksaan pembangunan
tidak lepas dari acuan aturan-aturan yang mengikat menjadi landasan pelaksaan ”.
(Kantor Desa Lemahabang, 6 September 2017)
Dalam pelaksaan pembangunan desa yang banyak teguran dari pihak pengawasan
pembangunan ekonomi simpan pinjem yang selalu menjadi sorotan oleh pihak pengawasan
baik LPM maupun BPD program simpan pinjem. Karena simpan pinjem tersebut sering
terjadinya tumpang tindih aturan selain itu masyarakat selalu menganggap bantuan dari
pemerintah tidak perlu dikembalikan mereka menganggap bantuan modal tanpa harus
memikirkan untuk mengembalikan uang tersebut. Sedangkan program simpan pinjam itu
sebagai upaya pemerintah melakukan pemberdayaan untuk masyarakat agar dapat
kemandirian dalam bidang ekonomi. Desa lemahabang untuk beberapa tahun terakhir tidak
ada program bidang ekonomi simpan pinjem akan mendeteksi adanya penyimpangan dalam
pelaksanaannya sedangkan aparatur pemerintah desa bekerja selalu diawasi oleh masyarakat
secara langsung maupun pihak kelembagan BPD dan LPM.
Berdasarkan hasil pengamatan penelitian, pengawasan dalam pembangunan merupakan
hal yang terpenting dari manajemen pembangunan karena tanpa adanya pengawasan maka
pelaksaan pembangunan akan banyak terjadinya penyimpangan. Dalam hal ini pengawasan
dalam pembangunan masyarakat Desa Lemahabang belum efektif. Pelaksaan pembangunan
masyarakat desa di Lemahabang untuk pembangunan sudah berjalan di semua dusun, akan
tetapi belum ada tindak lanjut dari hasil pengawasan yang telah dilakukan baik baik internal
maupun eksternal sehingga hasil dari pembangunan desa belum dapat diketahui apakah
masyarakat dapat menikmati hasilnya atau tidak.
5.
5.1
PENUTUP
Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
11
e-ISSN : 2528 - 2069
1. Perencanaan dalam pembangunan masyarakat Desa Lemahabang belum efektif. Hal
ini terlihat dari Perencanaan pembangunan masyarakat desa sudah memiliki acuan
dalam penyelenggaran perencanaan pembangunan desa, akan tetapi dalam
perencanaannya belum melibatkan masyarakat. Selain itu pemerintah desa belum
melakukan sosialisasi secara menyeluruh tentang rencana pembangunan yang ada di
Desa Lemahabang sehingga perencanaan dalam manajemen pemerintahan dalam
pembangunan desa belum efektif.
2. Pengorganisasian dalam pembangunan masyarakat Desa Lemahabang belum begitu
berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari kelemahan pengorganisasian terletak
dari sumber daya manusia aparatur pemerintah belum sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki sehingga pembagian kerja dalam pelaksaan pembangunan belum
berjalan dengan optimal.
3. Pengerakan dalam pembangunan masyarakat Desa Lemahabang belum berjalan
efektif. Jika dilihat dari gaya kepemimpinan Kepala Desa yang dapat bekerja secara
maksimal dalam mengoptimalkan sumber daya manusia baik dari aparatur
pemerintah maupun masyarakat untuk mendukung proses pelaksanaan
pembangunan. Akan tetapi belum ada kejelasan mengenai siapa pelaksana
pembangunan desa, berapa lama proses pembangunannya dan apa yang menjadi
ukuran keberhasilan dalam pembangunan.
4. Pengawasan dalam pembangunan masyarakat Desa Lemahabang belum efektif.
Pelaksaan pembangunan masyarakat desa di Lemahabang untuk pembangunan
sudah berjalan di semua dusun, akan tetapi belum ada tindak lanjut dari hasil
pengawasan yang telah dilakukan baik baik internal maupun eksternal sehingga
hasil dari pembangunan desa belum dapat diketahui apakah masyarakat dapat
menikmati hasilnya atau tidak.
5.2
Saran
1. Kepala Desa dalam menjalankan program pembangunan harus melibatkan masyarakat
agar tercipta suatu hubungan dan kinerja yang baik antara pemerintah desa dengan
masyarakat, disamping itu juga akan membuat masyarakat merasa bertanggungjawab
atas pembangunan tersebut serta akan memelihara akan hasil pembangunan dengan
sebaik-baiknya.
2. Kepala Desa harus mengirimkan stafnya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
agar dapat menujang kemampuan staf desa dalam melaksanakan pembangunan.
3. Kepala Desa harus terus menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat desa agar
asprirasi masyarakat dapat tersalurkan dalam program pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Creswell. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dessler, Gery. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat.
Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen Dasar, Pengertian Dan Masalah. Jakarta:Bumi
Aksara .
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
12
e-ISSN : 2528 - 2069
____________________. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Manulang, M.1996. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Masry Simbolon Maringan. 2004. Dasar- dasar Administrasi dan Manajemen. Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Moelong. Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitip.
Yogyakarta : UGM Press.
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi (Ilmu pemerintahan baru). Jakarta : Rineka Cipta.
Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta :
Erlangga.
Sinabela, Poltak. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia Membangun Tim Kerja Yang
Solid untuk Meningkatkan Kinerja. Jakarta : Bumi Aksara.
Syafie, Inu Kencana. 2009. Pengantar Ilmu Pemerintahan, Bandung: Refika Aditama.
Sugiyono. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sutoro, Eko dkk. 2014. Desa Membangun Indonesia. Yogyakarta : Forum Pengembangan
Pembaharuan Desa (FPPD).
Tangkilisan, Hegel Nogi. 2007. Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo
Waluyo. 2007. Manajemen Publik Konsep, Aplikasi Dan Implementasi Dalam
Pelakasanaan Otonomi Daerah. Bandung: CV. Mandar Maju
JURNAL POLITIKOM INDONESIANA, VOL.3 NO.1 JULI 2018
13
Download