lit A TMOSFIR ANALISIS KARAKTERISTIK LEMAHABANG,JEPARA DI UJUNG Yarianto S., Budi Susilo, Heni Susiati P2EN-Batan.KawasanPuspiptekSerpong,Tangerang ABSTRAK ANALISIS KARAKTERISTIK A TMOSFIR DI UJUNG LEMAHABANG, JEPARA. Karakteristik atmosfir di Ujung Lemahabang sangat penting untuk diketahui berkaitan dengan penyebaran efluen radioaktif yang dilepaskan oleh fasilitas nuklir. Akumulasi konsentrasi efluen ditentukan oleh statistik stabilitas udara, arah angin dan kecepatan angin dalam jangka panjang. Hasil perhitungan menunjukkan angin r;/ominan ke arah N (utara) sebesar 10.46% kemudian NNW 10.34% dan NE 9.46%. Frekuensi kejadian angin bertiup ke arah SE adalah yang terkecil (1.36%). Kondisi atmosfir sebagian besar dalam kategori netral (40.08%), sangat labil (37.2%), labil (8.2%), agak labil (7.9%), agak stabil (6.2%) dan stabil (0.36%). Dalam klasifikasi kecepatan angin, frekuensi terbesar terjadi pada kategori kecepatan kelas F (U~7 mldetik) yaitu 30.93%, kemudian kelas D (3SU<7) yaitu 25.52%. Frekuensi terkecil adalah keadaan calm 0.27%. ABSTRACT ANAL YSIS OF ATMOSPHERIC CHARACTERISTICS AT UJUNG LEMAHABANG SITE, JEPARA. Atmospheric characteristic at Ujung Lemahabang site is one of the important parameter related to the dispersion of radioactive effluent that could be released by a nuclear facility. Accumulation of effluent concentration is detennined based on the data statistic of atmospheric stability, wind direction and wind speed which has been cof/ected in the long period. From the calculation, wind dominant direction occurred to the North (N) is 10.46%, North North West (NNW) is 10.34%, and Northeast (NE) is 9.46%. Wind direction to the SE has a smaf/ frequency, only 1.36%. The atmospheric condition was mostly in a neutral category (40.08%), extremely unstable (37.2%), moderately unstable (8.2%), slightly unstable (7.9%), slightly stable (6.2%), and moderateif stable (0.36%). With respect to the wind speed classification the highest frequency occurred at class F speed category (U:?:7 m/second) in 30.93%, and then fof/owed by D class (3..sU<7)in 25.52%. The lowest frequency happened at a calm condition (0.27%). PENDAHULUAN S alah satu dampak potensial fasilitas nuklir adalah dampak radiologik yang akan diterima oleh masyarakat sekitar fasilitas nuklir yang intensitasnya dipengaruhi oleh pola penyebaran radioaktif melalui udara. Penyebaran zat radioaktif ke lingkungan melalui udara dipengaruhi oleh wahana transmisi (yaitu atmosfir), laju emisi zat radoaktif baik rutin maupun kecelakaan, ketinggian cerobong lepasan, clan kondisi topografi. Karakteristik meteorologi di Ujung Lemahabang, Kabupaten Jepara,Jawa Tengah yang telah terpilih sebagai calon tapak terbaik dari rencana pembangunan fasilitas nuklir perlu diidentifikasikan sebagai penelitian pendahuluan. Variabel-variabel kecepatan clan arab angin, suhu Yarianto. dkk dan curah hujan sangat mempengaruhidinamika fluida atmosflf dan mempengaruhipola dispersi atmosferik dari material-material di atmosfir, termasuk efluen radioaktif yang dilepaskan oleh fasilitasnuklir. Penelitian ini bertujuan mendapatkan karakteristik meteorologi di Ujung Lemahabang, yaitu klasifikasi arah angin, stabilitas udara, kecepatanangindantriple joint frequency. TEORI Pergerakan udara dalam atrnosflT membawa polutan yang dilepaskan ke atrnosfir. Pergerakan udara akan mendispersikan polutan dalam udara denganmencampurpolutan tersebut denganudarayang mempunyaitingkat konsentrasi Kimia Nuklir ISSN 0216-3128 2. lebih rendah dan kemudian merJUrunkankonsentrasi polutan beberapa waktu setelah terlepas dari sumber (Turner, 1994). Masalah pencemaran udara timbul sebagai akibat gabungan adanya kontaminan di atmosfir, kondisi meteorologi daD kondisi topografi. Kondisi meteorologi tertentu juga dapat menyebabkan terakumulasinya konsentrasi polutan sampai ke tingkat yang membahayakan (Peavy et al.,1986). Bila polutan adalah zat radioaktif dan kondisi atmosfir misalnya dalam keadaan calm (kecepatan angin = 0 mldetik) dalam waktu yang cukup lama, maka polutan (zat radioaktit) akan terkonsentrasi di sekitar cerobong lepasan, begitu terjadi hembusan angin maka sektor downwind akan terpapar radiasi dengan dosis yang lebih tinggi. Fenomena skala mikro terjadi di atas wilayah kurang dari 10 km. Fenomena pada skala ini terjadi pada lapisan friksi, yaitu lapisan atmosfir pada permukaan di mana efek tekanan friksi (frictional stress) clan perubahan termal dapat menyebabkan deviasi dari pola standar. Tekanan friksi yang dijumpai sebagai pergerakan udara di atas clan di sekitar permukaan fisik tak beraturan seperti gedung-gedung, pohon-pohon, semak-semak clan bebatuan menyebabkan turbulensi mekanik yang mempengaruhi pola pergerakan udara. 1. Angin Menurut Turner (1994) angin merupakan suatu kecepatan(velocity), kuantitas vektor yang mempunyaiarab dan 1aju(speed).Meskipunvektor angin dapat terjadi dalam tiga dimensi,tetapi pacta umumnyahanyaarah horisontalyang dipakai.Arah angin mempunyaiefek pactaarah transportpolutan yang dilepaskan.Arah angin adalahdaTimanaarab angin bertiup, maka arah angin barat (W) menyebabkanpolusi bergerakke arabtimur (E). Untuk lepasan polutan yang kontinyu, polutan diencerkan tepat setelah keluar daTi titik lepasanseperti di puncak cerobong.Konsentrasidi dalam kepulan adalah berbanding terbalik dengan kecepatanangin. Jika kecepatananginadalah2 kali maka konsentrasi dalam kepulan menjadi setengahnya. Efek friksi antara angin dengan permukaan tanah dan elemen-elemenkekasaran pactapermukaan,angin melambatpactaketinggian dekatpermukaan. Lapse Rate Dalam lapisan troposfir, temperaturudara ambienbiasanyaturun dengannaiknya ketinggian. Laju perubahantemperatur ini disebut lapse rate (Peavy et al., 1986). Suatu parsel udara yang ISSN 0216-3128 mempunyai temperatur lebih besar daripada temperaturarnbiencenderungakan naik mencapai suatu tingkat yang mempunyai temperatur dan kepadatansarna dengan atmosfir lingkungannya. Parser yang dikeluarkan cerobong industri (cerobonggas atau knalpot kendaraan)akim naik, terekspansi,menjadi lebih encer atau ringan dan lebih dingin. Ekspansi udara terhadap lingkungannya memerlukan energi, tetapi selarna masih terlalu dekat dengan permukaan bumi parser akan menerimaenergibahangdari bumi. Segerasetelah melewati sumber energi, maka untuk naik memerlukanenergi yang bersumber dari dirinya sendiri (internal energy) yang menyebabkan temperatur akan mengalarni penurunan. Proses tersebutyang tidak melibatkanperpindahanenergi disebutpendinginanadiabatik. 3. Stabilitas Udara Stabilitasudara ditentukan oleh lapse rate ambien clan lapse rate adiabatik. Stabilitas udara merupakan ukuran dari mudab tidaknya parsel udaramelakukanpergerakanke arab vertikal, oleh karena itu stabilitas udara atau kelabilan udara sangatpenting dalam pembuatanestimasi dispersi polutan. AtmosfJr dikatakan labil jika kenaikan parget tetap dalam keadaan lebih hangat (atau penurunan tetap lebih dingin) dari pada lingkungannya sehingga parget akan tetap melanjutkan arab perpindahan. Sebaliknya atmosfJr dikatakan stabil jika parget udara yang naik sampai pada suatu ketinggian menjadi lebih dingin dan padat daripada udara di sekitarnya, sehingga resultan gaya apung (bouyancy) mendorong parget ke arab bumi dan jauh berubah arab dari pergerakan semula. Stabilitas merupakan fungsi dari distribusi temperatur atmosflr dalam arah vertikal, dan dengan membuat ploting antara lapse rate ambien dengan lapse rate adiabatik dapat ditunjukkan stabilitas atmosflr. Jika temperatur udara ambien naik terhadap ketinggian maka disebut lapse rate negatif atau terinversi dari keadaan normal. Jika lapse rate ambien lebih besar daripada lapse rate adiabatik rnaka lapse rate ambien dikatakan superadiabatik, dan atmosflr rnenjadi sangat labil. Jika kedua lapse rate sarna persis maka atmosfir dikatakan netral. Jika lapse rate ambien lebih kecil daripada lapse rate adiabatik rnaka lapse rate udara dikatakan subadiabatik dan atmosflr stabil. Jika ternperatur udara konstan di sepanjang lapisan atmosflr, rnaka dikatakan sebagai isotermal, dan atmosflr dalam kondisi stabil. Kimia Nuklir Yarianto, dkk ~ ProsidingPertemuandan Presentasillmiah P3TM-BATAN,Yogyakarta14-15 Juli 1999 Metode temperatur BukuII lapse rate menggunakan gradien temperatur vertikal antara dua level ketinggian atmosfir untuk mencirikan turbulensi vertikal daD horisontal. Menurut Islitzer (dalam IAEA, 1980), berbagai eksperimen dispersi telah dilakukan yang menghasilkan korelasi lapse rate temperatur dengan konsentrasi perunut yang diukur. Berdasarkan studi ini, hubungan antara lapse rate suhu dengan stabilitas Pasquill telah dibuat seperti pada Tabel I, yang dilakukan dengan mengukur gradien temperatur antara 10m daD 60 m. Metode ini dapat diterapkan untuk ketinggian di atas 50 m. Tabel 1. PembagianKelas Stabilitas Berdasarkan LapseRatesuhu lofting. Bentuk kepulan ini dapat dilihat pada Gambar I. 4. Triple Joint Frequency Triple joint frequency adalah jumlah kejadian angin bertiup ke arah i, stabilitas udara ke-j dan kelas kecepatan angin ke-k. Untuk menghitung konsentrasi terintegrasi waktu (long term), salah satu faktor yang harus dihitung adalah Triple Joint Frequency (Nijk), yang menyatakan jumlah kejadian untuk keadaan udara pacta kelas arah ke-i, kelas stabilitas ke-j dan kelas kecepatan angin ke-k selama waktu yang dihitung (misalnya satu tahun). Triple Joint Frequency perlu diketahui sebagai dasar perhitungan konsentrasi efluen terintegrasi waktu (akumulasi dalam jangka panjang). METODE 1. Tempat dan Waktu Penelitian Wi1ayah pene1itian ada1ah ca1on tapak fasi1itas nuk1ir Ujung Lemahabang. Lokasi pemantauan meteoro1ogi ada1ah di sebe1ahse1atan tapak Ujung Lemahabang,seperti tampak pada Lampiran 1. 2. Data Penelitian Data meteorologiyang digunakan adalah data sekunderhasil penelitian konsultan Newjec dalam Studi Tapak clan Studi KelayakanPLTN di Ujung Lemahabang,KabupatenJepara dari bulan Agustus 1994sampaidenganbulan Juli 1995yang tersaji dalam Topical Report on Meteorology (Newjec,1996). 3. Instrumen coning Penelitian Tabel2. PembagianKelasKecepatanAngin r :,(!fj..;t.,*~~~::~'~ --+X 10ftin 9 Kecepatan angin(m/detik) 0 O<U<1 D ,,"':'~!!I.~:iJ-",":;:';'S(c!; -I g Gambar1. Bentuk Kepu/an Po/ulan di Atmosfir (Sumber:Peavyet a/., 1986) Berdasarkanlapse rate suhu ini, dikenal berbagaibentukkepulan,antaralain looping (labil), coning (netral), fanning (stabil), fumigasi clan Yarianto, dkk Instrumen penelitian berupa program komputer yang akan mengidentiflkasi karakteristik atmosfir di Ujung Lemahabang. Pembagian kelas arah angin disesuaikandenganpembagian sektor wilayah yang dikaji. Arah angin dibagi dalam 16 Kimia Nuklir ISSN 0216-3128 3. Prosiding Pertemuan denPresentasi Ilmiah P3TM-BATAN, Yogyakarta 14-15Juli 199.9 Buku11 94 arah dengan besar sudut sektor masing-masing 22.5°. Kecepatanangindiklasifikasikanmenjadi7 kelas, yaitu A, B, C, D, E, F dan Calm. Kelas tersebutdapatdilihat padaTabeI2. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Arah Angin Arah angin menentukan arah perjalanan efluen. Semakin banyak kejadian angin bertiup ke arah i, semakin besar pula efluen yang terbawa ke arah tersebut. Berdasarkan perhitungan, frekuensi kejadian angin bertiup ke arah N adalah yang terbesar (690 kejadian=10.46%) kemudian NNW (682 kejadian = 10.34%) clan NE(624 kejadian = 9.46%). Frekuensi kejadian angin bertiup ke arah SE adalah yang terkecil (90 kejadian = 1.36%) kemudian SSE (104 kejadian = 1.58%), clan ESE (125 kejadian = 1.89%). Jika dikaitkan dengan pola sebaran efluen, maka arah angin akan mempengaruhi pola dispersi, yaitu efluen akan lebih banyak terdispersi ke arah laut (diwakili oleh N, NNW clan NE) clan lebih sedikit ke arah daratan (diwakili oleh SE, SSE clan ESE). Dominannya arab angin ke arab laut merupakan keuntungan tapak Ujung Lemahabang dari sisi lingkungan, karena intensitas dampak terhadap manusia yang terkena dampak menjadi lebih kecil. 2. Stabilitas Udara Stabilitas udara menentukanpola dispersi efluen dalam hat bentuk kepulan. Semakin stabil udara (kelas E clan F) maka efluen akan didispersikansemakinjauh clanbentukkepulannya lebih sempit (koefisien dispersi lebih kecil). Pada tingkat permukaanmaka puncakTIC/Q padakelas yang lebih stabil akan beradapada kisaranradius yang lebih jauh, sebaliknya semakin labil maka puncak konsentrasisebaranakanberadapadaradius yang lebih dekatdaTititik lepasan. Kondisi atmosfIr sebagian besar dalam kategorinetral (40.08%),sangatlabil (37.2%),kelas B labil (8.2%), agak labil (7.9%), netral (40.08%), agak stabil (6.2%) clanstabil (23 kejadian=0.36%). Stabilitas atmosfIr dalam keadaan netral menyebabkan parsel udara (polutan) akan tetap beradapada posisi terakhir clantidak kembalipada posisi semula dalam pergerakanvertikalnya. Pada kondisi labil, polutan yangbergeraknaik cenderung akan bergeraknaik terus, sedangkanyang bergerak turun akan cenderungbergerak turun terns. Pada kedua kondisi tersebut polutan akan cepat ISSN 0216-3128 didispersikan ke udara, yang berarti lebih cepat. diencerkan konsentrasinya. Pembuangan efluen melalui cerobong dalam keadaan netral atau labil sesuai dengan prinsip pembuangan limbah ke lingkungan. Kejadian stabil (bentuk kepulan fanning) adalah yang paling kecil prosentasenya clan hal ini menguntungkan, karena jika bentuk kepulan fanning (keadaan stabil) tiba-tiba berubah menjadi fumigasi maka akan terjadi akumulasi konsentrasi efluen pada tingkat permukaan. Ditinjau dari bentuk kepulan, tinggi lepasan efluen 50 meter cukup representatif dari segi keselamatan radiasi. Kecepatan Angin Semakin besar kecepatan angin maka semakinkecil tingkat konsentrasipada suatu titik koordinat. Tetapi tinggi efektif cerobong juga merupakanfungsikecepatanangin,sehinggatingkat konsentrasi pada suatu titik koordinat juga ditentukanoleh faktor tinggi efektif .Berdasarkan perhitunganfrekuensiterbesarterjadi pada kategori kecepatan kelas F (U~7 m/detik) yaitu 2041 kejadian (30.93%), kemudian kelas D (3~U<7) yaitu 1684 kejadian (25.52%). Frekuensi terkecil adalah keadaan calm (15 kejadian=0.27%), kemudian kelas kecepatan A(O<u<l) yaitu 136 kejadian (2.06%), dan kelas kecepatanB(I~u<2) yaitu421 kejadian(6.38%). 4. Curah Hujan Hujan dapat menyebabkan terjadinya deposisimaterialyang ada di udara,sehinggatidak akan terdispersi lebih jauh lagi. Semakin banyak curahhujanmaka semakinbesarpula deposisiyang terjadiyang berarti semakinmenipisnyakonsentrasi efluen pada kepulan. Jumlah curah hujan total paling banyak terjadi pada saat angin bertiup ke arah sektorutara yaitu 453.90 mm denganrata-rata 5.16 mm/jam. Rata-ratacurah hujan terbesarkedua adalah pada saat angin bertiup ke arah sektor tenggara(4.61 mm/jam) diikuti pada arah TimurTimur Laut /ENE (4.33 mm/jam). Jumlah curah hujan total paling kecil terjadi pada saat angin bertiupke arah sektorTimur-Tenggara(ESE) yaitu 0 mm. Rata-ratacurah hujan menentukankoefisien pencucian. Semakin besar rata-rata curah hujan maka semakinbesar pula koefisien pencuciannya yang b~rartisemakinkecil konsentrasikepulannya. 5. Kondisi Calm Calm adalah kondisi di mana kecepatan angin sarna dengan 0, sehingga efluen yang diemisikan tidak akan mengalarni pergerakan yang disebabkan kecepatan angin (transport), tetapi hanya Kimia Nuklir Yarianto, dkk Prosiding Pertemuan danPresentasi Ilmiah P3TM-BATAN, Yogyakarta 14-15Juli 1999 Buku II bergerak sesuai dengan kecepatanawallepasan. Jika koridisi ini berlangsung cukup lama dapat membahayakan, karena akan terakumulasi sejumlah zat radioaktif di sekitar titik lepasan dan segera terdispersi ke arab sektor di mana angin bertiup setelahterjadinya calm. Kejadian calm dalam setahun acta 15 kejadian. Kejadian calm di Ujung Lemahabang prosentasenya sangat kecil, yaitu 0.227%, sehingga dapat diabaikan. 6. Triple Joint kejadian). KESIMPULAN uraian di atas dapat disimpulkansebagaiberikut: a. Angin dominan bertiup ke arab N (10.46%) kemudian NNW (10.34%) dan NE(9.46%). Frekuensikejadian angin bertiup ke arab SE adalah yang terkecil (90 kejadian = 1.36%) kemudianSSE(104kejadian= 1.58%),danESE (125 kejadian = 1.89%). Arah angin lebih dominllilke arablaut. Yarianto, dkk b. Kondisi atmosfir sebagian besar dalam kategori netral (40.08%), sangat labil (37.2%), kelas B labil (8.2%), agak labil (7.9%), netral (40.08%), agak stabil (6.2%) dan stabil (23 kejadian =0.36%). c. Jumlah curah hujan total paling banyak terjadi pactasaat angin bertiup ke arah sektor utara yaitu 453.90 mm denganrata-rata 5.16 mm/jam. d. Kejadian calm di Ujung Lemahabang prosentasenya sangat kecil, sehingga dapat diabaikan yaitu 0.227%, Frequency Hasil perhitungan Triple Joint Frequency dapat dilihat pacta lampiran 2. Frekwensi terbesar terjadi pacta arah SSW kelas stabilitas D kelas kecepatanF (183 kejadian) kemudian arah NE kelas stabilitas D kelas kecepatan F (136 kejadian) dan arah W kelas stabilitas A kelas kecepatan D (109 Berdasarkan 95 DAFT AR PUST AKA 1. LYONS, T. and B. SCOTT., Principles of Air Pollution Meteorology,BelhavenPress,London (1990). 2. NOLL, K.E. and T.L. MILLER, Air Monitoring Survey Design, Ann Arbor Science, Michigan (1979). 3. PEAVY, H.S., D.R. ROWE, and G. TCHOBANOGLOUS, Environmental Engineering, McGraw-Hill International Editions,New York (1986). 4. TURNER, D.B., Atmospheric Dispersion Estimates,Lewis Publisher,New York (1994). 5. IAEA., IAEA Safety Series 50-SG-S3, Atmospheric Dispersion in Nuclear Power Plants,IAEA,Vienna(1980). 6. Newjec.,TopicalReporton MeteorologyStep-3, Newjec Inc.,Jakarta(1996). Kimia Nuklir ISSN 0216-3128 ~ ~ ~ "KL'DUS LAMPIRAN 1. CALON TAPAK FASILITAS NUKLIR UJUNG LEMAHABANG ~ u.r Tl.~(; Improve e:tiSfing~Ro:d ['FMAHARAN(; N , -,.. BANCSRI ;J t (J i ",~V\r{ A{ ~ ~ 0 Kr'"I:!"NC S(QACOR ~ JAVA SEA N \..,..., . ~\'" S "1L'.Il:RJ.~ I' -! {'~..-" ,/ JI.'\\'..:--.,:{ \"- ~; SEMAR.A..~G """-~r---"'" r /\ ", t-" ~/ )" '1-" ,- SCALE: 0 I IOkm I 20km I JOkmI ! 1""~cJ, <I"l K.d",.J,t".;,.,+i..-Imot"" U""ob", I 1'", kJi;.". do,,"" I""",dd.o.l tOpoJ,J"bv..,o",.u, RR~ !I"d'",,!.,'!"'" Gambar. Peta lokasi daerah studi Semenanjung Muria LAMPIRAN 2. TRIPLE Angka dalam tanda kurung ( kejadianhujan JOINT FREQUENCY adalah untuk Arah Angin ke: NE Arah Angin k£: N Arah Angin ke: ENE ISSN 0216-3128 Kimia Nuklir Yarianto, dkk c~ F ~ Iu 1 ProsidingPerlemuan danPresentasi IImiah P3TM-BAT~N.Yogyakarla14-15Juli1999 BukuII Arah Angin ke: E Arah Anginke:SW ,1" '" -~~~~c I ~ KelasStabilitas A B C 0 A I 0 :8:: '1(0) 4(0) 0(0) 0(0) 0(0) 1(0) 1(0) 2(0) 1(0) 0(0) ~O) 0(0) E ~". Kelas Keceoatan --- F " " 0(0) 136(2) 1(0) 6(0) 5(0) 8(4) 0(0) I 2(0) 10(0) 3(0) 4(1) 0(0) ' I 5(0) 33(3) 25(2) 44(6) 0(0) 1{O) 3{O) 5{O) 2(0) 0(0) O{O) -- 0(0) °lO)-_0(0) 0(0) Arah Angin ke: ESE KelasKeceoatan c 0 E F Calmi 8(1) -" 3(0) 8(2) 8(2) 0(0) I : 2(0) 3(0) 0(0) : 2(0) 3(0) 2(0) 1(0) 5(1) 12(0) 13(0) 8(0) 1(0) 2(0) 5(0) 2(0) '. Q{QL1(0) 0(0) I 1(0) KelasStabilitas A I 8 2(0) 8(0) 0(0) 3(1) 1(0) 0(0) 0(0) 1(0) 0(0) 1(0) 0(0) 0(0) A B C 0 E F j'-~ .II Arah Angin ke: SE ~-~c~- 97 ~sKeceDatal KelasStabilitas A IFI- c I 0 E £ I Calm A 0(0)11(0) 9(0) 22(5} 22(1) 24(0) 0(0) B ' 0(0)11(1) 2(0) 2(0} 7(0) 15(0) 0(0) C 0(0) 0(0) 0(0) I 2(0) 5(0) 26(0) 0(0) 0 I 1(0)/ 1(0) 5(0) 17(1} 33(2) 75(2) 0(0) E 0(0) 0(0) 1(0)I 1(0) 1(0) 11(0) 0(0) F ~Q) / 0(0) 0(0) 0(0) I O(OL 1(0) 0(0) Arah Angin ke: WSW F J~lm E 7(0) 24(0) 22(2) ~ Arah Angin ke: W .~ KelasStabilitas A I B 0(0) 1{0) O(O} 1{0) 0(0) 1{0) 1(0) 2{0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) A B C D E F KelasKeceoatan E F 0-: 1(0) 3(1) 3(0) 3{2) 1(0) 2(0) 2(0) 0(0) 1(0) 3(0) 1(0) 0(0) 3(0) 21(1) 14(0) 4(0) 1(0) 4(0) i 7(0) 3(0) 0(0) ! A B C D I ICaim 2(0} 5(1} 24(0) 1109(1)70(1) 30(1) 0(0) 0(0) 3(0} 4(0) 15(0) 13(1) 16(2) 0(0) O(O} 0(0) 2(0} 20(0) 15(0) 8(1) 0(0) O(O}10(1} 16(3} 30(1) 32(0) 49(2) 0(0) 0(0) 1(0) 1(0} 6(0) 4(0) 5(0) 0(0) 0(0) O(O} 1(0) ~(QLJ(O) 0(0) ~-c~~0(0) E 0(0) I 0(0) I Q{Q) Arah Angin ke.;SSE I KelasKecepatan KelasStabilitasl A I B I LI_D I E IF F Arah Angin ke: WNW " Kelas Stabilitas I .k~Kece~i A '~:_C A B C 0 E F ICaim 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 4(0) 11(0) 3(0) 2(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) ~O(O) 0(0) 0(0) I 0 I 0(0) 1(0) 2(0) 4(0) 1(0) 0(0) 0(0) 0(0) 1(0) I 3(0) I 0(0) 0(0) 0(0) 1(1) 3(0) 1(0) 0(0) 1(0) 4(0) 7(0) 22(0) 19(0)I 10(0) 4(0) , I I E F Arah Angin ke: S KelasKece~~ v .0 i ~ Kelas Stabilitas I A B C 0 E F A F ICalm 9{0) 28(1) 62(3)63(0) 19(2)14(0) 1(0) 2(1) 4(0) 3(0) 18(0) 5(0) 1(1) 0(0) 0(0) 3(0) 6(0) 10(2) 2(0) 4(1) 1(0) 1(0) 13(0) 14(0)21(2) 12(0)25(9) 0(0)! 0(0) 0(0) Arah Angin ke: NW cz~;;"g;;2",iiii;",~; KelasStabilitas A B C D E F ~--~~ KelasKeceDatan AI B 6(1) 12(1) 0(0) 8(2) 3(0) 7(2) 3{0) 22(1) 1(0) 1(0) 0(0) 0(0) E ICaim 9(0) 11(1) 10(2) 17(0) 2(0) 3(1) 1(1) 1(0) 10(0) 1(0) 4(0) 6(1) 3(1) 11(1) 0(0) 21(0) 38(4) 37(3) 113(5} 0(0) 6(0) 9(0) 15(0) 25(0) 0(0) 0(0) 0(0) ~ 0(0) 1(0} 0(0) I 0-1 Arah Angin ke: SSW KelasStabilitas A B C 0 E F Yarianto, dkk I 1 2(0) 1 ~ol 1(1) KelasKeceDatan 4(1) 1(0) 0(0) 5(0) 0(0) 0(0) KelasKecepatan 0 E E ICaim 18(1)54(2) 49(1) 55(5) 18(4)112(3)!3(0) 7(1) 11(0)1 7(1) 16(0)I 5(2) 5(2} 0(0) 6(0) 9(1) 6(1) 4(0) 3(1) 3(1) 0(0) 6(0) 13(0) 16(3) 26(1) 15(2)1 20(5) 2(0) 2(0) 3(0) 4(1) 1(0) 2(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) KelasStabilitasJ A I B I Arah Angin ke: NNW E A I 8 --- 3{0) 1{0) 0(0) 1{0) 1{0) O{O) 1(0) 4(0) 1(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 1(OL~(Ol 0(0) 0(0) 0(0) F ICaim I 16(3) 18(4) 50(4) 0(0) 1(1) 3(1) 17(0) 0(0) 0(0) 5(1) 2(0) 26(1) 0(0) 6(0) 24(1) 18(2) 183(2) 0(0) 0(0) I 6(0) 3(0) 26(1) 0(0) 0(0) 2(0) 0(0) ~8(1) 2(1) ~ Kimia Nuklir KelasKeceoatan A B I c I 0 I E F ICaim 6(1)127(2)68(3)98(9) 72(9)40(4)0(0) 2(0) 3(0) 11(4)24(2) 17(0) 9(2) 1(0)I 2(0) 3(0) 12(0)14(2)17(0) 5(0) 0(0) 11(2)11(0)37(6)65(7)57(4) 35(6) 3(0) 1(0) 2(0) 2(0) 6(0) 13(1) 5(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 1(0) 0(0) KelasStabilitas A B C 0 E F ISSN 0216-3128 Jumlah Data LA YAK = 6469, Jumlah Data TIDAK LA Y AK = 2291, Jumlah Jam Hujan = 531 Suparman );- Mohon dijelaskan perbedaan kondisi stabilitas udara Netral dan Stabil. Apakah keuntungan dari kondisi netral ini? );- BesaranTriple Joint Frequency ini untuk apa? Yarianto TANYA JAWAB Iswani );;- Penelitian ini dikerjakan untuk periode berapa lama dan apakah ini berlaku/dapat dipakai untuk tahun-tahun berikutnya, mengingat arah anginnya sangat berpengaruh pada akumulasi konsentrasi effluen radioaktif. Yarianto ..0..Data penelitian hanya selama satu tahun yaitu Agustus 1994 -Juli 1995, mengingat data tersebutyang paling banyakdari segi prosentase data layak. Namun program komputer yang saya kerjakan dapat digunakantanpa bataswaktu. ISSN 0216-3128 Kimia Nuklir .<:".Perbedaan : Pada stabilitas udara netral, polutan akan bergerak sesuai kondisi awal, sangat dipengaruhi oleh kecepatan awal ketika lepas dart cerobong. Pada keadaan netrallapse rate ambient sarna dengan lapse rate adiabatik keYing. Pada stabilitas udara stabii, yang terjadi adalah kondisi sub adiabatik linversi, yaitu negatif gradien suhu lingkungan lebih kecil daripada negatif gradien adiabatik kering (9,84 km). Pada kondisi stabil maka polutan sendirinya dikembalikan Idibelokkan arahnya. .<:".Besaran Triple Joint Frequency digunakan untuk menghitung konsentrasi yang terakumulasi dalam jangka panjang. Yarianto, dkk