DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB PENDEKATAN, METODOLOGI & JADWAL PELAKSANAAN 4 3.1. PENDEKATAN UMUM Dalam melaksanakan pekerjaan Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB, konsultan akan menggunakan pendekatan dan metodologi yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis dan ilmiah guna mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai standar yang berlaku sehingga dapat menghasilkan keluaran pekerjaan (product) yang dapat diandalkan (Realiable) sesuai dengan tujuan pekerjaan yang telah ditetapakan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Pendekatan umum dalam pelaksanaan pekerjaan ini, kami akan menyusun sistim penanganan dengan pentahapan yang terdiri atas tata kerja, prosedur kerja dan sistim kerja. Dalam menyusun tata kerja, prosedur kerja dan sistim kerja mengacu pada prinsip-prisip berikut : 1. Memperhatikan tujuan, biaya dan waktu pelaksanaan 2. Memperhatikan kualifikasi personil yang akan ditugaskan 3. Memperhatikan bahan dan fasilitas yang tersedia 4. Memperhatikan sifat dari pekerjaan 5. Kesinambungan setiap tahapan dalam mencapai tujuan pekerjaan Berikut bagan alir penanganan dalam setiap tahap dan jenis kegiatan/pekerjaan yang akan dilaksanakan : BAB 4 - 1 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB • • • • Pengumpulan Data Konsolidasi Tim Perencana (Pemahaman Kontrak) Penyusunan Rencana Kerja Mobilisasi Personil PRA-RENCANA • • • • • • Kajian Literasi (Regulasi dan Standar) Survey Pendahuluan Survey Topografi Survey Perkerasan Jalan Survey Geologi dan Geoteknik Survey Lalu Lintas KEGIATAN PERENCANAAN • • • • • • • • Analisa Geometrik Jalan Analisa Sistem Drainase Jalan Analisa Perkerasan Jalan Analisa Lereng dan Stabilitas Badan Jalan Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Pengaman Jalan Perencanaan Keselamatan Jalan Gambar Desain Hasil Perencanaan Penyusunan Kuantitas dan Biaya Fisik PERSIAPAN PRODUK HASIL PEKERJAAN Gambar 4.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan 3.1.1 Organisasi Tim konsultan akan mengacu pada ketentuan kulifikasi dan jumlah personil yang diuraikan dalam KAK. Tim konsultan terdiri dari tenaga ahli dan tenaga pendukung yang mempunyai keahlian dan pengalaman pada bidangnya masing-masing. 3.1.2 Tata Cara Pelaksanaan (Sistem Prosedur) Mempertimbangkan sifat dan jenis pekerjaan, tim konsultan dalam melaksanakan kegiatan ini akan banyak menggunakan analisis pembahasan secara koordinatif antara tenaga ahli pada setiap hasil kegiatannya atau temuan sesuai dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan ini. Berdasarkan jenis kegiatan maka perlu diatur kedalam sistem prosedur dalam setiap langkah pemrosesan agar dapat berjalan lebih efektif. 3.1.3 Koordinasi Pelaksanaan Pimpinan perusahaan yang dibantu oleh ketua tim, akan selalu melakukan fungsi koordinasi intern dan ekstern, sehingga sistem koordinasi akan dapat berjalan dengan baik dan akslerasi penanganan dapat selaras dan sinergi dalam mencapai tujuan pekerjaan sesuai dengan biaya dan waktu yang telah ditentukan. Ketua Tim (Team Leader) memiliki tanggung jawab utama untuk dapat mengkoordinasikan seluruh anggota tim dan melakukan koordinasi ke pihak terkait terutama Direksi pekerjaan. 3.1.4 Tugas dan Tanggung Jawab Tim Perencanaan BAB 4 - 2 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB Tim Perencanaan akan dipimpin oleh seorang Team Leader yang memiliki tugas dan tanggung jawab mengkoordinir seluruh anggota tim termasuk tenaga pendukung lainnya. Tim Perencana diharapkan dapat bekerja efektif dengan akslerasi dan sinergi sesuai tuntutan waktu dan hasil pekerjaan. Tenaga Ahli memiliki tugas dan tanggung jawab bekerja sungguh-sungguh dengan menerapkan seluruh kemampuan keahliannya. Tenaga Ahli melakukan kajian dan penyusunan perencanaan sesuai dengan kualifikasi keahliannya. Tenaga Pendukung memiliki tugas dan tanggung jawab membantu Tenaga Ahli dalam menjalankan tugasnya sehingga pelaksanaan bisa tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya. 3.1.5 Pusat Kegiatan Kegiatan pelaksanaan perencanaan ini direncanakan akan dipusatkan di kantor PT. Plassa Gagas Persada di Mataram sebagai Base Proyek. 3.2. ACUAN NORMATIF Pelaksanaan Perencanaan Teknis Jalan NTB mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku sebagai dasar hukum. Berikut acuan normatif yang akan dijadikan pijakan dalam melaksanakan pekerjaan, diantaranya : 1. Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas 3. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2014 tentang Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Lalu-lintas 6. Peraturan Meneteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan Dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 14 Tahun 2006 Tentang Manajemen Dan Rekayasa Lalu Lintas Di Jalan 8. Peraturan Menteri PU No. 20 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemanfaatan & Penggunaan Bagian Jalan 9. Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Bina Marga Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997 10. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga Nomor : 02/M/BM/2017 Manual Desain Perkerasan BAB 4 - 3 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB 11. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga : PETUNJUK TEKNIS PENGUJIAN TANAH 12. SNI No. 03-3424-1994 Perencanaan Drainase Permukaan Jalan 3.3. METODOLOGI PELAKSANAAN PRA-PERENCANAAN Setelah dilakukan pendekatan dan penelaahan terhadap sasaran akhir pekerjaan serta ketentuan yang ada di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka dalam penyelesaian pekerjaan akan menggunakan suatu metodologi yang tepat, terhadap kajian dan analisis yang dipergunakan dalam pekerjaan ini. Metodologi adalah upaya yang ditempuh untuk mendapatkan suatu hasil kegiatan perencanaan pada tingkat yang optimal. Pemilihan terhadap penggunaan metode, telah dilakukan pendekatan dengan maksud agar dicapai suatu metoda pelaksanaan studi yang efektif. 3.3.1 SURVEY PENDAHULUAN Ketentuan pelaksanaan Survey Pendahuluan sebagaimana uraian dalam KAK meliputi Survey Awal geometrik jalan, kondisi perkerasan, topografi, bangunan pelengkap, geologi dan geoteknik, lalu lintas dan drainase. Metodologi yang akan digunakan yaitu Metode Observasi. Survey Pendahuluan akan dilaksanakan dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis baik secara langsung maupun secara tidak langsung di lokasi ruas jalan. Sebagaiaman uraian KAK, Survey Pendahuluan meliputi : a. Survey Pendahuluan Geometrik : o Menentukan titik awal dan akhir proyek; o Mengidentifikasi medan secara stationing/urutan jarak; o Mengidentifikasi penerapan desain geometrik; o Survey utilitas jalan; o Memperhitungkan kebutuhan alinyemen untuk lokasi galian, timbunan, bangunan pelengkap jalan, gorong-gorong dan persimpangan; o Membuat patok-patok sementara dan tanda banjir pada lokasi proyek; o Menghitung perkiraan volume pekerjaan. b. Survei Pendahuluan Kondisi Eksisting Perkerasan o Inventarisasi terhadap data histori penanganan jalan; o Identifikasi jenis pavement; o Identifikasi kerusakan perkerasan jalan. c. Survei Pendahuluan Topografi BAB 4 - 4 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB o Mengamati kondisi topografi; o Menyarankan posisi patok permanen (bench marks) pada lokasi yang aman dan mudah dilihat. d. Survei Pendahuluan Bangunan Pelengkap o Memperkirakan lokasi bangunan pelengkap jalan yang akan dibuat. e. Survey Pendahuluan Geologi dan Geoteknik o Melakukan pengambilan data mengenai karakteristik tanah, perkiraan lokasi sumber material dan mengantisipasi dan mengidentifikasi lokasi potensi longsor; o Mengidentifikasi lokai/titik pengujian antara lain DCP dan test pit; o Memberikan rekomendasi rencana trase alinyemen jalan; o Mengidentifikasi masalah-masalah geoteknik, bahaya, resiko dan batasan proyek; o Mencatat pengamatan visual menurut stasiun, aptok kilometer atau informasi lokasi lain, seperti GPS. f. Survey Pendahuluan Drainase o Melakukan pengumpulan data mengenai curah hujan, luas daerah tangkapan, drainase eksisting; o Mengamati kondisi lokasi berkaitan dengan kemiringan tanah dan pola aliran serta tata guna lahan; 3.3.2 SURVEY TOPOGRAFI Topografi (berasal dari kata “topos” yang berarti tempat dan “grapho” yang berarti menulis) adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan benda langit lain, seperti planet, satelit (alami, seperti bulan), dan asteroid. Hal itu juga termasuk penggambarannya di peta. Ada dua teknik yang dapat membantu studi topografi ini, yaitu survey secara langsung dan penginderaan jarak jauh (remote sensing). Survei topografi adalah suatu metode untuk menentukan posisi tanda-tanda (features) buatan manusia maupun alamiah diatas permukaan tanah. Survei topografi juga digunakan untuk menentukan konfigurasi medan (terrain). Kegunaan survei topografi adalah untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk gambar peta topografi. Gambar peta dari gabungan data akan membentuk suatu peta topografi. Sebuah topografi memperlihatkan karakter vegetasi dengan memakai tanda-tanda yang sama seperti halnya jarak horizontal diantara beberapa features dan elevasinya masing-masing diatas datum tertentu. Proses pemetaan topografi sendiri adalah proses pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan survei teristris. Teknik pemetaan BAB 4 - 5 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan perkembangan peralaatan ukur tanah secara elektronis, maka proses pengukuran menjadi semakin cepat dengan tingkat ketelitian yang tinggi, dan dengan dukungan teknologi GIS maka langkah dan proses perhitungan menjadi semakin mudah dan cepat serta penggambarannya dapat dilakukan secara otomatis. 1. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada survey pengukuran meliuti : a. Peta topografi: digunakan untuk informasi tentang keadaan, lokasi, jarak, rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi juga menampilkan variasi daerah, tingkat tutupan vegetasi dan perbedaan ketinggian kontur. b. Pita atau tali ukur: digunakan untuk mengukur panjang lintasan atau ketebalan suatu lapisan. Pita ini biasanya berbentuk roll agar mudah dibawa. c. GPS : digunakan untuk menentukan kordinat posisi, kecepatan, arah dan waktu saat survey. GPS juga berguna untuk mengetahui medan lokasi agar kita tidak tersesat. Gambar 4.2. Roll Meter/Tali Ukur dan GPS d. Kamera: digunakan untuk mempublikasikan hasil kegiatan lapangan yang dilakukan, mulai dari lokasi kegiatan. e. Kompas: merupakan alat navigasi penunjuk arah sesuai dengan magnetik bumi secara akurat. f. Waterpass: adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal . BAB 4 - 6 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB Gambar 4.3. Waterpass g. Total station: adalah instrumen optis/elektronik yang digunakan dalam pemetaan dan konstruksi bangunan. Total station merupakan teodolit terintegrasi dengan komponen pengukur jarak elektronik (electronic distance meter (EDM)) untuk membaca jarak dan kemiringan dari instrumen ke titik tertentu. Gambar 4.4. Total Station Topcon dan Sokia h. Tripod: adalah kaki tiga untuk menyangga alat total station, Digital Theodolite, waterpass, dll untuk berdiri tegaknya alat ukur dengan settingan tinggi kaki tripod yang dapat disesuaikan. Gambar 4.5. Tripod i. Rambu ukur: adalahalat bantu dalam menentukan beda tinggi dan mengukur jarak dengan menggunakan pesawat waterpass atau total statison. Rambu ukur terbuat dari kayu atau campuran logam alumunium. Ukurannya, tebal 3 cm – 4 cm, lebarnya + 10 cm dan panjang 2 m, 3 m, 4 m, dan 5 m. Pada bagian bawah diberi sepatu, agar tidak aus BAB 4 - 7 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB karena sering dipakai. Rambu ukur dibagi dalam skala, angka - angka menunjukan ukuran dalam desimeter. Ukuran desimeter dibagi dalam sentimeter oleh E dan oleh kedua garis. Oleh karena itu, kadang disebut rambu E. Ukuran meter yang dalam rambu ditulis dalam angka romawi. Angka pada rambu ukur tertulis tegak atau terbalik. Pada bidang lebarnya ada lukisan milimeter dan diberi cat merah dan hitam dengan cat dasar putih agar saat dilihat dari jauh tidak menjadi silau. Meter teratas dan meter terbawah berwarna hitam, dan meter di tengah dibuat berwarna merah. Gambar 4.6. Bak Ukur dan Jalon (Pole Stick) Bahan yang diperlukan pada survey topografi antara lain: a. Bench Mark (BM): adalah patok beton yang dibuat dan ditanam ada dua jenis, yang pertama patok beton yang berukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm. Gambar 4.7. Detail Benck Mark (BM) b. Control Point (CP) : adalah patok beton yang mempunyai ukuran 10 cm x 10 cm x 80 cm atau yang lebih sering disebut dengan Control Point (CP). 2. Metode Pengukuran a. Pengukuran Pengikatan BAB 4 - 8 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB Survei topografi diawalai dengan melakukan pengukuran pengikatan yaitu pengukuran untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal dan posisi vertikal. 1) Titik Referensi Posisi Horisontal/Koordinat (X,Y) Untuk pekerjaan ini dibuat dua buah BM. Dalam proses pemetaan BM.1 dipakai sebagai referensi horisontal (X,Y). BM ini harus diikatkan terlebih dahulu terhadap BM yang ada dilapangan (milik PT. …) yang sudah memiliki nilai koordinat global. BM yang lain diikatkan terhadap BM.1 ini. Titik-titik referensi ini dilalui atau termasuk dalam jaringan pengukuran poligon, sehingga merupakan salah satu titik poligon. 2) Titik Referensi Posisi Vertikal (Z) Sebagai referensi ketinggian digunakan elevasi yang sudah tersimpan pada BM di lapangan, yang juga digunakan pada pekerjaan terdahulu, yang mempunyai datum (elevasi 0.00 m) pada Lowest Low Water Level (LLWL) pasang surut. b. Pemasangan Patok BM Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench mark (BM) dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara teratur dan mewakili kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z). Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi nomenklatur atau kode,untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan. Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua jenis titik ikat yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench mark (BM) dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara teratur dan mewakili kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z). Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi nomenklatur atau kode,untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan. Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua jenis titik ikat yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat. c. Pengamatan Azimuth Matahari BAB 4 - 9 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB Tujuan pengamatan azimuth matahari adalah menentukan lintang dan bujur suatu titik (tempat) di bumi, yaitu koordinat astronomis titik tersebut, serta menentukan azimuth arah antara dua titik di permukaan bumi. Pada khususnya penentuan azimuth suatu arah di permukaan bumi sangat diperlukan dalam pekerjaan-pekerjaan pengadaan titik dasar untuk pekerjaan pemetaan, baik pemetaan cara terestris maupun pemetaan cara fotogametris. Azimuth diperlukan bukan saja untuk pemberian orientasi utara kepada peta, tetapi lebih penting untuk mengontrol ukuran-ukuran sudut pada pengukuran poligon dan triangulasi. d. Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal (Pengukuran Poligon) Pengukuran kerangka kontrol horisontal dilakukan dengan menggunakan system pengukuran metode poligon, atau lebih dikenal dengan nama pengukuran poligon. Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini kerangka dasar horisontal/posisi horisontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan dalam penjelasan di bawah ini.Dalam pembuatan titik dalam jaringan pengukuran poligon, titik-titik poligon tersebut berjarak sekitar 50 meter. Pengukuran Sudut Sudut diukur dengan menggunakan alat ukur Total Station. Pengukuran sudut dapat dijelaskan dengan Gambar berikut ini : Gambar 4.8. Pengukuran Sudut Poligon Sudut yang dipakai adalah sudut dalam yang merupakan hasil rata-rata dari pengukuran I dan II. Bacaan I = 101°30’29” Bacaan II = 101°30’28” Rata-rata = 101°30’28,5” Sedangkan untuk pengukuran jarak dilakukan dengan cara optis dan dicek dengan menggunakan meetband. BAB 4 - 10 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB Hitungan Poligon Poligon dihitung dengan cara sebagai berikut : Gambar 4.9. Poligon Hitungan Koordinat Koordinat masing-masing titik poligon dihitung dengan persamaan dari Gambar berikut : Gambar 4.10. Model Matimatis Hitungan Koordinat e. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal (Pengukuran Waterpass) BAB 4 - 11 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran waterpass/sipat datar pada titik - titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi seperti diilustrasikan pada gambar berikut : Gambar 4.11. Pengukuran Waterpass (Sipat Datar) Spesifikasi teknis pengukuran sipat datar adalah sebagai berikut: a. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi. b. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap. c. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka. d. Pengukuran dilakukan double standpergi pulang pembacaan rambu lengkap benang atas, benang tengah, dan benang bawah. e. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm. f. Jarak rambu ke alat maksimum 75 m. g. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik. h. Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut : Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah dengan menggunakan spreadsheet sebagaimana kerangka horisontalnya. Dari hasil pengolahan tersebut didapatkan data ketinggian relatif pada titik-titik patok terhadap BAB 4 - 12 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB bench mark acuan. Ketinggian relatif tersebut pada proses selanjutnya akan dikoreksi dengan pengikatan terhadap elevasi muka air laut paling surut (Lowest Low Water Level - LLWL) yang dihitung sebagai titik ketinggian nol (+0.00). f. Pengukuran Detail Situasi Pengukuran detail situasi dilaksanakan untuk memperoleh dan mengetahui keadaan topografi daerah yang akan dipetakan. Pelaksanaan pengukuran detail situasi dapat dilakukan dengan Sistem Raai dan Sistem Voorsall. Pelaksanaan pengukuran situasi detail dengan sistem raai dilakukan dengan merajang daerah yang akan dipetakan menjadi poligon-poligon cabang yang lebih kecil. Dengan merajang meng “array” daerah yang akan dipetakan maka akan didapat jalur-jalur poligon yang saling sejajar satu sama lain. Perhitungan poligon dilakukan dengan menggunakan system hitungan poligon terbuka terikat sempurna, detail situasi diukur dengan metode sudut kutub. Detail-detail tersebut diukur dengan menggunakan alat Total Station dan Theodolith Wild TO. Jarak dan beda masing-masing sisi dan titik detail diukur dengan metode Tachimetry. Pengukuran situasi dilakukan dengan metode tachymetri, yaitu sebagai berikut : a. Teodolit yang digunakan sebaiknya dilengkapi dengan ousole. b. Setiap akan melakukan pengukuran harus terlebih dahulu dilakukan kalibrasi teodolit. c. Rambu ukur yang digunakan harus memiliki interval skala yang benar. d. Batas Areal di tepi kiri dan di tepi kanan Jalan yang diukur situasinya tergantung pada tujuan penggunaan peta situasi. e. Jumlah detail unsur situasi yang diukur harus betul-betul representatif, oleh sebab itu kerapatan letak detail harus selalu dipertimbangkan terhadap bentuk unsur situasi serta skala dari peta yang akan dibuat, f. Setiap pembacaan rambu ukur harus dilakukan pada ketiga benang, yaitu benang atas, benang tengah, dan benang bawah, g. Semua detail situasi yang diukur harus dibuat sketsanya, h. Sketsa detail situasi harus dilengkapi dengan arah utara, i. Setiap lembar formulir data ukur detail situasi harus ditulis nomor lembarnya, nama pekerjaan, nama pengukur, alat yang digunakan, merek dan nomor seri BAB 4 - 13 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB alat yang digunakan, tanggal dan tahun pengukuran, dan keadaan cuaca pada saat melakukan pengukuran. g. Pengukuran Penampang Melintang Penampang melintang pada Jalan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi tampang permukaan tanah pada posisi tegak lurus terhadap as Jalan penampang melintang ini diukur dengan menggunakan alat ukur Theodolith Wild-TO. Untuk daerah yang datar digunakan alat waterpass. Pengukuran penampang melintang Jalan dilakukan dengan metode tachymetri yaitu sebagai berikut : 1) Jarak antar penampang melintang yang diukur bergantung pada perbedaan elevasi dan kegunaan gambar penampang melintang tersebut. 2) Teodolit yang digunakan mempunyai ketelitian = 30 detik. 3) Setiap akan melakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan kalibrasi teodolit. 4) Rambu ukur yang digunakan harus memiliki interval skala yang benar. 5) Arah penampang melintang yang diukur diusahakan tegak lurus ruas Jalan. 6) Batas pengambilan detail di areal tepi kiri dan di areal tepi kanan Jalan tergantung pada kegunaan gambar penampang melintang tersebut. 7) Detail yang ukur harus dapat mewakili bentuk irisan melintang alur Jalan dan relief areal di tepi kiri serta di tepi kanan Jalan setempat. 8) Apabila di areal tepi kiri atau di areal tepi kanan Jalan terdapat bangunan permanen seperti halnya rumah, maka letak batas dan ketinggian lantai rumah tersebut harus diukur, dan diperlakukan sebagai detail irisan melintang. 9) Jumlah dan kerapatan letak detail yang diukur harus dipertimbangkan pula terhadap skala gambar penampang melintang yang akan dibuat. 10) Setiap detail yang diukur harus dibuat sketsanya, dan sketsa detail penampang melintang tidak boleh terbalik antara letak tebing kiri Jalan dengan letak tebing kanan Jalan. 11) Setiap pembacaan rambu ukur harus dilakukan pada ketiga benang, yaitu benang atas, benang tengah dan benang bawah. BAB 4 - 14 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB 12) Setiap lembar formulir data ukur penampang melintang harus ditulis nomor lembarnya, nama pekerjaan, nama pengukur, alat yang digunakan, merek dan nomor seri alat yang digunakan, tanggal dan tahun pengukuran, dan keadaan cuaca pada saat melakukan pengukuran. h. Pengolahan Data Pengendalian Data 1) Setiap lembar data ukur dan data hitungan yang telah disetujui harus diberi paraf di bagian bawah di sebelah kanan. 2) Semua data ukur dan data hitungan harus selalu diklasifikasikan menurut acamnya, kemudian disusun secara urut, dan disimpan pada tempat yang aman. Analisa Data 1) Penghitungan Poligon Secara umum penghitungan poligon terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama adalah penghitungan koordinat sementara dan tahap yang kedua merupakan penghitungan koordinat definitif. Sistem proyeksi peta yang digunakan adalah system proyeksi Universal Transfer Mercator (UTM). Koordinat sementara a) Sudut 1. Ratakan sudut-sudut horizontal hasil pengukuran pada tiap titik poligonutama dan tiap titik poligon cabang, 2. Periksa kesalahan penutup sudut pada setiap sirkuit, kemudian periksa pulakesalahan penutup sudut pada seluruh sirkuit, 3. Untuk membawa hitungan ke sistem proyeksi UTM, sudut hasil ukuran diberikoreksi kappa (κ) dan koreksi jurusan horizontal Psy (Ψ). b) Jarak 1. Ratakan jarak hasil ukuran pada setiap sisi poligon utama dan poligoncabang, 2. Untuk membawa hitungan ke sistem proyeksi UTM, jarak hasil ukuran diberireduksi ke bidang geoid dan reduksi ke bidang proyeksi. c) Azimut BAB 4 - 15 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB Jika azimut yang digunakan merupakan azimut astronomi hasil pengamatan matahari, untuk membawanya ke bidang proyeksi UTM diberi reduksi konvergensi meridian. d) Koordinat sementara 1. Jumlah sudut-sudut poligon, di hitung kesalahan penutupnya, lalu berikankoreksi sudut, 2. Hitung azimut tiap sisi poligon, 3. Hitung dsin a dan dcos ἀ, 4. Berikan koreksi fx dan fy, 5. Hitung koordinat titik-titik poligon, e) Koordinat definitif Penghitungan koordinat definitif dilakukan dengan metode least square (kwadrat terkecil). 2) Hitungan waterpasing : Secara umum penghitungan waterpasing terdiri dari dua tahap, untuk tahap pertamaadalah penghitungan ketinggian sementara, dan tahap kedua merupakan penghitungan ketinggian definitif. a) Ketinggian Sementara 1. Hitung beda tinggi tiap slag. 2. Periksa hasil pengukuran waterpasing denqan menselisihkan jumlah beda tinggihasil pengukuran pergi terhadap jumlah beda tinggi hasil pengukuran pulang. 3. Apabila jumlah beda tinggi hasil pengukuran pergi terhadap jumlah beda tinggi hasil pengukuran pulang tidak memenuhi toleransi yang ditetapkan, makaperiksa beda tinggi tiap slag dari hasil pengukuran pergi dan beda tinggi tiap slag hasil pengukuran pulang. 4. Apabila beda tinggi salah satu slag hasil pengukuran pergi dan hasil pengukuranpulangnya janggal, maka beda tinggi pada slag tersebut diukur ulang. 5. Hitung kesalahan penutup tiap sirkuit. BAB 4 - 16 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB 6. Berikan koreksi pada tiap slag. 7. Hitung ketinggian patok sementara, patok tetap bantu, dan patok tetap utama berdasarkan ketinggian titik ikat yang digunakan. b) Ketinggian definitif : Penghitungan ketinggian definitif dilakukan dengan metode least square (kwadrat terkecil). 3) Hitungan detail situasi a) Jarak tiap detail terhadap patok merupakan jarak tidak langsung (jarak optis) yang dihitung berdasarkan fungsi goneometri sudut vertikal dan hasil bacaan rambu ukur, b) Beda tinggi tiap detail terhadap patok dihitung dengan rumus tachymetri, c) Hitung ketinggian tiap detail berdasarkan ketinggian definitif. 4) Hitungan detail penampang melintang : a) Jarak tiap detail terhadap patok merupakan jarak tidak langsung (jarak optis) yang dihitung berdasarkan fungsi goneometri sudut vertikal dan hasil bacaan rambu ukur, b) Beda tinggi tiap detail terhadap patok dihitung dengan rumus tachymetri, c) Hitung ketinggian tiap detail berdasarkan ketinggian definitif. i. Penggambaran Gambar ukur yang berupa gambar situasi harus digambar berdasarkan titik - titik poligon dengan skala 1 : 1000 dan interval kontur 10 cm pada arah absis (X) maupun ordinat (Y) dengan nilai 100 m untuk masing - masing absis dan tepi kiri peta untuk angka ordinat. 3.3.3 SURVEY PERKERASAN JALAN Sebagaiman penjelasan di KAK, survey perkerasan jalan akan dilakukan dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP). Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai California Bearing Ratio ( CBR ) lapisan tanah dasar yang dilakukan pada ruas-ruas jalan belum beraspal seperti jalan kerikil atau jalan aspal yang telah rusak hingga tampak lapisan pondasinya atau untuk pelebaran jalan. Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1) Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan - ketentuan ukuran. BAB 4 - 17 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB 2) Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan setiap 200 meter secara zig - zag sepanjang ruas jalan yang ditetapkan. 3) Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan untuk permukaan jalan tanah/kerikil dan pada permukaan lapisan tanah dasar. 4) Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada seperti lapisan sirtu, lapisan telford, lapisan pasir, dll. 5) Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan dasar, kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras (lapisan batuan). 6) Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan khusus yang perlu diperhatikan seperti timbunan, kondisi drainase, cuaca, waktu, dll. 7) Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas. 8) Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini dicatat dalam formulir HR 2.2.1. 3.3.4 SURVEY GEOLOGI DAN GEOTEKNIK Hampir setiap bangunan teknik sipil terdiri dari bagian bangunan diatas tanah (super structure) dan bagian bangunan dibawah permukaan tanah (sub structure). Bagian bangunan dibawah permukaan tanah akan meneruskan seluruh beban bangunan ketanah pondasi. Untuk menyiapkan desain dan melaksanakan konstruksi bangunan, perencana perlu mengetahui sifat material bangunan yang digunakan dan sifat massa fondasinya yang dapat berupa tanah atau batuan. Dalam uraian KAK dijelaskan cukup rinci untuk metodelogi Survey Geologi dan Geoteknik, dan uraian yang akan kami sampaikan ini sebagai pelengkap dari uraian KAK. Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam pekerjaan ini, adalah untuk melakukan pemetaan penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal tanah pelapukan, memberikan informasi mengenai stabilitas tanah, menentukan jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan bahan jalan dan struktur, pada mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk perkiraan kuantitasnya. 1. Penyelidikan Lapangan Tujuan mendasar dari sebuah penyelidikan lapangan adalah mendapatkan data untuk keperluan desain dan pelaksanaan konstruksi dari sebuah proyek. Penyelidikan lapangan dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi pelapisan dan parameter tanah. Oleh karena itu, penentuan jenis dan penempatan titik-titik pengujian lapangan menjadi BAB 4 - 18 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB sangat penting. Penyelidikan lapangan yang umum dilakukan adalah berupa sondir mekanik dan pemboran teknik untuk pengambilan coring, Undisturb Sample (UDS) dan pelaksanaan Standard Penetration Test (SPT). Pengamatan muka air tanah pada setiap lubang bor teknik dilakukan untuk mengetahui kedalaman muka air tanah. Laporan penyelidikan geoteknik harus sesuai standar. Data yang ada harus cukup lengkap dan dapat digunakan untuk keperluan desain. Profil dan analisis parameter tanah yang disampaikan dalam laporan penyelidikan geoteknik paling tidak harus meliputi : a. Profil tanah untuk perencanaan (design profile) harus mewakili kondisi lapisan tanah, khususnya parameter-parameter tanah untuk perencanaan pondasi b. Muka air tanah c. Daya dukung tanah untuk jenis pondasi yang disarankan d. Parameter tanah untuk analisis penurunan bangunan jangka pendek dan jangka panjang e. Parameter tanah untuk analisis dinding penahan tanah untuk kondisi baik undrained maupun drained. Selain itu, klasifikasi jenis tanah dan profil lapisan- lapisan tanah minimal sampai kedalaman 30 m yang dimulai dari permukaan tanah asli. Gambar 4.12. Diagram Alir Penyelidikan Lapangan BAB 4 - 19 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB a. Tahapan Penyelidikan Lapangan Penyelidikan lapangan harus direncanakan dan dilaksanakan dalam sebuah tahapan, yaitu: 1. Pengumpulan Data Terdahulu, Studi Literatur dan Peninjauan Lapangan 2. Penyelidikan Utama 3. Penyelidikan Tambahan Setiap tahapan akan didesain dengan menggunakan informasi yang didapat dari tahapan sebelumnya. 1) Pengumpulan Data Terdahulu, Studi Literatur dan Peninjauan Lapangan Informasi awal yang dapat dikumpulkan adalah kondisi geologi, kegempaan regional, peraturan setempat, dan besarnya beban dari struktur. Informasi ini akan membantu perencana geoteknik untuk memutuskan tahap penyelidikan geoteknik selanjutnya. 2) Penyelidikan Utama Tujuan dari penyelidikan utama ini adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat untuk menghasilkan suatu desain serta metode pelaksanaan yang ekonomis dan aman. Lokasi dari titik-titik penyelidikan, seperti lubang bor, sondir, uji sumur, maupun uji-uji langsung di lapangan, harus ditentukan sehingga gambaran geologi umum dari lokasi secara keseluruhan dapat diperoleh dengan detil dan sifat- sifat teknik dari tanah di bawah permukaan. 3) Penyelidikan Tambahan Ketika penyelidikan keseluruhan mengungkapkan bahwa kondisi tanah yang ada tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka menjadi perlu atau diharapkan untuk dapat dilaksanakan suatu penyelidikan tambahan. Penyelidikan lapangan tambahan mungkin diperlukan untuk mendapatkan informasi tambahan dan atau untuk mengkonfirmasi atau menolak data yang meragukan. Kadangkala kebutuhan akan penyelidikan tambahan ini dapat diabaikan jika penyelidikan utama dilakukan dengan pengawasan yang tepat. Masalah-masalah dapat diidentifikasi selama pelaksanaan penyelidikan utama ini, dan perencanaan dari penyelidikan dapat pula dimodifikasi atau dikembangkan untuk mendapatkan informasi tambahan yang dibutuhkan. BAB 4 - 20 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB b. Sondir (Cone Penetrometer Test – CPT) Pengujian Sondir atau cone penetration test (CPT) merupakan salah satu pengujian lapangan yang bertujuan untuk mengetahui profil atau pelapisan (stratifikasi) tanah dan daya dukungnya. Stratifikasi tanah dan daya dukung dapat diketahui dari kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung (qc) dan gesekan selimutnya (fs). Alat sondir berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus. Prosedur pengujian Sondir mengacu pada SNI 2827:2008. Sondir menurut kapasitasnya dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Sondir ringan, memiliki kapasitas 0-250 kg/cm dengan kedalaman 30 meter 2. Sondir berat, memiliki kapasitas 0-600 kg/cm dengan kedalaman 50 meter Sondir menurut jenis alatnya dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Sondir mekanis. Sondir yang menghasilkan nilai tahanan ujung (qc) dan gesekan selimut (fs) mengacu pada ASTM D3441. 2. Sondir elektrik. Sondir yang menghasilkan nilai tahanan ujung (qc), gesekan selimut (fs) dan tekanan air pori (u) mengacu pada ASTM D5778. Sondir manual tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam penyelidikan tanah. Gambar 4.13. Cara Kerja Sondir Elektrik BAB 4 - 21 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB c. Pemboran Teknik Pemboran teknik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelapisan tanah (pengambilan coring), pengambilan contoh tanah (Undisturb Sample, UDS) dan mengetahui parameter tanah dari hasil uji lapangan (seperti Standard Penetration Test, SPT; uji lapangan lainnya). Tanah yang didapatkan dari pengambilan coring ditempatkan dalam core box. Dibuat boring log secara visual yang dilengkapi dengan data dari uji lapangan dan laboratorium. Kedalaman titik bor untuk penyelidikan pondasi jembatan minimal 40 m. Apabila sampai kedalaman 40 m belum ditemukan tanah keras, maka kedalaman titik bor ditambah sampai menemukan tanah keras. d. Uji Penetrasi Standar (SPT) SPT (standard penetration test) adalah metoda pengujian di lapangan dengan memasukkan (memancangkan) sebuah Split Spoon Sampler (tabung pengambilan contoh tanah yang dapat dibuka dalam arah memanjang) dengan diameter 50 mm dan panjang 500 mm. Split spoon sampler dimasukkan (dipancangkan) ke dalam tanah pada bagian dasar dari sebuah lubang bor. Uji Standard Penetration Test (SPT) dilakukan pada setiap lubang bor teknik dengan interval pengujian setiap 2,0 m. Pada uji SPT, indikasi tanah keras diartikan sebagai lapisan tanah dengan nilai SPT di atas 50 pukulan / 30,0 cm sebanyak 3 (tiga) kali pada 3 (tiga) kedalaman berturut turut. Prinsip pelaksanaan uji penetrasi standar (SPT) yaitu dengan memukul sebuah tabung standar kedalam lubang bor sedalam 450 mm menggunakan palu 63,5 kg yang jatuh bebas dari ketinggian 760 mm. Yang dihitung adalah jumlah pukulan untuk melakukan penetrasi sedalam 150 mm. Jumlah yang digunakan adalah pada penetrasi sedalam 300 mm terakhir. Pengujian SPT mengacu pada SNI 4153:2008 dan ASTM D1586-67. e. Pengambilan Sampel Tanah Pengambilan sampel tanah ini dapat terjadi dalam dua kondisi yaitu kondisi tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak terganggu (undisturb soil). Undisturbed sample adalah contoh tanah yang masih menunjukkan sifat asli tanah. Disturbed sample adalah sampel tanah yang diambil tanpa ada usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur asli tanah tersebut. Sampel undisturbed ini secara ideal tidak mengalami perubahan struktur, kadar air, dan susunankimia. Sampel tanah yang benar-benar asli tidak mungkin diperoleh, tetapi kerusakan sampel tanah dapat dibatasi sekecil mungkin. Tujuan dari pengambilan contoh adalah untuk pengujian laboratorium lebih lanjut supaya mendapatkan informasi geoteknik, seperti kuat geser dan karakteristik deformasi yang dibutuhkan untuk disain yang aman dan ekonomis. BAB 4 - 22 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB Pengambilan sampel tak terganggu (Undisturbed Sample/UDS) umumnya dilakukan pada setiap lubang bor teknik dengan interval 5,0 m dan akan diuji di laboratorium. Pengambilan sampel tak terganggu (UDS) mengikuti spesifikasi ASTM D-1587-83. Tabel 4.1. Metode Pengambilan Contoh Tanah Yang Umum Dilakukan 1) Pengambilan Sampel Tanah Terganggu (Disturbed SampleI) Sampel ini diperoleh dengan menggunakan alat yang mungkin dapat menghancurkan struktur makro tanah tetapi tidak mengganggu komposisi mineraloginya, dan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Spesimen contoh ini dapat digunakan untuk mengetahui perkiraan litologi umum endapan tanah, identifikasi komponen tanah dan tujuan klasifikasi umum, ukuran butiran, batas-batas atterberg dan karakteristik pemadatan tanah. 2) Pengambilan Sampel Tanah Tak Terganggu (Undisturbed SampleI) Sampel tanah tak terganggu yang diperoleh dari lapisan tanah lempung akan digunakan dalam uji laboratorium untuk mengetahui sifat-sifat teknik tanah. Sampel tanah tak terganggu dari tanahbberbutir kasar dapat juga diambil dengan prosedur khusus, seperti pembekuan atau pengisian lilin dan tabung blok atau tabung inti. Pengambilan sampel yang dilakukan dengan alat khusus ini, digunakan untuk membantu mengurangi gangguan pada struktur tanah in situ dan kadar air tanahnya. Sampel tanah tidak terganggu dapat pula digunakan untuk mengetahui kekuatan, stratifikasi, kelulusan air, kepadatan, konsolidasi, sifat dinamik, dan BAB 4 - 23 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB sifat teknik tanah lainnya. Pengambilan sampel tanah tak terganggu disarankan setiap interval kedalaman 5 meter dan setiap lapisan tanah. f. Sumur PIT Pit test dilakukan dengan melakukan penggalian lubang secara manual berukuran bujursangkar dengan lebar 1.50 dan kedalaman maksimum dari pit test adalah 2.0 m. Sampel yang diambil dari pit test ini diuji kompaksi dan CBR di laboratorium. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui kelayakan material tersebut sebagai bahan timbunan. g. Jumlah dan Jarak Titik Penyelidikan Lapangan Secara umum lokasi pekerjaan penyelidikan tanah akan dituangkan dalam sebuah layout desain penyelidikan tanah. Pengukuran dalam menentukan posisi titik penyelidikan tanah dapatnmenggunakan beberapa cara, antara lain: 1. Menggunakan meteran ukur terhadap titik acu (benchmark) atau bangunan yang sudah ada di lokasi penyelidikan tanah. 2. Sistem koordinat. Dari kedua cara tersebut tentu dengan menggunakan sistem koordinat akan lebih akurat bila dibandingkan tarikan manual dengan meteran, apalagi kalau lokasi tanah yang akan diselidiki masih berupa lahan kosong. Akurat di sini yang dimaksud adalah ketepatan antara titik penyelidikan tanah yang dituangkan dalam gambar teknis dengan lokasi penyelidikan di lapangan. Gambar 4.14. Layout Penyelidikan Tanah dengan Sistim Koordinat Idealnya penyelidikan tanah harus dilakukan sedapat mungkin pada titik atau koordinat yang ada pada layout desain penyelidikan tanah. Namun apabila kondisi medan atau kontur di lapangan yang tidak memungkinkan pada titik atau koordinat tersebut, maka pekerjaan BAB 4 - 24 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB penyelidikan tanah boleh digeser maksimal 3 meter dan melalui persetujuan oleh ahli geoteknik. Lokasi dan jumlah titik-titik penyelidikan lapangan, seperti sondir, lubang bor + SPT + UDS, uji sumur, maupun uji-uji langsung di lapangan lainnya, harus ditentukan sehingga gambaran geologi umum dari lokasi secara keseluruhan dapat diperoleh dengan detil dan sifat- sifat teknik dari tanah di bawah permukaan. Untuk penyelidikan detail bergantung pada bentuk konstruksi. Apabila bentuk konstruksi persegi memakai jarak setiap 25 sampai 50 meter, untuk konstruksi memanjang setiap 50 sampai dengan 100 meter. Terzaghi dan Peck merekomendasikan jumlah titik penyelidikan tanah sebagai berikut: 1. Untuk jembatan dan bendungan titik penyelidikan tanah diletakkan pada sumbusumbu struktur untuk mengetahui apakah pada lokasi tersebut kondisi tanah yang ada mampu mendukung beban struktur. 2. Masih untuk jembatan, titik penyelidikan yang lain diletakkan di bawah pangkal jembatan atau pilar. 3. Pada bendungan titik penyelidikan yang lain dilakukan pada lokasi bangunan pelengkap seperti lokasi bendungan elak. 2. Penyelidikan Laboratorium Uji laboratorium dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi geoteknik (parameter fisik dan mekanik tanah) yang dibutuhkan untuk desain bangunan yang aman dan ekonomis. Hasil pengujian akan memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi serta untuk mengevaluasi karakteristik kekuatan dan kompresibilitas lapisan tanah. AASHTO (1988) menyusun daftar pengujian yang penting dengan urutan perkiraan menurut biaya yang semakin meningkat sebagai berikut: pemeriksaan visual, kadar air asli, batas plastis dan cair, analisis butiran (mekanik), uji baling laboratorium tekan bebas, pemadatan atau kepadatan relatif, California Bearing Ratio, CBR, BAB 4 - 25 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB Permeabilitas, geser langsung, tekan triaksial, konsolidasi Banyaknya pengujian laboratorium akan bervariasi untuk setiap proyek, bergantung pada faktorfaktor yang telah dibahas sebelumnya. Meskipun demikian, pengujian klasifikasi secara lengkap seharusnya dilaksanakan pada semua proyek. Berikut ini pengelompokan uji laboratorium yang umum dilakukan mengikuti suatu standar uji dari ASTM, yaitu: Uji Indeks Properties (Kadar Air, Berat Jenis, Berat Isi, Atterberg Limits, Grain Size Analysis) Uji Kuat Geser Tanah (Uji Kuat Tekan Bebas, Uji Triaksial, Uji Geser Langsung) Uji Kompresibilitas (Uji Konsolidasi) Uji Permeabilitas Uji Kompaksi Uji CBR 3.3.5 SURVEY LALU LINTAS Tujuan dari pelaksanaan survei lalu lintas antara lain untuk mengumpulkan informasi tentang kondisi lalu lintas dan perubahannya dari waktu ke waktu. Survei lalu lintas dapat dibagi lagi kedalam parameter yang lebih spesifik tergantung kebutuhan. Berikut jenis survey lalu lintas : 1. Survei Volume Lalu Lintas 2. Survei kecepatan Kecepatan Lalu Lintas 3. Survei Jumlah Kendaraan Parkir 4. Survei Berat Kendaraan 5. Survei Konsumsi Dan Emisi Bahan Bakar Dalam KAK sudah dijelaskan bahwa survey lalu lintas yang kan dilakukan adalah untuk mengetahui volume lalu lintas atau Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) berdasarkan jenis atau kelompok kendaraan di ruas jalan lokasi pekerjaan perencanaan. Dan kegiatan Survey Lalu Lintas akan dilakukan dengan pengamatan langsung atau manual pada jam-jam lalu lintas ramai. BAB 4 - 26 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB Dalam pelaksanaan survey lalu lintas ini kami akan mengacu pada panduan yang dikeluarkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Pedoman Konstruksi Bangunan : pd.T-19-2004-B Survey Perencacahan Lalu Lintas Dengan Cara Manual. Selanjutnya kami sampaikan ketentuan-ketentuan dan metodologi pelaksnaan Survey Lali dalam buku pedoman tersebut sebagai gambaran penanganan pekerjaan survey lalu lintas. BAB 4 - 27 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 28 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 29 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 30 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 31 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 32 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 33 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 34 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 35 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 36 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 37 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 38 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 39 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 40 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 41 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 42 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 43 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 44 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB 3.4. METODOLOGI PELAKSANAAN PERENCANAAN Dalam uraian KAK telah dijelaskan metodologi dan rambu-rambu pekerjaan perencanaan pada setiap tahap dengan cukup jelas. Dalam uraian metodologi ini kami sampaikan tahapan dan jenis-jenis pekerjaan pokok perencanaan. Dan untuk lingkup lainnya pada pelaksanaan perencanaan akan mengacu pada arahan KAK dan ketentuan standar terkait lainnya. 1. PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Sesuai arahan KAK, perencanaan geometric jalan mengacu pada buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997 yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Bina Marga Tahun 1997. Beberapa pokok isi buku tersebut kami sampaikan petikan per halaman dibawah ini. BAB 4 - 45 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 46 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 47 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 48 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 49 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 50 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 51 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 52 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 53 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 54 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 55 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 56 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 57 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 58 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 59 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 60 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 61 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 62 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 63 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 64 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 65 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 66 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 67 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 68 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 69 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 70 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 71 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 72 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 73 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 74 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 75 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 76 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 77 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 78 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 79 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 80 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 81 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 82 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 83 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 84 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB 2. PERENCANAAN DRAINASE JALAN Perencanaan Drainase Jalan sesuai arahan KAK akan dilaksanakan dengan mengacu pada buku Standar Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI No. 03-3424-1994 yang dikeluarkan oleh Dewan Standarisasi Nasional Tahun 1994. Beberapa pokok isi buku tersebut kami sampaikan petikan per halaman dibawah ini. BAB 4 - 85 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 86 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 87 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 88 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 89 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 90 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 91 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 92 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 93 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 94 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 95 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 96 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 97 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 98 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 99 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 100 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 101 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 102 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 103 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 104 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 105 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 106 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 107 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 108 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 109 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 110 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 111 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 112 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 113 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 114 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 115 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 116 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 117 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 118 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 119 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 120 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 121 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 122 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 123 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 124 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 125 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 126 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB 3. PERENCANAAN PERKERASAN JALAN Perencanaan Perkerasan Jalan sesuai arahan KAK akan dilaksanakan dengan mengacu pada buku Manual Disian Perkerasan Direktorat Jenderal Bina Marga Nomor : 02/M/BM/2017 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dirjen Bina Marga tahun 2017. Beberapa pokok isi buku tersebut kami sampaikan petikan per halaman dibawah ini. BAB 4 - 127 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 128 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 129 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 130 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 131 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 132 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 133 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 134 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 135 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 136 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 137 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 138 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 139 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 140 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 141 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 142 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 143 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 144 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 145 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 146 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 147 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 148 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 149 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 150 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 151 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 152 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 153 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 154 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 155 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 156 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 157 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 158 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 159 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 160 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 161 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 162 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 163 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 164 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 165 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 166 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 167 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 168 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 169 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 170 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 171 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 172 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 173 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 174 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 175 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 176 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 177 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 178 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 179 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 180 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 181 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 182 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 183 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 184 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 185 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 186 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 187 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 188 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB BAB 4 - 189 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB 4. PENYUSUNAN GAMBAR PERENCANAAN Sebagaiman arahan pelaksnanaan perencanaan dalam KAK bahwa Pembuatan gambar trase jalan selengkapnya, dilakukan setelah konsep perencanaan (Draft Design) mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa atau mewakilinya. Selain berdasarkan data teknis di lapangan, gambar desain perencanaan jalan juga mempertimbangkan hasil konsultasi publik yang harus dilakukan penyedia jasa sebelum final design ditetapkan. Penggambaran hasil final perencanaan digambar diatas kertas standar sheet ukuran A3. Gambar perencanaan akhir diuraikan secara ringkas sebagai berikut : a. Sampul luar (cover) dan sampul dalam b. Daftar isi (Dokumen Pengadaan dan Gambar Standar) c. Lembar judul yang membuat lay-out jalan skala 1: 50.000 d. Peta lokasi pekerjaan (Hasil Tracking GPS) e. Peta lokasi sumber material (quarry) f. Lembar simbol dan singkatan g. Gambar center line jalan skala 1: 5000 dilengkapi dengan detail jalur poligon serta koordinat dari semua patok pengukuran (BM) h. Lembar daftar jembatan dan gorong-gorong i. Lembar gambar bangunan pelengkap jalan lainnya j. Lembar daftar kuantitas pekerjaan k. Typical potongan melintang skala 1: 100 dilengkapi dengan detail konstruksi perkerasan dan saluran samping l. Plan dan Profil Skala horisontal 1 : 1000, skala vertikal 1: 100 Dilengkapi dengan detail situasi yang ada, letak dan tanda patok KM dan beton (BM), letak dan ukuran jembatan/gorong-gorong, tanda tanda lalu-lintas dan sebagainya. Dilengkapi dengan detail perlengkapan jalan (rambu, marka, dll) m. Potongan Melintang (Cross Section) Skala horisontal 1: 100, skala vertikal 1: 50 Dibuat setiap jarak 25 m s.d. 50 m n. Gambar-gambar standar o. Penampang vertikal ringkasan pekerjaan, tidak berskala (Strip map) p. Penampang horizontal pekerjaan perkerasan jalan, tidak berskala (Jenis Penanganan) BAB 4 - 190 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB 3.5. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN PERENCANAAN Jadwal Pelaksana (Time schedule) adalah suatu alat pengendali prestasi pelaksanaan secara menyeluruh agar dalam pelaksanaan atau pengerjaan suatu proyek dapat berjalan dengan lancar dan tertata. Dalam Jadwal Pelaksanaan akan menggambarakan tahapan pekerjaan, waktu pelaksanaan setiap tahap pekerjaan, dan waktu penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Jadwal Pelaksanaan akan dibuat Time Leader untuk membuat dan mengatur tugas anggota Tim perencanaan serta memberitahukan kepada organisasi bagaimana para personil pekerencanaan tersebut akan dijalankan. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan pekerjaan mengacu ketentuan yang diuraikan dalam Dokumen Pengadaan bahwa waktu pelaksanaan Perencanaan Teknis Jalan NTB selama 102 (seratus dua) hari kalender. Berikut kami sampaikan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dan Jadwal Penugasan Personil. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan Teknis Jalan NTB TAHAPAN PELAKSANAAN UARAIAN PEKERJAAN 1 Bulan Ke-1 2 3 4 WAKTU PELAKSANAAN Bulan Ke-2 Bulan Ke-3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 A. PERSIAPAN 1. Review Dokumen Kontrak 2. Penyusunan Jadwal Kerja 3. Pembagian Tugas Personil 4. Mobilasasi Personil 5. Pengumpulan Data Sekunder B. PRA-DESAIN 1. Kajian Literasi (Regulasi dan Stadar) 2. Survey Pendahuluan 3. Survey Pengukuran Topografi 4. Survey Perkerasan Jalan 5. Survey Geologi dan Geoteknik 6. Survey Lalu Lintas C. DESAIN 1. Perencanaan Geometrik Jalan PERENCANAAN 2. Perencanaan Drainase Jalan 3. Perencanaan Perkerasan Jalan 4. Perencanaan Lereng dan Stabilitas Badan Jalan 5. Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Kemanan Jalan 6. Perencanaan Keselamatan Jalan 4. Penyusunan Gambar Hasil Perencanaan 5. Penyusunan Kuantitas dan Biaya Fisik Jalan D. PEMBAHASAN, 1. Konsultasi Publik KONSULTASI DAN 2. Pembahasan/Ekspos Hasil Pekerjaan PENYERAHAN HASIL 3. Serah Terima Hasil Pekerjaan BAB 4 - 191 DOKUMEN USULAN TEKNIS Penyusunan Perencanaan Teknis Jalan NTB Jadwal PenugasanPersonil Perencanaan Teknis Jalan NTB No. A. 1 2 3 4 B. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama Personil TENAGA AHLI Lalu Sukarja Wirajaya Imam Adison I Made Mayana Sukandi TENAGA PENDUKUNG By Name By Name By Name By Name By Name By Name By Name By Name By Name By Name By Name Posisi Jabatan Waktu Penugasan (OB) Team Leader Ahli Teknik Jalan Ahli Geodesi Ahli Geoteknik 3.03 1.56 0.63 0.77 Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Surveyor Labour Labour Labour (DCP) Labour (Bor Mesin) Draftman Operator Komputer 0.6 1.8 0.6 1.46 0.17 0.94 0.34 0.4 0.8 0.7 3.03 1 Bulan Ke-1 2 3 4 WAKTU PELAKSANAAN Bulan Ke-2 Bulan Ke-3 1 2 3 4 1 2 3 Keterangan : 4 1 2 : Masuk Paruh Waktu : Masuk Penuh Waktu BAB 4 - 192