79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan V.1.1. Terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) antara penilaian performa komunikasi mahasiswa dan pembimbing klinik. V.1.2. Hal-hal yang mempengaruhi perbedaan penilaian mahasiswa dan pembimbing klinik adalah perbedaan intensifitas pengamatan, dan perbedaan ekspektansi performa mahasiswa antara mahasiswa dan pembimbing klinik. V.1.3. Penilaian dan keterlibatan mahasiswa dalam proses penilaian bermanfaat bagi mahasiswa. Manfaat tersebut adalah memberi kesempatan mahasiswa mengevaluasi kemampuan diri/self assessment, mengukur kemampuan diri, dan menimbulkan motivasi internal untuk memperbaiki diri. V.1.4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan penilaian dengan pengamatan dan melibatkan mahasiswa adalah menentukan pengintensifan pengamatan, penyamaan kriteria penilaian dan ekspektasi performa/level kompetensi yang diharapkan. V.2. Saran V.2.1. Saran untuk institusi pendidikan : V.2.1.1. Institusi pendidikan perlu menekankan dan mensosialisasikan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa dalam setiap pembelajaran kepada mahasiswa dan pembimbing klinik melalui kalibrasi dan benchmarking, yaitu pelatihan dengan menggunakan contoh kasus. V.2.1.2. Institusi pendidikan perlu meningkatkan pengetahuan pembimbing klinik dan semua yang terlibat dalam penilaian mengenai tingkatan kompetensi psikomotorik dan tingkatan penilaian kompetensi mahasiswa. V.2.1.3. Institusi pendidikan perlu melatih self assessment mahasiswa dengan membuat membuat program penilaian dengan melibatkan mahasiswa sejak tingkat pertama. 79 80 V.2.1.4. Dalam membuat program penilaian performa di setting nyata, institusi pendidikan perlu memperhatikan pengintensifan pengamatan, penyamaan kriteria penilaian, dan penyamaan persepsi ekspektasi performa/level kompetensi yang diharapkan. V.2.1.5. Penilaian terhadap performa mahasiswa di klinik menggunakan berbagai macam metode penilaian, salah satunya portofolio. V.2.2. Saran penelitian selanjutnya V.2.2.1. Meneliti performa komunikasi terapeutik mahasiswa pada setiap tingkat pendidikan diperlukan untuk mengetahui perubahan kemampuan mahasiswa. V.2.2.2. Penelitian mengenai kemampuan komunikasi dengan melibatkan semua jenjang pendidikan mahasiswa sehingga mendapatkan sampel penelitian yang lebih besar. V.3. Ringkasan Penelitian Komunikasi merupakan hal yang mendasar dalam keperawatan, bahkan efektivitas pelayanan pasien dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi yang dibangun perawat selama memberikan asuhan keperawatan (Potter dan Perry, 2007; Rosdahl dan Kowalski, 2008). Komponen utama komunikasi terapeutik adalah advokasi, validasi dan sikap terapeutik (Klavikovich dan DeLaCruzz, 2009; DeLaune dan Ladner, 2011). Penilaian kemampuan komunikasi dapat dilakukan melalui penilaian performa komunikasi mahasiswa dengan pasien simulasi maupun pasien nyata, survei kepada pasien, dan penilaian pengetahuan melalui ujian tertulis atau lesan (Duffy et al., 2004 ). Pelibatan mahasiswa dalam menilai kemampuan diri sendiri dengan menggunakan acuan terstandar penting bagi mahasiswa karena kemampuan ini dapat mendorong dan membantu mahasiswa bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran yang dijalaninya. Beberapa penelitian mengenai penilaian kompetensi mahasiswa yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen menunjukkan hasil yang bervariasi. Hasil penelitian Lundquist et al. (2013) menunjukkan bahwa penilaian kemampuan 81 komunikasi mahasiswa lebih rendah daripada penilaian komunikasi yang dilakukan oleh dosen. Hasil penelitian Mehrdad et al. (2012) mengenai evaluasi keterampilan mahasiswa keperawatan yang dilakukan oleh dosen, mahasiswa sendiri dan teman sebaya menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil antara evaluasi yang dilakukan oleh dosen, mahasiswa maupun teman sebaya. Penilaian kemampuan komunikasi terapeutik mahasiswa Akper Pemprov Jateng selama ini belum melibatkan mahasiswa, dan hanya dilakukan oleh dosen dan pembimbing klinik di rumah sakit. Penelitian ini akan membandingkan penilaian performa komunikasi terapeutik mahasiswa pasien oleh pembimbing klinik dan mahasiswa. Untuk menambah informasi mengenai alasan perbedaan/persamaan penilaian pembimbing klinik dan mahasiswa, dan pendapat mahasiswa terhadap keterlibatan dalam penilaian, maka peneliti akan mendalami penilaian tersebut dengan wawancara mendalam. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan dengan teknikteknik tertentu, berfokus kepada pasien dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien (DeLaune dan Ladner, 2011). Elemen-elemen penting yang ada dalam komunikasi terapeutik meliputi advokasi, sikap terapeutik dan validasi (Klakovich dan DelaCruz, 2005). Advokasi yaitu menyampaikan informasi mengenai diagnosis maupun informasi lain kepada keluarga secara jelas melalui cara yang mendukung keinginan dan keputusan pasien/keluarga. Sikap terapeutik adalah perilaku interpersonal yang membantu klien dalam mencapai kesehatan emosi. Perilaku perawat yang menunjukkan sikap terapeutik dilakukan dengan sikap yang alami, penuh empati dan dalam sikap menghormati klien. Validasi adalah mendengarkan secara hati-hati/mengerti dan memverifikasi intepretasi pesan yang disampaikan pasien secara akurat (Klakovich dan DelaCruz, 2005). Performa seseorang ditentukan oleh tiga faktor yaitu pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedur dan keterampilan, dan motivasi. Perbedaan ketiga faktor penentu performa ini akan menyebabkan performa yang berbeda-beda pada setiap orang (Russel, 2010). Pada keterampilan komunikasi di klinik, kemampuan mahasiswa dapat dinilai dengan menggunakan metode observasi langsung, 82 miniCEX, kemampuan komunikasi pada pasien simulasi, video, survei kepuasan pasien, self assessment, maupun peer assessment (McGaghie, 2009). Penelitian ini akan menilai performa komunikasi mahasiswa dengan berdasarkan observasi performa mahasiswa selama menjalani praktik klinik di rumah sakit. Menurut O’Shea et al., (2013); Salmon dan Young (2011) untuk menilai kemampuan komunikasi mahasiswa diperlukan suatu instrumen penilaian yang mengakomodasi penilaian objektif dan subjektif penilai. Penilaian subjektif penilai sangat berkaitan dengan persepsi penilai terhadap performa mahasiswa. Proses persepsi ini dipengaruhi oleh faktor eksternal yang meliputi lingkungan fisik dan sosial budaya, dan faktor internal yang meliputi pengetahuan, kepribadian, dan motivasi. Persepsi yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi keputusan yang dipilih seseorang dalam berespon terhadap stimulasi. Metaanalisis yang dilakukan oleh Boud dan Falchicov (1995) menunjukkan 17 penelitian menyatakan mahasiswa memiliki penilaian diri lebih tinggi dari penilaian yang dilakukan oleh dosen, dan 10 penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa menilai dirinya lebih rendah dari penilaian yang dilakukan oleh dosen. Hal-hal yang mempengaruhi perbedaan penilaian ini adalah tingkatan pendidikan mahasiswa, pemahaman mahasiswa mengenai kompetensi yang diharapkan, pengetahuan mahasiswa mengenai tugas yang diberikan, dan pengulangan penilaian. Rancangan penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan metode campuran strategi eksplanatoris sekuensial. Berdasar dimensi waktu, penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pendekatan survei. Data penelitian kuantitatif diperoleh dengan menggunakan kuesioner ICAS. Kuesioner yang terkumpul pada penelitian ini berasal dari 12 pembimbing klinik dan 44 mahasiswa. Kuesioner yang dapat dianalisis 88 fenomenologi. kuesioner. Data Penelitian kualitatif kualitatif diperoleh menggunakan dengan wawancara pendekatan mendalam menggunakan pedoman wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan terhadap empat pembimbing klinik dan 17 mahasiswa yang memenuhi kriteria. 83 Data kuantitatif dilakukan analisis dengan independent t-test dilanjutkan dengan uji beda rerata antar kelompok. Data kualitatif dilakukan analisis data kualitatif dengan mencari kategori dan tema. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan bermakna penilaian yang dilakukan pembimbing klinik dan mahasiswa. Rerata penilaian mahasiswa lebih tinggi daripada pembimbing klinik. Perbedaan rerata penilaian karena intensifitas pengamatan, dan perbedaan ekspektasi performa komunikasi antara pembimbing klinik dan mahasiswa. Keterlibatan mahasiswa dalam proses penilaian dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu memberi kesempatan mahasiswa mengevaluasi kemampuan diri/self assessment, mengukur kemampuan diri, dan menimbulkan motivasi internal untuk belajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan penilaian performa mahasiswa adalah melibatkan mahasiswa dalam penilaian, pengintensifan pengamatan performa, penyamaan kriteria penilaian dan ekspektasi performa/level kompetensi yang diharapkan kepada semua yang terlibat dalam penilaian.