Uploaded by tami_x1

PUTRI UTAMI 10012682024026 TUGAS 6 ARKL

advertisement
Mata Kuliah
Nama
NIM
: Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
: Putri Utami
: 10012682024026
Berdasarkan papers yang di berikan, buat resume Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) untuk
mengetahui risiko paparan polutan udara.
Selamat Bekerja
Note
Tuliskan tambahan referensi dari setiap jawaban Saudara dengan menggunakan Sistem Harvard atau
Sistem Vancouver secara konsisten. Diprioritaskan referensi bersumber dari paper journal internasional
bereputasi dan atau jurnal nasional terakreditasi.
Sistem Harvard menggunakan nama penulis dan tahun publikasi dengan urutan pemunculan berdasarkan
nama penulis secara alfabetis. Sistem Vancouver menggunakan cara penomoran (pemberikan angka) yang
berurutan untuk menunjukkan rujukan pustaka (sitasi).
RESUME
Judul Jurnal Ilmiah : Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Model Pengukuran Risiko
Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan)
Penulis
: Syahrul Basri, Emmi Bujawati, Munawir Amansyah, Habibi, Samsiana
Referensi
: Basri, S., Bujawati, E., & Amansyah, M. (2014). Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan (Model Pengukuran Risiko Pencemaran Udara
terhadap Kesehatan). Jurnal Kesehatan, 7(2).
Risiko kesehatan akibat aktivitas manusia terjadi karena pada dasarnya setiap kegiatan
selalu mempunyai dampak lingkungan dan kesehatan. Risiko kesehatan adalah dampak negatif
yang hanya bisa dikelola tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali (Taylor et al, 2012). Masalah
kesehatan lingkungan yang muncul menimbulkan pertanyaan antara lain tentang besarnya risiko
kesehatan akibat pajanan bahaya lingkungan, pengendalian risiko tanpa menghentikan kegiatan
sumber risiko, serta keefektifan perangkat hukum dan teknologi yang tersedia dalam melindungi
kesehatan orang yang terpajan dari efek yang merugikan kesehatan (Lestari et al, 2019). Untuk
itu diperlukan suatu pendekatan yang disebut Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).
Secara garis besarnya analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) menurut National
Research Council (NRC) terdiri dari empat tahap kajian, yaitu : Identifikasi bahaya, Analisis
pemajanan, Analisis dosis-respon, dan Karakterisasi risiko (NRC 1983).
Kajian ARKL dimulai dengan memeriksa secara cermat apakah data dan informasi
berikut sudah tersedia (ATSDR, 2005):
1. Jenis spesi kimia risk agent.
2. Dosis referensi untuk setiap jenis spesi kimia risk agent.
3. Media lingkungan tempat risk agent berada (udara, air, tanah, pangan).
4. Konsentrasi risk agent dalam media lingkungan yang bersangkutan.
5. Jalur-jalur pemajanan risk agent (sesuai dengan media lingkungannya).
6. Populasi dan sub-sub populasi yang berisiko.
7. Gangguan kesehatan (gejala-gejala penyakit atau penyakit-penyakit) yang berindikasikan
sebagai efek pajanan risk agent yang merugikan kesehatan pada semua segmen populasi
berisiko.
Jika sekurang-kurangnya data dan informasi 1 s/d 4 sudah tersedia, ARKL sudah bisa
dikerjakan. Ada dua kemungkinan kajian ARKL yang dapat dilakukan, yaitu (NRC 1983) :
1. Evaluasi di atas meja (Desktop Evaluation), selanjutnya disebut ARKL Meja. Analisis
risiko kesehatan lingkungan (ARKL) meja dilakukan untuk menghitung estimasi risiko
dengan segera tanpa harus mengumpulkan data dan informasi baru dari lapangan.
Evaluasi di atas meja hanya membutuhkan konsentrasi risk agent dalam media
lingkungan bermasalah, dosis referensi risk agent dan nilai default faktor-faktor
antropometri pemajanan untuk menghitung asupan menurut Persamaan (1).
2. Kajian lapangan (Field Study), selanjutnya disebut ARKL Lengkap. ARKL Lengkap pada
dasarnya sama dengan evaluasi di atas meja namun didasarkan pada data lingkungan dan
faktor-faktor pemajanan antropometri sebenarnya yang didapat dari lapangan, bukan
dengan asumsi atau simulasi. Kajian ini membutuhkan data dan informasi tentang jalur
pemajanan dan populasi berisiko.
Berikut adalah langkah-langkah ARKL polutan udara, baik ARKL Meja maupun ARKL
Lengkap.
A. Identifikasi Bahaya
Gas NO2 merupakan gas berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan manusia (Rose
dan Tualeka, 2014). Menurut WHO pengaruh NO2 ini terhadap kesehatan manusia dapat
dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Pada paparan dalam waktu singkat (10-15 menit) dengan konsentrasi 3,24 – 10,1
mg/m3, dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada fungsi paru untuk subjek yang
normal dan bronkitis.
2. Pada paparan selama 10 menit dengan konsentrasi 1,42 mg/m3 akan menyebabkan
terjadinya perubahan fungsi, sebagai penyebab terjadinya perubahan fungsi
pharmacological bronchoconstrictor untuk subjek asma.
3. Pada paparan selama 1 jam pada konsentrasi 0,203 mg/m3 akan menambah perubahan
pharmacological bronchoconstrictor untuk subjek asma.
B. Analisis Dosis Respon
Pajanan NO2 menyebabkan risiko non karsinogenik (Amaliana et al, 2016). Untuk risiko
non karsinogenik maka digunakan data sekunder dosis referensi untuk inhalasi (reference
dose, RfC) yang ditetapkan oleh IRIS dari US-EPA yaitu sebesar 0,02 mg/kg/hari dengan
efek kritis gangguan saluran pernapasan (Ministry of Environment New Zealand).
C. Analisis Pemajanan
Waktu pajanan (tE) harus digali dengan cara menanyakan berapa lama kebiasaan
responden sehari-hari berada di luar rumah seperti ke pasar, mengantar dan menjemput
anak sekolah dalam hitungan jam. Demikian juga untuk frekuensi pajanan (fE), kebiasaan
apa yang dilakukan setiap tahun meninggalkan tempat mukim seperti pulang kampung,
mengajak anak berlibur ke rumah orang tua, rekreasi dan sebagainya dalam hitungan hari.
Untuk durasi pajanan (Dt), harus diketahui berapa lama sesungguhnya (real time)
responden berada di tempat mukim sampai saat survey dilakukan dalam hitungan tahun.
Selain durasi pajanan lifetime, durasi pajanan real time penting untuk dikonfirmasi
dengan studi epidemiologi kesehatan lingkungan (EKL) apakah estimasi risiko kesehatan
sudah terindikasikan (ATSDR 2005).
D. Karakteristik Risiko
Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ, tingkat risiko)
untuk efek-efek nonkarsinogenik dan Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek-efek
karsinogenik. RQ dihitung dengan membagi asupan nonkarsinogenik (Ink) risk agent
dengan RfD atau RfC-nya menurut persamaan dibawah ini (ATSDR 2005):
Baik Ink maupun RfD atau RfC harus spesifik untuk bentuk spesi kimia risk agent dan
jalur pajanannya. Risiko kesehatan dinyatakan ada dan perlu dikendalikan jika RQ > 1.
Jika RQ ≤ 1, risiko tidak perlu dikendalikan tetapi perlu dipertahankan agar nilai numerik
RQ tidak melebihi 1 (Mapoma et al, 2014).
ECR dihitung dengan mengalikan CSF dengan asupan karsinogenik risk agent (Ink)
menurut persamaan. Harap diperhatikan, asupan karsinogenik dan nonkarsinogenik tidak
sama karena perbedaan bobot waktu rata-ratanya (tavg) seperti dijelaskan dalam
keterangan rumus asupan (ATSDR 2005).
ECR = CSF× Ink
Baik CSF maupun Ink harus spesifik untuk bentuk spesi kimia risk agent dan jalur
pajanannya. Karena secara teoritis karsinogenisitas tidak mempunyai ambang non
threshold, maka risiko dinyatakan tidak bisa diterima (unacceptable) bila E-6<ECR.
E. Manajemen Risiko
Cara manajemen risiko yaitu:
1. Menurunkan konsentrasi risk agent bila pola dan waktu konsumsi tidak dapat di ubah.
Cara ini menggunakan prinsip RFC= Ink, maka persamaan yang digunakan adalah :
2. Mengurangi pola (laju) asupan bila konsentrasi risk agent dan waktu konsumsi tidak
dapat diubah. Persamaan yang digunakan dalam manajemen risiko cara ini adalah :
3. Mengurangi waktu kontak bila konsentrasi risk agent dan pola konsumsi tidak dapat di
ubah. Cara ini sering juga digunakan dalam strategi studi Epidemiologi Kesehatan
Lingkungan. Persamaan yang digunakan disini adalah :
Referensi:
Amaliana, A., Darundiati, Y. H., & Dewanti, N. A. Y. (2016). Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan Paparan Nitrogen Dioksida (No2) Pada Pedagang Kaki Lima Di Terminal
Pulogadung Jakarta Timur. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(4), 801-809.
ATSDR.
(2005).
Public
Health
Assessment
Guidance
Manual.
http://
www.atsdr.cdc.gov/hac/PHSManual/ toc.html.
Lestari, R.A., Handika, R.A., dan Purwaningrum, S.I., (2019). Analisis Risiko Karsinogenik
Paparan PM10 Terhadap Pedagang di Kelurahan Pasar Jambi. Jurnal Dampak. 6 (01): 6675.
Mapoma HWT., Tenthani C., Tsakama M., dan Kosamu IBM. (2014). Air Quality Assessment
of Carbon monoxide, Nitrogen dioxide and Sulfur dioxide Levels in Blantyre, Malawi: A
Statistical Approach to A Stationary Environmental Monitoring Station. African Journal
of Environmental Science and Technology. 8(6): 330-343.
Ministry of Environment New Zaeland. Nitrogen Dioxide. (2009). www.mfe.govt.nz.
NRC. (1983). Risk Assessment in The Federal Government : Managing The Process.
http://www.nap.edu/ catalog/366.html.
Rose, KDC., dan Tualeka, AR. (2014). Penilaian Risiko Paparan Asap Kendaraan Bermotor pada
Polantas Polrestabes Surabaya Tahun 2014. The Indonesian Journal of Occupational
Safety and Health. (3) 1, 46-57.
Taylor, E.T., dan Nakai, S. (2012). Monitoring the Levels of Toxic Air Pollutants in
the Ambient Air of Freetown,
Sierra Leone. African Journal of Environmental
Science and Technology. 6(7) :283-292.
World Health Organization. (2000). Air Quality Guidelines For Europe. WHO Regional
Publications,
European
Series,
No.
91.
http://www.euro.who.int/__data/as
sets/pdf_file/0005/74732/E71922. pdf.
Download