Uploaded by User90377

Review Jurnal antibakteri Kelompok 4

advertisement
ANTIBAKTERI
DARI BIOTA LAUT
Aditya M Fakhri / A 172 001
Delin Pratiwi / A 172 005
Gilang Darmawan / A 172 009
Reni Sumaryani / A 172 021
Sri Nurjayanti / A 172 023
Sri Hantika / A 193 002
Content of the topic
Biota laut
Pendahuluan
Metode
fitokimia
Senyawa kimia
Pembahasan
Jurnal Utama
1
2
3
ANTIBAKTERI
DARI EKSTRAK
KARANG LUNAK
Nephtea sp
Isolasi Senyawa
Bioaktif dari
Oscillatoria sp.
Sebagai
Antibakteri
Escherichia coli
Aktivitas
antibakteri bakteri
laut diisolasi dari
spons
Xestospongia
testudinaria dari
Sorong, Papua
Pendahuluan
• Keanekaragaman hayati laut Indonesia sangat tinggi dan memiliki potensi penting dalam
perekonomian Negara, Kekayaan bahan hayati telah mendorong manusia untuk mengadakan
eksplorasi dan eksploitasi secara besar-besaran, para peneliti berupaya untuk mendapatkan
berbagai bahan hayati dalam bentuk senyawa bioaktif yang dapat dimanfatkan bagi
kehidupan manusia.
• Penelitian bahan hayati laut yang telah dilakukan antara lain substansi bioaktif antimikroba,
antifungi, antivirus, antihypocholesterolemia, antitumor, antifouling, antifeedant dan analgesic
• Di negara berkembang, termasuk Indonesia, penyakit infeksi masih menjadi penyumbang
terbesar, infeksi bakteri merupakan salah satu peyakit yang menjadi perhatian khusus di dalam
dunia medis,
• Hingga saat ini, penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri telah dilakukan
dengan menggunakan obat antibiotik komersil yang bersifat sintesis.Penggunaan obat ini
membawa efek negatif bagi tubuh sehingga dapat meningkatkan resistensi bakteri terhadap
antibiotik tersebut.
• Alternatif lain yang telah dilakukan dalam penanggulangan penyakit ini adalah dengan
menggunakan bahan alam laut yang bersumber dari sponge, mikroalga atau bakteriosin
diisolasi dari ikan atau udang itu sendiri.
Biota Laut yang
digunakan
Pada review kali ini dipilih beberapa biota laut
yang bisa diisolasi metabolit sekundernya yang
bisa dijadikan sebagai antibakteri antara lain
Bintang laut (Culcita sp), Spons (Xestospongia
testudinaria), dan Alga (Oscillatoria sp)
1. Koral Lunak (Nephthea sp)
Nephthea
sp
tumbuh
didaerah dengan tutupan karang
hidup yang tinggi akan menghasilkan
makanan
yang
lebih
banyak
penangkal
cembranoid
diterpen
daripada yang berasal dari situs
dengan cakupan yang lebih sedikit
sehingga secara efektif mencegah
makanan ikan.
Struktur Kimia Nephthea sp
2. Spons (Xestospongia testudinaria )
Spons merupakan biota laut yang berpotensi memiliki sifat
metabolit dan bioaktif sekunder. Hal ini terbukti dari lebih dari 6000
zat bioaktif (senyawa timbal) yang telah diisolasi dari biota laut selama
tiga dekade terakhir, dan 40% diantaranya diisolasi dari spons. Spons
dari filum porifera sebagian besar strukturnya berpori. Spons memiliki
dua lapis struktur yaitu, epidermis dan endodermis.
Epidermis terdiri dari sel epitel tipis (pinakosit) sedangkan
endodermis terdiri dari sel flagella, yang berfungsi untuk pencernaan
makanan, dan corong yang disebut sel leher atau choacocytes. Semua
biota laut termasuk spons menghasilkan metabolit primer dan
sekunder yang merupakan hasil proses metabolisme di dalam
organisme.
Produksi metabolit sekunder dipengaruhi oleh lingkungan.
Oleh karena itu, diasumsikan bahwa dalam lingkungan yang berbeda
(meskipun spesiesnya mirip), metabolit yang dihasilkan akan berbeda.
Struktur Kimia Spons (Xestospongia
testudinaria )
bromopolyacetylenes
3. Alga (Oscillatoria sp)
Oscillatoria adalah salah satu jenis alga yang
banyak tumbuh di perairan tawar maupun laut.
Mikroorganisme ini memiliki bentuk filamen panjang
lurus, ujungnya tidak runcing atau tumpul, terlihat seperti
bersegmen-segmen, bewarna hijau tua, dan dapat
bergerak dengan cara berseluncur. Salah satu senyawa
bioaktif penting yang dihasilkan alga adalah pigmen.
Secara umum pigmen alga terdiri dari klorofil, karotenoid
dan fikobiliprotein (phycobiliproteins).
Struktur Kimia Oscillatoria sp
phycocyanin
Metodologi Penelitian
ALAT
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik Kern, rotary evaporator
Eyela N-1000, inkubator Memmert Type INB 500, autoclave Tommy SX-300/500/700,
laminar air flow Safe Fast Elite 212 SD, lampu UV UVGL-25, hot plate Akebono, oven
Jouan, lemari es LG, perangkat kromatografi lapis tipis,petridisk pyrex, gelas beaker pyrex,
tabung reaksi pyrex, corong pisah pyrex, micropipet Pipettemant P20 F123563 (vol. 2-20 L),
micropipet Eppendorf (vol 1001000 L) dan alat-alat dasar laboratorium lainnya.
BAHAN
1.
2.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dimana
sampel diambil di perairan Tanjung Kasuari, Sorong (Papua). Sampel
diambil di daerah perairan pantai pada kedalaman 15 - 20 m melalui
SCUBA Diving. Segera setelah diambil, sampel dimasukkan ke dalam
wadah plastik yang telah disediakan diisi air garam steril, kemudian
dibawa ke laboratorium untuk persiapan isolat bakteri.
Oscillatoria sp., bakteri Escherichia coli O157:H7 yang diperoleh dari
pasien RSUD Zainoel Abidin-Banda Aceh, media Nutrient Agar (NA),
serium (IV) sulfat, asam sulfat, asam asetat anhidrat, bismut (III)
nitrat, asam klorida, kalium iodida, asam tartarat, ninhidrin, nButanol,
asam asetat glasial, KLT SiO2 normal phase, KLT C-18 reverse phase,
metanol, etanol, dimetilsulfoksida 2%, chloramphenicol, akuades,
serta bahan-bahan pendukung seperti tissue, alumunium foil, dan
sebagainya.
Metode Penelitian
Ekstraksi
Metode yang digunakan untuk mengekstraksi adalah metode umum yang
telah dimodifikasi. Sampel Nephtea sp. diblender kemudian direndam
dengan etanol selama 24 jam, lalu disaring hingga debris I dan filtrate I.
filtrate I ditampung dalam wadah sedangkan debris I direndam lagi dengan
etanol selama 24 jam. Selanjutnya disaring sehingga diperoleh debris II dan
filtrate II. Filtrate II digunakan bersama filtrate I, debris II diberi perlakuan
yang sama dengan sebelumnya sehingga diperoleh filtrate III dan debris III.
Selanjutnya filtrate I, II dan III digabung dan disaring dengan menggunakan
kertas whattman No. 42 lalu diuapkan pada suhu 40oC menggunakan
“vacuum rotary evaporator” dikeringkan sehingga diperoleh etanolik setelah
itu ditimbang,
Ekstraksi Cair Cair (ECC)
Ekstrak etanolik Nephtea sp. Dimasukan dalam “ separatory funne” lalu ditambahkan
etil asetat dengan perbandingan 1:3 kemudian dikocok dan didiamkan sehigga
terdapat 2 lapisan. Masing-masing lapisan ditampung dalam wadah yang berbeda.
Selanjutnya lapisan etil asetat diuapkan dalam “vacuum rotary evapotator” hingga
kering lalu ditimbang sehingga diperoleh fraksi larut etil asetat. Selanjutnya fraksi etil
asetat dipisahkan untuk digunakan dalam pengujian antibakteri. Sisa dari fraksi etil
asetat ini kemudian dipartisi kembali dengan menggunakan etanol dan heksan
dengan perbandingan 1:3 lalu dikocok dan di diamkan beberapa saat sehingga akan
diperoleh lapisan airetanol dan lapisan heksan. Lapisan heksan diuapkan dengan
“vacuum rotary evaporator” hingga kering kemudian ditimbang den diperoleh fraksi
larut heksan. Lapisan air-metanol dipartisi dengan menambahkan kloroform lalu
dikocok sehingga diperoleh lapisan air-metanol dan lapisan kloroform. Lapisan
kloroform diuapkan, kemudian ditimbang sehingga didapat fraksi larut kloroform.
Lalu setiap fraksi diuji aktifitas antibakterinya terhadap bakteri Escherichia coli.
Penyiapan Bakteri Uji
Bakteri yang dipakai dalam penelitian ini adalah
Escherichia coli. Bakteri tersebut dikultur pada
nutrient agar (NA), lalu diinkubasi pada suhu
37oC selama 24 jam. Masing-masing bakteri
yang
telah
ditumbuhkan,
diambil
dan
disuspensikan dalam larutan NaCl o,9% dan
kepadatannya diatur sebanyak 109 sel/ml,
dengan cara disetarakan dengan larutan Mc
farland. Selanjutnya, dilakukan pengenceran
sehinga kepadatan bakteri menjadi 106 sel/ml.
Penyiapan Antibiotik Pembanding
Antibiotik pembanding yang digunakan yaitu tetrasklin.
Dalam pengujian, kosentrasi antibiotik pembanding
yang digunakan yaitu 0,01 mg/ml. Masing-masing
antibiotik dilarutkan dalam aquades.
Pembuatan Media dan Penanaman Bakteri
Nutrient agar (NA) dilarutkan dengan aquades kemudian direbus sambil
diaduk hingga larut, selanjutnya disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit pada
suhu 1210c. setelah itu dituang dalam cawan petri steril masing-masing sekitar 15 ml
dan dibiarkan sampai mengeras.
Lapisan pembenihan dibuat dari nutrient agar yang dilarutkan dengan
aquades dengan komposisi nutrient broth 0,8 g dan 1,8 g agar, kemudian dilarutkan
dalam aquades steril 100 ml. Selanjutnya nutrient agar tersebut direbus sambil
diaduk sehingga larut, lalu dimasukan dalam tabung-tabung reaksi, kemudian
disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121 derajat celcius selama 15 menit
selanjutnya pada tabung-tabung tersebut ditambahkan suspense bakteri uji dengan
kepadatan 106 sel/ml. Setelah itu di “vortes” dan dituang di atas media dasar dan
biarkan sehingga mengeras.
Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar, yang meliputi
pembiakan bakteri uji selama 1 hari media kaldu nutrisi di bawah suhu 37ºC. Bakteri kultur
dibuat pada densitas 25% T menggunakan spektrofotometer atau densitas 109 sel / mL pada
fase logaritmik dan diinokulasi dalam cawan Petri steril, di mana kulturnya merata
didistribusikan, ditambahkan dengan media agar, dihomogenkan kemudian dibiarkan
mengembun dalam kondisi steril selama 20 menit dalam LAF.
Kertas saring disemprot dengan 10 mL tetes larutan uji (yang mengandung bakteri
terkait spons) dengan konsentrasi 1 mg/mL. Kemudian diinkubasi di bawah suhu 35ºC selama 2
× 24 jam. Aktivitas antibakteri ditentukan berdasarkan pembentukan zona hambat >9 mm di
sekitar cakram
Hasil dan
Pembasan
Hasil dari ekstrak karang lunak Nephtea Sp
Perlakuan
Konsentrasi (mg/mL)
Zona hambat(mm)
Fraksi etanolik
0,01
0
1
0,88
0,01
0
1
0
0,01
0
Fraksi larut etil asetat
1
0
Control Negative
0,01
0
tetrasiklin
0,01
11,33
Fraksi larut heksan
Tabel 1. Diameter rataan (mm) zona hambat menurut jenis perlakuan (fraksi)
Fraksi etanolik ekstrak karang lunak Nephtea sp. Memiliki aktivitas
antibakteri dengan daya yang jauh lebih kecil dari kontrol positif sementara
itu, fraksi heksan dan fraksi etil asetat tidakmenunjukkan zona hambat. Hal
ini menunjukkan tidak adanya aktivitas antibakteri.

Nephthea sp mampu menghambat protease bakteri gram negatif yang
memiliki beberapa lapisan sel berupa struktur lipopolisakarida yang berikatan
silang dengan protein dan mampu memproduksi beberapa jenis protease
seperti protease intraseluler golongan protease IV (Wilderman et al., 2001),
elastase (Branni et al., 2001; Braunn et al., 2001), dan alkalin protease
(Baehaki et al. 2009; Feltzer et al., 2000).

Hal ini diduga karena komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak karang
lunak Nephthea mampu berkompetisi dengan substrat yang berupa protein
(Coval et al., 1996), sehingga membentuk kompleks enzim-inhibitor (EI).
Dengan demikian terjadi persaingan antara inhibitor dengan substrat terhadap
bagian aktif enzim. Akibat dari kompleks enzim-inhibitor ini menyebabkan
terhambatnya produksi enzim ekstraseluler
Isolat Bakteri spons Xestospongia testudinaria

Gambar disamping menunjukkan bahwa
koloni bakteri dominan berbentuk bulat,
sedangkan warna dominan putih salju,
setiap koloni bakteri yang tumbuh baik
diklasifikasikan berdasarkan warna,
ukuran, dan bentuk kolon, kemudian
dimurnikan menggunakan media similarm.

Pengamatan morfologi koloni bakteri
simbion pada spons X. testudinaria
ditemukan 15 isolat di Sorong, dan hanya
6 isolat bakteri yang berhasil dimurnikan
dan diberi kode Xp 4.1, Xp 4.2, Xp 4.3, Xp
4.4, Xp 4.5 dan Xp 4.6.
Aktivitas antibakteri dari isolat bakteri spons
Xestospongia testudinaria


Tabel 1. menunjukkan bahwa isolat bakteri simbion Xp 4.2 memiliki
aktivitas penghambatan terhadap bakteri Gram negatif (E. coli dan
Klebsiella pneumoniae). Penghambatan ini lebih kuat daripada bakteri
Gram-positif ( Bacillus subtilis).
Dikatakan memiliki aktivitas antibakteri kuat jika diameter zona hambat
> 16,0 mm, antibakteri sedang untuk diameter mulai dari 11-16mm,
lemah untuk diameter 7 - 11 mm dan tidak ada aktivitas jiks diameter
hambat <7mm
Aktivitas antibakteri hasil fraksinasi
Xestospongia testudinaria (Xp 4.2)

Aktivitas antimikroba diamati baik
pada fraksi n-butanol, fraksi etilasetat dan n-heksan dari metabolit
sekunder bakteri simbion Xp 4.2

penghambatan yang lebih tinggi
ditunjukkan oleh fraksi larut etil
asetat.

Bakteri spons Xp 4.2 menunjukkan
homologi yang tinggi terhadap M.
luteusMB-26 (98%), sebagai ekstrak
dari strain bakteri yang berhubungan
dengan spons luteus memiliki
aktivitas antimikrobial yang kuat
Skrining fitokimia Xestospongia
testudinaria (Xp 4.2)
Skrining fitokimia dan uji aktivitas antimikroba fraksi etil asetat menemukan
senyawa alkaloid dan steroid, yang memiliki aktivitas antibakteri.
Skrinning fitokimia Ekstrak Metanol Oscillatoria sp
No
Nama senyawa
Pereaksi
Konstituen
1
Hidrokarbon
Serium Sulfat
+++
2
Alkaloid
Dragendroff
+++
3
Terpenoid
Salkowski
-
4
Steroid
Liberman-Buchard
-
5
Flavonoid
Pereaksi Basa
-
Keterangan : +++ : Respon kuat, ++: Respon sedang, +: Respon lemah, -: tidak ada respon
Hasil menunjukkan bahwa dalam crude extract metanol Oscillatoria sp. mengandung
senyawa hidrokarbon dan alkaloid, tetapi tidak mengandung senyawa terpenoid, steroid
dan flavonoid. Hal ini disebabkan olehsifat senyawa alkaloid yang bersifat polar dan
cenderung lebih mudah dieksresi menggunakan pelarut polar, salah satunya adalah
metanol
Aktivitas antibakteri dari Oscillatoria sp
Zona Hambat crude extract metanol dari Oscillatoria Sp
Hasil
menunjukkan
bahwa
terdapatnya zona hambat yang
dihasilkan oleh senyawa yang
terdapat
pada
crude
extract
metanol dari Oscillatoria sp sama
besarnya dengan kontrol positif
Zona hambat hasil fraksinasi Oscillatoria sp
Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa kedua fraksi aktif (Fraksi
diklorometana = K1B14 dan fraksi
metanol:air
=
K1B15)
terhadap
antibakteri. Akan tetapi zona hambat
yang dihasilkan memiliki diameter
yang berbeda.
Hasil dari Oscillatoria sp
Hasil partisi menunjukkan adanya perbedaan antara K1B1metanol dengan hasil partisi. Selain itu,
kandungan hasil partisi antara K1B14 dengan K1B15 juga terdapat perbedaan. Hal ini
disebabkan oleh senyawa yang lebih mudah tertarik pada pelarut yang memiliki sifat yang
sama dengan senyawa

kandungan senyawa metabolit sekunder alkaloid yang berperan
sebagai senyawa bioaktif dalam aktivitas anti bakteri pada Oscillatoria
sp. Adanya gugus N tersier yang berasal dari senyawa alkaloid dalam
fraksi K1B15 menyebabkan terjadinya interaksi gugus terhadap
sintesis bakteri yang menyebabkan terhambatnya pembentukan
dinding sel tersebut (Gunawan et al., 2011).

senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam Oscillatoria sp
menghambat
pertumbuhan
bakteri Escherichia coli yang
mengakibatkan berhentinya sintesis protein ribosom sub unit 50S
sehingga mencegah transesterifikasi menuju mRNA dan tRNA tidak
menjadi ribosom 70S. Hal ini mengakibatkan protein ribosom sub unit
50S tidak mengalami perpanjangan rantai peptida sehingga dinding
sel Escherichia coli mengalami pemecahan dinding sel (lisis)
(Kurnianda dan Setiawan, 2015; Gunawan et al., 2011).
Kesimpulan
Jenis Biota Laut
Filum
Senyawa bioaktif
Aktivitas
antimikroba
terhadap
Nephtea Sp
Echinodermata
Cembranoid diterpen
Staphylococcus
aureus, Escherichia
coli
Xestospongia
testudinaria
Porifera
bromopolyacetylenes
E. coli, Klebsiella
pneumoniae
Oscillatoria sp
Cyanophyta
phycocyanin
E. coli
Download