Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW), atau yang biasa disebut sebagai ‘Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita[1]’ adalah perjanjian internasional yang diadopsi pada tahun 1979 oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perjanjian yang terdiri dari 30 pasal ini menjelaskan tentang definisi dan jenis-jenis diskriminasi terhadap perempuan, serta inisiatif yang dapat diambil oleh sebuah negara untuk menghentikan praktik-praktik tersebut. Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita mendefinisikan diskriminasi terhadap perempuan sebagai “… segala bentuk pembedaan, eksklusi, dan pembatasan berbasis jenis kelamin yang berdampak atau bertujuan untuk mencederai atau menghilangkan rekognisi, kesenangan atau pergerakan perempuan, terlepas dari status perkawinannya, berbasis kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, atas hak asasi manusia dan kebebasan fundamental dalam ranah politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil, dan ranahranah lainnya.” Selain membahas tentang upaya pengentasan diskriminasi terhadap perempuan, Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita juga turut membahas tentang prinsip kesetaraan. Konvensi tersebut menyatakan bahwa baik laki-laki maupun perempuan harus mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum; kesempatan yang sama untuk mengakses institusi pendidikan, fasilitas kesehatan dan pekerjaan; serta hak yang sama baik di ranah privat maupun publik. Praktik diskriminasi di lingkungan kerja merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak pekerja, yang seharusnya senantiasa diperlakukan sama, sebagaimana diatur dalam Konvensi International Labour Organization (ILO) Nomor 111 Tahun 1958 tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan. Berdasarkan kasus yang selama ini berhasil diidentifikasi ILO, terdapat beberapa faktor yang sejauh ini kerap menjadi dasar untuk melakukan tindakan diskriminatif terhadap pekerja. 1. Pertama, agama/keyakinan. Diskriminasi berbasis agama/keyakinan di tempat kerja sama sekali tidak boleh kita tolerir. 2. Kedua, pandangan politik. Diskriminasi di lingkungan kerja yang terkait dengan pandangan politik. Antara lain sikap politik, pilihan politik serta keanggotaan partai politik. 3. Ketiga, penyandang disabilitas. Di seluruh dunia saat ini ditaksir ada sekitar 470 juta angkatan kerja yang merupakan penyandang disabilitas. 4. Keempat, penyandang HIV/AIDS. Pengidap HIV/AIDS kerap diperlakukan secara diskriminatif di lingkungan kerja dan di masyarakat tempat mereka tinggal. 5. Kelima, ras/warna kulit. Perlakukan yang berbeda di tempat kerja atas dasar ras/warna kulit diyakini masih sering ditemukan di banyak negara. 6. Keenam, seks. Perlakukan berbeda di tempat kerja tidak jarang dipicu oleh adanya perbedaan karakter biologis.