KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL Jl. Salemba Raya Nomor 28 Jakarta Pusat 10430 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL NOMOR : 15/4/HK.01/4/2022 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan program asistensi rehabilitasi sosial yang terarah, terpadu dan berkelanjutan bagi penyandang disabilitas sesuai dengan perubahan organisasi dan tata kerja di lingkungan Kementerian Sosial, perlu adanya penyesuaian pedoman operasional program asistensi rehabilitasi sosial penyandang disabilitas; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial tentang Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5871); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294); 4. Peraturan Menteri tentang Mekanisme Keuangan Nomor Pelaksanaan 168/PMK.05/2015 Anggaran Bantuan Pemerintah di Kementerian/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340) sebagaimana telah diubah -2dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745). 5. Peraturan tentang Menteri Belanja Keuangan Bantuan Nomor Sosial 254/PMK.05/2015 pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor Peraturan 2047) Menteri sebagaimana Keuangan telah Nomor diubah dengan 228/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2147); 6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyaluran Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 75); 7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1233); 8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2021 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1007); 9. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 140); 10. Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 273); MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS. -3- KESATU : Menetapkan pedoman operasional asistensi rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. KEDUA : Pedoman operasional asistensi rehabilitasi sosial penyandang disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU sebagai acuan bagi: a. direktorat rehabilitasi sosial penyandang disabilitas; b. unit pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial; c. bank penyalur; d. pos penyalur; c. pemerintah daerah provinsi; d. pemerintah daerah kabupaten/kota; e. lembaga kesejahteraan sosial; f. komunitas; dan g. penerima manfaat, dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan, implementasi, supervisi, monitoring dan evaluasi asistensi rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. KETIGA : Pedoman operasional asistensi rehabilitasi sosial penyandang disabilitas sebagaimana tercantum dalam dimaksud Lampiran yang dalam Diktum merupakan KESATU bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini. KEEMPAT : Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA terdiri atas: a. pendahuluan; b. kebijakan, strategi, dan program rehabilitasi sosial; c. pelaksanaan asistensi rehabilitasi sosial; d. mekanisme asistensi rehabilitasi sosial; e. kelembagaan; f. mekanisme penyaluran bantuan atensi; dan g. penutup. KELIMA : Pelaksanaan pedoman operasional asistensi rehabilitasi sosial penyandang disabilitas dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. -4KEENAM : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 April 2022 PLT. DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL, HARRY HIKMAT Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth: 1. Menteri Sosial RI. 2. Sekretaris Jenderal. 3. Inspektur Jenderal. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya, Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) Penyandang Disabilitas Tahun 2022 dapat diselesaikan dengan baik. Pedoman ATENSI Penyandang Disabilitas Tahun 2022 merupakan Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. ATENSI Penyandang Disabilitas adalah layanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan/atau residensial melalui kegiatan dukungan pemenuhan hidup layak, perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan dan asistensi sosial serta dukungan aksesibilitas. Pedoman ATENSI Penyandang Disabilitas bertujuan untuk memberikan acuan bagi pelaksanaan program kegiatan ATENSI Penyandang Disabilitas dan menguraikan mekanisme serta prosedur kerja rehabilitasi sosial melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Disabilitas, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), keluarga penyandang disabilitas dan masyarakat untuk menjamin mutu/standar pelayanan dalam pemenuhan hak dan kepentingan terbaik bagi Penyandang Disabilitas. Kami berharap agar seluruh pihak terkait dapat memahami isi pedoman operasional ini sehingga pelaksanaan ATENSI Penyandang Disabilitas dapat berjalan dengan baik dan sesuai ketentuan yang berlaku. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi terhadap penyusunan pedoman operasional ini. Jakarta, April 2022 Plt. Direktur Jendral Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .....................................................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................................1 A. Latar Belakang .....................................................................................................................................1 B. Dasar Hukum .......................................................................................................................................5 C. Pengertian ...............................................................................................................................................7 D. Tujuan Pedoman ............................................................................................................................... 11 E. Manfaat ................................................................................................................................................... 12 F. Sasaran Pedoman .............................................................................................................................. 12 BAB II KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM ...................................................................... 13 A. Analisis Situasi.................................................................................................................................... 13 B. Tujuan ..................................................................................................................................................... 17 1. Tujuan Umum ............................................................................................................................. 17 2. Tujuan Khusus ............................................................................................................................ 17 C. Landasan Konseptual ...................................................................................................................... 18 1. Perspektif Pekerjaan Sosial Terhadap Disabilitas ................................................... 18 2. Perspektif Ekologi ....................................................................................................................... 19 3. Perspektif Kekuatan ................................................................................................................... 20 4. Perspektif Hak Asasi Manusia ............................................................................................ 20 5. Kebijakan Rehabilitasi Sosial .............................................................................................. 21 D. Strategi ................................................................................................................................................... 22 E. Bentuk Program ................................................................................................................................... 23 1. Layanan Tidak Langsung ...................................................................................................... 23 2. Layanan Langsung .................................................................................................................... 25 F. Prinsip ...................................................................................................................................................... 27 G. Aksebilitas, Alat Bantu dan Akomodasi Yang Layak ...................................................... 28 BAB III PELAKSANAAN ASISTENSI REHABILTASI SOSIAL PENYANDANG DISABILTAS ............................................................................................................ 35 A. Sasaran dan Kriteria ........................................................................................................................ 35 B. Bentuk ATENSI ................................................................................................................................... 35 1. Dukungan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak ..................................................... 35 2. Perawatan Sosial dan/atau Pengasuhan ...................................................................... 36 3. Dukungan Keluarga.................................................................................................................. 36 4. Terapi Fisik, Terapi Psikososial, Terapi Mental dan Spiritual........................... 37 5. Pelatihan Vokasional dan Pembinaan Kewirausahaan ......................................... 40 6. Bantuan Asistensi Sosial ....................................................................................................... 40 7. Dukungan Aksebilitas ............................................................................................................. 40 C. Pendekatan ATENSI Penyandang Disabilitas ..................................................................... 41 1. Berbasis Keluarga ..................................................................................................................... 41 2. Berbasis Komunitas ................................................................................................................. 42 3. Berbasis Lembaga/Residensial .......................................................................................... 44 D. Jangka Waktu Pelaksaan ATENSI ............................................................................................. 44 E. Pendamping Rehabiltasi Sosial .................................................................................................. 44 F. Pendataan ............................................................................................................................................. 45 G. Pembinaan dan Pengawasan ...................................................................................................... 45 H. Pemantauan dan Evaluasi ............................................................................................................ 46 I. Pelaporan ................................................................................................................................................ 46 J. Indikator Kinerja Program .............................................................................................................. 47 K. Pendanaan ............................................................................................................................................ 48 BAB IV MEKANISME ATENSI PENYANDANG DISABILTAS ................................................... 49 A. Fasilitas Akses .................................................................................................................................... 50 B. Pendekatan dan Kesepakatan (Intek dan Engagement) .............................................. 51 C. Asesmen Komprehensif dan Berkelanjutan........................................................................ 52 D. Perencanaan Intervensi .................................................................................................................... 53 E. Implementasi ......................................................................................................................................... 53 F. Supervisi .................................................................................................................................................. 58 G. Monitoring dan Evaluasi ............................................................................................................... 58 H. Panca Layanan dan Terminasi ................................................................................................... 60 BAB V KELEMBAGAAN ..............................................................................................................................62 A. Sturktur Kelembagaan ................................................................................................................... 62 1. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas ......................................... 62 2. UPT di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabsos.................................................. 62 B. Pembagian Kewenangan .................................................................................................................. 65 1. Pemerintah ..................................................................................................................................... 65 2. Pemerintah Daerah .................................................................................................................. 66 3. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) dan Mitra Kerja Lainnya ....................... 67 C. Layanan Multi Fungsi ..................................................................................................................... 68 BAB VI MEKANISME PENYALURAN BANTUAN ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL ...70 A. Dasar Hukum Pemberian Bantuan ATENSI .........................................................................70 B. Tujuan Penggunaan Bantuan ATENSI ....................................................................................71 C. Pemberi Bantuan Atensi .................................................................................................................71 D. Persyaratan Penerima Bantuan ATENSI ................................................................................71 E. Bentuk Bantuan ATENSI ................................................................................................................72 F. Alokasi Anggaran dan Rincian Jumlah Bantuan ATENSI .............................................72 G. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan ATENSI ....................................................................73 H. Penyalura Dana Bantuan ATENSI .............................................................................................74 I. Ketentuan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBN) .......................................................86 J. Pelaporan ................................................................................................................................................86 K. Sanksi .......................................................................................................................................................87 L. Lain-lain ..................................................................................................................................................87 DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1. Jumlah Penduduk Penyandang Disabilitas .................................................. 3 GAMBAR 2. Perubahan Paradigma layanan .......................................................................... 16 GAMBAR 3. Jenis Disabilitas Pada Setiap Ragam Disabilitas ........................................ 17 GAMBAR 4. Sasaran Holistik Intervensi Pekerjaan Sosial ............................................... 19 GAMBAR 5. Program Perlindungan Sosial di Seluruh Siklus Kehidupan ................. 23 GAMBAR 6. Aksebiltas Fisik ......................................................................................................... 29 GAMBAR 7. Aksebilitas Non Fisik .............................................................................................. 30 GAMBAR 8. Contoh Alat Bantu Penyandang Disabilitas .................................................. 31 GAMBAR 9. Bisnis Proses ATENSI ............................................................................................. 49 GAMBAR 10. Mekanisme ATENSI .............................................................................................. 50 GAMBAR 11. Struktur organisasi Tata Kerja Sentra dan Sentra Terpadu ............... 63 GAMBAR 12. Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah ............................................... 65 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Isu disabilitas semakin menjadi perhatian prioritas secara nasional maupun internasional. Di level internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa Disabilitas mengadopsi (Convention Konvensi on the Hak-Hak Rights of Penyandang Persons with Disabilities/CRPD) pada tanggal 13 Desember 2006 dan mulai memberlakukannya pada tanggal 3 Mei 2008. CRPD ini merupakan perjanjian hak asasi manusia komprehensif pertama di abad-21. CRPD ini berisi tentang undang-undang yang memastikan setiap penyandang disabilitas dapat menikmati semua hak dasar manusia dan kebebasan yang fundamental. Indonesia termasuk negara yang meratifikasi CRPD ini pada tahun 2016 dan menjadikannya untuk memperkuat landasan penyusunan kebijakan nasional terkait penyandang disabilitas. Indonesia menunjukkan komitmennya terhadap CRPD ini dengan mengesahkan Undang-undang No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, yang diikuti Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas. Indonesia juga memperkuat upaya penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas melalui berbagai mekanisme implementasi seperti Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM). Secara lebih terfokus, Pemerintah No. 70 Penyelenggaraan, dan Indonesia Tahun mengesahkan 2019 Evaluasi tentang terhadap Peraturan Perencanaan, Penghormatan, Perlindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas yang memuat Rencana Induk Penyandang Disabilitas (RIPD) yang berlaku selama 25 tahun. Peraturan Pemerintah tersebut dilaksanakan melalui Peraturan Menteri PPN/ Bappenas No. 3 Tahun 2021 yang memuat Rencana Aksi Nasional Penyandang Disabilitas (RAN PD) dan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas (RAD PD). Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 1 Pelaksanaan RAN PD lima tahun pertama mencakup 7 sasaran strategis, yaitu: 1) pendataan dan perencanaan inklusif; 2) penyediaan lingkungan tanpa hambatan; 3) perlindungan hak dan akses politik dan keadilan; 4) pemberdayaan dan kemandirian penyandang disabilitas; 5) perwujudan ekonomi inklusif; 6) pendidikan dan keterampilan; dan 7) akses dan pemerataan layanan kesehatan. Kebijakan di atas menjadi dasar untuk menentukan langkahlangkah operasional berbagai pemangku kepentingan dalam melakukan upaya penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Perubahan mendasar yang ditandai melalui lahirnya kebijakan-kebijakan di atas adalah perubahan paradigma dari upaya yang berbasis belas kasihan (charity-based) menjadi upaya yang berbasis hak (right-based). Dengan demikian, kesejahteraan Sosial yang didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya, jelas merupakan hak penyandang disabilitas. Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, kesejahteraan sosial tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Meski demikian, Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial juga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat kesejahteraan untuk sosial berpartisipasi secara dalam umum. penyelenggaraan Guna mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut, penyandang disabilitas seperti halnya masyarakat lainnya yang berada dalam kondisi memerlukan bantuan dan dukungan, berhak mendapatkan layanan yang dapat di akses oleh mereka dengan mudah sebagai warga negara Indonesia. Tanggung jawab penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas merupakan tantangan tersendiri, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitas, jumlah penduduk penyandang disabilitas di Indonesia diperkirakan mencapai 22,97 juta jiwa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (BPS, 2020). Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 2 Data sebaran penyandang disabilitas dan tingkat kedisabilitasannya dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 1 Jumlah Penduduk Penyandang Disabilitas Sumber : Data sebaran penyandang disabilitas (BPS, Susenas 2020) Dari gambar 1 di atas terlihat bahwa dari 22,97 juta jiwa penyandang disabilitas, sebanyak 6,1 juta jiwa penyandang disabilitas termasuk dalam kategori berat dengan rincian 1,2 juta penyandang disabilitas fisik, 3,07 juta penyandang disabilitas sensorik, 149 ribu penyandang disabilitas mental, dan 1,7 juta penyandang disabilitas intelektual. Secara kualitatif, pemerintah pusat, pemerintah daerah,dan masyarakat dituntut untuk mengakomodir akses layanan bagi penyandang disabilitas. Keterbatasan akses layanan akan menghambat mereka untuk mengembangkan potensi, hidup mandiri dan berpartisipasi secara optimal dalam lingkungannya. Oleh karena itu, diperlukan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang lebih komprehensif dan mudah diakses bagi para penyandang disabilitas. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Disabilitas Pasal 2, penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas bertujuan: a. memenuhi kebutuhan dasar Penyandang Disabilitas; b. menjamin pelaksanaan fungsi sosial Penyandang Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 3 Disabilitas; c. meningkatkan kesejahteraan sosial yang bermartabat bagi penyandang disabilitas; dan d. mewujudkan masyarakat inklusi. Merujuk pada tujuan tersebut maka habilitasi dan rehabilitasi sosial menjadi layanan yang sangat penting. Habilitasi merupakan upaya mengoptimalkan fungsi tubuh yang ada untuk menggantikan fungsi tubuh yang tidak ada melalui bantuan medik, sosial, psikologis, dan keterampilan agar dapat mencapai kemampuan fungsionalnya. Sementara itu, rehabilitasi sosial merupakan proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Sesuai mandat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, Kementerian Sosial memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan kesejahteraan sosial sebagaimana disebutkan di atas. Kementerian Sosial cq Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas mempersiapkan, melaksanakan serta melakukan monitoring dan evaluasi kebijakan terkait penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas. Kementerian Sosial juga melakukan penguatan koordinasi antar Kementerian dan Lembaga, serta dengan pemerintah daerah. Selain itu, Kementerian Sosial juga melakukan upaya preventif melalui kampanye penyadaran masyarakat, serta penguatan potensi dan sumber kesejahteraan sosial dari unsur masyarakat melalui bimbingan teknis dan peningkatan kapasitas. Untuk memberikan layanan yang lebih komprehensif, Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas juga melakukan respon kasus yang berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Respon kasus dan layanan-layanan langsung lainnya untuk penyandang disabilitas dilakukan melalui program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI). ATENSI adalah layanan rehabilitasi sosial yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan/atau residensial. Pelaksanaan ATENSI memerlukan Pedoman Operasional yang mencakup mekanisme dan prosedur kerja ATENSI melalui Sentra Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 4 Terpadu, Sentra, dan LKS penyandang disabilitas yang dilaksanakan dengan berbasis keluarga, berbasis komunitas dan berbasis residensial. Pedoman operasional ini menjabarkan lebih lanjut tugas dan fungsi setiap pemangku kepentingan dalam pelaksanaan ATENSI. Oleh karena itu, perlu disusun Pedoman Operasional sebagai petunjuk kerja yang sistematis dan jelas sehingga ATENSI dapat dilaksanakan secara terstandar, tepat sasaran, dan mencapai tujuan upaya penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. B. DASAR HUKUM Dasar hukum penyusunan Pedoman Operasional ini adalah: 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 17 ayat (3); 2. Undang–Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5871); 5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pekerja Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6397); 6. Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan Nomor Kesejahteraan 39 Tahun Sosial 2012 Tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294); 7. Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan Nomor Kesejahteraan 52 Tahun Sosial 2019 Bagi tentang Penyandang Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 5 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6368); 8. Peraturan Pemerintah Perencanaan, Nomor pelaksanaan, 70 dan Tahun Evaluasi 2019 tentang Penghormatan, Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 184); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6473); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Penyandang Disabilitas dalam Proses Peradilan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6538); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2020 tentang Aksesibilitas terhadap Permukiman, Pelayanan Publik, dan Pelindungan dari Bencana bagi Penyandang Disabilitas (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6540); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2020 tentang Unit Layanan Disabilitas Bidang Ketenagakerjaan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 101); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2020 tentang Tata Cara Penetapan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 268, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6584); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2020 tentang Layanan Habilitasi dan Rehabilitasi Bagi Penyandang Disabilitas (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6601); 15. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33); 16. Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2021 tentang Kementerian Sosial; 17. Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2017 tentang Standar Habilitasi dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 790); Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 6 18. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyaluran Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial; 19. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 732); 20. Peraturan Menteri Sosial Nomor 11 tahun 2020 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Sosial; 21. Peraturan Menteri Sosial No. 7 Tahun 2021 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial; 22. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial; 23. Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial; C. PENGERTIAN 1. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. 2. Penyandang Disabilitas fisik adalah setiap orang yang mengalami gangguan fungsi gerak, antara lain amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral palsy (CP), akibat stroke, akibat kusta, dan orang kecil. 3. Penyandang Disabilitas intelektual adalah setiap orang yang mengalami gangguan fungsi pikir karena tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, antara lain lambat belajar, disabilitas grahitadan down syndrom. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 7 4. Penyandang Disabilitas mental adalah setiap orang yang mengalami gangguan fungsi pikir, emosi, dan perilaku, antara lain: a. psikososial di antaranya skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas, dan gangguan kepribadian; dan b. disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada kemampuan interaksi sosial diantaranya autis dan hiperaktif. 5. Penyandang Disabilitas sensorik adalah setiap orang yang mengalami gangguan salah satu fungsi dari panca indera, antara lain disabilitas netra, disabilitas rungu, dan/atau disabilitas wicara. 6. Penyandang Disabilitas ganda atau multi adalah penyandang disabilitas yang mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas runguwicara dan disabilitas netra-tuli. 7. Habilitasi adalah upaya mengoptimalkan fungsi tubuh yang ada untuk menggantikan fungsi tubuh yang tidak ada melalui bantuan medik, sosial, psikologik, dan keterampilan agar dapat mencapai kemampuan fungsionalnya. 8. Rehabilitasi pengembangan Sosial adalah untuk proses memungkinkan refungsionalisasi seseorang dan mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. 9. Asistensi Rehabilitasi Sosial, selanjutnya disebut ATENSI yaitu layanan rehabilitasi sosial yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas dan/atau residensial melalui kegiatan dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan vokasional pembinaan kewirausahaan, bantuan dan asistensi sosial serta dukungan aksesibilitas. 10. Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi semua orang termasuk penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. 11. Akomodasi yang layak adalah modifikasi dan penyesuaian yang tepat dan diperlukan untuk menjamin penikmatan atau Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 8 pelaksanaan semua hak asasi manusia fundamental untuk penyandang dan disabilitas kebebasan berdasarkan kesetaraan. 12. Alat Bantu adalah alat atau benda yang berfungsi membantu kemandirian penyandang disabilitas dalam melakukan kegiatan sehari-hari. 13. Alat Bantu Kesehatan adalah benda yang berfungsi mengoptimalkan fungsi anggota tubuh penyandang disabilitas berdasarkan rekomendasi dari tenaga medis. 14. Program Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas adalah program yang bersifat holistik, sistematik, dan terstandar untuk mencapai keberfungsian sosial penyandang disabilitas secara wajar dalam kehidupan masyarakat. 15. Keberfungsian Sosial adalah suatu kondisi yang memungkinkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan dan hak dasarnya, melaksanakan tugas dan peranan sosialnya, serta mengatasi masalah dalam kehidupannya. 16. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat PPKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga memerlukan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani dan rohani maupun sosial secara memadai dan wajar. 17. Penerima Manfaat adalah PPKS yang mendapat intervensi atau layanan atau yang mendapat manfaat di bidang pelayanan kesejahteraan sosial. 18. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial. 19. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau Lembaga pemerintah/ non pemerintah. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 9 20. Asistensi Sosial adalah bantuan berupa uang barang atau jasa atau jasa pelayanan dana atau jaminan sosial kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat yang berpendapatan rendah sampai dengan berpendapatan tinggi. 21. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga. 22. Telantar adalah kondisi seseorang yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus. 23. Lembaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat LKS adalah organisasi melaksanakan sosial atau perkumpulan sosial yang penyelanggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 24. Data Terpadu sekumpulan Kesejahteran data Kesejahteraan terdiri Sosial atas (PPKS), Sosial Data (DTKS) Pemerlu Penerima adalah Pelayanan Bantuan dan Pemberdayaan Sosial, dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial yang dikelola dalam Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation (SIKS Ng). 25. Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang selanjutnya disebut UPT adalah unit pelaksana teknis di bidang rehabilitasi sosial yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial. 26. Sentra Kreasi ATENSI yang selanjutnya disebut SKA adalah pusat pengembangan kewirausahaan dan vokasional serta media promosi hasil karya penerima manfaat dalam satu kawasan terpadu. 27. Respon Kasus adalah upaya cepat tanggap yang dilakukan untuk merespon kasus-kasus penyandang disabilitas yang masuk dari seluruh wilayah Indonesia dalam upaya memenuhi dan melindungi hak-hak penyandang disabilitas. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 10 28. Pekerja Sosial adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial serta telah mendapatkan sertifikat kompetensi. 29. Pendamping Rehabilitasi Sosial adalah sumber daya manusia kesejahteraan sosial yang meliputi Pekerja Sosial, tenaga kesejahteraan sosial, relawan sosial, dan penyuluh sosial yang bekerja di bidang ATENSI. 30. Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah Seseorang yang dididik dan dilatih secara professional untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial. 31. Penyuluh Sosial adalah Seseorang yang mempunyai ruang lingkup, tugas, melaksanakan tanggungjawab kegiatan dan penyuluhan wewenang bidang untuk pembangunan kesejahteraan sosial khususnya terkait program atensi lanjut usia. 32. Relawan Sosial adalah Seseorang dan/atau kelompok masyarakat baik yang berlatar belakang pekerjaan sosial maupun bukan berlatar belakang pekerjaan sosial, tetapi melaksanakan kegiatan penyelengaraan di bidang sosial bukan diinstansi sosial pemerintah atas kehendak sendiri dengan atau tanpa imbalan. D. TUJUAN PEDOMAN 1. Pedoman operasional ATENSI Penyandang Disabilitas ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial untuk menjamin mutu/standar pelayanan dalam pemenuhan hak dan kepentingan terbaik bagi penyandang disabilitas; 2. Pedoman ini ditujukan bagi masyarakat umum dan pemangku kepentingan untuk membantu peningkatan dalam pemenuhan hakhak bagi penyandang disabilitas. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 11 E. MANFAAT 1. Sebagai acuan bagi Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dalam mengarahkan, memonitor dan memantau pelaksanaan program ATENSI penyandang disabilitas oleh LKS PD, UPTD PD; 2. Sebagai acuan LKS PD, UPTD PD dalam melaksanakan ATENSI penyandang disabilitas; 3. Dapat dijadikan dasar bagi pemerintah daerah dalam mendukung pelaksanaan ATENSI penyandang disabilitas. F. SASARAN PEDOMAN 1. Satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial; 2. Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial; 3. Unit Pelaksana Teknis Daerah; 4. Pelaksana rehabilitasi sosial di masyarakat. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 12 BAB II KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM A. ANALISIS SITUASI Pembaruan data penyandang disabilitas dilaksanakan oleh Pusdatin Kementerian Sosial dan sistem administrasi kependudukan yang dikelola oleh Kementerian Dalam Negeri serta Badan Pusat Statistik (BPS). Sinkronisasi data tersebut disesuaikan dengan ragam disabilitas yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Pada Dashboard Business Intelligence SIKS-NG Pusdatin Kesejahteraan Sosial tahun 2020, jumlah penyandang disabilitas sebanyak 1.296.781 jiwa (rasio 5,1% dari jumlah penyandang disabilitas di Indonesia), menunjukan komposisi jumlah penyandang disabilitas berdasarkan ragam disabilitas sebagaimana ditunjukan pada gambar berikut: Tabel 1 Komposisi Jumlah Penyandang Disabilitas Berdasarkan Ragam Disabilitas RAGAM DISABILITAS JUMLAH Disabilitas Fisik 331.564 Disabilitas Intelektual 219.486 Disabilitas Netra 169.758 Disabilitas Fisik dan Mental 139.820 Disabilitas Rungu 130.262 Disabilitas Mental 85.048 Disabilitas Wicara 81.133 Disabilitas Rungu dan Wicara 52.762 Disabilitas Netra dan Fisik 31.025 Disabilitas Rungu, Wicara dan Fisik 24.427 Disabilitas Rungu, Wicara, Netra dan 18.583 Disabilitas Netra, Rungu dan Wicara 12.913 Jumlah 1.296.781 Sumber: DTKS, 2020 Dari data pada tabel 1 di atas, jika dilihat dari ragam disabilitasnya, disabilitas fisik memiliki jumlah paling tinggi diantara ragam disabilitas lainnya yaitu sebanyak 331.564 jiwa dan kemudian disabilitas intelektual sebanyak 219.486 jiwa. Hampir setengah DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 13 (750.492 jiwa) dari data penyandang disabilitas tersebut berada dalam kelompok usia produktif 22 tahunn ampai dengan 60 tahun seperti yang terlihat pada grafik 1 berikut: Grafik 1 Penyandang Disabilitas Berdasarkan Usia Data pada SIKS-NG tahun 2020 Pusdatin Kessos menunjukkan mayoritas penyandang disabilitas yang tidak/belum memiliki pekerjaan sejumlah 857.207 jiwa. Data ini menunjukkan bahwa masih sangat tinggi penyandang disabilitas yang tidak memiliki pekerjaan dalam usia produktif. Kondisi ini tentunya memprihatinkan, mengingat sebagian besar penyandang disabilitas juga berada dalam keluarga golongan ekonomi lemah. Sehingga dapat diprediksi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari akan berat dirasakan oleh penyandang disabilitas dan keluarganya. Data pada SIKS-NG juga menunjukkan bahwa sebagian besar dari penyandang disabilitas yang memiliki lapangan usaha, bekerja dalam sektor pertanian (196.195 jiwa). Data ini menunjukkan bahwa penyandang disabilitas sulit akses pada sektor industri, terutama di daerah kota yang sebagian besar lahan pekerjaan memerlukan skill yang seringkali tidak dimiliki oleh penyandang disabilitas. Pandemik COVID-19 tentunya berdampak pada penyandang disabilitas, terhambatnya akses layanan, terhentinya pengembangan potensi disabilitas yang menjadi semakin berdampak pada lingkaran kemiskinan yang terus berputar, tidak terpenuhinya kebutuhan layak, yang juga memicu persoalan lain seperti kekerasan, penelantaran, diskriminasi, dan stigma. DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 14 Permasalahan disabilitas merupakan cross cutting issue yang perlu mendapatkan penanganan secara komprehensif dan multisektoral. Pergeseran paradigma dalam pendekatan penanganan masalah disabilitas dari pendekatan belas kasihan (charity based approach), ke arah yang lebih mengedepankan pendekatan yang mengutamakan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas (right based approach), memerlukan adanya terobosan-terobosan program melalui kegiatan yang dapat mendorong dan mempercepat pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas yang harus diikuti pula oleh peningkatan mutu dan kualitas pelayanan serta pelibatan aktif masyarakat dalam penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas. Perubahan paradigma dalam pendekatan penanganan masalah disabilitas diimplemetasikan dalam kebijakan rehabilitasi sosial yang dilakukan tidak bersifat sektoral/fragmentaris, tetapi pelayanan yang terpadu (one stop service)/single window service dan berkelanjutan. Sistem program rehabilitasi yang komprehensif dan layanan yang telah terstandarisasi, menjangkau seluruh warga yang memerlukan layanan sosial, melalui strategi yang inklusif disabilitas dalam berbagai sektor kehidupan. Terobosan program berupa respon kasus yang cepat menanggapi dan menjangkau kasus-kasus disabilitas di berbagai wilayah, menunjukkan upaya cepat dalam melindungi dan memenuhi hak-hak penyandang disabilitas. Paradigma baru juga mengedepankan peran dan tanggung jawab keluarga dan masyarakat, serta layanan sosial dalam lembaga bersifat sementara sebelum mereka kembali kepada keluarga. DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 15 Gambar 2 Perubahan paradigma ini juga sejalan dengan perkembangan situasi dan permasalahan disabilitas yang semakin kompleks yang merupakan tantangan kita semua untuk membentuk kerangka kerja yang bertumpu sistem program rehabilitasi yang komprehensif, terstandar dan pencegahan, professional. sehingga komunitas/masyarakat Program yang mengutamakan mengedepankan peran keluarga dalam pemberdayaan dan penyandang disabilitas, dan rehabilitasi dalam lembaga bersifat temporer sebagai alternative terakhir. Semua upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan sosial penyandang disabilitas, dan pemenuhan hak-hak mereka. Oleh karena itu jangkauan sasaran adalah seluruh penyandang disabilitas dengan ragamnya, artinya bahwa semua berhak memperoleh layanan apabila mengalami permasalahan sosial. Gambar berikut menjelaskan jenis disabilitas pada ragamnya. DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 16 Gambar 3 Jenis Disabilitas pada Setiap Ragam Disabilitas Arah kebijakan program perlindungan dan rehabilitasi sosial juga sesuai dengan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD), yaitu penghormatan, pemenuhan dan perlindungan hak-hak penyandang disabilitas. Kementerian Sosialmenempatkan to respect (penghormatan, pengakuan), to fullfill (pemenuhan hak hak dasar) dan to protect (perlindungan atas resiko yang terjadi) sebagai komitmen utama. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan hak dasar, melaksanakan tugas kehidupan, melaksanakan peranan sosial, serta mengatasi masalah dalam kehidupannya. 2. Tujuan Khusus a) Meningkatnya kemampuan penerima manfaat di antaranya yaitu 1) Mampu memenuhi kebutuhan dasar 2) Mampu melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri 3) Mampu mengatasi masalah, psikososial yang dihadapinya 4) Mampu melakukan aktualisasi diri sesuai potensi yang dimiliki 5) Mampu memenuhi kebutuhan ekonomi DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 17 6) Mampu kembali ke keluarga 7) Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang memiliki alat bantu sesuai dengan kebutuhannya b) Meningkatnya keluarga penerima manfaat yang mampu melaksanakan perawatan/ pengasuhan/perlindungan sosial c) Meningkatnya komunitas/LKS yang mampu melaksanakan asistensi rehabilitasi sosial d) Meningkatnya SDM yang mampu melaksanakan Asistensi Rehabilitasi Sosial C. LANDASAN KONSEPTUAL Perspektif teoritis menjadi sudut pandang membangun program dan intervensi rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas. Beberapa perspektif teoritis memberikan pemahaman hakikat penyandang disabilitas dan konstelasi dengan lingkungan yang memungkinkan pengembangan potensi penyandang disabilitas dan juga lingkungan sekitarnya. Beberapa perspektif teoritis yang mendasari program rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas adalah sebagai berikut: 1. Perspektif Pekerjaan Sosial terhadap Disabilitas Perspektif pekerjaan sosial didasari tujuan atau misi dari profesi pekerjaan sosial yaitu mempromosikan atau memperbaiki hubungan timbal balik antara individu dan lingkungannya untuk meningkatkan kualitas kehidupan bagi semua orang. Misi ini didasari perspektif sistem sosial, perspektif ekologi dan perspektif ekosistem (Du Bois & Miley, 2014). Bagaimanan mencapai misi tersebut? didasari perspektif persons in environment (PIE), pekerjaan sosial memperbaiki atau merestorasi pada dua bidang utama yaitu memperkuat keberfungsian sosial individu dan di sisi lain meningkatkan efektifitas struktur di komunitas dengan mengoptimalkan sumber-sumber yang ada di komunitas serta kesempatan. Perspektif PIE menegaskan bahwa tidak cukup hanya melakukan intervensi terhadap individu saja, tetapi perlu melakukan intervensi juga terhadap lingkungan dimana individu tersebut tinggal. Perspektif ini menunjukkan bahwa sasaran intervensi pekerjaan sosial bersifat holistik. Gambar berikut DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 18 menunjukkan bahwa sasaran akhir dari intervensi pekerjaan sosial adalah peningkatan kualitas hidup seseorang, yang dicapai dengan cara meningkatkan meningkatkan keberfungsian efektifitas sosial struktur di seseorang masyarakat dan dengan menyediakan sumber dan kesempatan. Gambar 4 Sasaran holistik intervensi pekerjaan sosial 2. Perspektif Ekologi Bronfenbrenner, penemu konsep ini (ecological systems theory) menegaskan bahwa untuk memahami perkembangan manusia tidak mungkin hanya berfokus pada individunya saja (aspek mikro), namun perlu memperhitungkan seluruh sistem ekologi tempat individu tersebut seperti kelompok teman, keluarga, komunitas, dan masyarakat yang lebih luas. Inti dari konsep ekologi Bronfenbrenner adalah perilaku seseorang bukan hanya ditentukan oleh susunan biologis dan psikologisnya saja, tetapijuga dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial yang langsung mempengaruhi individu (sistem mikro) serta interaksi antara sistem dalam lingkungan (meso systems) serta kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya (macro system) yang dipengaruhi oleh kepercayaan dan sikap umum yang dianut oleh individumasyarakat (Du Bois & Miley, 2014). Perspektif ekologi dalam konteks rehabilitasi sosial penyandang disabilitas dapat dipandang sebagai upaya untuk mempengaruhi perilaku penyandang disabilitas, juga keluarga dan lingkungannya, serta menentukan program-program seperti apa yang memiliki peluang besar mengubah perilaku individu sekaligus lingkungan sosialnya. DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 19 3. Perspektif Kekuatan Perspektif kekuatan (strength perspective) yang memandang individu sebagai orang-orang yang memiliki potensi dan kemampuan dalam menghadapi kesulitan atau krisis (Saleeby, 2013). Pendekatan ini berfokus pada penggalian kekuatan individu serta jaringan sosial dan komunitas yang lebih luas yang ada di sekitar individu. Perpektif kekuatan berupaya meningkatkan kekuatan dan membangun solusi atas permasalahan di atas karakteristik yang sudah ada pada individu. Intinya, perspektif kekuatan ini bepegang pada keyakinan bahwa semua individu memiliki kekuatan, potensi dan sumber daya. Maka, fokus dari praktik ini adalah pada pengembangan potensi, penggalian sumber, peningkatan keterampilan, minat, dan sistem pendukung bagi penyandang disabilitas. Adapun prinsip dari perspektif kekuatan adalah sebagai berikut: a. Individu memiliki kekuatan dan kapasitas untuk terus belajar tumbuh dan berubah; b. Intervensi berfokus pada kekuatan dan aspirasi dari orang-orang yang menjadi dampingan pekerja sosial. c. Komunitas dan lingkungan sosial dipandang sebagai lingkungan yang penuh dengan sumber-sumber pertolongan. d. Penyelenggara pelayanan berkolaborasi dengan orang-orang yang dibantu. e. Intervensi dilakukan berdasarkan prinsip pilihan sendiri sesuai dengan norma dan nilai dilingkungan sosial. f. Komitmen terhadap pemberdayaan. g. Masalah dianggap sebagai hasil dari interaksi antara individu, organisasi atau struktur daripada dipandang sebagai kekurangan dari dalam individu atau organisasi/struktur. 4. Perspektif Hak Asasi Manusia Perspektif hak asasi manusia memandang individu bukan sebagai objek yang pasif, tetapi manusia dengan serangkaian hak yang melekat dan harus dipenuhi. Perspektif yang memfokuskan pada pemenuhan hak-hak individu meliputi: hak hidup, perlindungan dan partisipasi. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 19 tahun DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 20 2011 tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, pemenuhan hak penyandang disabilitas dapat menggunakan prinsip: a. Penghormatan terhadap martabat b. Otonomi individu c. Non diskriminasi d. Partisipasi e. Keragaman manusia dan kemanusiaan f. Kesamaan kesempatan g. Kesetaraan h. Aksesibilitas i. Kapasitas yang terus berkembang j. Inklusif 5. KEBIJAKAN REHABILITASI SOSIAL Kebijakan program rehabilitasi sosial diarahkan untuk mencapai tujuan pelaksanaan rehabilitasi sosial yang komprehensif, holistikdan terstandar melalui: a. Penghormatan, pelindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas b. Penguatan sistem rehabilitasi sosial yang terintegrasi dengan jaminan sosial, pemberdayaan sosial & perlindungan sosial c. Perluasan jangkauan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas berbasis keluarga, komunitas dan residensial; d. Penguatan kapasitas & kelembagaan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan LKS e. Peningkatan kampanye pencegahan, rehabilitasi, pemberdayaan, jaminan & perlindungan sosial bagi penyandang disabilitas di seluruh sektor dan masyarakat; f. Peningkatan SDM pelaksana rehabilitasi sosial dan standarisasi layanan rehabilitasi sosial (akreditasi dan sertifikasi) g. Peningkatan peran pemerintah daerah, masyarakat dan swasta dalam pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas dan keluarga. Kebijakan teknis dalam program rehabilitasi sosial ini dimaksudkan untuk mewujudkan pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 21 disabilitas berbasiskan hak-hak asasi manusia, tuntutan profesionalisme dan perluasan jangkauan baik wilayah dan target sasaran, terutama pada saat kapasitas Pemerintah Daerah dalam merespon kebutuhan dan menangani masalah penyandangdisabilitas masih terbatas. D. STRATEGI Strategi operasional dari kebijakan teknis tertuang dalam beberapa kegiatan yang saling mendukung untuk keberhasilan capaian program rehabilitasi sosial, meliputi: 1. Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) Penyandang Disabilitas Memperkuat kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial PenyandangDisabilitas berbasis keluarga, komunitas dan residensial. 2. Memprioritaskan bangunan dan peralatan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang rusak berat dan layanan langsung kepada penyandang disabilitas 3. Kampanye Nasional Aktifitas pencegahan yang merupakan bagian dari primary services, dilakukan menggunakan multimedia dan dilaksanakan secara masif terkait pencegahan masalah social serta penyadaran masyarakat. 4. Standarisasi UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan LKS melalui Akreditasi lembaga kesejahteraan sosial dan penguatan SDM melalui sertifikasi pelaksana rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. 5. Command Center Merupakan penghubung semua direktorat teknis dan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, serta SDM Kesejahteraan Sosial di seluruh Indonesia untuk penanganan kasus dan dampak bencana agar lebih cepat, tepat dan efisien serta terdokumentasi. 6. Respon Kasus Memberikan respon cepat terhadap kasus-kasus Penyandang Disabilitas yang muncul di berbagai wilayah di Indonesia, DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 22 dilakukan melalui koordinasi dengan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait di lokasi kasus. E. BENTUK PROGRAM Program dijalankan rehabilitasi adalah sosial bersifat Penyandang komprehensif Disabilitas yaitu yang memberikan perlindungan dalam siklus kehidupan. Program bagi penyandang disabilitas anak, penyandang disabilitas usia produktif, dan penyandang disabilitas pada usia lanjut. Program yang saling terintegrasi menggambarkan program yang responsif. Program rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas secara umum yang diarahkan pencegahan untuk disfungsi pengembangan pemenuhan sosial keberfungsian kebutuhan dan program sosial. Untuk hidup layak, pemulihan dan mencapai tujuan tersebut, sehingga program rehabilitasi sosial terintegrasi dengan program perlindungan dan jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan program-program penanganan fakir miskin. Dapat dilihat pada skema program berikut: Gambar 5 Program Perlindugan Sosial di Seluruh Siklus Kehidupan KP NAPZA ANAK LANSIA WANITA & TS-KPO Disabilitas Pelaksanaan program rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas dilakukan melalui layanan tidak langsung dan layanan langsung. 1. Layanan tidak langsung, meliputi: a. Kampanye Sosial merupakan rangkaian komunikasi yang terencana bersifat non komersil dalam kurun waktu tertentu melalui kampanye pencegahan masalah sosial, publikasi, sosialisasi, edukasi, dan penyebarluasan informasi program DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 23 rehabilitasi sosial diseluruh sektor dan masyarakat. Kampanye sosial dilakukan untuk pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas melalui Talk Show, ILM, Pembuatan Baliho, Spanduk, Billboard/Videotron. b. Bimbingan teknis kompetensi bagi pengelola dan pendamping ATENSI, dengan tujuan meningkatkan kapasitas SDM baik yang bekerja di UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial sehingga dapat melaksanakan ATENSI sesuai dengan prosedur. c. Refleksi kebijakan dilaksanakan berdasarkan kasus permasalahan yang terjadi di masyarakat, yang kemudian akan berimplikasi pada rekomendasi kebijakan ATENSI. d. Supervisi, monitoring dan evaluasi serta pelaporan, pelaksanaan program ATENSI perlu dilakukan supervisi, monitoring dan evaluasi agar pelaksanaan program ATENSI berjalan dengan efektif, efisien, dan akuntabel. Supervisi dilakukan dengan tujuan agar UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial terdampingi dalam pelaksanaan ATENSI sesuai dengan pedoman operasional. Monitoring dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan oleh UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dengan rencana yang sudah disusun. Evaluasi bertujuan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan atensi berdasarkan indikator kinerja yang sudah ditetapkan dan memberikan rekomendasi perbaikan pelaksanaan ATENSI. e. Perumusan pedoman umum dan pedoman operasional program ATENSI, diperlukan petunjuk teknis yang memadai. Petunjuk teknis tersebut akan direvisi dari yang sudah ada atau menyesuaikan dengan kebijakan pelaksanaan ATENSI secara umum. f. Rapat koordinasi teknis, merupakan upaya pembahasan bersama dalam penanganan permasalahan yang merupakan tanggung jawab berbagai pemangku kepentingan terkait. Kegiatan rapat koordinasi teknis bertujuan untuk terjalinnya DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 24 koordinasi yang baik antar pemangku kepentingan dan terlaksananya ATENSI yang komprehensif dengan pihak-pihak terkait. g. Advokasi sosial, usaha yang sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi, dan menyakinkan pemangku kepentingan dalam melaksanakan tugas dan peran tanggungjawabnya dalam pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Layanan tidak langsung dilakukan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. 2. Layanan Langsung Layanan langsung program rehabilitasi sosial dilaksanakan melalui program asistensi rehabilitasi sosial (ATENSI) penyandang disabilitas yang bertujuan untuk mencapai keberfungsian sosial individu, keluarga, dan komunitas dalam memenuhi kebutuhan dan hak dasar; melaksanakan tugas dan peranan sosial; dan mengatasi masalah dalam kehidupan. ATENSI dilakukan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang bermitra dengan unit pelaksana teknis daerah, LKS, dan instansi terkait. Layanan langsung ATENSI memiliki 7 bentuk sebagai berikut: a. Dukungan pemenuhan hidup layak Membantu memenuhi standar kebutuhan penyandang disabilitas untuk dapat hidup layak secara fisik, mental dan psikososial. Pemberian dukungan pemenuhan kebutuhan layak tersebut diberikan sesuai dengan hasil asesmen. b. Perawatan sosial dan / atau pengasuhan Penyandang Disabilitas Layanan perawatan sosial dan atau pengasuhan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kasih sayang, keselamatan, kelekatan dan kesejahteraan bagi penyandang disabilitas. Keluarga diberikan penguatan kapasitas dalam memberikan perawatan dan/atau pengasuhan bagi penyandang disabilitas, serta diberikan bantuan sarana dan prasarana perawatan sosial dan / atau pengasuhan. DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 25 c. Dukungan keluarga Dukungan keluarga bertujuan untuk memberikan bantuan kepada anggota pengetahuan, keluarga dan berupa keterampilan dukungan perawatan emosional, penyandang disabilitas, pengasuhan penyandang disabilitas, keterampilan berelasi dalam keluarga, serta dukungan untuk memahami masalah yang dihadapi oleh keluarga. d. Terapi Fisik, Terapi Psikososial dan Terapi Mental Spiritual 1) Terapi Fisik Terapi fisik untuk mengoptimalkan, memelihara dan mencegah kerusakan dan gangguan fungsi fisik. 2) Terapi psikososial Terapi psikososial merupakan bentuk praktek psikotherapeutic untuk memulihkan dan mengoptimalkan fungsi kognitif, afektif dan perilaku. 3) Terapi mental spiritual Terapi untuk menyelaraskan pikiran, tubuh dan jiwa dalam upaya mengatasi kecemasan dan depresi, menggunakan nilai-nilai moral, spiritual dan agama e. Pelatihan Vokasional dan pembinaan kewirausahaan Upaya pemberian keterampilan bagi penyandang disabilitas agar mampu hidup mandiri dan atau produktif. Upaya ini dilakukan melalui pengembangan dan penyaluran minat, bakat, potensidan menciptakan aktivitas yang produktif, akses modal usaha ekonomi, bantuan kemandirian, bantuan sarana dan prasarana produksi, serta mengembangkan jejaring. f. Bantuan dan Asistensi Sosial 1) Bantuan, merupakan uang, barang, atau jasa yang diberikan kepada sasaran program rehabilitasi sosial dan PPKS lainnya. 2) Asistensi sosial, merupakan bantuan berupa uang, barang, jasa pelayanan, dan/atau jaminan sosial kepada seseorang, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang berpendapatan rendah sampai dengan berpendapatan tinggi. DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 26 g. Dukungan aksesibilitas Membantu penyandang disabilitas yang mengalami hambatan untuk memperoleh akses yang setara terhadap layanan, peralatan, lingkungan fisik dan non fisik maka diberikan dukungan aksesibilitas termasuk alat bantu yang diperlukan penerima manfaat. F. PRINSIP Layanan ATENSI diberikan berdasarkan prinsip yaitu: 1. Multifungsi Layanan Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI merespon ragam masalah sosial yang membutuhkan penanganan segera atau mendesak untuk dilayani. 2. Holistik Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI harus memandang individu Penyandang Disabilitas sebagai bagian dari kesatuan sistem biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual. 3. Sistematik Untuk memastikan tahapan program ATENSI yang terencana melalui manajemen kasus sehingga dapat dievaluasi outcome dan impactnya. 4. Terstandar Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Berbasis hak Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI memperhatikan norma dan prinsip hak asasi manusia. 5. Multiprofesi Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI melibatkan profesi lain guna meningkatkan efektivitas program bagi penerima manfaat. 6. Multilevel intervensi Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI diberikan kepada individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat. 7. Multiaktor kolaborasi DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 27 Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI tidak hanya dilaksanakan Pekerja Sosial namun melibatkan sumber daya manusia kesejahteraan sosial lainnya. 8. Dinamis Untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasiATENSI harus memperhatikan segala sesuatu atau kondisi yang berubah, bergerak secara aktif, dan berkembang di masyarakat. 9. Integratif Untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ATENSI harus mempertimbangkan seluruh aspek penyandang disabilitas secara satu kesatuan dan bukan terpisah-pisah. 10. Komplementer Untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ATENSI harus menyatu dan bersinergi untuk saling melengkapi dalam pemenuhan kebutuhan Penyandang Disabilitas. 11. Berjejaring Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI harus mampu memanfaatkan dan bekerja sama dengan potensi sumber daya yang tersedia di pemerintah daerah dan masyarakat. G. AKSESIBILITAS, ALAT BANTU DAN AKOMODASI YANG LAYAK 1. Aksesibilitas Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi semua orang termasuk penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. (Pasal 1 Angka 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas). Semua dapat melakukan aktiivitasnya dengan mudah, aman, mandiiri dan tanpa diskriminasi. Setiap bangunan/lingkungan harus dapat dicapai, dimasuki, dan dipergunakan oleh semua orang, tanpa harus membuat seseorang merasa dikasihani atau dibedakan. Dalam aksesibilitas tedapat dua jenis aksesibilitas yaitu aksesibilitas fisik dan non fisik: DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 28 a. Aksesibilitas Fisik Adalah fasilitas yang diberikan untuk dapat keluar masuk dan menggunakan suatu bangunan, kendaraan atau fasilitas fisik lainnya dengan aman, nyaman dan mandiri. Gambar berikut ini dijadikan rujukan dan item yang dijadikan objek dalam contoh bangunan aksesibel: Gambar 6 Aksesibilitas Fisik (PINTU) (RAM) Guiding Block RAM DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 29 b. Aksesibilitas Non-fisik Adalah fasilitas yang diberikan untuk memudahkan setiap orang mendapatkan informasi, seperti running teks untuk rungu wicara, dan Juru Bahasa Isyarat. Gambar 7 Aksesibilitas Non Fisik Syarat aksesibilitas harus memenuhi 4 unsur sebagai berikut: 1) Kemudahan, semua orang dapat menjangkau semua tempat dengan mandiri. 2) Kegunaan, setiap orang dapat mempergunakan semua tempat. 3) Keselamatan, setiap bangunan dan lingkungan harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang. 4) Kemandirian, setiap orang harus dapat mencapai, masuk dan mempergunakan tempat tanpa bantuan orang lain. Perencanaan aksesibilitas bangunan yang aksesibel merupakan pembangunan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua manusia, tanpa adanya batasan. Hal ini merupakan salah satu upaya penyetaraan kesempatan dan akses bagi penyandang disabilitas agar sama-sama berpartisipasi aktif di masyarakat. Tujuan utama dari perencanaan bangunan yang aksesibel adalah agar tidak adanya sekat yang membatasi antara penyandang disabilitas dengan individu lainnya yang non disabilitas dalam beraktivitas dilingkungan. Hal ini sesuai dengan prinsip equity yang mengharuskan adanya persamaan hak bagi setiap orang di lingkungan masyarakat. Desain aksesibilitas sendiri membutuhkan sebuah standar yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan fasilitas. Sehingga gagasan konsep yang direncanakan sepenuhnya didukung dengan legitimasi hukum dari Pemerintah. DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 30 2. Alat Bantu Alat bantu adalah benda yang berfungsi membantukemandirian penyandang disabilitas dalam melakukan kegiatan sehari-hari. (Pasal 1 Angka 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas). Alat bantu terbagi menjadi dua, yaitu alat bantu mobilitas dan alat bantu kesehatan. Alat Bantu Kesehatan adalah benda yang berfungsi mengoptimalkan fungsi anggota tubuh penyandang disabilitas berdasarkan rekomendasi dari tenaga medis. Beberapa contoh alat bantu penyandang disabilitas: Gambar 8 Contoh Alat Bantu Penyandang Disabilitas Contoh Alat Bantu Mobilitas Kursi Roda Kruk Tongkat Putih Contoh Alat Bantu Kesehatan Alat Bantu Dengar Kaki Palsu DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 31 FOOT ORTHOSE ANKLE FOOD ORTHOSIS (AFO) HIP KNEE ANKLE FOOD ORTHOSIS (HKAFO) JENIS-JENIS KURSI RODA KURSI RODA CEREBAL PALSY KURSI RODA ELEKTRIK AXILLAV MOTOR RODA 3 (Alat Bantu Usaha) MODEL JAHIT MODEL CAFE DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 32 MODEL SAYUR MODEL CARGO TONGKAT PENUNTUN ADAPTIF Canadian Walker Roda Tripod ALAT BANTU JALAN : 1. Cane 2. Axillar kruk 3. Canadian Kruk 4. Tripod 5. Walker 6. Walker Roda DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 33 ALAT PENGGANTI TUBUH PROSTHESIS YANG HILANG) : 1. Syme Prostesis Untuk Ankle Disarticulation 2. Below Knee Prothesis 3. Above Knee Prothesis ORTHOSIS : 1. AFO 2. KAFO 3. HKAFO 4. GRAFO 3. Akomodasi yang layak Akomodasi yang layak adalah modifikasi dan penyesuaian yang tepat dan diperlukan untuk menjamin penikmatan atau pelaksanaan semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental untuk Penyandang Disabilitas berdasarkan kesetaraan. (Pasal 1 Angka 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas). Akomodasi yang layak merupakan bagian dari aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Berbagai perubahan atau penyesuaian dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat untuk memberikan kemudahan akses dan kemudahan partisipasi bagi penyandang disablitas. Misalnya modifikasi ruangan, modifikasi kendaraan/alat transportasi, modifikasi alat bantu, dan berbagai modifikasi/penyesuaian lainnya yang diperlukan sepanjang tidak menghambat atau merugikan kepentingan umum. DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 34 BAB III PELAKSANAAN ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS A. Sasaran dan Kriteria Sasaran Program ATENSI penyandang disabilitas adalah: 1. Penyandang disabilitas fisik, intelektual, mental, sensorik dan/atau disabilitas ganda. 2. Keluarga penyandang disabilitas yang menjadi lingkungan terdekatdan tempat utama bagi penyandang disabilitas untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis, sosial serta spiritual. Dan atau keluarga yang sedang menghadapi masalah perawatan/pengasuhan dan perlindungan sosial. 3. Komunitas yaitu kelompok yang menjadi lingkungan penyandang disabilitas. Komunitas merupakan tempat penyandang disabilitas memperoleh penerimaan, perlindungan dan kesempatan untuk mengembangkan diri serta berpartisipasi. Lingkungan sekitar dan LKS PD merupakan bagian dari komunitas yang akan membantu keluarga untuk bergerak bersama memenuhi hak-hak penyandang disabilitas. 4. Sumber Daya Manusia Kesejahteraan Sosial yang terdiri dari Pekerja Sosial, Tenaga Kesejahteraan Sosial, Penyuluh Sosial dan Relawan Sosial serta Sumber Daya Manusia lain yang terkait. 5. Penyandang disabilitas yang terdaftar maupun yang belum pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). B. BENTUK ATENSI Pelaksanaan ATENSI penyandang disabilitas memiliki 7 (tujuh) bentuk yang dapat diakses oleh penyandang disabilitas sesuai dengan kebutuhannya. Bentuk tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak Tujuan kegiatan ini untuk memberi dukungan pemenuhan kebutuhan pokok, kebutuhan dasar sehari-hari penerima manfaat, sehingga DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 35 secara fisik, psikologis dan sosial dapat lebih sehat/memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Dilakukan dengan cara memberikan bantuan sosial kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, gizi makanan, pakaian yang bersih, tempat tinggal sementara yang aman, pemenuhan identitas diri dan akses layanan kesehatan dan pendidikan. 2. Perawatan sosial dan/atau Pengasuhan Tujuan kegiatan ini untuk memberikan layanan pemenuhan kasih sayang, keselamatan, kelekatan dan kesejahteraan, agar penerima manfaat mendapatkan perawatan dan/atau pengasuhan. Kegiatan perawatan sosial dan/atau pengasuhan dilakukan dengan cara merawat, mengasuh dan memberikan perhatian yang berkelanjutan serta memberikan bantuan sarana dan prasarana. Komponen perawatan bagi penyandang disabilitas terkait dengan kebutuhan penyandang disabilitas dalam melakukan aktivitas bantu diri, dan pemeliharaan kesehatan terutama bagi penyandang disabilitas berat atau ganda. Komponen pengasuhan bagi penyandang disabilitas terkait dengan terpenuhinya kasih sayang, keselamatan, kelekatan, serta kesejahteraan, sehingga dapat memiliki kualitas hidup lebih baik sesuai dengan kondisi kedisabilitasannya. 3. Dukungan Keluarga Tujuan kegiatan ini agar keluarga penyandang disabilitas memiliki kemampuan dan kapasitas yang dibutuhkan untuk mendukung kualitas hidup dan kesejahteraan penyandang disabilitas. Dukungan kepada keluarga baik keluarga sendiri (inti); dan/atau keluarga pengganti. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan pendampingan kepada keluarga untuk memperkuat kapasitas keluarga melalui edukasi keluarga, konsultasi keluarga, mediasi keluarga, penyiapan keluarga, reunifikasi, dukungan kelompok (selfhelp group) dan advokasi keluarga. DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 36 4. Terapi Fisik, Terapi Psikososial, Terapi Mental dan Spiritual Tujuan kegiatan ini untuk memulihkan, atau memperkuat kondisi fisik, psikologis, sosial, mental dan spiritual penerima manfaat, sehingga dapat kembali berkontribusi atau berpartisipasi dalam lingkungannya. a. Terapi Fisik Terapi untuk memulihkan, mengoptimalkan, memelihara dan mengembangkan kapasitas fisik dan kesehatan serta mencegah gangguan fungsi fisik. Tujuan: Pemeliharaan kesehatan melalui pemulihan fungsi fisik, menjaga kebugaran fisik dan kesegaran tubuh dan meningkatkan kemampuan fungsi fisik. Dilakukan dengan cara: latihan teurapeutik, pijat, urut dan terapi elektronik, terapi gerak tubuh, terapi menggunakan latihan (exercise therapy), terapi menggunakan alat bantu, olah raga rekreasi (outbond) dan prestasi (futsal, renang, bulutangkis), pemeliharaan diri serta latihan pernafasan dan relaksasi. b. Terapi Psikososial Kumpulan terapi untuk mengatasi masalah psikologis dan sosial yang muncul dalam interaksi PD dengan lingkungan sosialnya baik keluarga, kelompok, komunitas maupun masyarakat. Tujuan: Memperkuat dan memobilisasi potensi penerima manfaat dan keluarga serta meningkatkan kemampuan dalam interaksi penerima manfaat dengan lingkungan sosialnya baik keluarga, kelompok, komunitas maupun masyarakat. Dilakukan dengan cara memberikan berbagai terapi untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan aspek kognisi, psikis, dan perilaku serta dukungan alat bantu. Beberapa terapi psikososial yang dapat diberikan: 1) Terapi pada ranah kognitif: a) Terapi realitas b) Konseling DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 37 c) Cognitive Behaviour Therapy (CBT) d) Self Talk (afirmasi positif terhadap diri sendiri) e) Hypnotherapy 2) Terapi pada ranah afektif a) Terapi visualisasi b) Terapi kursi kososng c) Terapi nourishment d) Terapi relaksasi e) Art Therapy f) Hypnotherapy 3) Terapi pada ranah behavioral: a) Teknik-teknik pengubahan perilaku untuk meningkatkan perilaku positif 1) Penguatan positif (Positive Reinforcement). 2) Shaping 3) Covert reinforcement 4) Penguatan negatif (negative reinforcement) 5) Prompting / coaching 6) Fading 7) Chaining 8) Behaviour Rehearshal b) Teknik-teknik pengubahan perilaku untuk menurunkan perilaku negative (descreasing behaviour) 1) Penghukuman positif (Positive Punishment). 2) Penghukuman Negatif (Negative Punishment disebut juga Response Cost) 3) Membuat jenuh, kenyang, penuh (Satiasi) 4) Pelemahan perilaku maladaptif (time out) 5) Penghapusan/peniadaan perilaku operan (operant extinction) DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 38 6) Membuat tidak sensitif secara sistematis (desentizasi sistematis) 7) Substitution of sexual responses 8) Aversive counterconditioning, 9) Covert sensitization 10) Implossion 11) Contact desentization 12) Thought stopping c. Terapi Mental Spiritual Terapi yang ditujukan untuk membangun mental dan kehidupan spiritual yang baik. Tujuan: meningkatkan pemahaman nilai-nilai moral, spiritual dan agama untuk menyeleraskan pikiran, tubuh dan mental, dalam upaya mengatasi kecemasan dan depresi. Dilakukan dengan cara meditasi, terapi seni, ibadah keagamaan, dan atau terapi yang menekankan harmoni dengan alam, serta dukungan alat bantu. d. Terapi Okupasi Bentuk layanan kepada individu penyandang disabilitas dengan kelainan fisik, mental, dan intelektual yang mengalami gangguan kinerja okupasional, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang. Metode Terapi Okupasi yang bisa menjadi pilihan: 1) Terapi Sensori Integrasi 2) Terapi Snoezelen 3) Pra vocasional skill 4) Pre writting skill 5) Terapi self care / personal hygiene 6) Terapi relaksasi 7) Terapi ADL (activity daily living) / aktivitas sehari hari 8) Terapi rekreasi 9) Terapi aktivitas kelompok seni DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 39 10) Terapi aktivitas kelompok interaksi 11) Terapi aktivitas kelompok ADL 12) Terapi problem solving c. Terapi Aktivitas Seni d. Terapi Olah Raga 5. Pelatihan Vokasional dan Pembinaan Kewirausahaan Tujuan kegiatan ini untuk memberikan keterampilan kepada penerima manfaat agar mampu hidup mandiri dan atau produktif. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan aktivitas pengembangan dan penyaluran minat, bakat, potensi dan menciptakan aktivitas yang produktif, akses modal usaha ekonomi, bantuan kemandirian, bantuan sarana dan prasarana produksi, mengembangkan jejaring pemasaran dan praktik belajar kerja. 6. Bantuan dan Asistensi Sosial Tujuan kegiatan ini untuk memberikan bantuan kepada penerima manfaat yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial agar dapat hidup secara wajar. a. Bantuan sosial merupakan bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terjadap risiko sosial. b. Asistensi sosial merupakan bantuan berupa uang, barang, jasa pelayanan, dan.atau jaminan sosial kepada seseorang, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang berpendapatan rendah sampai dengan berpendapatan tinggi. 7. Dukungan Aksesibilitas Tujuan kegiatan ini untuk membantu penyandang disabilitas memperoleh akses yang setara terhadap peralatan, pelayanan publik, serta lingkungan fisik dan non fisik. Dilakukan dengan cara melakukan sosialisasi, fasilitasi, penyediaan sarana dan prasarana yang memenuhi standar aksesibilitas, serta advokasi sosial kepada pemangku kepentingan. Apabila memerlukan alat bantu disabilitas maka kegiatan yang dilakukan adalah DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 40 memberikan alat bantu sesuai dengan hasil asesmen, baik dengan cara menemukan alat bantu yang cocok, memodifikasi alat bantu yang ada, dan menyesuaikan penggunaannya. C. Pendekatan ATENSI Penyandang Disabilitas 1. Berbasis Keluarga Atensi berbasis keluarga didasari bahwa keluarga adalah lingkungan terdekat dan menjadi lingkungan utama bagi penerima manfaat. Beberapa perspektif peran dan fungsi keluarga bagi penyandang disabilitas adalah sebagai berikut: a. Keluarga menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis; b. Keluarga tempat berlindung yang utama; c. Keluarga tempat penyandang disabilitas menjalankan peran & mengaktualisasikan diri; d. Keluarga sangat memahami dan mengetahui potensi dan kebutuhan penyandang disabilitas; e. Keluarga yang baik, harmonis dan bahagia dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan sosial penyandang disabilitas; Didasari pandangan positif terhadap keluarga, maka keluarga menjadi tempat terbaik bagi penerima manfaat. Maka, dukungan keluarga harus diperkuat agar terwujudnya pemenuhan hak dan kebutuhan penerima manfaat. Berbasis keluarga dapat dilakukan di keluarga inti, atau di keluarga pengganti yaitu keluarga besar atau keluarga kerabat, atau pada keluarga asuh dan keluarga adopsi. Hal ini sejalan dengan continuum of care yaitu rentang pengasuhan perawatan yang berkelanjutan bagi penyandang disabilitas. Pada rentang pengasuhan dan perawatan tersebut, keluarga inti adalah tempat terbaik bagi penyandang disabilitas mendapatkan pengasuhan, perawatan dan perlindungan. Namun demikian apabila keluarga inti tidak memungkinkan karena ketidakmampuan atau tidak ditemukan, maka selanjutnya perawatan DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 41 dan perlindungan dapat dilakukan oleh keluarga besar. Seterusnya bila keluarga besar tidak memungkinkan maka pilihan penempatan penyandang disabilitas pada keluarga kerabat atau saudara jauh. Perawatan dan perlindungan alternatif berbasis keluarga lainnya adalah berbasis keluarga asuh yang bila memungkinkan dapat memberikan perawatan dan perlindungan sementara sebelum kembali ke keluarga inti. Keluarga adopsi adalah pilihan terakhir dalam perawatan perlindungan penyandang disabilitas dengan berbasis keluarga. Penempatan penyandang disabilitas dalam pengasuhan, perawatan dan perlindungan berbasis keluarga adalah berdasarkan asesmen yang komprehensif terkait kapasitas keluarga. Pendekatan berbasis keluarga juga dapat melibatkan peran pekerja sosial, pendamping rehabilitasi sosial, tenaga kesejahteraan sosial, dan relawan sosial yang memiliki akses langsung kepada keluarga penyandang disabilitas. 2. Berbasis Komunitas Komunitas adalah lingkungan terdekat kedua setelah keluarga bagi penyandang disabilitas. Komunitas tempat tinggal penyandang disabilitas akan menjadi lingkungan yang sangat dikenal oleh penyandang disabilitas dan diharapkan dapat menjadi sistem dukungan bagi penyandang disabilitas dan keluarganya. Pendekatan ATENSI berbasis komunitas merujuk pada Community Based Rehabilitation (CBR) adalah strategi pengembangan komunitas yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas di dalam komunitasnya. CBR diinisiasi oleh WHO yang menekankan peningkatan kualitas hidup penyandang disabilitas dan keluarganya, inkusivitas terpenuhi dan kebutuhan partisipasi nya dasarnya, dan memastikan di Menekankan komunitas. penggunaan sumber-sumber yang ada di komunitas, meningkatkan pemberdayaan penyandang disabilitas dan keluarganya serta memberikan penguatan pada stakeholder agar memberi dukungan pada pemenuhan kebutuhan penyandang disabilitas serta DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 42 peningkatan kualitas hidup penyandang disabilitas di komunitasnya. Pemberdayaan penyandang disabilitas di komunitas dilakukan untuk mengasah kemampuan dan meningkatkan kreativitas. Pemberdayaan penyandang disabilitas berbasis komunitas tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi, tetapi juga harkatmartabat, rasa percaya diri dan terpeliharanya nilai budaya setempat. Beberapa pandangan terhadap komunitas dalam rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas, adalah sebagai berikut: a. Komunitas merupakan lingkungan terdekat bagi penerima manfaat dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis; b. Komunitas yang memiliki kesadaran bersama akan melindungi penerima manfaat dari kerentanan, stigma dan diskriminasi; c. LKS dan Organisasi Penyandang Disabilitas menjadi mitra penggerak utama bagi keluarga dan komunitas untuk mendampingi atau merawat penerima manfaat; d. Komunitas adalah yang terdekat dengan keluarga penerima manfaat maka, komunitas harus dikuatkan melalui LKS agar lebih sensitif dan responsif dalam mencegah & menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh penyandang disabilitas. e. Komunitas dapat menjadi tempat dan sekaligus sistem sumber bagi penyandang disabilitas dan keluarganya dalam mengembangkan potensi penyandang disabilitas, memulihkan dan mengembangkan fungsi sosial penyandang disabilitas dan keluarganya. f. Pekerja Sosial dan SDM lainnya dapat berperan untuk memperkuat komunitas melalui pemberian edukasi, sosialisasi, penyuluhan, dan menggerakan komunitas untuk menjadi pelaku rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas dan keluarganya. DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 43 3. Berbasis Lembaga/ Residensial Rehabilitasi berbasis residensial adalah alternatif terakhir dalam layanan bagi penyandang disabilitas ketika keluarga dan komunitas belum dapat berfungsi memberikan dukungan terbaiknya. Beberapa pandangan terhadap rehabilitasi berbasis residensial adalah sebagai berikut: a. Perawatan penyandang disabilitas berbasis residensial yang dapat dilakukan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Rehsos, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), dan LKS menjadi kebutuhan bagi penerima manfaat yang tidak memiliki keluarga atau ditelantarkan oleh keluarga atau keluarga yang tidak mampu melakukan perawatan penyandang disabilitas karena permasalahan ekonomi dan sosial; atau penerima manfaat yang membutuhkan layanan temporer, seperti vocational training dan terapi. b. Perawatan (UPT) Ditjen Rehsos , UPTD atau LKS dapat menjamin kualitas kesejahteraan sosial bagi terpenuhinya kebutuhan fisik, psikologis dan sosial penerima manfaat yang dilaksanakan secara temporer; Pelaksanaan ATENSI berbasis keluarga, komunitas, dan residensial yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah, LKS atau instansi terkait lainnya dapat dilakukan secara mandiri, dengan supervisi dari Kementerian Sosial D. Jangka Waktu Pelaksanaan ATENSI Jangka waktu pelaksanaan ATENSI bagi penyandang disabilitas dan keluarganya dilaksanakan berdasarkan hasil asesmen yang telah dibahas dalam konferensi kasus bekerja sama dengan tenaga profesional lainnya. Hasil asesmen meliputi masalah, kebutuhan, potensi penyandang disabilitas dan keluarganya serta rencana intervensi. E. Pendamping Rehabilitasi Sosial ATENSI Penyandang Disabilitas dilaksanakan oleh pendamping rehabilitasi sosial yang dikoordinasikan oleh pekerja sosial. Pekerja sosial tersebut dalam melaksanakan tugasnya bekerja sama dengan dokter, terapis, instruktur, perawat, psikolog, psikiater, tenaga kesejahteraan DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 44 sosial, relawan sosial, penyuluh sosial dan / atau tenaga profesional lainnya. Pendamping rehabilitasi sosial disediakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota dan masyarakat. F. Pendataan Sumber data penerima layanan ATENSI penyandang disabilitas berasal dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Apabila penerima layanan atensi tidak terdapat dalam DTKS, layanan tetap diberikan dengan ketentuan bahwa calon penerima layanan ATENSI penyandang disabilitas harus segera dilaporkan kepada dinas sosial daerah kabupaten/kota, dinas sosial provinsi, atau Kementerian Sosial untuk diusulkan ke dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial. Tata cara pendaftaran PPKS dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. H. Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan pengawaan dapat dilakukan oleh: 1. Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan ATENSI di daerah provinsi. 2. Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melaksanakan pembinaan dan pengawasan penerapan ATENSI di daerah kabupaten/kota. 3. Menteri dalam melakukan pembinaan dan Pengawasan teknis sesuai dengan kewenangannya berkoordinasi dengan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam negeri. DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 45 I. Pemantauan dan Evaluasi 1. Pemantauan a. Pemantauan dilaksanakan untuk menjamin kesinambungan dan efektivitas langkah secara terpadu dalam pelaksanaan ATENSI. b. Pemantauan dilakukan secara berkala baik langsung maupun tidak langsung melalui kunjungan dan observasi terhadap pelaksanaan ATENSI. c. Pemantauan bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan dengan ATENSI dan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi. d. Pemantauan dilakukan secara berjenjang mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. 2. Evaluasi Evaluasi pelaksanaan ATENSI dilakukan oleh Pemerintah Pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Hasil evaluasi pelaksanaan ATENSI digunakan sebagai bahan: a. penyempurnaan ATENSI; b. perencanaan program dan anggaran; c. peningkatan mutu layanan Rehabilitasi Sosial; dan d. pelaporan akuntabilitas kinerja dan keuangan. J. Pelaporan 1. Pelaporan adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian data dan informasi yang terencana dan terjadwal. 2. Pelaporan pelaksanaan ATENSI yang dilaksanakan oleh UPT di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dengan mekanisme sebagai berikut: a. komunitas/lembaga kesejahteraan sosial Disabilitas melaporkan pelaksanaan ATENSI kepada UPT di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial sesuai wilayah kerjanya; dan b. UPT di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial melaporkan pelaksanaan ATENSI kepada Direktorat Jenderal DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 46 Rehabilitasi sosial. Cq Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 3. Pelaporan pelaksanaan ATENSI mencakup: a. Proses kegiatan ATENSI yang dilakukan; dan b. Pertanggungjawaban penggunaan anggaran. 4. Pelaporan disampaikan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai dengan kebutuhan. K. Indikator Kinerja Program Indikator keberhasilan Program Asistensi Rehabilitasi Sosial penyandang disabilitas adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya pemenuhan hidup penyandang disabilitas secara layak, yang ditandai dengan: a. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang terpenuhi kebutuhan dasar makanan, pakaian, akses kesehatan, pendidikan dan identitas diri. b. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang mampu melakukan perawatan diri dan bantu diri (Activity Daily Living); c. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang melakukan aktualisasi diri sesuai potensi yang dimiliki; d. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang memiliki alat bantu sesuai dengan kebutuhannya e. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang memiliki keterampilan dan pelaksanaan kewirausahaan f. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang mampu mandiri secara ekonomi 2. Meningkatnya dukungan sosial keluarga yang ditandai dengan: a. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang kembali pada keluarga dan dirawat oleh keluarga. b. Meningkatnya jumlah keluarga penyandang disabilitas yang mampu melaksanakan perawatan/pengasuhan/ perlindungan sosial 3. Meningkatnya kemampuan dan partisipasi Komunitas/ LKS dalam melaksanakan ATENSI penyandang disabilitas; DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 47 4. Meningkatnya kemampuan SDM yang mampu melaksanakan ATENSI penyandang disabilitas; 5. Meningkatnya layanan bantuan dan asistensi sosial bagi penyandang disabilitas dan keluarga; 6. Adanya pemberian dukungan aksesibilitas kepada penyandang disabilitas dan keluarga. L. Pendanaan Pendanaan untuk pelaksanaan ATENSI yang menjadi tanggung jawab Menteri dibebankan pada: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan 2. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pendanaan untuk pelaksanaan ATENSI di panti sosial daerah provinsi dibebankan pada: a. anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi; b. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS 48 BAB IV MEKANISME ATENSI PENYANDANG DISABILITAS Bab ini menjelaskan tahapan pelaksanaan bentuk ATENSI yang digunakan melalui pendekatan manajemen kasus. Dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 9 Bisnis Proses ATENSI Gambar 9 menunjukkan adanya perencanaan yang komprehensif dan respon yang beragam dengan ATENSI berbasis keluarga, komunitas dan residensial. Proses tersebut menunjukkan manajemen kasus digunakan dalam proses layanan terhadap penyandang disabilitas. Perkembangan dan situasi permasalahan penyandang disabilitas yang semakin kompleks menuntut pengelolaan kasus dalam meresponnya. Tujuannya agar setiap kasus penerima manfaat dapat ditangani secara sistematis, holistik dan tuntas sesuai dengan kebutuhan penerima manfaat. Pendekatan manajemen kasus tepat digunakan sejalan dengan perspektif pusat pelayanan yang beragam untuk memberikan layanan “one stop service” atau layanan satu atap dengan dukungan berbagai tim dan lembaga-lembaga yang tergabung dalam koordinasi pelayanan. Penjabaran bisnis proses dalam program ATENSI penyandang disabilitas secara lebih rinci dapat dilihat pada gambar berikut ini : Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 49 Gambar 10 Mekanisme Atensi Gambar 10 tersebut menjelaskan bagaimana setiap aspek bentuk dari mekanisme pelaksanaan ATENSI. Berikut penjelasan mekanisme kerjanya: A. Fasilitasi Akses Fasilitasi Akses adalah tahapan awal untuk mendapatkan layanan ATENSI bagi penyandang disabilitas. Tujuannya agar penyandang disabilitas yang membutuhkan layanan dapat terlayani. Adapun cara untuk mendapatkan layanan ini antara lain: 1. Referral atau rujukan dari perorangan, atau dari lembaga seperti rumah sakit, puskesmas, Dinas Sosial, LKS, Organisasi Penyandang Disabilitas, UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, atau rujukan dari instansi pemerintah lainnya. 2. Laporan kasus dari layanan Hotline, Contact Center, Command Center, media sosial atau perorangan / keluarga yang secara langsung datang sendiri. 3. Hasil outreach petugas: pekerja sosial, pendamping rehabilitasi sosial, TKSK, PSM, TRC atau pendamping sosial lainnya yang melakukan outreach ke masyarakat dan menjangkau keluarga-keluarga yang memiliki penyandang disabilitas. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 50 B. Pendekatan dan kesepakatan (intake dan engagement) Adalah tahapan membangun kedekatan dan kepercayaan antara penerima manfaat dengan petugas / pekerja sosial, serta pada tahapan ini juga melakukan proses asesmen awal. Tujuannya agar terbangun kepercayaan dari penerima manfaat, sehingga terjadi kesepakatan layanan. Di samping itu dipahami kondisi secara umum dari penerima manfaat dan keluarganya. Cara melakukan beberapa aktivitas dalam tahapan ini: 1. Membangun kepercayaan dengan pembicaraan yang hangat dan terbuka, menunjukkan penerimaan terhadap penerima manfaat (penyandang disabilitas dan keluarganya) 2. Asesmen awal untuk memperoleh gambaran umum tentang penerima manfaat dan keluarganya (verifikasi kasus). Pada asesmen ini dilakukan deteksi dini terkait penerima manfaat. Asesmen terhadap keluarga untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana kondisi keluarga dilihat dari aspek perawatan, pengasuhan, ekonomi dan sosial. Kegiatan verifikasi kasus dapat dilakukan di lembaga atau di rumah penerima manfaat melalui kegiatan home visit. 3. Respon darurat diberikan bila calon penerima manfaat memerlukan respon kasus yang cepat untuk rescue/safety secara medis, atau psikologis atau memerlukan alat bantu dengan segera. Seperti adanya indikasi kekerasan, atau gangguan psikologis yang berat seperti sangat gelisah atau tantrum atau gaduh gelisah pada disabilitas mental. Respon darurat tergantung pada kondisi penyandang disabilitas, bila membutuhkan tindakan medis maka perlu dibawa ke dokter, puskesmas atau rumah sakit. Bila penerima manfaat merupakan korban kekerasan, maka perlu segera dipindahkan ke tempat aman untuk mendapatkan perlindungan sementara. 4. Membangun kesepakatan layanan, adalah kesepakatan penerima manfaat dan keluarganya untuk memperoleh layanan program ATENSI selanjutnya. Kesepakatan bersama ini dalam bentuk surat Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 51 pernyataan kesediaan atau persetujuan (inform consent) yang berisi beberapa pernyataan dan di tanda tangani oleh penerima manfaat dan keluarganya serta pekerja sosial/petugas. Inform consent (lihat lampiran). 5. Hasil dari asesmen awal menentukan apakah penerima manfaat akan mendapatkan layanan di keluarga (ATENSI berbasis keluarga), di komunitas (ATENSI berbasis komunitas) atau di lembaga UPT di lingkungan Ditjen Rehsos/UPTD/LKS (ATENSI berbasis residential). Form asesmen awal (lihat lampiran). C. Asesmen Komprehensif dan berkelanjutan Asesmen komprehensif adalah asesmen yang lengkap dari berbagai aspek dan dilakukan oleh berbagai ahli di bidangnya. Asesmen komprehensif bertujuan untuk memahami dan mengungkap kondisi objektif permasalahan dan potensi penerima manfaat yang berkaitan dengan aspek medis, legal, fisik, mental, spiritual, psikososial, minat dan bakat/ potensi. Selain itu dalam asesmen komprehensif ini juga dilakukan asesmen terhadap keluarga dan family tracing untuk menggali sejauh mana keterlibatan atau pengaruh keluarga bagi penerima manfaat. Asesmen komprehensif dilakukan oleh berbagai ahli dalam bidangnya dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan. Misalnya asesmen kesehatan, fungsi fisik dan psikiatrik oleh dokter dan psikiater, asesmen psikologis oleh psikolog, asesmen psikososial oleh pekerja sosial dan psikolog, serta asesmen vokasional oleh instruktur, dsb. Asesmen komprehensif dapat meliputi aspek medis, fisik, psikologis, psikiatrik, sosial, mental spiritual, minat dan bakat, penelusuran keluarga dan atau aspek lainnya yang dibutuhkan untuk penanganan masalah. Pelaksana asesmen komprehensif ini antara lain: pekerja sosial, dokter dan psikiater, perawat, fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara, orthosis, prosthesis, psikolog, dan instruktur. Asesmen komprehensif dilakukan secara berkelanjutan selama proses pelayanan ATENSI diberikan untuk memantau perkembangan penerima Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 52 manfaat. Hasil dari asesmen komprehensif harus diputuskan dan terdokumentasi secara tertulis, yang menentukan fokus masalahnya apa, prioritas penanganan masalah yang perlu dilakukan. D. Perencanaan Intervensi Perencanaan intervensi atau perencanaan layanan sosial merupakan tahapan pelaksanaan layanan setelah asesmen komprehensif. Hasil asesmen komprehensif menjadi dasar penyusunan rencana intervensi. Pembahasan hasil asesmen komprehensif dapat dilakukan dalam sebuah pembahasan kasus (case conference) dapat diabaikan apabila respon kasus darurat. Tujuan perencanaan layanan sosial adalah untuk menentukan tindakan atau layanan yang paling dibutuhkan dan paling tepat diberikan kepada penerima manfaat dan keluarganya. Cara melakukan perencanaan layanan sosial adalah dengan menentukan prioritas masalah dan menyusun rencana intervensi yang tepat. Selanjutnya dilakukan pemetaan sistem sumber dan penentuan rencana tindakan (action plan) yang diperlukan seperti langkah apa yang akan dilakukan, siapa yang akan melakukan, kapan dilakukan, dimana dilakukan dan bagaimana melakukannya. Pada tahap perencanaan layanan ini dipastikan kembali apakah penerima manfaat akan mendapatkan layanan berbasis keluarga, komunitas atau residensial. Perencanaan layanan sosial ini perlu disepakati oleh penerima manfaat, keluarganya, serta berbagai pihak yang terkait dengan intervensi (form rencana intervensi terlampir). E. Implementasi Adalah pelaksanaan layanan habilitasi maupun rehabilitasi sosial yang telah ditetapkan dalam rencana intervensi. Tujuannya agar penerima manfaat dapat meningkat keberfungsian sosialnya sesuai dengan karakteristik dan kapasitas dirinya. Keluarga penerima manfaat dapat memiliki kapasitas yang memadai dalam perawatan disabilitas. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 53 Caranya adalah dengan memenuhi kebutuhan penerima manfaat baik pada layanan berbasis keluarga, komunitas maupun residential sebagai alternatif terakhir. Berikut beberapa kriteria basis layanan untuk penerima manfaat: 1. Berbasis keluarga Layanan ini diberikan apabila penerima manfaat masih memiliki keluarga inti dan atau keluarga besar. Layanan diberikan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial melalui petugas yang melakukan kunjungan rumah (home visit). Pelaksanaan layanan ini dapat bekerja sama dengan instansi terkait dan Tenaga Kesejahteraan Sosial. 2. Berbasis komunitas Layanan ini diberikan apabila penerima manfaat berada di keluarganya atau di komunitas, dan komunitas tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan proses rehabilitasi sosial. Komunitas dapat berupa Lembaga Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas (LKS PD),Rehabilitasi Bersumber daya Masyarakat (RBM), dan atau oleh komunitas peduli disabilitas/Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD). 3. Berbasis residensial Layanan ini diberikan apabila: 1) penerima manfaat tidak memiliki keluarga yang mampu memberikan dukungan; 2) penerima manfaat membutuhkan layanan sementara seperti pelatihan vokasional dan terapi. Layanan ini diberikan oleh Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Unit Pelaksana Teknis Daerah yang memberikan layanan rehabilitasi sosial, atau LKS dan merupakan tempat penanganan sementara (temporary shelter). Pelaksanaan implementasi mengacu kepada 7( tujuh) bentuk program ATENSI yaitu: 1) Dukungan layanan pemenuhan kebutuhan layak berupa sandang, pangan, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, alat bantu, dan lainlain. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 54 2) Dukungan perawatan pengasuhan untuk merawat, mengasuh dan memberikan perhatian yang berkelanjutan serta memberikan bantuan sarana dan prasarana perawatan sosial dan /atau pengasuhan bagi penyandang disabilitas. Komponen perawatan bagi penyandang disabilitas terkait dengan kebutuhan penyandang disabilitas dalam melakukan aktivitas bantu diri, dan pemeliharaan kesehatan terutama bagi penyandang disabilitas berat atau ganda. Komponen pengasuhan bagi penyandang disabilitas terkait dengan terpenuhinya kasih sayang, keselamatan, kelekatan, serta kesejahteraan. 3) Dukungan keluarga (Family Support) Dukungan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan terhadap anggota keluarga berupa dukungan emosional, pengetahuan, dan keterampilan pengasuhan penyandang disabilitas dan/ atau perawatan sosial, keteramplan berelasi dalam keluarga, serta dukungan untuk memahami masalah yang dihadapi. Dukungan keluarga dilakukan melalui kegiatan: (1) Pendampingan kepada keluarga penerima manfaat melalui kunjungan rumah. Kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa pertemuan keluarga, konsultasi keluarga, tracing keluarga, reunifikasi (penyatuan keluarga). (2) Penguatan kapasitas memberikan keterampilan keluarga pengetahuan, anggota keluarga. merupakan kegiatan pemahaman, Beberapa untuk peningkatan aktivitas dalam penguatan kapasitas keluarga antara lain: (a) Edukasi keluarga; (b) Pelatihan keterampilan perawatan/ pengasuhan dan bina diri penyandang disabilitas; (c) Pengembangan diri (soft skill); (d) Penyelenggaraan edukasi kelompok keluarga; (e) Dukungan keluarga pengganti, Merupakan serangkaian kegiatan untuk memberikan tempat tinggal yang permanen dalam sebuah keluarga; Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 55 Dukungan keluarga pengganti dilakukan apabila keluarga inti tidak dapat memberikan perawatan/ pengasuhan penyandang disabilitas. Dukungan keluarga menggunakan prinsip pengasuhan/perawatan kepada pengganti berkelanjutan (continuum of care), bahwa yang utama adalah keluarga inti, kemudian apabila tidak memungkinkan maka akan dicarikan keluarga besar, apabila tidak dimungkinkan juga akan dicarikan keluarga kerabat. Bila sampai kerabat tidak memungkinkan maka dicarikan pengasuhan/perawatan pada keluarga asuh atau keluarga angkat. (3) Kelompok Dukungan Keluarga Kelompok dukungan keluarga dibentuk agar antar keluarga penyandang disabilitas dapat saling memberikan dukungan dan berbagi pengalaman. (4) Dukungan terhadap keluarga pengganti berupa aktifitas reintegrasi, dan penguatan kapasitas perawatan/ pengasuhan keluarga pengganti. 4) Layanan Terapi a) Terapi Fisik 1) Olahraga 2) Pemeliharaan kesehatan (gigi, mata, THT,dll) 3) Pemberian tambahan nutrisi 4) Fisioterapi b) Terapi Mental\Spiritual 1) Bimbingan keagamaan 2) Meditasi 3) Manajemen stres c) Terapi Psikososial 1) Terapi pada ranah kognisi 2) Terapi pada ranah emosi 3) Terapi pada ranah perilaku 4) Hypnotherapy Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 56 d) Terapi Okupasi e) Terapi Psikofarma (Pemberian obat-obatan psikiatrik bagidisabilitas mental) 5) Pelatihan Vokasional dan Pembinaan Kewirausahaan Kegiatan yang dilakukan dapat berupa identifikasi potensi dan minat, pengembangan dan penyaluran potensi dan minat, menciptakan aktivitas yang produktif, akses modal usaha ekonomi, bantuan kemandirian, bantuan sarana dan prasarana produksi, pengembangan jejaring pemasaran maupun praktik belajar kerja. Contoh pelatihan kewirausahaan adalah pelatihan pemasaran, pengemasan, pengurusan izin/sertifikat halal, dll. Contoh pelatihan vokasional adalah pijat, musik, barista, komputer, kerajinan tangan, membuat produk makanan, penjahitan, perajinan logam, atau berbagai pelatihan lainnya yang dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi penerima manfaat. 6) Bantuan dan Asistensi Sosial Pemberian bantuan kepada penerima manfaat yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial agar dapat hidup secara wajar. Bantuan dapat berupa uang, barang dan/atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/ atau rentan terhadap risiko sosial. Asistensi sosial adalah memberikan bantuan berupa uang, barang, jasa pelayanan dan atau jaminan sosial kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat yang berpendapatan rendah sampai dengan berpendapatan tinggi. 7) Dukungan Aksesibilitas Dukungan ini diberikan dengan tujuan agar penerima manfaat memiliki akses pada berbagai layanan yang dibutuhkannya. Upaya pemberian akses ini dilakukan melalui aktivitas sosialisasi, fasilitasi dan advokasi sosial, serta penyediaan sarana dan prasarana yang memenuhi standar aksesibilitas. Dukungan aksesibilitas juga dapat Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 57 berupa pemberian alat bantu disabilitas, atau memodifikasi alat bantu yang ada dan menyesuaikan penggunaannya. Pilihan implementasi atau pemberian layanan adalah tergantung hasil asesmen termasuk apakah dilakukan dengan berbasis keluarga, komunitas atau residential sebagai alternatif terakhir. F. Supervisi Supervisi merupakan fungsi pengarahan dan pengendalian yang dilakukan secara berjenjang dari pekerja sosial yang memiliki jenjang kepangkatan lebih tinggi kepada pekerja sosial di bawahnya. Supervisi dapat juga dilakukan secara berjenjang dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, hingga Pendamping Rehabilitasi Sosial. Supervisi dilaksanakan pada setiap kegiatan layanan ATENSI berbasis keluarga, komunitas maupun residensial untuk memastikan pelaksanaan dilakukan secara tepat, membantu menyelesaikan masalah yang ditemui di lapangan dan memberikan dukungan kepada pelaksana kegiatan. Adapun materi supervisi diarahkan pada: 1. Administratif: supervisor dapat mengarahkan, mengkoordinasikan, meningkatkan dan mengevaluasi kegiatan ATENSI untuk memastikan layanan ATENSI dilakukan sesuai dengan pedoman yang berlaku, dan laporan layanan tersusun secara komprehensif. 2. Edukatif: supervisor dapat menguatkan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai atas dasar keahliannya. 3. Suportif: supervisor dapat memberikan apresiasi dan dukungan moral kepada pelaksana layanan ATENSI sehingga meningkatkan motivasi mereka. G. Monitoring dan Evaluasi 1. Monitoring Monitoring merupakan salah satu bentuk pengendalian yang dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan ATENSI, sehingga akandiperoleh gambaran tentang variasi kegiatan yang dilakukan dan sampai sejauh mana kegiatan ini telah mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Adapun materi kegiatan monitoring meliputi: Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 58 a. Keaktifan pelaksana dalam melakukan kegiatan setiap bidang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. b. Realisasi kegiatan yang dilakukan, meliputi jenis kegiatan yang telah dilakukan, sasaran yang telah dilayani, dan cakupan wilayah sasaran. c. Proses layanan yang diberikan dalam kegiatan ATENSI. d. Hambatan yang ditemui dan upaya yang sudah dilakukan dalam mengatasi hambatan, serta sejauh mana efektivitasnya. Waktu pelaksanaan monitoring dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam satu tahun. sehingga apabila ditemukan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan dapat segera dicari alternatif pemecahannya. Melalui monitoring diharapakan hasil sbb: 1) Terpantaunya perkembangan atau proses pelaksanaan ATENSI sesuai tahapan yang telah ditentukan. 2) Tersedianya informasi yang relevan dalam pelaksanaan proses pelayanan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan pelayanan. Adapun pelaksana monitoring terdiri dari: 1) Pejabat di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. 2) Pihak lain yang mendapat penugasan dari Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. 3) Pejabat/petugas yang ditunjuk oleh UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. 2. Evaluasi Kegiatan evaluasi dilakukan untuk menganalisis, menilai, dan menyimpulkan suatu proses ATENSI yang telah dilakukan, adapun materi yang dievaluasi meliputi: a. Proses penyelenggaraan ATENSI. b. Pencapaian indikator keberhasilan. c. Faktor-faktor pendukung maupun penghambat. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 59 Sedangkan aspek-aspek yang dievaluasi meliputi: a. Pelaksana yang memberikan layanan ATENSI apakah memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan layanan; b. Pelaksanaan dan capaian layanan secara kuantitas maupun kualitas apakah sesuai dengan rencana intervensi; c. Pengelolaan dana yang diterima dan dihimpun, apakah sudah tepat sasaran dan sesuai dengan peraturan yang ada serta didukung dengan tertib administrasi; d. Pemanfaatan sarana dan prasarana dalam menunjang program ATENSI; e. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian tujuan, baik pendukung maupun penghambat. Pelaksana Evaluasi pada kegiatan ATENSI ini terdiri dari: 1) Pejabat di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. 2) Pihak lain yang mendapat penugasan dari Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. 3) Pejabat / petugas yang ditunjuk oleh UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. H. Pasca Layanan dan Terminasi Terminasi merupakan proses pengakhiran rangkaian layanan program ATENSI dimana terjadi pemutusan layanan kepada penerima manfaat. Terminasi dilakukan apabila tujuan intervensi sudah tercapai. Secara umum penerima manfaat sudah berada dalam kondisi aman, terlindungi ataupun mandiri. Pada tahap terminasi, pekerja sosial harus mempersiapkan penerima manfaat, keluarga dan lingkungan masyarakat apabila diperlukan. Setelah terminasi, penerima manfaat dan/atau keluarganya dapat diberikan bantuan stimulan seperti modal kewirausahaan agar mereka dapat menerapkan keterampilan yang didapatkan selama layanan ATENSI. Bantuan stimulan bertujuan untuk mendukung penerima Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 60 manfaat agar mampu mandiri dan berkontribusi positif di tengah masyarakat. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 61 BAB V KELEMBAGAAN A. STRUKTUR KELEMBAGAAN Pelaksanaan ATENSI penyandang disabilitas memerlukan sinergi antara Pemerintah, pemerintah daerah, UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan LKS/komunitas. Oleh karena itu terdapat pembagian kewenangan yang harus dijalankan oleh masingmasing pihak. Pelaksanaan ATENSI penyandang disabilitas di Pemerintah dilakukan oleh : 1. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sesuai Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2022 pasal 63 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial menyebutkan bahwa Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional 2. UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabsos Sentra Terpadu dan Sentra merupakan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang diberikan tugas melaksanakan Layanan ATENSI penyandang disabilitas. Dalam melaksanakan tugasnya, UPT dipimpin oleh seorang Kepala dan dalam melaksanakan tugas secara teknis administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan secara teknis fungsional dikoordinasikan oleh Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial sesuai dengan bidang tugasnya. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 62 OTK Sentra Terpadu OTK Sentra Gambar : 13 Struktur Organisasi Tata Kerja Sentra dan Sentra Terpadu Keterangan Gambar 13: 1. Kepala pada Sentra Terpadu diduduki jabatan eselon 2 2. Kepala pada Sentra diduduki jabatan eselon 3 3. Kepala Bagian Tata Usaha pada Sentra Terpadu setara dengan eselon 3 4. Kepala Subbagian Tata Usaha pada Sentra setara dengan eselon 4 a. Fungsi Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial: 1) penyusunan rencana, program, dan anggaran; 2) pelaksanaan fasilitasi akses; 3) pelaksanaan asesmen; 4) pelaksanaan layanan asistensi rehabsos; 5) pelaksanaan monitoring dan evaluasi layanan asistensi Rehabilitasi Sosial; 6) pelaksanaan terminasi layanan asistensi rehabiltasi sosial; 7) pemetaan data dan informasi; 8) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; 9) pelaksanaan urusan tata usaha. b. Berikut daftar Sentra Terpadu dan Sentra di bawah Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial: 1) Sentra Terpadu “Inten Suweno” di Bogor; 2) Sentra Terpadu “Pangudi Luhur” di Bekasi; Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 63 3) Sentra Terpadu “Prof. Dr. Soeharso” di Surakarta; 4) Sentra Terpadu “Kartini” di Temanggung 5) Sentra “Handayani” di Jakarta; 6) Sentra “Mulya Jaya” di Jakarta; 7) Sentra “Efata” di Kupang; 8) Sentra “Phalamartha” di Sukabumi; 9) Sentra “Wirajaya” di Makassar; 10) Sentra “Gau Mabaji” di Gowa; 11) Sentra ‘’Antasena’’ di Magelang; 12) Sentra ‘‘Alyatama” di Jambi; 13) Sentra ‘’Paramita” di Mataram; 14) Sentra “Abiseka” di Pekanbaru; 15) Sentra “Bahagia” di Medan; 16) Sentra “Wasana Bahagia” di Ternate; 17) Sentra “Galih Pakuan” di Bogor; 18) Sentra “Insyaf” di Medan; 19) Sentra ‘’Satria’’ di Baturraden; 20) Sentra “Tumou Tou” di Manado; 21) Sentra “Wyata Guna” di Bandung; 22) Sentra “Mahatmiya” di Bali; 23) Sentra “Abiyoso” di Cimahi; 24) Sentra “Dharma Guna” di Bengkulu; 25) Sentra “Margo Laras” di Pati 26) Sentra “Budi Luhur” di Banjarbaru; 27) Sentra “Budi Perkasa” di Palembang; 28) Sentra “Nipotowe” di Palu; 29) Sentra “Pangurangi” di Takalar; 30) Sentra “Meohai” di Kendari; dan 31) Sentra “Darussa’adah” di Aceh Besar. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 64 B. PEMBAGIAN KEWENANGAN Pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan ATENSI penyandang disabilitas mencakup Pemerintah, pemerintah daerah, dan LKS/komunitas. Pemerintah menjalankan kebijakan, program, dan anggaran pada tingkat nasional, pemerintah daerah menjalankan kebijakan, program, dan anggaran di tingkat regional, dan LKS/komunitas melaksanakan program/kegiatan di tingkat lokal Berikut gambar sinergi system dukungan dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota terhadap ATENSI penyandang disabilitas. Gambar 14: Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah Sumber: Peraturan Menteri Sosial No.7 Tahun 2021 tentang ATENSI 1. Pemerintah Kementerian Sosial dalam hal ini Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial bertanggung jawab terkait dengan regulasi nasional, NSPK, sinergi kebijakan dan progam, dan akreditasi, serta sertifikasi. Pemerintah memiliki tanggung jawab: a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan ATENSI. b. Menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria terkait dengan pelaksanaan ATENSI. c. Mengelola anggaran program yang bersumber dari anggaran pembiayaan APBN atau sumber-sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 65 d. Melakukan supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pelaksanaan atensi e. Memberikan penguatan kepada lembaga penyelenggara pelaksana atensi f. Mendorong pemerintah daerah dalam menyelenggarakan bagi penyelenggara bagi pelaksanaan atensi g. Memberikan bimbingan teknis pelaksanaan atensi h. Melakukan koordinasi bagi penyelenggara pelaksanaan atensi i. Melakukan koordinasi dan membangun system rujukan dengan kementerian/lembaga terkait. 2. Pemerintah Daerah Dinas sosial dan pemerintah daerah Provinsi membuat dan melaksanakan regulasi regional dan sinergi program dan kegiatan dalam pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas melalui APBD. Pemerintah Daerah Provinsi memiliki tanggung jawab: a. melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait dengan pelaksanaan ATENSI di daerah; b. mengalokasikan anggaran pembiayaan dan belanja daerah provinsi untuk penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah; c. melakukan supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah; d. mendorong pemerintah daerah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan layanan ATENSI di daerah kabupaten/kota; e. membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam negeri; dan f. membangun sistem rujukan antar perangkat daerah terkait. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab: a. Melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait dengan pelaksanaan ATENSI di daerah kabupaten/kota; Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 66 b. Mengalokasikan anggaran pembiayaan dan belanja daerah kabupaten/kota untuk penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah kabupaten/kota; c. Melakukan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) melalui mekanisme penyusunan daftar awal sasaran, bimbingan teknis, musyawarah desa/kelurahan/nama lain, kunjungan ke rumah tangga, pengolahan data, pengawasan dan pemeriksaan serta pelaporan; d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah kabupaten/kota; e. Membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam negeri; dan membangun sistem rujukan antarperangkat daerah terkait. 3. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) dan mitra kerja lainnya Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 184 Tahun 2011 Tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial, pengertian Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) adalah organisasi sosial atau perkumpulan penyelenggaraan sosial yang melaksanakan sosial yang dibentuk kesejahteraan oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial LKS Penyandang Disabilitas (LKS PD) mempunyai peran : a. Mencegah terjadinya masalah sosial pada Penyandang sosial kepada PPKS Penyandang Disabilitas; b.Memberikan pelayanan Disabilitas; dan c. Menyelenggarakan konsultasi kesejahteraan keluarga. LKS Penyandang Disabilitas dalam penyelenggaraan Program ATENSI, menjadi mitra UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dengan melaksanakan kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial yang meliputi: Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 67 1. Dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak 2. Perawatan sosial dan/atau pengasuhan 3. Dukungan keluarga 4. Terapi fisik, terapi psikososial, dan terapi mental spiritual 5. Pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan 6. Bantuan sosial dan asistensi sosial 7. Dukungan aksesibilitas Di samping sebagai mitra kerja dalam pelaksanaan program ATENSI, dukungan LKSPD dalam bentuk: 1. Pendataan penyandang disabilitas di wilayah kerjanya 2. Berkoordinasi dengan pendamping rehabilitasi sosial, dinas sosial setempat dan dalam penyediaan layanan rehabilitasi sosial berbasis masyarakat. 3. Menerima rujukan dari UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial melalui dinas sosial wilayah terkait. 4. Pendampingan bagi penyandang disabilitas. 5. Melakukan analisa kinerja hasil pelaksanaan layanan bersama-sama dengan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan Dinsos Penguatan dan dukungan keluarga penyandang disabilitas. C. LAYANAN MULTI FUNGSI UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial melaksanakan layanan kepada penyandang disabilitas fisik, penyandang disabilitas mental, penyandang disabilitas intelektual, penyandang disabilitas sensorik baik netra maupun rungu wicara, dan penyandang disabilitas ganda. Selain itu juga melaksanakan layanan bagi PPKS lainnya di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial meliputi lanjut usia, anak, serta korban bencana dan kedaruratan. Selain layanan di atas, UPT juga melaksanakan layanan sementara dan kedaruratan dalam upaya penanganan fungsi lain yang meliputi: a. perlindungan dan jaminan sosial; b. penanganan fakir miskin; c. pemberdayaan sosial; dan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 68 d. pendidikan, pelatihan, penyuluhan sosial, pelaporan masyarakat dan pengawasan. Layanan sementara dalam pelaksanaan fungsi lain dapat dilakukan dalam bentuk respon kasus, layanan kedaruratan dan peningkatan kapasitas PPKS yang menunjang layanan rehabilitasi sosial yang terintegrasi. Layanan dukungan terhadap rehabilitasi sosial dalam fungsi-fungsi pemberdayaan, perlindungan, pelatihan dan penyuluhan bersifat sementara, untuk selanjutnya dirujuk kepada unit yang mempunyai tugas utama dalam fungsi tersebut. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 69 BAB VI MEKANISME PENYALURAN BANTUAN ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL A. Dasar Hukum Pemberian Bantuan ATENSI 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun Standar (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1618); 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2047) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 228/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2147); 3. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyaluran Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 75); 4. Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 tahun 2021 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1007); 5. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 tahun 2021 tentang Besaran, Persyaratan, dan Tata Cara Pengenaan Tarif Rp0,00 (Nol Rupiah) Pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1119); 6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 140); 7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 273); 8. Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Nomor 1 Tahun 2021 tentang tentang Pelaksanaan Atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2021 tentang Besaran, Persyaratan, dan Tata Cara Pengenaan Tarif Rp0,00 (Nol Rupiah) Pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial; 9. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Kep-205/PB/2021 tentang Pemutakhiran Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar; 10. Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Nomor 30/4/HK.01/9/2021 tentang Jangkauan Wilayah Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 70 B. Tujuan Penggunaan Bantuan ATENSI 1. Mencapai keberfungsian sosial individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan hak dasarnya, melaksanakan tugas dan peranan sosialnya, serta mengatasi masalah dalam kehidupannya. 2. Melindungi PPKS, kelompok rentan dan masyarakat miskin/marginal/terlantar dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. 3. Meningkatkan kemandirian ekonomi dan/atau kesejahteraan sosial PPKS, kelompok rentan dan masyarakat miskin/marginal/terlantar. 4. Meningkatkan aksesibilitas PPKS, kelompok rentan dan masyarakat miskin/marginal/terlantar dalam menjalankan perannya ditengah keluarga dan masyarakat. C. Pemberi Bantuan ATENSI Pemberi bantuan ATENSI adalah satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan unit pelaksana teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. D. Penerima Bantuan ATENSI 1. Penerima manfaat ATENSI merupakan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang berasal dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). 2. Dalam hal penerima manfaat ATENSI tidak terdapat dalam DTKS, layanan tetap dapat diberikan dengan ketentuan penerima manfaat ATENSI harus segera dilaporkan ke Dinas Sosial Daerah Provinsi, Dinas Sosial Daerah Kabupaten/kota, atau Kementerian Sosial untuk diusulkan masuk ke dalam DTKS. 3. Dalam kondisi tertentu, seperti dalam situasi bencana atau situasi darurat, sebelum penetapan penerima manfaat ATENSI oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), calon penerima manfaat ATENSI yang berbasis keluarga, komunitas, dan residensial harus dilakukan pengecekan hasil asesmen oleh satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. 4. Semua penerima manfaat ATENSI ditetapkan dalam Surat Keputusan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Penetapan penerima manfaat ATENSI dibuat dalam SK kolektif dan/atau SK perseorangan. 5. Seorang penerima manfaat dapat menerima bantuan ATENSI lebih dari 1 (satu) kali sesuai kebutuhan sampai tercapainya peningkatan taraf kesejahteraan sosial dan kemandirian penerima manfaat. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 71 6. Pemberian bantuan ATENSI lebih dari 1 (satu) kali didasarkan pada perkembangan hasil asesmen dan/atau konferensi kasus/konferensi keluarga dan hasil monitoring serta evaluasi. 7. Penerima manfaat ATENSI dapat menerima bantuan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. E. Persyaratan Penerima Bantuan ATENSI Individu yang memiliki kriteria kemiskinan, ketelantaran, disabilitas, keterpencilan, tuna sosial dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. F. Bentuk Bantuan ATENSI Bantuan ATENSI merupakan bantuan dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa yang bersumber dari akun 521219, 571111, dan 571112. G. Alokasi Anggaran dan Rincian Jumlah Bantuan ATENSI Bantuan ATENSI bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan pada DIPA satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Besaran nilai bantuan ATENSI berdasarkan pada hasil asesmen yang dituangkan dalam Surat Keputusan PPK yang disahkan oleh KPA, dengan indeks rata-rata sebesar Rp.2.400.000/orang. Jumlah bantuan tersebut yaitu: 1. Khusus digunakan untuk kepentingan penerima bantuan (tidak boleh digunakan untuk operasional petugas dan/atau operasional penyelenggaraan kegiatan). 2. Setiap penerima bantuan dapat menerima lebih dari atau kurang dari Rp. 2.400.000. 3. Besarnya jumlah bantuan diberikan berdasarkan hasil asesmen. Adapun penggunaan bantuan tersebut untuk: 1. dukungan pemenuhan hidup layak; 2. perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak; 3. dukungan keluarga; 4. terapi fisik, terapi psikososial, dan terapi mental spiritual; 5. pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan; 6. bantuan sosial dan asistensi sosial; dan/atau 7. dukungan aksesibilitas. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 72 H. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan ATENSI Pencairan bantuan ATENSI dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut: 1. PPK menetapkan penerima ATENSI baik secara kolektif maupun perseorangan melalui Surat Keputusan yang disahkan oleh KPA. 2. PPK mengajukan Surat Permohonan Pembayaran (SPP) kepada Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM). 3. PPSPM memeriksa dan menguji dokumen pencairan yang diajukan PPK untuk selanjutnya dibuatkan SPM dan diajukan ke KPPN. 4. SPM yang diajukan ke KPPN dapat meliputi jenis SPM GUP, TUP, LS ke penerima atau Rekening Pemerintah Lainnya (RPL) dan/atau LS ke penyedia barang. 5. KPPN mengeluarkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan mencairkan anggaran melalui bank persepsi (bank rekanan KPPN yang digunakan untuk mentransfer dana dari KPPN ke RPL, rekening bendahara, rekening penyedia barang, rekening penerima manfaat dan lain-lain). I. Penyaluran Dana Bantuan ATENSI 1. Bantuan ATENSI dalam bentuk belanja barang non operasional lainnya (akun 521219) Bantuan ATENSI dengan menggunakan akun 521219 dapat disalurkan: a. Langsung kepada penerima manfaat Penyaluran ATENSI secara langsung kepada penerima manfaat dapat diberikan dalam 3 (tiga) cara, yaitu: 1) Bantuan dalam bentuk uang tunai yang diberikan langsung kepada penerima manfaat Bantuan dalam bentuk uang tunai dapat diberikan langsung oleh satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial kepada penerima manfaat yang berada dalam kondisi kedaruratan atau kondisi tertentu lainnya yang membutuhkan bantuan dengan segera. Mekanisme pembayaran oleh bendahara pengeluaran dapat melalui uang persediaan (UP) atau tambahan uang persediaan (TUP). Dokumen pertanggungjawabannya terdiri dari: a) Hasil asesmen. b) Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA. c) Kuitansi penerimaan uang. Apabila ada pembelian barang/jasa, maka harus dilengkapi kuitansi dan nota pembelian barang/jasa. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 73 d) Berita acara serah terima antara pemberi dan penerima. e) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan. 2) Bantuan dalam bentuk uang yang diberikan dengan mekanisme transfer ke rekening penerima manfaat Bantuan dalam bentuk uang yang diberikan dengan mekanisme transfer ke rekening penerima manfaat dengan jumlah dan penggunaannya sudah diketahui sebelumnya, karena bantuan diberikan berdasarkan hasil asesmen. Mekanisme pembayarannya melalui: a) Transfer ke rekening penerima oleh bendahara pengeluaran dengan UP atau TUP. b) SPM-LS ke rekening penerima bantuan dan/atau ke RPL. c) Dalam hal penerima manfaat sudah memiliki rekening, bantuan ATENSI dapat langsung ditransfer ke rekening penerima manfaat oleh bendahara pengeluaran atau dari bank persepsi KPPN melalui SPM-LS. d) Dalam hal penerima manfaat belum memiliki rekening, maka penerima manfaat dapat dibukakan rekening baik secara perorangan maupun kolektif. e) Dalam hal penyaluran secara transfer melalui bank penyalur, dilakukan mekanisme sebagai berikut: (1) Penyaluran bantuan langsung ke rekening masing-masing penerima manfaat yang melebihi 100 (seratus) orang penerima manfaat dilaksanakan melalui RPL satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. (2) KPA/PPK melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak bank penyalur. (3) KPA/PPK melalui persetujuan KPPN membuka RPL pada bank penyalur untuk menampung dana bantuan. (4) KPA/PPK menyerahkan data penerima bantuan kepada pihak bank penyalur untuk dibukakan rekening dan kartu ATENSI dengan dilengkapi berita acara serah terima. (5) Pihak bank penyalur melakukan pengecekan data penerima layanan ATENSI yang diterima dari KPA/PPK untuk memenuhi syarat mandatori dalam proses pembukaan rekening. Hasil pengecekan data disampaikan ke satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 74 (6) Pihak bank membuatkan rekening tabungan penerima manfaat sesuai data yang lolos proses pengecekan. (7) Pihak bank menyerahkan buku tabungan dan/atau kartu ATENSI kepada penerima manfaat. (8) Kartu ATM ATENSI dapat digunakan oleh penerima manfaat untuk menerima bantuan, menampung hasil usaha, dan tabungan, sekaligus sebagai upaya pelaksanaan inklusi keuangan. (9) Dalam pencairan dana bantuan, pihak bank berkoordinasi dengan satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, pendamping Rehabilitasi Sosial, dan/atau LKS. Dokumen pertanggungjawaban terdiri dari: 1. Hasil asesmen. 2. Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA. 3. Bukti transfer ke penerima manfaat. 4. Berita acara serah terima antara PPK dan penerima manfaat. 5. Laporan penggunaan bantuan disertai kuitansi dan nota pembelian barang/jasa sesuai dengan BAST. 6. Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan. 3) Bantuan barang yang diberikan langsung kepada penerima manfaat Pemberian bantuan ATENSI dalam bentuk barang dilaksanakan secara langsung oleh satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan/atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dilakukan dalam kondisi penerima manfaat sangat membutuhkan barang tersebut, misalnya dalam kondisi darurat bencana alam, bencana sosial, dan/atau bencana non-alam, termasuk didalamnya bantuan barang untuk mendukung pelaksanaan layanan dukungan psikososial (LDP). Mekanisme pengadaan jenis dan jumlah barang oleh satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan/atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial melalui swakelola dan/atau kontraktual sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Mekanisme pembayarannya melalui tunai atau transfer ke rekening penyedia Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 75 barang oleh bendahara pengeluaran dengan uang persediaan (UP), tambahan uang persediaan (TUP) atau SPM-LS ke rekening penyedia barang. Dokumen pertanggungjawaban terdiri dari: a) Hasil asesmen. b) Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA baik SK kolektif maupun perseorangan. c) Kuitansi dan nota pembelian barang. d) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan. e) Berita acara serah terima barang antara PPK dan penerima manfaat. f) Apabila dibayarkan langsung oleh bendahara pengeluaran, dilengkapi dengan kuitansi penerimaan uang. g) Apabila dibayarkan melalui penyedia barang, dilengkapi dengan berita acara serah terima barang antara PPK dan penyedia barang. Bukti transfer pembayaran ke penyedia barang, dan dokumen kontrak apabila pengadaannya melalui mekanisme kontraktual. b. Pemberian bantuan atas kerja sama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Pemberian bantuan ATENSI melalui LKS diprioritaskan untuk LKS yang sudah terakreditasi. Apabila belum atau masih dalam proses akreditasi, maka diperlukan rekomendasi dari dinas sosial setempat. Pemberian bantuan ATENSI yang dilaksanakan atas kerja sama dengan LKS melalui tahapan: 1) Satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial membuat perjanjian kerjasama dengan LKS dalam pelaksanaan program ATENSI. 2) LKS mengajukan proposal ditujukan kepada satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dengan melampirkan data calon penerima manfaat disertai rencana kebutuhan ATENSI dan anggaran untuk selanjutnya dilakukan asesmen. 3) Satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial melakukan asesmen calon penerima manfaat dan melakukan survey kondisi riil lapangan dalam rangka menilai kelayakan proposal yang dituangkan dalam laporan hasil asesmen. 4) PPK membuat surat keputusan tentang penerima bantuan yang memuat antara lain: a) Nama calon penerima manfaat. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 76 b) Nomor Induk Kependudukan. c) Alamat tempat tinggal/domisili. d) Nilai dan jenis bantuan yang diterima setiap penerima manfaat. e) Nomor rekening penerima bantuan. f) Nama LKS pendamping. g) Alamat LKS. h) Nama Ketua LKS. 5) Ketua LKS membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM). 6) Mekanisme penyaluran a) Apabila dalam bentuk uang, dilaksanakan melalui transfer langsung ke rekening penerima manfaat oleh bendahara pengeluaran dengan UP, TUP, dan/atau SPMLS langsung ke rekening penerima manfaat. b) Apabila dalam bentuk barang, dilaksanakan pengadaan barangnya oleh satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Jenis barang yang sesuai kebutuhannya diserahkan langsung kepada penerima manfaat yang didampingi oleh LKS. 7) Dokumen pertanggungjawaban terdiri dari: a) Hasil asesmen. b) Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA baik kolektif maupun perseorangan. c) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan. d) Apabila dibayarkan langsung oleh bendahara pengeluaran dilengkapi kuitansi penerimaan uang atau bukti transfer pembayaran dan berita acara serah terima uang/barang antara PPK dan penerima manfaat serta kuitansi dan nota pembelian barang. e) Apabila diberikan dalam bentuk barang dilengkapi berita acara serah terima barang antara PPK dengan penyedia barang, berita acara serah terima barang antara PPK dengan LKS dan daftar tanda terima barang antara LKS dan penerima bantuan. Ketentuan Perpajakan Pengenaan pajak untuk akun 521219 tetap berpedoman pada ketentuan perpajakan yang berlaku. 2. Bantuan ATENSI dalam akun 571111 (bantuan sosial dalam bentuk uang) Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 77 Bantuan ATENSI dalam bentuk uang yang diberikan dengan mekanisme transfer ke rekening penerima manfaat dengan jumlah dan penggunaannya sudah diketahui sebelumnya berdasarkan hasil asesmen. Mekanisme pembayarannya melalui: a. SPM-LS ke rekening penerima manfaat dan/atau ke RPL. b. Dalam hal penerima manfaat sudah memiliki rekening, bantuan ATENSI dapat langsung ditransfer ke rekening penerima dari bank persepsi KPPN melalui SPM-LS. c. Dalam hal penerima belum memiliki rekening, maka penerima manfaat dapat dibuatkan rekening secara perorangan atau kolektif. d. Dalam hal penyaluran secara transfer melalui bank penyalur, dilakukan mekanisme sebagai berikut: 1) Penyaluran bantuan langsung ke rekening masing-masing penerima manfaat yang melebihi 100 (seratus) orang penerima manfaat dilaksanakan melalui RPL satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. 2) KPA/PPK melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak bank penyalur. 3) KPA/PPK melalui persetujuan KPPN membuka RPL pada bank penyalur untuk menampung dana bantuan. 4) KPA/PPK menyerahkan data penerima bantuan kepada pihak bank penyalur untuk dibukakan rekening dan kartu ATENSI dengan dilengkapi berita acara serah terima. 5) Pihak bank penyalur melakukan pengecekan data penerima bantuan ATENSI yang diterima dari KPA/PPK untuk memenuhi persyaratan mandatori dalam proses pembukaan rekening. Hasil pengecekan data disampaikan ke satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. 6) Pihak bank membuatkan rekening tabungan penerima manfaat sesuai data yang lolos proses pengecekan. 7) Pihak bank menyerahkan buku tabungan dan/atau kartu ATENSI kepada penerima manfaat. 8) Kartu ATM ATENSI dapat digunakan oleh penerima manfaat untuk menerima bantuan, menampung hasil usaha, tabungan, sekaligus sebagai upaya pelaksanaan inklusi keuangan. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 78 9) Dalam pencairan dana bantuan pihak bank berkoordinasi dengan satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, pendamping Rehabilitasi Sosial, dan/atau LKS. Dokumen pertanggungjawaban terdiri dari: 1. Hasil asesmen. 2. Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA. 3. Bukti transfer ke penerima manfaat. 4. Berita acara serah terima antara PPK dan penerima manfaat. 5. Laporan penggunaan bantuan disertai kuitansi dan nota pembelian barang sesuai dengan BAST. 6. 3. Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan. Bantuan ATENSI dalam akun 571112 (bantuan sosial dalam bentuk barang) a. Pengadaan bantuan ATENSI dalam bentuk barang yang dilaksanakan oleh satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial menggunakan mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Jenis barang yang termasuk dalam akun 571112 ini dapat berupa alat bantu ataupun jenis barang lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan hasil asesmen. Setelah pekerjaan pengadaan barang selesai dilaksanakan dan telah dilakukan serah terima barang dari penyedia barang kepada satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, maka barang akan dicatat sebagai barang persediaan (buffer stock). Apabila sampai dengan akhir tahun anggaran masih terdapat material sisa dan/atau barang belum diserahkan, maka akan tetap tercatat sebagai barang persediaan. Bantuan ATENSI dalam bentuk barang khususnya alat bantu, UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dapat melakukan pembelian unit barang dan material untuk dilakukan perakitan oleh penerima manfaat baik yang berada di dalam UPT maupun eks penerima manfaat seperti motor roda tiga untuk usaha, kursi roda elektrik serta tongkat pintar/tongkat penuntun adaptif. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 79 Penggunaan akun standar perakitan alat bantu aksesibilitas bagi penerima manfaat yaitu menggunakan akun belanja bantuan sosial untuk rehabilitasi sosial dalam bentuk barang (571112) yang dialokasikan ke dalam 3 (tiga) jenis komponen, yaitu: 1) Belanja untuk material utama (menggunakan akun 571112) yang digunakan untuk melakukan pengadaan komponen utama alat bantu yang akan dibuat, misalnya kursi roda dan motor roda tiga serta tongkat. 2) Belanja untuk material supporting (menggunakan akun 571112) yang digunakan untuk melakukan pengadaan bahan-bahan pendukung yang diperlukan untuk membuat barang jadi menjadi alat bantu yang siap dipakai dan sesuai dengan keperluan penerima manfaat. 3) Belanja untuk jasa perakitan (menggunakan akun 571112) yang digunakan untuk melakukan perakitan sesuai dengan kebutuhan sehingga semua komponen dapat tersusun menjadi alat bantu siap pakai. Akun ini dipergunakan karena outputnya adalah bentuk barang/alat bantu disabilitas. Komponen pembiayaan pada kegiatan (1) dan (2) dilakukan dengan mekanisme pengadaan barang dan jasa sesuai peraturan yang berlaku, sedangkan komponen pada kegiatan (3) dilakukan dengan mekanisme SPM–LS ke penerima manfaat yang merakit. Apabila ada pembelian peralatan dan bahan yang mendukung proses produksi, misalnya mesin bubut, rompi, dan lain-lain tidak menggunakan akun 571112, tetapi menggunakan akun belanja modal (53) dan belanja barang (52), sehingga tidak termasuk dalam pembentuk belanja sosial di akun 571112. Dokumen pertanggungjawaban atas proses pengadaan barang meliputi: 1. Harga perkiraan sendiri (HPS). 2. Dokumen kontrak lengkap. 3. Berita acara penyelesaian pekerjaan. 4. Berita acara pemeriksaan barang. 5. Berita acara serah terima barang. 6. Faktur dari penyedia barang. 7. Surat pernyataan tanggung jawab mutlak dari penyedia barang. 8. Dokumen pembayaran lengkap antara lain permintaan pembayaran dari penyedia barang, Berita Acara Pembayaran, kuitansi, SPP, SPM, SP2D, SSP. b. Penyaluran bantuan ATENSI dalam bentuk barang yang bersumber dari akun 571112 diberikan berupa: 1) Bantuan barang langsung kepada penerima manfaat. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 80 Penyaluran langsung kepada penerima manfaat ATENSI diberikan langsung oleh UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial kepada pemohon perseorangan yang berada dalam kondisi darurat atau tidak darurat. Barang yang telah diberikan dapat diolah sesuai dengan kebutuhan penerima manfaat. Sebagai contoh pemanfaatan komponen-komponen untuk pembuatan atau modifikasi motor roda tiga dan kursi roda serta tongkat penuntun adaptif. Dokumen pertanggungjawaban untuk perseorangan dalam kondisi darurat: a. Data calon penerima manfaat yang telah diverifikasi dan validasi oleh petugas UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. b. Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA. c. Berita acara serah terima bantuan ATENSI antara pemberi dan penerima. d. Surat pernyataan telah menerima bantuan dan akan memanfaatkan sesuai ketentuan dan hasil asesmen kebutuhan. e. Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan. Dokumen pertanggungjawaban untuk perseorangan yang tidak dalam kondisi darurat: a. Surat permohonan dari calon penerima manfaat/wali/LKS/komunitas/instansi pemerintah. b. Data calon penerima manfaat yang telah diverifikasi dan validasi oleh petugas UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. c. Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA. d. Berita acara serah terima antara pemberi dan penerima. e. Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan. Pengenaan pajak untuk pengadaan alat bantu yang menggunakan akun 571112 tetap berpedoman pada ketentuan perpajakan yang berlaku. 2) Bantuan sosial dalam bentuk barang melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Pemberian bantuan sosial dalam bentuk barang dari akun 571112 melalui LKS dilaksanakan dengan tahapan: (a) LKS mengajukan proposal yang ditujukan kepada UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dengan melampirkan hasil asesmen Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 81 calon penerima manfaat yang telah masuk DTKS atau yang belum masuk DTKS disertai rencana kebutuhan bantuan dalam bentuk barang. (b) UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial membuat perjanjian kerjasama dengan LKS dalam pemanfaatan bantuan dalam bentuk barang. (c) UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial melakukan verifikasi administrasi dan verifikasi lapangan terhadap proposal yang masuk untuk menilai kelayakannya dalam bentuk laporan atau berita acara hasil verifikasi. (d) PPK membuat surat keputusan tentang penerima bantuan yang memuat antara lain: (1) Nama LKS. (2) Alamat LKS. (3) Nama Ketua LKS . (4) Nama penerima bantuan. (5) Nilai dan jenis bantuan yang diterima setiap penerima bantuan. (e) LKS membuat surat pernyataan tanggung jawab mutlak (SPTJM). Dokumen pertanggungjawaban terdiri dari: a) Proposal dari LKS. b) Perjanjian kerjasama. c) Hasil verifikasi administrasi dan verifikasi lapangan. d) Surat Keputusan. e) SPTJM. f) Berita Acara Serah Terima Barang antara PPK dan LKS. g) Berita Acara Serah Terima Barang antara LKS dan Penerima Manfaat. h) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan. i) Dokumen pertanggungjawaban yang dibuat oleh LKS dikirimkan kepada UPT yang memberikan bantuan dalam bentuk foto copy, sedangkan dokumen aslinya disimpan oleh LKS. J. Ketentuan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 1. PNBP yang dikenakan tarif sebesar Rp0,00 (nol rupiah) adalah uang, barang dan jasa yang merupakan penjualan hasil dari layanan UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 82 2. Pengenaan tarif Rp0,00 (nol rupiah) bertujuan untuk meningkatkan pendapatan penerima manfaat. 3. Peningkatan pendapatan penerima manfaat berupa pendapatan yang diperoleh dari usaha ekonomi produktif lebih besar atau sama dengan upah minimum regional perbulan yang diperoleh secara mandiri. 4. Bantuan ATENSI diberikan langsung untuk kepentingan penerima manfaat. Bahan/benih/bibit/alat/barang yang dibeli oleh UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dari bantuan ATENSI, diserahkan untuk kepentingan penerima manfaat harus dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) antara PPK dan penerima manfaat. Sebagai contoh bahan keterampilan yang telah dibeli oleh UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, sehingga setelah diserahkan kepada penerima manfaat akan sepenuhnya menjadi hak penerima manfaat, baik penggunaan maupun hasil penjualannya. 5. Seluruh penyerahan dan penggunaan bahan/benih/bibit/alat/barang berpedoman pada prinsip akuntabilitas. 6. Pengenaan tarif Rp0,00 (nol rupiah) dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi berkala oleh pekerja sosial. K. Pelaporan Penerima bantuan wajib membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan sesuai peruntukannya dengan didukung bukti-bukti asli transaksi pembelanjaan dan menyampaikan fotocopy dokumen pertanggungjawaban bantuan kepada satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Penerima bantuan dalam membuat laporan dapat didampingi oleh pendamping dan/atau LKS. Seluruh dokumen pertanggungjawaban disampaikan kepada satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial selambat-lambatnya 30 hari sejak bantuan diterima. L. Sanksi Sanksi diberikan kepada penerima bantuan ATENSI apabila pemanfaatan tidak sesuai dan/atau tidak melaporkan pertanggungjawaban, maka akan diberikan sanksi berupa: 1. Teguran lisan. 2. Teguran tertulis, dalam hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian bantuan berikutnya dan atau bantuan lainnya. 3. Penghentian bantuan. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 83 4. Pengembalian bantuan (penyetoran ke kas negara, apabila hasil pemeriksaan ditemukan terdapat kerugian negara). 5. Diproses secara hukum jika terbukti melakukan pelanggaran pidana terkait dengan penggunaan bantuan ATENSI. M. Lain-lain Hal-hal yang belum tercantum dalam pedoman operasional ini akan diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis pelaksanaan yang dibuat oleh KPA dan tetap merujuk pada pedoman operasional ini. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 84 BAB VII PENUTUP Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial melalui Sentra Terpadu , Sentra di Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, UPTD, LKS dan keluarga penyandang disabilitas, untuk menjamin mutu/standar pelayanan dalam pemenuhan hak dan kepentingan terbaik bagi penyandang disabilitas. Pedoman ini menjadi acuan implementasi Bisnis Proses Asistensi Rehabilitasi Sosial. Di dalam pedoman operasional ini menguraikan mekanisme dan prosedur kerja rehabilitasi sosial melalui Balai Besar/Balai/Loka, dan LKS yang memiliki sasaran utama pelaksanaan rehabilitasi sosial di keluarga, komunitas dan residential sebagai alternatif terakhir. Prosedur kerja ini akan menjabarkan lebih lanjut tugas dan fungsi setiap pemangku kepentingan dalam pelaksanaan ATENSI. Pedoman Operasional ini perlu disosialisasikan kepada semua kalangan termasuk, Kementerian/Lembaga, Organisasi Penyandang Disabilitas dan lembaga terkait lainnya baik di pusat maupan di provinsi dan kabupaten/kota. Melalui penetapan pedoman operasional ini, Kementerian Sosial mengharapkan program rehabilitasi sosial semakin berkembang baik secara kuantitas dan kualitas serta meningkatnya kemampuan/keahlian sasaran dalam pelaksanaan layanan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. Kami harapkan pedoman operasional ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak yang melaksanakan rehabilitasi sosial dan menjadi dasar pengembangan program rehabilitasi sosial lanjut bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Jakarta, April 2022 Plt. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas 85 KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430 Tlp. (021) 3100438 Laman: http//www.kemsos.go.id FORM ASESMEN TERINTEGRASI DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL Nomor Kuesioner __ . ____ . No Urutan Satker Tahun Nomor Urut A. ASESMEN CEPAT (RAPID ASSESSMENT) 1 Tanggal/Bulan/Tahun Assesmen 2 Nama Petugas Assesmen Satuan Kerja 3 (nama sentra terpadu/ sentra) PROFILE LENGKAP PPKS ALAMAT SESUAI KTP 4 Provinsi 5 Kabupaten/Kota 6 Kecamatan 7 Desa/Kelurahan 8 Dusun, RT/ RW 9 Alamat Lengkap (Nama Jalan & No Rumah) ALAMAT SESUAI DOMISILI 10 Provinsi 11 Kabupaten/Kota 12 Kecamatan 13 Desa/Kelurahan 14 Dusun, RT/ RW 15 Alamat Lengkap (Nama Jalan & No Rumah) IDENTITAS PPKS 16 Nama Lengkap 17 Tempat Lahir 18 Tanggal/Bulan/Tahun Lahir 19 Jenis Kelamin 20 Agama 1. 2. 1. 2. Laki-laki Perempuan Islam Kristen 21 NIK ** 22 Nomor Kartu Keluarga ** 23 Nomor Akta Lahir ** 24 Apakah sudah masuk DTKS? 25 Bantuan yang diterima saat ini 26 Pendidikan Terakhir 27 Status Kawin 3. 4. 5. 6. Katolik Hindu Budha Konghuchu 1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. Belum Sudah Belum Menerima Bantuan PKH Sembako KIS PBI-JK KIP Prokus Lainnya …………… Tidak Sekolah Belum Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati ** Perlu melampirkan foto/ dokumen **Foto PPKS dapat dilakukan dengan Closeup PROFIL PENGAMPU PPKS 28 Nama Lengkap 29 Nomor Hp/ Telepon 30 Hubungan dengan PPKS 31 Tempat Lahir 32 Tanggal/Bulan/Tahun Lahir 33 Jenis Kelamin 34 Agama 35 NIK ** 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ayah Ibu Kakek Nenek Saudara Kandung Lainnya 1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Laki-laki Perempuan Islam Kristen Katolik Hindu Budha Konghuchu 36 Nomor KK ** 37 Apakah sudah masuk DTKS? 38 Bantuan yang diterima saat ini 39 40 Pendidikan terakhir Status Kawin 41 Pekerjaan 42 Pengeluaran per Bulan 1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. Belum Sudah Belum Menerima Bantuan PKH Sembako KIS PBI-JK KIP Prokus Lainnya …………… Tidak Sekolah Belum Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Rp .......................................... ,KONDISI PPKS 43 Kategori PPKS 1. 2. 3. 4. Anak Lansia Disabilitas Korban Bencana dan Kedaruratan Jika Kategori Disabilitas 1. 44 Ragam Penyandang Disabilitas Fisik (terganggunya fungsi gerak) a. amputasi, lumpuh layuh atau kaku, b. paraplegi, cerebal palsy (CP), c. akibat stroke, d. akibat kusta dan e. dwarfisme(Kerdil). 2. Intelektual (terganggunya fungsi pikir karena tingkat kecerdasan dibawah rata-rata) a. lambat belajar b. disabilitas grahita c. down syndrom. 3. Mental (terganggunya fungsi pikir, emosi, dan perilaku) a. skizofrenia b. bipolar c. depresi d. anxietas e. gangguan kepribadian f. autis g. hiperakif 4. Sensorik (terganggunya salah satu fungsi dari panca indera) a. disabilitas netra, b. disabilitas rungu, c. disabilitas wicara. 5. Ganda/ Multi (Penyandang Disabilitas yang mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas runguwicara dan disabilitas netra-tuli) Sebutkan ………………………… Jika Kategori Anak 1. 45 Anak dalam situasi darurat, meliputi: a. anak yang menjadi pengungsi, b. anak korban kerusuhan, c. anak korban bencana alam dan d. anak dalam situasi konflik bersenjata 2. Anak yang berhadapan dengan hukum; 3. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi; 4. Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual; 5. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; 6. Anak yang menjadi korban pornografi; 7. Anak dengan HIV/AIDS; 8. Anak korban penculikan, penjualan,dan/atau perdagangan; 9. Anak korban Kekerasan fisik dan/atau psikis; 10. Anak korban kejahatan seksual; 11. Anak korban jaringan terorisme; 12. Anak Penyandang Disabilitas; 13. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran; 14. Anak dengan perilaku sosial menyimpang; dan 15. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi Orang Tuanya. Ragam Anak : Jika Kategori Korban Bencana dan Kedaruratan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 46 Ragam Korban Bencana dan Kedaruratan : Tuna Susila Gelandangan Pengemis Pemulung Kelompok Minoritas Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP) 7. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) 8. Korban Penyalahgunaan NAPZA 9. Korban trafficking 10. Korban tindak kekerasan 11. Pekerja Migran Indonesia Bermasalah Sosial (PMBS) (PMIB) 12. Perempuan rawan sosial ekonomi 13. Korban bencana alam 14. Korban bencana sosial 47 Jika termasuk dalam kategori Lansia atau Disabilitas, apakah membutuhkan bantuan dalam aktifitas sehari – hari (Activity Daily Living)? 1. 2. Ya Tidak 48 Kondisi Fisik PPKS 1. 2. Sehat Sakit 49 Jelaskan Kondisi Fisik (Penjelasan terkait kondisi kesehatan, kemampuan mobilitas, dst) KONDISI SOSIAL EKONOMI 0. Tidak 1. Iya 50 Apakah Kepala Keluarga Bekerja? 51 Pekerjaan 52 Pengeluaran per Bulan 53 Jumlah Tanggungan ( Orang dalam rumah ) 54 Apakah pernah tidak makan dalam sehari? 1. 2. 3. 55 Pengeluaran Pangan per Bulan Rp .......................................... ,- Rp .......................................... ,Tidak Pernah khawatir tidak makan Pernah tidak makan KONDISI TEMPAT TINGGAL 56 Tempat Tinggal saat ini 57 Jika milik sendiri; bukti kepemilikan tanah 58 Tinggal Bersama 59 Luas Tempat Tinggal 60 Kondisi Bangunan 61 Atap Tempat Tinggal 62 Lantai Tempat Tinggal 63 Dinding Tempat Tinggal 64 Apakah memiliki jamban/ MCK? 65 Sumber Penerangan 66 Sumber Air Bersih 1. 2. 3. 4. 5. 1) 2) 3) 4) 1. 2. 3. 4. Milik Sendiri Sewa Menumpang Lembaga Telantar/Menggelandang Sertifikat Hak Milik Hak Guna Bangunan Girik Lainnya …………… Sendiri Keluarga Inti Keluarga Besar Lainnya …………… ………………………………. m2 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. Permanen Semi Permanen Lainnya Seng Genteng Asbes Lainnya …………… Tanah Ubin Kayu Kayu Bambu Seng Kawat Batu Bata Tidak Ya Bukan Listrik Listrik 450 VA Listrik 900 VA Lainnya … PDAM Mata Air Sumur Lainnya ………………………… *) Catatan Tambahan Ex : Peralatan Rumah Kendaraan yang dimiliki Gambaran Demografi Bukti Dukung dengan melampirkan Foto B. PERMASALAHAN, POTENSI & RENCANA INTERVENSI PPKS 67 Permasalahan (Gambaran Kasus) 68 Pelayanan yang pernah diterima 69 70 Potensi Diri (Minat Bakat, Keterampilan, Motivasi, Hasil Test IQ) Potensi Sumber (Organisasi, Lingkungan, Pendidikan, Ekonomi, Keagamaan, Alam) 71 Komponen Layanan Yang Dibutuhkan 72 Uraian Komponen Layanan : 73 C. 74 1. Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak (sandang, pangan,) 2. Perawatan Dan Pengasuhan Sosial 3. Dukungan Keluarga 4. Terapi (Fisik, Spiritual) 5. Pelatihan Vokasional Kewirausahaan 6. Bantuan dan Asistensi Sosial 7. Dukungan Aksesibilitas Psikososial, 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak Perawatan Dan Pengasuhan Sosial Dukungan Keluarga Terapi (Fisik, Psikososial, Mental Spiritual) Pelatihan Vokasional Pembinaan Kewirausahaan Bantuan dan Asistensi Sosial Dukungan Aksesibilitas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak Perawatan Dan Pengasuhan Sosial Dukungan Keluarga Terapi (Fisik, Psikososial, Mental Spiritual) Pelatihan Vokasional Pembinaan Kewirausahaan Bantuan dan Asistensi Sosial Dukungan Aksesibilitas Mental Pembinaan Pihak yang terlibat dalam rencana intervensi INTERVENSI PPKS Komponen Layanan Yang diberikan 75 Uraian Komponen Layanan : 8. Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak (sandang, pangan,) 9. Perawatan Dan Pengasuhan Sosial 10. Dukungan Keluarga 11. Terapi (Fisik, Spiritual) Psikososial, 12. Pelatihan Vokasional Kewirausahaan Mental Pembinaan 13. Bantuan dan Asistensi Sosial 14. Dukungan Aksesibilitas 76 Waktu Pemberian Layanan (Tanggal/ Bulan/ Tahun) 77 Pihak yang terlibat dalam intervensi D. RENCANA INTERVENSI LANJUTAN (Komplementaritas) 1. 2. 78 Bentuk Layanan (bisa lebih dari 1) 3. 4. 5. 6. 7. Program Kewirausahaan Program Perbaikan Rumah melalui Rumah Usaha Sederhana Program Keluarga Harapan Bantuan dari Dana Hibah Pemberian Alat Bantu Pelatihan Keterampilan Kerja Lainnya …… Rekomendasi/Catatan Petugas : ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… Petugas ( ………………………………. ) KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id Perihal : Permohonan untuk mendapatkan Layanan ATENSI Berbasis Residensial di Sentra Phalamartha Sukabumi Yth. Kepala Sentra Phalamartha di Sukabumi Jalan Perintis Kemerdekaan No.130 Cibadak, Sukabumi Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : …………………………………………………………………..... Tempat, tanggal lahir : …………………………………………………………………..... Jenis kelamin : …………………………………………………………………..... Pekerjaan : …………………………………………………………………..... Hubungan dgn Calon PPKS : …………………………………………………………………..... Alamat : …………………………………………………………………..... …………………………………………………………………..... Nomor Telepon : …………………………………………………………………..... Sebagai Wali / Penanggungjawab dari Calon PPKS : Nama : ………………………………………………………………… Umur : ………………………………………………………………… Jenis Kelamin : ………………………………………………………………… Alamat : ………………………………………………………………… ………………………………………………………………… ………………………………………………………………… Dengan ini menyampaikan permohonan agar calon Penerima Manfaat (PM) mendapatkan Layanan ATENSI berbasis residensial di Sentra Phalamartha Sukabumi. Sebagai bahan pertimbangan, saya melampirkan persyaratan sebagai berikut : 1. Surat Pengantar dari Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota. 2. Surat Rekomendasi dan Catatan Kasus bagi calon penerima manfaat yang berasal dari Balai/Loka, UPTD dan LKS (Jika ada) 3. Diagnosa Dokter Psikiater dan Resep Obat Antipsikotik yang dikonsumsi. 4. Fotokopi KTP orang tua / penanggungjawab dan calon PM; 5. Fotokopi Kartu Keluarga; 6. Fotokopi kartu KIS / BPJS (jika ada) 7. Pasfoto berwarna PM ukuran 4 X 6 sebanyak 3 (tiga) lembar dan foto berwarna seluruh tubuh ukuran Post Card sebanyak 1 (satu) lembar. Demikian permohonan ini saya buat, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih. Sukabumi, …………….……2022 Pemohon, .................................... KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id FORM ASESMEN TERINTEGRASI DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL Nomor Kuesioner __ . ____ . No Urutan Satker Tahun Nomor Urut A. ASESMEN CEPAT (RAPID ASSESSMENT) 1 Tanggal/Bulan/Tahun Assesmen 2 Nama Petugas Assesmen 3 Unit Kerja Petugas Assesmen (nama sentra terpadu/ sentra) PROFILE LENGKAP PPKS ALAMAT SESUAI KTP 4 Provinsi 5 Kabupaten/Kota 6 Kecamatan 7 Desa/Kelurahan 8 Dusun, RT/ RW 9 Alamat Lengkap (Nama Jalan & No Rumah) ALAMAT SESUAI DOMISILI 10 Provinsi 11 Kabupaten/Kota 12 Kecamatan 13 Desa/Kelurahan 14 Dusun, RT/ RW 15 Alamat Lengkap (Nama Jalan & No Rumah) IDENTITAS PPKS 16 Nama Lengkap 17 Tempat Lahir 18 Tanggal/bln/th Lahir 19 Jenis Kelamin 20 Asal Daerah 1. 2. Laki-laki Perempuan 21 Suku 22 Agama 23 NIK ** 24 Nomor Kartu Keluarga ** 25 Nomor Akta Lahir ** 26 Apakah sudah masuk DTKS? 27 Bantuan yang diterima saat ini 28 Pendidikan Terakhir 29 Status Kawin 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Islam Kristen Katolik Hindu Budha Konghuchu Lainnya ……… 1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. Belum Sudah Belum Menerima Bantuan PKH Sembako KIS PBI JK KIP Prokus Lainnya …………… Tidak Sekolah Belum Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati ** Perlu melampirkan foto/ dokumen **Foto PPKS dapat dilakukan dengan Closeup PROFIL PENGAMPU PPKS 30 Nama Lengkap 31 Nomor Hp/ Telepon 32 Hubungan dengan PPKS 33 Tempat Lahir 34 35 36 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ayah Ibu Kakek Nenek Saudara Kandung Lainnya 1. 2. Laki-laki Perempuan Tanggal/bulan/tahun Lahir Jenis Kelamin Asal Daerah 37 38 Suku Agama 39 NIK ** 40 Nomor KK ** 41 Apakah sudah masuk DTKS? 42 Bantuan yang diterima saat ini 43 44 45 46 Pendidikan terakhir Status Kawin 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Islam Kristen Katolik Hindu Budha Konghuchu Lainnya … 0. Belum 1. Sudah 1. Belum Menerima Bantuan 2. PKH 3. Sembako 4. KIS PBI JK 5. KIP 6. Prokus 7. Lainnya …………… 1. Tidak Sekolah 2. Belum Sekolah 3. SD 4. SMP 5. SMA 6. Perguruan Tinggi 1. Belum Kawin 2. Kawin 3. Cerai Hidup 4. Cerai Mati Pekerjaan Penghasilan per Bulan 1. 2. 3. 4. 5. < Rp500.000,Rp500.000,- - < Rp1.500.000,Rp1.500.000,- - < Rp2.500.000,Rp2.500.000,- - < Rp3.500.000,>= Rp3.500.000,- KONDISI PPKS 47 Kategori PPKS 1. 2. 3. 4. Anak Lansia Disabilitas Korban Bencana dan Kedaruratan Jika Kategori Disabilitas 1. 48 Ragam Penyandang Disabilitas Fisik (terganggunya fungsi gerak) a. amputasi, lumpuh layuh atau kaku, b. paraplegi, cerebal palsy (CP), c. akibat stroke, d. akibat kusta dan e. dwarfisme(Kerdil). 2. Intelektual (terganggunya fungsi pikir karena tingkat kecerdasan dibawah rata-rata) a. lambat belajar 49 Tingkatan Disabilitas 50 Apakah sudah memiliki kartu penyandang Disabilitas? b. disabilitas grahita c. down syndrom. 3. Mental (terganggunya fungsi pikir, emosi, dan perilaku) a. skizofrenia b. bipolar c. depresi d. anxietas e. gangguan kepribadian f. autis g. hiperakif 4. Sensorik (terganggunya salah satu fungsi dari panca indera) a. disabilitas netra, b. disabilitas rungu, c. disabilitas wicara. 5. Ganda/ Multi (Penyandang Disabilitas yang mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas runguwicara dan disabilitas netra-tuli) Sebutkan …………… 1) Ringan 2) Sedang 3) Berat 1) Ya 2) Tidak Jika Kategori Anak 1. 51 52 Ragam Anak : Anak dalam situasi darurat, meliputi: a. anak yang menjadi pengungsi, b. anak korban kerusuhan, c. anak korban bencana alam dan d. anak dalam situasi konflik bersenjata 2. Anak yang berhadapan dengan hukum; 3. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi; 4. Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual; 5. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; 6. Anak yang menjadi korban pornografi; 7. Anak dengan HIV/AIDS; 8. Anak korban penculikan, penjualan,dan/atau perdagangan; 9. Anak korban Kekerasan fisik dan/atau psikis; 10. Anak korban kejahatan seksual; 11. Anak korban jaringan terorisme; 12. Anak Penyandang Disabilitas; 13. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran; 14. Anak dengan perilaku sosial menyimpang; dan 15. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi Orang Tuanya. Jika Kategori Korban Bencana dan Kedaruratan Ragam Korban Bencana dan Kedaruratan : 1. 2. 3. 4. 5. Tuna Susila Gelandangan Pengemis Pemulung Kelompok Minoritas 6. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP) 7. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) 8. Korban Penyalahgunaan NAPZA 9. Korban trafficking 10. Korban tindak kekerasan 11. Pekerja Migran Indonesia Bermasalah Sosial (PMBS) (PMIB) 12. Perempuan rawan sosial ekonomi 13. Korban bencana alam 14. Korban bencana sosial 53 Jika termasuk dalam kategori Lansia atau Disabilitas, apakah membutuhkan bantuan dalam aktifitas sehari – hari (Activity Daily Living)? 1. 2. Ya Tidak 54 Kondisi Fisik PPKS 1. 2. Sehat Sakit 55 Jelaskan Kondisi Fisik (Penjelasan terkait kondisi kesehatan, kemampuan mobilitas, dst) 56 Kondisi Psikologis PPKS 57 Kondisi sosial PPKS 58 Kondisi Mental Spiritual 59 Kondisi Keluarga KONDISI SOSIAL EKONOMI 60 Apakah Kepala Keluarga Bekerja? 61 Pekerjaan 0. Tidak 1. Iya 6. < Rp500.000,7. Rp500.000,- - < Rp1.500.000,8. Rp1.500.000,- - < Rp2.500.000,9. Rp2.500.000,- - < Rp3.500.000,>= Rp3.500.000,- 62 Penghasilan Keluarga per Bulan 63 Jumlah Tanggungan 64 Apakah pernah tidak makan dalam sehari? 1. 2. 3. 65 Pengeluaran Pangan per Bulan Rp 66 Pengeluaran Total per Bulan Rp 67 Apakah ada pengeluaran pakaian, dalam setahun. 0. 1. Tidak Pernah khawatir tidak makan Pernah tidak makan Tidak Ya KONDISI TEMPAT TINGGAL 68 Tempat Tinggal saat ini 69 Jika milik sendiri; bukti kepemilikan tanah 70 Tinggal Bersama 1. 2. 3. 4. 5. 1) 2) 3) Milik Sendiri Sewa Menumpang Lembaga Telantar/Menggelandang Sertifikat Hak Milik Hak Guna Bangunan Girik 1. Sendiri 2. 3. 4. Keluarga Inti Keluarga Besar Lainnya ………………………….. m2 71 Luas Tempat Tinggal 72 Kondisi Bangunan 73 Atap Tempat Tinggal 74 Lantai Tempat Tinggal 75 Dinding Tempat Tinggal 76 Apakah memiliki jamban/ MCK? 77 Sumber Penerangan 78 Sumber Air Bersih 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. Permanen Semi Permanen Lainnya Seng Genteng Asbes Lainnya …………………………. tanah Ubin Kayu Kayu Bambu Seng Kawat Batu Bata Tidak Ya Bukan Listrik Listrik 450 VA Listrik 900 VA Lainnya … PDAM Mata Air Sumur Lainnya ………………………… *) Catatan Tambahan Ex : Peralatan Rumah Kendaraan yang dimiliki Gambaran Demografi Bukti Dukung dengan melampirkan Foto B. PERMASALAHAN, POTENSI & RENCANA INTERVENSI PPKS 79 Permasalahan (Gambaran Kasus) 80 Pelayanan yang pernah diterima 81 82 Potensi Diri (Minat Bakat, Keterampilan, Motivasi, Hasil Test IQ) Potensi Sumber (Organisasi, Lingkungan, Pendidikan, Ekonomi, Keagamaan, Alam) 83 Komponen Layanan Yang Dibutuhkan 84 Uraian Komponen Layanan : 1. Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak (sandang, pangan,) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak Perawatan Dan Pengasuhan Sosial Dukungan Keluarga Terapi (Fisik, Psikososial, Mental Spiritual) Pelatihan Vokasional Pembinaan Kewirausahaan Bantuan dan Asistensi Sosial Dukungan Aksesibilitas 85 C. 2. Perawatan Dan Pengasuhan Sosial 3. Dukungan Keluarga 4. Terapi (Fisik, Spiritual) 5. Pelatihan Vokasional Kewirausahaan 6. Bantuan dan Asistensi Sosial 7. Dukungan Aksesibilitas Psikososial, Mental Pembinaan Pihak yang terlibat dalam rencana intervensi INTERVENSI PPKS 86 Komponen Layanan Yang diberikan 87 Uraian Komponen Layanan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak (sandang, pangan,) 9. Perawatan Dan Pengasuhan Sosial 10. Dukungan Keluarga 11. Terapi (Fisik, Spiritual) Psikososial, 12. Pelatihan Vokasional Kewirausahaan 13. Bantuan dan Asistensi Sosial 14. Dukungan Aksesibilitas 88 Jumlah Total Bantuan (Rp) Mental Pembinaan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak Perawatan Dan Pengasuhan Sosial Dukungan Keluarga Terapi (Fisik, Psikososial, Mental Spiritual) Pelatihan Vokasional Pembinaan Kewirausahaan Bantuan dan Asistensi Sosial Dukungan Aksesibilitas 89 Waktu Pemberian Layanan (Tanggal/ Bulan/ Tahun) 90 Pihak yang terlibat dalam intervensi D. RENCANA INTERVENSI LANJUTAN (Komplementaritas) 1. 2. 91 Bentuk Layanan (bisa lebih dari 1) 3. 4. 5. 6. 7. Program Kewirausahaan Program Perbaikan Rumah melalui Rumah Usaha Sederhana Program Keluarga Harapan Bantuan dari Dana Hibah Pemberian Alat Bantu Pelatihan Keterampilan Kerja Lainnya …… KESIMPULAN/RESUME KASUS Rekomendasi/Catatan Petugas : ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… Petugas ( ………………………………. ) KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id TANDA TERIMA TANDA TERIMA BERKAS PERSYARATAN MASUK / MENDAPATKAN PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL PEMERLU PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL SENTRA “……………………………………………” BERKAS PERSYARATAN MASUK / MENDAPATKAN PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL PEMERLU PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL SENTRA “…………………………………………..” Nama Calon Penerima Pelayanan : ................................................................................ L / P Nama Penanggung Jawab : ....................................................................................... Alamat Lengkap : ....................................................................................... ....................................................................................... ADA / TIDAK ADA : ................................................................................ L / P : ....................................................................................... : ....................................................................................... ....................................................................................... ADA / TIDAK ADA No PERSYARATAN 1. 4. Surat permohonan untuk mendapatkan pelayanan & rehabilitasi sosial di Balai. Surat pengantar dari Dinas Sosial setempat (Kabupaten/Kota). Surat rujukan dari Psikiater/Rumah Sakit Jiwa yang menyatakan pasien dalam kondisi tenang, membutuhkan pelayanan rehabilitasi sosial dan resep obat anti psikotik yang harus dilanjutkan. Fotokopi KTP Penanggungjawab dan calon PM. 4. Surat permohonan untuk mendapatkan pelayanan & rehabilitasi sosial di Balai. Surat pengantar dari Dinas Sosial setempat (Kabupaten/Kota). Surat rujukan dari Psikiater/Rumah Sakit Jiwa yang menyatakan pasien dalam kondisi tenang, membutuhkan pelayanan rehabilitasi sosial dan resep obat anti psikotik yang harus dilanjutkan. Fotokopi KTP Penanggungjawab dan calon PM. 5. Fotokopi Kartu Keluarga Penanggungjawab dan calon PM. 5. Fotokopi Kartu Keluarga Penanggungjawab dan calon PM. 6. Fotokopi KIS/BPJS (Bagi yang memiliki) 6. Fotokopi KIS/BPJS (Bagi yang memiliki) 7. Pasfoto berwarna PM ukuran 4 X 6 sebanyak 3 (tiga) lembar dan foto berwarna seluruh tubuh ukuran Post Card sebanyak 1 (satu) lembar. 7. Pasfoto berwarna PM ukuran 4 X 6 sebanyak 3 (tiga) lembar dan foto berwarna seluruh tubuh ukuran Post Card sebanyak 1 (satu) lembar. No PERSYARATAN 1. 2. 3. Catatan : ........................................................................................................................... ......... .................................................................................................................................... ……………………………………………………………………………………… . Nama Calon Penerima Pelayanan Nama Penanggung Jawab Alamat Lengkap 2. 3. Catatan : ........................................................................................................................... ......... .................................................................................................................................... ……………………………………………………………………………………… Yang Menyerahkan, Sukabumi, .......................................... Yang Menerima, Yang Menyerahkan, Sukabumi, .......................................... Yang Menerima, ……………………….. ………………………. ……………………….. ……………………….. KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id INSTRUMEN EVALUASI PENERIMA PELAYANAN KEGIATAN ATENSI KELUARGA DAN KOMUNITAS BAGI PENYANDANG DISABILITAS MENTAL SENTRA ”……………………………………………..” A. IDENTITAS PENYANDANG DISABILITAS MENTAL 1. Nama 2. Jenis Kelamin 3. Nama Penanggung Jawab 4. Alamat [ ] Laki-laki [ ] Perempuan B. EVALUASI Berikan nilai dengan Sistem penilaian berupa skor: 1 sangat kurang, 2 kurang, 3 cukup, 4 baik, 5 sangat baik. No KOMPONEN 1 Kebersihan Diri/ Perawatan Diri 2 Kerapihan Berpakaian Dan Kesesuaian Estetika 3 Kemampuan Makan Dan Minum 4 Kemampuan Mandi Dan Toileting 5 Aktivitas Motorik 6 Keberfungsian Panca Indera 7 Kepatuhan Obat 8 Kemampuan Komunikasi 9 Kemampuan Menjalin Pertemanan 10 Kesadaran Mengenai Sakit Yang Dialami 11 Kemampuan Untuk Bekerja Sama Dengan Orang Lain 12 kemampuan Mencari Nafkah Menfkah 13 Kemampuan Untuk Berumahtangga 14 Kemampuan Berobat/ Kontrol Sendiri 15 Dukungan Keluarga 16 Dukungan Masyarakat KESIMPULAN PENILAIAN MINGGU KEI II III IV KETERANGAN Petugas Balai, ....................,…......................... 20 Pendamping ………………………………………….. ………………………………………….. Mengetahui : Kepala, Cup Santo KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ………………………………………………………………… Tempat, Tanggal Lahir : ………………………………………………………………… Hubungan dengan Penerima Manfaat : ………………………………………………………………… Alamat : ………………………………………………………………… Nomor Telepon : ………………………………………………………………… Bertindak sebagai Orang tua / Keluarga / Wali / Penanggung jawab* dari Penerima Manfaat (PM): Nama : ………………………………………………………………… NIR : ………………………………………………………………… Jenis Kelamin : ………………………………………………………………… Tempat, Tanggal Lahir : ………………………………………………………………… Alamat : ………………………………………………………………… Dengan ini menyatakan SANGGUP / TIDAK SANGGUP* untuk menerima kembali Penerima Manfaat setelah selesai menjalani layanan asistensi rehabilitasi sosial berbasis residensial di Sentra Phalamartha Sukabumi. Demikian surat pernyataan kesanggupan ini saya buat dengan penuh rasa tanggung jawab dan penuh kesadaran tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun. Sukabumi, …………………….2022 Mengetahui, Kepala Sentra Phalamartha di Sukabumi Cup Santo *coret yang tidak perlu Yang Membuat Pernyataan KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id PENETAPAN PENERIMA PELAYANAN (PP) Berdasarkan hasil penilaian terhadap persyaratan administrasi dan keadaan calon Penerima Pelayanan, maka dengan ini kami tetapkan bahwa : Nama : …………………. Nomor Registrasi : …………………. Jenis Kelamin : ………………….. Tempat, tanggal lahir : …………………….. Alamat : ……………………………………………………… Sebagai Penerima Pelayanan di Sentra “Phalamartha” di Sukabumi untuk mengikuti Program ATENSI Berbasis residesial. Demikian Surat Penetapan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Sukabumi, ………………………. Mengetahui : Kepala Sentra, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, ………………………….. …………………………… NIP. ………………………. NIP. ………………….. KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id SURAT PERJANJIAN Pada hari ini .................................., tanggal ..................................., bulan ............................... tahun ............................................, kami yang bertandatangan di bawah ini : I. Nama : ............................................................................................. Tempat, Tanggal Lahir : ............................................................................................. Hubungan dengan PM : ............................................................................................. Alamat : ............................................................................................. ............................................................................................. ............................................................................................. Nomor Telpon / HP : ............................................................................................. Bertindak sebagai orang tua / wali / penanggung jawab dari Penerima Manfaat (PM): Nama : ............................................................................................. Tempat, Tanggal Lahir : ............................................................................................. Jenis Kelamin : ............................................................................................. Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA. II. Nama : Sarmauli Tamba, SE Jabatan : Kepala Sub Bagian Tata usaha Unit Kerja : Sentra Phalamartha di Sukabumi Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan No. 130 Cibadak – Sukabumi. Bertindak mewakili Sentra Phalamartha di Sukabumi selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA. Dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk mengadakan perjanjian dengan ketentuan sebagai berikut : A. JANGKA WAKTU PELAYANAN 1. PIHAK KEDUA akan memberikan layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) berbasis residensial kepada PM dengan masa layanan bersifat sementara (temporary shelter) sesuai dengan masalah dan kebutuhan PM. 2. PIHAK KEDUA akan menilai perkembangan PM selama mendapatkan layanan residensial di Sentra. 3. Apabila berdasarkan analisa dan pembahasan asesmen komprehensif oleh semua unsur yang ada di Sentra, PIHAK KEDUA akan memutuskan masa layanan yang diberikan kepada PM di Sentra. 4. PIHAK KEDUA akan menyerahkan kembali PM yang telah selesai menjalani layanan Atensi kepada PIHAK PERTAMA. 5. PIHAK PERTAMA wajib menerima kembali PM dan bersedia melanjutkan pendampingan kepada PM untuk meningkatkan pemulihan kemampuan sosial di lingkungan keluarga dan masyarakat B. PARTISIPASI ORANG TUA / WALI / PENANGGUNG JAWAB DALAM PROGRAM PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL 1. PIHAK PERTAMA diwajibkan secara aktif membantu selama terselenggaranya proses layanan Atensi di Balai. 2. PIHAK PERTAMA melaksanakan kewajiban dan tanggungjawab PM sesuai dengan peraturan Sentra. 3. PIHAK PERTAMA secara jujur memberikan alamat yang jelas apabila pindah tempat tinggal dan diketahui oleh RT / RW serta Kepala Desa / Kelurahan setempat agar segera memberitahukan pada pihak Sentra. C. PELAYANAN MEDIS / PSIKIATRI 1. PIHAK PERTAMA tidak menyatakan keberatannya jika PM sakit dan dirujuk ke RSU / RSJ untuk mendapatkan pelayanan medis diluar kemampuan PIHAK KEDUA untuk merawat/menanganinya. 2. PIHAK PERTAMA bersedia menanggung biaya yang dibutuhkan dalam rangka perawatan medis selama di RSU / RSJ. D. MENINGGALKAN BALAI TANPA IZIN 1. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk memberitahukan kepada PIHAK PERTAMA apabila PM meninggalkan Balai tanpa izin. 2. PIHAK PERTAMA tidak akan menuntut kepada PIHAK KEDUA secara hukum, jika PM meninggalkan Balai tanpa izin / kabur dan tidak dapat ditemukan, atau terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. E. MENINGGAL DUNIA 1. PIHAK PERTAMA akan segera diberitahukan oleh PIHAK KEDUA jika PM meninggal dunia. 2. PIHAK PERTAMA tidak menuntut PIHAK KEDUA secara hukum jika PM yang bersangkutan meninggal dunia karena sesuatu hal selama menjalani layanan Atensi di Sentra. 3. PIHAK PERTAMA berkewajiban segera mengambil jenazah PM yang meninggal dunia tersebut dari PIHAK KEDUA. F. LAIN-LAIN Hal-hal lain yang belum diatur dan tercantum dalam surat perjanjian ini akan disempurnakan lebih lanjut sesuai dengan kesepakatan dan aturan perundang-undangan yang berlaku. Demikian surat perjanjian ini kami buat 2 (dua) rangkap dan ditandatangani oleh kedua belah pihak masing-masing. Sukabumi, ........................................... PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Wali / Penanggung jawab, Sarmauli Tamba, SE NIP. 19691010 199203 2 001 _____________________. Mengetahui : Kepala Sentra, Drs. Cup Santo, M.Si NIP. 19660924 199202 1 001 KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id ASSESMEN AWAL CALON PEMERLU PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (PPKS) ASISTENSI REHABIITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS MENTAL PETUNJUK PENGISIAN A. Pertanyaan dibawah ini terdiri dari pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. B. Form ini diisi oleh Pekerja Sosial / Petugas LKS/Pendamping Disabilitas. C. Cara pengisian: Diberikan tanda √ (Checklis) pada kotak yang disediakan untuk pertanyaan pilihan. Pada pertanyaan terbuka diisi sesuai jawaban. Instansi Pengirim Datang sendiri No Registrasi : Diantar Keluarga Diantar Petugas Nama Petugas : Respon Kasus Tanggal : Tempat : I. IDENTITAS DIRI A. CALON PPKS Nama Lengkap : .................................................................................... LK PR NIK : .............................................. No KK : .......................... Tempat, Tanggal Lahir: ............................................................................. / (…....... Tahun) Agama : .............................................. Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP SMA D-II/III/S-1/S2/S3 Pekerjaan : ................................................................................................ Status : Belum menikah Menikah Duda Janda Alamat tinggal saat ini : Jl/Gg ............................................................................ RT .... RW.... Desa/Kelurahan : ............................................. Kecamatan ........................................... Kab/Kota : ............................................... Provinsi .............................................. Apakah mempunyai BPJS/KIS : â–¡ YA â–¡ TIDAK Bantuan Pemerintah yang pernah di dapat : ………………………………………………………. B. ORANG TUA / PENANGGUNG JAWAB Nama Lengkap : .................................................................................... LK PR NIK : .............................................. No KK : .......................... Tempat, Tanggal Lahir: ............................................................................. / (…....... Tahun) Agama : .............................................. Hubungan dgn Calon PPKS : ....................................................................................... Pekerjaan : .......................................................................................................... Alamat tinggal saat ini : Jl/Gg/Kp ........................................................................ RT .... RW.... Desa/Kelurahan : ............................................ Kecamatan ........................................... Kab/Kota : ............................................... Provinsi .............................................. No Telepon (aktif) : ................................................................... C. KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA Pekerjaan Keluarga : ................................................................. Penghasilan Perbulan Keluarga : â–¡ Kurang dari 1000.000,â–¡ 1.000.000.- s/d 2.000.000,â–¡ 2.000.000.- s/d 3.000.000,â–¡ Lebih dari 3.000.000,Kepemilikan Rumah : â–¡ Milik Sendiri â–¡ Sewa/kontrak â–¡ Menumpang Kondisi Rumah : â–¡ Permanen â–¡ Semi Permanen â–¡ Tidak Permanen II. RIWAYAT DISABILITAS MENTAl CALON PPKS A. (GANGGUAN PSIKOSOSIAL) 1 Jenis Ganguan Skizofrenia Bipolar Psikososial yang dialami CPM 2 3 4 5 6 Depresi anxietas Gangguan kepribadian Sudah berapa lama mengalami disabilitas mental. Sejak Tahun............ Pernahkahmelakukan upaya pengobatan (RS/RSJ/Poli jiwa/Dokter Psikiater) Kurang dari 1Tahun 1 – 5 tahun Lebih dari 5 tahun Tidak Pernah Kadangkadang Rutin Konsumsi obat psikiatris/jiwa sampai saat ini Seberapa sering mengalami ke kambuhan dalam 1 tahun terakhir Gejala/perilaku saat mengalami kekambuhan Tidak pernah/putus obat Tidak Pernah Kadangkadang Rutin Kadangkadang Sering Berdiam diri/ melamun Berjalanan Merusak/membahayakan org lain Berbicara sendiri Marah²/menga ncam Melukai/membahayakan dirinya sendiri Fisik biologis / penyakit Kecelakaan Tekanan ekonomi Frustasi Korban kekerasan Pola Pengasuhan ………………… …………… Penyebab lainnya ……………… ………… Perilaku lainnya …………………… ……………… 7 Pencetus / penyebab awal mengalami disabilitas mental (gangguan jiwa) Penyalahgunaan obat 8 Trauma pada sesuatu, yaitu ............................................................................................................. ..... 9 Calon PPKS tinggal serumah dgn siapa saja Sendirian Tinggal bersama saudara sekandung Berdua dg salah satu ortu Tinggal bersama saudara lain Bertiga dg kedua ortu Tinggal bersama orang lain B. GANGGUAN PERKEMBANGANCALON PPKS 1 Jenis Ganguan Autis Hiperaktif/ADHD Perkembangan yang - Hipoaktif dialami Calon PPKS - hiperaktif 1 Sejak kapan mulai teridentifikasi mengalamidisabilitas perkembangan Bln…….Th…… … 2 Mendapatkan layanan akses Rutin Kadang-Kadang Belum pernah kesehatan 3 Gejala dan atau masalahyang muncul 4 Kebutuhan yang diperlukan saat ini Menyendiri Pasif Tidak mengenal bahaya Komunikasi dan interaksi Kemandirian Tantrum Perilaku yang berulang Perilaku lainnya ………………. Penanganan pengobatan Penanganan Terapi dan prilaku pengembangan bakat dan minat Penguatan keluarga Kebutuhan lainnya ……………… Penanganan Pendidikan Penyaluran tenaga kerja atau pengembangan kewirausahaan 5 Sosok yang menjadi pengasuh dan pendamping utama dalam keluarga ........................................................................................................................................................ 6 CPM tinggal serumah dgn siapa saja Sendirian Tinggal bersama saudara sekandung Berdua dg salah satu ortu Tinggal bersama saudara lain III. IDENTIFIKASI DAN OBSERVASICALON PPKS A. FISIK 1 Penampilan/ kebersihan diri Baik Cukup baik Bertiga dg kedua ortu Tinggal bersama orang lain Kurang bersih 2 Mobilitas Baik dan aktif Cukup Kurang 3 Kekuatan Kuat Cukup Lemah 4 Keberfungsian panca indera Baik dan aktif Cukup Kurang 3 Kesehatan umum Gatal-gatal Batuk Sering pusing Penyakit menahun/menular (Kulit_Diabetes_Hepatitis_TBC_HIV/AIDS_Jantung dan lainnya) 4 Ada/tidak ada.............................................................................................................. Kemampuan melaksanakan Mandiri Sendiri dgn Dibantu orang lain ADL (Mandi, cuci, BAB dll) perintah Kesimpulan kondisi fisik CPM............................................................................................................... B. MENTAL (PSIKOLOGI DAN SPIRITUAL) 1 Kondisi emosi Stabil Cukup stabil Kurang stabil 2 Semangat/motivasi diri Baik Cukup baik Kurang 3 Intelektual/baca_tulis_hitung Baik Cukup baik Kurang baik 4 Orientasi realita Baik Cukup baik Kurang baik 5 Pemahaman agama Baik Cukup baik Kurang baik 6 Pelaksanaan menjalankan ibadah agama Rajin Jarang Kurang sekali Kesimpulan aspek mental CPM............................................................................................................... C. SOSIAL (RELASI_PENYESUAIAN DIRI_SIKAP PERILAKU) 1 Komunikasi dgn orang lain Bisa Cukup Kurang 2 Kemampuan bersosialisasi Baik Cukup Kurang 3 Menyerap perintah/nasehat Baik Cukup Kurang 4 Sikap dan perilaku Baik Cukup Kurang 5 Kepatuhan aturan/norma Baik Cukup Kurang 6 Peran serta kegiatan di masy Aktif Jarang Tidak pernah Kesimpulan aspek sosial Calon PPKS..................................................................................................................... D. VOKASIONAL 1 Pekerjaan rumah tangga Bisa sendiri Dgn perintah Tidak mau Lambat dilaksanakan Cukup Tidak terlaksana 3 Motivasi dlm ketr. kerja Langsung dilaksanakan Baik 4 Kemampuan ketr. kerja Baik Cukup Kurang 5 Pengalaman bekerja Sudah pernah Belum pernah .............................. 2 Pelaksanaan tugas/perintah Kurang 6 Keterampilan yg dimilki ......................................................................................... Kesimpulan aspek vokasional CPM..................................................................................................................... IV. HARAPAN .......................................................................................................................................................... .......................................................................................................................................................... V. ANALISIS PEKERJA SOSIAL .......................................................................................................................................................... .......................................................................................................................................................... VI. REKOMENDASI Kelayakan Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Layanan di Balai Keluarga Dirujuk ke …………………………………………………………. LOKASI KEG : .................................................. TANGGAL KEG : ................................................... Masyarakat Mengetahui : Kepala Sentra, Drs. Cup Santo, M.Si NIP. 19660924 199202 1 001 ..............................., ........ ..................... Pekerja Sosial, ___________________________ KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id INSTRUMEN ASSESMEN KOMPREHENSIF CALON PEMERLU PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (PPKS) ASISTENSI REHABIITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS MENTAL Petunjuk Pengisian: Berikut petunjuk pengisian formulir asesmen penerima manfaat: 1. Isilah data dengan jujur sesuai dengan kondisi sebenarnya yang Anda pahami dan alami pada setiap pertanyaan. 2. Lingkari pilihan jawaban yang merupakan pilihan jawaban sesuai dengan yang Anda pahami dan alami pada setiap pertanyaan. 3. Silahkan berikan tanda cek ( √ ) pada pilihan di kotak jawaban yang tersedia sebagai tanggapan bagi setiap pernyataan. 4. Gambaran yang menyeluruh mengenai keadaan diri Anda tidak akan didapat sebelum Anda menjawab seluruh pernyataan. 5. Pastikan Anda telah menjawab semua pernyataan sebelum mengembalikan lembaran instrumen ini. I. IDENTITAS A. CALON PPKS Nama Lengkap : .................................................................................... LK PR NIK : .............................................. No KK : .......................... Tempat, Tanggal Lahir:............................................................................. / (…....... Tahun) Agama : .............................................. Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP SMA D-II/III/S-1/S2/S3 Pekerjaan : ................................................................................................ Status : Belum menikah Menikah Duda Janda Alamat tinggal saat ini :Jl/Gg ............................................................................ RT .... RW.... Desa/Kelurahan : ............................................. Kecamatan ........................................... Kab/Kota : ............................................... Provinsi ............................................ Apakah mempunyai BPJS/KIS : â–¡ YA â–¡ TIDAK Bantuan Pemerintah yang pernah di dapat : ………………………………………………… B. ORANG TUA / PENANGGUNG JAWAB Nama Lengkap : ................................................................................... LK PR NIK : ............................................. No KK : .......................... Tempat, Tanggal Lahir: ............................................................................. / (…....... Tahun) Agama : .............................................. Hubungan dgn Calon PPKS : ....................................................................................... Pekerjaan :.................................................................................................... Alamat tinggal saat ini :Jl/Gg/Kp .......................................................................... RT .... RW.... Desa/Kelurahan : ............................................. Kecamatan ........................................... Kab/Kota : ............................................... Provinsi .............................................. No Telepon (aktif) : ................................................................... C. ASAL REKOMENDASI 1. 2. 3. Rekomendasi Psikiater/RSJ Dinas Sosial/Instansi Terkait Lainnya Balai, Panti, Yayasan / LKS/Lembaga Lainnya : : : 2. LATAR BELAKANG PPKS A. RIWAYAT LAHIR 1) Selama Ibu mengandung PPKS apakah pernah menderita sakit ? Ya/Yidak Sakit apa ? ………………………….. Berapa lama ? ……………………………………… 2) Apakah pernah jatuh/kecelakaan waktu mengandung : Ya/Tidak Bagaimana jatuhnya ……………………………………………………………. 3) Apakah Ibu pernah merasa terganggu ketentraman batin (tekanan, stress, depresi, takut melahirkan) : Ya / Tidak Apa sebabnya ? ……………………………………………………………………….. 4) Apakah memeriksakan kandungan kepada Dokter/Bidan; rutin /kadang-kadang /tidak pernah. 5) Apakah proses kelahiran normal/premature/alatbantu/operasi caesar? ……………….... 6) Berapa umur PPKS mulai berjalan ? …………………………………………………………. 7) Berapa umur PPKS mulai bicara ? …………………………………………………………… 8) Pada umur berapa PPKS dapat makan sendiri ? …………………………………………… 9) Pada umur berapa PPKS dapat mandi sendiri ? ……………………………………………. 10) Pada umur berapa PPKS dapat berpakaian sendiri ? ……………………………………… 11) Apakah PPKS pernah mengalami stuip (kejang-kejang) : Ya/Tidak Pada umur berapa ? ………………… Penyebabnya ? …………………………………….. 12) Apakah PPKS pernah jatuh/kepala terbentur : Ya / Tidak Bagaimana jatuhnya? …………………......... Waktu umur berapa ? …………………….. 13) Apakah ada anggota keluarga lain yang mengalami disabilitas mental: Ya / Tidak Kalau ya, apa hubungannya dengan PPKS …………………………………………… 14) Apakah PPKS pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis/menikah : Ya/Tidak 15) Apakah hubungan itu mempunyai pengaruh terhadap perkembangan jiwa PPKS ? B. RIWAYAT PENDIDIKAN 1) Pendidikan formal yang pernah dijalani PPKS ? ……………………………………………………………………………………………………… 2) Pendidikan non formal yang pernah dijalani PPKS ? ……………………………………………………………………………………………………… 3) Hambatan dalam selama menjalani pendidikan? ……………………………………………………………………………………………………… 4) Bagaimana respon PPKS selama menjalani pendidikan? ……………………………………………………………………………………………………… C. RIWAYAT PEKERJAAN 1) Apakah PPKS pernah bekerja : Ya/Tidak Jika ya, bekerja apa dan dimana? ……………………………………………………… Berapa lama? ……………………………………………………………………………… Penyebab berhenti dari pekerjaan ? ……………………………………………………. ………………………………………………………………………………………………… 2) Apakah PPKS pernah berwirausaha : Ya/Tidak Jika ya, bidang apa dan dimana? ……………………………………………………… Berapa lama? ……………………………………………………………………………… Penyebab berhenti dari wirausaha ? ……………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………… 3) Apakah PPKS memiliki keterampilan/vokasional : Ya/Tidak Kalau ya, bidang apa? ……………………………………………………………………. D. RIWAYAT PERKAWINAN 1) Apakah PPKS pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis/menikah : Ya/Tidak Kapan? …………………dengan siapa? nama……………………………………… Sudah punya anak? ………………berapa? ……………… 2) Apakah hubungan itu mempunyai pengaruh terhadap PPKS ? Ya/Tidak Jika ya, yaitu, ………………………………………………………………………………… 3) Apakah pernah bercerai? Ya/Tidak Jika ya, penyebabnya ………………………………………………………………… E. RIWAYAT DISABILITAS DAN PERAWATAN 1. Riwayat DISABILITAS a) Bagaimana gejala awal yang nampak ? …………………………………………………………………………………… b) Faktor penyebab PPKS mengalami gangguan ? …………………………………………………………………………………… c) Apakah PPKS menyadari tentang gangguan yang dideritanya ? Tidak menyadari Kadang-kadang menyadari Menyadari 2. Riwayat Perawatan a) Usaha apa yang pernah dilakukan keluarga dalam mengatasi gangguan tersebut? 1) Berusaha berobat ke Dokter/Puskesmas/Rumah Sakit 2) Berusaha pengobatan ke dukun/pengobatan tradisional 3) Datang berobat/berkonsultasi ke psikiater/dokter jiwa 4) Datang berkonsultasi ke saudara/tetangga yang dipandang mengetahui 5) Datang berkonsultasi ke psikolog b) Kronologis riwayat perawatan Medik Psikiatris : Tahun Tempat Perawatan Pencetus Gejala/Tanda 1. ASPEK BIOLOGIS A. Gambaran Fisik Penerima Manfaat 1) Tinggi Badan : ……. Cm 2) Berat Badan : ……. Kg 3) Warna Kulit : putih/sawo matang/ kuning langsat/ hitam 4) Warna Rambut : hitam/ pirang/ beruban/…….. 5) Jenis Rambut : lurus/ keriting/ bergelombang/………. 6) Jenis Mata : bulat/belotot/ sipit/sayu/………. 7) Ciri Khas : tahi lalat/ lesung pipi/ lubang tindik/ tato/dll B. Keberfungsian Biologis 1). Kelengkapan Anggota Tubuh Lengkap 2). Keberfungsian Anggota Tubuh a Mata b Telinga Normal Bersih Minus/Plus Berfungsi Katarak Salah satu tidak berfungsi Melihat Kotor/ Berbau dengan satu mata Lainnya; Lainnya; ……………… ……………… 3) Kebersihan Diri a Rambut b Kulit/kuku c Bersih Bersih Rapi Berdaki Berbau Bersisik Kusut Penyakit kulit Berbau Berketombe Berkutu Lainnya: Lainnya: Tidak lengkap c Tangan Berfungsi Lengkap Salah satu tidak berfungsi d Lainnya; ……………… Gigi/Mulut Bersih Kotor Lengkap Ompong d Berpakaian Bersih Kotor Rapi Kusut Berbau Sesuai Estetik Lainnya: Lainnya: Kaki Berfungsi Lengkap Salah satu tidak berfungsi Lainnya; ……………… e Aktivitas Motorik Terkoordinasi Lesu Mondar-mandir Tremor Lainnya: ……………… ………… …………… …………… ……………… ………… ……………… ………… ………………… ……… c. Riwayat Penyakit Fisik No. No. 1. 2. 3. Jenis penyakit Waktu Penilaian Aspek Fisik Gambaran Fisik Keberfungsian Biologis Riwayat Penyakit Fisik Sangat Baik Pengobatan yang dilakukan Baik Cukup Kurang 2. ASPEK PSIKOLOGIS a. Diagnosa/ Jenis Gangguan Skizofrenia Skizofrenia Hebefrenik Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Residual Skizofrenia Katatonik Gangguan Lainnya, sebutkan:………………………………………………. b. Penyebab Gangguan Genetika Kesehatan Lingkungan, sebutkan pencetusnya: Kecelakaan, sebutkan: c. Gejala yang dialami Halusinasi, sebutkan:………………………………………………………... Delusi/Waham, sebutkan:…………………………………………………… Gangguan Pikiran Lainnya, sebutkan:……………………………………………………………. d. Keterampilan Emosi Mampu mengekspresikan emosi dengan tepat Mampu mengendalikan emosi dengan baik Tidak mampu mengekspresikan emosi dengan tepat Tidak mampu mengendalikan emosi dengan baik Emosi datar e. Keterampilan Kognisi 1) Cara Berbicara Normal Menghindari Kontak Mata Spontan Nada Suara Tinggi Gagap Nada Suara Rendah Meloncat-loncat Ragu-ragu Menunduk Lambat Kontak Mata Baik Isi pembicaraan tidak jelas 2) Cara Berpikir Realistis Mengenal benda sesuai dengan Meloncat-Loncat bentuk, fungsi dan warna Terorganisir Dapat membedakan antara Tidak realistis khayalan dan kenyataan 3) Persepsi terhadap kondisi sakit Sadar mengalami gangguan f. g. No. 1. 2. 3. 4. 3. Penilaian Aspek Psikologis Keterampilan Emosi Keterampilan Kognisi Pengelolaaan Motivasi Kondisi tekanan klinis Sangat Baik Baik Cukup Kurang ASPEK INTELEKTUAL a. Daya Ingat, Orientasi dan Pengambilan keputusan Lupa setiap kejadian, waktu, Nama dan Tempat Mampu menyebutkan nama, waktu dan tempat dengan tepat Dapat Mengambil Keputusan Sederhana Mempunyai pengetahuan sederhana b. Kemampuan berhitung dan konsentrasi Dapat berhitung sederhana Tidak dapat berhitung/mengingat angka Konsentrasi bertahan cukup lama Perhatian mudah teralihkan Lainnya, sebutkan:……………………………………………………………. No. 1. 2. 4. Tidak merasa mengalami gangguan Sebagai cobaan Sebagai hukuman Pengelolaan Motivasi 1) Keinginan untuk pulih Tinggi Sedang Rendah 2) Keinginan untuk menata masa depan Tinggi Sedang Rendah 3) Pengaruh dengan kehidupan masa lalu Tinggi Sedang Rendah 4) Konsep diri Merasa diri sangat mampu Menganggap diri tidak berarti dan tidak mampu Menyukai sebagian atau seluruh tubuhnya Tidak menyukai sebagian atau seluruh tubuhnya Kondisi tekanan klinis saat dilakukan wawancara Tenang Tidak fokus Gelisah Apatis Curiga Sensitif Penilaian Aspek Intelektual Daya Ingat, Orientasi dan Pengambilan keputusan Kemampuan berhitung dan konsentrasi ASPEK SOSIAL a. Hubungan dengan keluarga Sangat Baik Baik Cukup Kurang b. c. d. e. No 1. 2. 3. Baik Cukup Baik Kurang Baik Anggota Keluarga yang paling dekat 1) ………………………………… 2) ………………………………… 3) ………………………………… Anggota Keluarga yang tidak disenangi 1) ………………………………… 2) ………………………………… 3) ………………………………… Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sendiri Tergantung secara keseluruhan Tergantung sebagian Mandiri Kemampuan berkomunikasi, berinteraksi dan menjalin relasi sosial Aktif Hubungan dengan pegawai baik Pasif Hubungan dengan pegawai tidak baik Menarik diri Hubungan diasrama baik Mempunyai teman dekat Hubungan di asrama kurang baik Dapat menjalin hubungan Dapat mengikuti kegiatan bersama Penilaian Aspek Sosial Hubungan dengan keluarga Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sendiri Kemampuan berkomunikasi, berinteraksi dan menjalin relasi sosial Sangat Baik Baik Cukup Kurang 5. ASPEK SPIRITUAL a. Pemahaman terhadap agama Baik Cukup Baik Kurang Baik b. Kemampuan melaksPPKSan ibadat Baik Cukup Baik Kurang Baik c. Pandangan yang keliru tentang agama Ada, jelaskan:…………………………………………………………………. Tidak ada d. Pengaruh nilai agama dalam kehidupan PM Kuat Sedang Kurang No. Penilaian Aspek Spiritual Sangat Baik Baik Cukup Kurang 1. Pemahaman terhadap agama 2. Kemampuan melaksanakan ibadah 3. Pengaruh nilai agama 6. ASPEK VOKASIONAL a. Pengalaman bekerja b. c. d. No. 1. 2. 3. 4. Ada, jelaskan: …………………………………………………………………. Tidak ada Pengalaman berwirausaha Ada, jelaskan: …………………………………………………………………. Tidak ada Potensi vokasional Baik Cukup Kurang Minat mengikuti keterampilan 1) Rekomendasi jenis keterampilan: …………………………………………….. 2) Kemampuan Usaha bidang: …………………………………………………... Penilaian Aspek Vokasional Pengalaman bekerja Pengalaman berusaha Potensi vokasional Minat mengikuti Vokasional Sangat Baik Baik Cukup Kurang E. LINGKUNGAN SOSIAL PENERIMA MANFAAT (PM) 1. Data Anggota Keluarga No Nama Lengkap Jenis Kelamin Tempat/Tanggal Lahir Hubungan Keluarga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2. Kondisi Lingkungan Penerima Manfaat No Lingkungan Perkotaan Pedesaan Kawasan Industri No Pasar / Pertokoan Kawasan Sekolah / Universitas Banjir 3. Sistem Sumber di lingkungan Penerima Manfaat F. No. Sistem Sumber 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Rumah Sakit Jiwa Puskesmas Layanan Rehabilitasi Sosial Tempat bekerja Komunitas BPJS/ KIS Administrasi Kependudukan PENGOLAHAN DATA ASESMEN Aksesibilitas Mudah di akses Sulit diakses No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Aspek Catatan dan Rekomendasi Petugas Kelengkapan data Keberfungsian Biologis Keberfungsian Psikologis Keberfungsian Sosial Keberfungsian Intelektual Keberfungsian Spiritual Keberfungsian Vokasional ................, .............................. Mengetahui : Kepala Sentra, Pertugas, Drs. Cup Santo, M.Si NIP. 19660924 199202 1 001 _______________________ NIP. KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id EVALUASI BULANAN PENERIMA MANFAAT Nama/NIR Tahap : …………………………. : …………………………. Asrama Bulan : …………………............... : ………………................... No Item I. Aspek fisik : 1. Apabila mampu memelihara kesehatan diri atas inisiatif sendiri, dengan hasil baik. 2. Apabila mampu memelihara kesehatan diri dengan hasil cukup. 3. Apabila mampu memelihara kesehatan diri dengan hasil masih kurang. 4. Apabila mampu memelihara kesehatan diri dengan bantuan orang lain masih kurang. 5. Apabila sama sekali tidak mampu mengurus diri sendiri. Aspek Mental Psikologi A. Kecerdasan: 1. Apabila mampu dan dapat membaca, menulis, berhitung dengan lancar serta memiliki pengetahuan umum secara praktis fungsional dan dapat menerapkan dalam kebutuhan sehari-hari. 2. Apabila dapat membaca, menulis, berhitung dan memiliki pengetahuan umum secara praktis fungsional dengan sedikit memerlukan bantuan orang lain. 3. Apabila dapat membaca, menulis, berhitung dan memiliki pengetahuan umum praktis fungsional secara sederhana dan masih banyak memerlukan bantuan orang lain. 4. Apabila dapat membaca, menulis, berhitung dan memiliki pengetahuan umum secara praktis fungsional sederhana sekali terbatas hanya bisa baca tulis nama sendiri. 5. Apabila tidak memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung serta pengetahuan umum secara praktis fungsional. B. Emosi : 1. Apabila mempunyai kestabilan emosional dan dapat mengendalikan emosinya dari rangsangan dari luar secara layak. 2. Dengan bantuan minimal,dapat mengendalikan emosi yang wajar terhadap rangsangan-rangsangan dari luar. 3. Dengan bantuan maksimal, dapat mengendalikan emosi yang wajar terhadap rangsangan-rangsangan dari luar. 4. Dengan bantuan maksimal masih kurang dapat mengendalikan emosi yang wajar terhadap rangsangan-rangsangan dari luar. 5. Apabila sama sekali tidak dapat mengendalikan emosi yang wajar terhadap rangsangan dari luar. II. N 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 I Minggu II III IV C. Kemauan : 1. Tanpa inisiatif orang lain ia bisa mengekspresikan suatu kehendak positif yang kreatif. 2. Apabila atas pengalaman masa lampau mempunyai kemampuan dapat mengekspresikan suatu kehendak yang positif walaupun dengan inisiatif yang minim. 3. Apabila mampu mengekspresikan suatu kehendak yang positif dengan cukup baik, tetapi dengan bantuan inisiatif orang lain. 4. Apabila dalam mengekspresikan kehendaknya masih memerlukan bantuan orang lain. 5. Apabila sama sekali tidak mempunyai kehendak. 5 4 3 2 1 III. Aspek Sosial A. Pengaturan bahasa 1. Apabila dapat menyampaikan kehendaknya kepada orang lain dengan ucapan artikulasi atau simbolsimbol bahasa yang baik, betul, dan lancar. 2. Apabila dapat menyampaikan kehendaknya dengan ucapan yang betul walaupun kurang lancar. 3. Apabila masih sukar atau tidak mampu dalam menyampaikan kehendak dengan ucapan, artikulasi atau dalam menggunakan simbol-simbol bahasa. 4. Apabila sukar dan tidak lengkap dalam menyampaikan dengan ucapan artikulasi atau dalam menggunakan simbol-simbol bahasa. 5. Apabila sama sekali tidak dapat menyampaikan kehendaknya dengan bahasa. B. Kontak dengan orang lain : 1. Apabila dapat menjalin hubungan dengan orang lain, dengan penuh pengertian,kehangatan,dan konstruktif 2. Apabila dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan cukup pengertian dan konstruktif. 3. Apabila kurang dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan pengertian dan relatif konstruktif. 4. Tidak dapat berhubungan dengan orang lain dengan pengertian dan konstruktif dan tidak dapat merasakan kehangatan (kaku, dingin), seperti ada tirai pemisah. 5. Apabila sama sekali tidak mampu berhubungan dengan orang lain. C. Mengerti Hak Milik 1. Apabila mengerti hak milik secara fungsional baik dirinya maupun orang lain. 2. Apabila mengerti hak milik secara fungsional. 3. Apabila ada kemampuan mengerti hak milik dengan sedikit pengertian fungsional. 4. Apabila dengan bantuan orang lain, baru mengerti hak milik sedikit fungsional. 5. Apabila sama sekali tidak mengerti hak miliknya. D. Kerjasama 1. Apabila ada kemampuan berkomunikasi sosial secara baik dan dapat berpartisipasi secara konstruktif dalam lingkungannya. 2. Apabila memiliki kemampuan berkomunikasi sosial dan mampu berpartisipasi secara konstruktif dalam lingkungannya. 3. Apabila dengan bimbingan orang lain mampu berkomunikasi sosial dan mampu berpartisipasi secara konstruktif dalam lingkungannya. 4. Apabila dengan bimbingan orang lain masih sulit berkomunikasi sosial dan kurang mampu berpartisipasi secara konstruktif dalam lingkungannya. 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 5. Apabila sama sekali tidak memiliki kemampuan berkomunikasi sosial IV. Aspek Vokasional A. Inisiatif Kerja 1. Apabila mampu bimbingan dan bekerja sendiri sesuai dengan pekerjaan yang ditugaskan. 2. Apabila dapat bekerja sendiri dengan bimbingan yang ringan. 3. Apabila dapat bekerja tetapi perlu pengawasan dan bimbingan secara berkelanjutan. 4. Apabila dengan bimbingan yang ketat baru dapat bekerja. 5. Dengan bimbingan yang ketat masih belum mau bekerja. B. Kreativitas 1. Apabila mempunyai daya cipta dan variasi yang banyak. 2. Apabila mempunyai daya cipta dan variasi yang cukup. 3. Apabila mempunyai daya cipta tetapi variasinya belum menarik. 4. Mempunyai daya cipta kalau dirangsang dan dibimbing tetapi variasinya tidak menarik. 5. Apabila tidak/belum mempunyai daya cipta dan variasi. C. Kerajinan 1. Apabila rajin datang ke tempat kerja dan mau bekerja dengan penuh perhatian. 2. Apabila rajin datang ke tempat kerja dan mau bekerja. 3. Apabila mau datang ke tempat kerja tetapi kadangkadang tidak mau bekerja atau kadang-kadang tidak mau datang ke tempat kerja. 4. Sering tidak datang ke tempat kerja dan sering tidak mau bekerja. 5. Sering sekali melalaikan tugas dan tidak menepati waktu dan tata tertib. D. Kedisiplinan 1. Apabila tahu tugas-tugas yang diberikan, mengerjakan dengan penuh pengertian serta mematuhi tata tertib. 2. Apabila mau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. 3. Apabila mau mengerjakan tetapi dengan sulit, kadangkadang melalaikan tugasnya. 4. Apabila sering melalaikan tugasnya. 5. Sering sekali melalaikan tugas dan tidak menepati waktu dan tata tertib. E. Keterampilan/Kecekatan 1. Apabila cekatan/terampil dalam bekerja dengan mutu kerja yang baik. 2. Apabila cekatan/terampil bekerja. 3. Apabila agak cekatan/terampil dalam bekerja. 4. Apabila kurang cekatan/terampil dalam bekerja. 5. Apabila tidak/belum cekatan/terampil bekerja. F. Prestasi Kerja 1. Kualitas : a. Apabila mutu pekerjaannya baik sekali (melebihi temannya). b. Apabila mutu pekerjaannya baik. c. Apabila mutu pekerjaannya cukup baik. d. Apabila mutu pekerjaannya kurang baik. e. Apabila mutu pekerjaannya kurang sekali. 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 V. 2. Kuantitas : a. Apabila hasil pekerjaannya baik sekali (melebihi temannya). b. Apabila hasil pekerjaannya banyak. c. Apabila hasil pekerjaannya biasa. d. Apabila hasil pekerjaannya sedikit. e. Apabila hasil pekerjaannya sedikit sekali. G. Penyesuaian dalam Pekerjaan 1. Apabila dapat mengikuti tata kerja dengan penuh perhatian. 2. Apabila dapat mengikuti tata kerja dengan baik. 3. Apabila agak sukar mengikuti tata kerja 4. Apabila kurang mengikuti tata kerja 5. Sulit mengikuti tata kerja dan tidak ada perhatian. H. Tanggung Jawab 1. Apabila mentaati peraturan dan perintah dengan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. 2. Apabila mentaati peraturan dan perintah serta menjalankan tugas. 3. Apabila mentaati peraturan dan perintah. 4. Apabila kadang-kadang melanggar peraturan dan larangan. 5. Apabila tidak mengikuti peraturan dan perintah (menolak). I. Daya Penerimaan Instruksi Kerja 1. Apabila dapat mengikuti tata tertib lingkungan dan petunjuk kerja dengan penuh perhatian. 2. Apabila dapat mengikuti tata tertib lingkungan dan petunjuk kerja dan cukup baik. 3. Apabila agak sukar mengikuti tata tertib lingkungannya. 4. Apabila sukar mengikuti tata tertib lingkungannya dan petunjuk kerja. 5. Sukar sekali mengikuti tata tertib dan menolak petunjuknya. Aspek Religi 1. PM mampu menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya atas inisiatif sendiri dengan benar. 2. Mempunyai insiatif untuk beribadah tetapi masih belum maksimal. 3. Menjalankan ibadah atas bimbingan orang lain. 4. Menjalankan ibadah masih sulit walaupun atas bimbingan orang lain. 5. Tidak mampu menjalankan ibadah. Total Nilai 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 Catatan Khusus : ………………………………………………………………………….......................................................... .......................................................................................................................................................................... ………………………………………………………………………….......................................................... .......................................................................................................................................................................... ………………………………………………………………………….......................................................... .......................................................................................................................................................................... ………………………………………………………………………….......................................................... .......................................................................................................................................................................... ………………………………………………………………………….......................................................... .......................................................................................................................................................................... Keterangan : Jenis / item penilaian 1. Besarnya ( angka ) a. Nilai ( 1 ) Jumlah item kurang sekali b. Nilai ( 2 ) Jumlah item kurang c. Nilai ( 3 ) Jumlah item cukup d. Nilai ( 4 ) Jumlah item baik e. Nilai ( 5 ) Jumlah item baik sekali. 2. Jumlah angka penilaian ( score ) a. Antara 0 – 19 = Kurang sekali b. Antara 20 – 38 = Kurang c. Antara 39 – 57 = Cukup d. Antara 58 – 76 = Baik e. Antara 77 – 95 = Baik Sekali Sukabumi, ................................... Mengetahui, Kepala Sentra, Pekerja Sosial, ____________________ _______________________ KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id Perihal : Proposal Layanan Atensi Sentra “Phala Martha” di Sukabumi Yth. Kepala Sentra “Phala Martha” di Cibadak – Sukabumi Data Wali Penanggung Jawab Nama (Penanggung Jawab) : ………………………………………………………………………………… Tempat / Tanggal Lahir : ………………………………………………………………………………… Pekerjaan : ………………………………………………………………………………… Hubungan dengan PP : ………………………………………………………………………………… Alamat : ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… : ………………………………………………………………………………… Nomor Telepon Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) Nama : ………………………………………………………………………………… Tempat / Tanggal Lahir : ………………………………………………………………………………… Dengan ini mengajukan permohonan Layanan Atensi dalam bentuk (dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak/ perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak/ dukungan keluarga/ terapi fisik, terapi psikososial, dan terapi mental spiritual/ pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan/ bantuan sosial dan asistensi sosial/ dukungan aksesibilitas)* dari BRSPDM “Phala Martha” di Sukabumi. Demikian permohonan ini dibuat, atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih. Orang Tua/Wali ……………., ……………………………2021 Yang Mengajukan PPKS ( …………………………………….) ( …………………………………….) Keterangan: * Coret yang tidak perlu Lampiran Daftar kebutuhan barang yang diajukan No Nama Barang Merk / Jenis Banyaknya Harga Jumlah No Nama Barang Merk / Jenis Banyaknya JUMLAH TOTAL Harga Jumlah Rp KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS Jl. Salemba Rayah No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id TELAAH BANTUAN KEMANDIRIAN A. IDENTITAS PENERIMA MANFAAT Nama : Tempat Tanggal Lahir : NIR : Alamat : Jenis Keterampilan Jenis Usaha yang diajukan Tanggal Masuk Balai : : : B. KELENGKAPAN ADMINISTRASI No. Kelengkapan Administrasi 1. 2. 3. 4. 5. Buku Tabungan Proposal Kuitansi Nota Foto Kelengkapan ADA TIDAK Keterangan C. TELAAH No. Aspek Penilaian Nilai Kurang Cukup 1. 2. 3. 4. Pemahaman tentang bantuan kemandirian Pemahaman tentang jenis usaha yang diajukan Pemahaman tentang tahapan melakukan usaha Potensi dalam melakukan usaha secara mandiri tanpa bantuan keluarga 5. Potensi dalam melakukan usaha dengan bantuan keluarga 6. Kesesuaian lahan atau tempat untuk melakukan usaha sesuai dengan pengajuan 7. Kemampuan memenuhi pertanggungjawaban pemanfaatan bantuan 8. Dukungan keluarga dalam melakukan usaha 9. Motivasi untuk melakukan usaha dan mengembangkan usaha 10. Kemampuan melakukan usaha dalam jangka waktu lama Jumlah Skor Jumlah Total Petunjuk pengisian 1. Isilah setiap pertanyaan sesuai dengan informasi yang sebenarnya. Baik 2. Berilah tanda (√) pada kolom kelengkapan dan nilai sesuai dengan kondisi sebenarnya. 3. Keterangan penilaian: Kurang (0), Cukup (1) dan Baik (2) Interval penilaian Kurang Cukup Baik : : : 0 - 10 11 - 21 22 - 30 Berdasarkan hasil telaah dapat dinyatakan (kurang/cukup/baik), maka penerima manfaat tersebut direkomendasikan untuk (mendapatkan/ tidak mendapatkan) bantuan kemandirian. Sukabumi,…………………………..20 Mengetahui, Kepala Sentra, Petugas, NIP. …………………………….. NIP. …………………………….. KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id INSTRUMEN HOME VISIT Nama Penerima Manfaat (PM) : Nama Wali Penanggung Jawab PM : : Hubungan dengan PM 1. Sebelum masuk panti, PM tinggal dimana? 2. Bagaimana kondisi bangunan rumah yang ditinggali oleh PM ? a. Tembok b. Setengah tembok c. Papan d. Bambu 3. Apakah PM memiliki kamar tidur sendiri? 4. Bagaimana status kepemilikan rumah yang ditinggali? a. Milik sendiri b. Kontrak/sewa c. Menumpang d. ...................... 5. Berapa ukuran rumah yang ditempati? 6. Apakah rumah PM memiliki fasilitas MCK? yang sesuai dengan standar kesehatan. 7. Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal PM a.Bagaimana Penerimaan PM di Lingkungan Masyarakat FKK. 1 b.Bagaimana Hubungan PM dengan anggota keluarga c.Bagaimana Letak Geografis Lingkungan tempat tinggal PM d.Bagaimana kondisi Sosial Ekonomi PM 8. Bagaimana harapan saudara terhadap proses rehabilitasi sosial PM selama dipanti? 9. Apakah saudara memahami kebutuhan PM selama dipanti? Jelaskan apabila saudara menjawab memahami atau cukup memahami. 10. Apakah saudara memahami hak dan kewajiban PM dan Keluarga selama PM menjalani proses rehabilitasi social di dalam panti? Jelaskan apabila saudara menjawab memahami atau cukup memahami. 11. Apakah saudara memahami bentuk dukungan yang harus diberikan oleh keluarga kepada PM, selama dalam proses rehabilitasi social dalam panti? Jelaskan apabila saudara menjawab memahami atau cukup memahami. 12. Apakah saudara bersedia mengikuti kegiatan pertemuan orang tua (POT)/Parenting Skill/Sosialisasi Pemulangan yang akan diselenggarakan di panti? A. Bersedia B. Tidak Bersedia 13. Jika sudah mengikuti salah satu kegiatan di Nomor 12, bagaimana kondisi PM saat ini dan hubungan dengan keluarga dan masyarakat? ..................., .................................... Petugas Penanggung Jawab PM, ___________________ _______________________ KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id PERNYATAAN KEGIATAN TERMINASI Pada hari ini……………...................... tanggal ……………………..........bulan…………………........ tahun.......................................................................... kami yang bertandatangan di bawah ini : I. Nama Jabatan Unit Kerja Alamat : : : : ............................................................................................ ............................................................................................ Sentra ”Phalamartha” Sukabumi Jalan Perintis Kemerdekaan No. 130 Cibadak Sukabumi Bertindak mewakili Panti Sosial Bina Laras ”Phala Martha” Sukabumi sebagai petugas kegiatan terminasi selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama II. Nama Hubungan dengan Eks Penerima Manfaat : .................................................................. : .................................................................. Alamat : .................................................................. .................................................................. .................................................................. Bertindak sebagai orang tua / wali penanggungjawab dari Penerima Manfaat: Nama Tempat tanggal lahir Jenis Kelamin : : : ............................................................................................. ............................................................................................. ............................................................................................ Selanjutnya disebut sebagai Pihak Kedua. III. Berdasarkan Petunjuk Operasional Kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial di Sentra “Phalamartha” di Sukabumi Tahun Anggaran ………. bahwa, Pihak Pertama telah melakukan kegiatan terminasi yaitu pemutusan hubungan pelayanan antara Sentra “Phalamartha” Sukabumi dengan Penerima Manfaat yang menjadi tanggung jawab Pihak Kedua dan Pihak Kedua telah menerima pemutusan hubungan pelayanan dan selanjutnya Pihak Kedua bersedia melanjutkan pendampingan kepada eks penerima manfaat untuk meningkatkan pemulihan kemampuan sosial di lingkungan keluarga dan masyarakat. IV. Atas kerja sama yang baik diucapkan terima kasih. Pihak Kedua Pihak Pertama, ___________________________ _______________________________ NIP…………………………………… KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id INSTRUMEN AFTER CARE Petunjuk Pengisian : 1. 2. 3. 4. Instrumen after care berisi daftar pertanyaan wawancara untuk memperoleh data tentang kebutuhan dan masalah yang dihadapi eks PM (Penerima Manfaat), keluarga, dan masyarakat. Pemberi informasi adalah keluarga / wali PM dan tokoh masyarakat yang diwawancarai atau yang diminta untuk mengisi daftar pertanyaan. Pewawancara membubuhkan tanda check list (√) pada kolom bagian yang telah disediakan di bagian sebelah kanan tiap-tiap item pertanyaan sesuai dengan jawaban pemberi informasi. Data kebutuhan dan masalah yang diperoleh pewawancara dari responden merupakan bentuk laporan pertanggungjawaban terhadap Balai sebagai rangkaian program pelayanan rehabilitasi sosial Sentra “Phalamartha” di Sukabumi tahun ……........ Nama PM : ........................................................................................ Nama Wali Penanggung Jawab :......................................................................................... Jenis Kelamin : …………………............................................................ Usia : ........................................................................................ Hubungan dengan PM : ………………………………........................................ Alamat Lengkap : ........................................................................................ ……………………………………………………......... ……………………………………………………......... Nomor Telepon Rumah : ……………………………………………………......... HP :…………………………………………………………. Petugas, NIP. Responden, Kategori Jawaban No Pertanyaan A. Kapabilitas Diri / Fisik 1. Penerimaan diri eks PM ketika berada di lingkungan keluarga / masyarakat. 2. Penampilan diri termasuk kemampuan eks PM dalam merawat dan menjaga kebersihan pakaian, kamar, dan rumah ketika berada di lingkungan keluarga / masyarakat. 3. Kesehatan diri eks PM termasuk kemampuan eks PM dalam memenuhi kebutuhan makan dan minum ketika berada di lingkungan keluarga / masyarakat. 4. Pengelolaan diri eks PM dalam kehidupan sehari-hari, termasuk kegiatan olahraga. B. Kapabilitas Psikososial 1. Kestabilan emosi eks PM ketika mendapat stimulus dari lingkungan. 2. Kemampuan eks PM dalam memecahkan masalah yang dihadapi eks PM sehari-hari. 3. Kemampuan eks PM meminta bantuan pada orang lain. 4. Kemampuan eks PM dalam berinteraksi sosial dengan keluarga. 5. Kemampuan eks PM dalam menyesuaikan diri dalam hidup bermasyarakat. 6. Kemampuan eks PM dalam hidup bermasyarakat setelah mendapatkan rehabilitasi di Balai. C. Kapabilitas Mental Spiritual 1. Inisiatif eks PM dalam menjalankan ibadahnya. 2. Kemampuan eks PM dalam menjalankan ibadah yang sesuai dengan aturan agamanya. D. Kapabilitas Penghidupan 1. Bagaimanakah kemampuan eks PM dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan untuk kemandirian hidupnya. 2. Bagaimanakah eks PM dalam melaksanakan tugas sehariharinya yang berkaitan dengan kebutuhan dirinya. 3. Bagaimanakah eks PM dalam membantu orang lain untuk melaksanakan tugas sehari-hari. Baik Cukup Kurang Kategori Jawaban No Pertanyaan Baik Cukup Kurang E. Tanggung Jawab Sosial 1. Bagaimanakah kemampuan eks PM dalam melaksanakan tanggung jawab terhadap keluarga. 2. Bagaimanakah kemampuan eks PM dalam melaksanakan tanggung jawab terhadap kelompok. 3. Bagaimanakah kemampuan eks PM dalam melaksanakan tanggung jawab terhadap organisasi. 4. Bagaimanakah kemampuan eks PM dalam melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat. F. Kebutuhan, Permasalahan, dan Saran 1. Kebutuhan PM yang harus dipenuhi saat ini ……………………………………………………………………….........…………... ……………………………………………………………………………....……....… ………………………………………………………………………………........…… …………………………………………………………………………………….…...……………… ………………………………………………………………….…..…. 2. Permasalahan yang dihadapi PM saat ini ……………………………………………………………………………………....………………… ………………………………………………………………….…...………………………………… ……………………………………………….……...………………………………………………… …………………………….………...………………………………………………………………… ………….…………...… 3. Saran untuk Sentra “Phala Martha” berkaitan dengan permasalahan PM saat ini ……………………………………………………………………………....………………………… ………………………………………………………...……….……………………………………… ………………………………………...…….………………………………………………………… ……………………...…….…………………………………………………………………………… …...……….…………… …………………, ................................... Responden, ………………………........................... KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430 Tlp. (021) 3100438: http//www.kemsos.go.id DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430 Tlp. (021) 3100438: http//www.kemsos.go.id FRS. 5 Cibadak,...................... Cibadak,...................... Kepada : Yth dokter Sp............... di Tempat Kepada : Yth dokter Sp............... di Tempat Dengan Hormat Mohon bantuan penanganan dan pengelolaan lebih lanjut atas : Nama : ........................................................ Umur : ............th. Kelamin : laki – laki / perempuan Alamat : ........................................................ Dengan DK/ : ........................................................ Obat yang telah diberikan : ........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................ ........................................................ Dengan Hormat Mohon Pemeriksaan : ................................................................................................. ......................................................................................................... Nama : ........................................................................................................ Umur : ........................................................................................................ Alamat : ........................................................................................................ ........................................................................................................ Klinis : ........................................................................................................ ........................................................................................................ Atas bantuannya kami ucapkan terima kasih. Pemeriksa Atas bantuannya kami ucapkan banyak terima kasih. Pemeriksa ( dr............................ ) ( dr............................ ) KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id FRS. 4 STATUS AWAL PENERIMA MANFAAT IDENTITAS PENERIMA MANFAAT Nama :______________________________________________________ Tempat, tanggal lahir :______________________________________________________ Alamat :______________________________________________________ DIAGNOSIS PSIKIATRIK PEMERIKSAAN FISIK Tinggi badan : Kesadaran : TD : Cephal and Fasial Colli Thorak Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Abdomen Berat Badan : Suhu : Nadi : Nafas: Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Ekstremitas Superior Inferior Integumen Urogenitalia Catatan dan Saran .............,..................................... ( ) KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id FRS. 3 PEMERIKSAAN PSIKIATER Nama PM / NIR Jenis Kelamin Diagnosa Asrama :.................................................................................... : ................................................................................... : ................................................................................... : ................................................................................... TANGGAL AMNANESA TERAPI REKOMENDASI Sukabumi, ................................. Mengetahui : Kepala Sentra, ................................................. NIP. ...................................... Psikiater, NIP. KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430 Tlp. (021) 3100438 Laman: http//www.kemsos.go.id FRS. 2 PEMERIKSAAN DOKTER UMUM Nama PM / NIR Jenis Kelamin Diagnosa Asrama :.................................................................................... : ................................................................................... : ................................................................................... : ................................................................................... TANGGAL AMNANESA TERAPI REKOMENDASI Sukabumi, ................................. Mengetahui : Kepala Sentra, ................................................. NIP. ...................................... Dokter Umum, NIP. LAMPIRAN Daftar Lampiran – Lampiran: 1. Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2021 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial 2. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2021 tentang Besaran dan Persyaratan PNBP 0 rupiah 3. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2022 tentang OTK Kementerian Sosial 4. Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2022 tentang OTK UPT Ditjen Rehabilitasi Sosial 5. Keputusan Menteri Sosial Nomor 223 Tahun 2022 tentang Jangkauan Wilayah Kerja UPT Ditjen Rehabilitasi Sosial 6. Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Nomor 51 tahun 2022 tentang Juknis Pengeloaan Sentra Kreasi Atensi (SKA) BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1007, 2021 KEMENSOS. Pencabutan. Asistensi Rehabilitasi Sosial. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2021 TENTANG ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mengoptimalkan layanan rehabilitasi sosial di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, perlu mengganti Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2020 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial; Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Kesejahteraan Nomor Sosial 11 Tahun (Lembaran 2009 Negara tentang Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 2021, No.1007 -2- 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294); 5. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86); 6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1517); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. 2. Asistensi Rehabilitasi Sosial ATENSI adalah layanan yang selanjutnya disebut Rehabilitasi Sosial yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan/atau residensial melalui kegiatan dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan 2021, No.1007 -3- vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan sosial dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas. 3. Keberfungsian Sosial adalah memungkinkan individu, suatu keluarga, kondisi yang kelompok, dan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan dan hak dasarnya, melaksanakan tugas dan peranan sosialnya, serta mengatasi masalah dalam kehidupannya. 4. Program Rehabilitasi Sosial adalah program Rehabilitasi Sosial yang bersifat holistik, sistematik, dan terstandar untuk mencapai Keberfungsian Sosial individu, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat. 5. Pemerlu Pelayanan selanjutnya Kesejahteraan Sosial PPKS perseorangan, disingkat adalah yang keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga memerlukan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani dan rohani maupun sosial secara memadai dan wajar. 6. Sentra Layanan Sosial yang selanjutnya disebut Serasi adalah layanan sosial yang terintegrasi bagi PPKS untuk dapat memenuhi kebutuhan dan memperoleh solusi terhadap masalah yang dihadapi secara efektif, efisien, dan berkelanjutan melalui rujukan atau penyelesaian secara langsung. 7. Sentra Kreasi ATENSI adalah pusat pengembangan kewirausahaan dan vokasional serta media promosi hasil karya penerima manfaat dalam satu kawasan terpadu. 8. Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia yang selanjutnya disebut Posyandu Lansia adalah sebuah wadah pelayanan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia yang berbasis masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu dengan pelayanan kesehatan dan nutrisi serta permberdayaan masyarakat. 9. Pekerja Sosial adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial serta telah mendapatkan sertifikat kompetensi. 2021, No.1007 -4- 10. Pendamping Rehabilitasi Sosial adalah sumber daya manusia kesejahteraan sosial yang meliputi Pekerja Sosial, tenaga kesejahteraan sosial, relawan sosial, dan penyuluh sosial yang bekerja di bidang ATENSI. 11. Lembaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat LKS adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan sosial yang oleh dibentuk kesejahteraan masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial. BAB II PROGRAM REHABILITASI SOSIAL Pasal 2 (1) (2) Program Rehabilitasi Sosial meliputi layanan: a. tidak langsung; dan b. langsung. Layanan tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui: a. peningkatan kampanye sosial melalui kampanye pencegahan, publikasi, sosialisasi, edukasi, dan perluasan informasi Rehabilitas Sosial di seluruh sektor masyarakat; b. bimbingan teknis kompetensi bagi pengelola dan Pendamping Rehabilitasi Sosial; c. refleksi kebijakan; d. supervisi, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan; e. perumusan pedoman umum dan pedoman operasional; (3) f. rapat koordinasi teknis; dan g. advokasi sosial. Layanan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui ATENSI. 2021, No.1007 -5- Pasal 3 (1) Sasaran Program Rehabilitasi Sosial yang dilaksanakan oleh balai besar/balai/loka terdiri atas 5 (lima) kluster. (2) Kluster sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. anak; b. penyandang disabilitas; c. tuna sosial dan korban perdagangan orang; d. korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan e. (3) lanjut usia. Selain kluster sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sasaran Program Rehabilitasi Sosial diberikan juga kepada: a. korban bencana alam, sosial, dan nama lain bencana yang ditetapkan oleh pemerintah; dan b. PPKS lainnya. BAB III PELAKSANAAN ATENSI Pasal 4 (1) (2) Layanan ATENSI diberikan berdasarkan prinsip: a. multifungsi layanan; b. holistik; c. sistematik; d. terstandar; e. berbasis hak; f. multiprofesi; g. multilevel intervensi; h. multiaktor kolaborasi; i. dinamis; j. integratif; k. komplementer; dan l. berjejaring. Prinsip multifungsi layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk memastikan pelaksanaan ATENSI 2021, No.1007 -6- merespon ragam masalah sosial yang membutuhkan penanganan segera atau mendesak untuk dilayani. (3) Prinsip holistik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b untuk memastikan pelaksanaan ATENSI harus memandang individu PPKS sebagai bagian dari kesatuan sistem biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual. (4) Prinsip sistematik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c untuk memastikan tahapan program ATENSI yang terencana melalui manajemen kasus sehingga dapat dievaluasi outcome dan impactnya. (5) Prinsip terstandar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c d untuk memastikan pelaksanaan ATENSI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (6) Prinsip berbasis hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e untuk memastikan pelaksanaan ATENSI memperhatikan norma dan prinsip hak asasi manusia. (7) Prinsip multiprofesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f untuk memastikan pelaksanaan ATENSI melibatkan profesi lain guna meningkatkan efektivitas program bagi penerima manfaat. (8) Prinsip multilevel intervensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g untuk memastikan pelaksanaan ATENSI diberikan kepada individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat. (9) Prinsip multiaktor kolaborasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h untuk memastikan pelaksanaan ATENSI tidak hanya dilaksanakan Pekerja Sosial namun melibatkan sumber daya manusia kesejahteraan sosial lainnya. (10) Prinsip dinamis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf dan i untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan evaluasi ATENSI harus memperhatikan segala sesuatu atau kondisi yang berubah, bergerak secara aktif, dan berkembang di masyarakat. (11) Prinsip integratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ATENSI harus mempertimbangkan seluruh 2021, No.1007 -7- aspek PPKS secara satu kesatuan dan bukan terpisahpisah. (12) Prinsip komplementer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ATENSI harus menyatu dan bersinergi untuk saling melengkapi dalam pemenuhan kebutuhan PPKS. (13) Prinsip berjejaring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l untuk memastikan pelaksanaan ATENSI harus mampu memanfaatkan dan bekerja sama dengan potensi sumber daya yang tersedia di pemerintah daerah dan masyarakat. Pasal 5 Pelaksanaan ATENSI bertujuan untuk mencapai Keberfungsian Sosial individu, keluarga, dan komunitas dalam: a. memenuhi kebutuhan dan hak dasar; b. melaksanakan tugas dan peranan sosial; dan c. mengatasi masalah dalam kehidupan. Pasal 6 (1) Pelaksanaan ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan oleh balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial. (2) Selain balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1), unit pelaksana teknis daerah dan LKS dapat melaksanakan ATENSI secara mandiri. (3) Balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja sama dengan instansi terkait, perguruan tinggi, unit pelaksana teknis daerah, badan usaha, dan/atau LKS. (4) Pelaksanaan ATENSI oleh unit pelaksana teknis daerah dan LKS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan supervisi dari Kementerian Sosial. 2021, No.1007 -8- Pasal 7 (1) Balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial melaksanakan layanan Rehabilitasi perlindungan sosial, Sosial jaminan terintegrasi sosial, dengan pemberdayaan sosial, dan penanganan fakir miskin. (2) Balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan representasi fungsi strategis Kementerian Sosial. Pasal 8 ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilaksanakan dengan berbasis: a. keluarga; b. komunitas; dan/atau c. residensial. Pasal 9 Sasaran ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi: a. individu; b. keluarga; c. kelompok; dan/atau d. komunitas. Pasal 10 Sasaran ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 memiliki kriteria: a. kemiskinan; b. ketelantaran; c. disabilitas; d. keterpencilan; e. ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku; f. korban bencana; dan/atau g. korban tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. 2021, No.1007 -9- Pasal 11 (1) ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilaksanakan dalam bentuk: a. dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak; b. perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak; c. dukungan keluarga; d. terapi fisik, terapi psikososial, dan terapi mental spiritual; e. pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan; (2) f. bantuan sosial dan asistensi sosial; dan g. dukungan aksesibilitas. Pemberian layanan ATENSI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menggunakan metode manajemen kasus. (3) Manajemen kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan suatu langkah sistematis untuk mengatur dan melakukan layanan dalam rangka mengatasi masalah perlindungan dan/atau kesejahteraan yang kompleks terkait PPKS secara tepat, sistematis, dan tepat waktu melalui dukungan langsung dan rujukan sesuai dengan tujuan pelayanan. (4) Proses manajemen kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan supervisi pekerjaan sosial oleh Pekerja Sosial. (5) Dalam hal terjadi situasi darurat, layanan ATENSI dapat diberikan melalui respon kasus. Pasal 12 (1) Dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a merupakan upaya untuk membantu memenuhi standar kebutuhan PPKS untuk dapat hidup layak secara fisik, mental, dan psikososial. (2) Dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara memberikan bantuan sosial, bantuan sarana, dan 2021, No.1007 -10- prasarana dasar, serta bantuan kebutuhan dasar lainnya. (3) Pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. sandang dan pangan; b. tempat tinggal sementara; dan c. akses kesehatan, pendidikan, dan identitas. Pasal 13 (1) Perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b merupakan layanan pemenuhan kasih sayang, keselamatan, kelekatan, dan kesejahteraan. (2) Layanan perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara merawat, mengasuh dan memberikan perhatian yang berkelanjutan, serta memberikan bantuan sarana dan prasarana perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak. Pasal 14 (1) Dukungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c merupakan upaya pemberian bantuan terhadap anggota keluarga berupa dukungan emosional, pengetahuan, dan keterampilan pengasuhan anak dan/atau perawatan sosial, keterampilan berelasi dalam keluarga, serta dukungan untuk memahami masalah yang dihadapi. (2) Dukungan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memberikan pendampingan kepada keluarga dan/atau penguatan kapabilitas dan tanggung jawab sosial keluarga serta memberikan bantuan perlengkapan bagi keluarga atau anggota keluarga. (3) Dukungan kepada keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. keluarga sendiri; dan/atau b. keluarga pengganti. 2021, No.1007 -11- (4) Dukungan terhadap keluarga sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi: (5) a. mediasi keluarga; b. preservasi keluarga; c. reunifikasi; d. lingkar dukungan antarkeluarga; e. dukungan kelompok sebaya; dan/atau f. temu penguatan anak dan keluarga. Dukungan terhadap keluarga pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b meliputi: a. reintegrasi; b. fasilitasi pengasuhan oleh keluarga pengganti; c. lembaga rujukan berbasis temporary shelter; dan/atau d. advokasi sosial. Pasal 15 (1) Terapi fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf d dimaksudkan untuk mengoptimalkan, memelihara, dan mencegah kerusakan atau gangguan fungsi fisik. (2) Terapi fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara latihan terapeutik, pijat, urut dan terapi elektronik, dukungan alat bantu, serta pelatihan dan terapi olahraga. (3) Terapi psikososial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf d merupakan kumpulan terapi untuk mengatasi masalah yang muncul dalam interaksi PPKS dengan lingkungan sosialnya baik keluarga, kelompok, komunitas, maupun masyarakat. (4) Terapi psikososial sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan cara melakukan berbagai terapi untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan aspek kognisi, psikis, dan sosial, serta dukungan alat bantu. (5) Terapi mental spiritual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf d merupakan terapi yang menggunakan nilai-nilai moral, spiritual, dan agama 2021, No.1007 -12- untuk menyelaraskan pikiran, tubuh, dan jiwa dalam upaya mengatasi kecemasan dan depresi. (6) Terapi mental spiritual sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dengan cara meditasi, terapi seni, ibadah keagamaan, dan/atau terapi yang menekankan harmoni dengan alam, serta dukungan alat bantu. Pasal 16 (1) Pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf e merupakan usaha pemberian keterampilan kepada PPKS agar mampu hidup mandiri dan/atau produktif. (2) Pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara pengembangan dan penyaluran minat, bakat, potensi, dan menciptakan aktivitas yang produktif, akses modal usaha ekonomi, bantuan kemandirian, bantuan sarana dan prasarana produksi, serta mengembangkan jejaring pemasaran. Pasal 17 (1) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf f merupakan bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial. (2) Asistensi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf f merupakan bantuan berupa uang, barang, jasa pelayanan, dan/atau jaminan sosial kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat yang berpendapatan rendah sampai dengan berpendapatan tinggi. Pasal 18 (1) Dukungan Aksesibilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf g merupakan upaya untuk 2021, No.1007 -13- membantu PPKS memperoleh akses yang setara terhadap peralatan, pelayanan publik, serta lingkungan fisik dan nonfisik. (2) Dukungan Aksesibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara melaksanakan sosialisasi, fasilitasi, dan advokasi sosial kepada pemangku kepentingan serta penyediaan sarana dan prasarana yang memenuhi standar aksesibilitas. Pasal 19 (1) (2) Mekanisme pelaksanaan ATENSI terdiri atas tahapan: a. fasilitasi akses; b. pendekatan awal dan kesepakatan bersama; c. asesmen komprehensif dan berkelanjutan; d. perencanaan layanan sosial; e. implementasi; f. monitoring dan evaluasi; dan g. pascalayanan dan terminasi. Dalam setiap tahapan ATENSI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melalui supervisi pekerjaan sosial. (3) Supervisi sebagaimana dilaksanakan oleh dimaksud Pekerja Sosial pada ayat (2) yang memiliki kompetensi supervisi pekerjaan sosial. Pasal 20 Fasilitasi akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a dapat berasal dari: a. rujukan; b. laporan pengaduan; dan/atau c. penjangkauan kasus. Pasal 21 Pendekatan awal dan kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b meliputi: a. asesmen awal; b. respon kasus; dan/atau c. kesepakatan awal. 2021, No.1007 -14- Pasal 22 Asesmen komprehensif dan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf c meliputi: a. medis; b. legal; c. fisik; d. psikososial; e. mental; f. spiritual; g. minat dan bakat; h. penelusuran keluarga; dan/atau i. aspek lainnya yang dibutuhkan untuk penanganan masalah. Pasal 23 Perencanaan layanan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf d dilakukan dengan: a. pemetaan sistem sumber; b. penyusunan rencana layanan sosial; dan c. penetapan bersama. Pasal 24 Implementasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf e dilakukan dengan berbasis keluarga, komunitas, dan/atau residensial. Pasal 25 (1) Monitoring sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf f merupakan proses untuk memantau perkembangan aktivitas penyelenggaraan ATENSI. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf f keseluruhan merupakan aktivitas pelaksanaan penilaian ATENSI yang secara telah dilaksanakan baik meliputi proses maupun indikator ketercapaian layanan program. 2021, No.1007 -15- (3) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan berdasarkan indikator kinerja yang meliputi masukan, proses, keluaran, manfaat, dan dampak. Pasal 26 (1) Pascalayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf g merupakan layanan lanjutan yang diberikan kepada PPKS setelah PPKS selesai mendapat layanan ATENSI. (2) Layanan lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan PPKS dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sosialnya dan/atau mendukung lembaga rujukan agar lebih sesuai dengan kebutuhan mantan PPKS. (3) Pascalayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan hasil asesmen Pekerja Sosial. (4) Terminasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf g merupakan proses pengakhiran rangkaian program ATENSI dimana terjadi pemutusan layanan antara penyedia layanan dan PPKS. Pasal 27 (1) Jangka waktu pelaksanaan ATENSI diberikan berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan oleh Pekerja Sosial. (2) Selain berdasarkan hasil asesmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jangka waktu pelaksanaan ATENSI dapat diberikan berdasarkan hasil: a. konferensi kasus bekerja sama dengan tenaga profesional lainnya; dan/atau b. konferensi keluarga yang melibatkan keluarga. 2021, No.1007 -16- Pasal 28 Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme ATENSI untuk setiap klaster ditetapkan oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial dalam pedoman operasional ATENSI. BAB IV SERASI Pasal 29 (1) Serasi dimaksudkan sebagai wahana bagi PPKS untuk mendapatkan layanan ATENSI secara efektif, efisien, dan berkelanjutan. (2) Serasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di lingkup nasional dan regional. Pasal 30 Serasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 berfungsi: a. peningkatan inklusivitas dan penjangkauan; b. penguatan sumber pendanaan rehabilitasi sosial dari pemerintah daerah, masyarakat, LKS, dan/atau swasta. c. penanganan keluhan dan kejadian luar biasa yang cepat dan akurat; d. penyediaan data tunggal yang aspiratif; e. penyediaan Program Rehabilitasi Sosial yang integratif dan saling komplemen dengan program jaminan sosial, perlindungan sosial, dan pemberdayaan sosial, serta penanganan fakir miskin; f. kerja sama dan koordinasi program pusat dan daerah yang efektif; dan g. layanan sosial yang berbasis sistem. Pasal 31 Serasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 bertujuan: a. memudahkan akses PPKS terhadap layanan ATENSI dan komunitas; b. menjadi layanan sosial lanjutan rujukan; c. menjadi layanan sosial responsif; 2021, No.1007 -17- d. meningkatkan kapasitas personal dan ketahanan keluarga agar PPKS terpenuhi hak dasarnya dan dalam keluarga; dan e. meningkatkan kapasitas unit pelaksana teknis daerah dan LKS dalam peningkatan ketahanan keluarga agar PPKS dapat segera kembali kepada keluarga. Pasal 32 (1) Serasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dilaksanakan oleh balai besar/balai/loka di lingkungan Kementerian Sosial. (2) Dalam menjalankan perannya balai besar/balai/loka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bekerja sama dengan dinas/instansi terkait. Pasal 33 Pelaksanaan Serasi menggunakan sistem teknologi, komunikasi, dan informasi yang terhubung dengan sistem layanan dan rujukan terpadu di daerah serta sistem informasi layanan sosial dasar yang dilaksanakan oleh perangkat daerah/unit pelaksana teknis daerah. Pasal 34 Pelaksanaan Serasi oleh balai besar/balai/loka di lingkungan Kementerian Sosial ditetapkan oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial dalam pedoman operasional Serasi. BAB V SENTRA KREASI ATENSI Pasal 35 Sentra Kreasi ATENSI bertujuan: a. meningkatnya kemampuan kewirausahaan dan vokasional penerima manfaat; b. terciptanya lapangan pekerjaan bagi penerima manfaat; c. meningkatnya taraf penerima manfaat; kemandirian sosial ekonomi 2021, No.1007 -18- d. meningkatnya taraf kesejahteraan sosial penerima manfaat dari kelompok termiskin/termarjinal/terlantar; dan e. terciptanya tempat perbelanjaan dan rekreasi dalam satu kawasan yang inklusif. Pasal 36 Sasaran Sentra Kreasi ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 merupakan penerima manfaat program: a. Rehabilitasi Sosial; b. perlindungan dan jaminan sosial; c. pemberdayaan sosial; dan/atau d. penanganan fakir miskin. Pasal 37 (1) Pelaksanaan dimaksud Sentra dalam Kreasi Pasal 35 ATENSI dilakukan sebagaimana oleh balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial. (2) Balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja sama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, LKS, lembaga pendidikan, dunia usaha, badan usaha milik negara, kelompok/organisasi, atau masyarakat. (1) Pelaksanaan Pasal 38 Sentra Kreasi ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) memiliki sarana dan prasarana: a. agrowisata; b. kuliner; c. work shop; d. perdagangan; e. handycraft; f. karya seni; g. jasa; h. tata boga; i. konveksi; 2021, No.1007 -19- (2) j. pelatihan; k. rekreasi; l. olahraga; m. daur ulang sampah; n. jasa ruang kerja (co-working place); dan o. ruang pameran (showroom). Selain sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sarana dan prasarana dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kreatifitas penerima manfaat serta peluang pasar. (3) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial penerima manfaat. (4) Sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan berupa peralatan keterampilan, peralatan produksi, bahan, dan/atau perlengkapan kerja. (5) Prasarana sebagaimana dimaksud ayat (2) diberikan berupa modal usaha, insentif, pengembangan usaha, dan/atau akses lapangan kerja. (6) Pelaksanaan Sentra Kreasi ATENSI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menghasilkan berupa uang, barang, dan jasa menjadi hak penerima manfaat dan dikenakan tarif penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (7) Barang dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (6) pemasarannya dapat dilakukan melalui e-commerce. Pasal 39 (1) Mekanisme pelaksanaan Sentra Kreasi dilaksanakan melalui tahapan: a. fasilitasi akses; b. pendekatan awal dan kesepakatan bersama; c. asesmen komprehensif dan berkelanjutan; d. perencanaan layanan sosial; e. implementasi; f. monitoring dan evaluasi; dan g. pasca layanan dan terminasi. ATENSI 2021, No.1007 -20- (2) Tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melalui: a. supervisi pekerjaan sosial; b. pendampingan manajemen usaha; c. pendampingan manajemen pemasaran; dan/atau d. pedampingan digital. BAB VI POSYANDU LANSIA Pasal 40 (1) Posyandu Lansia merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang berbasis masyarakat. (2) Balai Besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial mendorong mengaktivasi dengan memfasilitasi Posyandu Lansia yang berada di dalam dan di wilayah kerjanya. (3) Dalam pelaksanaan ATENSI berbasis masyarakat, balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial wajib menggerakkan dan/atau mengembangkan Posyandu Lansia. Pasal 41 (1) Setiap rukun warga memiliki Posyandu Lansia yang merupakan wadah kegiatan lanjut usia. (2) Posyandu Lansia demokratis oleh kepengurusannya anggotanya yang dipilih secara menyusun dan melaksanakan program untuk kesejahteraan sosial lanjut usia. (3) Keanggotaan Posyandu Lansia meliputi lanjut usia dan pralanjut usia. (4) Tugas Posyandu Lansia meliputi: a. mendata seluruh lanjut usia potensial, lanjut usia tidak potensial, dan lanjut usia yang telantar yang berada di lingkungannya; b. menyusun dan melaksanakan program kesejahteraan sosial lanjut usia; dan untuk 2021, No.1007 -21- c. membantu proses potensial dan pengajuan lanjut usia lanjut usia telantar mendapatkan layanan di balai/loka tidak untuk atau lembaga residensial lainnya. BAB VII PENDAMPING REHABILITASI SOSIAL Pasal 42 (1) ATENSI dilaksanakan oleh Pendamping Rehabilitasi Sosial. (2) Pendamping Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Pekerja Sosial. (3) Pekerja Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam melaksanakan tugasnya bekerja sama dengan: (4) a. tenaga kesejahteraan sosial; b. dokter; c. terapis; d. instruktur; e. perawat; f. psikolog; g. psikiater; h. relawan sosial; i. penyuluh sosial; dan/atau j. tenaga profesional lainnya. Pendamping Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat pemerintah (1) disediakan daerah oleh provinsi, pemerintah pemerintah pusat, daerah kabupaten/kota, dan masyarakat. BAB VIII PENDATAAN Pasal 43 (1) Sumber data penerima layanan ATENSI berasal dari data terpadu kesejahteraan sosial. 2021, No.1007 -22- (2) Dalam hal penerima layanan ATENSI tidak terdapat dalam data terpadu kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1), layanan tetap dapat diberikan dengan ketentuan penerima layanan ATENSI harus segera dilaporkan ke dinas sosial daerah provinsi, dinas sosial daerah kabupaten/kota, atau Kementerian Sosial untuk diusulkan masuk ke dalam data terpadu dalam data terpadu kesejahteraan sosial. Pasal 44 Tata cara pendaftaran PPKS kesejahteraan sosial dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IX TANGGUNG JAWAB Pasal 45 Menteri memiliki tanggung jawab: a. merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan ATENSI; b. menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait dengan pelaksanaan ATENSI; c. mengelola anggaran program yang bersumber dari Anggaran Pembiayaan dan Belanja Negara atau sumbersumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; d. melakukan supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI; e. memberikan penguatan kepada lembaga penyelenggara pelaksanaan ATENSI; f. mendorong pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pelaksanaan ATENSI; g. memberikan bimbingan teknis bagi penyelenggara pelaksanaan ATENSI; h. melakukan koordinasi bagi penyelenggara pelaksanaan ATENSI; dan 2021, No.1007 -23- i. melakukan koordinasi dan membangun sistem rujukan dengan kementerian/lembaga terkait. Pasal 46 Gubernur memiliki tanggung jawab: a. melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait dengan pelaksanaan ATENSI di daerah; b. mengalokasikan anggaran pembiayaan dan belanja daerah provinsi untuk penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah; c. melakukan supervisi, pemantauan, terhadap penyelenggaraan dan pelaksanaan evaluasi ATENSI di daerah; d. mendorong pemerintah daerah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan layanan ATENSI di daerah kabupaten/kota; e. membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah sesuai dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam negeri; dan f. membangun sistem rujukan antarperangkat daerah terkait. Pasal 47 Bupati/wali kota memiliki tanggung jawab: a. melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait dengan pelaksanaan ATENSI di daerah pembiayaan dan belanja kabupaten/kota; b. mengalokasikan daerah anggaran kabupaten/kota untuk penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah kabupaten/kota; c. melakukan pemantauan penyelenggaraan dan pelaksanaan evaluasi ATENSI terhadap di daerah kabupaten/kota; d. membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan 2021, No.1007 -24- kewenangan yang dimiliki kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam negeri; dan e. membangun sistem rujukan antarperangkat daerah terkait. BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 48 (1) Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan ATENSI di daerah provinsi. (2) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melaksanakan pembinaan dan pengawasan penerapan ATENSI di daerah kabupaten/kota. (3) Dalam hal melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), gubernur sebagai wakil pemerintah pusat: a. belum mampu pengawasan melakukan teknis, pembinaan Menteri dan berdasarkan permintaan bantuan dari gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masingmasing; atau b. tidak melakukan pembinaan teknis, Menteri berdasarkan pembinaan dan dan pengawasan telaahan pengawasan hasil melakukan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masingmasing. (4) Menteri dalam melakukan pembinaan dan pengawasan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) sesuai dengan kewenangannya berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam negeri. 2021, No.1007 -25- BAB XI PEMANTAUAN DAN EVALUASI Bagian Kesatu Pemantauan Pasal 49 (1) Pemantauan dilaksanakan untuk menjamin kesinambungan dan efektivitas langkah secara terpadu dalam pelaksanaan ATENSI. (2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkala baik langsung maupun tidak langsung melalui kunjungan dan observasi terhadap pelaksanaan ATENSI. Pasal 50 (1) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan dengan ATENSI dan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi. (2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berjenjang mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Bagian Kedua Evaluasi Pasal 51 (1) Evaluasi pelaksanaan ATENSI dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. (2) Hasil evaluasi pelaksanaan ATENSI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai bahan: a. penyempurnaan ATENSI; b. perencanaan program dan anggaran; c. peningkatan mutu layanan Rehabilitasi Sosial; dan 2021, No.1007 -26- d. pelaporan akuntabilitas kinerja dan keuangan. BAB XII PELAPORAN Pasal 52 Gubernur dan bupati/wali kota wajib membuat laporan tertulis secara berjenjang mengenai pelaksanaan ATENSI sesuai dengan kewenangannya. BAB XIII PENDANAAN Pasal 53 (1) Pendanaan untuk pelaksanaan ATENSI yang menjadi tanggung jawab Menteri dibebankan pada: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan b. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (2) Pendanaan untuk pelaksanaan ATENSI di panti sosial daerah provinsi dibebankan pada: a. anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi; dan b. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 54 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2020 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1566), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 2021, No.1007 -27- Pasal 55 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 September 2021 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd TRI RISMAHARINI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 6 September 2021 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd BENNY RIYANTO BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1119, 2021 KEMENSOS. Pengenaan Tarif Rp0,00. Rehabilitasi Sosial. Besaran. Persyaratan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2021 TENTANG BESARAN, PERSYARATAN, DAN TATA CARA PENGENAAN TARIF RP0,00 (NOL RUPIAH) PADA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL, KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, perlu mengatur substansi besaran, persyaratan, dan tata cara pengenaan tarif Rp0,00 (nol rupiah) pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Besaran, Persyaratan, dan Tata Cara Pengenaan Tarif Rp0,00 (Nol Rupiah) pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial; Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia 2021, No.1119 -2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Pemeriksaan Nomor 15 Pengelolaan Tahun dan 2004 tentang Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6245); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57, Indonesia Tambahan Nomor 3694) Lembaran Negara sebagaimana telah Republik diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3760); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2020 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6454); 2021, No.1119 -3- 9. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2020 tentang Tata Cara Penetapan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 268, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6584); 10. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86); 11. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1517); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG BESARAN, PERSYARATAN, DAN TATA CARA PENGENAAN TARIF RP0,00 (NOL RUPIAH) PADA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL, KEMENTERIAN SOSIAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang menjadi penerimaan pemerintah pusat di luar 2021, No.1119 -4- penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara. 2. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah satuan organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis dari organisasi induknya. 3. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial. BAB II PNBP DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL Pasal 2 Terhadap jenis PNBP berupa barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dapat dikenakan tarif Rp0,00 (nol rupiah). Pasal 3 (1) Pengenaan tarif Rp0,00 (nol rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan untuk meningkatkan pendapatan penerima manfaat. (2) Peningkatan pendapatan penerima manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pendapatan yang diperoleh dari usaha ekonomi produktif lebih besar atau sama dengan upah minimum regional perbulan yang diperoleh secara mandiri. (3) Pengenaan tarif Rp0,00 (nol rupiah) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi berkala oleh pekerja sosial. Pasal 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditetapkan oleh Direktur Jenderal yang menangani rehabilitasi sosial. 2021, No.1119 -5- BAB III KETENTUAN PENUTUP Pasal 5 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 September 2021 MENTERI SOSIAL INDONESIA, ttd TRI RISMAHARINI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 Oktober 2021 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd BENNY RIYANTO REPUBLIK BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.140, 2022 KEMENSOS. Otk. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2022 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2021 tentang Kementerian Presiden Sosial mengenai serta melaksanakan kebijakan penyederhanaan birokrasi untuk mewujudkan organisasi yang lebih proporsional, efektif, dan efisien guna meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas Kementerian Sosial, perlu melakukan penataan organisasi dan tata kerja di lingkungan Kementerian Sosial; b. bahwa penataan organisasi dan tata kerja Kementerian Sosial telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui surat nomor B/83/M.KT.01/2022 tanggal 24 Januari 2022; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial; Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2022, No.140 -2- 2. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2021 tentang Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 270); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN SOSIAL. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian Sosial berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. (2) Kementerian Sosial dipimpin oleh Menteri. Pasal 2 (1) Dalam memimpin Kementerian Sosial, Menteri dapat dibantu oleh Wakil Menteri sesuai dengan penunjukan Presiden. (2) Wakil Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. (3) Wakil Menteri berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (4) Wakil Menteri mempunyai tugas membantu Menteri dalam memimpin pelaksanaan tugas Kementerian Sosial. (5) Ruang lingkup bidang tugas Wakil Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi: a. membantu Menteri dalam perumusan dan/atau pelaksanaan kebijakan Kementerian Sosial; dan b. membantu Menteri dalam mengoordinasikan pencapaian kebijakan strategis lintas unit organisasi 2022, No.140 -3- Jabatan Pimpinan Tinggi Madya atau Eselon I di lingkungan Kementerian Sosial. Pasal 3 Menteri dan Wakil Menteri merupakan satu kesatuan unsur pemimpin kementerian. Pasal 4 Kementerian Sosial mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Kementerian Sosial menyelenggarakan fungsi: a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial; b. penetapan kriteria dan data fakir miskin, kelompok rentan, dan orang tidak mampu; c. penetapan standar rehabilitasi sosial; d. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Sosial; e. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Sosial; f. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Sosial; g. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Sosial di daerah; dan h. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Sosial. 2022, No.140 -4- BAB II SUSUNAN ORGANISASI Pasal 6 Kementerian Sosial terdiri atas: a. Sekretariat Jenderal; b. Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial; c. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial; d. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial; e. Inspektorat Jenderal; f. Staf Ahli Bidang Perubahan dan Dinamika Sosial; g. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesejahteraan Sosial; dan h. Staf Ahli Bidang Aksesibilitas Sosial. BAB III SEKRETARIAT JENDERAL Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Pasal 7 (1) Sekretariat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal. Pasal 8 Sekretariat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Sosial. Pasal 9 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi kegiatan Kementerian Sosial; 2022, No.140 -5- b. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian Sosial; c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian Sosial; d. pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana; e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang- undangan serta pelaksanaan advokasi hukum; f. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan pengelolaan pengadaan barang/jasa; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 10 Sekretariat Jenderal terdiri atas: a. Biro Perencanaan; b. Biro Keuangan; c. Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia; d. Biro Hukum; e. Biro Umum; dan f. Biro Hubungan Masyarakat. Bagian Ketiga Biro Perencanaan Pasal 11 Biro Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana, program, anggaran. 2022, No.140 -6- Pasal 12 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Biro Perencanaan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan koordinasi dan penyusunan analisis rencana strategis; b. penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran; c. penyiapan koordinasi dan pelaksanaan kerja sama luar negeri; d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan e. pelaksanaan urusan tata usaha Biro. Pasal 13 Biro Perencanaan terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 14 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Biro. Bagian Keempat Biro Keuangan Pasal 15 Biro Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b mempunyai tugas pengelolaan keuangan. melaksanakan koordinasi dan 2022, No.140 -7- Pasal 16 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Biro Keuangan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan dan koordinasi pelaksanaan urusan tata laksana keuangan; b. pelaksanaan urusan perbendaharaan; c. pelaksanaan urusan verifikasi dan akuntansi; d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan e. pelaksanaan urusan tata usaha Biro. Pasal 17 Biro Keuangan terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 18 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Biro. Bagian Kelima Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia Pasal 19 Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia. 2022, No.140 -8- Pasal 20 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan penataan organisasi dan ketatalaksanaan; b. pelaksanaan perencanaan dan formasi sumber daya manusia; c. pelaksanaan pengembangan dan penilaian kompetensi sumber daya manusia; d. pelaksanaan urusan mutasi sumber daya manusia; e. fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi kementerian; f. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan g. pelaksanaan urusan tata usaha Biro. Pasal 21 Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 22 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Biro. Bagian Keenam Biro Hukum Pasal 23 Biro Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta advokasi hukum. 2022, No.140 -9- Pasal 24 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Biro Hukum menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan koordinasi dan penelaahan, penyusunan, pengharmonisasian naskah hukum, serta evaluasi peraturan perundang-undangan; b. penyiapan koordinasi dan pelaksanaan kerja sama dalam negeri; c. penyiapan koordinasi dan pelaksanaan pertimbangan dan advokasi hukum; d. pelaksanaan dokumentasi, informasi dan jaringan hukum serta pengadministrasi peraturan perundangundangan; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Biro. Pasal 25 Biro Hukum terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 26 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Biro. Bagian Ketujuh Biro Umum Pasal 27 Biro Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf e mempunyai tugas melaksanakan urusan ketatausahaan 2022, No.140 -10- kementerian, rumah tangga, perlengkapan, dan pengelolaan pengadaan barang/jasa. Pasal 28 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Biro Umum menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan urusan tata usaha kementerian; b. pelaksanaan urusan tata usaha pimpinan dan protokol kementerian; c. pelaksanaan urusan rumah tangga; d. pelaksanaan urusan perlengkapan; e. pelaksanaan pengelolaan barang milik negara; f. pelaksanaan layanan pengadaan barang dan jasa; g. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan h. pelaksanaan urusan tata usaha Biro. Pasal 29 Biro Umum terdiri atas: a. Bagian Rumah Tangga dan Tata Usaha Pimpinan; b. Bagian Perlengkapan dan Layanan Pengadaan; dan c. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 30 Bagian Rumah Tangga dan Tata Usaha Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga, ketatausahaan pimpinan, persuratan, kearsipan, dan tata usaha Biro. Pasal 31 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Bagian Rumah Tangga dan Tata Usaha Pimpinan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan pelaksanaan urusan dalam dan urusan pemeliharaan; b. penyiapan bahan urusan tata usaha Menteri, tata usaha Sekretaris Jenderal, dan tata usaha Staf Ahli Menteri; 2022, No.140 -11- c. penyiapan bahan urusan pengamanan; dan d. pelaksanaan urusan tata usaha Biro. Pasal 32 Bagian Rumah Tangga dan Tata Usaha Pimpinan terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha Menteri; b. Subbagian Tata Usaha Sekretaris Jenderal; dan c. Subbagian Pengamanan. Pasal 33 (1) Subbagian Tata Usaha Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan urusan tata usaha Menteri. (2) Subbagian Tata Usaha Sekretaris Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan urusan tata usaha Sekretaris Jenderal. (3) Subbagian Pengamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf c mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan urusan pengamanan. Pasal 34 Bagian Perlengkapan dan Layanan Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b mempunyai tugas melaksanakan penyiapan urusan perlengkapan, pengelolaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, dan pengelolaan barang milik negara di lingkungan Kementerian Sosial. Pasal 35 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 Bagian Perlengkapan dan Layanan Pengadaan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan pelaksanaan rencana kebutuhan barang milik negara; b. penyiapan bahan layanan pengadaan barang dan jasa; 2022, No.140 -12- c. penyiapan bahan pelaksanaan pengelolaan barang milik negara; dan d. pelaksanaan penatausahaan barang milik negara. Bagian Kedelapan Biro Hubungan Masyarakat Pasal 36 Biro Hubungan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf f mempunyai tugas melaksanakan publikasi dan pemberitaan, hubungan antarlembaga, dan dokumentasi. Pasal 37 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Biro Hubungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan pelaksanaan urusan publikasi dan pemberitaan; b. penyiapan pelaksanaan urusan hubungan antarlembaga; c. pelaksanaan pengelolaan perpustakaan dan dokumentasi. d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan e. pelaksanaan urusan tata usaha Biro. Pasal 38 Biro Hubungan Masyarakat terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 39 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang 2022, No.140 -13- milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Biro. BAB IV DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Pasal 40 (1) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial dipimpin oleh Direktur Jenderal. Pasal 41 Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan dan jaminan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 42 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang perlindungan dan jaminan sosial; b. pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan dan jaminan sosial; c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perlindungan dan jaminan sosial; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perlindungan dan jaminan sosial; 2022, No.140 -14- e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang perlindungan dan jaminan sosial; f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 43 Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial terdiri atas: a. Sekretariat Direktorat Jenderal; b. Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam; c. Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Non Alam; dan d. Direktorat Jaminan Sosial. Bagian Ketiga Sekretariat Direktorat Jenderal Pasal 44 Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf a mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi Direktorat Jenderal. Pasal 45 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran; b. penyiapan koordinasi dan pengelolaan urusan keuangan; c. penyiapan penataan organisasi dan tata laksana, pelaksanaan urusan hukum, dan hubungan masyarakat; d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan 2022, No.140 -15- e. pelaksanaan urusan kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan, dan tata usaha. Pasal 46 Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 47 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Sekretariat Direktorat Jenderal. Bagian Keempat Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Pasal 48 Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf b mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perlindungan sosial korban bencana alam. Pasal 49 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang perlindungan sosial korban bencana alam; 2022, No.140 -16- b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan sosial korban bencana alam; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perlindungan sosial korban bencana alam; d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perlindungan sosial korban bencana alam; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. Pasal 50 Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 51 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Direktorat. Bagian Kelima Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Non Alam Pasal 52 Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Non Alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf c mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta 2022, No.140 -17- pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perlindungan sosial korban bencana sosial dan nonalam. Pasal 53 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Non Alam menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang perlindungan sosial korban bencana sosial dan nonalam; b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan sosial korban bencana sosial dan nonalam; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perlindungan sosial korban bencana sosial dan nonalam; d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perlindungan sosial korban bencana sosial dan nonalam; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. Pasal 54 Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Non Alam terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 55 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Direktorat. 2022, No.140 -18- Bagian Keenam Direktorat Jaminan Sosial Pasal 56 Direktorat Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf d mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang jaminan sosial. Pasal 57 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Direktorat Jaminan Sosial menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang jaminan sosial; b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang jaminan sosial; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang jaminan sosial; d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang jaminan sosial; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. Pasal 58 Direktorat Jaminan Sosial terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 59 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang 2022, No.140 -19- milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Direktorat. BAB V DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Pasal 60 (1) Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dipimpin oleh Direktur Jenderal. Pasal 61 Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 memiliki tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 62 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial; b. pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial; c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang rehabilitasi sosial; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang rehabilitasi sosial; e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial; f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 2022, No.140 -20- Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 63 Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial terdiri atas: a. Sekretariat Direktorat Jenderal; b. Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak; c. Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia; d. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas; dan e. Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Bencana dan Kedaruratan. Bagian Ketiga Sekretariat Direktorat Jenderal Pasal 64 Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf a mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi Direktorat Jenderal. Pasal 65 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran; b. penyiapan koordinasi dan pengelolaan urusan keuangan; c. penataan organisasi dan tata laksana, dan pelaksanaan urusan hukum, dan hubungan masyarakat; d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan e. pelaksanaan urusan kepegawaian, perlengkapan, dan tata usaha. Pasal 66 Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan rumah tangga, 2022, No.140 -21- b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 67 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Sekretariat Direktorat Jenderal. Bagian Keempat Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak Pasal 68 Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf b mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial anak. Pasal 69 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial anak; b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial anak; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang rehabilitasi sosial anak; d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang rehabilitasi sosial anak; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. 2022, No.140 -22- Pasal 70 Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 71 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Direktorat. Bagian Kelima Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Pasal 72 Direktorat Rehabilitasi dimaksud dalam melaksanakan penyusunan Sosial Pasal 63 perumusan norma, Lanjut huruf dan standar, Usia sebagaimana c mempunyai pelaksanaan prosedur, dan tugas kebijakan, kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial lanjut usia. Pasal 73 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72, Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial lanjut usia; b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial lanjut usia; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang rehabilitasi sosial lanjut usia; 2022, No.140 -23- d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang rehabilitasi sosial lanjut usia; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. Pasal 74 Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 75 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Direktorat. Bagian Keenam Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Pasal 76 Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf d mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. Pasal 77 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76, Direktorat Rehabilitasi Disabilitas menyelenggarakan fungsi: Sosial Penyandang 2022, No.140 -24- a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas; b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas; d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. Pasal 78 Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 79 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Direktorat. Bagian Ketujuh Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Bencana dan Kedaruratan Pasal 80 Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Bencana dan Kedaruratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf e mempunyai tugas melaksanakan pelaksanaan kebijakan, penyusunan perumusan norma, dan standar, 2022, No.140 -25- prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial korban bencana dan kedaruratan. Pasal 81 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Bencana dan Kedaruratan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial korban bencana dan kedaruratan; b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial korban bencana dan kedaruratan; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang rehabilitasi sosial korban bencana dan kedaruratan; d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang rehabilitasi sosial korban bencana dan kedaruratan; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. Pasal 82 Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Bencana dan Kedaruratan terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 83 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Direktorat. 2022, No.140 -26- BAB VI DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Pasal 84 (1) Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dipimpin oleh Direktur Jenderal. Pasal 85 Direktorat Jenderal dimaksud dalam Pemberdayaan Sosial Pasal mempunyai 84 sebagaimana tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 86 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang pemberdayaan sosial; b. pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan sosial; c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemberdayaan sosial; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pemberdayaan sosial; e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pemberdayaan sosial; f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 2022, No.140 -27- Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 87 Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial terdiri atas: a. Sekretariat Direktorat Jenderal; b. Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dan Kewirausahaan Sosial; c. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat; d. Direktorat Pemberdayaan Kelompok Rentan; dan e. Direktorat Potensi dan Sumber Daya Sosial. Bagian Ketiga Sekretariat Direktorat Jenderal Pasal 88 Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 huruf a mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi Direktorat Jenderal. Pasal 89 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran; b. penyiapan koordinasi dan pengelolaan urusan keuangan; c. penyiapan penataan organisasi dan tata laksana, dan pelaksanaan urusan hukum dan hubungan masyarakat; d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan e. pelaksanaan urusan kepegawaian, perlengkapan, dan tata usaha. Pasal 90 Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan rumah tangga, 2022, No.140 -28- b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 91 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Sekretariat Direktorat Jenderal. Bagian Keempat Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dan Kewirausahaan Sosial Pasal 92 Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dan Kewirausahaan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 huruf b mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemberdayaan komunitas adat terpencil dan kewirausahaan sosial. Pasal 93 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92, Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dan Kewirausahaan Sosial menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan perumusan pemberdayaan komunitas kebijakan di adat terpencil kebijakan di adat terpencil bidang dan kewirausahaan sosial; b. penyiapan pelaksanaan pemberdayaan komunitas kewirausahaan sosial; bidang dan 2022, No.140 -29- c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemberdayaan komunitas adat terpencil dan kewirausahaan sosial; d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pemberdayaan komunitas adat terpencil dan kewirausahaan sosial; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. Pasal 94 Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dan Kewirausahaan Sosial terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 95 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Direktorat. Bagian Kelima Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pasal 96 Direktorat Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 huruf c mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemberdayaan masyarakat. 2022, No.140 -30- Pasal 97 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat; b. penyiapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemberdayaan masyarakat; d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pemberdayaan masyarakat; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. Pasal 98 Direktorat Pemberdayaan Masyarakat terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 99 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Direktorat. Bagian Keenam Direktorat Pemberdayaan Kelompok Rentan Pasal 100 Direktorat Pemberdayaan Kelompok Rentan sebagaimana dimaksud dalam melaksanakan Pasal 87 perumusan huruf dan d mempunyai pelaksanaan tugas kebijakan, 2022, No.140 -31- penyusunan program, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis, pemantauan dan supervisi serta evaluasi, dan pelaporan di bidang pemberdayaan kelompok rentan. Pasal 101 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100, Direktorat Pemberdayaan Kelompok Rentan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang di bidang pemberdayaan kelompok rentan; b. penyiapan pelaksanaan kebijakan pemberdayaan kelompok rentan; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemberdayaan kelompok rentan; d. penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang pemberdayaan kelompok rentan; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. Pasal 102 Direktorat Pemberdayaan Kelompok Rentan terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 103 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Direktorat. 2022, No.140 -32- Bagian Ketujuh Direktorat Potensi dan Sumber Daya Sosial Pasal 104 Direktorat Potensi dan Sumber Daya Sosial sebagaimana dimaksud dalam melaksanakan penyusunan Pasal 87 perumusan norma, huruf dan standar, e mempunyai pelaksanaan prosedur, tugas kebijakan, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis, pemantauan dan supervisi, serta evaluasi dan pemantauan di bidang potensi dan sumber daya sosial. Pasal 105 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104, Direktorat Potensi dan Sumber Daya Sosial menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang potensi dan sumber daya sosial; b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang potensi dan sumber daya sosial; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang potensi dan sumber daya sosial; d. penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang potensi dan sumber daya sosial; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. Pasal 106 Direktorat Potensi dan Sumber Daya Sosial terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 107 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, 2022, No.140 -33- pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Direktorat. BAB VII INSPEKTORAT JENDERAL Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Pasal 108 (1) Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Inspektorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Inspektur Jenderal. Pasal 109 Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di Kementerian Sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 110 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian Sosial; b. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Sosial terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya; c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri; d. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Sosial; e. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan 2022, No.140 -34- f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 111 Inspektorat Jenderal terdiri atas: a. Sekretariat Inspektorat Jenderal; b. Inspektorat Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial; c. Inspektorat Bidang Rehabilitasi Sosial; d. Inspektorat Bidang e. Inspektorat Bidang Penunjang. Pemberdayaan Sosial; dan Bagian Ketiga Sekretariat Inspektorat Jenderal Pasal 112 Sekretariat Inspektorat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 huruf a mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi Inspektorat Jenderal. Pasal 113 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112, Sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana program dan anggaran serta pelaporan; b. penyiapan koordinasi dan pengelolaan urusan keuangan; c. pelaksanaan analisis laporan hasil pengawasan dan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan; d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan e. pelaksanaan urusan kepegawaian, tata usaha, dan rumah tangga 2022, No.140 -35- Pasal 114 Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 115 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Sekretariat Inspektorat Jenderal. Bagian Keempat Inspektorat Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Pasal 116 Inspektorat Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 huruf b mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan pengawasan intern, dan penyusunan laporan hasil pengawasan pada lingkup Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial. Pasal 117 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116, Inspektorat Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan penyusunan rencana dan program pengawasan intern; b. penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern; c. penyiapan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, dan kegiatan pengawasan lainnya; 2022, No.140 -36- d. penyiapan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan pimpinan; e. penyiapan penyusunan laporan hasil pengawasan; f. penyiapan pelaksanaan investigasi; g. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan h. pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat. Pasal 118 Inspektorat Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 119 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Inspektorat Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial. Bagian Kelima Inspektorat Bidang Rehabilitasi Sosial Pasal 120 Inspektorat Bidang Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 huruf c mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan pengawasan intern, dan penyusunan laporan hasil pengawasan pada lingkup Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Pasal 121 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120, Inspektorat menyelenggarakan fungsi: Bidang Rehabilitasi Sosial 2022, No.140 -37- a. penyiapan penyusunan rencana dan program pengawasan intern; b. penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern; c. penyiapan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, dan kegiatan pengawasan lainnya; d. penyiapan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan pimpinan; e. penyiapan penyusunan laporan hasil pengawasan; f. penyiapan pelaksanaan investigasi; g. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan h. pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat. Pasal 122 Inspektorat Bidang Rehabilitasi Sosial terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 123 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Inspektorat Bidang Rehabilitasi Sosial. Bagian Keenam Inspektorat Bidang Pemberdayaan Sosial Pasal 124 Inspektorat Bidang Pemberdayaan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 huruf d mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan pengawasan intern dan penyusunan laporan hasil 2022, No.140 -38- pengawasan pada lingkup Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial. Pasal 125 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124, Inspektorat Bidang Pemberdayaan Sosial menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan penyusunan rencana dan program pengawasan intern; b. penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern; c. penyiapan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, dan kegiatan pengawasan lainnya; d. penyiapan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri; e. penyiapan penyusunan laporan hasil pengawasan; f. penyiapan pelaksanaan investigasi; g. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan h. pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat. Pasal 126 Inspektorat Bidang Pemberdayaan Sosial terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 127 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Inspektorat Bidang Pemberdayaan Sosial. 2022, No.140 -39- Bagian Ketujuh Inspektorat Bidang Penunjang Pasal 128 Inspektorat Bidang Penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 penyusunan huruf e mempunyai kebijakan teknis, tugas melaksanakan pelaksanaan pengawasan intern dan penyusunan laporan hasil pengawasan pada lingkup Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, dan Pusat. Pasal 129 Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128, Inspektorat Bidang Penunjang menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan penyusunan rencana dan program pengawasan intern; b. penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern; c. penyiapan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, dan kegiatan pengawasan lainnya; d. penyiapan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan pimpinan; e. penyiapan penyusunan laporan hasil pengawasan; f. penyiapan pelaksanaan investigasi; g. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan h. pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat. Pasal 130 Inspektorat Bidang Penunjang terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 131 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan 2022, No.140 -40- dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran, pelaporan kinerja, administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Inspektorat Bidang Penunjang. BAB VIII STAF AHLI Pasal 132 (1) Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Staf Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal. Pasal 133 Staf Ahli terdiri atas: a. Staf Ahli Bidang Perubahan dan Dinamika Sosial; b. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesejahteraan Sosial; dan c. Staf Ahli Bidang Aksesibilitas Sosial. Pasal 134 (1) Staf Ahli Bidang sebagaimana Perubahan dimaksud dalam dan Dinamika Pasal 133 Sosial huruf a mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu strategis kepada Menteri terkait dengan bidang Kesejahteraan Sosial perubahan dan dinamika sosial. (2) Staf Ahli Bidang sebagaimana Teknologi dimaksud dalam Pasal 133 huruf b mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu strategis kepada Menteri terkait dengan bidang teknologi kesejahteraan sosial. (3) Staf Ahli Bidang Aksesibilitas Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 huruf c mempunyai tugas 2022, No.140 -41- memberikan rekomendasi terhadap isu strategis kepada Menteri terkait dengan bidang aksesibilitas sosial. BAB IX PUSAT DATA DAN INFORMASI KESEJAHTERAAN SOSIAL Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Pasal 135 (1) Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. (2) Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala. Pasal 136 Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan serta diseminasi data dan informasi kesejahteraan sosial, pengelolaan, dan pengembangan sistem dan teknologi informasi. Pasal 137 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136, Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan kebijakan teknis dukungan substantif pengelolaan dan diseminasi data serta pengelolaan sistem dan teknologi informasi b. pelaksanaan tugas dukungan substantif pengelolaan dan diseminasi data serta pengelolaan sistem dan teknologi informasi; c. pelaksanaan verifikasi dan validasi data program Potensi 2022, No.140 -42- dan Sumber Kesejahteraan Sosial dan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial; d. pemantauan, evaluasi dan pelaporan, dan e. pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 138 Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial terdiri atas: a. Bagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 139 Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan pelaporan kinerja, rencana, program, administrasi anggaran, kepegawaian, ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Pusat. Pasal 140 Bagian Tata Usaha terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional. BAB X PUSAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENGEMBANGAN PROFESI Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Pasal 141 (1) Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. 2022, No.140 -43- (2) Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala. Pasal 142 Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 mempunyai tugas melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan profesi. Pasal 143 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142, Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi menyelenggarakan fungsi: a. kebijakan teknis dukungan substantif di bidang pendidikan, pelatihan, dan pengembangan profesi; b. pelaksanaan tugas dukungan substantif di bidang pendidikan, pelatihan, dan pengembangan profesi; c. pelaksanaan penyuluhan sosial; d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan e. pelaksanaan urusan tata usaha Pusat. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 144 Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi terdiri atas: a. Bagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 145 Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan pelaporan kinerja, rencana, program, administrasi anggaran, kepegawaian, 2022, No.140 -44- ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan Pusat. Pasal 146 Bagian Tata Usaha terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional. BAB XI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Pasal 147 Di lingkungan Kementerian Sosial dapat dibentuk jabatan fungsional tertentu yang bertugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 148 (1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis fungsional dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilan. (2) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kelompok Jabatan Fungsional dapat bekerja secara individu dan/atau dalam tim kerja untuk mendukung pencapaian tujuan dan kinerja organisasi. (3) Pemberian penugasan kepada Kelompok Jabatan Fungsional diatur oleh masing-masing Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja serta permasalahan yang dihadapi. (4) Dalam hal kelompok, pelaksanaan pejabat tugas pimpinan dikerjakan tinggi pratama secara dapat mengangkat ketua kelompok kerja dan/atau anggota. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan penugasan Kelompok Jabatan Fungsional dilaksanakan 2022, No.140 -45- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 149 (1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147, terdiri atas berbagai jenis jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Jumlah tenaga sebagaimana Kelompok dimaksud pada Jabatan Fungsional ayat ditentukan (1) berdasarkan atas analisis jabatan dan beban kerja. (3) Tugas, Jenis, dan jenjang Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur jabatan fungsional masing-masing. Pasal 150 (1) Dalam hal diperlukan, di lingkungan Kementerian Sosial dapat diangkat koordinator pelaksana fungsi sesuai kebutuhan. (2) Pengangkatan koordinator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB XII UNIT PELAKSANA TEKNIS Pasal 151 (1) Di lingkungan Pelaksana Kementerian Teknis sebagai Sosial dibentuk Unit pelaksana tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu sesuai dengan kebutuhan. (2) Pembentukan Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang 2022, No.140 -46- menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara. BAB XIII TATA KERJA Pasal 152 Menteri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus menerapkan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Pasal 153 (1) Kementerian Sosial harus menyusun proses bisnis yang menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dan efisien antarunit di Kementerian Sosial. (2) Proses bisnis antarunit organisasi di lingkungan Kementerian Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. Pasal 154 Menteri menyampaikan laporan kepada Presiden mengenai hasil pelaksanaan tugas secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. Pasal 155 Kementerian Sosial harus menyusun analisis jabatan, peta jabatan, analisis beban kerja, dan uraian tugas terhadap seluruh jabatan di Kementerian Sosial. Pasal 156 Setiap unsur di lingkungan Kementerian Sosial dalam melaksanakan tugas harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Kementerian Sosial maupun dalam hubungan antarinstansi dan lembaga lain yang terkait. 2022, No.140 -47- Pasal 157 Semua unsur di Kementerian Sosial harus menerapkan prinsip sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 158 (1) Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab memimpin dan memberikan mengoordinasikan pengarahan serta bawahan dan petunjuk bagi pelaksanaan tugas sesuai dengan uraian tugas yang telah ditetapkan. (2) Pengarahan dan petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diikuti dan dipatuhi oleh bawahan secara bertanggung jawab serta dilaporkan secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 159 Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap unit organisasi di bawahnya. BAB XIV JABATAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN Pasal 160 (1) Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, dan Inspektur Jenderal merupakan Jabatan Pimpinan Tinggi Madya atau Jabatan Struktural eselon I.a. (2) Staf Ahli merupakan Jabatan Pimpinan Tinggi Madya atau Jabatan Struktural eselon I.b. (3) Kepala Biro, Direktur, Sekretaris Direktorat Inspektorat Jenderal Inspektur, Jenderal, merupakan Kepala Pusat, dan Sekretaris Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama atau Jabatan Struktural eselon II.a. 2022, No.140 -48- (4) Kepala Bagian merupakan Jabatan Administrator atau Jabatan Struktural eselon III.a. (5) Kepala Subbagian merupakan Jabatan Pengawas atau Jabatan Struktural eselon IV.a Pasal 161 (1) Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Staf Ahli diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Pejabat pimpinan tinggi pratama atau setara dengan pejabat struktural eselon II.a diangkat dan diberhentikan oleh Menteri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pejabat administrator atau pejabat struktural eselon III ke bawah diangkat dan diberhentikan oleh Menteri atau pejabat yang diberi pelimpahan wewenang oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (4) Pejabat fungsional diangkat dan diberhentikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB XV PENDANAAN Pasal 162 Pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Sosial bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2022, No.140 -49- BAB XVI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 163 (1) Unit organisasi yang menangani fungsi di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah, karena sifat tugas dan fungsinya melaksanakan tugas dan fungsi unit layanan pengadaan barang/jasa Pemerintah di lingkungan Kementerian Sosial. (2) Kepala Bagian yang menangani fungsi di bidang layanan pengadaan barang/jasa pemerintah, karena sifat tugas dan fungsinya menjadi kepala unit layanan pengadaan barang/jasa Pemerintah di lingkungan Kementerian Sosial. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tanggung jawab unit layanan pengadaan barang/jasa Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri. Pasal 164 (1) Kepala Biro yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang hubungan masyarakat, karena sifat tugas dan fungsinya menjadi pejabat pengelola informasi dan dokumentasi yang selanjutnya disebut PPID di lingkungan Kementerian Sosial. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tanggung jawab pejabat pengelola informasi dan dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. Pasal 165 Ketentuan mengenai uraian rincian tugas dan fungsi sebagai penjabaran tugas dan fungsi dalam Peraturan Menteri ini ditetapkan oleh Menteri. 2022, No.140 -50- Pasal 166 Bagan organisasi Kementerian Sosial dan satuan organisasi di bawah Kementerian Sosial sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 167 Perubahan atas susunan organisasi dan tata kerja dalam Peraturan Menteri ini diatur dengan Peraturan Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara. BAB XVII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 168 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan di Kementerian Sosial tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan dibentuknya jabatan baru dan diangkat pejabat baru berdasarkan Peraturan Menteri ini. Pasal 169 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, peraturan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1517), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak 2022, No.140 -51- bertentangan dan/atau belum diubah atau diganti dengan peraturan baru berdasarkan Peraturan Menteri ini. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 170 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1517), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 171 Peraturan Menteri diundangkan. ini mulai berlaku pada tanggal 2022, No.140 -52- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Februari 2022 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd TRI RISMAHARINI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 3 Februari 2022 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd BENNY RIYANTO -53- 2022, No.140 2022, No.140 -54- -55- 2022, No.140 2022, No.140 -56- -57- 2022, No.140 2022, No.140 -58- -59- 2022, No.140 2022, No.140 -60- KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL Jl. Salemba Raya Nomor 28 Jakarta Pusat 10430 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL NOMOR 51 /4/HK.01/9/2022 TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL PENGELOLAAN SENTRA KREASI ATENSI DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengelola sentra kreasi ATENSI yang tertib, akuntabel, efektif, efisien perlu untuk membuat petunjuk operasional pengelolaan Sentra Kreasi ATENSI; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Sentra Kreasi ATENSI; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6245); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2020 tentang Tata Cara Penetapan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 268, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6584); 6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2021 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1007); 7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2021 tentang Besaran, Persyaratan, Dan Tata Cara Pengenaan Tarif Rp0,00 (Nol Rupiah) Pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1119); 8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 273); -2MEMUTUSKAN : Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA KEENAM : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL PENGELOLAAN SENTRA KREASI ATENSI. : Menetapkan petunjuk operasional pengelolaan sentra kreasi ATENSI. : Petunjuk operasional pengelolaan sentra kreasi ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU sebagai acuan bagi: a. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial; b. Unit pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial; dan c. penerima manfaat. dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan, implementasi, supervisi, monitoring dan evaluasi pengelolaan sentra kreasi ATENSI. : Petunjuk operasional pengelolaan sentra kreasi ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini. : Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA terdiri atas: a. pendahuluan; b. pelaksanaan sentra kreasi ATENSI; c. model dan strategi pemberdayaan di sentra kreasi ATENSI; d. pengendalian dan pelaporan; dan e. penutup. : Pelaksanaan Petunjuk operasional pengelolaan sentra kreasi ATENSI dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 September 2022 DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL, PEPEN NAZARUDDIN Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth: 1. Menteri Sosial. 2. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan. 3. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Sosial. -3LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL NOMOR /4/HK.01/9/2022 TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL PENGELOLAAN SENTRA KREASI ATENSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 tahun 2021 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 tahun 2021 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial melaksanakan program rehabilitasi sosial melalui asistensi rehabilitasi sosial yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan/atau residensial melalui kegiatan dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas. Dalam pelaksanaan layanan rehabilitasi sosial, UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial memiliki Sentra Kreasi ATENSI sebagai pusat pengembangan kewirausahaan dan vokasional serta media promosi hasil karya penerima manfaat dalam satu kawasan terpadu yang menghasilkan barang, uang dan jasa sebagai upaya refungsionalisasi, pengembangan, dan pemberdayaan penerima manfaat (PM) agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Dalam rangka upaya memberikan layanan yang komprehensif dan terstandar di Sentra Kreasi ATENSI, maka dipandang perlu adanya Petunjuk operasional pengelolaan Sentra Kreasi ATENSI yang dapat dipedomani dan dilaksanakan oleh seluruh UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. B. Maksud dan Tujuan Petunjuk operasional ini dimaksudkan sebagai panduan bagi pelaksanaan layanan Sentra Kreasi ATENSI agar pengelolaannya dilaksanakan secara tertib, akuntabel, efektif, efisien dan tepat sasaran. Petunjuk operasional ini ditujukan bagi Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan UPT di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang mengelola Sentra Kreasi ATENSI. C. Pengertian Dalam Keputusan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan: 1. Asistensi Rehabilitasi Sosial yang selanjutnya disebut ATENSI adalah layanan rehabilitasi sosial yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan/atau residensial melalui kegiatan dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan sosial dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas. -42. Sentra Kreasi ATENSI yang selanjutnya disebut SKA adalah pusat pengembangan kewirausahaan dan vokasional serta media promosi hasil karya penerima manfaat dalam satu kawasan terpadu. 3. Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang selanjutnya disebut UPT merupakan unit pelaksana teknis di bidang rehabilitasi sosial yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial. 4. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disebut PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang menjadi penerimaan pemerintah pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme anggaran pendapatan dan belanja Negara. 5. Barang Milik Negara yang selanjutnya disebut BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 6. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola dan menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan. 7. Pemanfaatan adalah pendayagunaan BMN yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah dan/atau optimalisasi BMN dengan tidak mengubah status kepemilikan. -5BAB II PELAKSANAAN SENTRA KREASI ATENSI A. Pengertian Sentra Kreasi ATENSI (SKA) merupakan pusat pengembangan kewirausahaan dan vokasional serta media promosi hasil karya penerima manfaat dalam satu kawasan terpadu yang menghasilkan barang, uang dan jasa sebagai upaya refungsionalisasi, pengembangan, dan pemberdayaan penerima manfaat agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. B. Tujuan SKA SKA bertujuan: 1. meningkatnya kemampuan kewirausahaan dan vokasional penerima manfaat; 2. terciptanya lapangan pekerjaan bagi penerima manfaat; 3. meningkatnya taraf kemandirian sosial ekonomi penerima manfaat; 4. meningkatnya taraf kesejahteraan sosial penerima manfaat dari kelompok termiskin/termarjinal/terlantar; dan 5. terciptanya tempat perbelanjaan dan rekreasi dalam satu kawasan yang inklusif. C. Kriteria, sasaran dan jangka waktu di SKA 1. Kriteria Kriteria yang mendapatkan layanan di SKA adalah penerima manfaat yang sedang mengikuti layanan rehabilitasi sosial di UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. 2. Sasaran Sasaran SKA adalah: a) Penerima Manfaat program Rehabilitasi Sosial Seluruh penerima manfaat dalam program Rehabilitasi Sosial menjadi sasaran dalam layanan di SKA. b) Penerima Manfaat program perlindungan dan jaminan sosial Penerima manfaat dalam program perlindungan dan jaminan sosial menjadi sasaran dalam layanan SKA dapat berkontribusi dalam memasarkan hasil barang dan jasa dari KPM PKH tersebut di SKA. c) Penerima Manfaat program pemberdayaan sosial Penerima manfaat dalam program pemberdayaan sosial menjadi sasaran dalam layanan SKA dapat berkontribusi dalam memasarkan hasil barang dan jasa di SKA. 3. Jangka waktu di SKA Indikator yang dipakai untuk menentukan lama waktu penerima manfaat di SKA adalah berdasarkan pendapatan penerima manfaat yang bersumber dari hasil usaha ekonomi produktif yang nominalnya lebih besar atau sama dengan upah minimum regional perbulan yang diperoleh secara mandiri. Tingkat kemandirian penerima manfaat dan keberlanjutan di SKA tersebut dievaluasi oleh pekerja sosial dan tenaga profesional lainnya melalui konferensi kasus setelah dilakukan supervisi pekerjaan sosial, pendampingan manajemen usaha, pendampingan manajemen digital, dan pendampingan manajemen pemasaran. Jika berdasarkan evaluasi tersebut telah memenuhi persayaratan maka penerima manfaat dapat diterminasi dengan diberikan bantuan modan usaha dari UPT atau dapat -6dihubungkan dengan sumber lain untuk dapat mengakses bantuan lainnya untuk pengembangan usahanya. D. Sarana dan Prasarana SKA Sarana dan Prasarana berupa gedung dan bangunan, peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan SKA dapat, merupakan aset BMN dari UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Sehubungan dengan pelaksanaan SKA merupakan rangkaian layanan rehabilitasi sosial maka BMN yang dipakai di SKA masuk kategori penggunaan BMN sehingga tidak menjadi target PNBP umum. Sarana dan prasarana dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kreatifitas penerima manfaat serta peluang pasar, dan disediakan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial penerima manfaat. Pemanfaatan sarana dan prasarana oleh selain penerima manfaat di SKA masuk kategori pemanfaatan BMN dan akan diberlakukan ketentuan sebagaimana mestinya. Bantuan sarana yang diberikan kepada penerima manfaat dapat berupa peralatan keterampilan, peralatan produksi, bahan, dan/atau perlengkapan kerja, sedangkan prasarana diberikan berupa modal usaha, insentif, pengembangan usaha, dan/atau akses lapangan kerja. Bantuan yang diberikan didukung dengan Berita Acara Serah Terima (BAST), sehingga setelah diserahterimakan, maka menjadi hak sepenuhnya penerima bantuan, sehingga apabila menghasilkan berupa uang, barang, dan jasa menjadi hak penerima manfaat dan dikenakan tarif penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh penerima manfaat, pemasarannya dapat dilakukan melalui e-commerce. E. Jenis – Jenis Kegiatan di SKA Jenis kegiatan SKA adalah: 1. Agrowisata Agrowisata adalah penggunaan lahan di lingkungan UPT antara lain: pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, tanaman hias, dan tanaman pangan lainnya untuk menciptakan lingkungan yang asri dan indah, pelestarian sumber daya alam, pemenuhan pangan mandiri, dan pemberdayaan ekonomi penerima manfaat. -72. Kuliner Kuliner adalah aktivitas yang dilakukan oleh penerima manfaat yang menyediakan jajanan makanan dan minuman. 3. Workshop Workshop adalah wahana aktivitas penerima manfaat untuk menciptakan suatu produk barang dan/atau jasa yang memiliki nilai ekonomi yang dimulai dari proses pelatihan, magang kerja, produksi, dan penjualan hasil produksi. Workshop dapat berupa aktivitas perakitan alat bantu seperti kursi roda, kursi roda listrik, kursi roda adaptif, tongkat pintar dan motor roda tiga modifikasi, atau bentukbentuk keterampilan lainnya seperti penjahitan, barista, jasa pijat, otomotif, elektronik, pertukangan dan keterampilan lainnya sesuai dengan hasil asesmen. -84. Perdagangan Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang dan/atau jasa berdasarkan kesepakatan bersama yang menghasilkan nilai manfaat/keuntungan antara kedua belah pihak. Contohnya jual beli barang-barang kebutuhan rumah tangga (klontong). 5. Handycraft Handycraft adalah kegiatan seni yang menitik beratkan pada keterampilan tangan dan mempunyai fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di sekitar lingkungan dan diolah menjadi benda-benda yang bernilai dan bermanfaat, contohnya lampu gantung, kerajinan enceng gondok, kerajinan kayu, dan lain-lain -96. Karya seni Karya seni adalah ciptaan artistik atau benda estetik antara lain berupa seni rupa, seni musik, fotografi, seni murni (lukisan dan patung), handycraft dan lain-lain. 7. Jasa Jasa adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik tapi tidak memiliki transfer kepemilikan antara lain jasa pijat, jasa cuci kendaraan, jasa salon, jasa perbengkelan, jasa percetakan dan lain-lain. - 10 8. Tata boga Tata boga adalah aktivitas terkait dengan seni dalam menyiapkan, memasak dan menghidangkan makanan siap saji. 9. Konveksi Konveksi adalah aktivitas usaha memproduksi baju atau pakaian yang dibuat secara massal diantaranya pakaian jadi seperti Polo, Shirt, kemeja, celana. - 11 10. Pelatihan Pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan kapasitas penerima manfaat melalui rangkaian kegiatan identifikasi, pengkajian dan proses belajar yang terencana. 11. Rekreasi Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang - 12 12. Olahraga Olahraga adalah aktifitas untuk melatih tubuh seseorang tidak hanya jasmani tetapi juga rohani 13. Daur ulang sampah Daur ulang sampah adalah proses untuk menjadikan suatu barang bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai ekonomi. - 13 14. Jasa ruang kerja (co-working place); Jasa ruang kerja adalah sebuah ruang kerja baru dimana kita bekerja bersamaan dengan orang lain dari perusahaan yang berbeda di tempat yang sama. 15. Ruang pameran (showroom) Ruang Pameran adalah tempat yang terlingkung oleh bidang dan digunakan sebagai sarana penyajian karya untuk dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasikan oleh masyarakat luas. F. Tahapan Pelaksanaan Sentra Kreasi ATENSI Pelaksanaan SKA melalui tahapan sebagai berikut: 1. Fasilitasi Akses Layanan Fasilitas Akses SKA adalah tahapan awal untuk mendapatkan layanan SKA bagi calon penerima manfaat. Fasilitasi Akses dapat berasal dari: a) Referral atau rujukan dari perorangan, atau dari lembaga seperti rumah sakit, puskesmas, Dinas Sosial, LKS dan rujukan dari instansi Pemerintah lainnya. b) Laporan pengaduan dari layanan hotline, command center, media sosial atau keluarga yang secara langsung datang sendiri c) Penjangkauan kasus yang bersumber dari pekerja sosial, Tim Reaksi Cepat, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, Pekerja Sosial Masyarakat, dan pendamping sosial lainnya. - 14 2. Pendekatan awal dan kesepakatan bersama a) Pendekatan awal Pendekatan awal merupakan tahapan membangun kedekatan dan kepercayaan antara calon penerima manfaat dengan pekerja sosial/pendamping sosial sehingga terjadi kesepakatan layanan. b) Kesepakatan Bersama Kesepakatan bersama merupakan persetujuan antara calon penerima manfaat dengan pekerja sosial untuk melanjutkan program layanan. Kesepakatan bersama berupa persetujuan kontrak layanan (informed consent). Kesepakatan ini diperlukan untuk memastikan kepastian layanan guna melindungi calon penerima manfaat dari tindakan malpraktik serta melindungi pekerja sosial dari konsekuensi hukum akibat dari layanan yang diberikan. 3. Asesmen komprehensif Asesmen merupakan upaya untuk mengumpulkan informasi secara menyeluruh dan mendalam dari berbagai aspek dan dilakukan oleh berbagai ahli dibidangnya serta merupakan bentuk keberlanjutan dari pendekatan awal. Hasil asesmen komprehensif tersebut dapat mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan dari calon penerima manfaat sehingga membantu dirinya untuk kembali berfungsi sosial secara wajar. Dukungan ATENSI dalam layanan rehabilitasi sosial bagi penerima manfaat dapat diberikan melalui layanan langsung dalam bentuk pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan SKA. 4. Perencanaan layanan sosial a) Perencanaan layanan sosial dilakukan dengan pemetaan terhadap sistem sumber yang diawali dengan proses identifikasi orang, lembaga, komunitas yang dapat menjadi sistem sumber bagi pelaksanaan SKA antara lain tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Kesejahteraan Sosial, Lembaga pendidikan, Lembaga kesehatan, Lembaga keterampilan dan lain-lain. Setelah diidentifikasi, selanjutnya dilakukan pemetaan untuk melihat urgensi setiap sistem sumber terhadap pemenuhan kebutuhan penerima manfaat di SKA. b) Penyusunan rencana layanan sosial dilakukan berdasarkan hasil asesmen dengan mempertimbangkan masalah, potensi penerima manfaat dan sistem sumber yang tersedia. Pada proses ini harus melibatkan partisipasi aktif dari penerima manfaat. c) Penetapan rencana layanan dilakukan melalui temu bahas rencana layanan untuk menetapkan intervensi yang akan dilakukan. 5. Implementasi Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disepakati bersama oleh penerima manfaat dan pekerja sosial. Kegiatan dalam SKA dilakukan dengan melibatkan: a) supervisi pekerjaan sosial; b) pendampingan manajemen usaha; c) pendampingan manajemen pemasaran; dan/atau d) pedampingan digital. 6. Monitoring dan Evaluasi Monitoring merupakan salah satu bentuk pengendalian yang dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan SKA sehingga akan diperoleh gambaran tentang perkembangan penerima manfaat dalam - 15 melaksanakan rangkaian kegiatan di SKA untuk mencapai keberfungsian sosial secara wajar. Evaluasi dilakukan untuk menganalisa, menilai, dan menyimpulkan suatu proses SKA yang telah dilakukan dengan memperhatikan pencapaian indikator keberhasilan, faktor pendukung atau penghambat Proses penyelenggaraan SKA. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan berdasarkan indikator kinerja yang meliputi masukan, proses, keluaran, manfaat dan dampak. 7. Pasca layanan dan terminasi Pasca layanan merupakan layanan lanjutan yang diberikan kepada penerima manfaat setelah selesai mendapatkan layanan SKA. Layanan lanjutan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan penerima manfaat dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sosialnya. Terminasi merupakan proses pengakhiran rangkaian program SKA dimana terjadi pemutusan layanan antara penerima manfaat dan penyedia layanan. G. Konsep, Model dan Stretegi Pemberdayaan SKA SKA merupakan pusat pengembangan kewirausahaan dan vokasional serta media promosi hasil karya penerima manfaat dalam satu kawasan terpadu yang menghasilkan barang, uang dan jasa sebagai upaya refungsionalisasi, pengembangan, dan pemberdayaan penerima manfaat agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Model pemberdayaan yang diterapkan di SKA yaitu: a. Model integratif, yaitu dimana SKA merupakan program lanjutan bagi penerima manfaat UPT dan kepada KPM penerima PKH, dan program lainnya secara terintegrasi dapat berkolaborasi dengan memanfaatkan media SKA untuk pemasaran hasil produksi dalam bentuk barang maupun jasa. b. Model Adaptif, yaitu SKA memberikan kesempatan kepada penerima manfaat secara adaptif, artinya memberikan kesempatan pengembangan jenis kewirausahaan yang disesuaikan dengan permasalahan, kebutuhan dan kemampuan penerima manfaat. Ada 2 (dua) metode yang diterapkan dalam proses peningkatan pemberdayaan penerima manfaat SKA, yang meliputi metode pendampingan sosial dan metode inkubasi bisnis. Kedua model dan metode pemberdayaan ini dapat saling mendukung dan bersinergi dalam proses peningkatan pemberdayaan penerima manfaat dimaksud yang pada akhirnya dapat mempercepat peningkatan pendapatan sehingga mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan. Strategi pemberdayaan SKA merupakan pendekatan secara keseluruhan, yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan dan aktivitas SKA. Strategi SKA mengacu pada tujuan utamanya yaitu meningkatkan kemampuan/ability, akses/accessibility, dan aset penerima manfaat guna mewujudkan kesejahteraan penerima manfaat yang memiliki rintisan usaha, yang diwujudkan dalam 3 (tiga) bentuk kegiatan yaitu: a. Peningkatan kapasitas melalui inkubasi dan mentoring bisnis, yang diarahkan antara lain pada peningkatan kemampuan literasi keuangan, mempercepat pertumbuhan/pengembangan usaha, perijinan usaha, jaringan produksi dan pemasaran. b. Pendampingan sosial dimaksudkan untuk memperkuat modal sosial, mengatasi hambatan-hambatan sosial yang ada, peningkatan performa dan kepercayaan diri penerima manfaat. - 16 c. Pengembangan bina usaha yang diarahkan untuk belanja kebutuhan produksi, melakukan pemasaran dan promosi bisnis, atau aktivitas bisnis lainnya yang nantinya bisa menghasilkan profit selama berbisnis. Pada akhirnya kegiatan SKA mampu menjadikan penerima manfaat dengan memenuhi syarat untuk memperoleh kredit bank (bankable) dan memiliki skill-set yang dibutuhkan untuk menjadi seorang wirausahawan dengan Output SKA adalah: a. Financial Inclusion, penerima manfaat yang memiliki rintisan usaha memiliki akses ke perbankan yang diinisiasi dengan pemberian modal usaha yang disimpan dalam buku tabungan. b. Asset Management, penerima manfaat yang memiliki rintisan usaha memilki kemampuan mengelola uang tabungan sebagai modal usaha yang stabil dan bahkan terus meningkat. c. Sustainable Livelihood, penerima manfaat yang memiliki rintisan usaha memiliki pendapatan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pokok. d. Social Capital and Network, penerima manfaat yang memiliki rintisan usaha memiliki kemampuan berinteraksi dengan penerima manfaat lainnya, mentor bisnis, pendamping sosial dan stakeholder lainnya. Melalui pelaksanaan SKA, penerima manfaat yang memiliki rintisan usaha diberikan akses pada program lain lintas Kementerian/Lembaga. Hal ini untuk memastikan ketuntasan dalam penanganan kemiskinan termasuk memberikan kesempatan pada penerima manfaat yang memiliki rintisan usaha untuk maju dan memiliki usaha yang lebih besar. - 17 BAB III PENGENDALIAN DAN PELAPORAN A. PENGENDALIAN Pengendalian dilakukan agar tujuan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian dilakukan dalam bentuk kegiatan: 1. Supervisi a) Supervisi merupakan kegiatan pembinaan kepada pelaksana kegiatan yang dilakukan untuk mengarahkan, membimbing, dan memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan SKA mulai dari awal hingga akhir kegiatan. b) Supervisi bertujuan: 1) memastikan kualitas dan mutu serta tercapainya tujuan dan kegiatan. 2) memperbaiki kegiatan SKA yang sedang dilaksanakan. 3) mengurangi atau memperkecil terjadinya kesalahan atau kekeliruan pengorganisasi kegiatan. 4) mengoptimalkan pencapaian tujuan pelaksanaan kegiatan SKA yang mengacu pada pedoman pelaksanaan SKA. c) Supervisi dilakukan secara langsung dan berjenjang oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan UPT. 2. Pemantauan a) Pemantauan merupakan aktivitas mengamati perkembangan pelaksanaan kegiatan SKA secara periodik yang dapat dilakukan secara langsung maupun berjenjang oleh semua unsur yang terkait. b) Pemantauan dilaksanakan sebagai upaya untuk mengetahui perkembangan SKA. Ruang Iingkup pemantauan SKA secara umum dilaksanakan pada variabel yaitu input, proses, dan output. c) Tujuan pemantauan: 1) Memastikan dan mengendalikan proses pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan; dan 2) Mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan kegiatan. d) Pemantauan dilaksanakan secara langsung dan berjenjang oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan UPT. 3. Evaluasi a) Evaluasi merupakan upaya untuk menilai hasil dari setiap tahap pelaksanaan kegiatan SKA. b) Tujuan evaluasi: 1) mengindetifikasi tingkat pencapaian tujuan; 2) mengetahui dan menganalisa permasalahan yang menghambat dan mendukung pencapaian tujuan program; dan 3) memberikan masukan kepada pelaksana program terkait perbaikan dalam upaya perencanaan dan pelaksanaan program. c) Evaluasi dilaksanakan secara langsung oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan oleh UPT dilaksanakan sesuai kebutuhan. B. Pelaporan Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas proses dan hasil pelaksanaan kegiatan dalam bentuk data dan informasi secara lisan maupun tertulis yang disampaikan secara berjenjang. Pelaporan bertujuan untuk menyajikan informasi perkembangan pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian tujuan akhir dan sebagai bahan masukan untuk perbaikan - 18 program pada tahun mendatang. Pelaporan pengelolaan SKA disusun oleh UPT yang meliputi: 1. Pelaporan SKA melalui aplikasi SIMPONI Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 tahun 2021 tentang besaran, persyaratan, dan tata cara pengenaan tariff Rp, 0,00 (nol rupiah) pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial bahwa hasil penjualan barang dan jasa di SKA termasuk dalam pengenaan tarif Rp, 0,00 (nol rupiah). Selanjutnya Kementerian Keuangan melalui Direktorat PNBP mewajibkan membuat laporan PNBP Rp, 0,00 (nol rupiah) melalui aplikasi SIMPONI. Adapun cara pelaporan melalui aplikasi SIMPONI adalah sebagai berikut: a. Buka halaman www.simponi.kemenkeu.go.id b. Masukan nama pengguna dan kata sandi dari masing-masing UPT Caranya : Klik Billing >> Kementerian/Lembaga >> Pembuatan Billing KL (Tarif 0), seperti gambar di bawah ini : - 19 c. Membuat billing tarif Rp, 0,00 (nol rupiah) 1) Kolom Wajib Bayar diisi Jumlah Penerima Manfaat dalam satu jenis SKA, contoh “8 Penerima Manfaat” 2) Kolom Jenis Penerimaan diisi dengan check list sesuai jenis penerimaan sesuai jenis usaha di SKA seperti gambar di bawah ini 3) Volume : diisi jumlah total omzet sesuai yang diterima Penerima Manfaat setiap bulannya dalam Rupiah, contoh “2.000.000” 4) Keterangan diisi dengan periode pelaporan dengan format bulan/tahun, contoh “Januari 2022”. 5) Apabila lebih dari satu jenis usaha SKA, dapat menggunakan opsi tambah baris seperti gambar dibawah ini - 20 - d. Klik simpan. e. Petugas Pengelola PNBP wajib menyampaikan laporan PNBP tarif Rp0,00 (nol rupiah) ke Sekretariat Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial paling lambat tanggal 6 (enam) bulan berikutnya dan melampirkan dokumen pendukung seperti Berita Acara Serah Terima (BAST) penyerahan bantuan, dokumentasi penerima manfaat melakukan layanan SKA, dan e-billing Simponi. Adapun format BAST adalah sebagai berikut: BERITA ACARA SERAH TERIMA PEMBERIAN BANTUAN ATENSI Nomor : Pada Hari ini Rabu , Tanggal ………………………………………………………………. , Kami yang bertanda-tangan di bawah ini: 1. Nama : NIP : Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KESATU 2. Nama : Nama Penerima Manfaat Tempat, Tanggal lahir : Jenis Kelamin : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA PIHAK KESATU menyerahkan Barang bantuan ATENSI sebagai pemenuhan kebutuhan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menerima dari PIHAK KESATU dalam keadaan baik dan lengkap, sesuai dengan rincian yang terlampir Selanjutnya PIHAK KEDUA menggunakan barang tersebut dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Pada Tanggal : PIHAK KEDUA, PIHAK KESATU, Pejabat Pembuat Komitmen, (……………………) NIP. Mengetahui, Kuasa Pengguna Anggaran, NIP. - 21 Rincian bantuan: No Jenis Barang Kuantitas Harga Satuan Jumlah TOTAL PIHAK KEDUA, PIHAK KESATU, Pejabat Pembuat Komitmen, (………………………) NIP. Mengetahui, Kuasa Pengguna Anggaran, NIP. 2. Pelaporan perkembangan SKA a. Aset BMN Barang Milik Negara adalah barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah yang digunakan untuk proses penyelenggaraan SKA. BMN ini tidak dimasukan dalam laporan perkembangan usaha SKA dan tidak diserahterimakan kepada penerima manfaat, seperti gedung/bangunan, tanah, dan/atau peratalan dan mesin. - 22 b. Modal usaha Penerima Manfaat Modal usaha SKA adalah bantuan ATENSI dari UPT berupa barang atau uang yang diserahterimakan kepada penerima manfaat dengan dilengkapi Berita Acara Serah Terima (BAST) antara pemberi dengan penerima dan digunakan untuk membuka usaha di SKA. Modal usaha dalam bentuk barang antara lain peralatan, mesin dan bahan-bahan (tidak termasuk barang yang tercatat dalam daftar asset BMN UPT). c. Omzet SKA Omzet adalah jumlah pendapatan/penjualan dalam waktu tertentu dari semua aktifitas penjualan barang/jasa penerima manfaat di SKA, misalnya per bulan, semester atau tahunan. d. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh Penerima Manfaat dalam proses penyelenggaraan SKA, antara lain transport, pembelian bahan, alat tulis kantor, dan perlengkapan lainnya (tidak termasuk pembayaran listrik dan air). e. Perhitungan Laba/Rugi Laba adalah selisih lebih antara omzet penjualan yang lebih besar dari modal usaha dan biaya operasional. Rugi adalah pengeluaran atau biaya operasional yang lebih besar dibandingkan dengan omzet yang diterima. Pengelola/Kelompok Kerja SKA dalam membuat laporan perkembangan SKA harus memisahkan antara aset BMN, modal usaha, omzet/penjualan dan biaya operasional sehingga lebih jelas dalam menghitung perkembangan SKA. Laporan perkembangan SKA dibuat 4 (empat) jenis yang terdiri dari: a. Daftar Aset BMN Daftar aset BMN SKA menggunakan format dibawah ini: DAFTAR ASET BMN DI SENTRA NO JENIS USAHA JENIS ASET BMN RP KET Mengetahui Kepala Sentra Nama NIP. - 23 Petunjuk Pengisian : 1) Jenis usaha diisi dengan kategori jenis usaha di SKA seperti, kuliner, agrowisata, handycraft, dsb. 2) Jenis Aset BMN diisi dengan nama BMN yang digunakan untuk memfasilitasi kegiatan usaha di SKA tersebut seperti, gedung, kulkas, kompor, dsb. 3) Ket diisi dengan penjelasan tambahan jika dibutuhkan b. Pembukuan harian SKA Pembukuan harian SKA menggunakan format dibawah ini: Satker Jenis Usaha Bulan NO PEMBUKUAN HARIAN SENTRA KREASI ATENSI (SKA) : …............. : …............. : …............ TANGGAL DESKRIPSI KREDIT DEBIT SALDO 1 - - - 2 - - - 3 - - - 4 - - - 5 - - - - - - JUMLAH Pokja SKA Penerima Manfaat …................ ….................... Petunjuk Pengisian : 1) Satker diisi dengan Nama Satker 2) Jenis Usaha diisi dengan usaha yang dilakukan oleh Penerima Manfaat, 3) Bulan diisi dengan bulan periode pelaporan 4) Deskripsi diisi dengan keterangan transaksi yang terjadi sesuai dengan tanggal tersebut c. Laporan perkembangan per jenis usaha di SKA Laporan perkembangan per jenis usaha menggunakan format dibawah ini: - 24 - LAPORAN SENTRA KREASI ATENSI Satker : …............. Jenis Usaha : …..................... Bulan : …........................ NO A DESKRIPSI JUMLAH MODAL ((Non Aset BMN Satker) 1 - Peralatan - 2 - B OMSET/PENDAPATAN 1 - Penjualan - 2 - C PENGELUARAN - 1 Bahan - 2 Transport - D LABA RUGI 1 Laba Bruto (Omzet - Modal) - 2 Laba Bersih (Laba Bruto - Pengeluaran) - Pokja SKA Penerima Manfaat …................ ….................... Petunjuk Pengisian : 1) Modal diisi dengan barang atau uang dalam nominal Rupiah yang diserahterimakan dan dikelola oleh Penerima Manfaat seperti, bibit tanaman, bibit ternak dsb 2) Omzet diisi dengan jumlah pendapatan di satu periode bulan dalam nominal rupiah 3) Pengeluaran diisi dengan biaya-biaya dalam nominal rupiah yang digunakan oleh Penerima Manfaat yang dikeluarkan secara langsung untuk menunjang kegiatan Penerima Manfaat di SKA 4) Laba/Rugi diisi dengan nominal rupiah dan didapat dari omzet dikurangi dengan biaya operasional. - 25 d. Laporan perkembangan per jenis usaha di SKA LAPORAN SENTRA KREASI ATENSI Satker Bulan : …..................... : …........................ NO A B C D DESKRIPSI JUMLAH MODAL (Non Aset BMN Satker) - 1 Agrowisata - 2 Kuliner - OMSET/PENDAPATAN - 1 HandyCraft - 2 Rekreasi - PENGELUARAN - 1 Tata Boga - 2 Kuliner - LABA RUGI 1 Laba Bruto (Omzet - Modal) - 2 Laba Bersih (Laba Bruto - Pengeluaran) - Kepala Satker Pokja SKA …..................... …....................... Petunjuk Pengisian: 1) Modal diisi dengan total barang atau uang dalam nominal Rupiah yang diserahterimakan dan dikelola oleh Penerima Manfaat di satu jenis SKA tersebut 2) Omzet diisi dengan jumlah total pendapatan di satu periode bulan dalam nominal rupiah di satu jenis SKA tersebut 3) Pengeluaran diisi dengan total biaya-biaya dalam nominal rupiah yang digunakan oleh Penerima Manfaat yang dikeluarkan secara langsung untuk menunjang kegiatan Penerima Manfaat di SKA di satu jenis SKA tersebut 4) Laba/Rugi diisi dengan nominal rupiah dan didapat dari omzet dikurangi dengan biaya operasional. - 26 BAB IV PENUTUP Pedoman operasional ini sebagai acuan pelaksanaan SKA sehingga perlu disosialisasikan kepada semua kalangan termasuk Kementerian/Lembaga, dan lembaga terkait lainnya baik di pusat maupun di daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Melalui penetapan pedoman operasional ini, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial mengharapkan Sentra Kreasi ATENSI semakin berkembang baik secara kuantitas dan kualitas serta meningkatnya keberhasilan penerima manfaat dalam mencapai keberfungsian sosialnya. Kami harapkan pedoman operasional ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi dasar pengembangan program bagi pihak-pihak yang berkepentingan. DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL, PEPEN NAZARUDDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.273, 2022 KEMENSOS. OTK. UPT. Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2022 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi unit pelaksana teknis, perlu dilakukan penataan unit pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial; b. bahwa penataan unit pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud dalam huruf a, telah mendapat persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/114/M.KT.01/2022 tanggal 31 Januari 2022 dan Nomor B/211/M.KT.01/2022 tanggal 7 Maret 2022; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial; 2022, No.273 Mengingat -2- : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2021 tentang Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 270); 4. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian; 5. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 140); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL. BAB I KEDUDUKAN Pasal 1 (1) Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang selanjutnya disebut UPT merupakan unit pelaksana teknis di bidang rehabilitasi sosial yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial. (2) UPT sebagaimana dimaksud pada melaksanakan tugas, secara dikoordinasikan oleh Sekretaris Rehabilitasi Sosial dan ayat teknis secara (1), dalam administratif Direktorat Jenderal teknis fungsional dikoordinasikan oleh Direktur di lingkungan Direktorat 2022, No.273 -3- Jenderal Rehabilitasi Sosial sesuai dengan bidang tugasnya. (3) UPT dipimpin oleh seorang Kepala. Pasal 2 UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, terdiri atas: a. Sentra Terpadu; dan b. Sentra. BAB II TUGAS, FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI Bagian Kesatu Sentra Terpadu Pasal 3 Sentra Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a mempunyai tugas melaksanakan asistensi rehabilitasi sosial. Pasal 4 (1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Sentra Terpadu menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan rencana program, evaluasi, dan pelaporan; b. pelaksanaan fasilitasi akses; c. pelaksanaan asesmen; d. pelaksanaan layanan asistensi rehabilitasi sosial; e. pelaksanaan monitoring dan evaluasi layanan asistensi rehabilitasi sosial; f. pelaksanaan terminasi dan pascalayanan asistensi rehabilitasi sosial; (2) g. pengelolaan data dan informasi; dan h. pelaksanaan urusan tata usaha. Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UPT menyelenggarakan fungsi layanan sementara lain sesuai dengan penugasan Menteri. 2022, No.273 -4- Pasal 5 Struktur Organisasi Sentra Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas: a. Bagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 6 Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana program dan anggaran, pelaksanaan urusan tata persuratan, kepegawaian, keuangan, ketatalaksanaan, hubungan masyarakat, perlengkapan dan kerumahtanggaan, serta evaluasi dan pelaporan. Pasal 7 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi; a. penyusunan rencana, program, dan anggaran; b. pelaksanaan urusan kepegawaian; c. pelaksanaan urusan keuangan; d. pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana; e. pelaksanaan urusan hubungan masyarakat; f. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan g. pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan. Bagian Kedua Sentra Pasal 8 Sentra sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b mempunyai tugas melaksanakan asistensi rehabilitasi sosial. Pasal 9 (1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Sentra menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan rencana, program, dan anggaran; b. pelaksanaan fasilitasi akses; 2022, No.273 -5- c. pelaksanaan asesmen; d. pelaksanaan layanan asistensi rehabilitasi sosial; e. pelaksanaan monitoring dan evaluasi layanan asistensi rehabilitasi sosial; f. pelaksanaan terminasi layanan asistensi rehabiltasi sosial; (2) g. pemetaan data dan informasi; h. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan i. pelaksanaan urusan tata usaha. Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UPT menyelenggarakan fungsi layanan sementara lain sesuai dengan penugasan Menteri. Pasal 10 Struktur Sentra sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 terdiri atas: a. Subbagian Tata Usaha; dan b. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 11 Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana program dan anggaran, pelaksanaan urusan tata persuratan, kepegawaian, keuangan, hubungan masyarakat, perlengkapan dan rumah tangga, serta evaluasi dan pelaporan. BAB III INSTALASI Pasal 12 (1) Instalasi merupakan unit nonstruktural yang dipimpin oleh seorang koordinator yang ditunjuk oleh Kepala UPT. (2) Instalasi merupakan fasilitas penunjang penyelenggaraan operasional teknis dan pengembangan rehabilitasi sosial berupa terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental 2022, No.273 -6- spiritual, sentra kreasi asistensi rehabilitasi sosial, dan instalasi lainnya. (3) Dalam melaksanakan tugasnya, koordinator instalasi dibantu oleh Kelompok Jabatan ditunjuk oleh koordinator instalasi Fungsional yang terkait setelah mendapat persetujuan Kepala UPT. (4) Jumlah dan jenis instalasi ditetapkan sesuai dengan kebutuhan. BAB IV KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Pasal 13 Di lingkungan UPT dapat ditetapkan jabatan fungsional sesuai dengan kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 14 (1) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas memberikan pelayanan fungsional dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Kepala UPT sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilan. (2) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kelompok Jabatan Fungsional dapat bekerja secara individu dan/atau dalam tim kerja untuk mendukung pencapaian tujuan dan kinerja organisasi. (3) Pemberian penugasan kepada Kelompok Jabatan Fungsional diatur oleh Kepala UPT sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja serta permasalahan yang dihadapi. (4) Dalam hal kelompok, pelaksanaan Kepala UPT tugas dikerjakan secara dapat mengangkat ketua kelompok kerja dan/atau anggota. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan penugasan Kelompok Jabatan Fungsional dilaksanakan sesuai dengan undangan. ketentuan peraturan perundang- 2022, No.273 -7- Pasal 15 (1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, terdiri atas berbagai jenis jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Jumlah Kelompok Jabatan dimaksud pada ayat (1) Fungsional sebagaimana ditentukan berdasarkan kebutuhan yang didasarkan atas analisis jabatan dan beban kerja. (3) Tugas, jenis, dan jenjang Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur jabatan fungsional masing-masing. BAB V TATA KERJA Pasal 16 Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, UPT harus menyusun proses bisnis yang menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dan efisien antarunit kerja di lingkungan UPT. Pasal 17 Dalam menyelenggarakan fungsi layanan sementara lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 9 ayat (2), Menteri menyusun mekanisme dan proses bisnis antarunit kerja terkait di lingkungan Kementerian Sosial. Pasal 18 UPT harus menyusun analisis jabatan, peta jabatan, analisis beban kerja, dan uraian tugas terhadap seluruh jabatan di lingkungan UPT. 2022, No.273 -8- Pasal 19 Setiap unsur di lingkungan UPT dalam melaksanakan tugasnya harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun dengan instansi lain di luar UPT sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing. Pasal 20 Setiap unsur di lingkungan UPT harus menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 21 (1) Setiap pimpinan bertanggung unit jawab kerja dalam memimpin dan lingkungan UPT mengoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan. (2) Pengarahan dan petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diikuti dan dipatuhi oleh bawahan secara bertanggung jawab serta dilaporkan secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 22 Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit kerja harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap unit organisasi di bawahnya. BAB VI LOKASI Pasal 23 (1) UPT Sentra Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a terdiri atas: a. Sentra Terpadu “Inten Suweno” di Bogor; b. Sentra Terpadu “Pangudi Luhur” di Bekasi; c. Sentra Terpadu “Prof. Dr. Soeharso” di Surakarta; dan 2022, No.273 -9- d. (2) Sentra Terpadu “Kartini” di Temanggung. UPT Sentra sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b terdiri atas: a. Sentra “Handayani” di Jakarta; b. Sentra “Mulya Jaya” di Jakarta; c. Sentra “Efata” di Kupang; d. Sentra “Phalamartha” di Sukabumi; e. Sentra “Wirajaya” di Makassar; f. Sentra “Gau Mabaji” di Gowa; g. Sentra ‘’Antasena’’ di Magelang; h. Sentra ‘‘Alyatama” di Jambi; i. Sentra ‘’Paramita” di Mataram; j. Sentra “Abiseka” di Pekanbaru; k. Sentra “Bahagia” di Medan; l. Sentra “Wasana Bahagia” di Ternate; m. Sentra “Galih Pakuan” di Bogor; n. Sentra “Insyaf” di Medan; o. Sentra ‘’Satria’’ di Baturraden; p. Sentra “Tumou Tou” di Manado; q. Sentra “Wyata Guna” di Bandung; r. Sentra “Mahatmiya” di Bali; s. Sentra “Abiyoso” di Cimahi; t. Sentra “Dharma Guna” di Bengkulu; u. Sentra “Margo Laras” di Pati; v. Sentra “Budi Luhur” di Banjarbaru; w. Sentra “Budi Perkasa” di Palembang; x. Sentra “Nipotowe” di Palu; y. Sentra “Pangurangi” di Takalar; z. Sentra “Meohai” di Kendari; dan aa. Sentra “Darussa’adah” di Aceh Besar. Pasal 24 Struktur Organisasi Sentra Terpadu dan Sentra sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini. 2022, No.273 -10- Pasal 25 Ketentuan lebih lanjut mengenai jangkauan wilayah kerja UPT ditetapkan dengan Keputusan Menteri. BAB VII JABATAN Pasal 26 (1) Kepala UPT pada: a. Sentra Terpadu “Inten Suweno” di Bogor; b. Sentra Terpadu “Pangudi Luhur” di Bekasi; c. Sentra Terpadu “Prof. Dr. Soeharso” di Surakarta; dan d. Sentra Terpadu “Kartini” di Temanggung, merupakan jabatan struktural pimpinan tinggi pratama atau Jabatan struktural eselon II.b. (2) Kepala Bagian Tata Usaha pada Sentra Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jabatan administrator atau jabatan struktural eselon III.a. (3) Kepala UPT pada: a. Sentra “Handayani” di Jakarta; b. Sentra “Mulya Jaya” di Jakarta; c. Sentra “Efata” di Kupang; d. Sentra “Phalamartha” di Sukabumi; e. Sentra “Wirajaya” di Makassar; f. Sentra “Gau Mabaji” di Gowa; g. Sentra ‘’Antasena’’ di Magelang; h. Sentra ‘‘Alyatama” di Jambi; i. Sentra ‘’Paramita” di Mataram; j. Sentra “Abiseka” di Pekanbaru; k. Sentra “Bahagia” di Medan; l. Sentra “Wasana Bahagia” di Ternate; m. Sentra “Galih Pakuan” di Bogor; n. Sentra “Insyaf” di Medan; o. Sentra ‘’Satria’’ di Baturraden; p. Sentra “Tumou Tou” di Manado; q. Sentra “Wyata Guna” di Bandung; 2022, No.273 -11- r. Sentra “Mahatmiya” di Bali; s. Sentra “Abiyoso” di Cimahi; t. Sentra “Dharma Guna” di Bengkulu; u. Sentra “Margo Laras” di Pati; v. Sentra “Budi Luhur” di Banjarbaru; w. Sentra “Budi Perkasa” di Palembang; dan x. Sentra “Nipotowe” di Palu, merupakan jabatan administrator atau jabatan struktural eselon III.a. (4) Kepala Subbagian Tata Usaha pada Sentra sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan jabatan pengawas atau jabatan struktural eselon IV.a. (5) Kepala UPT pada: a. Sentra “Pangurangi” di Takalar; b. Sentra “Meohai” di Kendari; dan c. Sentra “Darussa’adah” di Aceh Besar, merupakan jabatan administrator atau jabatan struktural eselon III.b. (6) Kepala Subbagian Tata Usaha pada Sentra sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan jabatan pengawas atau jabatan struktural eselon IV.b. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 27 Perubahan atas susunan organisasi dan tata kerja UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara. Pasal 28 Pelaksanaan perubahan organisasi dan lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi dilaksanakan sejak diundangkan. tata UPT di Sosial 2022, No.273 -12- BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29 Seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan di UPT, tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan dibentuknya jabatan baru dan diangkat pejabat baru berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku: a. Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1074) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 762); b. Peraturan Menteri Sosial Nomor 17 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Rehabilitasi Sosial Kerja Anak di Unit Pelaksana Lingkungan Teknis Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1075); c. Peraturan Menteri Sosial Nomor 18 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Lingkungan 2022, No.273 -13- Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1076); d. Peraturan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1077); e. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1078) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 763), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 31 Peraturan Menteri diundangkan. ini mulai berlaku pada tanggal 2022, No.273 -14- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 Maret 2022 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd TRI RISMAHARINI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2022 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd BENNY RIYANTO -15- 2022, No.273 2022, No.273 -16-