Uploaded by syamsuddingido

TTD Pedop Atensi PD 2022

advertisement
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
Jl. Salemba Raya Nomor 28 Jakarta Pusat 10430
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
NOMOR : 15/4/HK.01/4/2022
TENTANG
PEDOMAN OPERASIONAL ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL
PENYANDANG DISABILITAS
DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL,
Menimbang :
a.
bahwa untuk melaksanakan program asistensi rehabilitasi
sosial
yang
terarah,
terpadu
dan
berkelanjutan
bagi
penyandang disabilitas sesuai dengan perubahan organisasi
dan tata kerja di lingkungan Kementerian Sosial, perlu adanya
penyesuaian
pedoman
operasional
program
asistensi
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas;
b.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur
Jenderal Rehabilitasi Sosial tentang Pedoman Operasional
Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas;
Mengingat
: 1.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5871);
2.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4916);
3.
Peraturan
Pemerintah
Nomor
39
Tahun
2012
tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);
4.
Peraturan
Menteri
tentang
Mekanisme
Keuangan
Nomor
Pelaksanaan
168/PMK.05/2015
Anggaran
Bantuan
Pemerintah di Kementerian/Lembaga (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340) sebagaimana telah diubah
-2dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
173/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme
Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian/Lembaga
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745).
5.
Peraturan
tentang
Menteri
Belanja
Keuangan
Bantuan
Nomor
Sosial
254/PMK.05/2015
pada
Kementerian
Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015
Nomor
Peraturan
2047)
Menteri
sebagaimana
Keuangan
telah
Nomor
diubah
dengan
228/PMK.05/2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial pada
Kementerian
Negara/Lembaga
(Berita
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 2147);
6.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Penyaluran
Belanja
Bantuan
Sosial
di
Lingkungan
Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 75);
7.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 11 Tahun 2020 Tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah di
Lingkungan Kementerian Sosial (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1233);
8.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Asistensi Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 1007);
9.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 140);
10. Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Unit
Pelaksana
Teknis
di
Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 273);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
: KEPUTUSAN
DIREKTUR
JENDERAL
REHABILITASI
SOSIAL
TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL ASISTENSI REHABILITASI
SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS.
-3-
KESATU
: Menetapkan pedoman operasional asistensi
rehabilitasi sosial
penyandang disabilitas.
KEDUA
: Pedoman operasional asistensi rehabilitasi sosial penyandang
disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU sebagai
acuan bagi:
a. direktorat rehabilitasi sosial penyandang disabilitas;
b. unit pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial;
c. bank penyalur;
d. pos penyalur;
c. pemerintah daerah provinsi;
d. pemerintah daerah kabupaten/kota;
e. lembaga kesejahteraan sosial;
f. komunitas; dan
g. penerima manfaat,
dalam
pelaksanaan
kegiatan
perencanaan,
implementasi,
supervisi, monitoring dan evaluasi asistensi rehabilitasi sosial
penyandang disabilitas.
KETIGA
: Pedoman operasional asistensi rehabilitasi sosial penyandang
disabilitas
sebagaimana
tercantum
dalam
dimaksud
Lampiran
yang
dalam
Diktum
merupakan
KESATU
bagian
tidak
terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini.
KEEMPAT
: Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA terdiri
atas:
a. pendahuluan;
b. kebijakan, strategi, dan program rehabilitasi sosial;
c. pelaksanaan asistensi rehabilitasi sosial;
d. mekanisme asistensi rehabilitasi sosial;
e. kelembagaan;
f. mekanisme penyaluran bantuan atensi; dan
g. penutup.
KELIMA
: Pelaksanaan pedoman operasional asistensi rehabilitasi sosial
penyandang disabilitas dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas.
-4KEENAM
: Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak ditetapkan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 April 2022
PLT. DIREKTUR JENDERAL
REHABILITASI SOSIAL,
HARRY HIKMAT
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth:
1. Menteri Sosial RI.
2. Sekretaris Jenderal.
3. Inspektur Jenderal.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya, Pedoman Operasional
Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) Penyandang Disabilitas Tahun 2022 dapat
diselesaikan dengan baik.
Pedoman ATENSI Penyandang Disabilitas Tahun 2022 merupakan Perubahan Atas
Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pedoman
Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas.
ATENSI Penyandang Disabilitas adalah layanan rehabilitasi sosial bagi penyandang
disabilitas yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan/atau
residensial melalui kegiatan dukungan pemenuhan hidup layak, perawatan sosial
dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial, terapi
mental spiritual, pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan dan asistensi
sosial serta dukungan aksesibilitas.
Pedoman ATENSI Penyandang Disabilitas bertujuan untuk memberikan acuan bagi
pelaksanaan program kegiatan ATENSI Penyandang Disabilitas dan menguraikan
mekanisme serta prosedur kerja rehabilitasi sosial melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT)
di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Lembaga Kesejahteraan Sosial
(LKS) Disabilitas, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), keluarga penyandang disabilitas
dan masyarakat untuk menjamin mutu/standar pelayanan dalam pemenuhan hak dan
kepentingan terbaik bagi Penyandang Disabilitas.
Kami berharap agar seluruh pihak terkait dapat memahami isi pedoman operasional ini
sehingga pelaksanaan ATENSI Penyandang Disabilitas dapat berjalan dengan baik dan
sesuai ketentuan yang berlaku. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi terhadap penyusunan pedoman operasional ini.
Jakarta, April 2022
Plt. Direktur Jendral Rehabilitasi Sosial
Harry Hikmat
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................................................1
B. Dasar Hukum .......................................................................................................................................5
C. Pengertian ...............................................................................................................................................7
D. Tujuan Pedoman ............................................................................................................................... 11
E. Manfaat ................................................................................................................................................... 12
F. Sasaran Pedoman .............................................................................................................................. 12
BAB II KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM ...................................................................... 13
A. Analisis Situasi.................................................................................................................................... 13
B. Tujuan ..................................................................................................................................................... 17
1. Tujuan Umum ............................................................................................................................. 17
2. Tujuan Khusus ............................................................................................................................ 17
C. Landasan Konseptual ...................................................................................................................... 18
1. Perspektif Pekerjaan Sosial Terhadap Disabilitas ................................................... 18
2. Perspektif Ekologi ....................................................................................................................... 19
3. Perspektif Kekuatan ................................................................................................................... 20
4. Perspektif Hak Asasi Manusia ............................................................................................ 20
5. Kebijakan Rehabilitasi Sosial .............................................................................................. 21
D. Strategi ................................................................................................................................................... 22
E. Bentuk Program ................................................................................................................................... 23
1. Layanan Tidak Langsung ...................................................................................................... 23
2. Layanan Langsung .................................................................................................................... 25
F. Prinsip ...................................................................................................................................................... 27
G. Aksebilitas, Alat Bantu dan Akomodasi Yang Layak ...................................................... 28
BAB III PELAKSANAAN ASISTENSI REHABILTASI SOSIAL
PENYANDANG DISABILTAS ............................................................................................................ 35
A. Sasaran dan Kriteria ........................................................................................................................ 35
B. Bentuk ATENSI ................................................................................................................................... 35
1. Dukungan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak ..................................................... 35
2. Perawatan Sosial dan/atau Pengasuhan ...................................................................... 36
3. Dukungan Keluarga.................................................................................................................. 36
4. Terapi Fisik, Terapi Psikososial, Terapi Mental dan Spiritual........................... 37
5. Pelatihan Vokasional dan Pembinaan Kewirausahaan ......................................... 40
6. Bantuan Asistensi Sosial ....................................................................................................... 40
7. Dukungan Aksebilitas ............................................................................................................. 40
C. Pendekatan ATENSI Penyandang Disabilitas ..................................................................... 41
1. Berbasis Keluarga ..................................................................................................................... 41
2. Berbasis Komunitas ................................................................................................................. 42
3. Berbasis Lembaga/Residensial .......................................................................................... 44
D. Jangka Waktu Pelaksaan ATENSI ............................................................................................. 44
E. Pendamping Rehabiltasi Sosial .................................................................................................. 44
F. Pendataan ............................................................................................................................................. 45
G. Pembinaan dan Pengawasan ...................................................................................................... 45
H. Pemantauan dan Evaluasi ............................................................................................................ 46
I.
Pelaporan ................................................................................................................................................ 46
J.
Indikator Kinerja Program .............................................................................................................. 47
K. Pendanaan ............................................................................................................................................ 48
BAB IV MEKANISME ATENSI PENYANDANG DISABILTAS ................................................... 49
A. Fasilitas Akses .................................................................................................................................... 50
B. Pendekatan dan Kesepakatan (Intek dan Engagement) .............................................. 51
C. Asesmen Komprehensif dan Berkelanjutan........................................................................ 52
D. Perencanaan Intervensi .................................................................................................................... 53
E. Implementasi ......................................................................................................................................... 53
F. Supervisi .................................................................................................................................................. 58
G. Monitoring dan Evaluasi ............................................................................................................... 58
H. Panca Layanan dan Terminasi ................................................................................................... 60
BAB V KELEMBAGAAN ..............................................................................................................................62
A. Sturktur Kelembagaan ................................................................................................................... 62
1. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas ......................................... 62
2. UPT di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabsos.................................................. 62
B. Pembagian Kewenangan .................................................................................................................. 65
1. Pemerintah ..................................................................................................................................... 65
2. Pemerintah Daerah .................................................................................................................. 66
3. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) dan Mitra Kerja Lainnya ....................... 67
C. Layanan Multi Fungsi ..................................................................................................................... 68
BAB VI MEKANISME PENYALURAN BANTUAN ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL ...70
A. Dasar Hukum Pemberian Bantuan ATENSI .........................................................................70
B. Tujuan Penggunaan Bantuan ATENSI ....................................................................................71
C. Pemberi Bantuan Atensi .................................................................................................................71
D. Persyaratan Penerima Bantuan ATENSI ................................................................................71
E. Bentuk Bantuan ATENSI ................................................................................................................72
F. Alokasi Anggaran dan Rincian Jumlah Bantuan ATENSI .............................................72
G. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan ATENSI ....................................................................73
H. Penyalura Dana Bantuan ATENSI .............................................................................................74
I.
Ketentuan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBN) .......................................................86
J.
Pelaporan ................................................................................................................................................86
K. Sanksi .......................................................................................................................................................87
L. Lain-lain ..................................................................................................................................................87
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. Jumlah Penduduk Penyandang Disabilitas .................................................. 3
GAMBAR 2. Perubahan Paradigma layanan .......................................................................... 16
GAMBAR 3. Jenis Disabilitas Pada Setiap Ragam Disabilitas ........................................ 17
GAMBAR 4. Sasaran Holistik Intervensi Pekerjaan Sosial ............................................... 19
GAMBAR 5. Program Perlindungan Sosial di Seluruh Siklus Kehidupan ................. 23
GAMBAR 6. Aksebiltas Fisik ......................................................................................................... 29
GAMBAR 7. Aksebilitas Non Fisik .............................................................................................. 30
GAMBAR 8. Contoh Alat Bantu Penyandang Disabilitas .................................................. 31
GAMBAR 9. Bisnis Proses ATENSI ............................................................................................. 49
GAMBAR 10. Mekanisme ATENSI .............................................................................................. 50
GAMBAR 11. Struktur organisasi Tata Kerja Sentra dan Sentra Terpadu ............... 63
GAMBAR 12. Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah ............................................... 65
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Isu disabilitas semakin menjadi perhatian prioritas secara
nasional maupun internasional. Di level internasional, Perserikatan
Bangsa-Bangsa
Disabilitas
mengadopsi
(Convention
Konvensi
on
the
Hak-Hak
Rights
of
Penyandang
Persons
with
Disabilities/CRPD) pada tanggal 13 Desember 2006 dan mulai
memberlakukannya pada tanggal 3 Mei 2008. CRPD ini merupakan
perjanjian hak asasi manusia komprehensif pertama di abad-21.
CRPD ini berisi tentang undang-undang yang memastikan setiap
penyandang disabilitas dapat menikmati semua hak dasar manusia
dan kebebasan yang fundamental. Indonesia termasuk negara yang
meratifikasi CRPD ini pada tahun 2016 dan menjadikannya untuk
memperkuat landasan penyusunan kebijakan nasional terkait
penyandang disabilitas.
Indonesia menunjukkan komitmennya terhadap CRPD ini
dengan mengesahkan Undang-undang No. 8 tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas, yang diikuti Peraturan Pemerintah No. 52
tahun
2019
tentang
Penyelenggaraan
Kesejahteraan
Sosial
Penyandang Disabilitas.
Indonesia
juga
memperkuat
upaya
penghormatan,
perlindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas melalui
berbagai mekanisme implementasi seperti Rencana Aksi Nasional
Hak Asasi Manusia (RANHAM).
Secara
lebih
terfokus,
Pemerintah
No.
70
Penyelenggaraan,
dan
Indonesia
Tahun
mengesahkan
2019
Evaluasi
tentang
terhadap
Peraturan
Perencanaan,
Penghormatan,
Perlindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas yang
memuat Rencana Induk Penyandang Disabilitas (RIPD) yang berlaku
selama 25 tahun. Peraturan Pemerintah tersebut dilaksanakan
melalui Peraturan Menteri PPN/ Bappenas No. 3 Tahun 2021 yang
memuat Rencana Aksi Nasional Penyandang Disabilitas (RAN PD)
dan Rencana Aksi Daerah Penyandang Disabilitas (RAD PD).
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
1
Pelaksanaan RAN PD lima tahun pertama mencakup 7 sasaran
strategis, yaitu:
1) pendataan dan perencanaan inklusif; 2)
penyediaan lingkungan tanpa hambatan; 3) perlindungan hak dan
akses politik dan keadilan; 4) pemberdayaan dan kemandirian
penyandang disabilitas; 5) perwujudan ekonomi inklusif;
6)
pendidikan dan keterampilan; dan 7) akses dan pemerataan layanan
kesehatan.
Kebijakan di atas menjadi dasar untuk menentukan langkahlangkah
operasional
berbagai
pemangku
kepentingan
dalam
melakukan upaya penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan
hak-hak penyandang disabilitas. Perubahan mendasar yang ditandai
melalui lahirnya kebijakan-kebijakan di atas adalah perubahan
paradigma dari upaya yang berbasis belas kasihan (charity-based)
menjadi upaya yang berbasis hak (right-based). Dengan demikian,
kesejahteraan
Sosial
yang
didefinisikan
sebagai
kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara
agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga
dapat
melaksanakan
fungsi
sosialnya,
jelas
merupakan
hak
penyandang disabilitas.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 8 Tahun 2016
tentang Penyandang Disabilitas, kesejahteraan sosial tersebut
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Meski demikian, Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial juga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi
masyarakat
kesejahteraan
untuk
sosial
berpartisipasi
secara
dalam
umum.
penyelenggaraan
Guna
mewujudkan
kesejahteraan sosial tersebut, penyandang disabilitas seperti halnya
masyarakat lainnya yang berada dalam kondisi memerlukan
bantuan dan dukungan, berhak mendapatkan layanan yang dapat di
akses oleh mereka dengan mudah sebagai warga negara Indonesia.
Tanggung jawab penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi
penyandang disabilitas merupakan tantangan tersendiri, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitas, jumlah penduduk
penyandang disabilitas di Indonesia diperkirakan mencapai 22,97
juta jiwa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (BPS, 2020).
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
2
Data sebaran penyandang disabilitas dan tingkat kedisabilitasannya
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1
Jumlah Penduduk Penyandang Disabilitas
Sumber : Data sebaran penyandang disabilitas
(BPS, Susenas 2020)
Dari gambar 1 di atas terlihat bahwa dari 22,97 juta jiwa
penyandang disabilitas, sebanyak 6,1 juta jiwa penyandang disabilitas
termasuk dalam kategori berat dengan rincian 1,2 juta penyandang
disabilitas fisik, 3,07 juta penyandang disabilitas sensorik, 149 ribu
penyandang disabilitas mental, dan 1,7 juta penyandang disabilitas
intelektual.
Secara kualitatif, pemerintah pusat, pemerintah daerah,dan
masyarakat dituntut untuk mengakomodir akses layanan bagi
penyandang
disabilitas.
Keterbatasan
akses
layanan
akan
menghambat mereka untuk mengembangkan potensi, hidup mandiri
dan berpartisipasi secara optimal dalam lingkungannya. Oleh karena
itu, diperlukan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang lebih
komprehensif dan mudah diakses bagi para penyandang disabilitas.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Disabilitas
Pasal 2, penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi penyandang
disabilitas bertujuan: a. memenuhi kebutuhan dasar Penyandang
Disabilitas; b. menjamin pelaksanaan fungsi sosial Penyandang
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
3
Disabilitas; c. meningkatkan kesejahteraan sosial yang bermartabat
bagi penyandang disabilitas; dan d. mewujudkan masyarakat inklusi.
Merujuk pada tujuan tersebut maka habilitasi dan rehabilitasi
sosial menjadi layanan yang sangat penting. Habilitasi merupakan
upaya mengoptimalkan fungsi tubuh yang ada untuk menggantikan
fungsi tubuh yang tidak ada melalui bantuan medik, sosial,
psikologis, dan keterampilan agar dapat mencapai kemampuan
fungsionalnya. Sementara itu, rehabilitasi sosial merupakan proses
refungsionalisasi
dan
pengembangan
untuk
memungkinkan
seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan masyarakat.
Sesuai mandat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas, Kementerian Sosial memiliki tanggung jawab
untuk
menyelenggarakan
kesejahteraan
sosial
sebagaimana
disebutkan di atas. Kementerian Sosial cq Direktorat Rehabilitasi
Sosial Penyandang Disabilitas mempersiapkan, melaksanakan serta
melakukan monitoring dan evaluasi kebijakan terkait penghormatan,
perlindungan
dan
pemenuhan
hak
penyandang
disabilitas.
Kementerian Sosial juga melakukan penguatan koordinasi antar
Kementerian dan Lembaga, serta dengan pemerintah daerah. Selain
itu, Kementerian Sosial juga melakukan upaya preventif melalui
kampanye penyadaran masyarakat, serta penguatan potensi dan
sumber
kesejahteraan
sosial
dari
unsur
masyarakat
melalui
bimbingan teknis dan peningkatan kapasitas.
Untuk memberikan layanan yang lebih komprehensif, Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas juga melakukan respon
kasus yang berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang tersebar di
beberapa wilayah Indonesia. Respon kasus dan layanan-layanan
langsung lainnya untuk penyandang disabilitas dilakukan melalui
program Asistensi
Rehabilitasi Sosial (ATENSI). ATENSI
adalah
layanan rehabilitasi sosial yang menggunakan pendekatan berbasis
keluarga, komunitas, dan/atau residensial.
Pelaksanaan ATENSI memerlukan Pedoman Operasional yang
mencakup mekanisme dan prosedur kerja ATENSI melalui Sentra
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
4
Terpadu, Sentra, dan LKS penyandang disabilitas yang dilaksanakan
dengan
berbasis
keluarga,
berbasis
komunitas
dan
berbasis
residensial. Pedoman operasional ini menjabarkan lebih lanjut tugas
dan fungsi setiap pemangku kepentingan dalam pelaksanaan
ATENSI. Oleh karena itu, perlu disusun Pedoman Operasional sebagai
petunjuk kerja yang sistematis dan jelas sehingga ATENSI dapat
dilaksanakan secara terstandar, tepat sasaran, dan mencapai tujuan
upaya
penghormatan,
perlindungan,
dan
pemenuhan
hak-hak
penyandang disabilitas.
B. DASAR HUKUM
Dasar hukum penyusunan Pedoman Operasional ini adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 17 ayat (3);
2. Undang–Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4967);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5871);
5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pekerja Sosial
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6397);
6. Peraturan
Pemerintah
Penyelenggaraan
Nomor
Kesejahteraan
39
Tahun
Sosial
2012
Tentang
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5294);
7. Peraturan
Pemerintah
Penyelenggaraan
Nomor
Kesejahteraan
52
Tahun
Sosial
2019
Bagi
tentang
Penyandang
Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
5
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6368);
8. Peraturan
Pemerintah
Perencanaan,
Nomor
pelaksanaan,
70
dan
Tahun
Evaluasi
2019
tentang
Penghormatan,
Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 184);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi
yang
Layak
untuk
Peserta
Didik
Penyandang
Disabilitas
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6473);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2020 tentang Akomodasi
yang Layak untuk Penyandang Disabilitas dalam Proses Peradilan
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6538);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2020 tentang Aksesibilitas
terhadap Permukiman, Pelayanan Publik, dan Pelindungan dari
Bencana bagi Penyandang Disabilitas (Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6540);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2020 tentang Unit
Layanan
Disabilitas
Bidang
Ketenagakerjaan
(Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 101);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2020 tentang Tata Cara
Penetapan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 268,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6584);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2020 tentang Layanan
Habilitasi
dan
Rehabilitasi
Bagi
Penyandang
Disabilitas
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6601);
15. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 33);
16. Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2021 tentang Kementerian
Sosial;
17. Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2017 tentang Standar
Habilitasi dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 790);
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
6
18. Peraturan
Menteri
Sosial
Nomor
1 Tahun 2019 tentang
Penyaluran Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian
Sosial;
19. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 5 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 732);
20. Peraturan Menteri Sosial Nomor 11 tahun 2020 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah di
Lingkungan Kementerian Sosial;
21. Peraturan Menteri Sosial No. 7 Tahun 2021 tentang Asistensi
Rehabilitasi Sosial;
22. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2022 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Sosial;
23. Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2022 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial;
C. PENGERTIAN
1. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam
jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan
dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi
secara
penuh
dan
efektif
dengan
warga
negara
lainnya
berdasarkan kesamaan hak.
2. Penyandang
Disabilitas
fisik
adalah
setiap
orang
yang
mengalami gangguan fungsi gerak, antara lain amputasi, lumpuh
layuh atau kaku, paraplegi, celebral palsy (CP), akibat stroke,
akibat kusta, dan orang kecil.
3. Penyandang Disabilitas intelektual adalah setiap orang yang
mengalami gangguan fungsi pikir karena tingkat kecerdasan di
bawah rata-rata, antara lain lambat belajar, disabilitas grahitadan
down syndrom.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
7
4. Penyandang Disabilitas mental adalah setiap orang yang
mengalami gangguan fungsi pikir, emosi, dan perilaku, antara lain:
a. psikososial di antaranya skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas,
dan gangguan kepribadian; dan b. disabilitas perkembangan yang
berpengaruh pada kemampuan interaksi sosial diantaranya autis
dan hiperaktif.
5. Penyandang Disabilitas sensorik adalah setiap orang yang
mengalami gangguan salah satu fungsi dari panca indera, antara
lain disabilitas netra, disabilitas rungu, dan/atau disabilitas
wicara.
6. Penyandang Disabilitas ganda atau multi adalah penyandang
disabilitas yang mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas,
antara lain disabilitas runguwicara dan disabilitas netra-tuli.
7. Habilitasi adalah upaya mengoptimalkan fungsi tubuh yang ada
untuk menggantikan fungsi tubuh yang tidak ada melalui
bantuan medik, sosial, psikologik, dan keterampilan agar dapat
mencapai kemampuan fungsionalnya.
8. Rehabilitasi
pengembangan
Sosial
adalah
untuk
proses
memungkinkan
refungsionalisasi
seseorang
dan
mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat.
9. Asistensi Rehabilitasi Sosial, selanjutnya disebut ATENSI yaitu
layanan rehabilitasi sosial yang menggunakan pendekatan
berbasis keluarga, komunitas dan/atau residensial melalui
kegiatan
dukungan
pemenuhan
kebutuhan
hidup
layak,
perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga,
terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan
vokasional pembinaan kewirausahaan, bantuan dan asistensi
sosial serta dukungan aksesibilitas.
10. Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi semua
orang termasuk penyandang disabilitas guna mewujudkan
kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan.
11. Akomodasi yang layak adalah modifikasi dan penyesuaian yang
tepat dan diperlukan untuk menjamin penikmatan atau
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
8
pelaksanaan
semua
hak
asasi
manusia
fundamental
untuk
penyandang
dan
disabilitas
kebebasan
berdasarkan
kesetaraan.
12. Alat Bantu adalah alat atau benda yang berfungsi membantu
kemandirian penyandang disabilitas dalam melakukan kegiatan
sehari-hari.
13. Alat
Bantu
Kesehatan
adalah
benda
yang
berfungsi
mengoptimalkan fungsi anggota tubuh penyandang disabilitas
berdasarkan rekomendasi dari tenaga medis.
14. Program Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas adalah
program yang bersifat holistik, sistematik, dan terstandar untuk
mencapai keberfungsian sosial penyandang disabilitas secara
wajar dalam kehidupan masyarakat.
15. Keberfungsian
Sosial
adalah
suatu
kondisi
yang
memungkinkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
mampu memenuhi kebutuhan dan hak dasarnya, melaksanakan
tugas dan peranan sosialnya, serta mengatasi masalah dalam
kehidupannya.
16. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya
disingkat PPKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok,
dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan,
atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,
sehingga
memerlukan
pelayanan
sosial
untuk
memenuhi
kebutuhan hidupnya baik jasmani dan rohani maupun sosial
secara memadai dan wajar.
17. Penerima Manfaat adalah PPKS yang mendapat intervensi atau
layanan atau yang mendapat manfaat di bidang pelayanan
kesejahteraan sosial.
18. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa
kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin,
tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial.
19. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi
kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada
perseorangan, kelompok masyarakat atau Lembaga pemerintah/
non pemerintah.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
9
20. Asistensi Sosial adalah bantuan berupa uang barang atau jasa
atau jasa pelayanan dana atau jaminan sosial kepada seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarakat yang berpendapatan
rendah sampai dengan berpendapatan tinggi.
21. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas
suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke
atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.
22. Telantar adalah kondisi seseorang yang tidak terpenuhi
kebutuhan dasarnya, tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak
terurus.
23. Lembaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat LKS
adalah
organisasi
melaksanakan
sosial
atau
perkumpulan
sosial
yang
penyelanggaraan
kesejahteraan
sosial
yang
dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun
yang tidak berbadan hukum.
24. Data
Terpadu
sekumpulan
Kesejahteran
data
Kesejahteraan
terdiri
Sosial
atas
(PPKS),
Sosial
Data
(DTKS)
Pemerlu
Penerima
adalah
Pelayanan
Bantuan
dan
Pemberdayaan Sosial, dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial
yang dikelola dalam Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next
Generation (SIKS Ng).
25. Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial yang selanjutnya disebut UPT adalah unit
pelaksana teknis di bidang rehabilitasi sosial yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Rehabilitasi Sosial.
26. Sentra Kreasi ATENSI yang selanjutnya disebut SKA adalah
pusat pengembangan kewirausahaan dan vokasional serta
media promosi hasil karya penerima manfaat dalam satu
kawasan terpadu.
27. Respon Kasus adalah upaya cepat tanggap yang dilakukan untuk
merespon kasus-kasus penyandang disabilitas yang masuk dari
seluruh
wilayah
Indonesia
dalam
upaya
memenuhi
dan
melindungi hak-hak penyandang disabilitas.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
10
28. Pekerja Sosial adalah seseorang yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial serta telah
mendapatkan sertifikat kompetensi.
29. Pendamping Rehabilitasi Sosial adalah sumber daya manusia
kesejahteraan sosial yang meliputi Pekerja Sosial, tenaga
kesejahteraan sosial, relawan sosial, dan penyuluh sosial yang
bekerja di bidang ATENSI.
30. Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah Seseorang yang dididik
dan dilatih secara professional untuk melaksanakan tugas
pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang
yang bekerja baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang
ruang lingkup kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial.
31. Penyuluh Sosial adalah Seseorang yang mempunyai ruang
lingkup,
tugas,
melaksanakan
tanggungjawab
kegiatan
dan
penyuluhan
wewenang
bidang
untuk
pembangunan
kesejahteraan sosial khususnya terkait program atensi lanjut
usia.
32. Relawan
Sosial
adalah
Seseorang
dan/atau
kelompok
masyarakat baik yang berlatar belakang pekerjaan sosial
maupun bukan berlatar belakang pekerjaan sosial, tetapi
melaksanakan kegiatan penyelengaraan di bidang sosial bukan
diinstansi sosial pemerintah atas kehendak sendiri dengan atau
tanpa imbalan.
D. TUJUAN PEDOMAN
1. Pedoman operasional ATENSI Penyandang Disabilitas ini disusun
sebagai acuan dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial untuk
menjamin mutu/standar pelayanan dalam pemenuhan hak dan
kepentingan terbaik bagi penyandang disabilitas;
2. Pedoman ini ditujukan bagi masyarakat umum dan pemangku
kepentingan untuk membantu peningkatan dalam pemenuhan hakhak bagi penyandang disabilitas.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
11
E. MANFAAT
1. Sebagai acuan bagi Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas
dalam
mengarahkan,
memonitor
dan
memantau
pelaksanaan program ATENSI penyandang disabilitas oleh LKS PD,
UPTD PD;
2. Sebagai acuan LKS PD, UPTD PD dalam melaksanakan ATENSI
penyandang disabilitas;
3. Dapat dijadikan dasar bagi pemerintah daerah dalam mendukung
pelaksanaan ATENSI penyandang disabilitas.
F.
SASARAN PEDOMAN
1. Satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial;
2. Unit
Pelaksana
Teknis
di
Lingkungan
Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial;
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah;
4. Pelaksana rehabilitasi sosial di masyarakat.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
12
BAB II
KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM
A. ANALISIS SITUASI
Pembaruan data penyandang disabilitas dilaksanakan oleh
Pusdatin Kementerian Sosial dan sistem administrasi kependudukan
yang dikelola oleh Kementerian Dalam Negeri serta Badan Pusat
Statistik (BPS). Sinkronisasi data tersebut disesuaikan dengan ragam
disabilitas yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2016 tentang Penyandang Disabilitas.
Pada
Dashboard
Business
Intelligence
SIKS-NG
Pusdatin
Kesejahteraan Sosial tahun 2020, jumlah penyandang disabilitas
sebanyak 1.296.781 jiwa (rasio 5,1% dari jumlah penyandang
disabilitas di Indonesia), menunjukan komposisi jumlah penyandang
disabilitas berdasarkan ragam disabilitas sebagaimana ditunjukan
pada gambar berikut:
Tabel 1
Komposisi Jumlah Penyandang Disabilitas
Berdasarkan Ragam Disabilitas
RAGAM DISABILITAS
JUMLAH
Disabilitas Fisik
331.564
Disabilitas Intelektual
219.486
Disabilitas Netra
169.758
Disabilitas Fisik dan Mental
139.820
Disabilitas Rungu
130.262
Disabilitas Mental
85.048
Disabilitas Wicara
81.133
Disabilitas Rungu dan Wicara
52.762
Disabilitas Netra dan Fisik
31.025
Disabilitas Rungu, Wicara dan Fisik 24.427
Disabilitas Rungu, Wicara, Netra dan 18.583
Disabilitas Netra, Rungu dan Wicara 12.913
Jumlah
1.296.781
Sumber: DTKS, 2020
Dari data pada tabel 1 di atas, jika dilihat dari ragam
disabilitasnya, disabilitas fisik memiliki jumlah paling tinggi diantara
ragam disabilitas lainnya yaitu sebanyak 331.564 jiwa dan kemudian
disabilitas intelektual sebanyak 219.486 jiwa. Hampir setengah
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
13
(750.492 jiwa) dari data penyandang disabilitas tersebut berada
dalam kelompok usia produktif 22 tahunn ampai dengan 60 tahun
seperti yang terlihat pada grafik 1 berikut:
Grafik 1
Penyandang Disabilitas Berdasarkan Usia
Data pada SIKS-NG tahun 2020 Pusdatin Kessos menunjukkan
mayoritas
penyandang
disabilitas
yang
tidak/belum
memiliki
pekerjaan sejumlah 857.207 jiwa. Data ini menunjukkan bahwa masih
sangat tinggi penyandang disabilitas yang tidak memiliki pekerjaan
dalam
usia
produktif.
Kondisi
ini
tentunya memprihatinkan,
mengingat sebagian besar penyandang disabilitas juga berada dalam
keluarga golongan ekonomi lemah. Sehingga dapat diprediksi
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari akan berat dirasakan oleh
penyandang disabilitas dan keluarganya. Data pada SIKS-NG juga
menunjukkan bahwa sebagian besar dari penyandang disabilitas yang
memiliki lapangan usaha, bekerja dalam sektor pertanian (196.195
jiwa).
Data ini menunjukkan bahwa penyandang disabilitas sulit akses
pada sektor industri, terutama di daerah kota yang sebagian besar
lahan pekerjaan memerlukan skill yang seringkali tidak dimiliki oleh
penyandang disabilitas. Pandemik COVID-19 tentunya berdampak
pada
penyandang
disabilitas,
terhambatnya
akses
layanan,
terhentinya pengembangan potensi disabilitas yang menjadi semakin
berdampak pada lingkaran kemiskinan yang terus berputar, tidak
terpenuhinya kebutuhan layak, yang juga memicu persoalan lain
seperti kekerasan, penelantaran, diskriminasi, dan stigma.
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
14
Permasalahan disabilitas merupakan cross cutting issue yang
perlu
mendapatkan
penanganan
secara
komprehensif
dan
multisektoral. Pergeseran paradigma dalam pendekatan penanganan
masalah disabilitas dari pendekatan belas kasihan (charity based
approach), ke arah yang lebih mengedepankan pendekatan yang
mengutamakan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas (right
based approach), memerlukan adanya terobosan-terobosan program
melalui
kegiatan
yang
dapat
mendorong
dan
mempercepat
pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas yang harus diikuti pula
oleh peningkatan mutu dan kualitas pelayanan serta pelibatan aktif
masyarakat dalam penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak
penyandang disabilitas.
Perubahan paradigma dalam pendekatan penanganan masalah
disabilitas diimplemetasikan dalam kebijakan rehabilitasi sosial yang
dilakukan tidak bersifat sektoral/fragmentaris, tetapi pelayanan yang
terpadu (one stop service)/single window service dan berkelanjutan.
Sistem program rehabilitasi yang komprehensif dan layanan yang
telah terstandarisasi, menjangkau seluruh warga yang memerlukan
layanan sosial, melalui strategi yang inklusif disabilitas dalam
berbagai sektor kehidupan. Terobosan program berupa respon kasus
yang cepat menanggapi dan menjangkau kasus-kasus disabilitas di
berbagai wilayah, menunjukkan upaya cepat dalam melindungi dan
memenuhi hak-hak penyandang disabilitas.
Paradigma baru juga mengedepankan peran dan tanggung jawab
keluarga dan masyarakat, serta layanan sosial dalam lembaga
bersifat sementara sebelum mereka kembali kepada keluarga.
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
15
Gambar 2
Perubahan paradigma ini juga sejalan dengan perkembangan
situasi dan permasalahan disabilitas yang semakin kompleks yang
merupakan tantangan kita semua untuk membentuk kerangka kerja
yang bertumpu sistem program rehabilitasi yang komprehensif,
terstandar
dan
pencegahan,
professional.
sehingga
komunitas/masyarakat
Program
yang
mengutamakan
mengedepankan
peran
keluarga
dalam
pemberdayaan
dan
penyandang
disabilitas, dan rehabilitasi dalam lembaga bersifat temporer sebagai
alternative terakhir. Semua upaya ini dilakukan dalam rangka
meningkatkan
kualitas
kehidupan
dan
kesejahteraan
sosial
penyandang disabilitas, dan pemenuhan hak-hak mereka. Oleh
karena itu jangkauan sasaran adalah seluruh penyandang disabilitas
dengan ragamnya, artinya bahwa semua berhak memperoleh layanan
apabila
mengalami
permasalahan
sosial.
Gambar
berikut
menjelaskan jenis disabilitas pada ragamnya.
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
16
Gambar 3
Jenis Disabilitas pada Setiap Ragam Disabilitas
Arah kebijakan program perlindungan dan rehabilitasi sosial juga
sesuai dengan Convention on the Rights of Persons with Disabilities
(CRPD), yaitu penghormatan, pemenuhan dan perlindungan hak-hak
penyandang disabilitas. Kementerian Sosialmenempatkan to respect
(penghormatan, pengakuan), to fullfill (pemenuhan hak hak dasar)
dan to protect (perlindungan atas resiko yang terjadi) sebagai
komitmen utama.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dan hak dasar, melaksanakan tugas
kehidupan, melaksanakan peranan sosial, serta mengatasi masalah
dalam kehidupannya.
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatnya kemampuan penerima manfaat di antaranya
yaitu
1) Mampu memenuhi kebutuhan dasar
2) Mampu melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri
3) Mampu mengatasi masalah, psikososial yang dihadapinya
4) Mampu melakukan aktualisasi diri sesuai potensi yang
dimiliki
5) Mampu memenuhi kebutuhan ekonomi
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
17
6) Mampu kembali ke keluarga
7) Meningkatnya
jumlah
penyandang
disabilitas
yang memiliki alat bantu sesuai dengan kebutuhannya
b) Meningkatnya keluarga
penerima manfaat
yang mampu
melaksanakan perawatan/ pengasuhan/perlindungan sosial
c) Meningkatnya komunitas/LKS yang mampu melaksanakan
asistensi rehabilitasi sosial
d) Meningkatnya SDM yang mampu melaksanakan Asistensi
Rehabilitasi Sosial
C. LANDASAN KONSEPTUAL
Perspektif teoritis menjadi sudut pandang membangun program dan
intervensi rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas. Beberapa
perspektif teoritis memberikan pemahaman hakikat penyandang
disabilitas dan konstelasi dengan lingkungan yang memungkinkan
pengembangan potensi penyandang disabilitas dan juga lingkungan
sekitarnya. Beberapa perspektif teoritis yang mendasari program
rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas adalah sebagai berikut:
1. Perspektif Pekerjaan Sosial terhadap Disabilitas Perspektif
pekerjaan sosial didasari tujuan atau misi dari profesi pekerjaan
sosial yaitu mempromosikan atau memperbaiki hubungan timbal
balik antara individu dan lingkungannya untuk meningkatkan
kualitas kehidupan bagi semua orang.
Misi ini didasari perspektif sistem sosial, perspektif ekologi dan
perspektif ekosistem (Du Bois & Miley, 2014). Bagaimanan
mencapai misi tersebut? didasari perspektif persons in environment
(PIE), pekerjaan sosial memperbaiki atau merestorasi pada dua
bidang utama yaitu memperkuat keberfungsian sosial individu dan
di sisi lain meningkatkan efektifitas struktur di komunitas dengan
mengoptimalkan sumber-sumber yang ada di komunitas serta
kesempatan. Perspektif PIE menegaskan bahwa tidak cukup hanya
melakukan
intervensi
terhadap
individu
saja,
tetapi
perlu
melakukan intervensi juga terhadap lingkungan dimana individu
tersebut tinggal. Perspektif ini menunjukkan bahwa sasaran
intervensi pekerjaan sosial bersifat holistik. Gambar berikut
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
18
menunjukkan bahwa sasaran akhir dari intervensi pekerjaan sosial
adalah peningkatan kualitas hidup seseorang, yang dicapai dengan
cara
meningkatkan
meningkatkan
keberfungsian
efektifitas
sosial
struktur
di
seseorang
masyarakat
dan
dengan
menyediakan sumber dan kesempatan.
Gambar 4
Sasaran holistik intervensi pekerjaan sosial
2. Perspektif Ekologi
Bronfenbrenner, penemu konsep ini (ecological systems theory)
menegaskan bahwa untuk memahami perkembangan manusia
tidak mungkin hanya berfokus pada individunya saja (aspek
mikro), namun perlu memperhitungkan seluruh sistem ekologi
tempat individu tersebut seperti kelompok teman, keluarga,
komunitas, dan masyarakat yang lebih luas. Inti dari konsep ekologi
Bronfenbrenner
adalah
perilaku
seseorang
bukan
hanya
ditentukan oleh susunan biologis dan psikologisnya saja, tetapijuga
dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial yang langsung
mempengaruhi individu (sistem mikro) serta interaksi antara
sistem dalam lingkungan (meso systems) serta kondisi sosial,
politik, ekonomi, budaya (macro system) yang dipengaruhi oleh
kepercayaan dan sikap umum yang dianut oleh individumasyarakat
(Du Bois & Miley, 2014).
Perspektif ekologi dalam konteks rehabilitasi sosial penyandang
disabilitas dapat dipandang sebagai upaya untuk mempengaruhi
perilaku penyandang disabilitas, juga keluarga dan lingkungannya,
serta menentukan program-program seperti apa yang memiliki
peluang besar mengubah perilaku individu sekaligus lingkungan
sosialnya.
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
19
3. Perspektif Kekuatan
Perspektif kekuatan (strength perspective) yang memandang
individu
sebagai
orang-orang
yang
memiliki
potensi
dan
kemampuan dalam menghadapi kesulitan atau krisis (Saleeby,
2013). Pendekatan ini berfokus pada penggalian kekuatan individu
serta jaringan sosial dan komunitas yang lebih luas yang ada di
sekitar individu. Perpektif kekuatan berupaya meningkatkan
kekuatan dan membangun solusi atas permasalahan di atas
karakteristik yang sudah ada pada individu. Intinya, perspektif
kekuatan ini bepegang pada keyakinan bahwa semua individu
memiliki kekuatan, potensi dan sumber daya. Maka, fokus dari
praktik ini adalah pada pengembangan potensi, penggalian
sumber, peningkatan keterampilan, minat, dan sistem pendukung
bagi penyandang disabilitas.
Adapun prinsip dari perspektif kekuatan adalah sebagai berikut:
a. Individu memiliki kekuatan dan kapasitas untuk terus belajar
tumbuh dan berubah;
b. Intervensi berfokus pada kekuatan dan aspirasi dari orang-orang
yang menjadi dampingan pekerja sosial.
c. Komunitas dan lingkungan sosial dipandang sebagai lingkungan
yang penuh dengan sumber-sumber pertolongan.
d. Penyelenggara pelayanan berkolaborasi dengan orang-orang
yang dibantu.
e. Intervensi dilakukan berdasarkan prinsip pilihan sendiri sesuai
dengan norma dan nilai dilingkungan sosial.
f. Komitmen terhadap pemberdayaan.
g. Masalah dianggap sebagai hasil dari interaksi antara individu,
organisasi atau struktur daripada dipandang sebagai kekurangan
dari dalam individu atau organisasi/struktur.
4. Perspektif Hak Asasi Manusia
Perspektif hak asasi manusia memandang individu bukan sebagai
objek yang pasif, tetapi manusia dengan serangkaian hak yang
melekat dan harus dipenuhi. Perspektif yang memfokuskan pada
pemenuhan hak-hak individu meliputi: hak hidup, perlindungan
dan partisipasi. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 19 tahun
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
20
2011 tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas,
pemenuhan hak penyandang disabilitas dapat menggunakan
prinsip:
a. Penghormatan terhadap martabat
b. Otonomi individu
c. Non diskriminasi
d. Partisipasi
e. Keragaman manusia dan kemanusiaan
f. Kesamaan kesempatan
g. Kesetaraan
h. Aksesibilitas
i. Kapasitas yang terus berkembang
j. Inklusif
5. KEBIJAKAN REHABILITASI SOSIAL
Kebijakan program rehabilitasi sosial diarahkan untuk mencapai
tujuan pelaksanaan rehabilitasi sosial yang komprehensif, holistikdan
terstandar melalui:
a. Penghormatan,
pelindungan
dan
pemenuhan
hak-hak
penyandang disabilitas
b. Penguatan sistem rehabilitasi sosial yang terintegrasi dengan
jaminan sosial, pemberdayaan sosial & perlindungan sosial
c. Perluasan jangkauan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas
berbasis keluarga, komunitas dan residensial;
d. Penguatan kapasitas & kelembagaan UPT di lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial dan LKS
e. Peningkatan kampanye pencegahan, rehabilitasi, pemberdayaan,
jaminan & perlindungan sosial bagi penyandang disabilitas di
seluruh sektor dan masyarakat;
f. Peningkatan SDM pelaksana rehabilitasi sosial dan standarisasi
layanan rehabilitasi sosial (akreditasi dan sertifikasi)
g. Peningkatan peran pemerintah daerah, masyarakat dan swasta
dalam pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas dan keluarga.
Kebijakan teknis dalam program rehabilitasi sosial ini dimaksudkan
untuk mewujudkan pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
21
disabilitas
berbasiskan
hak-hak
asasi
manusia,
tuntutan
profesionalisme dan perluasan jangkauan baik wilayah dan target
sasaran, terutama pada saat kapasitas Pemerintah Daerah dalam
merespon kebutuhan dan menangani masalah penyandangdisabilitas
masih terbatas.
D. STRATEGI
Strategi operasional dari kebijakan teknis tertuang dalam beberapa
kegiatan yang saling mendukung untuk keberhasilan capaian
program rehabilitasi sosial, meliputi:
1. Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI)
Penyandang Disabilitas
Memperkuat kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas dan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial PenyandangDisabilitas
berbasis keluarga, komunitas dan residensial.
2. Memprioritaskan bangunan dan peralatan UPT di lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang rusak berat dan
layanan langsung kepada penyandang disabilitas
3. Kampanye Nasional
Aktifitas pencegahan yang merupakan bagian dari primary services,
dilakukan menggunakan multimedia dan dilaksanakan secara
masif terkait pencegahan masalah social serta penyadaran
masyarakat.
4. Standarisasi UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial dan LKS melalui Akreditasi lembaga kesejahteraan sosial dan
penguatan SDM melalui sertifikasi pelaksana rehabilitasi sosial
penyandang disabilitas.
5. Command Center
Merupakan penghubung semua direktorat teknis dan UPT di
lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, serta SDM
Kesejahteraan Sosial di seluruh Indonesia untuk penanganan kasus
dan dampak bencana agar lebih cepat, tepat dan efisien serta
terdokumentasi.
6. Respon Kasus
Memberikan respon cepat terhadap kasus-kasus Penyandang
Disabilitas yang muncul di berbagai wilayah di Indonesia,
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
22
dilakukan melalui koordinasi dengan Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas dan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial, pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait di
lokasi kasus.
E. BENTUK PROGRAM
Program
dijalankan
rehabilitasi
adalah
sosial
bersifat
Penyandang
komprehensif
Disabilitas
yaitu
yang
memberikan
perlindungan dalam siklus kehidupan. Program bagi penyandang
disabilitas
anak,
penyandang
disabilitas
usia
produktif,
dan
penyandang disabilitas pada usia lanjut. Program yang saling
terintegrasi menggambarkan program yang responsif.
Program rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas secara umum
yang
diarahkan
pencegahan
untuk
disfungsi
pengembangan
pemenuhan
sosial
keberfungsian
kebutuhan
dan
program
sosial.
Untuk
hidup
layak,
pemulihan
dan
mencapai
tujuan
tersebut, sehingga program rehabilitasi sosial terintegrasi dengan
program perlindungan dan jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
program-program penanganan fakir miskin. Dapat dilihat pada skema
program berikut:
Gambar 5
Program Perlindugan Sosial di Seluruh Siklus Kehidupan
KP NAPZA
ANAK
LANSIA
WANITA
& TS-KPO
Disabilitas
Pelaksanaan program rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas
dilakukan melalui layanan tidak langsung dan layanan langsung.
1. Layanan tidak langsung, meliputi:
a. Kampanye Sosial merupakan rangkaian komunikasi yang
terencana bersifat non komersil dalam kurun waktu tertentu
melalui
kampanye pencegahan
masalah
sosial,
publikasi,
sosialisasi, edukasi, dan penyebarluasan informasi program
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
23
rehabilitasi sosial diseluruh sektor dan masyarakat. Kampanye
sosial
dilakukan
untuk
pemenuhan
hak-hak
penyandang
disabilitas melalui Talk Show, ILM, Pembuatan Baliho, Spanduk,
Billboard/Videotron.
b. Bimbingan teknis kompetensi bagi pengelola dan pendamping
ATENSI, dengan tujuan meningkatkan kapasitas SDM baik yang
bekerja di UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial sehingga dapat melaksanakan ATENSI sesuai dengan
prosedur.
c. Refleksi
kebijakan
dilaksanakan
berdasarkan
kasus
permasalahan yang terjadi di masyarakat, yang kemudian akan
berimplikasi pada rekomendasi kebijakan ATENSI.
d. Supervisi, monitoring dan evaluasi serta pelaporan, pelaksanaan
program ATENSI perlu dilakukan supervisi, monitoring dan
evaluasi agar pelaksanaan program ATENSI berjalan dengan
efektif, efisien, dan akuntabel. Supervisi dilakukan dengan
tujuan agar UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial terdampingi dalam pelaksanaan ATENSI sesuai dengan
pedoman operasional. Monitoring dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian antara pelaksanaan oleh UPT
di lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dengan rencana yang
sudah disusun. Evaluasi bertujuan untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan atensi berdasarkan indikator kinerja yang sudah
ditetapkan
dan
memberikan
rekomendasi
perbaikan
pelaksanaan ATENSI.
e. Perumusan pedoman umum dan pedoman operasional program
ATENSI, diperlukan petunjuk teknis yang memadai. Petunjuk
teknis tersebut akan direvisi dari yang sudah ada atau
menyesuaikan dengan kebijakan pelaksanaan ATENSI secara
umum.
f.
Rapat
koordinasi
teknis,
merupakan
upaya
pembahasan
bersama dalam penanganan permasalahan yang merupakan
tanggung jawab berbagai pemangku
kepentingan terkait.
Kegiatan rapat koordinasi teknis bertujuan untuk terjalinnya
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
24
koordinasi
yang
baik
antar
pemangku
kepentingan
dan
terlaksananya ATENSI yang komprehensif dengan pihak-pihak
terkait.
g. Advokasi sosial, usaha yang sistematik dan terorganisir untuk
mempengaruhi,
dan
menyakinkan
pemangku
kepentingan
dalam melaksanakan tugas dan peran tanggungjawabnya dalam
pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
Layanan tidak langsung dilakukan oleh Direktorat Rehabilitasi
Sosial Penyandang Disabilitas.
2. Layanan Langsung
Layanan langsung program rehabilitasi sosial dilaksanakan melalui
program
asistensi
rehabilitasi
sosial
(ATENSI)
penyandang
disabilitas yang bertujuan untuk mencapai keberfungsian sosial
individu, keluarga, dan komunitas dalam memenuhi kebutuhan dan
hak dasar; melaksanakan tugas dan peranan sosial; dan mengatasi
masalah dalam kehidupan. ATENSI dilakukan oleh Direktorat
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas,
UPT di lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang bermitra dengan unit
pelaksana teknis daerah, LKS, dan instansi terkait. Layanan
langsung ATENSI memiliki 7 bentuk sebagai berikut:
a. Dukungan pemenuhan hidup layak
Membantu
memenuhi
standar
kebutuhan
penyandang
disabilitas untuk dapat hidup layak secara fisik, mental dan
psikososial. Pemberian dukungan pemenuhan kebutuhan layak
tersebut diberikan sesuai dengan hasil asesmen.
b. Perawatan sosial dan / atau pengasuhan
Penyandang Disabilitas
Layanan perawatan sosial dan atau pengasuhan, bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan kasih sayang, keselamatan, kelekatan dan
kesejahteraan bagi penyandang disabilitas. Keluarga diberikan
penguatan kapasitas dalam memberikan perawatan dan/atau
pengasuhan
bagi
penyandang
disabilitas,
serta
diberikan
bantuan sarana dan prasarana perawatan sosial dan / atau
pengasuhan.
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
25
c. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga bertujuan untuk memberikan bantuan
kepada
anggota
pengetahuan,
keluarga
dan
berupa
keterampilan
dukungan
perawatan
emosional,
penyandang
disabilitas, pengasuhan penyandang disabilitas, keterampilan
berelasi dalam keluarga, serta dukungan untuk memahami
masalah yang dihadapi oleh keluarga.
d. Terapi Fisik, Terapi Psikososial dan Terapi Mental Spiritual
1) Terapi Fisik
Terapi
fisik
untuk
mengoptimalkan,
memelihara
dan
mencegah kerusakan dan gangguan fungsi fisik.
2) Terapi psikososial
Terapi
psikososial
merupakan
bentuk
praktek
psikotherapeutic untuk memulihkan dan mengoptimalkan
fungsi kognitif, afektif dan perilaku.
3) Terapi mental spiritual
Terapi untuk menyelaraskan pikiran, tubuh dan jiwa dalam
upaya mengatasi kecemasan dan depresi, menggunakan
nilai-nilai moral, spiritual dan agama
e. Pelatihan Vokasional dan pembinaan kewirausahaan
Upaya pemberian keterampilan bagi penyandang disabilitas agar
mampu hidup mandiri dan atau produktif. Upaya ini dilakukan
melalui pengembangan dan penyaluran minat, bakat, potensidan
menciptakan aktivitas yang produktif, akses modal usaha
ekonomi, bantuan kemandirian, bantuan sarana dan prasarana
produksi, serta mengembangkan jejaring.
f. Bantuan dan Asistensi Sosial
1) Bantuan, merupakan uang, barang, atau jasa yang diberikan
kepada sasaran program rehabilitasi sosial dan PPKS
lainnya.
2)
Asistensi sosial, merupakan bantuan berupa uang, barang,
jasa pelayanan, dan/atau jaminan sosial kepada seseorang,
keluarga, kelompok, atau masyarakat yang berpendapatan
rendah sampai dengan berpendapatan tinggi.
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
26
g. Dukungan aksesibilitas
Membantu penyandang disabilitas yang mengalami hambatan
untuk memperoleh akses yang setara terhadap layanan,
peralatan, lingkungan fisik dan non fisik maka diberikan
dukungan aksesibilitas termasuk alat bantu yang diperlukan
penerima manfaat.
F. PRINSIP
Layanan ATENSI diberikan berdasarkan prinsip yaitu:
1. Multifungsi Layanan
Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI merespon ragam masalah
sosial yang membutuhkan penanganan segera atau mendesak
untuk dilayani.
2. Holistik
Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI harus memandang
individu Penyandang Disabilitas sebagai bagian dari kesatuan
sistem biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual.
3. Sistematik
Untuk memastikan tahapan program ATENSI yang terencana
melalui manajemen kasus sehingga dapat dievaluasi outcome dan
impactnya.
4. Terstandar
Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Berbasis hak
Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI memperhatikan norma
dan prinsip hak asasi manusia.
5. Multiprofesi
Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI melibatkan profesi lain
guna meningkatkan efektivitas program bagi penerima manfaat.
6. Multilevel intervensi
Untuk
memastikan
pelaksanaan
ATENSI
diberikan
kepada
individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat.
7. Multiaktor kolaborasi
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
27
Untuk memastikan pelaksanaan ATENSI tidak hanya dilaksanakan
Pekerja
Sosial
namun
melibatkan
sumber
daya
manusia
kesejahteraan sosial lainnya.
8. Dinamis
Untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasiATENSI
harus memperhatikan segala sesuatu atau kondisi yang berubah,
bergerak secara aktif, dan berkembang di masyarakat.
9. Integratif
Untuk
memastikan
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
evaluasi
ATENSI harus mempertimbangkan seluruh aspek penyandang
disabilitas secara satu kesatuan dan bukan terpisah-pisah.
10. Komplementer
Untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
ATENSI harus menyatu dan bersinergi untuk saling melengkapi
dalam pemenuhan kebutuhan Penyandang Disabilitas.
11. Berjejaring
Untuk
memastikan
pelaksanaan
ATENSI
harus
mampu
memanfaatkan dan bekerja sama dengan potensi sumber daya yang
tersedia di pemerintah daerah dan masyarakat.
G. AKSESIBILITAS, ALAT BANTU DAN AKOMODASI YANG LAYAK
1. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi semua
orang termasuk penyandang disabilitas guna mewujudkan
kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan. (Pasal 1 Angka 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2016 tentang Penyandang Disabilitas). Semua dapat melakukan
aktiivitasnya
dengan
mudah,
aman,
mandiiri
dan
tanpa
diskriminasi. Setiap bangunan/lingkungan harus dapat dicapai,
dimasuki, dan dipergunakan oleh semua orang, tanpa harus
membuat seseorang merasa dikasihani atau dibedakan. Dalam
aksesibilitas tedapat dua jenis aksesibilitas yaitu aksesibilitas fisik
dan non fisik:
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
28
a. Aksesibilitas Fisik
Adalah fasilitas yang diberikan untuk dapat keluar masuk dan
menggunakan suatu bangunan, kendaraan atau fasilitas fisik
lainnya dengan aman, nyaman dan mandiri. Gambar berikut ini
dijadikan rujukan dan item yang dijadikan objek dalam contoh
bangunan aksesibel:
Gambar 6
Aksesibilitas Fisik
(PINTU)
(RAM)
Guiding Block
RAM
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
29
b. Aksesibilitas Non-fisik
Adalah fasilitas yang diberikan untuk memudahkan setiap orang
mendapatkan informasi, seperti running teks untuk rungu wicara,
dan Juru Bahasa Isyarat.
Gambar
7
Aksesibilitas Non Fisik
Syarat aksesibilitas harus memenuhi 4 unsur sebagai berikut:
1) Kemudahan, semua orang dapat menjangkau semua tempat
dengan mandiri.
2) Kegunaan, setiap orang dapat mempergunakan semua tempat.
3) Keselamatan,
setiap
bangunan
dan
lingkungan
harus
memperhatikan keselamatan bagi semua orang.
4) Kemandirian, setiap orang harus dapat mencapai, masuk dan
mempergunakan tempat tanpa bantuan orang lain.
Perencanaan aksesibilitas bangunan yang aksesibel merupakan
pembangunan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua manusia,
tanpa adanya batasan. Hal ini merupakan salah satu upaya
penyetaraan kesempatan dan akses bagi penyandang disabilitas agar
sama-sama berpartisipasi aktif di masyarakat.
Tujuan utama dari perencanaan bangunan yang aksesibel adalah
agar tidak adanya sekat yang membatasi antara penyandang
disabilitas dengan individu lainnya yang non disabilitas dalam
beraktivitas dilingkungan. Hal ini sesuai dengan prinsip equity yang
mengharuskan
adanya
persamaan
hak
bagi
setiap
orang di
lingkungan masyarakat. Desain aksesibilitas sendiri membutuhkan
sebuah standar yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan
fasilitas. Sehingga gagasan konsep yang direncanakan sepenuhnya
didukung dengan legitimasi hukum dari Pemerintah.
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
30
2. Alat Bantu
Alat bantu adalah benda yang berfungsi membantukemandirian
penyandang disabilitas dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
(Pasal 1 Angka 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas). Alat bantu terbagi menjadi dua, yaitu alat
bantu mobilitas dan alat bantu kesehatan. Alat Bantu Kesehatan
adalah benda yang berfungsi mengoptimalkan fungsi anggota
tubuh penyandang disabilitas berdasarkan rekomendasi dari
tenaga medis.
Beberapa contoh alat bantu penyandang disabilitas:
Gambar 8
Contoh Alat Bantu Penyandang Disabilitas
Contoh Alat Bantu Mobilitas
Kursi Roda
Kruk
Tongkat Putih
Contoh Alat Bantu Kesehatan
Alat Bantu Dengar
Kaki Palsu
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
31
FOOT ORTHOSE
ANKLE FOOD ORTHOSIS
(AFO)
HIP KNEE ANKLE FOOD ORTHOSIS (HKAFO)
JENIS-JENIS KURSI RODA
KURSI RODA CEREBAL
PALSY
KURSI RODA ELEKTRIK
AXILLAV
MOTOR RODA 3 (Alat Bantu Usaha)
MODEL JAHIT
MODEL CAFE
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
32
MODEL SAYUR
MODEL CARGO
TONGKAT PENUNTUN ADAPTIF
Canadian
Walker Roda
Tripod
ALAT BANTU JALAN :
1. Cane
2. Axillar kruk
3. Canadian Kruk
4. Tripod
5. Walker
6. Walker Roda
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
33
ALAT PENGGANTI TUBUH PROSTHESIS YANG HILANG) :
1. Syme Prostesis Untuk Ankle Disarticulation
2. Below Knee Prothesis
3. Above Knee Prothesis
ORTHOSIS :
1. AFO
2. KAFO
3. HKAFO
4. GRAFO
3. Akomodasi yang layak
Akomodasi yang layak adalah modifikasi dan penyesuaian yang
tepat dan diperlukan untuk menjamin penikmatan atau pelaksanaan
semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental untuk
Penyandang Disabilitas berdasarkan kesetaraan. (Pasal 1 Angka 9
Undang-Undang
Nomor
8
Tahun
2016
tentang
Penyandang
Disabilitas).
Akomodasi yang layak merupakan bagian dari aksesibilitas bagi
penyandang disabilitas. Berbagai perubahan atau penyesuaian dapat
dilakukan
baik
oleh
pemerintah
maupun
masyarakat
untuk
memberikan kemudahan akses dan kemudahan partisipasi bagi
penyandang disablitas. Misalnya modifikasi ruangan, modifikasi
kendaraan/alat transportasi, modifikasi alat bantu, dan berbagai
modifikasi/penyesuaian lainnya yang diperlukan sepanjang tidak
menghambat atau merugikan kepentingan umum.
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
34
BAB III
PELAKSANAAN ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL
PENYANDANG DISABILITAS
A. Sasaran dan Kriteria
Sasaran Program ATENSI penyandang disabilitas adalah:
1. Penyandang disabilitas fisik, intelektual, mental, sensorik dan/atau
disabilitas ganda.
2. Keluarga penyandang disabilitas yang menjadi lingkungan terdekatdan
tempat utama bagi penyandang disabilitas untuk memperoleh
pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis, sosial serta spiritual. Dan atau
keluarga yang
sedang
menghadapi
masalah
perawatan/pengasuhan dan perlindungan sosial.
3. Komunitas yaitu kelompok yang menjadi lingkungan penyandang
disabilitas. Komunitas merupakan tempat penyandang disabilitas
memperoleh penerimaan, perlindungan dan kesempatan untuk
mengembangkan diri serta berpartisipasi. Lingkungan sekitar dan LKS
PD merupakan bagian dari komunitas yang akan membantu keluarga
untuk bergerak bersama memenuhi hak-hak penyandang disabilitas.
4. Sumber Daya Manusia Kesejahteraan Sosial yang terdiri dari Pekerja
Sosial, Tenaga Kesejahteraan Sosial, Penyuluh Sosial dan Relawan
Sosial serta Sumber Daya Manusia lain yang terkait.
5. Penyandang disabilitas yang terdaftar maupun yang belum pada Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
B. BENTUK ATENSI
Pelaksanaan ATENSI penyandang disabilitas memiliki 7 (tujuh) bentuk
yang
dapat
diakses
oleh penyandang
disabilitas
sesuai
dengan
kebutuhannya. Bentuk tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak
Tujuan kegiatan ini untuk memberi dukungan pemenuhan kebutuhan
pokok, kebutuhan dasar sehari-hari penerima manfaat, sehingga
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
35
secara fisik, psikologis dan sosial dapat lebih sehat/memiliki kualitas
hidup yang lebih baik.
Dilakukan dengan cara memberikan bantuan sosial kebutuhan dasar
seperti sandang, pangan, gizi makanan, pakaian yang bersih, tempat
tinggal sementara yang aman, pemenuhan identitas diri dan akses
layanan kesehatan dan pendidikan.
2. Perawatan sosial dan/atau Pengasuhan
Tujuan kegiatan ini untuk memberikan layanan pemenuhan kasih
sayang, keselamatan, kelekatan dan kesejahteraan, agar penerima
manfaat mendapatkan perawatan dan/atau pengasuhan.
Kegiatan perawatan sosial dan/atau pengasuhan dilakukan dengan
cara
merawat,
mengasuh
dan
memberikan
perhatian
yang
berkelanjutan serta memberikan bantuan sarana dan prasarana.
Komponen perawatan bagi penyandang disabilitas terkait dengan
kebutuhan penyandang disabilitas dalam melakukan aktivitas bantu
diri, dan pemeliharaan kesehatan terutama bagi penyandang disabilitas
berat atau ganda. Komponen pengasuhan bagi penyandang disabilitas
terkait dengan terpenuhinya kasih sayang, keselamatan, kelekatan,
serta kesejahteraan, sehingga dapat memiliki kualitas hidup lebih baik
sesuai dengan kondisi kedisabilitasannya.
3. Dukungan Keluarga
Tujuan kegiatan ini agar keluarga penyandang disabilitas memiliki
kemampuan dan kapasitas yang dibutuhkan untuk mendukung
kualitas hidup dan kesejahteraan penyandang disabilitas.
Dukungan kepada keluarga baik keluarga sendiri (inti); dan/atau
keluarga pengganti. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan
pendampingan kepada keluarga untuk memperkuat kapasitas keluarga
melalui edukasi keluarga, konsultasi keluarga, mediasi keluarga,
penyiapan keluarga, reunifikasi, dukungan kelompok (selfhelp group)
dan advokasi keluarga.
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
36
4. Terapi Fisik, Terapi Psikososial, Terapi Mental dan Spiritual
Tujuan kegiatan ini untuk memulihkan, atau memperkuat kondisi
fisik, psikologis, sosial, mental dan spiritual penerima manfaat,
sehingga dapat kembali berkontribusi atau berpartisipasi dalam
lingkungannya.
a. Terapi Fisik
Terapi untuk memulihkan, mengoptimalkan, memelihara dan
mengembangkan kapasitas fisik dan kesehatan serta mencegah
gangguan fungsi fisik.
Tujuan: Pemeliharaan kesehatan melalui pemulihan fungsi fisik,
menjaga kebugaran fisik dan kesegaran tubuh dan meningkatkan
kemampuan fungsi fisik.
Dilakukan dengan cara: latihan teurapeutik, pijat, urut dan terapi
elektronik, terapi gerak tubuh, terapi menggunakan latihan
(exercise therapy), terapi menggunakan alat bantu, olah raga
rekreasi (outbond) dan prestasi (futsal, renang, bulutangkis),
pemeliharaan diri serta latihan pernafasan dan relaksasi.
b. Terapi Psikososial
Kumpulan terapi untuk mengatasi masalah psikologis dan sosial
yang muncul dalam interaksi PD dengan lingkungan sosialnya baik
keluarga, kelompok, komunitas maupun masyarakat.
Tujuan: Memperkuat dan memobilisasi potensi penerima manfaat
dan keluarga serta meningkatkan kemampuan dalam interaksi
penerima manfaat dengan lingkungan sosialnya baik keluarga,
kelompok, komunitas maupun masyarakat.
Dilakukan dengan cara memberikan berbagai terapi untuk
mengatasi masalah yang berkaitan dengan aspek
kognisi, psikis, dan perilaku serta dukungan alat bantu.
Beberapa terapi psikososial yang dapat diberikan:
1) Terapi pada ranah kognitif:
a) Terapi realitas
b) Konseling
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
37
c) Cognitive Behaviour Therapy (CBT)
d) Self Talk (afirmasi positif terhadap diri sendiri)
e) Hypnotherapy
2) Terapi pada ranah afektif
a) Terapi visualisasi
b) Terapi kursi kososng
c) Terapi nourishment
d) Terapi relaksasi
e) Art Therapy
f) Hypnotherapy
3) Terapi pada ranah behavioral:
a) Teknik-teknik pengubahan perilaku untuk meningkatkan
perilaku positif
1) Penguatan positif (Positive Reinforcement).
2) Shaping
3) Covert reinforcement
4) Penguatan negatif (negative reinforcement)
5) Prompting / coaching
6) Fading
7) Chaining
8) Behaviour Rehearshal
b) Teknik-teknik
pengubahan perilaku untuk
menurunkan perilaku negative (descreasing
behaviour)
1) Penghukuman positif (Positive Punishment).
2) Penghukuman Negatif (Negative Punishment disebut juga
Response Cost)
3) Membuat jenuh, kenyang, penuh (Satiasi)
4) Pelemahan perilaku maladaptif (time out)
5) Penghapusan/peniadaan perilaku operan (operant
extinction)
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
38
6) Membuat tidak sensitif secara sistematis (desentizasi
sistematis)
7) Substitution of sexual responses
8) Aversive counterconditioning,
9) Covert sensitization
10) Implossion
11) Contact desentization
12) Thought stopping
c. Terapi Mental Spiritual
Terapi yang ditujukan untuk membangun mental dan kehidupan
spiritual yang baik.
Tujuan: meningkatkan pemahaman nilai-nilai moral, spiritual dan
agama untuk menyeleraskan pikiran, tubuh dan mental, dalam
upaya mengatasi kecemasan dan depresi. Dilakukan dengan cara
meditasi, terapi seni, ibadah keagamaan, dan atau terapi yang
menekankan harmoni dengan alam, serta dukungan alat bantu.
d. Terapi Okupasi
Bentuk layanan kepada individu penyandang disabilitas dengan
kelainan fisik, mental, dan intelektual yang mengalami gangguan
kinerja okupasional, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan
pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan
pemanfaatan waktu luang.
Metode Terapi Okupasi yang bisa menjadi pilihan:
1) Terapi Sensori Integrasi
2) Terapi Snoezelen
3) Pra vocasional skill
4) Pre writting skill
5) Terapi self care / personal hygiene
6) Terapi relaksasi
7) Terapi ADL (activity daily living) / aktivitas sehari hari
8) Terapi rekreasi
9) Terapi aktivitas kelompok seni
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
39
10) Terapi aktivitas kelompok interaksi
11) Terapi aktivitas kelompok ADL
12) Terapi problem solving
c. Terapi Aktivitas Seni
d. Terapi Olah Raga
5. Pelatihan Vokasional dan Pembinaan Kewirausahaan Tujuan
kegiatan ini untuk memberikan keterampilan kepada penerima manfaat
agar mampu hidup mandiri dan atau produktif. Kegiatan ini dilakukan
dengan cara memberikan aktivitas pengembangan dan penyaluran
minat, bakat, potensi dan menciptakan aktivitas yang produktif, akses
modal usaha ekonomi, bantuan kemandirian, bantuan sarana dan
prasarana produksi, mengembangkan jejaring pemasaran dan praktik
belajar kerja.
6. Bantuan dan Asistensi Sosial
Tujuan kegiatan ini untuk memberikan bantuan kepada penerima
manfaat yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial agar dapat
hidup secara wajar.
a. Bantuan sosial merupakan bantuan berupa uang, barang, atau jasa
kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin,
tidak mampu, dan/atau rentan terjadap risiko sosial.
b. Asistensi sosial merupakan bantuan berupa uang, barang, jasa
pelayanan, dan.atau jaminan sosial kepada seseorang, keluarga,
kelompok, atau masyarakat yang berpendapatan rendah sampai
dengan berpendapatan tinggi.
7. Dukungan Aksesibilitas
Tujuan
kegiatan
ini
untuk
membantu
penyandang
disabilitas
memperoleh akses yang setara terhadap peralatan, pelayanan publik,
serta lingkungan fisik dan non fisik.
Dilakukan dengan cara melakukan sosialisasi, fasilitasi, penyediaan
sarana dan prasarana yang memenuhi standar aksesibilitas, serta
advokasi sosial kepada pemangku kepentingan. Apabila memerlukan
alat bantu disabilitas maka kegiatan yang dilakukan adalah
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
40
memberikan alat bantu sesuai dengan hasil asesmen, baik dengan cara
menemukan alat bantu yang cocok, memodifikasi alat bantu yang ada,
dan menyesuaikan penggunaannya.
C. Pendekatan ATENSI Penyandang Disabilitas
1. Berbasis Keluarga
Atensi berbasis keluarga didasari bahwa keluarga adalah lingkungan
terdekat dan menjadi lingkungan utama bagi penerima manfaat.
Beberapa perspektif peran dan fungsi keluarga bagi penyandang
disabilitas adalah sebagai berikut:
a. Keluarga menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
psikis;
b. Keluarga tempat berlindung yang utama;
c. Keluarga tempat penyandang disabilitas menjalankan peran &
mengaktualisasikan diri;
d. Keluarga sangat memahami dan mengetahui potensi dan
kebutuhan penyandang disabilitas;
e. Keluarga yang baik, harmonis dan bahagia dapat
meningkatkan kualitas kesejahteraan sosial penyandang
disabilitas;
Didasari pandangan positif terhadap keluarga, maka keluarga
menjadi tempat terbaik bagi penerima manfaat. Maka, dukungan
keluarga harus diperkuat agar terwujudnya pemenuhan hak dan
kebutuhan penerima manfaat.
Berbasis keluarga dapat dilakukan di keluarga inti, atau di keluarga
pengganti yaitu keluarga besar atau keluarga kerabat, atau pada
keluarga asuh dan keluarga adopsi. Hal ini sejalan dengan continuum
of care yaitu rentang pengasuhan perawatan yang berkelanjutan bagi
penyandang disabilitas. Pada rentang pengasuhan dan perawatan
tersebut, keluarga inti adalah tempat terbaik
bagi penyandang
disabilitas mendapatkan pengasuhan, perawatan dan perlindungan.
Namun demikian apabila keluarga inti tidak memungkinkan karena
ketidakmampuan atau tidak ditemukan, maka selanjutnya perawatan
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
41
dan perlindungan dapat dilakukan oleh keluarga besar. Seterusnya
bila keluarga besar tidak memungkinkan maka pilihan penempatan
penyandang disabilitas pada keluarga kerabat atau saudara jauh.
Perawatan dan perlindungan alternatif berbasis keluarga lainnya
adalah berbasis keluarga asuh yang
bila memungkinkan dapat
memberikan perawatan dan perlindungan sementara sebelum
kembali ke keluarga inti. Keluarga adopsi adalah pilihan terakhir
dalam perawatan perlindungan penyandang disabilitas dengan
berbasis
keluarga.
Penempatan
penyandang
disabilitas
dalam
pengasuhan, perawatan dan perlindungan berbasis keluarga adalah
berdasarkan asesmen yang komprehensif terkait kapasitas keluarga.
Pendekatan berbasis keluarga juga dapat melibatkan peran pekerja
sosial, pendamping rehabilitasi sosial, tenaga kesejahteraan sosial,
dan relawan sosial yang memiliki akses langsung kepada keluarga
penyandang disabilitas.
2. Berbasis Komunitas
Komunitas adalah lingkungan terdekat kedua setelah keluarga bagi
penyandang disabilitas. Komunitas tempat tinggal penyandang
disabilitas akan menjadi lingkungan yang sangat dikenal oleh
penyandang disabilitas dan diharapkan dapat menjadi sistem
dukungan bagi penyandang disabilitas dan keluarganya.
Pendekatan ATENSI berbasis komunitas merujuk pada Community
Based Rehabilitation (CBR) adalah strategi pengembangan komunitas
yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang
disabilitas di dalam komunitasnya. CBR diinisiasi oleh WHO yang
menekankan peningkatan kualitas hidup penyandang disabilitas dan
keluarganya,
inkusivitas
terpenuhi
dan
kebutuhan
partisipasi
nya
dasarnya, dan
memastikan
di
Menekankan
komunitas.
penggunaan sumber-sumber yang ada di komunitas, meningkatkan
pemberdayaan
penyandang
disabilitas
dan
keluarganya
serta
memberikan penguatan pada stakeholder agar memberi dukungan
pada pemenuhan kebutuhan penyandang disabilitas serta
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
42
peningkatan kualitas hidup penyandang disabilitas di komunitasnya.
Pemberdayaan penyandang disabilitas di komunitas dilakukan untuk
mengasah kemampuan dan meningkatkan kreativitas.
Pemberdayaan penyandang disabilitas berbasis komunitas tidak
hanya mengembangkan potensi ekonomi, tetapi juga harkatmartabat,
rasa percaya diri dan terpeliharanya nilai budaya setempat. Beberapa
pandangan terhadap komunitas dalam rehabilitasi sosial bagi
penyandang disabilitas, adalah sebagai berikut:
a. Komunitas merupakan
lingkungan
terdekat
bagi penerima
manfaat dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis;
b. Komunitas yang memiliki kesadaran bersama akan melindungi
penerima manfaat dari kerentanan, stigma dan diskriminasi;
c. LKS dan Organisasi Penyandang Disabilitas menjadi mitra
penggerak
utama
bagi
keluarga
dan
komunitas
untuk
mendampingi atau merawat penerima manfaat;
d. Komunitas adalah yang terdekat dengan keluarga penerima
manfaat maka, komunitas harus dikuatkan melalui LKS agar lebih
sensitif
dan
responsif
dalam
mencegah
&
menyelesaikan
permasalahan yang dialami oleh penyandang disabilitas.
e. Komunitas dapat menjadi tempat dan sekaligus sistem sumber
bagi
penyandang
disabilitas
dan
keluarganya
dalam
mengembangkan potensi penyandang disabilitas, memulihkan
dan mengembangkan fungsi sosial penyandang disabilitas dan
keluarganya.
f. Pekerja
Sosial
dan
SDM
lainnya
dapat
berperan
untuk
memperkuat komunitas melalui pemberian edukasi, sosialisasi,
penyuluhan, dan menggerakan komunitas untuk menjadi pelaku
rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas dan keluarganya.
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
43
3. Berbasis Lembaga/ Residensial
Rehabilitasi berbasis residensial adalah alternatif terakhir dalam
layanan bagi penyandang disabilitas ketika keluarga
dan komunitas belum dapat berfungsi memberikan dukungan
terbaiknya. Beberapa pandangan terhadap rehabilitasi berbasis
residensial adalah sebagai berikut:
a. Perawatan penyandang disabilitas berbasis residensial yang dapat
dilakukan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Rehsos, Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), dan LKS menjadi kebutuhan bagi
penerima manfaat yang tidak memiliki keluarga atau ditelantarkan
oleh keluarga atau keluarga yang tidak mampu melakukan
perawatan penyandang disabilitas karena permasalahan ekonomi
dan sosial; atau penerima manfaat yang membutuhkan layanan
temporer, seperti vocational training dan terapi.
b. Perawatan (UPT) Ditjen Rehsos , UPTD atau LKS dapat menjamin
kualitas kesejahteraan sosial bagi terpenuhinya kebutuhan fisik,
psikologis dan sosial penerima manfaat yang dilaksanakan secara
temporer;
Pelaksanaan ATENSI berbasis keluarga, komunitas, dan residensial
yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah, LKS atau
instansi terkait lainnya dapat dilakukan secara mandiri, dengan
supervisi dari Kementerian Sosial
D. Jangka Waktu Pelaksanaan ATENSI
Jangka waktu pelaksanaan ATENSI bagi penyandang disabilitas dan
keluarganya dilaksanakan berdasarkan hasil asesmen yang telah dibahas
dalam konferensi kasus bekerja sama dengan tenaga profesional lainnya.
Hasil asesmen meliputi masalah, kebutuhan, potensi penyandang
disabilitas dan keluarganya serta rencana intervensi.
E. Pendamping Rehabilitasi Sosial
ATENSI
Penyandang
Disabilitas
dilaksanakan
oleh
pendamping
rehabilitasi sosial yang dikoordinasikan oleh pekerja sosial. Pekerja sosial
tersebut dalam melaksanakan tugasnya bekerja sama dengan dokter,
terapis, instruktur, perawat, psikolog, psikiater, tenaga kesejahteraan
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
44
sosial, relawan sosial, penyuluh sosial dan / atau tenaga profesional
lainnya.
Pendamping rehabilitasi sosial disediakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota dan masyarakat.
F. Pendataan
Sumber data penerima layanan ATENSI penyandang disabilitas berasal
dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Apabila penerima
layanan atensi tidak terdapat dalam DTKS, layanan tetap diberikan
dengan ketentuan bahwa calon penerima layanan ATENSI penyandang
disabilitas
harus
segera
dilaporkan
kepada
dinas
sosial
daerah
kabupaten/kota, dinas sosial provinsi, atau Kementerian Sosial untuk
diusulkan ke dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.
Tata cara pendaftaran PPKS dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
H. Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawaan dapat dilakukan oleh:
1. Menteri
melaksanakan
pembinaan
dan
pengawasan
teknis
penerapan ATENSI di daerah provinsi.
2. Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melaksanakan
pembinaan dan pengawasan penerapan ATENSI di daerah
kabupaten/kota.
3. Menteri dalam melakukan pembinaan dan
Pengawasan teknis sesuai dengan kewenangannya berkoordinasi
dengan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang dalam negeri.
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
45
I. Pemantauan dan Evaluasi
1. Pemantauan
a. Pemantauan dilaksanakan untuk menjamin kesinambungan dan
efektivitas langkah secara terpadu dalam pelaksanaan ATENSI.
b. Pemantauan dilakukan secara berkala baik langsung maupun tidak
langsung melalui kunjungan dan observasi terhadap pelaksanaan
ATENSI.
c. Pemantauan bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara
pelaksanaan dengan ATENSI dan sebagai bahan untuk melakukan
evaluasi.
d. Pemantauan dilakukan secara berjenjang mulai dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota.
2. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan ATENSI dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
Hasil evaluasi pelaksanaan ATENSI digunakan sebagai bahan:
a. penyempurnaan ATENSI;
b. perencanaan program dan anggaran;
c. peningkatan mutu layanan Rehabilitasi Sosial; dan
d. pelaporan akuntabilitas kinerja dan keuangan.
J.
Pelaporan
1. Pelaporan adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian data dan
informasi yang terencana dan terjadwal.
2. Pelaporan pelaksanaan ATENSI yang dilaksanakan oleh UPT di
Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dengan mekanisme
sebagai berikut:
a. komunitas/lembaga kesejahteraan sosial Disabilitas melaporkan
pelaksanaan ATENSI kepada UPT di Lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial sesuai wilayah kerjanya; dan
b. UPT di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
melaporkan pelaksanaan ATENSI kepada Direktorat Jenderal
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
46
Rehabilitasi sosial. Cq Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas
3. Pelaporan pelaksanaan ATENSI mencakup:
a. Proses kegiatan ATENSI yang dilakukan; dan
b. Pertanggungjawaban penggunaan anggaran.
4. Pelaporan disampaikan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai
dengan kebutuhan.
K. Indikator Kinerja Program
Indikator keberhasilan Program Asistensi Rehabilitasi Sosial penyandang
disabilitas adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya pemenuhan hidup penyandang disabilitas secara layak,
yang ditandai dengan:
a. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang terpenuhi
kebutuhan dasar makanan, pakaian, akses kesehatan, pendidikan
dan identitas diri.
b.
Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang
mampu
melakukan perawatan diri dan bantu diri (Activity Daily Living);
c. Meningkatnya
jumlah penyandang disabilitas yang melakukan
aktualisasi diri sesuai potensi yang dimiliki;
d. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang memiliki alat
bantu sesuai dengan kebutuhannya
e. Meningkatnya
jumlah
penyandang
disabilitas
yang
memiliki
keterampilan dan pelaksanaan kewirausahaan
f. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang mampu mandiri
secara ekonomi
2. Meningkatnya dukungan sosial keluarga yang ditandai dengan:
a. Meningkatnya jumlah penyandang disabilitas yang kembali pada
keluarga dan dirawat oleh keluarga.
b. Meningkatnya jumlah keluarga penyandang disabilitas yang mampu
melaksanakan perawatan/pengasuhan/ perlindungan sosial
3. Meningkatnya kemampuan dan partisipasi Komunitas/ LKS dalam
melaksanakan ATENSI penyandang disabilitas;
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
47
4. Meningkatnya kemampuan SDM yang mampu melaksanakan ATENSI
penyandang disabilitas;
5. Meningkatnya layanan bantuan dan asistensi sosial bagi penyandang
disabilitas dan keluarga;
6. Adanya
pemberian dukungan
aksesibilitas
kepada
penyandang
disabilitas dan keluarga.
L. Pendanaan
Pendanaan untuk pelaksanaan ATENSI yang menjadi tanggung jawab
Menteri dibebankan pada:
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan
2. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
Pendanaan
untuk
pelaksanaan ATENSI di panti sosial daerah provinsi dibebankan pada:
a. anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi;
b. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
48
BAB IV
MEKANISME ATENSI PENYANDANG DISABILITAS
Bab ini menjelaskan tahapan pelaksanaan bentuk ATENSI yang
digunakan melalui pendekatan manajemen kasus. Dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 9
Bisnis Proses ATENSI
Gambar 9 menunjukkan adanya perencanaan yang komprehensif dan
respon yang beragam dengan ATENSI berbasis keluarga, komunitas dan
residensial. Proses tersebut menunjukkan manajemen kasus digunakan
dalam proses layanan terhadap penyandang disabilitas. Perkembangan dan
situasi permasalahan penyandang disabilitas yang semakin kompleks
menuntut pengelolaan kasus dalam meresponnya. Tujuannya agar setiap
kasus penerima manfaat dapat ditangani secara sistematis, holistik dan
tuntas sesuai dengan kebutuhan penerima manfaat.
Pendekatan manajemen kasus tepat digunakan sejalan dengan
perspektif pusat pelayanan yang beragam untuk memberikan layanan “one
stop service” atau layanan satu atap dengan dukungan berbagai tim dan
lembaga-lembaga yang tergabung dalam koordinasi pelayanan. Penjabaran
bisnis proses dalam program ATENSI penyandang disabilitas secara lebih
rinci dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
49
Gambar 10
Mekanisme Atensi
Gambar 10 tersebut menjelaskan bagaimana setiap aspek bentuk dari
mekanisme pelaksanaan ATENSI. Berikut penjelasan mekanisme kerjanya:
A. Fasilitasi Akses
Fasilitasi Akses adalah tahapan awal untuk mendapatkan layanan
ATENSI bagi penyandang disabilitas. Tujuannya agar penyandang
disabilitas yang membutuhkan layanan dapat terlayani. Adapun cara
untuk mendapatkan layanan ini antara lain:
1. Referral atau rujukan dari perorangan, atau dari lembaga seperti
rumah sakit, puskesmas, Dinas Sosial, LKS, Organisasi Penyandang
Disabilitas, UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial,
atau rujukan dari instansi pemerintah lainnya.
2. Laporan kasus dari layanan Hotline, Contact Center, Command Center,
media sosial atau perorangan / keluarga yang secara langsung datang
sendiri.
3. Hasil outreach petugas: pekerja sosial, pendamping rehabilitasi sosial,
TKSK, PSM, TRC atau pendamping sosial lainnya yang melakukan
outreach ke masyarakat dan menjangkau keluarga-keluarga yang
memiliki penyandang disabilitas.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
50
B. Pendekatan dan kesepakatan (intake dan engagement)
Adalah tahapan membangun kedekatan dan kepercayaan antara
penerima manfaat dengan petugas / pekerja sosial, serta pada tahapan ini
juga melakukan proses asesmen awal.
Tujuannya agar terbangun kepercayaan dari penerima manfaat, sehingga
terjadi kesepakatan layanan. Di samping itu dipahami kondisi secara
umum dari penerima manfaat dan keluarganya.
Cara melakukan beberapa aktivitas dalam tahapan ini:
1. Membangun kepercayaan dengan pembicaraan yang hangat dan
terbuka, menunjukkan penerimaan terhadap penerima manfaat
(penyandang disabilitas dan keluarganya)
2. Asesmen awal untuk memperoleh gambaran umum tentang penerima
manfaat dan keluarganya (verifikasi kasus). Pada asesmen ini
dilakukan deteksi dini terkait penerima manfaat. Asesmen terhadap
keluarga untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana kondisi
keluarga dilihat dari aspek perawatan, pengasuhan, ekonomi dan
sosial. Kegiatan verifikasi kasus dapat dilakukan di lembaga atau di
rumah penerima manfaat melalui kegiatan home visit.
3. Respon darurat diberikan bila calon penerima manfaat memerlukan
respon kasus yang cepat untuk rescue/safety secara medis, atau
psikologis atau memerlukan alat bantu
dengan segera. Seperti adanya indikasi kekerasan, atau gangguan
psikologis yang berat seperti sangat gelisah atau tantrum atau gaduh
gelisah pada disabilitas mental. Respon darurat tergantung pada
kondisi penyandang disabilitas, bila membutuhkan tindakan medis
maka perlu dibawa ke dokter, puskesmas atau rumah sakit. Bila
penerima manfaat merupakan korban kekerasan, maka perlu segera
dipindahkan ke tempat aman untuk mendapatkan perlindungan
sementara.
4. Membangun kesepakatan layanan, adalah kesepakatan penerima
manfaat dan keluarganya untuk memperoleh layanan program
ATENSI selanjutnya. Kesepakatan bersama ini dalam bentuk surat
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
51
pernyataan kesediaan atau persetujuan (inform consent) yang berisi
beberapa pernyataan dan di tanda tangani oleh penerima manfaat dan
keluarganya serta pekerja sosial/petugas. Inform consent (lihat
lampiran).
5. Hasil dari asesmen awal menentukan apakah penerima manfaat akan
mendapatkan layanan di keluarga (ATENSI berbasis keluarga), di
komunitas (ATENSI berbasis komunitas) atau di lembaga UPT di
lingkungan Ditjen Rehsos/UPTD/LKS (ATENSI berbasis residential).
Form asesmen awal (lihat lampiran).
C. Asesmen Komprehensif dan berkelanjutan
Asesmen komprehensif adalah asesmen yang lengkap dari berbagai
aspek dan dilakukan oleh berbagai ahli di bidangnya. Asesmen
komprehensif bertujuan untuk memahami dan mengungkap kondisi
objektif permasalahan dan potensi penerima manfaat yang berkaitan
dengan aspek medis, legal, fisik, mental, spiritual, psikososial, minat dan
bakat/ potensi. Selain itu dalam asesmen komprehensif ini juga
dilakukan asesmen terhadap keluarga dan family tracing untuk menggali
sejauh mana keterlibatan atau pengaruh keluarga bagi penerima
manfaat.
Asesmen komprehensif dilakukan oleh berbagai ahli dalam bidangnya
dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan. Misalnya
asesmen kesehatan, fungsi fisik dan psikiatrik oleh dokter dan psikiater,
asesmen psikologis oleh psikolog, asesmen psikososial oleh pekerja sosial
dan psikolog, serta asesmen vokasional oleh instruktur, dsb. Asesmen
komprehensif dapat meliputi aspek medis, fisik, psikologis, psikiatrik,
sosial, mental spiritual, minat dan bakat, penelusuran keluarga dan atau
aspek lainnya yang dibutuhkan untuk penanganan masalah.
Pelaksana asesmen komprehensif ini antara lain: pekerja sosial, dokter
dan psikiater, perawat, fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara,
orthosis, prosthesis, psikolog, dan instruktur.
Asesmen komprehensif dilakukan secara berkelanjutan selama proses
pelayanan ATENSI diberikan untuk memantau perkembangan penerima
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
52
manfaat. Hasil dari asesmen komprehensif harus diputuskan dan
terdokumentasi secara tertulis, yang menentukan fokus masalahnya apa,
prioritas penanganan masalah yang perlu dilakukan.
D. Perencanaan Intervensi
Perencanaan intervensi atau perencanaan layanan sosial merupakan
tahapan pelaksanaan layanan setelah asesmen komprehensif. Hasil
asesmen komprehensif menjadi dasar penyusunan rencana intervensi.
Pembahasan hasil asesmen komprehensif dapat dilakukan dalam sebuah
pembahasan kasus (case conference) dapat diabaikan apabila respon
kasus darurat.
Tujuan perencanaan layanan sosial adalah untuk menentukan tindakan
atau layanan yang paling dibutuhkan dan paling tepat diberikan kepada
penerima manfaat dan keluarganya.
Cara melakukan perencanaan layanan sosial adalah dengan menentukan
prioritas masalah dan menyusun rencana intervensi yang tepat.
Selanjutnya dilakukan pemetaan sistem sumber dan penentuan rencana
tindakan (action plan) yang diperlukan seperti langkah apa yang akan
dilakukan, siapa yang akan melakukan, kapan dilakukan, dimana
dilakukan dan bagaimana melakukannya.
Pada tahap perencanaan layanan ini dipastikan kembali apakah
penerima manfaat akan mendapatkan layanan berbasis keluarga,
komunitas atau residensial. Perencanaan layanan sosial ini perlu
disepakati oleh penerima manfaat, keluarganya, serta berbagai pihak
yang terkait dengan intervensi (form rencana intervensi terlampir).
E. Implementasi
Adalah pelaksanaan layanan habilitasi maupun rehabilitasi sosial yang
telah ditetapkan dalam rencana intervensi.
Tujuannya agar penerima manfaat dapat meningkat keberfungsian
sosialnya sesuai dengan karakteristik dan kapasitas dirinya. Keluarga
penerima manfaat dapat memiliki kapasitas yang memadai dalam
perawatan disabilitas.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
53
Caranya adalah dengan memenuhi kebutuhan penerima manfaat baik
pada layanan berbasis keluarga, komunitas maupun residential sebagai
alternatif terakhir.
Berikut beberapa kriteria basis layanan untuk penerima manfaat:
1. Berbasis keluarga
Layanan ini diberikan apabila penerima manfaat masih memiliki
keluarga inti dan atau keluarga besar. Layanan diberikan oleh
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
melalui petugas yang melakukan kunjungan rumah (home visit).
Pelaksanaan layanan ini dapat bekerja sama dengan instansi terkait dan
Tenaga Kesejahteraan Sosial.
2. Berbasis komunitas
Layanan ini diberikan apabila penerima manfaat berada di keluarganya
atau di komunitas, dan komunitas tersebut memiliki kemampuan untuk
melakukan proses rehabilitasi sosial. Komunitas dapat berupa Lembaga
Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas (LKS PD),Rehabilitasi
Bersumber daya Masyarakat (RBM), dan atau oleh komunitas peduli
disabilitas/Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD).
3. Berbasis residensial
Layanan ini diberikan apabila: 1) penerima manfaat tidak memiliki
keluarga yang mampu memberikan dukungan; 2) penerima manfaat
membutuhkan layanan sementara seperti pelatihan vokasional dan
terapi. Layanan ini diberikan oleh Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Unit Pelaksana Teknis Daerah
yang memberikan layanan rehabilitasi sosial, atau LKS dan merupakan
tempat penanganan sementara (temporary shelter).
Pelaksanaan implementasi mengacu kepada 7( tujuh) bentuk program
ATENSI yaitu:
1) Dukungan layanan pemenuhan kebutuhan layak berupa sandang,
pangan, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, alat bantu, dan lainlain.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
54
2) Dukungan perawatan pengasuhan untuk merawat, mengasuh dan
memberikan perhatian yang berkelanjutan serta memberikan
bantuan sarana dan prasarana perawatan sosial dan /atau
pengasuhan bagi penyandang disabilitas. Komponen perawatan bagi
penyandang disabilitas terkait dengan kebutuhan penyandang
disabilitas dalam melakukan aktivitas bantu diri, dan pemeliharaan
kesehatan terutama bagi penyandang disabilitas berat atau ganda.
Komponen pengasuhan bagi penyandang disabilitas terkait dengan
terpenuhinya
kasih
sayang,
keselamatan,
kelekatan,
serta
kesejahteraan.
3) Dukungan keluarga (Family Support)
Dukungan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan terhadap
anggota keluarga berupa dukungan emosional, pengetahuan, dan
keterampilan
pengasuhan
penyandang
disabilitas
dan/
atau
perawatan sosial, keteramplan berelasi dalam keluarga, serta
dukungan untuk memahami masalah yang dihadapi.
Dukungan keluarga dilakukan melalui kegiatan:
(1) Pendampingan kepada keluarga penerima manfaat melalui
kunjungan rumah. Kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa
pertemuan keluarga, konsultasi keluarga, tracing keluarga,
reunifikasi (penyatuan keluarga).
(2) Penguatan
kapasitas
memberikan
keterampilan
keluarga
pengetahuan,
anggota
keluarga.
merupakan
kegiatan
pemahaman,
Beberapa
untuk
peningkatan
aktivitas
dalam
penguatan kapasitas keluarga antara lain:
(a) Edukasi keluarga;
(b) Pelatihan keterampilan perawatan/ pengasuhan dan bina diri
penyandang disabilitas;
(c) Pengembangan diri (soft skill);
(d) Penyelenggaraan edukasi kelompok keluarga;
(e) Dukungan
keluarga
pengganti,
Merupakan
serangkaian
kegiatan untuk memberikan tempat tinggal yang permanen
dalam sebuah keluarga;
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
55
Dukungan keluarga pengganti dilakukan apabila keluarga inti
tidak
dapat
memberikan
perawatan/
pengasuhan
penyandang
disabilitas.
Dukungan
keluarga
menggunakan
prinsip
pengasuhan/perawatan
kepada
pengganti
berkelanjutan
(continuum of care), bahwa yang utama adalah keluarga inti,
kemudian apabila tidak memungkinkan maka akan dicarikan
keluarga besar, apabila tidak dimungkinkan juga akan dicarikan
keluarga kerabat. Bila sampai kerabat tidak memungkinkan maka
dicarikan pengasuhan/perawatan pada keluarga asuh atau
keluarga angkat.
(3) Kelompok Dukungan Keluarga
Kelompok dukungan keluarga dibentuk agar antar keluarga
penyandang disabilitas dapat saling memberikan dukungan dan
berbagi pengalaman.
(4) Dukungan
terhadap
keluarga
pengganti
berupa
aktifitas
reintegrasi, dan penguatan kapasitas perawatan/ pengasuhan
keluarga pengganti.
4) Layanan Terapi
a) Terapi Fisik
1) Olahraga
2) Pemeliharaan kesehatan (gigi, mata, THT,dll)
3) Pemberian tambahan nutrisi
4) Fisioterapi
b) Terapi Mental\Spiritual
1) Bimbingan keagamaan
2) Meditasi
3) Manajemen stres
c) Terapi Psikososial
1) Terapi pada ranah kognisi
2) Terapi pada ranah emosi
3) Terapi pada ranah perilaku
4) Hypnotherapy
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
56
d) Terapi Okupasi
e) Terapi Psikofarma
(Pemberian obat-obatan psikiatrik bagidisabilitas
mental)
5) Pelatihan Vokasional dan Pembinaan Kewirausahaan Kegiatan yang
dilakukan
dapat
berupa
identifikasi
potensi
dan
minat,
pengembangan dan penyaluran potensi dan minat, menciptakan
aktivitas yang produktif, akses modal usaha ekonomi, bantuan
kemandirian,
bantuan
sarana
dan
prasarana
produksi,
pengembangan jejaring pemasaran maupun praktik belajar kerja.
Contoh pelatihan kewirausahaan adalah pelatihan pemasaran,
pengemasan, pengurusan izin/sertifikat halal, dll. Contoh pelatihan
vokasional adalah pijat, musik, barista, komputer, kerajinan tangan,
membuat produk makanan, penjahitan, perajinan logam, atau
berbagai pelatihan lainnya yang dibutuhkan dan sesuai dengan
kondisi penerima manfaat.
6) Bantuan dan Asistensi Sosial
Pemberian bantuan kepada penerima manfaat yang mengalami
guncangan dan kerentanan sosial agar dapat hidup secara wajar.
Bantuan dapat berupa uang, barang dan/atau jasa kepada seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/ atau
rentan terhadap risiko sosial.
Asistensi sosial adalah memberikan bantuan berupa uang, barang,
jasa pelayanan dan atau jaminan sosial kepada seseorang, keluarga,
kelompok atau masyarakat yang berpendapatan rendah sampai
dengan berpendapatan tinggi.
7) Dukungan Aksesibilitas
Dukungan ini diberikan dengan tujuan agar penerima manfaat
memiliki akses pada berbagai layanan yang dibutuhkannya. Upaya
pemberian akses ini dilakukan melalui aktivitas sosialisasi, fasilitasi
dan advokasi sosial, serta penyediaan sarana dan prasarana yang
memenuhi standar aksesibilitas. Dukungan aksesibilitas juga dapat
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
57
berupa pemberian alat bantu disabilitas, atau memodifikasi alat bantu
yang ada dan menyesuaikan penggunaannya.
Pilihan implementasi atau pemberian layanan adalah tergantung hasil
asesmen
termasuk
apakah
dilakukan
dengan
berbasis
keluarga,
komunitas atau residential sebagai alternatif terakhir.
F. Supervisi
Supervisi merupakan fungsi pengarahan dan pengendalian yang
dilakukan secara berjenjang dari pekerja sosial yang memiliki jenjang
kepangkatan lebih tinggi kepada pekerja sosial di bawahnya. Supervisi
dapat juga dilakukan secara berjenjang dari Direktorat Rehabilitasi Sosial
Penyandang
Disabilitas,
UPT
di
lingkungan
Direktorat
Jenderal
Rehabilitasi Sosial, hingga Pendamping Rehabilitasi Sosial. Supervisi
dilaksanakan pada setiap kegiatan layanan ATENSI berbasis keluarga,
komunitas maupun residensial untuk memastikan pelaksanaan dilakukan
secara tepat, membantu menyelesaikan masalah yang ditemui di lapangan
dan memberikan dukungan kepada pelaksana kegiatan.
Adapun materi supervisi diarahkan pada:
1. Administratif: supervisor dapat mengarahkan, mengkoordinasikan,
meningkatkan dan mengevaluasi kegiatan ATENSI untuk memastikan
layanan ATENSI dilakukan sesuai dengan pedoman yang berlaku, dan
laporan layanan tersusun secara komprehensif.
2. Edukatif: supervisor dapat menguatkan pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai atas dasar keahliannya.
3. Suportif: supervisor dapat memberikan apresiasi dan dukungan
moral kepada pelaksana layanan ATENSI sehingga meningkatkan
motivasi mereka.
G. Monitoring dan Evaluasi 1. Monitoring
Monitoring merupakan salah satu bentuk pengendalian yang dilakukan
untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan ATENSI, sehingga akandiperoleh
gambaran tentang variasi kegiatan yang dilakukan dan sampai sejauh
mana kegiatan ini telah mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia. Adapun materi kegiatan monitoring meliputi:
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
58
a. Keaktifan pelaksana dalam melakukan kegiatan setiap bidang sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya.
b. Realisasi kegiatan yang dilakukan, meliputi jenis kegiatan yang telah
dilakukan, sasaran yang telah dilayani, dan cakupan wilayah sasaran.
c. Proses layanan yang diberikan dalam kegiatan ATENSI.
d. Hambatan yang ditemui dan upaya yang sudah dilakukan dalam
mengatasi hambatan, serta sejauh mana efektivitasnya.
Waktu pelaksanaan monitoring dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam
satu tahun. sehingga apabila ditemukan hambatan dalam pelaksanaan
kegiatan dapat segera dicari alternatif pemecahannya.
Melalui monitoring diharapakan hasil sbb:
1) Terpantaunya perkembangan atau proses pelaksanaan ATENSI
sesuai tahapan yang telah ditentukan.
2) Tersedianya informasi yang relevan dalam pelaksanaan proses
pelayanan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatkan pelayanan.
Adapun pelaksana monitoring terdiri dari:
1) Pejabat di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas.
2) Pihak lain yang mendapat penugasan dari Direktur Rehabilitasi
Sosial Penyandang Disabilitas.
3) Pejabat/petugas
yang
ditunjuk
oleh
UPT
di
lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
2. Evaluasi
Kegiatan
evaluasi
dilakukan
untuk
menganalisis,
menilai,
dan
menyimpulkan suatu proses ATENSI yang telah dilakukan, adapun
materi yang dievaluasi meliputi:
a. Proses penyelenggaraan ATENSI.
b. Pencapaian indikator keberhasilan.
c. Faktor-faktor pendukung maupun penghambat.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
59
Sedangkan aspek-aspek yang dievaluasi meliputi:
a. Pelaksana yang memberikan layanan ATENSI apakah memiliki
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan layanan;
b. Pelaksanaan
dan
capaian
layanan
secara
kuantitas
maupun
kualitas apakah sesuai dengan rencana intervensi;
c. Pengelolaan dana yang diterima dan dihimpun, apakah sudah tepat
sasaran dan sesuai dengan peraturan yang ada serta didukung
dengan tertib administrasi;
d. Pemanfaatan sarana dan prasarana dalam menunjang program
ATENSI;
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian
tujuan, baik pendukung maupun penghambat.
Pelaksana Evaluasi pada kegiatan ATENSI ini terdiri dari:
1) Pejabat di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas.
2) Pihak lain yang mendapat penugasan dari Direktur Rehabilitasi
Sosial Penyandang Disabilitas.
3) Pejabat / petugas yang ditunjuk oleh UPT di lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial.
H. Pasca Layanan dan Terminasi
Terminasi merupakan proses pengakhiran rangkaian layanan program
ATENSI dimana terjadi pemutusan layanan kepada penerima manfaat.
Terminasi dilakukan apabila tujuan intervensi sudah tercapai. Secara
umum penerima manfaat sudah berada dalam kondisi aman, terlindungi
ataupun
mandiri.
Pada
tahap
terminasi,
pekerja
sosial
harus
mempersiapkan penerima manfaat, keluarga dan lingkungan masyarakat
apabila diperlukan.
Setelah terminasi, penerima manfaat dan/atau keluarganya dapat
diberikan bantuan stimulan seperti modal kewirausahaan agar mereka
dapat menerapkan keterampilan yang didapatkan selama layanan
ATENSI. Bantuan stimulan bertujuan untuk mendukung penerima
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
60
manfaat agar mampu mandiri dan berkontribusi positif di tengah
masyarakat.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
61
BAB V
KELEMBAGAAN
A. STRUKTUR KELEMBAGAAN
Pelaksanaan ATENSI penyandang disabilitas memerlukan sinergi
antara Pemerintah, pemerintah daerah, UPT di lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial dan LKS/komunitas. Oleh karena itu
terdapat pembagian kewenangan yang harus dijalankan oleh masingmasing pihak. Pelaksanaan ATENSI penyandang disabilitas di
Pemerintah dilakukan oleh :
1. Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
Sesuai Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2022 pasal 63 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Sosial menyebutkan bahwa Direktorat Rehabilitasi
Sosial Penyandang Disabilitas mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
rehabilitasi sosial penyandang disabilitas.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional
2. UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabsos
Sentra Terpadu dan Sentra merupakan UPT di lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang diberikan tugas
melaksanakan Layanan ATENSI penyandang disabilitas. Dalam
melaksanakan tugasnya, UPT dipimpin oleh seorang Kepala dan
dalam
melaksanakan
tugas
secara
teknis
administratif
dikoordinasikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial dan secara teknis fungsional dikoordinasikan oleh Direktur
di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial sesuai
dengan bidang tugasnya.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
62
OTK Sentra Terpadu
OTK Sentra
Gambar : 13
Struktur Organisasi Tata Kerja Sentra dan Sentra Terpadu
Keterangan Gambar 13:
1. Kepala pada Sentra Terpadu diduduki jabatan eselon 2
2. Kepala pada Sentra diduduki jabatan eselon 3
3. Kepala Bagian Tata Usaha pada Sentra Terpadu setara dengan
eselon 3
4. Kepala Subbagian Tata Usaha pada Sentra setara dengan eselon
4
a. Fungsi Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial:
1) penyusunan rencana, program, dan anggaran;
2) pelaksanaan fasilitasi akses;
3) pelaksanaan asesmen;
4) pelaksanaan layanan asistensi rehabsos;
5) pelaksanaan monitoring dan evaluasi layanan asistensi
Rehabilitasi Sosial;
6) pelaksanaan terminasi layanan asistensi rehabiltasi sosial;
7) pemetaan data dan informasi;
8) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan;
9) pelaksanaan urusan tata usaha.
b. Berikut daftar Sentra Terpadu dan Sentra di bawah Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial:
1) Sentra Terpadu “Inten Suweno” di Bogor;
2) Sentra Terpadu “Pangudi Luhur” di Bekasi;
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
63
3) Sentra Terpadu “Prof. Dr. Soeharso” di Surakarta;
4) Sentra Terpadu “Kartini” di Temanggung
5) Sentra “Handayani” di Jakarta;
6) Sentra “Mulya Jaya” di Jakarta;
7) Sentra “Efata” di Kupang;
8) Sentra “Phalamartha” di Sukabumi;
9) Sentra “Wirajaya” di Makassar;
10) Sentra “Gau Mabaji” di Gowa;
11) Sentra ‘’Antasena’’ di Magelang;
12) Sentra ‘‘Alyatama” di Jambi;
13) Sentra ‘’Paramita” di Mataram;
14) Sentra “Abiseka” di Pekanbaru;
15) Sentra “Bahagia” di Medan;
16) Sentra “Wasana Bahagia” di Ternate;
17) Sentra “Galih Pakuan” di Bogor;
18) Sentra “Insyaf” di Medan;
19) Sentra ‘’Satria’’ di Baturraden;
20) Sentra “Tumou Tou” di Manado;
21) Sentra “Wyata Guna” di Bandung;
22) Sentra “Mahatmiya” di Bali;
23) Sentra “Abiyoso” di Cimahi;
24) Sentra “Dharma Guna” di Bengkulu;
25) Sentra “Margo Laras” di Pati
26) Sentra “Budi Luhur” di Banjarbaru;
27) Sentra “Budi Perkasa” di Palembang;
28) Sentra “Nipotowe” di Palu;
29) Sentra “Pangurangi” di Takalar;
30) Sentra “Meohai” di Kendari; dan
31) Sentra “Darussa’adah” di Aceh Besar.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
64
B. PEMBAGIAN KEWENANGAN
Pembagian
kewenangan
dan
tanggung
jawab
dalam
pelaksanaan ATENSI penyandang disabilitas mencakup Pemerintah,
pemerintah daerah, dan LKS/komunitas. Pemerintah menjalankan
kebijakan, program, dan anggaran pada tingkat nasional, pemerintah
daerah menjalankan kebijakan, program, dan anggaran di tingkat
regional, dan LKS/komunitas melaksanakan program/kegiatan di
tingkat lokal
Berikut gambar sinergi system dukungan dari pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten/kota terhadap ATENSI penyandang disabilitas.
Gambar 14:
Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah
Sumber: Peraturan Menteri Sosial No.7 Tahun 2021 tentang ATENSI
1. Pemerintah
Kementerian Sosial dalam hal ini Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial bertanggung jawab terkait dengan regulasi nasional, NSPK,
sinergi kebijakan dan progam, dan akreditasi, serta sertifikasi.
Pemerintah memiliki tanggung jawab:
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan ATENSI.
b. Menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria terkait
dengan pelaksanaan ATENSI.
c. Mengelola anggaran program yang bersumber dari anggaran
pembiayaan APBN atau sumber-sumber lain yang tidak
mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
65
d. Melakukan supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan pelaksanaan atensi
e. Memberikan
penguatan
kepada
lembaga
penyelenggara
pelaksana atensi
f. Mendorong pemerintah daerah
dalam
menyelenggarakan
bagi
penyelenggara bagi
pelaksanaan atensi
g. Memberikan bimbingan
teknis
pelaksanaan atensi
h. Melakukan koordinasi bagi penyelenggara pelaksanaan atensi
i. Melakukan
koordinasi dan
membangun system rujukan
dengan kementerian/lembaga terkait.
2. Pemerintah Daerah
Dinas
sosial dan pemerintah daerah Provinsi membuat dan
melaksanakan regulasi regional dan sinergi program dan kegiatan
dalam pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas melalui APBD.
Pemerintah Daerah Provinsi memiliki tanggung jawab:
a. melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait
dengan pelaksanaan ATENSI di daerah;
b. mengalokasikan anggaran pembiayaan dan belanja daerah
provinsi untuk penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah;
c. melakukan
supervisi,
pemantauan,
dan
evaluasi
terhadap
penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah;
d. mendorong
pemerintah
daerah
kabupaten/kota
dalam
menyelenggarakan layanan ATENSI di daerah kabupaten/kota;
e. membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di
daerah sesuai dengan tugas dan
kewenangan
yang dimiliki
kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang dalam negeri; dan
f. membangun sistem rujukan antar perangkat daerah terkait.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab:
a. Melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait
dengan pelaksanaan ATENSI di daerah kabupaten/kota;
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
66
b. Mengalokasikan
anggaran
pembiayaan
dan
belanja
daerah
kabupaten/kota untuk penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di
daerah kabupaten/kota;
c. Melakukan verifikasi dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS) melalui mekanisme penyusunan daftar awal sasaran,
bimbingan
teknis,
musyawarah
desa/kelurahan/nama
lain,
kunjungan ke rumah tangga, pengolahan data, pengawasan dan
pemeriksaan serta pelaporan;
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan
pelaksanaan ATENSI di daerah kabupaten/kota;
e. Membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI di daerah
kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan kewenangan yang
dimiliki kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang dalam negeri; dan membangun
sistem rujukan antarperangkat daerah terkait.
3. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) dan mitra kerja lainnya
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor
184
Tahun
2011
Tentang
Lembaga
Kesejahteraan
Sosial,
pengertian Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) adalah organisasi
sosial
atau
perkumpulan
penyelenggaraan
sosial
yang
melaksanakan
sosial
yang
dibentuk
kesejahteraan
oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum.
Dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial LKS Penyandang
Disabilitas (LKS PD) mempunyai peran :
a. Mencegah
terjadinya
masalah
sosial
pada
Penyandang
sosial
kepada
PPKS
Penyandang
Disabilitas;
b.Memberikan
pelayanan
Disabilitas; dan
c. Menyelenggarakan konsultasi kesejahteraan keluarga.
LKS Penyandang Disabilitas dalam penyelenggaraan Program
ATENSI, menjadi mitra UPT di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial dengan melaksanakan kegiatan pelayanan
rehabilitasi sosial yang meliputi:
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
67
1. Dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak
2. Perawatan sosial dan/atau pengasuhan
3. Dukungan keluarga
4. Terapi fisik, terapi psikososial, dan terapi mental spiritual
5. Pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan
6. Bantuan sosial dan asistensi sosial
7. Dukungan aksesibilitas
Di samping sebagai mitra kerja dalam pelaksanaan program
ATENSI, dukungan LKSPD dalam bentuk:
1. Pendataan penyandang disabilitas di wilayah
kerjanya
2. Berkoordinasi dengan pendamping rehabilitasi sosial, dinas
sosial setempat dan dalam penyediaan layanan rehabilitasi
sosial berbasis masyarakat.
3. Menerima rujukan dari UPT di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial melalui dinas sosial wilayah terkait.
4. Pendampingan bagi penyandang disabilitas.
5. Melakukan analisa kinerja hasil pelaksanaan
layanan bersama-sama dengan UPT di lingkungan Direktorat
Jenderal
Rehabilitasi
Sosial
dan
Dinsos
Penguatan
dan
dukungan keluarga penyandang disabilitas.
C. LAYANAN MULTI FUNGSI
UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
melaksanakan
layanan
kepada
penyandang
disabilitas
fisik,
penyandang disabilitas mental, penyandang disabilitas intelektual,
penyandang disabilitas sensorik baik netra maupun rungu wicara,
dan penyandang disabilitas ganda. Selain itu juga melaksanakan
layanan bagi PPKS lainnya di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial meliputi lanjut usia, anak, serta korban bencana
dan kedaruratan.
Selain layanan di atas, UPT juga melaksanakan layanan sementara dan
kedaruratan dalam upaya penanganan fungsi lain yang meliputi:
a. perlindungan dan jaminan sosial;
b. penanganan fakir miskin;
c. pemberdayaan sosial; dan
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
68
d. pendidikan, pelatihan, penyuluhan sosial, pelaporan masyarakat
dan pengawasan.
Layanan sementara dalam pelaksanaan fungsi lain dapat dilakukan
dalam bentuk respon kasus, layanan kedaruratan dan peningkatan
kapasitas PPKS yang menunjang layanan rehabilitasi sosial yang
terintegrasi. Layanan dukungan terhadap rehabilitasi sosial dalam
fungsi-fungsi
pemberdayaan,
perlindungan,
pelatihan
dan
penyuluhan bersifat sementara, untuk selanjutnya dirujuk kepada
unit yang mempunyai tugas utama dalam fungsi tersebut.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
69
BAB VI
MEKANISME PENYALURAN BANTUAN ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL
A. Dasar Hukum Pemberian Bantuan ATENSI
1.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun Standar
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1618);
2.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial
Pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 2047) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
228/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2147);
3.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyaluran Belanja Bantuan
Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 75);
4.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 tahun 2021 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1007);
5.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 tahun 2021 tentang Besaran, Persyaratan, dan Tata
Cara Pengenaan Tarif Rp0,00 (Nol Rupiah) Pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial,
Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1119);
6.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 140);
7.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja di
Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 273);
8.
Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Nomor 1 Tahun 2021 tentang tentang
Pelaksanaan Atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2021 tentang Besaran,
Persyaratan, dan Tata Cara Pengenaan Tarif Rp0,00 (Nol Rupiah) Pada Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial;
9.
Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Kep-205/PB/2021 tentang
Pemutakhiran Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar;
10. Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Nomor 30/4/HK.01/9/2021 tentang
Jangkauan Wilayah Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
70
B. Tujuan Penggunaan Bantuan ATENSI
1. Mencapai keberfungsian sosial individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sehingga
mampu memenuhi kebutuhan dan hak dasarnya, melaksanakan tugas dan peranan
sosialnya, serta mengatasi masalah dalam kehidupannya.
2. Melindungi PPKS, kelompok rentan dan masyarakat miskin/marginal/terlantar dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial.
3. Meningkatkan kemandirian ekonomi dan/atau kesejahteraan sosial PPKS, kelompok
rentan dan masyarakat miskin/marginal/terlantar.
4. Meningkatkan
aksesibilitas
PPKS,
kelompok
rentan
dan
masyarakat
miskin/marginal/terlantar dalam menjalankan perannya ditengah keluarga dan
masyarakat.
C. Pemberi Bantuan ATENSI
Pemberi bantuan ATENSI adalah satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial dan unit pelaksana teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
D. Penerima Bantuan ATENSI
1.
Penerima manfaat ATENSI merupakan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS)
yang berasal dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
2.
Dalam hal penerima manfaat ATENSI tidak terdapat dalam DTKS, layanan tetap dapat
diberikan dengan ketentuan penerima manfaat ATENSI harus segera dilaporkan ke Dinas
Sosial Daerah Provinsi, Dinas Sosial Daerah Kabupaten/kota, atau Kementerian Sosial
untuk diusulkan masuk ke dalam DTKS.
3.
Dalam kondisi tertentu, seperti dalam situasi bencana atau situasi darurat, sebelum
penetapan penerima manfaat ATENSI oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), calon
penerima manfaat ATENSI yang berbasis keluarga, komunitas, dan residensial harus
dilakukan pengecekan hasil asesmen oleh satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
4.
Semua penerima manfaat ATENSI ditetapkan dalam Surat Keputusan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
Penetapan penerima manfaat ATENSI dibuat dalam SK kolektif dan/atau SK
perseorangan.
5.
Seorang penerima manfaat dapat menerima bantuan ATENSI lebih dari 1 (satu) kali sesuai
kebutuhan sampai tercapainya peningkatan taraf kesejahteraan sosial dan kemandirian
penerima manfaat.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
71
6.
Pemberian bantuan ATENSI lebih dari 1 (satu) kali didasarkan pada perkembangan hasil
asesmen dan/atau konferensi kasus/konferensi keluarga dan hasil monitoring serta
evaluasi.
7.
Penerima manfaat ATENSI dapat menerima bantuan lainnya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
E. Persyaratan Penerima Bantuan ATENSI
Individu yang memiliki kriteria kemiskinan, ketelantaran, disabilitas, keterpencilan, tuna
sosial dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan,
eksploitasi, dan diskriminasi.
F. Bentuk Bantuan ATENSI
Bantuan ATENSI merupakan bantuan dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa yang
bersumber dari akun 521219, 571111, dan 571112.
G. Alokasi Anggaran dan Rincian Jumlah Bantuan ATENSI
Bantuan ATENSI bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
dialokasikan pada DIPA satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan
UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan sumber dana lain yang sah dan
tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Besaran nilai bantuan ATENSI berdasarkan pada hasil asesmen yang dituangkan dalam Surat
Keputusan PPK yang disahkan oleh KPA, dengan indeks rata-rata sebesar Rp.2.400.000/orang.
Jumlah bantuan tersebut yaitu:
1. Khusus digunakan untuk kepentingan penerima bantuan (tidak boleh digunakan untuk
operasional petugas dan/atau operasional penyelenggaraan kegiatan).
2. Setiap penerima bantuan dapat menerima lebih dari atau kurang dari Rp. 2.400.000.
3. Besarnya jumlah bantuan diberikan berdasarkan hasil asesmen.
Adapun penggunaan bantuan tersebut untuk:
1.
dukungan pemenuhan hidup layak;
2.
perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak;
3.
dukungan keluarga;
4.
terapi fisik, terapi psikososial, dan terapi mental spiritual;
5.
pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan;
6.
bantuan sosial dan asistensi sosial; dan/atau
7.
dukungan aksesibilitas.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
72
H. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan ATENSI
Pencairan bantuan ATENSI dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:
1.
PPK menetapkan penerima ATENSI baik secara kolektif maupun perseorangan melalui
Surat Keputusan yang disahkan oleh KPA.
2.
PPK mengajukan Surat Permohonan Pembayaran (SPP) kepada Pejabat Penandatangan
Surat Perintah Membayar (PPSPM).
3.
PPSPM memeriksa dan menguji dokumen pencairan yang diajukan PPK untuk selanjutnya
dibuatkan SPM dan diajukan ke KPPN.
4.
SPM yang diajukan ke KPPN dapat meliputi jenis SPM GUP, TUP, LS ke penerima atau
Rekening Pemerintah Lainnya (RPL) dan/atau LS ke penyedia barang.
5.
KPPN mengeluarkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan mencairkan anggaran
melalui bank persepsi (bank rekanan KPPN yang digunakan untuk mentransfer dana dari
KPPN ke RPL, rekening bendahara, rekening penyedia barang, rekening penerima manfaat
dan lain-lain).
I. Penyaluran Dana Bantuan ATENSI
1.
Bantuan ATENSI dalam bentuk belanja barang non operasional lainnya (akun 521219)
Bantuan ATENSI dengan menggunakan akun 521219 dapat disalurkan:
a. Langsung kepada penerima manfaat
Penyaluran ATENSI secara langsung kepada penerima manfaat dapat diberikan dalam
3 (tiga) cara, yaitu:
1) Bantuan dalam bentuk uang tunai yang diberikan langsung kepada penerima
manfaat
Bantuan dalam bentuk uang tunai dapat diberikan langsung oleh satuan kerja di
lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial kepada penerima manfaat yang berada
dalam kondisi kedaruratan atau kondisi tertentu lainnya yang membutuhkan
bantuan dengan segera.
Mekanisme pembayaran oleh bendahara pengeluaran dapat melalui uang
persediaan (UP) atau tambahan uang persediaan (TUP).
Dokumen pertanggungjawabannya terdiri dari:
a) Hasil asesmen.
b) Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan
oleh KPA.
c) Kuitansi penerimaan uang. Apabila ada pembelian barang/jasa, maka harus
dilengkapi kuitansi dan nota pembelian barang/jasa.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
73
d) Berita acara serah terima antara pemberi dan penerima.
e) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.
2) Bantuan dalam bentuk uang yang diberikan dengan mekanisme transfer ke
rekening penerima manfaat
Bantuan dalam bentuk uang yang diberikan dengan mekanisme transfer ke
rekening penerima manfaat dengan jumlah dan penggunaannya sudah diketahui
sebelumnya, karena bantuan diberikan berdasarkan hasil asesmen.
Mekanisme pembayarannya melalui:
a) Transfer ke rekening penerima oleh bendahara pengeluaran dengan UP atau
TUP.
b) SPM-LS ke rekening penerima bantuan dan/atau ke RPL.
c) Dalam hal penerima manfaat sudah memiliki rekening, bantuan ATENSI dapat
langsung ditransfer ke rekening penerima manfaat oleh bendahara
pengeluaran atau dari bank persepsi KPPN melalui SPM-LS.
d) Dalam hal penerima manfaat belum memiliki rekening, maka penerima
manfaat dapat dibukakan rekening baik secara perorangan maupun kolektif.
e) Dalam hal penyaluran secara transfer melalui bank penyalur, dilakukan
mekanisme sebagai berikut:
(1) Penyaluran bantuan langsung ke rekening masing-masing penerima
manfaat yang melebihi 100 (seratus) orang penerima manfaat
dilaksanakan melalui RPL satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial.
(2) KPA/PPK melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak bank penyalur.
(3) KPA/PPK melalui persetujuan KPPN membuka RPL pada bank penyalur
untuk menampung dana bantuan.
(4) KPA/PPK menyerahkan data penerima bantuan kepada pihak bank
penyalur untuk dibukakan rekening dan kartu ATENSI dengan dilengkapi
berita acara serah terima.
(5) Pihak bank penyalur melakukan pengecekan data penerima layanan
ATENSI yang diterima dari KPA/PPK untuk memenuhi syarat mandatori
dalam proses pembukaan rekening. Hasil pengecekan data disampaikan ke
satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT
di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
74
(6) Pihak bank membuatkan rekening tabungan penerima manfaat sesuai data
yang lolos proses pengecekan.
(7) Pihak bank menyerahkan buku tabungan dan/atau kartu ATENSI kepada
penerima manfaat.
(8) Kartu ATM ATENSI dapat digunakan oleh penerima manfaat untuk
menerima bantuan, menampung hasil usaha, dan tabungan, sekaligus
sebagai upaya pelaksanaan inklusi keuangan.
(9) Dalam pencairan dana bantuan, pihak bank berkoordinasi dengan satuan
kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, UPT di
lingkungan
Direktorat
Jenderal
Rehabilitasi
Sosial,
pendamping
Rehabilitasi Sosial, dan/atau LKS.
Dokumen pertanggungjawaban terdiri dari:
1.
Hasil asesmen.
2.
Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan
oleh KPA.
3.
Bukti transfer ke penerima manfaat.
4.
Berita acara serah terima antara PPK dan penerima manfaat.
5.
Laporan penggunaan bantuan disertai kuitansi dan nota pembelian
barang/jasa sesuai dengan BAST.
6.
Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.
3) Bantuan barang yang diberikan langsung kepada penerima manfaat
Pemberian bantuan ATENSI dalam bentuk barang dilaksanakan secara langsung
oleh satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan/atau
UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dilakukan dalam kondisi
penerima manfaat sangat membutuhkan barang tersebut, misalnya dalam kondisi
darurat bencana alam, bencana sosial, dan/atau bencana non-alam, termasuk
didalamnya bantuan barang untuk mendukung pelaksanaan layanan dukungan
psikososial (LDP).
Mekanisme pengadaan jenis dan jumlah barang oleh satuan kerja di lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan/atau UPT di lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial melalui swakelola dan/atau kontraktual sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.
Mekanisme pembayarannya melalui tunai atau transfer ke rekening penyedia
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
75
barang oleh bendahara pengeluaran dengan uang persediaan (UP), tambahan uang
persediaan (TUP) atau SPM-LS ke rekening penyedia barang.
Dokumen pertanggungjawaban terdiri dari:
a) Hasil asesmen.
b) Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan
oleh KPA baik SK kolektif maupun perseorangan.
c) Kuitansi dan nota pembelian barang.
d) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.
e) Berita acara serah terima barang antara PPK dan penerima manfaat.
f)
Apabila dibayarkan langsung oleh bendahara pengeluaran, dilengkapi dengan
kuitansi penerimaan uang.
g) Apabila dibayarkan melalui penyedia barang, dilengkapi dengan berita acara
serah terima barang antara PPK dan penyedia barang. Bukti transfer
pembayaran ke penyedia barang, dan dokumen kontrak apabila pengadaannya
melalui mekanisme kontraktual.
b. Pemberian bantuan atas kerja sama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)
Pemberian bantuan ATENSI melalui LKS diprioritaskan untuk LKS yang sudah
terakreditasi. Apabila belum atau masih dalam proses akreditasi, maka diperlukan
rekomendasi dari dinas sosial setempat.
Pemberian bantuan ATENSI yang dilaksanakan atas kerja sama dengan LKS melalui
tahapan:
1) Satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di
lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial membuat perjanjian kerjasama
dengan LKS dalam pelaksanaan program ATENSI.
2) LKS mengajukan proposal ditujukan kepada satuan kerja di lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial dengan melampirkan data calon penerima manfaat disertai rencana
kebutuhan ATENSI dan anggaran untuk selanjutnya dilakukan asesmen.
3) Satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di
lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial melakukan asesmen calon
penerima manfaat dan melakukan survey kondisi riil lapangan dalam rangka
menilai kelayakan proposal yang dituangkan dalam laporan hasil asesmen.
4) PPK membuat surat keputusan tentang penerima bantuan yang memuat antara lain:
a) Nama calon penerima manfaat.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
76
b) Nomor Induk Kependudukan.
c) Alamat tempat tinggal/domisili.
d) Nilai dan jenis bantuan yang diterima setiap penerima manfaat.
e) Nomor rekening penerima bantuan.
f)
Nama LKS pendamping.
g) Alamat LKS.
h) Nama Ketua LKS.
5) Ketua LKS membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
6) Mekanisme penyaluran
a) Apabila dalam bentuk uang, dilaksanakan melalui transfer langsung ke rekening
penerima manfaat oleh bendahara pengeluaran dengan UP, TUP, dan/atau SPMLS langsung ke rekening penerima manfaat.
b) Apabila dalam bentuk barang, dilaksanakan pengadaan barangnya oleh satuan
kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di
lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Jenis barang yang sesuai
kebutuhannya diserahkan langsung kepada penerima manfaat yang didampingi
oleh LKS.
7) Dokumen pertanggungjawaban terdiri dari:
a) Hasil asesmen.
b) Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan
oleh KPA baik kolektif maupun perseorangan.
c) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.
d) Apabila dibayarkan langsung oleh bendahara pengeluaran dilengkapi kuitansi
penerimaan uang atau bukti transfer pembayaran dan berita acara serah terima
uang/barang antara PPK dan penerima manfaat serta kuitansi dan nota
pembelian barang.
e) Apabila diberikan dalam bentuk barang dilengkapi berita acara serah terima
barang antara PPK dengan penyedia barang, berita acara serah terima barang
antara PPK dengan LKS dan daftar tanda terima barang antara LKS dan
penerima bantuan.
Ketentuan Perpajakan
Pengenaan pajak untuk akun 521219 tetap berpedoman pada ketentuan perpajakan yang
berlaku.
2.
Bantuan ATENSI dalam akun 571111 (bantuan sosial dalam bentuk uang)
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
77
Bantuan ATENSI dalam bentuk uang yang diberikan dengan mekanisme transfer ke
rekening penerima manfaat dengan jumlah dan penggunaannya sudah diketahui
sebelumnya berdasarkan hasil asesmen.
Mekanisme pembayarannya melalui:
a.
SPM-LS ke rekening penerima manfaat dan/atau ke RPL.
b.
Dalam hal penerima manfaat sudah memiliki rekening, bantuan ATENSI dapat
langsung ditransfer ke rekening penerima dari bank persepsi KPPN melalui SPM-LS.
c.
Dalam hal penerima belum memiliki rekening, maka penerima manfaat dapat
dibuatkan rekening secara perorangan atau kolektif.
d.
Dalam hal penyaluran secara transfer melalui bank penyalur, dilakukan mekanisme
sebagai berikut:
1) Penyaluran bantuan langsung ke rekening masing-masing penerima manfaat
yang melebihi 100 (seratus) orang penerima manfaat dilaksanakan melalui RPL
satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di
lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
2) KPA/PPK melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak bank penyalur.
3) KPA/PPK melalui persetujuan KPPN membuka RPL pada bank penyalur untuk
menampung dana bantuan.
4) KPA/PPK menyerahkan data penerima bantuan kepada pihak bank penyalur
untuk dibukakan rekening dan kartu ATENSI dengan dilengkapi berita acara
serah terima.
5) Pihak bank penyalur melakukan pengecekan data penerima bantuan ATENSI
yang diterima dari KPA/PPK untuk memenuhi persyaratan mandatori dalam
proses pembukaan rekening. Hasil pengecekan data disampaikan ke satuan kerja
di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
6) Pihak bank membuatkan rekening tabungan penerima manfaat sesuai data yang
lolos proses pengecekan.
7) Pihak bank menyerahkan buku tabungan dan/atau kartu ATENSI kepada
penerima manfaat.
8) Kartu ATM ATENSI dapat digunakan oleh penerima manfaat untuk menerima
bantuan, menampung hasil usaha, tabungan, sekaligus sebagai upaya
pelaksanaan inklusi keuangan.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
78
9) Dalam pencairan dana bantuan pihak bank berkoordinasi dengan satuan kerja di
lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, UPT di lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial, pendamping Rehabilitasi Sosial, dan/atau LKS.
Dokumen pertanggungjawaban terdiri dari:
1.
Hasil asesmen.
2.
Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan oleh
KPA.
3.
Bukti transfer ke penerima manfaat.
4.
Berita acara serah terima antara PPK dan penerima manfaat.
5.
Laporan penggunaan bantuan disertai kuitansi dan nota pembelian barang sesuai
dengan BAST.
6.
3.
Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.
Bantuan ATENSI dalam akun 571112 (bantuan sosial dalam bentuk barang)
a.
Pengadaan bantuan ATENSI dalam bentuk barang yang dilaksanakan oleh satuan
kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial menggunakan mekanisme sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku. Jenis barang yang termasuk dalam akun 571112
ini dapat berupa alat bantu ataupun jenis barang lainnya yang dibutuhkan sesuai
dengan hasil asesmen.
Setelah pekerjaan pengadaan barang selesai dilaksanakan dan telah dilakukan serah
terima barang dari penyedia barang kepada satuan kerja di lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial, maka barang akan dicatat sebagai barang persediaan (buffer stock). Apabila
sampai dengan akhir tahun anggaran masih terdapat material sisa dan/atau barang
belum diserahkan, maka akan tetap tercatat sebagai barang persediaan.
Bantuan ATENSI dalam bentuk barang khususnya alat bantu, UPT di lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dapat melakukan pembelian unit barang dan
material untuk dilakukan perakitan oleh penerima manfaat baik yang berada di dalam
UPT maupun eks penerima manfaat seperti motor roda tiga untuk usaha, kursi roda
elektrik serta tongkat pintar/tongkat penuntun adaptif.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
79
Penggunaan akun standar perakitan alat bantu aksesibilitas bagi penerima manfaat
yaitu menggunakan akun belanja bantuan sosial untuk rehabilitasi sosial dalam
bentuk barang (571112) yang dialokasikan ke dalam 3 (tiga) jenis komponen, yaitu:
1) Belanja untuk material utama (menggunakan akun 571112) yang digunakan
untuk melakukan pengadaan komponen utama alat bantu yang akan dibuat,
misalnya kursi roda dan motor roda tiga serta tongkat.
2) Belanja untuk material supporting (menggunakan akun 571112) yang digunakan
untuk melakukan pengadaan bahan-bahan pendukung yang diperlukan untuk
membuat barang jadi menjadi alat bantu yang siap dipakai dan sesuai dengan
keperluan penerima manfaat.
3) Belanja untuk jasa perakitan (menggunakan akun 571112) yang digunakan untuk
melakukan perakitan sesuai dengan kebutuhan sehingga semua komponen dapat
tersusun menjadi alat bantu siap pakai. Akun ini dipergunakan karena outputnya
adalah bentuk barang/alat bantu disabilitas.
Komponen pembiayaan pada kegiatan (1) dan (2) dilakukan dengan mekanisme
pengadaan barang dan jasa sesuai peraturan yang berlaku, sedangkan komponen
pada kegiatan (3) dilakukan dengan mekanisme SPM–LS ke penerima manfaat yang
merakit.
Apabila ada pembelian peralatan dan bahan yang mendukung proses produksi,
misalnya mesin bubut, rompi, dan lain-lain tidak menggunakan akun 571112, tetapi
menggunakan akun belanja modal (53) dan belanja barang (52), sehingga tidak
termasuk dalam pembentuk belanja sosial di akun 571112.
Dokumen pertanggungjawaban atas proses pengadaan barang meliputi:
1.
Harga perkiraan sendiri (HPS).
2.
Dokumen kontrak lengkap.
3.
Berita acara penyelesaian pekerjaan.
4.
Berita acara pemeriksaan barang.
5.
Berita acara serah terima barang.
6.
Faktur dari penyedia barang.
7.
Surat pernyataan tanggung jawab mutlak dari penyedia barang.
8.
Dokumen pembayaran lengkap antara lain permintaan pembayaran dari
penyedia barang, Berita Acara Pembayaran, kuitansi, SPP, SPM, SP2D, SSP.
b.
Penyaluran bantuan ATENSI dalam bentuk barang yang bersumber dari akun 571112
diberikan berupa:
1) Bantuan barang langsung kepada penerima manfaat.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
80
Penyaluran langsung kepada penerima manfaat ATENSI diberikan langsung oleh
UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial kepada pemohon
perseorangan yang berada dalam kondisi darurat atau tidak darurat. Barang yang
telah diberikan dapat diolah sesuai dengan kebutuhan penerima manfaat. Sebagai
contoh pemanfaatan komponen-komponen untuk pembuatan atau modifikasi
motor roda tiga dan kursi roda serta tongkat penuntun adaptif.
Dokumen pertanggungjawaban untuk perseorangan dalam kondisi darurat:
a.
Data calon penerima manfaat yang telah diverifikasi dan validasi oleh petugas
UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
b.
Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan
oleh KPA.
c.
Berita acara serah terima bantuan ATENSI antara pemberi dan penerima.
d.
Surat pernyataan telah menerima bantuan dan akan memanfaatkan sesuai
ketentuan dan hasil asesmen kebutuhan.
e.
Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.
Dokumen pertanggungjawaban untuk perseorangan yang tidak dalam kondisi
darurat:
a.
Surat
permohonan
dari
calon
penerima
manfaat/wali/LKS/komunitas/instansi pemerintah.
b.
Data calon penerima manfaat yang telah diverifikasi dan validasi oleh petugas
UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
c.
Surat Keputusan penerima manfaat yang dikeluarkan oleh PPK dan disahkan
oleh KPA.
d.
Berita acara serah terima antara pemberi dan penerima.
e.
Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.
Pengenaan pajak untuk pengadaan alat bantu yang menggunakan akun 571112
tetap berpedoman pada ketentuan perpajakan yang berlaku.
2) Bantuan sosial dalam bentuk barang melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)
Pemberian bantuan sosial dalam bentuk barang dari akun 571112 melalui LKS
dilaksanakan dengan tahapan:
(a)
LKS mengajukan proposal yang ditujukan kepada UPT di lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dengan melampirkan hasil asesmen
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
81
calon penerima manfaat yang telah masuk DTKS atau yang belum masuk
DTKS disertai rencana kebutuhan bantuan dalam bentuk barang.
(b)
UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial membuat
perjanjian kerjasama dengan LKS dalam pemanfaatan bantuan dalam
bentuk barang.
(c)
UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial melakukan
verifikasi administrasi dan verifikasi lapangan terhadap proposal yang
masuk untuk menilai kelayakannya dalam bentuk laporan atau berita acara
hasil verifikasi.
(d)
PPK membuat surat keputusan tentang penerima bantuan yang memuat
antara lain:
(1) Nama LKS.
(2) Alamat LKS.
(3) Nama Ketua LKS .
(4) Nama penerima bantuan.
(5) Nilai dan jenis bantuan yang diterima setiap penerima bantuan.
(e)
LKS membuat surat pernyataan tanggung jawab mutlak (SPTJM).
Dokumen pertanggungjawaban terdiri dari:
a) Proposal dari LKS.
b) Perjanjian kerjasama.
c) Hasil verifikasi administrasi dan verifikasi lapangan.
d) Surat Keputusan.
e) SPTJM.
f)
Berita Acara Serah Terima Barang antara PPK dan LKS.
g) Berita Acara Serah Terima Barang antara LKS dan Penerima Manfaat.
h) Dokumentasi foto yang mendukung kegiatan.
i)
Dokumen pertanggungjawaban yang dibuat oleh LKS dikirimkan kepada UPT
yang memberikan bantuan dalam bentuk foto copy, sedangkan dokumen
aslinya disimpan oleh LKS.
J. Ketentuan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
1. PNBP yang dikenakan tarif sebesar Rp0,00 (nol rupiah) adalah uang, barang dan jasa yang
merupakan penjualan hasil dari layanan UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
82
2. Pengenaan tarif Rp0,00 (nol rupiah) bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
penerima manfaat.
3. Peningkatan pendapatan penerima manfaat berupa pendapatan yang diperoleh dari
usaha ekonomi produktif lebih besar atau sama dengan upah minimum regional perbulan
yang diperoleh secara mandiri.
4. Bantuan ATENSI diberikan langsung untuk kepentingan
penerima manfaat.
Bahan/benih/bibit/alat/barang yang dibeli oleh UPT di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial dari bantuan ATENSI, diserahkan untuk kepentingan penerima
manfaat harus dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) antara PPK dan
penerima manfaat. Sebagai contoh bahan keterampilan yang telah dibeli oleh UPT
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, sehingga setelah diserahkan kepada penerima
manfaat akan sepenuhnya menjadi hak penerima manfaat, baik penggunaan maupun
hasil penjualannya.
5. Seluruh penyerahan dan penggunaan bahan/benih/bibit/alat/barang berpedoman pada
prinsip akuntabilitas.
6. Pengenaan tarif Rp0,00 (nol rupiah) dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi berkala
oleh pekerja sosial.
K. Pelaporan
Penerima bantuan wajib membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan sesuai
peruntukannya dengan didukung bukti-bukti asli transaksi pembelanjaan dan menyampaikan
fotocopy dokumen pertanggungjawaban bantuan kepada satuan kerja di lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Penerima
bantuan dalam membuat laporan dapat didampingi oleh pendamping dan/atau LKS. Seluruh
dokumen pertanggungjawaban disampaikan kepada satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial atau UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial selambat-lambatnya
30 hari sejak bantuan diterima.
L. Sanksi
Sanksi diberikan kepada penerima bantuan ATENSI apabila pemanfaatan tidak sesuai
dan/atau tidak melaporkan pertanggungjawaban, maka akan diberikan sanksi berupa:
1. Teguran lisan.
2. Teguran tertulis, dalam hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian
bantuan berikutnya dan atau bantuan lainnya.
3. Penghentian bantuan.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
83
4. Pengembalian bantuan (penyetoran ke kas negara, apabila hasil pemeriksaan ditemukan
terdapat kerugian negara).
5. Diproses secara hukum jika terbukti melakukan pelanggaran pidana terkait dengan
penggunaan bantuan ATENSI.
M. Lain-lain
Hal-hal yang belum tercantum dalam pedoman operasional ini akan diatur lebih lanjut dalam
petunjuk teknis pelaksanaan yang dibuat oleh KPA dan tetap merujuk pada pedoman
operasional ini.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
84
BAB VII
PENUTUP
Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas disusun
sebagai acuan dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial melalui Sentra Terpadu , Sentra di
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, UPTD, LKS dan keluarga penyandang disabilitas,
untuk menjamin mutu/standar pelayanan dalam pemenuhan hak dan kepentingan terbaik
bagi penyandang disabilitas. Pedoman ini menjadi acuan implementasi Bisnis Proses Asistensi
Rehabilitasi Sosial. Di dalam pedoman operasional ini menguraikan mekanisme dan prosedur
kerja rehabilitasi sosial melalui Balai Besar/Balai/Loka, dan LKS yang memiliki sasaran utama
pelaksanaan rehabilitasi sosial di keluarga, komunitas dan residential sebagai alternatif
terakhir. Prosedur kerja ini akan menjabarkan lebih lanjut tugas dan fungsi setiap pemangku
kepentingan dalam pelaksanaan ATENSI.
Pedoman Operasional ini perlu disosialisasikan kepada semua kalangan termasuk,
Kementerian/Lembaga, Organisasi Penyandang Disabilitas dan lembaga terkait lainnya baik
di pusat maupan di provinsi dan kabupaten/kota. Melalui penetapan pedoman operasional
ini, Kementerian Sosial mengharapkan program rehabilitasi sosial semakin berkembang baik
secara kuantitas dan kualitas serta meningkatnya kemampuan/keahlian sasaran dalam
pelaksanaan layanan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas.
Kami harapkan pedoman operasional ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi semua pihak yang melaksanakan rehabilitasi sosial dan menjadi dasar pengembangan
program rehabilitasi sosial lanjut bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Jakarta, April 2022
Plt. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial
Harry Hikmat
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
85
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430
Tlp. (021) 3100438 Laman: http//www.kemsos.go.id
FORM ASESMEN TERINTEGRASI
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
Nomor Kuesioner
__
. ____ .
No Urutan Satker
Tahun
Nomor Urut
A. ASESMEN CEPAT (RAPID ASSESSMENT)
1
Tanggal/Bulan/Tahun Assesmen
2
Nama Petugas Assesmen
Satuan Kerja
3
(nama sentra terpadu/ sentra)
PROFILE LENGKAP PPKS
ALAMAT SESUAI KTP
4
Provinsi
5
Kabupaten/Kota
6
Kecamatan
7
Desa/Kelurahan
8
Dusun, RT/ RW
9
Alamat Lengkap (Nama Jalan & No Rumah)
ALAMAT SESUAI DOMISILI
10
Provinsi
11
Kabupaten/Kota
12
Kecamatan
13
Desa/Kelurahan
14
Dusun, RT/ RW
15
Alamat Lengkap (Nama Jalan & No Rumah)
IDENTITAS PPKS
16
Nama Lengkap
17
Tempat Lahir
18
Tanggal/Bulan/Tahun Lahir
19
Jenis Kelamin
20
Agama
1.
2.
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
Islam
Kristen
21
NIK **
22
Nomor Kartu Keluarga **
23
Nomor Akta Lahir **
24
Apakah sudah masuk DTKS?
25
Bantuan yang diterima saat ini
26
Pendidikan Terakhir
27
Status Kawin
3.
4.
5.
6.
Katolik
Hindu
Budha
Konghuchu
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
Belum
Sudah
Belum Menerima Bantuan
PKH
Sembako
KIS PBI-JK
KIP
Prokus
Lainnya ……………
Tidak Sekolah
Belum Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Belum Kawin
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
** Perlu melampirkan foto/ dokumen
**Foto PPKS dapat dilakukan dengan Closeup
PROFIL PENGAMPU PPKS
28
Nama Lengkap
29
Nomor Hp/ Telepon
30
Hubungan dengan PPKS
31
Tempat Lahir
32
Tanggal/Bulan/Tahun Lahir
33
Jenis Kelamin
34
Agama
35
NIK **
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ayah
Ibu
Kakek
Nenek
Saudara Kandung
Lainnya
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Laki-laki
Perempuan
Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Budha
Konghuchu
36
Nomor KK **
37
Apakah sudah masuk DTKS?
38
Bantuan yang diterima saat ini
39
40
Pendidikan terakhir
Status Kawin
41
Pekerjaan
42
Pengeluaran per Bulan
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
Belum
Sudah
Belum Menerima Bantuan
PKH
Sembako
KIS PBI-JK
KIP
Prokus
Lainnya ……………
Tidak Sekolah
Belum Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Belum Kawin
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
Rp .......................................... ,KONDISI PPKS
43
Kategori PPKS
1.
2.
3.
4.
Anak
Lansia
Disabilitas
Korban Bencana dan Kedaruratan
Jika Kategori Disabilitas
1.
44
Ragam Penyandang Disabilitas
Fisik (terganggunya fungsi gerak)
a. amputasi, lumpuh layuh atau kaku,
b. paraplegi, cerebal palsy (CP),
c. akibat stroke,
d. akibat kusta dan
e. dwarfisme(Kerdil).
2. Intelektual
(terganggunya fungsi pikir karena tingkat kecerdasan
dibawah rata-rata)
a. lambat belajar
b. disabilitas grahita
c. down syndrom.
3. Mental (terganggunya fungsi pikir, emosi, dan perilaku)
a. skizofrenia
b. bipolar
c. depresi
d. anxietas
e. gangguan kepribadian
f. autis
g. hiperakif
4. Sensorik (terganggunya salah satu fungsi dari
panca indera)
a. disabilitas netra,
b. disabilitas rungu,
c. disabilitas wicara.
5. Ganda/ Multi
(Penyandang Disabilitas yang mempunyai dua atau
lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas runguwicara dan disabilitas netra-tuli)
Sebutkan …………………………
Jika Kategori Anak
1.
45
Anak dalam situasi darurat, meliputi:
a. anak yang menjadi pengungsi,
b. anak korban kerusuhan,
c. anak korban bencana alam dan
d. anak dalam situasi konflik bersenjata
2. Anak yang berhadapan dengan hukum;
3. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi;
4. Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau
seksual;
5. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya;
6. Anak yang menjadi korban pornografi;
7. Anak dengan HIV/AIDS;
8. Anak
korban
penculikan,
penjualan,dan/atau
perdagangan;
9. Anak korban Kekerasan fisik dan/atau psikis;
10. Anak korban kejahatan seksual;
11. Anak korban jaringan terorisme;
12. Anak Penyandang Disabilitas;
13. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran;
14. Anak dengan perilaku sosial menyimpang; dan
15. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan
terkait dengan kondisi Orang Tuanya.
Ragam Anak :
Jika Kategori Korban Bencana dan Kedaruratan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
46
Ragam Korban Bencana dan Kedaruratan :
Tuna Susila
Gelandangan
Pengemis
Pemulung
Kelompok Minoritas
Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan
(BWBLP)
7. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
8. Korban Penyalahgunaan NAPZA
9. Korban trafficking
10. Korban tindak kekerasan
11. Pekerja Migran Indonesia Bermasalah Sosial (PMBS)
(PMIB)
12. Perempuan rawan sosial ekonomi
13. Korban bencana alam
14. Korban bencana sosial
47
Jika termasuk dalam kategori Lansia atau
Disabilitas, apakah membutuhkan bantuan
dalam aktifitas sehari – hari (Activity Daily
Living)?
1.
2.
Ya
Tidak
48
Kondisi Fisik PPKS
1.
2.
Sehat
Sakit
49
Jelaskan Kondisi Fisik (Penjelasan terkait
kondisi kesehatan, kemampuan mobilitas,
dst)
KONDISI SOSIAL EKONOMI
0. Tidak
1. Iya
50
Apakah Kepala Keluarga Bekerja?
51
Pekerjaan
52
Pengeluaran per Bulan
53
Jumlah Tanggungan ( Orang dalam rumah )
54
Apakah pernah tidak makan dalam sehari?
1.
2.
3.
55
Pengeluaran Pangan per Bulan
Rp .......................................... ,-
Rp .......................................... ,Tidak
Pernah khawatir tidak makan
Pernah tidak makan
KONDISI TEMPAT TINGGAL
56
Tempat Tinggal saat ini
57
Jika milik sendiri;
bukti kepemilikan tanah
58
Tinggal Bersama
59
Luas Tempat Tinggal
60
Kondisi Bangunan
61
Atap Tempat Tinggal
62
Lantai Tempat Tinggal
63
Dinding Tempat Tinggal
64
Apakah memiliki jamban/ MCK?
65
Sumber Penerangan
66
Sumber Air Bersih
1.
2.
3.
4.
5.
1)
2)
3)
4)
1.
2.
3.
4.
Milik Sendiri
Sewa
Menumpang
Lembaga
Telantar/Menggelandang
Sertifikat Hak Milik
Hak Guna Bangunan
Girik
Lainnya ……………
Sendiri
Keluarga Inti
Keluarga Besar
Lainnya ……………
………………………………. m2
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Permanen
Semi Permanen
Lainnya
Seng
Genteng
Asbes
Lainnya ……………
Tanah
Ubin
Kayu
Kayu
Bambu
Seng
Kawat
Batu Bata
Tidak
Ya
Bukan Listrik
Listrik 450 VA
Listrik 900 VA
Lainnya …
PDAM
Mata Air
Sumur
Lainnya …………………………
*) Catatan Tambahan
Ex : Peralatan Rumah
Kendaraan yang dimiliki
Gambaran Demografi
Bukti Dukung dengan melampirkan Foto
B. PERMASALAHAN, POTENSI & RENCANA INTERVENSI PPKS
67
Permasalahan (Gambaran Kasus)
68
Pelayanan yang pernah diterima
69
70
Potensi Diri (Minat Bakat, Keterampilan,
Motivasi, Hasil Test IQ)
Potensi Sumber (Organisasi, Lingkungan,
Pendidikan, Ekonomi, Keagamaan, Alam)
71
Komponen Layanan Yang Dibutuhkan
72
Uraian Komponen Layanan :
73
C.
74
1.
Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak
(sandang, pangan,)
2.
Perawatan Dan Pengasuhan Sosial
3.
Dukungan Keluarga
4.
Terapi (Fisik,
Spiritual)
5.
Pelatihan
Vokasional
Kewirausahaan
6.
Bantuan dan Asistensi Sosial
7.
Dukungan Aksesibilitas
Psikososial,
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak
Perawatan Dan Pengasuhan Sosial
Dukungan Keluarga
Terapi (Fisik, Psikososial, Mental Spiritual)
Pelatihan Vokasional Pembinaan Kewirausahaan
Bantuan dan Asistensi Sosial
Dukungan Aksesibilitas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak
Perawatan Dan Pengasuhan Sosial
Dukungan Keluarga
Terapi (Fisik, Psikososial, Mental Spiritual)
Pelatihan Vokasional Pembinaan Kewirausahaan
Bantuan dan Asistensi Sosial
Dukungan Aksesibilitas
Mental
Pembinaan
Pihak yang terlibat dalam rencana intervensi
INTERVENSI PPKS
Komponen Layanan Yang diberikan
75
Uraian Komponen Layanan :
8.
Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak
(sandang, pangan,)
9.
Perawatan Dan Pengasuhan Sosial
10. Dukungan Keluarga
11. Terapi (Fisik,
Spiritual)
Psikososial,
12. Pelatihan
Vokasional
Kewirausahaan
Mental
Pembinaan
13. Bantuan dan Asistensi Sosial
14. Dukungan Aksesibilitas
76
Waktu Pemberian Layanan
(Tanggal/ Bulan/ Tahun)
77
Pihak yang terlibat dalam intervensi
D. RENCANA INTERVENSI LANJUTAN (Komplementaritas)
1.
2.
78
Bentuk Layanan (bisa lebih dari 1)
3.
4.
5.
6.
7.
Program Kewirausahaan
Program Perbaikan Rumah melalui Rumah Usaha
Sederhana
Program Keluarga Harapan
Bantuan dari Dana Hibah
Pemberian Alat Bantu
Pelatihan Keterampilan Kerja
Lainnya ……
Rekomendasi/Catatan Petugas :
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
Petugas
( ………………………………. )
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
Perihal :
Permohonan untuk mendapatkan
Layanan ATENSI Berbasis Residensial
di Sentra Phalamartha Sukabumi
Yth. Kepala Sentra Phalamartha di Sukabumi
Jalan Perintis Kemerdekaan No.130
Cibadak, Sukabumi
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: ………………………………………………………………….....
Tempat, tanggal lahir
: ………………………………………………………………….....
Jenis kelamin
: ………………………………………………………………….....
Pekerjaan
: ………………………………………………………………….....
Hubungan dgn Calon PPKS : ………………………………………………………………….....
Alamat
: ………………………………………………………………….....
………………………………………………………………….....
Nomor Telepon
: ………………………………………………………………….....
Sebagai Wali / Penanggungjawab dari Calon PPKS :
Nama
: …………………………………………………………………
Umur
: …………………………………………………………………
Jenis Kelamin
: …………………………………………………………………
Alamat
: …………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
Dengan ini menyampaikan permohonan agar calon Penerima Manfaat (PM) mendapatkan
Layanan ATENSI berbasis residensial di Sentra Phalamartha Sukabumi. Sebagai bahan
pertimbangan, saya melampirkan persyaratan sebagai berikut :
1. Surat Pengantar dari Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota.
2. Surat Rekomendasi dan Catatan Kasus bagi calon penerima manfaat yang berasal dari
Balai/Loka, UPTD dan LKS (Jika ada)
3. Diagnosa Dokter Psikiater dan Resep Obat Antipsikotik yang dikonsumsi.
4. Fotokopi KTP orang tua / penanggungjawab dan calon PM;
5. Fotokopi Kartu Keluarga;
6. Fotokopi kartu KIS / BPJS (jika ada)
7. Pasfoto berwarna PM ukuran 4 X 6 sebanyak 3 (tiga) lembar dan foto berwarna seluruh
tubuh ukuran Post Card sebanyak 1 (satu) lembar.
Demikian permohonan ini saya buat, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Sukabumi, …………….……2022
Pemohon,
....................................
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
FORM ASESMEN TERINTEGRASI
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
Nomor Kuesioner
__
. ____ .
No Urutan Satker
Tahun
Nomor Urut
A. ASESMEN CEPAT (RAPID ASSESSMENT)
1
Tanggal/Bulan/Tahun Assesmen
2
Nama Petugas Assesmen
3
Unit Kerja Petugas Assesmen
(nama sentra terpadu/ sentra)
PROFILE LENGKAP PPKS
ALAMAT SESUAI KTP
4
Provinsi
5
Kabupaten/Kota
6
Kecamatan
7
Desa/Kelurahan
8
Dusun, RT/ RW
9
Alamat Lengkap (Nama Jalan & No Rumah)
ALAMAT SESUAI DOMISILI
10
Provinsi
11
Kabupaten/Kota
12
Kecamatan
13
Desa/Kelurahan
14
Dusun, RT/ RW
15
Alamat Lengkap (Nama Jalan & No Rumah)
IDENTITAS PPKS
16
Nama Lengkap
17
Tempat Lahir
18
Tanggal/bln/th Lahir
19
Jenis Kelamin
20
Asal Daerah
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
21
Suku
22
Agama
23
NIK **
24
Nomor Kartu Keluarga **
25
Nomor Akta Lahir **
26
Apakah sudah masuk DTKS?
27
Bantuan yang diterima saat ini
28
Pendidikan Terakhir
29
Status Kawin
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Budha
Konghuchu
Lainnya ………
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
Belum
Sudah
Belum Menerima Bantuan
PKH
Sembako
KIS PBI JK
KIP
Prokus
Lainnya ……………
Tidak Sekolah
Belum Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Belum Kawin
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
** Perlu melampirkan foto/ dokumen
**Foto PPKS dapat dilakukan dengan Closeup
PROFIL PENGAMPU PPKS
30
Nama Lengkap
31
Nomor Hp/ Telepon
32
Hubungan dengan PPKS
33
Tempat Lahir
34
35
36
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ayah
Ibu
Kakek
Nenek
Saudara Kandung
Lainnya
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
Tanggal/bulan/tahun Lahir
Jenis Kelamin
Asal Daerah
37
38
Suku
Agama
39
NIK **
40
Nomor KK **
41
Apakah sudah masuk DTKS?
42
Bantuan yang diterima saat ini
43
44
45
46
Pendidikan terakhir
Status Kawin
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Budha
Konghuchu
Lainnya …
0. Belum
1. Sudah
1. Belum Menerima Bantuan
2. PKH
3. Sembako
4. KIS PBI JK
5. KIP
6. Prokus
7. Lainnya ……………
1. Tidak Sekolah
2. Belum Sekolah
3. SD
4. SMP
5. SMA
6. Perguruan Tinggi
1. Belum Kawin
2. Kawin
3. Cerai Hidup
4. Cerai Mati
Pekerjaan
Penghasilan per Bulan
1.
2.
3.
4.
5.
< Rp500.000,Rp500.000,- - < Rp1.500.000,Rp1.500.000,- - < Rp2.500.000,Rp2.500.000,- - < Rp3.500.000,>= Rp3.500.000,-
KONDISI PPKS
47
Kategori PPKS
1.
2.
3.
4.
Anak
Lansia
Disabilitas
Korban Bencana dan Kedaruratan
Jika Kategori Disabilitas
1.
48
Ragam Penyandang Disabilitas
Fisik (terganggunya fungsi gerak)
a. amputasi, lumpuh layuh atau kaku,
b. paraplegi, cerebal palsy (CP),
c. akibat stroke,
d. akibat kusta dan
e. dwarfisme(Kerdil).
2. Intelektual
(terganggunya fungsi pikir karena tingkat kecerdasan
dibawah rata-rata)
a. lambat belajar
49
Tingkatan Disabilitas
50
Apakah sudah memiliki kartu penyandang
Disabilitas?
b. disabilitas grahita
c. down syndrom.
3. Mental (terganggunya fungsi pikir, emosi, dan perilaku)
a. skizofrenia
b. bipolar
c. depresi
d. anxietas
e. gangguan kepribadian
f. autis
g. hiperakif
4. Sensorik (terganggunya salah satu fungsi dari
panca indera)
a. disabilitas netra,
b. disabilitas rungu,
c. disabilitas wicara.
5. Ganda/ Multi
(Penyandang Disabilitas yang mempunyai dua atau
lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas runguwicara dan disabilitas netra-tuli)
Sebutkan ……………
1) Ringan
2) Sedang
3) Berat
1) Ya
2) Tidak
Jika Kategori Anak
1.
51
52
Ragam Anak :
Anak dalam situasi darurat, meliputi:
a. anak yang menjadi pengungsi,
b. anak korban kerusuhan,
c. anak korban bencana alam dan
d. anak dalam situasi konflik bersenjata
2. Anak yang berhadapan dengan hukum;
3. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi;
4. Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau
seksual;
5. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya;
6. Anak yang menjadi korban pornografi;
7. Anak dengan HIV/AIDS;
8. Anak
korban
penculikan,
penjualan,dan/atau
perdagangan;
9. Anak korban Kekerasan fisik dan/atau psikis;
10. Anak korban kejahatan seksual;
11. Anak korban jaringan terorisme;
12. Anak Penyandang Disabilitas;
13. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran;
14. Anak dengan perilaku sosial menyimpang; dan
15. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan
terkait dengan kondisi Orang Tuanya.
Jika Kategori Korban Bencana dan Kedaruratan
Ragam Korban Bencana dan Kedaruratan :
1.
2.
3.
4.
5.
Tuna Susila
Gelandangan
Pengemis
Pemulung
Kelompok Minoritas
6.
Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan
(BWBLP)
7. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
8. Korban Penyalahgunaan NAPZA
9. Korban trafficking
10. Korban tindak kekerasan
11. Pekerja Migran Indonesia Bermasalah Sosial (PMBS)
(PMIB)
12. Perempuan rawan sosial ekonomi
13. Korban bencana alam
14. Korban bencana sosial
53
Jika termasuk dalam kategori Lansia atau
Disabilitas, apakah membutuhkan bantuan
dalam aktifitas sehari – hari (Activity Daily
Living)?
1.
2.
Ya
Tidak
54
Kondisi Fisik PPKS
1.
2.
Sehat
Sakit
55
Jelaskan Kondisi Fisik (Penjelasan terkait
kondisi kesehatan, kemampuan mobilitas,
dst)
56
Kondisi Psikologis PPKS
57
Kondisi sosial PPKS
58
Kondisi Mental Spiritual
59
Kondisi Keluarga
KONDISI SOSIAL EKONOMI
60
Apakah Kepala Keluarga Bekerja?
61
Pekerjaan
0. Tidak
1. Iya
6. < Rp500.000,7. Rp500.000,- - < Rp1.500.000,8. Rp1.500.000,- - < Rp2.500.000,9. Rp2.500.000,- - < Rp3.500.000,>= Rp3.500.000,-
62
Penghasilan Keluarga per Bulan
63
Jumlah Tanggungan
64
Apakah pernah tidak makan dalam sehari?
1.
2.
3.
65
Pengeluaran Pangan per Bulan
Rp
66
Pengeluaran Total per Bulan
Rp
67
Apakah ada pengeluaran pakaian, dalam
setahun.
0.
1.
Tidak
Pernah khawatir tidak makan
Pernah tidak makan
Tidak
Ya
KONDISI TEMPAT TINGGAL
68
Tempat Tinggal saat ini
69
Jika milik sendiri;
bukti kepemilikan tanah
70
Tinggal Bersama
1.
2.
3.
4.
5.
1)
2)
3)
Milik Sendiri
Sewa
Menumpang
Lembaga
Telantar/Menggelandang
Sertifikat Hak Milik
Hak Guna Bangunan
Girik
1.
Sendiri
2.
3.
4.
Keluarga Inti
Keluarga Besar
Lainnya …………………………..
m2
71
Luas Tempat Tinggal
72
Kondisi Bangunan
73
Atap Tempat Tinggal
74
Lantai Tempat Tinggal
75
Dinding Tempat Tinggal
76
Apakah memiliki jamban/ MCK?
77
Sumber Penerangan
78
Sumber Air Bersih
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Permanen
Semi Permanen
Lainnya
Seng
Genteng
Asbes
Lainnya ………………………….
tanah
Ubin
Kayu
Kayu
Bambu
Seng
Kawat
Batu Bata
Tidak
Ya
Bukan Listrik
Listrik 450 VA
Listrik 900 VA
Lainnya …
PDAM
Mata Air
Sumur
Lainnya …………………………
*) Catatan Tambahan
Ex : Peralatan Rumah
Kendaraan yang dimiliki
Gambaran Demografi
Bukti Dukung dengan melampirkan Foto
B. PERMASALAHAN, POTENSI & RENCANA INTERVENSI PPKS
79
Permasalahan (Gambaran Kasus)
80
Pelayanan yang pernah diterima
81
82
Potensi Diri (Minat Bakat, Keterampilan,
Motivasi, Hasil Test IQ)
Potensi Sumber (Organisasi, Lingkungan,
Pendidikan, Ekonomi, Keagamaan, Alam)
83
Komponen Layanan Yang Dibutuhkan
84
Uraian Komponen Layanan :
1.
Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak
(sandang, pangan,)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak
Perawatan Dan Pengasuhan Sosial
Dukungan Keluarga
Terapi (Fisik, Psikososial, Mental Spiritual)
Pelatihan Vokasional Pembinaan Kewirausahaan
Bantuan dan Asistensi Sosial
Dukungan Aksesibilitas
85
C.
2.
Perawatan Dan Pengasuhan Sosial
3.
Dukungan Keluarga
4.
Terapi (Fisik,
Spiritual)
5.
Pelatihan
Vokasional
Kewirausahaan
6.
Bantuan dan Asistensi Sosial
7.
Dukungan Aksesibilitas
Psikososial,
Mental
Pembinaan
Pihak yang terlibat dalam rencana intervensi
INTERVENSI PPKS
86
Komponen Layanan Yang diberikan
87
Uraian Komponen Layanan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak
(sandang, pangan,)
9.
Perawatan Dan Pengasuhan Sosial
10. Dukungan Keluarga
11. Terapi (Fisik,
Spiritual)
Psikososial,
12. Pelatihan
Vokasional
Kewirausahaan
13. Bantuan dan Asistensi Sosial
14. Dukungan Aksesibilitas
88
Jumlah Total Bantuan (Rp)
Mental
Pembinaan
Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak
Perawatan Dan Pengasuhan Sosial
Dukungan Keluarga
Terapi (Fisik, Psikososial, Mental Spiritual)
Pelatihan Vokasional Pembinaan Kewirausahaan
Bantuan dan Asistensi Sosial
Dukungan Aksesibilitas
89
Waktu Pemberian Layanan
(Tanggal/ Bulan/ Tahun)
90
Pihak yang terlibat dalam intervensi
D. RENCANA INTERVENSI LANJUTAN (Komplementaritas)
1.
2.
91
Bentuk Layanan (bisa lebih dari 1)
3.
4.
5.
6.
7.
Program Kewirausahaan
Program Perbaikan Rumah melalui Rumah Usaha
Sederhana
Program Keluarga Harapan
Bantuan dari Dana Hibah
Pemberian Alat Bantu
Pelatihan Keterampilan Kerja
Lainnya ……
KESIMPULAN/RESUME KASUS
Rekomendasi/Catatan Petugas :
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
Petugas
( ………………………………. )
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
TANDA TERIMA
TANDA TERIMA
BERKAS PERSYARATAN MASUK / MENDAPATKAN PELAYANAN
DAN REHABILITASI SOSIAL PEMERLU PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
SENTRA “……………………………………………”
BERKAS PERSYARATAN MASUK / MENDAPATKAN PELAYANAN
DAN REHABILITASI SOSIAL PEMERLU PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
SENTRA “…………………………………………..”
Nama Calon Penerima Pelayanan : ................................................................................ L / P
Nama Penanggung Jawab
: .......................................................................................
Alamat Lengkap
: .......................................................................................
.......................................................................................
ADA /
TIDAK ADA
: ................................................................................ L / P
: .......................................................................................
: .......................................................................................
.......................................................................................
ADA /
TIDAK ADA
No
PERSYARATAN
1.
4.
Surat permohonan untuk mendapatkan pelayanan &
rehabilitasi sosial di Balai.
Surat pengantar dari Dinas Sosial setempat
(Kabupaten/Kota).
Surat rujukan dari Psikiater/Rumah Sakit Jiwa yang
menyatakan pasien dalam kondisi tenang, membutuhkan
pelayanan rehabilitasi sosial dan resep obat anti psikotik
yang harus dilanjutkan.
Fotokopi KTP Penanggungjawab dan calon PM.
4.
Surat permohonan untuk mendapatkan pelayanan &
rehabilitasi sosial di Balai.
Surat pengantar dari Dinas Sosial setempat
(Kabupaten/Kota).
Surat rujukan dari Psikiater/Rumah Sakit Jiwa yang
menyatakan pasien dalam kondisi tenang, membutuhkan
pelayanan rehabilitasi sosial dan resep obat anti psikotik
yang harus dilanjutkan.
Fotokopi KTP Penanggungjawab dan calon PM.
5.
Fotokopi Kartu Keluarga Penanggungjawab dan calon PM.
5.
Fotokopi Kartu Keluarga Penanggungjawab dan calon PM.
6.
Fotokopi KIS/BPJS (Bagi yang memiliki)
6.
Fotokopi KIS/BPJS (Bagi yang memiliki)
7.
Pasfoto berwarna PM ukuran 4 X 6 sebanyak 3 (tiga)
lembar dan foto berwarna seluruh tubuh ukuran Post Card
sebanyak 1 (satu) lembar.
7.
Pasfoto berwarna PM ukuran 4 X 6 sebanyak 3 (tiga)
lembar dan foto berwarna seluruh tubuh ukuran Post Card
sebanyak 1 (satu) lembar.
No
PERSYARATAN
1.
2.
3.
Catatan : ........................................................................................................................... .........
....................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………
.
Nama Calon Penerima Pelayanan
Nama Penanggung Jawab
Alamat Lengkap
2.
3.
Catatan : ........................................................................................................................... .........
....................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………
Yang Menyerahkan,
Sukabumi, ..........................................
Yang Menerima,
Yang Menyerahkan,
Sukabumi, ..........................................
Yang Menerima,
………………………..
……………………….
………………………..
………………………..
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
INSTRUMEN EVALUASI PENERIMA PELAYANAN
KEGIATAN ATENSI KELUARGA DAN KOMUNITAS BAGI PENYANDANG DISABILITAS MENTAL
SENTRA ”……………………………………………..”
A. IDENTITAS PENYANDANG DISABILITAS MENTAL
1.
Nama
2.
Jenis Kelamin
3.
Nama Penanggung Jawab
4.
Alamat
[ ] Laki-laki
[ ] Perempuan
B. EVALUASI
Berikan nilai dengan Sistem penilaian berupa skor: 1 sangat kurang, 2 kurang, 3 cukup, 4 baik, 5 sangat baik.
No
KOMPONEN
1
Kebersihan Diri/ Perawatan Diri
2
Kerapihan Berpakaian Dan Kesesuaian Estetika
3
Kemampuan Makan Dan Minum
4
Kemampuan Mandi Dan Toileting
5
Aktivitas Motorik
6
Keberfungsian Panca Indera
7
Kepatuhan Obat
8
Kemampuan Komunikasi
9
Kemampuan Menjalin Pertemanan
10
Kesadaran Mengenai Sakit Yang Dialami
11
Kemampuan Untuk Bekerja Sama Dengan Orang Lain
12
kemampuan Mencari Nafkah Menfkah
13
Kemampuan Untuk Berumahtangga
14
Kemampuan Berobat/ Kontrol Sendiri
15
Dukungan Keluarga
16
Dukungan Masyarakat
KESIMPULAN
PENILAIAN MINGGU KEI
II
III
IV
KETERANGAN
Petugas Balai,
....................,…......................... 20
Pendamping
…………………………………………..
…………………………………………..
Mengetahui :
Kepala,
Cup Santo
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: …………………………………………………………………
Tempat, Tanggal Lahir
: …………………………………………………………………
Hubungan dengan Penerima Manfaat : …………………………………………………………………
Alamat
: …………………………………………………………………
Nomor Telepon
: …………………………………………………………………
Bertindak sebagai Orang tua / Keluarga / Wali / Penanggung jawab* dari Penerima Manfaat (PM):
Nama
: …………………………………………………………………
NIR
: …………………………………………………………………
Jenis Kelamin
: …………………………………………………………………
Tempat, Tanggal Lahir
: …………………………………………………………………
Alamat
: …………………………………………………………………
Dengan ini menyatakan SANGGUP / TIDAK SANGGUP* untuk menerima kembali Penerima Manfaat
setelah selesai menjalani layanan asistensi rehabilitasi sosial berbasis residensial di Sentra Phalamartha
Sukabumi.
Demikian surat pernyataan kesanggupan ini saya buat dengan penuh rasa tanggung jawab dan penuh
kesadaran tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
Sukabumi, …………………….2022
Mengetahui,
Kepala Sentra Phalamartha
di Sukabumi
Cup Santo
*coret yang tidak perlu
Yang Membuat Pernyataan
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
PENETAPAN PENERIMA PELAYANAN (PP)
Berdasarkan hasil penilaian terhadap persyaratan administrasi dan keadaan calon Penerima
Pelayanan, maka dengan ini kami tetapkan bahwa :
Nama
:
………………….
Nomor Registrasi
:
………………….
Jenis Kelamin
:
…………………..
Tempat, tanggal lahir
:
……………………..
Alamat
:
………………………………………………………
Sebagai Penerima Pelayanan di Sentra “Phalamartha” di Sukabumi untuk mengikuti
Program ATENSI Berbasis residesial.
Demikian Surat Penetapan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Sukabumi, ……………………….
Mengetahui :
Kepala Sentra,
Kepala Sub Bagian Tata Usaha,
…………………………..
……………………………
NIP. ……………………….
NIP. …………………..
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
SURAT PERJANJIAN
Pada hari ini .................................., tanggal ..................................., bulan ...............................
tahun ............................................, kami yang bertandatangan di bawah ini :
I.
Nama
: .............................................................................................
Tempat, Tanggal Lahir
: .............................................................................................
Hubungan dengan PM
: .............................................................................................
Alamat
: .............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
Nomor Telpon / HP
: .............................................................................................
Bertindak sebagai orang tua / wali / penanggung jawab dari Penerima Manfaat (PM):
Nama
: .............................................................................................
Tempat, Tanggal Lahir
: .............................................................................................
Jenis Kelamin
: .............................................................................................
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.
II.
Nama
:
Sarmauli Tamba, SE
Jabatan
:
Kepala Sub Bagian Tata usaha
Unit Kerja
:
Sentra Phalamartha di Sukabumi
Alamat
:
Jl. Perintis Kemerdekaan No. 130 Cibadak – Sukabumi.
Bertindak mewakili Sentra Phalamartha di Sukabumi selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
sepakat untuk mengadakan perjanjian dengan ketentuan sebagai berikut :
A. JANGKA WAKTU PELAYANAN
1. PIHAK KEDUA akan memberikan layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) berbasis residensial
kepada PM dengan masa layanan bersifat sementara (temporary shelter) sesuai dengan masalah dan
kebutuhan PM.
2. PIHAK KEDUA akan menilai perkembangan PM selama mendapatkan layanan residensial di Sentra.
3. Apabila berdasarkan analisa dan pembahasan asesmen komprehensif oleh semua unsur yang ada di Sentra,
PIHAK KEDUA akan memutuskan masa layanan yang diberikan kepada PM di Sentra.
4. PIHAK KEDUA akan menyerahkan kembali PM yang telah selesai menjalani layanan Atensi kepada
PIHAK PERTAMA.
5. PIHAK PERTAMA wajib menerima kembali PM dan bersedia melanjutkan pendampingan kepada PM
untuk meningkatkan pemulihan kemampuan sosial di lingkungan keluarga dan masyarakat
B. PARTISIPASI ORANG TUA / WALI / PENANGGUNG JAWAB DALAM PROGRAM PELAYANAN
REHABILITASI SOSIAL
1. PIHAK PERTAMA diwajibkan secara aktif membantu selama terselenggaranya proses layanan Atensi di
Balai.
2. PIHAK PERTAMA melaksanakan kewajiban dan tanggungjawab PM sesuai dengan peraturan Sentra.
3. PIHAK PERTAMA secara jujur memberikan alamat yang jelas apabila pindah tempat tinggal dan
diketahui oleh RT / RW serta Kepala Desa / Kelurahan setempat agar segera memberitahukan pada pihak
Sentra.
C. PELAYANAN MEDIS / PSIKIATRI
1. PIHAK PERTAMA tidak menyatakan keberatannya jika PM sakit dan dirujuk ke RSU / RSJ untuk
mendapatkan pelayanan medis diluar kemampuan PIHAK KEDUA untuk merawat/menanganinya.
2. PIHAK PERTAMA bersedia menanggung biaya yang dibutuhkan dalam rangka perawatan medis selama
di RSU / RSJ.
D. MENINGGALKAN BALAI TANPA IZIN
1. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk memberitahukan kepada PIHAK PERTAMA apabila PM
meninggalkan Balai tanpa izin.
2. PIHAK PERTAMA tidak akan menuntut kepada PIHAK KEDUA secara hukum, jika PM meninggalkan
Balai tanpa izin / kabur dan tidak dapat ditemukan, atau terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
E.
MENINGGAL DUNIA
1. PIHAK PERTAMA akan segera diberitahukan oleh PIHAK KEDUA jika PM meninggal dunia.
2. PIHAK PERTAMA tidak menuntut PIHAK KEDUA secara hukum jika PM yang bersangkutan
meninggal dunia karena sesuatu hal selama menjalani layanan Atensi di Sentra.
3. PIHAK PERTAMA berkewajiban segera mengambil jenazah PM yang meninggal dunia tersebut dari
PIHAK KEDUA.
F. LAIN-LAIN
Hal-hal lain yang belum diatur dan tercantum dalam surat perjanjian ini akan disempurnakan lebih lanjut
sesuai dengan kesepakatan dan aturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat perjanjian ini kami buat 2 (dua) rangkap dan ditandatangani oleh kedua belah pihak masing-masing.
Sukabumi, ...........................................
PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA
Kepala Sub Bagian Tata Usaha,
Wali / Penanggung jawab,
Sarmauli Tamba, SE
NIP. 19691010 199203 2 001
_____________________.
Mengetahui :
Kepala Sentra,
Drs. Cup Santo, M.Si
NIP. 19660924 199202 1 001
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
ASSESMEN AWAL CALON PEMERLU PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (PPKS)
ASISTENSI REHABIITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS MENTAL
PETUNJUK PENGISIAN
A. Pertanyaan dibawah ini terdiri dari pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.
B. Form ini diisi oleh Pekerja Sosial / Petugas LKS/Pendamping Disabilitas.
C. Cara pengisian:
Diberikan tanda √ (Checklis) pada kotak yang disediakan untuk pertanyaan pilihan.
Pada pertanyaan terbuka diisi sesuai jawaban.
Instansi Pengirim
Datang sendiri
No Registrasi :
Diantar Keluarga
Diantar Petugas
Nama Petugas :
Respon Kasus
Tanggal :
Tempat :
I. IDENTITAS DIRI
A. CALON PPKS
Nama Lengkap
: .................................................................................... LK PR
NIK
: .............................................. No KK : ..........................
Tempat, Tanggal Lahir: ............................................................................. / (…....... Tahun)
Agama
: ..............................................
Pendidikan
:
Tidak Sekolah SD SMP
SMA D-II/III/S-1/S2/S3
Pekerjaan
: ................................................................................................
Status
:
Belum menikah Menikah
Duda
Janda
Alamat tinggal saat ini : Jl/Gg ............................................................................ RT .... RW....
Desa/Kelurahan
: ............................................. Kecamatan ...........................................
Kab/Kota
: ............................................... Provinsi ..............................................
Apakah mempunyai BPJS/KIS : â–¡ YA â–¡ TIDAK
Bantuan Pemerintah yang pernah di dapat : ……………………………………………………….
B. ORANG TUA / PENANGGUNG JAWAB
Nama Lengkap
: .................................................................................... LK PR
NIK
: .............................................. No KK :
..........................
Tempat, Tanggal Lahir: ............................................................................. / (…....... Tahun)
Agama
: ..............................................
Hubungan dgn Calon PPKS :
.......................................................................................
Pekerjaan
: ..........................................................................................................
Alamat tinggal saat ini : Jl/Gg/Kp ........................................................................ RT .... RW....
Desa/Kelurahan
: ............................................ Kecamatan ...........................................
Kab/Kota
: ............................................... Provinsi ..............................................
No Telepon (aktif)
: ...................................................................
C. KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA
Pekerjaan Keluarga
: .................................................................
Penghasilan Perbulan Keluarga : â–¡ Kurang dari 1000.000,â–¡ 1.000.000.- s/d 2.000.000,â–¡ 2.000.000.- s/d 3.000.000,â–¡ Lebih dari 3.000.000,Kepemilikan Rumah :
â–¡ Milik Sendiri â–¡ Sewa/kontrak â–¡ Menumpang
Kondisi Rumah
:
â–¡ Permanen â–¡ Semi Permanen â–¡ Tidak Permanen
II. RIWAYAT DISABILITAS MENTAl CALON PPKS
A. (GANGGUAN PSIKOSOSIAL)
1 Jenis Ganguan
Skizofrenia
Bipolar
Psikososial yang
dialami CPM
2
3
4
5
6
Depresi
anxietas
Gangguan
kepribadian
Sudah berapa lama
mengalami disabilitas
mental.
Sejak Tahun............
Pernahkahmelakukan upaya
pengobatan (RS/RSJ/Poli
jiwa/Dokter Psikiater)
Kurang dari
1Tahun
1 – 5 tahun
Lebih dari 5 tahun
Tidak Pernah
Kadangkadang
Rutin
Konsumsi obat
psikiatris/jiwa sampai saat
ini
Seberapa sering mengalami
ke kambuhan dalam 1 tahun
terakhir
Gejala/perilaku saat
mengalami kekambuhan
Tidak
pernah/putus
obat
Tidak Pernah
Kadangkadang
Rutin
Kadangkadang
Sering
Berdiam diri/
melamun
Berjalanan
Merusak/membahayakan org lain
Berbicara
sendiri
Marah²/menga
ncam
Melukai/membahayakan dirinya sendiri
Fisik biologis /
penyakit
Kecelakaan
Tekanan
ekonomi
Frustasi
Korban kekerasan
Pola
Pengasuhan
…………………
……………
Penyebab
lainnya
………………
…………
Perilaku lainnya
……………………
………………
7
Pencetus / penyebab awal
mengalami disabilitas
mental (gangguan jiwa)
Penyalahgunaan obat
8
Trauma pada sesuatu, yaitu
.............................................................................................................
.....
9
Calon PPKS tinggal
serumah dgn siapa saja
Sendirian
Tinggal
bersama
saudara
sekandung
Berdua dg
salah satu ortu
Tinggal
bersama
saudara lain
Bertiga dg kedua ortu
Tinggal bersama orang
lain
B. GANGGUAN PERKEMBANGANCALON PPKS
1 Jenis Ganguan
Autis
Hiperaktif/ADHD
Perkembangan yang
- Hipoaktif
dialami Calon PPKS
- hiperaktif
1
Sejak kapan mulai
teridentifikasi
mengalamidisabilitas
perkembangan
Bln…….Th……
…
2
Mendapatkan layanan akses
Rutin
Kadang-Kadang
Belum pernah
kesehatan
3
Gejala dan atau masalahyang
muncul
4
Kebutuhan yang diperlukan
saat ini
Menyendiri
Pasif
Tidak mengenal bahaya
Komunikasi
dan interaksi
Kemandirian
Tantrum
Perilaku yang
berulang
Perilaku
lainnya
……………….
Penanganan
pengobatan
Penanganan
Terapi dan
prilaku
pengembangan
bakat dan minat
Penguatan
keluarga
Kebutuhan
lainnya
………………
Penanganan
Pendidikan
Penyaluran tenaga
kerja atau
pengembangan
kewirausahaan
5
Sosok yang menjadi pengasuh dan pendamping utama dalam keluarga
........................................................................................................................................................
6
CPM tinggal serumah dgn
siapa saja
Sendirian
Tinggal
bersama
saudara
sekandung
Berdua dg salah
satu ortu
Tinggal bersama
saudara lain
III.
IDENTIFIKASI DAN OBSERVASICALON PPKS
A. FISIK
1 Penampilan/ kebersihan diri
Baik
Cukup baik
Bertiga dg kedua ortu
Tinggal bersama orang
lain
Kurang bersih
2
Mobilitas
Baik dan aktif
Cukup
Kurang
3
Kekuatan
Kuat
Cukup
Lemah
4
Keberfungsian panca indera
Baik dan aktif
Cukup
Kurang
3
Kesehatan umum
Gatal-gatal
Batuk
Sering pusing
Penyakit menahun/menular (Kulit_Diabetes_Hepatitis_TBC_HIV/AIDS_Jantung dan lainnya)
4
Ada/tidak ada..............................................................................................................
Kemampuan melaksanakan
Mandiri
Sendiri dgn
Dibantu orang lain
ADL (Mandi, cuci, BAB dll)
perintah
Kesimpulan kondisi fisik CPM...............................................................................................................
B. MENTAL (PSIKOLOGI DAN SPIRITUAL)
1 Kondisi emosi
Stabil
Cukup stabil
Kurang stabil
2
Semangat/motivasi diri
Baik
Cukup baik
Kurang
3
Intelektual/baca_tulis_hitung
Baik
Cukup baik
Kurang baik
4
Orientasi realita
Baik
Cukup baik
Kurang baik
5
Pemahaman agama
Baik
Cukup baik
Kurang baik
6
Pelaksanaan menjalankan ibadah
agama
Rajin
Jarang
Kurang sekali
Kesimpulan aspek mental CPM...............................................................................................................
C. SOSIAL (RELASI_PENYESUAIAN DIRI_SIKAP PERILAKU)
1 Komunikasi dgn orang lain
Bisa
Cukup
Kurang
2 Kemampuan bersosialisasi
Baik
Cukup
Kurang
3 Menyerap perintah/nasehat
Baik
Cukup
Kurang
4 Sikap dan perilaku
Baik
Cukup
Kurang
5 Kepatuhan aturan/norma
Baik
Cukup
Kurang
6 Peran serta kegiatan di masy
Aktif
Jarang
Tidak pernah
Kesimpulan aspek sosial Calon
PPKS.....................................................................................................................
D. VOKASIONAL
1 Pekerjaan rumah tangga
Bisa sendiri
Dgn perintah
Tidak mau
Lambat
dilaksanakan
Cukup
Tidak terlaksana
3 Motivasi dlm ketr. kerja
Langsung
dilaksanakan
Baik
4 Kemampuan ketr. kerja
Baik
Cukup
Kurang
5 Pengalaman bekerja
Sudah pernah
Belum pernah
..............................
2 Pelaksanaan tugas/perintah
Kurang
6 Keterampilan yg dimilki .........................................................................................
Kesimpulan aspek vokasional
CPM.....................................................................................................................
IV.
HARAPAN
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
V. ANALISIS PEKERJA SOSIAL
..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................
VI.
REKOMENDASI
Kelayakan
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Layanan di
Balai
Keluarga
Dirujuk ke
………………………………………………………….
LOKASI KEG
: ..................................................
TANGGAL KEG : ...................................................
Masyarakat
Mengetahui :
Kepala Sentra,
Drs. Cup Santo, M.Si
NIP. 19660924 199202 1 001
..............................., ........ .....................
Pekerja Sosial,
___________________________
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
INSTRUMEN ASSESMEN KOMPREHENSIF
CALON PEMERLU PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (PPKS)
ASISTENSI REHABIITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS MENTAL
Petunjuk Pengisian:
Berikut petunjuk pengisian formulir asesmen penerima manfaat:
1. Isilah data dengan jujur sesuai dengan kondisi sebenarnya yang Anda pahami dan alami pada setiap
pertanyaan.
2. Lingkari pilihan jawaban yang merupakan pilihan jawaban sesuai dengan yang Anda pahami dan alami
pada setiap pertanyaan.
3. Silahkan berikan tanda cek ( √ ) pada pilihan di kotak jawaban yang tersedia sebagai tanggapan bagi
setiap pernyataan.
4. Gambaran yang menyeluruh mengenai keadaan diri Anda tidak akan didapat sebelum Anda menjawab
seluruh pernyataan.
5. Pastikan Anda telah menjawab semua pernyataan sebelum mengembalikan lembaran instrumen ini.
I. IDENTITAS
A. CALON PPKS
Nama Lengkap
: .................................................................................... LK PR
NIK
: .............................................. No KK
:
..........................
Tempat, Tanggal Lahir:............................................................................. / (…....... Tahun)
Agama
: ..............................................
Pendidikan
:
Tidak Sekolah SD SMP SMA D-II/III/S-1/S2/S3
Pekerjaan
: ................................................................................................
Status
:
Belum menikah Menikah Duda Janda
Alamat tinggal saat ini :Jl/Gg ............................................................................ RT .... RW....
Desa/Kelurahan
: ............................................. Kecamatan ...........................................
Kab/Kota
: ............................................... Provinsi ............................................
Apakah mempunyai BPJS/KIS : â–¡ YA â–¡ TIDAK
Bantuan Pemerintah yang pernah di dapat : …………………………………………………
B. ORANG TUA / PENANGGUNG JAWAB
Nama Lengkap : ................................................................................... LK PR
NIK
: ............................................. No KK :
..........................
Tempat, Tanggal Lahir: ............................................................................. / (…....... Tahun)
Agama
: ..............................................
Hubungan dgn Calon PPKS
: .......................................................................................
Pekerjaan
:....................................................................................................
Alamat tinggal saat ini :Jl/Gg/Kp .......................................................................... RT .... RW....
Desa/Kelurahan
: ............................................. Kecamatan ...........................................
Kab/Kota
: ............................................... Provinsi ..............................................
No Telepon (aktif)
: ...................................................................
C.
ASAL REKOMENDASI
1.
2.
3.
Rekomendasi Psikiater/RSJ
Dinas Sosial/Instansi Terkait
Lainnya
Balai, Panti, Yayasan /
LKS/Lembaga Lainnya
:
:
:
2. LATAR BELAKANG PPKS
A. RIWAYAT LAHIR
1) Selama Ibu mengandung PPKS apakah pernah menderita sakit ? Ya/Yidak
Sakit apa ? ………………………….. Berapa lama ? ………………………………………
2) Apakah pernah jatuh/kecelakaan waktu mengandung : Ya/Tidak
Bagaimana jatuhnya …………………………………………………………….
3) Apakah Ibu pernah merasa terganggu ketentraman batin (tekanan, stress, depresi, takut
melahirkan) : Ya / Tidak
Apa sebabnya ? ………………………………………………………………………..
4) Apakah memeriksakan kandungan kepada Dokter/Bidan; rutin /kadang-kadang /tidak pernah.
5) Apakah proses kelahiran normal/premature/alatbantu/operasi caesar? ………………....
6) Berapa umur PPKS mulai berjalan ? ………………………………………………………….
7) Berapa umur PPKS mulai bicara ? ……………………………………………………………
8) Pada umur berapa PPKS dapat makan sendiri ? ……………………………………………
9) Pada umur berapa PPKS dapat mandi sendiri ? …………………………………………….
10) Pada umur berapa PPKS dapat berpakaian sendiri ? ………………………………………
11) Apakah PPKS pernah mengalami stuip (kejang-kejang) : Ya/Tidak
Pada umur berapa ? ………………… Penyebabnya ? ……………………………………..
12) Apakah PPKS pernah jatuh/kepala terbentur : Ya / Tidak
Bagaimana jatuhnya? …………………......... Waktu umur berapa ? ……………………..
13) Apakah ada anggota keluarga lain yang mengalami disabilitas mental: Ya / Tidak
Kalau ya, apa hubungannya dengan PPKS ……………………………………………
14) Apakah PPKS pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis/menikah : Ya/Tidak
15) Apakah hubungan itu mempunyai pengaruh terhadap perkembangan jiwa PPKS ?
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1) Pendidikan formal yang pernah dijalani PPKS ?
………………………………………………………………………………………………………
2) Pendidikan non formal yang pernah dijalani PPKS ?
………………………………………………………………………………………………………
3) Hambatan dalam selama menjalani pendidikan?
………………………………………………………………………………………………………
4) Bagaimana respon PPKS selama menjalani pendidikan?
………………………………………………………………………………………………………
C. RIWAYAT PEKERJAAN
1) Apakah PPKS pernah bekerja : Ya/Tidak
Jika ya, bekerja apa dan dimana? ………………………………………………………
Berapa lama? ………………………………………………………………………………
Penyebab berhenti dari pekerjaan ? …………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………
2) Apakah PPKS pernah berwirausaha : Ya/Tidak
Jika ya, bidang apa dan dimana? ………………………………………………………
Berapa lama? ………………………………………………………………………………
Penyebab berhenti dari wirausaha ? …………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………
3) Apakah PPKS memiliki keterampilan/vokasional : Ya/Tidak
Kalau ya, bidang apa? …………………………………………………………………….
D. RIWAYAT PERKAWINAN
1) Apakah PPKS pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis/menikah : Ya/Tidak
Kapan? …………………dengan siapa? nama………………………………………
Sudah punya anak? ………………berapa? ………………
2) Apakah hubungan itu mempunyai pengaruh terhadap PPKS ? Ya/Tidak
Jika ya, yaitu, …………………………………………………………………………………
3) Apakah pernah bercerai? Ya/Tidak
Jika ya, penyebabnya …………………………………………………………………
E. RIWAYAT DISABILITAS DAN PERAWATAN
1.
Riwayat DISABILITAS
a) Bagaimana gejala awal yang nampak ?
……………………………………………………………………………………
b) Faktor penyebab PPKS mengalami gangguan ?
……………………………………………………………………………………
c) Apakah PPKS menyadari tentang gangguan yang dideritanya ?
Tidak menyadari
Kadang-kadang menyadari
Menyadari
2. Riwayat Perawatan
a) Usaha apa yang pernah dilakukan keluarga dalam mengatasi gangguan tersebut?
1) Berusaha berobat ke Dokter/Puskesmas/Rumah Sakit
2) Berusaha pengobatan ke dukun/pengobatan tradisional
3) Datang berobat/berkonsultasi ke psikiater/dokter jiwa
4) Datang berkonsultasi ke saudara/tetangga yang dipandang mengetahui
5) Datang berkonsultasi ke psikolog
b) Kronologis riwayat perawatan Medik Psikiatris :
Tahun
Tempat Perawatan
Pencetus
Gejala/Tanda
1. ASPEK BIOLOGIS
A. Gambaran Fisik Penerima Manfaat
1)
Tinggi Badan
: ……. Cm
2)
Berat Badan
: ……. Kg
3)
Warna Kulit
: putih/sawo matang/ kuning langsat/ hitam
4)
Warna Rambut
: hitam/ pirang/ beruban/……..
5)
Jenis Rambut
: lurus/ keriting/ bergelombang/……….
6)
Jenis Mata
: bulat/belotot/ sipit/sayu/……….
7)
Ciri Khas
: tahi lalat/ lesung pipi/ lubang tindik/ tato/dll
B. Keberfungsian Biologis
1). Kelengkapan Anggota Tubuh
Lengkap
2). Keberfungsian Anggota Tubuh
a Mata
b Telinga
Normal
Bersih
Minus/Plus
Berfungsi
Katarak
Salah satu tidak
berfungsi
Melihat
Kotor/ Berbau
dengan satu
mata
Lainnya;
Lainnya;
………………
………………
3) Kebersihan Diri
a Rambut
b Kulit/kuku
c
Bersih
Bersih
Rapi
Berdaki
Berbau
Bersisik
Kusut
Penyakit
kulit
Berbau
Berketombe
Berkutu
Lainnya:
Lainnya:
Tidak lengkap
c
Tangan
Berfungsi
Lengkap
Salah satu tidak
berfungsi
d
Lainnya;
………………
Gigi/Mulut
Bersih
Kotor
Lengkap
Ompong
d Berpakaian
Bersih
Kotor
Rapi
Kusut
Berbau
Sesuai Estetik
Lainnya:
Lainnya:
Kaki
Berfungsi
Lengkap
Salah satu tidak
berfungsi
Lainnya;
………………
e Aktivitas Motorik
Terkoordinasi
Lesu
Mondar-mandir
Tremor
Lainnya:
………………
…………
……………
……………
………………
…………
………………
…………
…………………
………
c. Riwayat Penyakit Fisik
No.
No.
1.
2.
3.
Jenis penyakit
Waktu
Penilaian Aspek Fisik
Gambaran Fisik
Keberfungsian Biologis
Riwayat Penyakit Fisik
Sangat Baik
Pengobatan yang dilakukan
Baik
Cukup
Kurang
2. ASPEK PSIKOLOGIS
a. Diagnosa/ Jenis Gangguan
Skizofrenia
Skizofrenia Hebefrenik
Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia Residual
Skizofrenia Katatonik
Gangguan Lainnya, sebutkan:……………………………………………….
b. Penyebab Gangguan
Genetika
Kesehatan
Lingkungan, sebutkan pencetusnya:
Kecelakaan, sebutkan:
c. Gejala yang dialami
Halusinasi, sebutkan:………………………………………………………...
Delusi/Waham, sebutkan:……………………………………………………
Gangguan Pikiran
Lainnya, sebutkan:…………………………………………………………….
d. Keterampilan Emosi
Mampu mengekspresikan emosi dengan tepat
Mampu mengendalikan emosi dengan baik
Tidak mampu mengekspresikan emosi dengan tepat
Tidak mampu mengendalikan emosi dengan baik
Emosi datar
e. Keterampilan Kognisi
1) Cara Berbicara
Normal
Menghindari Kontak Mata
Spontan
Nada Suara Tinggi
Gagap
Nada Suara Rendah
Meloncat-loncat
Ragu-ragu
Menunduk
Lambat
Kontak Mata Baik
Isi pembicaraan tidak jelas
2) Cara Berpikir
Realistis
Mengenal benda sesuai dengan
Meloncat-Loncat
bentuk, fungsi dan warna
Terorganisir
Dapat membedakan antara
Tidak realistis
khayalan dan kenyataan
3)
Persepsi terhadap kondisi sakit
Sadar mengalami gangguan
f.
g.
No.
1.
2.
3.
4.
3.
Penilaian Aspek Psikologis
Keterampilan Emosi
Keterampilan Kognisi
Pengelolaaan Motivasi
Kondisi tekanan klinis
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
ASPEK INTELEKTUAL
a. Daya Ingat, Orientasi dan Pengambilan keputusan
Lupa setiap kejadian, waktu, Nama dan Tempat
Mampu menyebutkan nama, waktu dan tempat dengan tepat
Dapat Mengambil Keputusan Sederhana
Mempunyai pengetahuan sederhana
b. Kemampuan berhitung dan konsentrasi
Dapat berhitung sederhana
Tidak dapat berhitung/mengingat angka
Konsentrasi bertahan cukup lama
Perhatian mudah teralihkan
Lainnya, sebutkan:…………………………………………………………….
No.
1.
2.
4.
Tidak merasa mengalami gangguan
Sebagai cobaan
Sebagai hukuman
Pengelolaan Motivasi
1) Keinginan untuk pulih
Tinggi
Sedang
Rendah
2) Keinginan untuk menata masa depan
Tinggi
Sedang
Rendah
3) Pengaruh dengan kehidupan masa lalu
Tinggi
Sedang
Rendah
4) Konsep diri
Merasa diri sangat mampu
Menganggap diri tidak berarti dan tidak mampu
Menyukai sebagian atau seluruh tubuhnya
Tidak menyukai sebagian atau seluruh tubuhnya
Kondisi tekanan klinis saat dilakukan wawancara
Tenang
Tidak fokus
Gelisah
Apatis
Curiga
Sensitif
Penilaian Aspek Intelektual
Daya Ingat, Orientasi dan
Pengambilan keputusan
Kemampuan berhitung dan
konsentrasi
ASPEK SOSIAL
a. Hubungan dengan keluarga
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
b.
c.
d.
e.
No
1.
2.
3.
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Anggota Keluarga yang paling dekat
1) …………………………………
2) …………………………………
3) …………………………………
Anggota Keluarga yang tidak disenangi
1) …………………………………
2) …………………………………
3) …………………………………
Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sendiri
Tergantung secara keseluruhan
Tergantung sebagian
Mandiri
Kemampuan berkomunikasi, berinteraksi dan menjalin relasi sosial
Aktif
Hubungan dengan pegawai baik
Pasif
Hubungan dengan pegawai tidak baik
Menarik diri
Hubungan diasrama baik
Mempunyai teman dekat
Hubungan di asrama kurang baik
Dapat menjalin hubungan
Dapat mengikuti kegiatan bersama
Penilaian Aspek Sosial
Hubungan dengan keluarga
Kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan sendiri
Kemampuan berkomunikasi,
berinteraksi dan menjalin
relasi sosial
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
5.
ASPEK SPIRITUAL
a. Pemahaman terhadap agama
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
b. Kemampuan melaksPPKSan ibadat
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
c. Pandangan yang keliru tentang agama
Ada, jelaskan:………………………………………………………………….
Tidak ada
d. Pengaruh nilai agama dalam kehidupan PM
Kuat
Sedang
Kurang
No.
Penilaian Aspek Spiritual
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
1. Pemahaman terhadap agama
2. Kemampuan
melaksanakan
ibadah
3. Pengaruh nilai agama
6.
ASPEK VOKASIONAL
a. Pengalaman bekerja
b.
c.
d.
No.
1.
2.
3.
4.
Ada, jelaskan: ………………………………………………………………….
Tidak ada
Pengalaman berwirausaha
Ada, jelaskan: ………………………………………………………………….
Tidak ada
Potensi vokasional
Baik
Cukup
Kurang
Minat mengikuti keterampilan
1) Rekomendasi jenis keterampilan: ……………………………………………..
2) Kemampuan Usaha bidang: …………………………………………………...
Penilaian Aspek Vokasional
Pengalaman bekerja
Pengalaman berusaha
Potensi vokasional
Minat mengikuti Vokasional
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
E. LINGKUNGAN SOSIAL PENERIMA MANFAAT (PM)
1. Data Anggota Keluarga
No
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Tempat/Tanggal
Lahir
Hubungan
Keluarga
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2. Kondisi Lingkungan Penerima Manfaat
No
Lingkungan
Perkotaan
Pedesaan
Kawasan Industri
No
Pasar / Pertokoan
Kawasan Sekolah / Universitas
Banjir
3. Sistem Sumber di lingkungan Penerima Manfaat
F.
No.
Sistem Sumber
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Rumah Sakit Jiwa
Puskesmas
Layanan Rehabilitasi Sosial
Tempat bekerja
Komunitas
BPJS/ KIS
Administrasi Kependudukan
PENGOLAHAN DATA ASESMEN
Aksesibilitas
Mudah di akses
Sulit diakses
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Aspek
Catatan dan Rekomendasi Petugas
Kelengkapan data
Keberfungsian Biologis
Keberfungsian Psikologis
Keberfungsian Sosial
Keberfungsian Intelektual
Keberfungsian Spiritual
Keberfungsian Vokasional
................, ..............................
Mengetahui :
Kepala Sentra,
Pertugas,
Drs. Cup Santo, M.Si
NIP. 19660924 199202 1 001
_______________________
NIP.
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
EVALUASI BULANAN PENERIMA MANFAAT
Nama/NIR
Tahap
: ………………………….
: ………………………….
Asrama
Bulan
: …………………...............
: ………………...................
No
Item
I.
Aspek fisik :
1. Apabila mampu memelihara kesehatan diri atas inisiatif
sendiri, dengan hasil baik.
2. Apabila mampu memelihara kesehatan diri dengan hasil
cukup.
3. Apabila mampu memelihara kesehatan diri dengan hasil
masih kurang.
4. Apabila mampu memelihara kesehatan diri dengan
bantuan orang lain masih kurang.
5. Apabila sama sekali tidak mampu mengurus diri sendiri.
Aspek Mental Psikologi
A. Kecerdasan:
1. Apabila mampu dan dapat membaca, menulis, berhitung dengan lancar serta memiliki pengetahuan umum
secara praktis fungsional dan dapat menerapkan dalam
kebutuhan sehari-hari.
2. Apabila dapat membaca, menulis, berhitung dan
memiliki pengetahuan umum secara praktis fungsional dengan sedikit memerlukan bantuan orang lain.
3. Apabila dapat membaca, menulis, berhitung dan memiliki pengetahuan umum praktis fungsional secara
sederhana dan masih banyak memerlukan bantuan
orang lain.
4. Apabila dapat membaca, menulis, berhitung dan memiliki pengetahuan umum secara praktis fungsional
sederhana sekali terbatas hanya bisa baca tulis nama
sendiri.
5. Apabila tidak memiliki kemampuan membaca,
menulis, berhitung serta pengetahuan umum secara
praktis fungsional.
B. Emosi :
1. Apabila mempunyai kestabilan emosional dan dapat
mengendalikan emosinya dari rangsangan dari luar
secara layak.
2. Dengan bantuan minimal,dapat mengendalikan emosi
yang wajar terhadap rangsangan-rangsangan dari luar.
3. Dengan bantuan maksimal, dapat mengendalikan
emosi yang wajar terhadap rangsangan-rangsangan
dari luar.
4. Dengan bantuan maksimal masih kurang dapat
mengendalikan emosi yang wajar terhadap
rangsangan-rangsangan dari luar.
5. Apabila sama sekali tidak dapat mengendalikan emosi
yang wajar terhadap rangsangan dari luar.
II.
N
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
I
Minggu
II
III
IV
C. Kemauan :
1. Tanpa inisiatif orang lain ia bisa mengekspresikan
suatu kehendak positif yang kreatif.
2. Apabila atas pengalaman masa lampau mempunyai
kemampuan dapat mengekspresikan suatu kehendak
yang positif walaupun dengan inisiatif yang minim.
3. Apabila mampu mengekspresikan suatu kehendak
yang positif dengan cukup baik, tetapi dengan
bantuan inisiatif orang lain.
4. Apabila dalam mengekspresikan kehendaknya masih
memerlukan bantuan orang lain.
5. Apabila sama sekali tidak mempunyai kehendak.
5
4
3
2
1
III.
Aspek Sosial
A. Pengaturan bahasa
1. Apabila dapat menyampaikan kehendaknya kepada
orang lain dengan ucapan artikulasi atau simbolsimbol bahasa yang baik, betul, dan lancar.
2. Apabila dapat menyampaikan kehendaknya dengan
ucapan yang betul walaupun kurang lancar.
3. Apabila masih sukar atau tidak mampu dalam
menyampaikan kehendak dengan ucapan, artikulasi
atau dalam menggunakan simbol-simbol bahasa.
4. Apabila sukar dan tidak lengkap dalam menyampaikan dengan ucapan artikulasi atau dalam
menggunakan simbol-simbol bahasa.
5. Apabila sama sekali tidak dapat menyampaikan
kehendaknya dengan bahasa.
B. Kontak dengan orang lain :
1. Apabila dapat menjalin hubungan dengan orang lain,
dengan penuh pengertian,kehangatan,dan konstruktif
2. Apabila dapat menjalin hubungan dengan orang lain
dengan cukup pengertian dan konstruktif.
3. Apabila kurang dapat menjalin hubungan dengan
orang lain dengan pengertian dan relatif konstruktif.
4. Tidak dapat berhubungan dengan orang lain dengan
pengertian dan konstruktif dan tidak dapat merasakan
kehangatan (kaku, dingin), seperti ada tirai pemisah.
5. Apabila sama sekali tidak mampu berhubungan
dengan orang lain.
C. Mengerti Hak Milik
1. Apabila mengerti hak milik secara fungsional baik
dirinya maupun orang lain.
2. Apabila mengerti hak milik secara fungsional.
3. Apabila ada kemampuan mengerti hak milik dengan
sedikit pengertian fungsional.
4. Apabila dengan bantuan orang lain, baru mengerti
hak milik sedikit fungsional.
5. Apabila sama sekali tidak mengerti hak miliknya.
D. Kerjasama
1. Apabila ada kemampuan berkomunikasi sosial secara
baik dan dapat berpartisipasi secara konstruktif dalam
lingkungannya.
2. Apabila memiliki kemampuan berkomunikasi sosial
dan mampu berpartisipasi secara konstruktif dalam
lingkungannya.
3. Apabila dengan bimbingan orang lain mampu
berkomunikasi sosial dan mampu berpartisipasi
secara konstruktif dalam lingkungannya.
4. Apabila dengan bimbingan orang lain masih sulit
berkomunikasi sosial dan kurang mampu berpartisipasi secara konstruktif dalam lingkungannya.
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
5. Apabila sama sekali tidak memiliki kemampuan
berkomunikasi sosial
IV.
Aspek Vokasional
A. Inisiatif Kerja
1. Apabila mampu bimbingan dan bekerja sendiri sesuai
dengan pekerjaan yang ditugaskan.
2. Apabila dapat bekerja sendiri dengan bimbingan yang
ringan.
3. Apabila dapat bekerja tetapi perlu pengawasan dan
bimbingan secara berkelanjutan.
4. Apabila dengan bimbingan yang ketat baru dapat
bekerja.
5. Dengan bimbingan yang ketat masih belum mau
bekerja.
B. Kreativitas
1. Apabila mempunyai daya cipta dan variasi yang
banyak.
2. Apabila mempunyai daya cipta dan variasi yang
cukup.
3. Apabila mempunyai daya cipta tetapi variasinya
belum menarik.
4. Mempunyai daya cipta kalau dirangsang dan
dibimbing tetapi variasinya tidak menarik.
5. Apabila tidak/belum mempunyai daya cipta dan
variasi.
C. Kerajinan
1. Apabila rajin datang ke tempat kerja dan mau bekerja
dengan penuh perhatian.
2. Apabila rajin datang ke tempat kerja dan mau bekerja.
3. Apabila mau datang ke tempat kerja tetapi kadangkadang tidak mau bekerja atau kadang-kadang tidak
mau datang ke tempat kerja.
4. Sering tidak datang ke tempat kerja dan sering tidak
mau bekerja.
5. Sering sekali melalaikan tugas dan tidak menepati
waktu dan tata tertib.
D. Kedisiplinan
1. Apabila tahu tugas-tugas yang diberikan, mengerjakan
dengan penuh pengertian serta mematuhi tata tertib.
2. Apabila mau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
3. Apabila mau mengerjakan tetapi dengan sulit, kadangkadang melalaikan tugasnya.
4. Apabila sering melalaikan tugasnya.
5. Sering sekali melalaikan tugas dan tidak menepati
waktu dan tata tertib.
E. Keterampilan/Kecekatan
1. Apabila cekatan/terampil dalam bekerja dengan mutu
kerja yang baik.
2. Apabila cekatan/terampil bekerja.
3. Apabila agak cekatan/terampil dalam bekerja.
4. Apabila kurang cekatan/terampil dalam bekerja.
5. Apabila tidak/belum cekatan/terampil bekerja.
F. Prestasi Kerja
1. Kualitas :
a. Apabila mutu pekerjaannya baik sekali (melebihi
temannya).
b. Apabila mutu pekerjaannya baik.
c. Apabila mutu pekerjaannya cukup baik.
d. Apabila mutu pekerjaannya kurang baik.
e. Apabila mutu pekerjaannya kurang sekali.
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
V.
2. Kuantitas :
a. Apabila hasil pekerjaannya baik sekali (melebihi
temannya).
b. Apabila hasil pekerjaannya banyak.
c. Apabila hasil pekerjaannya biasa.
d. Apabila hasil pekerjaannya sedikit.
e. Apabila hasil pekerjaannya sedikit sekali.
G. Penyesuaian dalam Pekerjaan
1. Apabila dapat mengikuti tata kerja dengan penuh
perhatian.
2. Apabila dapat mengikuti tata kerja dengan baik.
3. Apabila agak sukar mengikuti tata kerja
4. Apabila kurang mengikuti tata kerja
5. Sulit mengikuti tata kerja dan tidak ada perhatian.
H. Tanggung Jawab
1. Apabila mentaati peraturan dan perintah dengan
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
2. Apabila mentaati peraturan dan perintah serta
menjalankan tugas.
3. Apabila mentaati peraturan dan perintah.
4. Apabila kadang-kadang melanggar peraturan dan
larangan.
5. Apabila tidak mengikuti peraturan dan perintah
(menolak).
I. Daya Penerimaan Instruksi Kerja
1. Apabila dapat mengikuti tata tertib lingkungan dan
petunjuk kerja dengan penuh perhatian.
2. Apabila dapat mengikuti tata tertib lingkungan dan
petunjuk kerja dan cukup baik.
3. Apabila agak sukar mengikuti tata tertib
lingkungannya.
4. Apabila sukar mengikuti tata tertib lingkungannya dan
petunjuk kerja.
5. Sukar sekali mengikuti tata tertib dan menolak
petunjuknya.
Aspek Religi
1. PM mampu menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya atas inisiatif sendiri dengan benar.
2. Mempunyai insiatif untuk beribadah tetapi masih belum
maksimal.
3. Menjalankan ibadah atas bimbingan orang lain.
4. Menjalankan ibadah masih sulit walaupun atas
bimbingan orang lain.
5. Tidak mampu menjalankan ibadah.
Total Nilai
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Catatan Khusus :
…………………………………………………………………………..........................................................
..........................................................................................................................................................................
…………………………………………………………………………..........................................................
..........................................................................................................................................................................
…………………………………………………………………………..........................................................
..........................................................................................................................................................................
…………………………………………………………………………..........................................................
..........................................................................................................................................................................
…………………………………………………………………………..........................................................
..........................................................................................................................................................................
Keterangan :
Jenis / item penilaian
1. Besarnya ( angka )
a. Nilai ( 1 ) Jumlah item kurang sekali
b. Nilai ( 2 ) Jumlah item kurang
c. Nilai ( 3 ) Jumlah item cukup
d. Nilai ( 4 ) Jumlah item baik
e. Nilai ( 5 ) Jumlah item baik sekali.
2. Jumlah angka penilaian ( score )
a. Antara 0 – 19 = Kurang sekali
b. Antara 20 – 38 = Kurang
c. Antara 39 – 57 = Cukup
d. Antara 58 – 76 = Baik
e. Antara 77 – 95 = Baik Sekali
Sukabumi, ...................................
Mengetahui,
Kepala Sentra,
Pekerja Sosial,
____________________
_______________________
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
Perihal
: Proposal Layanan Atensi
Sentra “Phala Martha” di Sukabumi
Yth. Kepala Sentra “Phala Martha”
di Cibadak – Sukabumi
Data Wali Penanggung Jawab
Nama (Penanggung Jawab)
: …………………………………………………………………………………
Tempat / Tanggal Lahir
: …………………………………………………………………………………
Pekerjaan
: …………………………………………………………………………………
Hubungan dengan PP
: …………………………………………………………………………………
Alamat
: …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
: …………………………………………………………………………………
Nomor Telepon
Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS)
Nama
: …………………………………………………………………………………
Tempat / Tanggal Lahir
: …………………………………………………………………………………
Dengan ini mengajukan permohonan Layanan Atensi dalam bentuk (dukungan pemenuhan kebutuhan
hidup layak/ perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak/ dukungan keluarga/ terapi fisik, terapi
psikososial, dan terapi mental spiritual/ pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan/
bantuan sosial dan asistensi sosial/ dukungan aksesibilitas)* dari BRSPDM “Phala Martha” di
Sukabumi.
Demikian permohonan ini dibuat, atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih.
Orang Tua/Wali
……………., ……………………………2021
Yang Mengajukan
PPKS
( …………………………………….)
( …………………………………….)
Keterangan:
* Coret yang tidak perlu
Lampiran
Daftar kebutuhan barang yang diajukan
No
Nama Barang
Merk / Jenis
Banyaknya
Harga
Jumlah
No
Nama Barang
Merk / Jenis
Banyaknya
JUMLAH TOTAL
Harga
Jumlah
Rp
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
Jl. Salemba Rayah No. 28 Jakarta Pusat 10430 Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
TELAAH BANTUAN KEMANDIRIAN
A. IDENTITAS PENERIMA MANFAAT
Nama
:
Tempat Tanggal Lahir
:
NIR
:
Alamat
:
Jenis Keterampilan
Jenis Usaha yang diajukan
Tanggal Masuk Balai
:
:
:
B. KELENGKAPAN ADMINISTRASI
No.
Kelengkapan Administrasi
1.
2.
3.
4.
5.
Buku Tabungan
Proposal
Kuitansi
Nota
Foto
Kelengkapan
ADA
TIDAK
Keterangan
C. TELAAH
No. Aspek Penilaian
Nilai
Kurang Cukup
1.
2.
3.
4.
Pemahaman tentang bantuan kemandirian
Pemahaman tentang jenis usaha yang diajukan
Pemahaman tentang tahapan melakukan usaha
Potensi dalam melakukan usaha secara mandiri
tanpa bantuan keluarga
5.
Potensi dalam melakukan usaha dengan bantuan
keluarga
6.
Kesesuaian lahan atau tempat untuk melakukan
usaha sesuai dengan pengajuan
7.
Kemampuan memenuhi pertanggungjawaban
pemanfaatan bantuan
8.
Dukungan keluarga dalam melakukan usaha
9.
Motivasi untuk melakukan usaha dan
mengembangkan usaha
10. Kemampuan melakukan usaha dalam jangka waktu
lama
Jumlah Skor
Jumlah Total
Petunjuk pengisian
1. Isilah setiap pertanyaan sesuai dengan informasi yang sebenarnya.
Baik
2. Berilah tanda (√) pada kolom kelengkapan dan nilai sesuai dengan kondisi
sebenarnya.
3. Keterangan penilaian: Kurang (0), Cukup (1) dan Baik (2)
Interval penilaian
Kurang
Cukup
Baik
:
:
:
0 - 10
11 - 21
22 - 30
Berdasarkan hasil telaah dapat dinyatakan (kurang/cukup/baik), maka penerima manfaat
tersebut direkomendasikan untuk (mendapatkan/ tidak mendapatkan) bantuan kemandirian.
Sukabumi,…………………………..20
Mengetahui,
Kepala Sentra,
Petugas,
NIP. ……………………………..
NIP. ……………………………..
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430
Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
INSTRUMEN HOME VISIT
Nama Penerima Manfaat (PM)
:
Nama Wali Penanggung Jawab PM
:
:
Hubungan dengan PM
1. Sebelum masuk panti, PM tinggal dimana?
2. Bagaimana kondisi bangunan rumah yang ditinggali oleh PM ?
a. Tembok
b. Setengah tembok
c. Papan
d. Bambu
3. Apakah PM memiliki kamar tidur sendiri?
4. Bagaimana status kepemilikan rumah yang ditinggali?
a. Milik sendiri
b. Kontrak/sewa
c. Menumpang
d. ......................
5. Berapa ukuran rumah yang ditempati?
6. Apakah rumah PM memiliki fasilitas MCK? yang sesuai dengan standar kesehatan.
7. Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal PM
a.Bagaimana Penerimaan PM di Lingkungan Masyarakat
FKK. 1
b.Bagaimana Hubungan PM dengan anggota keluarga
c.Bagaimana Letak Geografis Lingkungan tempat tinggal PM
d.Bagaimana kondisi Sosial Ekonomi PM
8. Bagaimana harapan saudara terhadap proses rehabilitasi sosial PM selama dipanti?
9. Apakah saudara memahami kebutuhan PM
selama dipanti?
Jelaskan apabila saudara menjawab memahami atau cukup memahami.
10. Apakah saudara memahami hak dan kewajiban
PM dan Keluarga selama PM menjalani proses
rehabilitasi social di dalam panti?
Jelaskan apabila saudara menjawab memahami atau cukup memahami.
11. Apakah saudara memahami bentuk dukungan yang
harus diberikan oleh keluarga kepada PM, selama
dalam proses rehabilitasi social dalam panti?
Jelaskan apabila saudara menjawab memahami atau cukup memahami.
12. Apakah saudara bersedia mengikuti kegiatan pertemuan orang tua (POT)/Parenting
Skill/Sosialisasi Pemulangan yang akan diselenggarakan di panti?
A. Bersedia
B. Tidak Bersedia
13. Jika sudah mengikuti salah satu kegiatan di Nomor 12, bagaimana kondisi PM saat ini dan
hubungan dengan keluarga dan masyarakat?
..................., ....................................
Petugas
Penanggung Jawab PM,
___________________
_______________________
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430
Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
PERNYATAAN KEGIATAN TERMINASI
Pada hari ini……………...................... tanggal ……………………..........bulan…………………........
tahun.......................................................................... kami yang bertandatangan di bawah ini :
I.
Nama
Jabatan
Unit Kerja
Alamat
:
:
:
:
............................................................................................
............................................................................................
Sentra ”Phalamartha” Sukabumi
Jalan Perintis Kemerdekaan No. 130 Cibadak Sukabumi
Bertindak mewakili Panti Sosial Bina Laras ”Phala Martha” Sukabumi sebagai petugas kegiatan terminasi
selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama
II.
Nama
Hubungan dengan Eks Penerima Manfaat
: ..................................................................
: ..................................................................
Alamat
: ..................................................................
..................................................................
..................................................................
Bertindak sebagai orang tua / wali penanggungjawab dari Penerima Manfaat:
Nama
Tempat tanggal lahir
Jenis Kelamin
:
:
:
.............................................................................................
.............................................................................................
............................................................................................
Selanjutnya disebut sebagai Pihak Kedua.
III.
Berdasarkan Petunjuk Operasional Kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial di Sentra “Phalamartha” di
Sukabumi Tahun Anggaran ………. bahwa, Pihak Pertama telah melakukan kegiatan terminasi yaitu
pemutusan hubungan pelayanan antara Sentra “Phalamartha” Sukabumi dengan Penerima Manfaat yang
menjadi tanggung jawab Pihak Kedua dan Pihak Kedua telah menerima pemutusan hubungan pelayanan
dan selanjutnya Pihak Kedua bersedia melanjutkan pendampingan kepada eks penerima manfaat untuk
meningkatkan pemulihan kemampuan sosial di lingkungan keluarga dan masyarakat.
IV.
Atas kerja sama yang baik diucapkan terima kasih.
Pihak Kedua
Pihak Pertama,
___________________________
_______________________________
NIP……………………………………
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430
Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
INSTRUMEN AFTER CARE
Petunjuk Pengisian :
1.
2.
3.
4.
Instrumen after care berisi daftar pertanyaan wawancara untuk memperoleh data tentang kebutuhan dan
masalah yang dihadapi eks PM (Penerima Manfaat), keluarga, dan masyarakat.
Pemberi informasi adalah keluarga / wali PM dan tokoh masyarakat yang diwawancarai atau yang
diminta untuk mengisi daftar pertanyaan.
Pewawancara membubuhkan tanda check list (√) pada kolom bagian yang telah disediakan di bagian
sebelah kanan tiap-tiap item pertanyaan sesuai dengan jawaban pemberi informasi.
Data kebutuhan dan masalah yang diperoleh pewawancara dari responden merupakan bentuk laporan
pertanggungjawaban terhadap Balai sebagai rangkaian program pelayanan rehabilitasi sosial Sentra
“Phalamartha” di Sukabumi tahun ……........
Nama PM
: ........................................................................................
Nama Wali Penanggung Jawab
:.........................................................................................
Jenis Kelamin
: …………………............................................................
Usia
: ........................................................................................
Hubungan dengan PM
: ………………………………........................................
Alamat Lengkap
: ........................................................................................
…………………………………………………….........
…………………………………………………….........
Nomor Telepon Rumah
: …………………………………………………….........
HP
:………………………………………………………….
Petugas,
NIP.
Responden,
Kategori Jawaban
No
Pertanyaan
A. Kapabilitas Diri / Fisik
1.
Penerimaan diri eks PM ketika berada di lingkungan keluarga
/ masyarakat.
2.
Penampilan diri termasuk kemampuan eks PM dalam
merawat dan menjaga kebersihan pakaian, kamar, dan rumah
ketika berada di lingkungan keluarga / masyarakat.
3.
Kesehatan diri eks PM termasuk kemampuan eks PM dalam
memenuhi kebutuhan makan dan minum ketika berada di
lingkungan keluarga / masyarakat.
4.
Pengelolaan diri eks PM dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk kegiatan olahraga.
B. Kapabilitas Psikososial
1.
Kestabilan emosi eks PM ketika mendapat stimulus dari
lingkungan.
2.
Kemampuan eks PM dalam memecahkan masalah yang
dihadapi eks PM sehari-hari.
3.
Kemampuan eks PM meminta bantuan pada orang lain.
4.
Kemampuan eks PM dalam berinteraksi sosial dengan
keluarga.
5.
Kemampuan eks PM dalam menyesuaikan diri dalam hidup
bermasyarakat.
6.
Kemampuan eks PM dalam hidup bermasyarakat setelah
mendapatkan rehabilitasi di Balai.
C. Kapabilitas Mental Spiritual
1.
Inisiatif eks PM dalam menjalankan ibadahnya.
2.
Kemampuan eks PM dalam menjalankan ibadah yang
sesuai dengan aturan agamanya.
D. Kapabilitas Penghidupan
1.
Bagaimanakah kemampuan eks PM dalam mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan untuk kemandirian hidupnya.
2.
Bagaimanakah eks PM dalam melaksanakan tugas sehariharinya yang berkaitan dengan kebutuhan dirinya.
3.
Bagaimanakah eks PM dalam membantu orang lain untuk
melaksanakan tugas sehari-hari.
Baik
Cukup
Kurang
Kategori Jawaban
No
Pertanyaan
Baik
Cukup
Kurang
E. Tanggung Jawab Sosial
1.
Bagaimanakah kemampuan eks PM dalam melaksanakan
tanggung jawab terhadap keluarga.
2.
Bagaimanakah kemampuan eks PM dalam melaksanakan
tanggung jawab terhadap kelompok.
3.
Bagaimanakah kemampuan eks PM dalam melaksanakan
tanggung jawab terhadap organisasi.
4.
Bagaimanakah kemampuan eks PM dalam melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat.
F. Kebutuhan, Permasalahan, dan Saran
1. Kebutuhan PM yang harus dipenuhi saat ini
……………………………………………………………………….........…………...
……………………………………………………………………………....……....…
………………………………………………………………………………........……
…………………………………………………………………………………….…...………………
………………………………………………………………….…..….
2. Permasalahan yang dihadapi PM saat ini
……………………………………………………………………………………....…………………
………………………………………………………………….…...…………………………………
……………………………………………….……...…………………………………………………
…………………………….………...…………………………………………………………………
………….…………...…
3.
Saran untuk Sentra “Phala Martha” berkaitan dengan permasalahan PM saat ini
……………………………………………………………………………....…………………………
………………………………………………………...……….………………………………………
………………………………………...…….…………………………………………………………
……………………...…….……………………………………………………………………………
…...……….……………
…………………, ...................................
Responden,
………………………...........................
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430
Tlp. (021) 3100438: http//www.kemsos.go.id
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430
Tlp. (021) 3100438: http//www.kemsos.go.id
FRS. 5
Cibadak,......................
Cibadak,......................
Kepada :
Yth dokter Sp...............
di
Tempat
Kepada :
Yth dokter Sp...............
di
Tempat
Dengan Hormat
Mohon bantuan penanganan dan pengelolaan lebih lanjut atas :
Nama
: ........................................................
Umur
: ............th.
Kelamin
: laki – laki / perempuan
Alamat
: ........................................................
Dengan DK/
: ........................................................
Obat yang telah diberikan :
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
........................................................
Dengan Hormat
Mohon Pemeriksaan : .................................................................................................
.........................................................................................................
Nama
: ........................................................................................................
Umur
: ........................................................................................................
Alamat
: ........................................................................................................
........................................................................................................
Klinis
: ........................................................................................................
........................................................................................................
Atas bantuannya kami ucapkan terima kasih.
Pemeriksa
Atas bantuannya kami ucapkan banyak terima kasih.
Pemeriksa
( dr............................ )
( dr............................ )
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430
Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
FRS. 4
STATUS AWAL PENERIMA MANFAAT
IDENTITAS PENERIMA MANFAAT
Nama
:______________________________________________________
Tempat, tanggal lahir :______________________________________________________
Alamat
:______________________________________________________
DIAGNOSIS PSIKIATRIK
PEMERIKSAAN FISIK
Tinggi badan :
Kesadaran
:
TD :
Cephal and Fasial
Colli
Thorak
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Berat Badan :
Suhu :
Nadi :
Nafas:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Superior
Inferior
Integumen
Urogenitalia
Catatan dan Saran
.............,.....................................
(
)
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430
Tlp. (021) 3100438 http//www.kemsos.go.id
FRS. 3
PEMERIKSAAN PSIKIATER
Nama PM / NIR
Jenis Kelamin
Diagnosa
Asrama
:....................................................................................
: ...................................................................................
: ...................................................................................
: ...................................................................................
TANGGAL
AMNANESA
TERAPI
REKOMENDASI
Sukabumi, .................................
Mengetahui :
Kepala Sentra,
.................................................
NIP. ......................................
Psikiater,
NIP.
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS
JL. SALEMBA RAYA NO. 28 JAKARTA PUSAT 10430
Tlp. (021) 3100438 Laman: http//www.kemsos.go.id
FRS. 2
PEMERIKSAAN DOKTER UMUM
Nama PM / NIR
Jenis Kelamin
Diagnosa
Asrama
:....................................................................................
: ...................................................................................
: ...................................................................................
: ...................................................................................
TANGGAL
AMNANESA
TERAPI
REKOMENDASI
Sukabumi, .................................
Mengetahui :
Kepala Sentra,
.................................................
NIP. ......................................
Dokter Umum,
NIP.
LAMPIRAN
Daftar Lampiran – Lampiran:
1. Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2021 tentang Asistensi
Rehabilitasi Sosial
2. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2021 tentang Besaran dan
Persyaratan PNBP 0 rupiah
3. Peraturan
Menteri
Sosial
Nomor
1
Tahun
2022
tentang
OTK
Kementerian Sosial
4. Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2022 tentang OTK UPT Ditjen
Rehabilitasi Sosial
5. Keputusan Menteri Sosial Nomor 223 Tahun 2022 tentang Jangkauan
Wilayah Kerja UPT Ditjen Rehabilitasi Sosial
6. Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Nomor 51 tahun 2022
tentang Juknis Pengeloaan Sentra Kreasi Atensi (SKA)
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.1007, 2021
KEMENSOS.
Pencabutan.
Asistensi
Rehabilitasi
Sosial.
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2021
TENTANG
ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a.
bahwa untuk mengoptimalkan layanan rehabilitasi sosial
di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial,
perlu mengganti Peraturan Menteri Sosial Nomor 16
Tahun 2020 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial karena
sudah tidak sesuai dengan perkembangan hukum dan
kebutuhan masyarakat;
b.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Sosial tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial;
Mengingat
: 1.
Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2.
Undang-Undang
Kementerian
Nomor
Negara
39
Tahun
(Lembaran
2008
Negara
tentang
Republik
lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik lndonesia Nomor 4916);
3.
Undang-Undang
Kesejahteraan
Nomor
Sosial
11
Tahun
(Lembaran
2009
Negara
tentang
Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
2021, No.1007
-2-
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);
5.
Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 86);
6.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor
20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1517);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN
MENTERI
SOSIAL
TENTANG
ASISTENSI
REHABILITASI SOSIAL.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan
pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan masyarakat.
2.
Asistensi Rehabilitasi Sosial
ATENSI
adalah
layanan
yang selanjutnya disebut
Rehabilitasi
Sosial
yang
menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas,
dan/atau
residensial
melalui
kegiatan
dukungan
pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial
dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi
fisik, terapi psikososial, terapi mental spiritual, pelatihan
2021, No.1007
-3-
vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan sosial
dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas.
3.
Keberfungsian
Sosial
adalah
memungkinkan
individu,
suatu
keluarga,
kondisi
yang
kelompok,
dan
masyarakat mampu memenuhi kebutuhan dan hak
dasarnya, melaksanakan tugas dan peranan sosialnya,
serta mengatasi masalah dalam kehidupannya.
4.
Program Rehabilitasi Sosial adalah program Rehabilitasi
Sosial yang bersifat holistik, sistematik, dan terstandar
untuk mencapai Keberfungsian Sosial individu, keluarga,
kelompok, dan/atau masyarakat.
5.
Pemerlu
Pelayanan
selanjutnya
Kesejahteraan
Sosial
PPKS
perseorangan,
disingkat
adalah
yang
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena
suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga memerlukan
pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
baik jasmani dan rohani maupun sosial secara memadai
dan wajar.
6.
Sentra Layanan Sosial yang selanjutnya disebut Serasi
adalah layanan sosial yang terintegrasi bagi PPKS untuk
dapat memenuhi kebutuhan dan memperoleh solusi
terhadap masalah yang dihadapi secara efektif, efisien,
dan berkelanjutan melalui rujukan atau penyelesaian
secara langsung.
7.
Sentra Kreasi ATENSI adalah pusat pengembangan
kewirausahaan dan vokasional serta media promosi hasil
karya penerima manfaat dalam satu kawasan terpadu.
8.
Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia yang selanjutnya
disebut
Posyandu
Lansia
adalah
sebuah
wadah
pelayanan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia yang
berbasis masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu
dengan
pelayanan
kesehatan
dan
nutrisi
serta
permberdayaan masyarakat.
9.
Pekerja
Sosial
adalah
seseorang
yang
memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan
sosial serta telah mendapatkan sertifikat kompetensi.
2021, No.1007
-4-
10. Pendamping Rehabilitasi Sosial adalah sumber daya
manusia kesejahteraan sosial yang meliputi Pekerja
Sosial, tenaga kesejahteraan sosial, relawan sosial, dan
penyuluh sosial yang bekerja di bidang ATENSI.
11. Lembaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat
LKS adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial
yang
melaksanakan
penyelenggaraan
sosial
yang
oleh
dibentuk
kesejahteraan
masyarakat,
baik
yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang sosial.
BAB II
PROGRAM REHABILITASI SOSIAL
Pasal 2
(1)
(2)
Program Rehabilitasi Sosial meliputi layanan:
a.
tidak langsung; dan
b.
langsung.
Layanan tidak langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui:
a.
peningkatan kampanye sosial melalui kampanye
pencegahan, publikasi, sosialisasi, edukasi, dan
perluasan informasi Rehabilitas Sosial di seluruh
sektor masyarakat;
b.
bimbingan teknis kompetensi bagi pengelola dan
Pendamping Rehabilitasi Sosial;
c.
refleksi kebijakan;
d.
supervisi, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan;
e.
perumusan
pedoman
umum
dan
pedoman
operasional;
(3)
f.
rapat koordinasi teknis; dan
g.
advokasi sosial.
Layanan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilaksanakan melalui ATENSI.
2021, No.1007
-5-
Pasal 3
(1)
Sasaran Program Rehabilitasi Sosial yang dilaksanakan
oleh balai besar/balai/loka terdiri atas 5 (lima) kluster.
(2)
Kluster sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.
anak;
b.
penyandang disabilitas;
c.
tuna sosial dan korban perdagangan orang;
d.
korban
penyalahgunaan
narkotika,
psikotropika,
dan zat adiktif lainnya; dan
e.
(3)
lanjut usia.
Selain kluster sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
sasaran
Program
Rehabilitasi
Sosial
diberikan
juga
kepada:
a.
korban
bencana
alam,
sosial,
dan
nama
lain
bencana yang ditetapkan oleh pemerintah; dan
b.
PPKS lainnya.
BAB III
PELAKSANAAN ATENSI
Pasal 4
(1)
(2)
Layanan ATENSI diberikan berdasarkan prinsip:
a.
multifungsi layanan;
b.
holistik;
c.
sistematik;
d.
terstandar;
e.
berbasis hak;
f.
multiprofesi;
g.
multilevel intervensi;
h.
multiaktor kolaborasi;
i.
dinamis;
j.
integratif;
k.
komplementer; dan
l.
berjejaring.
Prinsip multifungsi layanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a untuk memastikan pelaksanaan ATENSI
2021, No.1007
-6-
merespon ragam masalah sosial yang membutuhkan
penanganan segera atau mendesak untuk dilayani.
(3)
Prinsip holistik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b untuk memastikan pelaksanaan ATENSI harus
memandang individu PPKS sebagai bagian dari kesatuan
sistem biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual.
(4)
Prinsip sistematik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
c untuk memastikan tahapan program ATENSI
yang terencana melalui manajemen kasus sehingga dapat
dievaluasi outcome dan impactnya.
(5)
Prinsip terstandar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c d untuk memastikan pelaksanaan ATENSI sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6)
Prinsip berbasis hak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf
e untuk memastikan pelaksanaan ATENSI
memperhatikan norma dan prinsip hak asasi manusia.
(7)
Prinsip multiprofesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
f
untuk
memastikan
pelaksanaan
ATENSI
melibatkan profesi lain guna meningkatkan efektivitas
program bagi penerima manfaat.
(8)
Prinsip multilevel intervensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf g untuk memastikan pelaksanaan ATENSI
diberikan kepada individu, keluarga, komunitas, dan
masyarakat.
(9)
Prinsip multiaktor kolaborasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf
h untuk memastikan pelaksanaan
ATENSI tidak hanya dilaksanakan Pekerja Sosial namun
melibatkan sumber daya manusia kesejahteraan sosial
lainnya.
(10) Prinsip dinamis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
dan
i untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan
evaluasi
ATENSI
harus
memperhatikan
segala
sesuatu atau kondisi yang berubah, bergerak secara
aktif, dan berkembang di masyarakat.
(11) Prinsip integratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
j untuk memastikan perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi ATENSI harus mempertimbangkan seluruh
2021, No.1007
-7-
aspek PPKS secara satu kesatuan dan bukan terpisahpisah.
(12) Prinsip komplementer sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
huruf
k
untuk
memastikan
perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi ATENSI harus menyatu dan
bersinergi untuk saling melengkapi dalam pemenuhan
kebutuhan PPKS.
(13) Prinsip berjejaring sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
l untuk memastikan pelaksanaan ATENSI harus
mampu memanfaatkan dan bekerja sama dengan potensi
sumber daya yang tersedia di pemerintah daerah dan
masyarakat.
Pasal 5
Pelaksanaan
ATENSI
bertujuan
untuk
mencapai
Keberfungsian Sosial individu, keluarga, dan komunitas
dalam:
a.
memenuhi kebutuhan dan hak dasar;
b.
melaksanakan tugas dan peranan sosial; dan
c.
mengatasi masalah dalam kehidupan.
Pasal 6
(1)
Pelaksanaan ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 dilakukan oleh balai besar/balai/loka Rehabilitasi
Sosial.
(2)
Selain
balai
besar/balai/loka
Rehabilitasi
Sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), unit pelaksana
teknis daerah dan LKS dapat melaksanakan ATENSI
secara mandiri.
(3)
Balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja sama dengan
instansi terkait, perguruan tinggi, unit pelaksana teknis
daerah, badan usaha, dan/atau LKS.
(4)
Pelaksanaan ATENSI oleh unit pelaksana teknis daerah
dan LKS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dengan supervisi dari Kementerian Sosial.
2021, No.1007
-8-
Pasal 7
(1)
Balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial melaksanakan
layanan
Rehabilitasi
perlindungan
sosial,
Sosial
jaminan
terintegrasi
sosial,
dengan
pemberdayaan
sosial, dan penanganan fakir miskin.
(2)
Balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan representasi fungsi
strategis Kementerian Sosial.
Pasal 8
ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilaksanakan
dengan berbasis:
a.
keluarga;
b.
komunitas; dan/atau
c.
residensial.
Pasal 9
Sasaran ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
meliputi:
a.
individu;
b.
keluarga;
c.
kelompok; dan/atau
d.
komunitas.
Pasal 10
Sasaran ATENSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
memiliki kriteria:
a.
kemiskinan;
b.
ketelantaran;
c.
disabilitas;
d.
keterpencilan;
e.
ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku;
f.
korban bencana; dan/atau
g.
korban tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi.
2021, No.1007
-9-
Pasal 11
(1)
ATENSI
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
5
dilaksanakan dalam bentuk:
a.
dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak;
b.
perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak;
c.
dukungan keluarga;
d.
terapi fisik, terapi psikososial, dan terapi mental
spiritual;
e.
pelatihan
vokasional
dan/atau
pembinaan
kewirausahaan;
(2)
f.
bantuan sosial dan asistensi sosial; dan
g.
dukungan aksesibilitas.
Pemberian layanan ATENSI sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dengan menggunakan metode manajemen kasus.
(3)
Manajemen kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan suatu langkah sistematis untuk mengatur
dan
melakukan
layanan
dalam
rangka
mengatasi
masalah perlindungan dan/atau kesejahteraan yang
kompleks terkait PPKS secara tepat, sistematis, dan tepat
waktu melalui dukungan langsung dan rujukan sesuai
dengan tujuan pelayanan.
(4)
Proses manajemen kasus sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan supervisi pekerjaan sosial oleh Pekerja
Sosial.
(5)
Dalam hal terjadi situasi darurat, layanan ATENSI dapat
diberikan melalui respon kasus.
Pasal 12
(1)
Dukungan
pemenuhan
kebutuhan
hidup
layak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a
merupakan upaya untuk membantu memenuhi standar
kebutuhan PPKS untuk dapat hidup layak secara fisik,
mental, dan psikososial.
(2)
Dukungan
pemenuhan
kebutuhan
hidup
layak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara memberikan bantuan sosial, bantuan sarana, dan
2021, No.1007
-10-
prasarana
dasar,
serta
bantuan
kebutuhan
dasar
lainnya.
(3)
Pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi:
a.
sandang dan pangan;
b.
tempat tinggal sementara; dan
c.
akses kesehatan, pendidikan, dan identitas.
Pasal 13
(1)
Perawatan
sosial
dan/atau
pengasuhan
anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b
merupakan
layanan
pemenuhan
kasih
sayang,
keselamatan, kelekatan, dan kesejahteraan.
(2)
Layanan perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara merawat, mengasuh dan memberikan perhatian
yang berkelanjutan, serta memberikan bantuan sarana
dan prasarana perawatan sosial dan/atau pengasuhan
anak.
Pasal 14
(1)
Dukungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (1) huruf c merupakan upaya pemberian bantuan
terhadap anggota keluarga berupa dukungan emosional,
pengetahuan,
dan
keterampilan
pengasuhan
anak
dan/atau perawatan sosial, keterampilan berelasi dalam
keluarga, serta dukungan untuk memahami masalah
yang dihadapi.
(2)
Dukungan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memberikan pendampingan kepada
keluarga dan/atau penguatan kapabilitas dan tanggung
jawab
sosial
keluarga
serta
memberikan
bantuan
perlengkapan bagi keluarga atau anggota keluarga.
(3)
Dukungan kepada keluarga sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas:
a.
keluarga sendiri; dan/atau
b.
keluarga pengganti.
2021, No.1007
-11-
(4)
Dukungan
terhadap
keluarga
sendiri
sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi:
(5)
a.
mediasi keluarga;
b.
preservasi keluarga;
c.
reunifikasi;
d.
lingkar dukungan antarkeluarga;
e.
dukungan kelompok sebaya; dan/atau
f.
temu penguatan anak dan keluarga.
Dukungan terhadap keluarga pengganti sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b meliputi:
a.
reintegrasi;
b.
fasilitasi pengasuhan oleh keluarga pengganti;
c.
lembaga
rujukan
berbasis
temporary
shelter;
dan/atau
d.
advokasi sosial.
Pasal 15
(1)
Terapi fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(1)
huruf
d
dimaksudkan
untuk
mengoptimalkan,
memelihara, dan mencegah kerusakan atau gangguan
fungsi fisik.
(2)
Terapi
fisik
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan dengan cara latihan terapeutik, pijat, urut dan
terapi elektronik, dukungan alat bantu, serta pelatihan
dan terapi olahraga.
(3)
Terapi
psikososial
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal 11 ayat (1) huruf d merupakan kumpulan terapi
untuk mengatasi masalah yang muncul dalam interaksi
PPKS
dengan
lingkungan
sosialnya
baik
keluarga,
kelompok, komunitas, maupun masyarakat.
(4)
Terapi psikososial sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan cara melakukan berbagai terapi untuk
mengatasi masalah yang berkaitan dengan aspek kognisi,
psikis, dan sosial, serta dukungan alat bantu.
(5)
Terapi mental spiritual sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) huruf d merupakan terapi yang
menggunakan nilai-nilai moral, spiritual, dan agama
2021, No.1007
-12-
untuk menyelaraskan pikiran, tubuh, dan jiwa dalam
upaya mengatasi kecemasan dan depresi.
(6)
Terapi mental spiritual sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) dilakukan dengan cara meditasi, terapi seni, ibadah
keagamaan, dan/atau terapi yang menekankan harmoni
dengan alam, serta dukungan alat bantu.
Pasal 16
(1)
Pelatihan
vokasional
dan/atau
pembinaan
kewirausahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat
(1)
huruf
e
merupakan
usaha
pemberian
keterampilan kepada PPKS agar mampu hidup mandiri
dan/atau produktif.
(2)
Pelatihan
vokasional
dan/atau
pembinaan
kewirausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara pengembangan dan penyaluran
minat, bakat, potensi, dan menciptakan aktivitas yang
produktif,
akses
modal
usaha
ekonomi,
bantuan
kemandirian, bantuan sarana dan prasarana produksi,
serta mengembangkan jejaring pemasaran.
Pasal 17
(1)
Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf f merupakan bantuan berupa uang,
barang, atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok
atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan
terhadap risiko sosial.
(2)
Asistensi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf f merupakan bantuan berupa uang,
barang, jasa pelayanan, dan/atau jaminan sosial kepada
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat yang
berpendapatan rendah sampai dengan berpendapatan
tinggi.
Pasal 18
(1)
Dukungan Aksesibilitas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) huruf g merupakan upaya untuk
2021, No.1007
-13-
membantu PPKS memperoleh akses yang setara terhadap
peralatan, pelayanan publik, serta lingkungan fisik dan
nonfisik.
(2)
Dukungan Aksesibilitas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan cara melaksanakan sosialisasi,
fasilitasi,
dan
advokasi
sosial
kepada
pemangku
kepentingan serta penyediaan sarana dan prasarana
yang memenuhi standar aksesibilitas.
Pasal 19
(1)
(2)
Mekanisme pelaksanaan ATENSI terdiri atas tahapan:
a.
fasilitasi akses;
b.
pendekatan awal dan kesepakatan bersama;
c.
asesmen komprehensif dan berkelanjutan;
d.
perencanaan layanan sosial;
e.
implementasi;
f.
monitoring dan evaluasi; dan
g.
pascalayanan dan terminasi.
Dalam setiap tahapan ATENSI sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus melalui supervisi pekerjaan sosial.
(3)
Supervisi
sebagaimana
dilaksanakan
oleh
dimaksud
Pekerja
Sosial
pada
ayat
(2)
yang
memiliki
kompetensi supervisi pekerjaan sosial.
Pasal 20
Fasilitasi akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(1) huruf a dapat berasal dari:
a.
rujukan;
b.
laporan pengaduan; dan/atau
c.
penjangkauan kasus.
Pasal 21
Pendekatan awal dan kesepakatan bersama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b meliputi:
a.
asesmen awal;
b.
respon kasus; dan/atau
c.
kesepakatan awal.
2021, No.1007
-14-
Pasal 22
Asesmen
komprehensif
dan
berkelanjutan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf c meliputi:
a.
medis;
b.
legal;
c.
fisik;
d.
psikososial;
e.
mental;
f.
spiritual;
g.
minat dan bakat;
h.
penelusuran keluarga; dan/atau
i.
aspek lainnya yang dibutuhkan untuk penanganan
masalah.
Pasal 23
Perencanaan layanan sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (1) huruf d dilakukan dengan:
a.
pemetaan sistem sumber;
b.
penyusunan rencana layanan sosial; dan
c.
penetapan bersama.
Pasal 24
Implementasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)
huruf e dilakukan dengan berbasis keluarga, komunitas,
dan/atau residensial.
Pasal 25
(1)
Monitoring sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(1)
huruf
f
merupakan
proses
untuk
memantau
perkembangan aktivitas penyelenggaraan ATENSI.
(2)
Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)
huruf
f
keseluruhan
merupakan
aktivitas
pelaksanaan
penilaian
ATENSI
yang
secara
telah
dilaksanakan baik meliputi proses maupun indikator
ketercapaian layanan program.
2021, No.1007
-15-
(3)
Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan berdasarkan indikator
kinerja
yang
meliputi
masukan,
proses,
keluaran,
manfaat, dan dampak.
Pasal 26
(1)
Pascalayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (1) huruf g merupakan layanan lanjutan yang
diberikan kepada PPKS setelah PPKS selesai mendapat
layanan ATENSI.
(2)
Layanan lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan PPKS
dalam
memanfaatkan
sumber
daya
yang
ada
di
lingkungan sosialnya dan/atau mendukung lembaga
rujukan agar lebih sesuai dengan kebutuhan mantan
PPKS.
(3)
Pascalayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan berdasarkan hasil asesmen Pekerja Sosial.
(4)
Terminasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(1) huruf g merupakan proses pengakhiran rangkaian
program ATENSI dimana terjadi pemutusan layanan
antara penyedia layanan dan PPKS.
Pasal 27
(1)
Jangka
waktu
pelaksanaan
ATENSI
diberikan
berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan oleh Pekerja
Sosial.
(2)
Selain
berdasarkan
hasil
asesmen
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), jangka waktu pelaksanaan
ATENSI dapat diberikan berdasarkan hasil:
a.
konferensi
kasus
bekerja
sama
dengan
tenaga
profesional lainnya; dan/atau
b.
konferensi keluarga yang melibatkan keluarga.
2021, No.1007
-16-
Pasal 28
Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme ATENSI untuk
setiap klaster ditetapkan oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi
Sosial dalam pedoman operasional ATENSI.
BAB IV
SERASI
Pasal 29
(1)
Serasi dimaksudkan sebagai wahana bagi PPKS untuk
mendapatkan layanan ATENSI secara efektif, efisien, dan
berkelanjutan.
(2)
Serasi
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilaksanakan di lingkup nasional dan regional.
Pasal 30
Serasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 berfungsi:
a.
peningkatan inklusivitas dan penjangkauan;
b.
penguatan sumber pendanaan rehabilitasi sosial dari
pemerintah daerah, masyarakat, LKS, dan/atau swasta.
c.
penanganan keluhan dan kejadian luar biasa yang cepat
dan akurat;
d.
penyediaan data tunggal yang aspiratif;
e.
penyediaan Program Rehabilitasi Sosial yang integratif
dan saling komplemen dengan program jaminan sosial,
perlindungan sosial, dan pemberdayaan sosial, serta
penanganan fakir miskin;
f.
kerja sama dan koordinasi program pusat dan daerah
yang efektif; dan
g.
layanan sosial yang berbasis sistem.
Pasal 31
Serasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 bertujuan:
a.
memudahkan akses PPKS terhadap layanan ATENSI dan
komunitas;
b.
menjadi layanan sosial lanjutan rujukan;
c.
menjadi layanan sosial responsif;
2021, No.1007
-17-
d.
meningkatkan
kapasitas
personal
dan
ketahanan
keluarga agar PPKS terpenuhi hak dasarnya dan dalam
keluarga; dan
e.
meningkatkan kapasitas unit pelaksana teknis daerah
dan LKS dalam peningkatan ketahanan keluarga agar
PPKS dapat segera kembali kepada keluarga.
Pasal 32
(1)
Serasi
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
29
dilaksanakan oleh balai besar/balai/loka di lingkungan
Kementerian Sosial.
(2)
Dalam menjalankan perannya balai besar/balai/loka
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bekerja sama
dengan dinas/instansi terkait.
Pasal 33
Pelaksanaan
Serasi
menggunakan
sistem
teknologi,
komunikasi, dan informasi yang terhubung dengan sistem
layanan dan rujukan terpadu di daerah serta sistem informasi
layanan sosial dasar yang dilaksanakan oleh perangkat
daerah/unit pelaksana teknis daerah.
Pasal 34
Pelaksanaan Serasi oleh balai besar/balai/loka di lingkungan
Kementerian
Sosial
ditetapkan
oleh
Direktur
Jenderal
Rehabilitasi Sosial dalam pedoman operasional Serasi.
BAB V
SENTRA KREASI ATENSI
Pasal 35
Sentra Kreasi ATENSI bertujuan:
a.
meningkatnya
kemampuan
kewirausahaan
dan
vokasional penerima manfaat;
b.
terciptanya lapangan pekerjaan bagi penerima manfaat;
c.
meningkatnya
taraf
penerima manfaat;
kemandirian
sosial
ekonomi
2021, No.1007
-18-
d.
meningkatnya
taraf
kesejahteraan
sosial
penerima
manfaat dari kelompok termiskin/termarjinal/terlantar;
dan
e.
terciptanya tempat perbelanjaan dan rekreasi dalam satu
kawasan yang inklusif.
Pasal 36
Sasaran Sentra Kreasi ATENSI sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 merupakan penerima manfaat program:
a.
Rehabilitasi Sosial;
b.
perlindungan dan jaminan sosial;
c.
pemberdayaan sosial; dan/atau
d.
penanganan fakir miskin.
Pasal 37
(1)
Pelaksanaan
dimaksud
Sentra
dalam
Kreasi
Pasal
35
ATENSI
dilakukan
sebagaimana
oleh
balai
besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial.
(2)
Balai besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja sama dengan
kementerian/lembaga, pemerintah daerah, LKS, lembaga
pendidikan, dunia usaha, badan usaha milik negara,
kelompok/organisasi, atau masyarakat.
(1)
Pelaksanaan
Pasal 38
Sentra Kreasi
ATENSI
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) memiliki sarana dan
prasarana:
a.
agrowisata;
b.
kuliner;
c.
work shop;
d.
perdagangan;
e.
handycraft;
f.
karya seni;
g.
jasa;
h.
tata boga;
i.
konveksi;
2021, No.1007
-19-
(2)
j.
pelatihan;
k.
rekreasi;
l.
olahraga;
m.
daur ulang sampah;
n.
jasa ruang kerja (co-working place); dan
o.
ruang pameran (showroom).
Selain sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(1),
sarana
dan
prasarana
dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kreatifitas
penerima manfaat serta peluang pasar.
(3)
Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disediakan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
sosial penerima manfaat.
(4)
Sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
berupa
peralatan
keterampilan,
peralatan
produksi,
bahan, dan/atau perlengkapan kerja.
(5)
Prasarana sebagaimana dimaksud ayat (2) diberikan
berupa modal usaha, insentif, pengembangan usaha,
dan/atau akses lapangan kerja.
(6)
Pelaksanaan
Sentra
Kreasi
ATENSI
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang menghasilkan berupa uang,
barang, dan jasa menjadi hak penerima manfaat dan
dikenakan tarif penerimaan negara bukan pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7)
Barang dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
pemasarannya dapat dilakukan melalui e-commerce.
Pasal 39
(1)
Mekanisme
pelaksanaan
Sentra
Kreasi
dilaksanakan melalui tahapan:
a.
fasilitasi akses;
b.
pendekatan awal dan kesepakatan bersama;
c.
asesmen komprehensif dan berkelanjutan;
d.
perencanaan layanan sosial;
e.
implementasi;
f.
monitoring dan evaluasi; dan
g.
pasca layanan dan terminasi.
ATENSI
2021, No.1007
-20-
(2)
Tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
melalui:
a.
supervisi pekerjaan sosial;
b.
pendampingan manajemen usaha;
c.
pendampingan manajemen pemasaran; dan/atau
d.
pedampingan digital.
BAB VI
POSYANDU LANSIA
Pasal 40
(1)
Posyandu
Lansia
merupakan
salah
satu
bentuk
penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia
yang berbasis masyarakat.
(2)
Balai Besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial mendorong
mengaktivasi dengan memfasilitasi Posyandu Lansia yang
berada di dalam dan di wilayah kerjanya.
(3)
Dalam pelaksanaan ATENSI berbasis masyarakat, balai
besar/balai/loka Rehabilitasi Sosial wajib menggerakkan
dan/atau mengembangkan Posyandu Lansia.
Pasal 41
(1)
Setiap rukun warga memiliki Posyandu Lansia yang
merupakan wadah kegiatan lanjut usia.
(2)
Posyandu
Lansia
demokratis
oleh
kepengurusannya
anggotanya
yang
dipilih
secara
menyusun
dan
melaksanakan program untuk kesejahteraan sosial lanjut
usia.
(3)
Keanggotaan Posyandu Lansia meliputi lanjut usia dan
pralanjut usia.
(4)
Tugas Posyandu Lansia meliputi:
a.
mendata seluruh lanjut usia potensial, lanjut usia
tidak potensial, dan lanjut usia yang telantar yang
berada di lingkungannya;
b.
menyusun
dan
melaksanakan
program
kesejahteraan sosial lanjut usia; dan
untuk
2021, No.1007
-21-
c.
membantu
proses
potensial
dan
pengajuan
lanjut
usia
lanjut
usia
telantar
mendapatkan layanan di balai/loka
tidak
untuk
atau lembaga
residensial lainnya.
BAB VII
PENDAMPING REHABILITASI SOSIAL
Pasal 42
(1)
ATENSI
dilaksanakan
oleh
Pendamping
Rehabilitasi
Sosial.
(2)
Pendamping Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Pekerja Sosial.
(3)
Pekerja Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dalam melaksanakan tugasnya bekerja sama dengan:
(4)
a.
tenaga kesejahteraan sosial;
b.
dokter;
c.
terapis;
d.
instruktur;
e.
perawat;
f.
psikolog;
g.
psikiater;
h.
relawan sosial;
i.
penyuluh sosial; dan/atau
j.
tenaga profesional lainnya.
Pendamping Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud
pada
ayat
pemerintah
(1)
disediakan
daerah
oleh
provinsi,
pemerintah
pemerintah
pusat,
daerah
kabupaten/kota, dan masyarakat.
BAB VIII
PENDATAAN
Pasal 43
(1)
Sumber data penerima layanan ATENSI berasal dari data
terpadu kesejahteraan sosial.
2021, No.1007
-22-
(2)
Dalam hal penerima layanan ATENSI tidak terdapat
dalam data terpadu kesejahteraan sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), layanan tetap dapat diberikan
dengan ketentuan penerima layanan ATENSI harus
segera dilaporkan ke dinas sosial daerah provinsi, dinas
sosial daerah kabupaten/kota, atau Kementerian Sosial
untuk
diusulkan
masuk
ke
dalam
data
terpadu
dalam
data
terpadu
kesejahteraan sosial.
Pasal 44
Tata
cara
pendaftaran
PPKS
kesejahteraan sosial dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB IX
TANGGUNG JAWAB
Pasal 45
Menteri memiliki tanggung jawab:
a.
merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan
ATENSI;
b.
menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait
dengan pelaksanaan ATENSI;
c.
mengelola
anggaran
program
yang
bersumber
dari
Anggaran Pembiayaan dan Belanja Negara atau sumbersumber
lain
yang
tidak
mengikat
sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
d.
melakukan
supervisi,
pemantauan,
dan
evaluasi
terhadap penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI;
e.
memberikan penguatan kepada lembaga penyelenggara
pelaksanaan ATENSI;
f.
mendorong pemerintah daerah dalam menyelenggarakan
pelaksanaan ATENSI;
g.
memberikan
bimbingan
teknis
bagi
penyelenggara
pelaksanaan ATENSI;
h.
melakukan koordinasi bagi penyelenggara pelaksanaan
ATENSI; dan
2021, No.1007
-23-
i.
melakukan koordinasi dan membangun sistem rujukan
dengan kementerian/lembaga terkait.
Pasal 46
Gubernur memiliki tanggung jawab:
a.
melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria
terkait dengan pelaksanaan ATENSI di daerah;
b.
mengalokasikan
anggaran
pembiayaan
dan
belanja
daerah provinsi untuk penyelenggaraan pelaksanaan
ATENSI di daerah;
c.
melakukan
supervisi,
pemantauan,
terhadap
penyelenggaraan
dan
pelaksanaan
evaluasi
ATENSI
di
daerah;
d.
mendorong pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
menyelenggarakan
layanan
ATENSI
di
daerah
kabupaten/kota;
e.
membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI
di daerah sesuai dengan tugas dan kewenangan yang
dimiliki
kepada
Menteri
dan
menteri
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam
negeri; dan
f.
membangun
sistem
rujukan
antarperangkat
daerah
terkait.
Pasal 47
Bupati/wali kota memiliki tanggung jawab:
a.
melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria
terkait
dengan
pelaksanaan
ATENSI
di
daerah
pembiayaan
dan
belanja
kabupaten/kota;
b.
mengalokasikan
daerah
anggaran
kabupaten/kota
untuk
penyelenggaraan
pelaksanaan ATENSI di daerah kabupaten/kota;
c.
melakukan
pemantauan
penyelenggaraan
dan
pelaksanaan
evaluasi
ATENSI
terhadap
di
daerah
kabupaten/kota;
d.
membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan ATENSI
di daerah kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan
2021, No.1007
-24-
kewenangan yang dimiliki kepada Menteri dan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
dalam negeri; dan
e.
membangun
sistem
rujukan
antarperangkat
daerah
terkait.
BAB X
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 48
(1)
Menteri
melaksanakan
pembinaan
dan
pengawasan
teknis penerapan ATENSI di daerah provinsi.
(2)
Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melaksanakan
pembinaan
dan
pengawasan
penerapan
ATENSI
di daerah kabupaten/kota.
(3)
Dalam hal melakukan pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat:
a.
belum
mampu
pengawasan
melakukan
teknis,
pembinaan
Menteri
dan
berdasarkan
permintaan bantuan dari gubernur sebagai wakil
pemerintah
pusat
melakukan
pembinaan
dan
pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masingmasing; atau
b.
tidak
melakukan
pembinaan
teknis,
Menteri
berdasarkan
pembinaan
dan
dan
pengawasan
telaahan
pengawasan
hasil
melakukan
pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masingmasing.
(4)
Menteri dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
sesuai dengan kewenangannya berkoordinasi dengan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang dalam negeri.
2021, No.1007
-25-
BAB XI
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Bagian Kesatu
Pemantauan
Pasal 49
(1)
Pemantauan
dilaksanakan
untuk
menjamin
kesinambungan dan efektivitas langkah secara terpadu
dalam pelaksanaan ATENSI.
(2)
Pemantauan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan secara berkala baik langsung maupun tidak
langsung melalui kunjungan dan observasi terhadap
pelaksanaan ATENSI.
Pasal 50
(1)
Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49
bertujuan
untuk
mengetahui
kesesuaian
antara
pelaksanaan dengan ATENSI dan sebagai bahan untuk
melakukan evaluasi.
(2)
Pemantauan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan secara berjenjang mulai dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota.
Bagian Kedua
Evaluasi
Pasal 51
(1)
Evaluasi pelaksanaan ATENSI dilakukan oleh pemerintah
pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota.
(2)
Hasil
evaluasi
pelaksanaan
ATENSI
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai bahan:
a.
penyempurnaan ATENSI;
b.
perencanaan program dan anggaran;
c.
peningkatan mutu layanan Rehabilitasi Sosial; dan
2021, No.1007
-26-
d.
pelaporan akuntabilitas kinerja dan keuangan.
BAB XII
PELAPORAN
Pasal 52
Gubernur dan bupati/wali kota wajib membuat laporan
tertulis secara berjenjang mengenai pelaksanaan ATENSI
sesuai dengan kewenangannya.
BAB XIII
PENDANAAN
Pasal 53
(1)
Pendanaan untuk pelaksanaan ATENSI yang menjadi
tanggung jawab Menteri dibebankan pada:
a.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan
b.
sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(2)
Pendanaan untuk pelaksanaan ATENSI di panti sosial
daerah provinsi dibebankan pada:
a.
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi;
dan
b.
sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2020 tentang Asistensi
Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 1566), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
2021, No.1007
-27-
Pasal 55
Peraturan
Menteri
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 September 2021
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
ttd
TRI RISMAHARINI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 September 2021
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BENNY RIYANTO
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.1119, 2021
KEMENSOS. Pengenaan Tarif Rp0,00. Rehabilitasi
Sosial. Besaran. Persyaratan. Tata Cara.
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2021
TENTANG
BESARAN, PERSYARATAN, DAN TATA CARA PENGENAAN TARIF RP0,00 (NOL
RUPIAH) PADA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL,
KEMENTERIAN SOSIAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a.
bahwa untuk melaksanakan jenis dan tarif atas jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Unit
Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial,
perlu mengatur substansi besaran, persyaratan, dan tata
cara pengenaan tarif Rp0,00 (nol rupiah) pada Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial;
b.
bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Sosial tentang Besaran, Persyaratan, dan Tata
Cara
Pengenaan
Tarif
Rp0,00
(Nol
Rupiah)
pada
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian
Sosial;
Mengingat
: 1.
Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2.
Undang-Undang
Nomor
17
Tahun
2003
tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
2021, No.1119
-2-
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3.
Undang-Undang
Nomor
1
Tahun
2004
tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4.
Undang-Undang
Pemeriksaan
Nomor
15
Pengelolaan
Tahun
dan
2004
tentang
Tanggung
Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400);
5.
Undang-Undang
Kementerian
Nomor
Negara
39
Tahun
(Lembaran
2008
Negara
tentang
Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
6.
Undang-Undang
Nomor
9
Tahun
2018
tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 147, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6245);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor
57,
Indonesia
Tambahan
Nomor
3694)
Lembaran
Negara
sebagaimana
telah
Republik
diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan
Negara
Bukan
Pajak
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3760);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku pada Kementerian Sosial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6454);
2021, No.1119
-3-
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2020 tentang
Tata Cara Penetapan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 268, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6584);
10. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Kementerian
Sosial
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 86);
11. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor
20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1517);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN
MENTERI
SOSIAL
TENTANG
BESARAN,
PERSYARATAN, DAN TATA CARA PENGENAAN TARIF RP0,00
(NOL RUPIAH) PADA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI
SOSIAL, KEMENTERIAN SOSIAL.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
Penerimaan
Negara
Bukan
Pajak
yang
selanjutnya
disingkat PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang
pribadi
atau
badan
dengan
memperoleh
manfaat
langsung maupun tidak langsung atas layanan atau
pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh
negara,
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
yang menjadi penerimaan pemerintah pusat di luar
2021, No.1119
-4-
penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam
mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara.
2.
Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT
adalah satuan organisasi yang bersifat mandiri yang
melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas
teknis dari organisasi induknya.
3.
Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang sosial.
BAB II
PNBP DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
Pasal 2
Terhadap jenis PNBP berupa barang dan/atau jasa yang
dihasilkan oleh UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
dapat dikenakan tarif Rp0,00 (nol rupiah).
Pasal 3
(1)
Pengenaan
tarif
Rp0,00
(nol
rupiah)
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan penerima manfaat.
(2)
Peningkatan pendapatan penerima manfaat sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
berupa
pendapatan
yang
diperoleh dari usaha ekonomi produktif lebih besar atau
sama dengan upah minimum regional perbulan yang
diperoleh secara mandiri.
(3)
Pengenaan
tarif
Rp0,00
(nol
rupiah)
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan hasil
evaluasi berkala oleh pekerja sosial.
Pasal 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai barang dan/atau jasa yang
dihasilkan oleh UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditetapkan oleh
Direktur Jenderal yang menangani rehabilitasi sosial.
2021, No.1119
-5-
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 5
Peraturan
Menteri
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 September 2021
MENTERI
SOSIAL
INDONESIA,
ttd
TRI RISMAHARINI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 Oktober 2021
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BENNY RIYANTO
REPUBLIK
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.140, 2022
KEMENSOS. Otk. Pencabutan.
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2022
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN SOSIAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a.
bahwa
untuk
melaksanakan
ketentuan
Pasal
37
Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2021 tentang
Kementerian
Presiden
Sosial
mengenai
serta
melaksanakan
kebijakan
penyederhanaan birokrasi
untuk
mewujudkan organisasi yang lebih proporsional, efektif,
dan efisien guna meningkatkan kinerja pelaksanaan
tugas Kementerian Sosial, perlu melakukan penataan
organisasi dan tata kerja di lingkungan Kementerian
Sosial;
b.
bahwa penataan organisasi dan tata kerja Kementerian
Sosial telah mendapatkan persetujuan dari Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
melalui surat nomor B/83/M.KT.01/2022 tanggal 24
Januari 2022;
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Sosial tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Sosial;
Mengingat
: 1.
Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2022, No.140
-2-
2.
Undang-Undang
Kementerian
Nomor
Negara
39
Tahun
(Lembaran
2008
Negara
tentang
Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3.
Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2021 tentang
Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 270);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG ORGANISASI DAN
TATA KERJA KEMENTERIAN SOSIAL.
BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1
(1)
Kementerian Sosial berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden.
(2)
Kementerian Sosial dipimpin oleh Menteri.
Pasal 2
(1)
Dalam memimpin Kementerian Sosial, Menteri dapat
dibantu oleh Wakil Menteri sesuai dengan penunjukan
Presiden.
(2)
Wakil Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3)
Wakil Menteri berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri.
(4)
Wakil Menteri mempunyai tugas membantu Menteri
dalam memimpin pelaksanaan tugas Kementerian Sosial.
(5)
Ruang lingkup bidang tugas Wakil Menteri sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), meliputi:
a.
membantu Menteri dalam perumusan dan/atau
pelaksanaan kebijakan Kementerian Sosial; dan
b.
membantu
Menteri
dalam
mengoordinasikan
pencapaian kebijakan strategis lintas unit organisasi
2022, No.140
-3-
Jabatan Pimpinan Tinggi Madya atau Eselon I di
lingkungan Kementerian Sosial.
Pasal 3
Menteri dan Wakil Menteri merupakan satu kesatuan unsur
pemimpin kementerian.
Pasal 4
Kementerian
Sosial
mempunyai
tugas
menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang sosial untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4, Kementerian Sosial menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di
bidang rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan
sosial, dan perlindungan sosial;
b.
penetapan kriteria dan data fakir miskin, kelompok
rentan, dan orang tidak mampu;
c.
penetapan standar rehabilitasi sosial;
d.
koordinasi
pelaksanaan
tugas,
pembinaan,
dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Sosial;
e.
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Sosial;
f.
pengawasan
atas
pelaksanaan
tugas di
lingkungan
Kementerian Sosial;
g.
pelaksanaan
bimbingan
teknis
dan
supervisi
atas
pelaksanaan urusan Kementerian Sosial di daerah; dan
h.
pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Sosial.
2022, No.140
-4-
BAB II
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 6
Kementerian Sosial terdiri atas:
a.
Sekretariat Jenderal;
b.
Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial;
c.
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial;
d.
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial;
e.
Inspektorat Jenderal;
f.
Staf Ahli Bidang Perubahan dan Dinamika Sosial;
g.
Staf Ahli Bidang Teknologi Kesejahteraan Sosial; dan
h.
Staf Ahli Bidang Aksesibilitas Sosial.
BAB III
SEKRETARIAT JENDERAL
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 7
(1)
Sekretariat Jenderal berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.
(2)
Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
Pasal 8
Sekretariat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan
tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian
Sosial.
Pasal 9
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a.
koordinasi kegiatan Kementerian Sosial;
2022, No.140
-5-
b.
koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan
anggaran Kementerian Sosial;
c.
pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang
meliputi
ketatausahaan,
kepegawaian,
keuangan,
kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat,
arsip, dan dokumentasi Kementerian Sosial;
d.
pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e.
koordinasi
dan
penyusunan
peraturan
perundang-
undangan serta pelaksanaan advokasi hukum;
f.
penyelenggaraan
pengelolaan
barang
milik/kekayaan
negara dan pengelolaan pengadaan barang/jasa; dan
g.
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 10
Sekretariat Jenderal terdiri atas:
a.
Biro Perencanaan;
b.
Biro Keuangan;
c.
Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia;
d.
Biro Hukum;
e.
Biro Umum; dan
f.
Biro Hubungan Masyarakat.
Bagian Ketiga
Biro Perencanaan
Pasal 11
Biro Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf a mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan
penyusunan rencana, program, anggaran.
2022, No.140
-6-
Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, Biro Perencanaan menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan koordinasi dan penyusunan analisis rencana
strategis;
b.
penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana, program,
dan anggaran;
c.
penyiapan koordinasi dan pelaksanaan kerja sama luar
negeri;
d.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
e.
pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
Pasal 13
Biro Perencanaan terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 14
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Biro.
Bagian Keempat
Biro Keuangan
Pasal 15
Biro Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf
b
mempunyai
tugas
pengelolaan keuangan.
melaksanakan
koordinasi
dan
2022, No.140
-7-
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15, Biro Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan dan koordinasi pelaksanaan urusan tata
laksana keuangan;
b.
pelaksanaan urusan perbendaharaan;
c.
pelaksanaan urusan verifikasi dan akuntansi;
d.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
e.
pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
Pasal 17
Biro Keuangan terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 18
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Biro.
Bagian Kelima
Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Pasal 19
Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
10
huruf
c
mempunyai
tugas
melaksanakan pengelolaan organisasi dan sumber daya
manusia.
2022, No.140
-8-
Pasal 20
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19, Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia
menyelenggarakan fungsi:
a.
pelaksanaan penataan organisasi dan ketatalaksanaan;
b.
pelaksanaan perencanaan dan formasi sumber daya
manusia;
c.
pelaksanaan pengembangan dan penilaian kompetensi
sumber daya manusia;
d.
pelaksanaan urusan mutasi sumber daya manusia;
e.
fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi kementerian;
f.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
g.
pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
Pasal 21
Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 22
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Biro.
Bagian Keenam
Biro Hukum
Pasal 23
Biro Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d
mempunyai
tugas
melaksanakan
koordinasi
dan
penyusunan peraturan perundang-undangan serta advokasi
hukum.
2022, No.140
-9-
Pasal 24
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23, Biro Hukum menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan koordinasi dan penelaahan, penyusunan,
pengharmonisasian
naskah
hukum,
serta
evaluasi
peraturan perundang-undangan;
b.
penyiapan koordinasi dan pelaksanaan kerja sama dalam
negeri;
c.
penyiapan koordinasi dan pelaksanaan pertimbangan
dan advokasi hukum;
d.
pelaksanaan
dokumentasi,
informasi
dan
jaringan
hukum serta pengadministrasi peraturan perundangundangan;
e.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f.
pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
Pasal 25
Biro Hukum terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 26
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Biro.
Bagian Ketujuh
Biro Umum
Pasal 27
Biro Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf e
mempunyai
tugas
melaksanakan
urusan
ketatausahaan
2022, No.140
-10-
kementerian, rumah tangga, perlengkapan, dan pengelolaan
pengadaan barang/jasa.
Pasal 28
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27, Biro Umum menyelenggarakan fungsi:
a.
pelaksanaan urusan tata usaha kementerian;
b.
pelaksanaan urusan tata usaha pimpinan dan protokol
kementerian;
c.
pelaksanaan urusan rumah tangga;
d.
pelaksanaan urusan perlengkapan;
e.
pelaksanaan pengelolaan barang milik negara;
f.
pelaksanaan layanan pengadaan barang dan jasa;
g.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
h.
pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
Pasal 29
Biro Umum terdiri atas:
a.
Bagian Rumah Tangga dan Tata Usaha Pimpinan;
b.
Bagian Perlengkapan dan Layanan Pengadaan; dan
c.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 30
Bagian
Rumah
Tangga
dan
Tata
Usaha
Pimpinan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a mempunyai
tugas melaksanakan urusan rumah tangga, ketatausahaan
pimpinan, persuratan, kearsipan, dan tata usaha Biro.
Pasal 31
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 Bagian Rumah Tangga dan Tata Usaha Pimpinan
menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan bahan pelaksanaan urusan dalam dan urusan
pemeliharaan;
b.
penyiapan bahan urusan tata usaha Menteri, tata usaha
Sekretaris Jenderal, dan tata usaha Staf Ahli Menteri;
2022, No.140
-11-
c.
penyiapan bahan urusan pengamanan; dan
d.
pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
Pasal 32
Bagian Rumah Tangga dan Tata Usaha Pimpinan terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha Menteri;
b.
Subbagian Tata Usaha Sekretaris Jenderal; dan
c.
Subbagian Pengamanan.
Pasal 33
(1)
Subbagian Tata Usaha Menteri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf a mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan urusan tata usaha Menteri.
(2)
Subbagian Tata Usaha Sekretaris Jenderal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf b mempunyai tugas
melakukan
penyiapan
bahan
urusan
tata
usaha
Sekretaris Jenderal.
(3)
Subbagian Pengamanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf c mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan urusan pengamanan.
Pasal 34
Bagian Perlengkapan dan Layanan Pengadaan sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
29
huruf
b
mempunyai
tugas
melaksanakan penyiapan urusan perlengkapan, pengelolaan
pengadaan barang dan jasa pemerintah, dan pengelolaan
barang milik negara di lingkungan Kementerian Sosial.
Pasal 35
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 Bagian Perlengkapan dan Layanan Pengadaan
menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan
bahan
pelaksanaan
rencana
kebutuhan
barang milik negara;
b.
penyiapan bahan layanan pengadaan barang dan jasa;
2022, No.140
-12-
c.
penyiapan bahan pelaksanaan pengelolaan barang milik
negara; dan
d.
pelaksanaan penatausahaan barang milik negara.
Bagian Kedelapan
Biro Hubungan Masyarakat
Pasal 36
Biro Hubungan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 huruf f mempunyai tugas melaksanakan publikasi
dan pemberitaan, hubungan antarlembaga, dan dokumentasi.
Pasal 37
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36, Biro Hubungan Masyarakat menyelenggarakan
fungsi:
a.
penyiapan
pelaksanaan
urusan
publikasi
dan
pemberitaan;
b.
penyiapan pelaksanaan urusan hubungan antarlembaga;
c.
pelaksanaan
pengelolaan
perpustakaan
dan
dokumentasi.
d.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
e.
pelaksanaan urusan tata usaha Biro.
Pasal 38
Biro Hubungan Masyarakat terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 39
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
2022, No.140
-13-
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Biro.
BAB IV
DIREKTORAT JENDERAL
PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 40
(1)
Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2)
Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial
dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 41
Direktorat
Jenderal
Perlindungan
dan
Jaminan
Sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang perlindungan dan jaminan sosial sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 42
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan
Sosial menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan
kebijakan
di
bidang
perlindungan
dan
jaminan sosial;
b.
pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan dan
jaminan sosial;
c.
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang perlindungan dan jaminan sosial;
d.
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
perlindungan dan jaminan sosial;
2022, No.140
-14-
e.
pelaksanaan
evaluasi
dan
pelaporan
di
bidang
perlindungan dan jaminan sosial;
f.
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan
g.
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 43
Direktorat Jenderal Perlindungan dan
Jaminan
Sosial
terdiri atas:
a.
Sekretariat Direktorat Jenderal;
b.
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam;
c.
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial
dan Non Alam; dan
d.
Direktorat Jaminan Sosial.
Bagian Ketiga
Sekretariat Direktorat Jenderal
Pasal 44
Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 huruf a mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas
dan pemberian dukungan administrasi
Direktorat Jenderal.
Pasal 45
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
44, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana, program,
dan anggaran;
b.
penyiapan koordinasi dan pengelolaan urusan keuangan;
c.
penyiapan
penataan
organisasi
dan
tata
laksana,
pelaksanaan urusan hukum, dan hubungan masyarakat;
d.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
2022, No.140
-15-
e.
pelaksanaan
urusan
kepegawaian,
rumah
tangga,
perlengkapan, dan tata usaha.
Pasal 46
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 47
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Sekretariat Direktorat Jenderal.
Bagian Keempat
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam
Pasal 48
Direktorat
Perlindungan
Sosial
Korban
Bencana
Alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf b mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan
norma,
standar,
prosedur,
dan
kriteria,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang perlindungan sosial korban
bencana alam.
Pasal 49
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48, Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana
Alam menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan perumusan kebijakan di bidang perlindungan
sosial korban bencana alam;
2022, No.140
-16-
b.
penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan
sosial korban bencana alam;
c.
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang perlindungan sosial korban bencana
alam;
d.
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang perlindungan sosial korban bencana alam;
e.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f.
pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
Pasal 50
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam terdiri
atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 51
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
50 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Direktorat.
Bagian Kelima
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan
Non Alam
Pasal 52
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan
Non Alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf c
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan,
penyusunan
norma,
standar,
prosedur,
dan
kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
2022, No.140
-17-
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perlindungan
sosial korban bencana sosial dan nonalam.
Pasal 53
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52, Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana
Sosial dan Non Alam menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan perumusan kebijakan di bidang perlindungan
sosial korban bencana sosial dan nonalam;
b.
penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan
sosial korban bencana sosial dan nonalam;
c.
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang perlindungan sosial korban bencana
sosial dan nonalam;
d.
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang perlindungan sosial korban bencana sosial dan
nonalam;
e.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f.
pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
Pasal 54
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan
Non Alam terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 55
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
54 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Direktorat.
2022, No.140
-18-
Bagian Keenam
Direktorat Jaminan Sosial
Pasal 56
Direktorat Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 huruf d mempunyai tugas melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang jaminan sosial.
Pasal 57
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56, Direktorat Jaminan Sosial menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan perumusan kebijakan di bidang jaminan
sosial;
b.
penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang jaminan
sosial;
c.
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang jaminan sosial;
d.
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang jaminan sosial;
e.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f.
pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
Pasal 58
Direktorat Jaminan Sosial terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 59
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
58 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
2022, No.140
-19-
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Direktorat.
BAB V
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 60
(1)
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2)
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dipimpin oleh
Direktur Jenderal.
Pasal 61
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 memiliki tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 62
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
61
Direktorat
Jenderal
Rehabilitasi
Sosial
menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial;
b.
pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial;
c.
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang rehabilitasi sosial;
d.
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
rehabilitasi sosial;
e.
pelaksanaan
evaluasi
dan
pelaporan
di
bidang
rehabilitasi sosial;
f.
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan
g.
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
2022, No.140
-20-
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 63
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial terdiri atas:
a.
Sekretariat Direktorat Jenderal;
b.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak;
c.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia;
d.
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas; dan
e.
Direktorat
Rehabilitasi
Sosial
Korban
Bencana
dan
Kedaruratan.
Bagian Ketiga
Sekretariat Direktorat Jenderal
Pasal 64
Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 63 huruf a mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas
dan pemberian dukungan administrasi
Direktorat Jenderal.
Pasal 65
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
64, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana, program,
dan anggaran;
b.
penyiapan koordinasi dan pengelolaan urusan keuangan;
c.
penataan organisasi dan tata laksana, dan pelaksanaan
urusan hukum, dan hubungan masyarakat;
d.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
e.
pelaksanaan
urusan
kepegawaian,
perlengkapan, dan tata usaha.
Pasal 66
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
rumah
tangga,
2022, No.140
-21-
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 67
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
66 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Sekretariat Direktorat Jenderal.
Bagian Keempat
Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak
Pasal 68
Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 huruf b mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis
dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi sosial anak.
Pasal 69
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
68,
Direktorat
Rehabilitasi
Sosial
Anak
menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi
sosial anak;
b.
penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi
sosial anak;
c.
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria di bidang rehabilitasi sosial anak;
d.
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang rehabilitasi sosial anak;
e.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f.
pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
2022, No.140
-22-
Pasal 70
Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 71
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
70 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Direktorat.
Bagian Kelima
Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia
Pasal 72
Direktorat
Rehabilitasi
dimaksud
dalam
melaksanakan
penyusunan
Sosial
Pasal
63
perumusan
norma,
Lanjut
huruf
dan
standar,
Usia
sebagaimana
c mempunyai
pelaksanaan
prosedur,
dan
tugas
kebijakan,
kriteria,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang
rehabilitasi sosial lanjut usia.
Pasal 73
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
72,
Direktorat
Rehabilitasi
Sosial
Lanjut
Usia
menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi
sosial lanjut usia;
b.
penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi
sosial lanjut usia;
c.
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang rehabilitasi sosial lanjut usia;
2022, No.140
-23-
d.
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang rehabilitasi sosial lanjut usia;
e.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f.
pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
Pasal 74
Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 75
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
74 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Direktorat.
Bagian Keenam
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
Pasal 76
Direktorat
Rehabilitasi
Sosial
Penyandang
Disabilitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf d mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan
norma,
standar,
prosedur,
dan
kriteria,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan,
evaluasi,
dan
pelaporan
di
bidang
rehabilitasi
sosial
penyandang disabilitas.
Pasal 77
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
76,
Direktorat
Rehabilitasi
Disabilitas menyelenggarakan fungsi:
Sosial
Penyandang
2022, No.140
-24-
a.
penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi
sosial penyandang disabilitas;
b.
penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi
sosial penyandang disabilitas;
c.
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria
di
bidang
rehabilitasi
sosial
penyandang
disabilitas;
d.
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas;
e.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f.
pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
Pasal 78
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas terdiri
atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 79
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
78 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Direktorat.
Bagian Ketujuh
Direktorat Rehabilitasi Sosial
Korban Bencana dan Kedaruratan
Pasal 80
Direktorat
Rehabilitasi
Sosial
Korban
Bencana
dan
Kedaruratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf e
mempunyai
tugas
melaksanakan
pelaksanaan
kebijakan,
penyusunan
perumusan
norma,
dan
standar,
2022, No.140
-25-
prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang rehabilitasi sosial korban bencana dan kedaruratan.
Pasal 81
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 80, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Bencana dan
Kedaruratan menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan perumusan kebijakan di bidang rehabilitasi
sosial korban bencana dan kedaruratan;
b.
penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi
sosial korban bencana dan kedaruratan;
c.
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang rehabilitasi sosial korban bencana dan
kedaruratan;
d.
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang
rehabilitasi
sosial
korban
bencana
dan
kedaruratan;
e.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f.
pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
Pasal 82
Direktorat
Rehabilitasi
Sosial
Korban
Bencana
dan
Kedaruratan terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 83
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
82 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Direktorat.
2022, No.140
-26-
BAB VI
DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 84
(1)
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2)
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dipimpin oleh
Direktur Jenderal.
Pasal 85
Direktorat
Jenderal
dimaksud
dalam
Pemberdayaan
Sosial
Pasal
mempunyai
84
sebagaimana
tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang
pemberdayaan
sosial
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 86
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
85,
Direktorat
Jenderal
Pemberdayaan
Sosial
menyelenggarakan fungsi:
a.
perumusan kebijakan di bidang pemberdayaan sosial;
b.
pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan sosial;
c.
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pemberdayaan sosial;
d.
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pemberdayaan sosial;
e.
pelaksanaan
evaluasi
dan
pelaporan
di
bidang
pemberdayaan sosial;
f.
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan
g.
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
2022, No.140
-27-
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 87
Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Sosial terdiri atas:
a.
Sekretariat Direktorat Jenderal;
b.
Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dan
Kewirausahaan Sosial;
c.
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat;
d.
Direktorat Pemberdayaan Kelompok Rentan; dan
e.
Direktorat Potensi dan Sumber Daya Sosial.
Bagian Ketiga
Sekretariat Direktorat Jenderal
Pasal 88
Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 87 huruf a mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas
dan pemberian dukungan administrasi
Direktorat Jenderal.
Pasal 89
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
88, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana, program,
dan anggaran;
b.
penyiapan koordinasi dan pengelolaan urusan keuangan;
c.
penyiapan penataan organisasi dan tata laksana, dan
pelaksanaan urusan hukum dan hubungan masyarakat;
d.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
e.
pelaksanaan
urusan
kepegawaian,
perlengkapan, dan tata usaha.
Pasal 90
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
rumah
tangga,
2022, No.140
-28-
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 91
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
90 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Sekretariat Direktorat Jenderal.
Bagian Keempat
Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dan
Kewirausahaan Sosial
Pasal 92
Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dan
Kewirausahaan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87
huruf b mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan
kebijakan,
penyusunan
norma,
standar,
prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang
pemberdayaan
komunitas
adat
terpencil
dan
kewirausahaan sosial.
Pasal 93
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 92, Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
dan Kewirausahaan Sosial menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan
perumusan
pemberdayaan
komunitas
kebijakan
di
adat
terpencil
kebijakan
di
adat
terpencil
bidang
dan
kewirausahaan sosial;
b.
penyiapan
pelaksanaan
pemberdayaan
komunitas
kewirausahaan sosial;
bidang
dan
2022, No.140
-29-
c.
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria
di
bidang
pemberdayaan
komunitas
adat
terpencil dan kewirausahaan sosial;
d.
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang pemberdayaan komunitas adat terpencil dan
kewirausahaan sosial;
e.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f.
pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
Pasal 94
Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dan
Kewirausahaan Sosial terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 95
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
94 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Direktorat.
Bagian Kelima
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat
Pasal 96
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 87 huruf c mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis
dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang pemberdayaan masyarakat.
2022, No.140
-30-
Pasal 97
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
96,
Direktorat
Pemberdayaan
Masyarakat
menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan
perumusan
kebijakan
di
bidang
kebijakan
di
bidang
pemberdayaan masyarakat;
b.
penyiapan
pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat;
c.
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang pemberdayaan masyarakat;
d.
penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang pemberdayaan masyarakat;
e.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f.
pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
Pasal 98
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 99
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
98 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Direktorat.
Bagian Keenam
Direktorat Pemberdayaan Kelompok Rentan
Pasal 100
Direktorat Pemberdayaan Kelompok Rentan sebagaimana
dimaksud
dalam
melaksanakan
Pasal
87
perumusan
huruf
dan
d mempunyai
pelaksanaan
tugas
kebijakan,
2022, No.140
-31-
penyusunan program, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, pemberian bimbingan teknis, pemantauan dan
supervisi
serta
evaluasi,
dan
pelaporan
di
bidang
pemberdayaan kelompok rentan.
Pasal 101
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
100,
Direktorat
Pemberdayaan
Kelompok
Rentan
menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan
perumusan
kebijakan
di
bidang
di
bidang
pemberdayaan kelompok rentan;
b.
penyiapan
pelaksanaan
kebijakan
pemberdayaan kelompok rentan;
c.
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang pemberdayaan kelompok rentan;
d.
penyiapan
pemberian
bimbingan
teknis
di
bidang
pemberdayaan kelompok rentan;
e.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f.
pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
Pasal 102
Direktorat Pemberdayaan Kelompok Rentan terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 103
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
102 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Direktorat.
2022, No.140
-32-
Bagian Ketujuh
Direktorat Potensi dan Sumber Daya Sosial
Pasal 104
Direktorat Potensi dan Sumber Daya Sosial sebagaimana
dimaksud
dalam
melaksanakan
penyusunan
Pasal
87
perumusan
norma,
huruf
dan
standar,
e
mempunyai
pelaksanaan
prosedur,
tugas
kebijakan,
dan
kriteria,
pemberian bimbingan teknis, pemantauan dan supervisi, serta
evaluasi dan pemantauan di bidang potensi dan sumber daya
sosial.
Pasal 105
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 104, Direktorat Potensi dan Sumber Daya Sosial
menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan perumusan kebijakan di bidang potensi dan
sumber daya sosial;
b.
penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang potensi dan
sumber daya sosial;
c.
penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang potensi dan sumber daya sosial;
d.
penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang potensi
dan sumber daya sosial;
e.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f.
pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.
Pasal 106
Direktorat Potensi dan Sumber Daya Sosial terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 107
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
106 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
2022, No.140
-33-
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Direktorat.
BAB VII
INSPEKTORAT JENDERAL
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 108
(1)
Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.
(2)
Inspektorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dipimpin oleh Inspektur Jenderal.
Pasal 109
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan
pengawasan intern di Kementerian Sosial sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 110
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 109, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a.
penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di
lingkungan Kementerian Sosial;
b.
pelaksanaan
pengawasan
intern
di
lingkungan
Kementerian Sosial terhadap kinerja dan keuangan
melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya;
c.
pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas
penugasan Menteri;
d.
penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan
Kementerian Sosial;
e.
pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
2022, No.140
-34-
f.
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 111
Inspektorat Jenderal terdiri atas:
a.
Sekretariat Inspektorat Jenderal;
b.
Inspektorat Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial;
c.
Inspektorat Bidang Rehabilitasi Sosial;
d.
Inspektorat Bidang
e.
Inspektorat Bidang Penunjang.
Pemberdayaan
Sosial; dan
Bagian Ketiga
Sekretariat Inspektorat Jenderal
Pasal 112
Sekretariat
Inspektorat
Jenderal
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 111 huruf a mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan
administrasi Inspektorat Jenderal.
Pasal 113
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 112, Sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:
a.
penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana program
dan anggaran serta pelaporan;
b.
penyiapan koordinasi dan pengelolaan urusan keuangan;
c.
pelaksanaan analisis laporan hasil pengawasan dan
pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan;
d.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
e.
pelaksanaan urusan kepegawaian, tata usaha, dan rumah
tangga
2022, No.140
-35-
Pasal 114
Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 115
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
114 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Sekretariat Inspektorat Jenderal.
Bagian Keempat
Inspektorat Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial
Pasal 116
Inspektorat
Bidang
Perlindungan
dan
Jaminan
Sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 huruf b mempunyai
tugas
melaksanakan
penyusunan
kebijakan
teknis,
pelaksanaan pengawasan intern, dan penyusunan laporan
hasil
pengawasan
pada
lingkup
Direktorat
Jenderal
Perlindungan dan Jaminan Sosial.
Pasal 117
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 116, Inspektorat Bidang Perlindungan dan Jaminan
Sosial menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan
penyusunan
rencana
dan
program
pengawasan intern;
b.
penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengawasan
intern;
c.
penyiapan pengawasan intern terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, dan kegiatan pengawasan
lainnya;
2022, No.140
-36-
d.
penyiapan
pengawasan
untuk
tujuan
tertentu
atas
penugasan pimpinan;
e.
penyiapan penyusunan laporan hasil pengawasan;
f.
penyiapan pelaksanaan investigasi;
g.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
h.
pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat.
Pasal 118
Inspektorat Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial terdiri
atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 119
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
118 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Inspektorat Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial.
Bagian Kelima
Inspektorat Bidang Rehabilitasi Sosial
Pasal 120
Inspektorat Bidang Rehabilitasi Sosial sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 111 huruf c mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan
kebijakan
teknis,
pelaksanaan
pengawasan
intern, dan penyusunan laporan hasil pengawasan pada
lingkup Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
Pasal 121
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
120,
Inspektorat
menyelenggarakan fungsi:
Bidang
Rehabilitasi
Sosial
2022, No.140
-37-
a.
penyiapan
penyusunan
rencana
dan
program
pengawasan intern;
b.
penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengawasan
intern;
c.
penyiapan pengawasan intern terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, dan kegiatan pengawasan
lainnya;
d.
penyiapan
pengawasan
untuk
tujuan
tertentu
atas
penugasan pimpinan;
e.
penyiapan penyusunan laporan hasil pengawasan;
f.
penyiapan pelaksanaan investigasi;
g.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
h.
pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat.
Pasal 122
Inspektorat Bidang Rehabilitasi Sosial terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 123
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
122 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Inspektorat Bidang Rehabilitasi Sosial.
Bagian Keenam
Inspektorat Bidang Pemberdayaan Sosial
Pasal 124
Inspektorat
Bidang
Pemberdayaan
Sosial
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 111 huruf d mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan
pengawasan
intern
dan
penyusunan
laporan
hasil
2022, No.140
-38-
pengawasan pada lingkup Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Sosial.
Pasal 125
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
124,
Inspektorat
Bidang
Pemberdayaan
Sosial
menyelenggarakan fungsi:
a.
penyiapan
penyusunan
rencana
dan
program
pengawasan intern;
b.
penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengawasan
intern;
c.
penyiapan pengawasan intern terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, dan kegiatan pengawasan
lainnya;
d.
penyiapan
pengawasan
untuk
tujuan
tertentu
atas
penugasan Menteri;
e.
penyiapan penyusunan laporan hasil pengawasan;
f.
penyiapan pelaksanaan investigasi;
g.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
h.
pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat.
Pasal 126
Inspektorat Bidang Pemberdayaan Sosial terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 127
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
126 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Inspektorat Bidang Pemberdayaan Sosial.
2022, No.140
-39-
Bagian Ketujuh
Inspektorat Bidang Penunjang
Pasal 128
Inspektorat Bidang Penunjang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
111
penyusunan
huruf
e
mempunyai
kebijakan
teknis,
tugas
melaksanakan
pelaksanaan
pengawasan
intern dan penyusunan laporan hasil pengawasan pada
lingkup Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, dan Pusat.
Pasal 129
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 128, Inspektorat Bidang Penunjang menyelenggarakan
fungsi:
a.
penyiapan
penyusunan
rencana
dan
program
pengawasan intern;
b.
penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengawasan
intern;
c.
penyiapan pengawasan intern terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, dan kegiatan pengawasan
lainnya;
d.
penyiapan
pengawasan
untuk
tujuan
tertentu
atas
penugasan pimpinan;
e.
penyiapan penyusunan laporan hasil pengawasan;
f.
penyiapan pelaksanaan investigasi;
g.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
h.
pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat.
Pasal 130
Inspektorat Bidang Penunjang terdiri atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 131
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
130 huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
2022, No.140
-40-
dan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaporan
kinerja,
administrasi
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Inspektorat Bidang Penunjang.
BAB VIII
STAF AHLI
Pasal 132
(1)
Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri.
(2)
Dalam melaksanakan tugasnya, Staf Ahli sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
secara
administratif
dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.
Pasal 133
Staf Ahli terdiri atas:
a.
Staf Ahli Bidang Perubahan dan Dinamika Sosial;
b.
Staf Ahli Bidang Teknologi Kesejahteraan Sosial; dan
c.
Staf Ahli Bidang Aksesibilitas Sosial.
Pasal 134
(1)
Staf
Ahli
Bidang
sebagaimana
Perubahan
dimaksud
dalam
dan
Dinamika
Pasal
133
Sosial
huruf
a
mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu
strategis
kepada
Menteri
terkait
dengan
bidang
Kesejahteraan
Sosial
perubahan dan dinamika sosial.
(2)
Staf
Ahli
Bidang
sebagaimana
Teknologi
dimaksud
dalam
Pasal
133
huruf
b
mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap
isu strategis kepada Menteri terkait dengan bidang
teknologi kesejahteraan sosial.
(3)
Staf
Ahli
Bidang
Aksesibilitas
Sosial
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 133 huruf c mempunyai tugas
2022, No.140
-41-
memberikan rekomendasi terhadap isu strategis kepada
Menteri terkait dengan bidang aksesibilitas sosial.
BAB IX
PUSAT DATA DAN INFORMASI KESEJAHTERAAN SOSIAL
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 135
(1)
Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui
Sekretaris Jenderal.
(2)
Pusat
Data
dan
Informasi
Kesejahteraan
Sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh
seorang Kepala.
Pasal 136
Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 135 mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan
serta
diseminasi
data
dan
informasi
kesejahteraan sosial, pengelolaan, dan pengembangan sistem
dan teknologi informasi.
Pasal 137
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 136, Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial
menyelenggarakan fungsi:
a.
penyusunan kebijakan teknis dukungan substantif
pengelolaan dan diseminasi data serta pengelolaan
sistem dan teknologi informasi
b.
pelaksanaan tugas dukungan substantif pengelolaan
dan diseminasi data serta pengelolaan sistem dan
teknologi informasi;
c.
pelaksanaan verifikasi dan validasi data program Potensi
2022, No.140
-42-
dan
Sumber
Kesejahteraan
Sosial
dan
Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial;
d.
pemantauan, evaluasi dan pelaporan, dan
e.
pelaksanaan urusan ketatausahaan Pusat.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 138
Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial terdiri atas:
a.
Bagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 139
Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138
huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan
koordinasi
penyusunan
pelaporan
kinerja,
rencana,
program,
administrasi
anggaran,
kepegawaian,
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Pusat.
Pasal 140
Bagian Tata Usaha terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional.
BAB X
PUSAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN
PENGEMBANGAN PROFESI
Bagian Kesatu
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 141
(1)
Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
melalui Sekretaris Jenderal.
2022, No.140
-43-
(2)
Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh
seorang Kepala.
Pasal 142
Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 mempunyai tugas
melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan
profesi.
Pasal 143
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 142, Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan
Profesi menyelenggarakan fungsi:
a.
kebijakan
teknis
dukungan
substantif
di
bidang
pendidikan, pelatihan, dan pengembangan profesi;
b.
pelaksanaan
tugas
dukungan
substantif
di
bidang
pendidikan, pelatihan, dan pengembangan profesi;
c.
pelaksanaan penyuluhan sosial;
d.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
e.
pelaksanaan urusan tata usaha Pusat.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 144
Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi terdiri
atas:
a.
Bagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 145
Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144
huruf a mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan
koordinasi
penyusunan
pelaporan
kinerja,
rencana,
program,
administrasi
anggaran,
kepegawaian,
2022, No.140
-44-
ketatalaksanaan, administrasi keuangan, administrasi barang
milik negara, persuratan, kearsipan, serta kerumahtanggaan
Pusat.
Pasal 146
Bagian Tata Usaha terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional.
BAB XI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 147
Di lingkungan Kementerian Sosial dapat dibentuk jabatan
fungsional tertentu yang bertugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 148
(1)
Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal
147
mempunyai
tugas
memberikan
pelayanan teknis fungsional dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama sesuai
dengan bidang keahlian dan keterampilan.
(2)
Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Kelompok Jabatan Fungsional dapat bekerja
secara
individu
dan/atau
dalam
tim
kerja
untuk
mendukung pencapaian tujuan dan kinerja organisasi.
(3)
Pemberian
penugasan
kepada
Kelompok
Jabatan
Fungsional diatur oleh masing-masing Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama sesuai dengan kebutuhan dan beban
kerja serta permasalahan yang dihadapi.
(4)
Dalam
hal
kelompok,
pelaksanaan
pejabat
tugas
pimpinan
dikerjakan
tinggi
pratama
secara
dapat
mengangkat ketua kelompok kerja dan/atau anggota.
(5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan
penugasan Kelompok Jabatan Fungsional dilaksanakan
2022, No.140
-45-
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
Pasal 149
(1)
Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 147, terdiri atas berbagai jenis jabatan
fungsional
sesuai
dengan
bidang
keahliannya
yang
pengangkatannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2)
Jumlah
tenaga
sebagaimana
Kelompok
dimaksud
pada
Jabatan
Fungsional
ayat
ditentukan
(1)
berdasarkan atas analisis jabatan dan beban kerja.
(3)
Tugas, Jenis, dan jenjang Kelompok Jabatan Fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
yang
mengatur jabatan fungsional masing-masing.
Pasal 150
(1) Dalam hal diperlukan, di lingkungan Kementerian Sosial
dapat diangkat koordinator pelaksana fungsi sesuai
kebutuhan.
(2) Pengangkatan koordinator sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XII
UNIT PELAKSANA TEKNIS
Pasal 151
(1)
Di
lingkungan
Pelaksana
Kementerian
Teknis
sebagai
Sosial
dibentuk
Unit
pelaksana
tugas
teknis
operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang
tertentu sesuai dengan kebutuhan.
(2)
Pembentukan
Unit
Pelaksana
Teknis
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri setelah
mendapat
persetujuan
tertulis
dari
menteri
yang
2022, No.140
-46-
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan
di
bidang
aparatur negara.
BAB XIII
TATA KERJA
Pasal 152
Menteri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus
menerapkan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Pasal 153
(1)
Kementerian Sosial harus menyusun proses bisnis yang
menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dan
efisien antarunit di Kementerian Sosial.
(2)
Proses
bisnis
antarunit
organisasi
di
lingkungan
Kementerian Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 154
Menteri menyampaikan laporan kepada Presiden mengenai
hasil pelaksanaan tugas secara berkala atau sewaktu-waktu
sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 155
Kementerian Sosial harus menyusun analisis jabatan, peta
jabatan, analisis beban kerja, dan uraian tugas terhadap
seluruh jabatan di Kementerian Sosial.
Pasal 156
Setiap
unsur
di
lingkungan
Kementerian
Sosial
dalam
melaksanakan tugas harus menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi,
dan
sinkronisasi
baik
dalam
lingkungan
Kementerian Sosial maupun dalam hubungan antarinstansi
dan lembaga lain yang terkait.
2022, No.140
-47-
Pasal 157
Semua unsur di Kementerian Sosial harus menerapkan
prinsip sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan
masing-masing
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
Pasal 158
(1)
Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab
memimpin
dan
memberikan
mengoordinasikan
pengarahan
serta
bawahan
dan
petunjuk
bagi
pelaksanaan tugas sesuai dengan uraian tugas yang
telah ditetapkan.
(2)
Pengarahan dan petunjuk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus diikuti dan dipatuhi oleh bawahan secara
bertanggung jawab serta dilaporkan secara berkala
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
Pasal 159
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi
harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap unit
organisasi di bawahnya.
BAB XIV
JABATAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN
Pasal 160
(1)
Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, dan Inspektur
Jenderal merupakan Jabatan Pimpinan Tinggi Madya
atau Jabatan Struktural eselon I.a.
(2)
Staf Ahli merupakan Jabatan Pimpinan Tinggi Madya
atau Jabatan Struktural eselon I.b.
(3)
Kepala
Biro,
Direktur,
Sekretaris
Direktorat
Inspektorat
Jenderal
Inspektur,
Jenderal,
merupakan
Kepala
Pusat,
dan
Sekretaris
Jabatan
Pimpinan
Tinggi Pratama atau Jabatan Struktural eselon II.a.
2022, No.140
-48-
(4)
Kepala Bagian merupakan Jabatan Administrator atau
Jabatan Struktural eselon III.a.
(5)
Kepala Subbagian merupakan Jabatan Pengawas atau
Jabatan Struktural eselon IV.a
Pasal 161
(1)
Sekretaris
Jenderal,
Direktur
Jenderal,
Inspektur
Jenderal, dan Staf Ahli diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden atas usul Menteri, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2)
Pejabat pimpinan tinggi pratama atau setara dengan
pejabat struktural eselon II.a diangkat dan diberhentikan
oleh
Menteri,
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
(3)
Pejabat administrator atau pejabat struktural eselon III
ke bawah diangkat dan diberhentikan oleh Menteri atau
pejabat yang diberi pelimpahan wewenang oleh Menteri
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
(4)
Pejabat fungsional diangkat dan diberhentikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XV
PENDANAAN
Pasal 162
Pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan
fungsi
Kementerian
Sosial
bersumber
dari
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2022, No.140
-49-
BAB XVI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 163
(1)
Unit
organisasi
yang
menangani
fungsi
di
bidang
pengadaan barang/jasa pemerintah, karena sifat tugas
dan fungsinya melaksanakan tugas dan fungsi unit
layanan
pengadaan
barang/jasa
Pemerintah
di
lingkungan Kementerian Sosial.
(2)
Kepala Bagian yang menangani fungsi di bidang layanan
pengadaan barang/jasa pemerintah, karena sifat tugas
dan fungsinya menjadi kepala unit layanan pengadaan
barang/jasa
Pemerintah
di
lingkungan
Kementerian
Sosial.
(3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tanggung
jawab unit layanan pengadaan barang/jasa Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 164
(1)
Kepala Biro yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang
hubungan masyarakat, karena sifat tugas dan fungsinya
menjadi pejabat pengelola informasi dan dokumentasi
yang selanjutnya disebut PPID di lingkungan Kementerian
Sosial.
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tanggung
jawab pejabat pengelola informasi dan dokumentasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 165
Ketentuan mengenai uraian rincian tugas dan fungsi sebagai
penjabaran tugas dan fungsi dalam Peraturan Menteri ini
ditetapkan oleh Menteri.
2022, No.140
-50-
Pasal 166
Bagan organisasi Kementerian Sosial dan satuan organisasi di
bawah Kementerian Sosial sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 167
Perubahan atas susunan organisasi dan tata kerja dalam
Peraturan Menteri ini diatur dengan Peraturan Menteri setelah
mendapat
persetujuan
tertulis
dari
menteri
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur
negara.
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 168
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, seluruh
jabatan yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan di
Kementerian Sosial tetap melaksanakan tugas dan fungsinya
sampai dengan dibentuknya jabatan baru dan diangkat
pejabat baru berdasarkan Peraturan Menteri ini.
Pasal 169
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, peraturan
pelaksanaan dari Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
1517), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
2022, No.140
-51-
bertentangan dan/atau belum diubah atau diganti dengan
peraturan baru berdasarkan Peraturan Menteri ini.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 170
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1517), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 171
Peraturan
Menteri
diundangkan.
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
2022, No.140
-52-
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Februari 2022
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
ttd
TRI RISMAHARINI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 3 Februari 2022
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BENNY RIYANTO
-53-
2022, No.140
2022, No.140
-54-
-55-
2022, No.140
2022, No.140
-56-
-57-
2022, No.140
2022, No.140
-58-
-59-
2022, No.140
2022, No.140
-60-
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
Jl. Salemba Raya Nomor 28 Jakarta Pusat 10430
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
NOMOR 51 /4/HK.01/9/2022
TENTANG
PETUNJUK OPERASIONAL PENGELOLAAN SENTRA KREASI ATENSI
DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengelola sentra kreasi ATENSI yang
tertib, akuntabel, efektif, efisien perlu untuk membuat
petunjuk operasional pengelolaan Sentra Kreasi ATENSI;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur
Jenderal Rehabilitasi Sosial tentang Petunjuk Operasional
Pengelolaan Sentra Kreasi ATENSI;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4916);
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6245);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2020 tentang Tata
Cara Penetapan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 268, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6584);
6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Asistensi Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 1007);
7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2021 tentang
Besaran, Persyaratan, Dan Tata Cara Pengenaan Tarif Rp0,00
(Nol Rupiah) Pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1119);
8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di
Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 273);
-2MEMUTUSKAN :
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
KEENAM
: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL PENGELOLAAN SENTRA
KREASI ATENSI.
: Menetapkan petunjuk operasional pengelolaan sentra kreasi
ATENSI.
: Petunjuk operasional pengelolaan sentra kreasi ATENSI
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU sebagai acuan
bagi:
a. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial;
b. Unit pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial; dan
c. penerima manfaat.
dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan, implementasi,
supervisi, monitoring dan evaluasi pengelolaan sentra kreasi
ATENSI.
: Petunjuk operasional pengelolaan sentra kreasi ATENSI
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Direktur Jenderal ini.
: Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA terdiri
atas:
a. pendahuluan;
b. pelaksanaan sentra kreasi ATENSI;
c. model dan strategi pemberdayaan di sentra kreasi ATENSI;
d. pengendalian dan pelaporan; dan
e. penutup.
: Pelaksanaan Petunjuk operasional pengelolaan sentra kreasi
ATENSI dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
: Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak ditetapkan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 September 2022
DIREKTUR JENDERAL
REHABILITASI SOSIAL,
PEPEN NAZARUDDIN
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth:
1. Menteri Sosial.
2. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan.
3. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Sosial.
-3LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
REHABILITASI SOSIAL
NOMOR
/4/HK.01/9/2022
TENTANG
PETUNJUK OPERASIONAL
PENGELOLAAN SENTRA KREASI
ATENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 tahun 2021 tentang Asistensi
Rehabilitasi Sosial sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Sosial Nomor 7 tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Sosial Nomor 7 tahun 2021 tentang Asistensi Rehabilitasi Sosial, Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial melaksanakan program rehabilitasi sosial
melalui asistensi rehabilitasi sosial yang menggunakan pendekatan berbasis
keluarga, komunitas, dan/atau residensial melalui kegiatan dukungan
pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial dan/atau
pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial, terapi
mental spiritual, pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan
dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas.
Dalam pelaksanaan layanan rehabilitasi sosial, UPT di lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial memiliki Sentra Kreasi ATENSI
sebagai pusat pengembangan kewirausahaan dan vokasional serta media
promosi hasil karya penerima manfaat dalam satu kawasan terpadu yang
menghasilkan barang, uang dan jasa sebagai upaya refungsionalisasi,
pengembangan, dan pemberdayaan penerima manfaat (PM) agar mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Dalam rangka upaya memberikan layanan yang komprehensif dan
terstandar di Sentra Kreasi ATENSI, maka dipandang perlu adanya Petunjuk
operasional pengelolaan Sentra Kreasi ATENSI yang dapat dipedomani dan
dilaksanakan oleh seluruh UPT di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial.
B. Maksud dan Tujuan
Petunjuk operasional ini dimaksudkan sebagai panduan bagi
pelaksanaan layanan Sentra Kreasi ATENSI agar pengelolaannya
dilaksanakan secara tertib, akuntabel, efektif, efisien dan tepat sasaran.
Petunjuk operasional ini ditujukan bagi Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial dan UPT di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial yang mengelola Sentra Kreasi ATENSI.
C. Pengertian
Dalam Keputusan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan:
1. Asistensi Rehabilitasi Sosial yang selanjutnya disebut ATENSI adalah
layanan rehabilitasi sosial yang menggunakan pendekatan berbasis
keluarga, komunitas, dan/atau residensial melalui kegiatan dukungan
pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial dan/atau
pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial,
terapi mental spiritual, pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan,
bantuan sosial dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas.
-42. Sentra Kreasi ATENSI yang selanjutnya disebut SKA adalah pusat
pengembangan kewirausahaan dan vokasional serta media promosi hasil
karya penerima manfaat dalam satu kawasan terpadu.
3. Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial yang selanjutnya disebut UPT merupakan unit pelaksana teknis di
bidang rehabilitasi sosial yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial.
4. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disebut PNBP adalah
pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan
memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau
pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan
peraturan perundang-undangan, yang menjadi penerimaan pemerintah
pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam
mekanisme anggaran pendapatan dan belanja Negara.
5. Barang Milik Negara yang selanjutnya disebut BMN adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
6. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang
dalam mengelola dan menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas
dan fungsi instansi yang bersangkutan.
7. Pemanfaatan adalah pendayagunaan BMN yang tidak digunakan untuk
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga/satuan kerja
perangkat daerah dan/atau optimalisasi BMN dengan tidak mengubah
status kepemilikan.
-5BAB II
PELAKSANAAN SENTRA KREASI ATENSI
A. Pengertian
Sentra Kreasi ATENSI (SKA) merupakan pusat pengembangan
kewirausahaan dan vokasional serta media promosi hasil karya penerima
manfaat dalam satu kawasan terpadu yang menghasilkan barang, uang dan
jasa sebagai upaya refungsionalisasi, pengembangan, dan pemberdayaan
penerima manfaat agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
dalam kehidupan masyarakat.
B. Tujuan SKA
SKA bertujuan:
1. meningkatnya kemampuan kewirausahaan dan vokasional penerima
manfaat;
2. terciptanya lapangan pekerjaan bagi penerima manfaat;
3. meningkatnya taraf kemandirian sosial ekonomi penerima manfaat;
4. meningkatnya taraf kesejahteraan sosial penerima manfaat dari kelompok
termiskin/termarjinal/terlantar; dan
5. terciptanya tempat perbelanjaan dan rekreasi dalam satu kawasan yang
inklusif.
C. Kriteria, sasaran dan jangka waktu di SKA
1. Kriteria
Kriteria yang mendapatkan layanan di SKA adalah penerima manfaat
yang sedang mengikuti layanan rehabilitasi sosial di UPT Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial.
2. Sasaran
Sasaran SKA adalah:
a) Penerima Manfaat program Rehabilitasi Sosial
Seluruh penerima manfaat dalam program Rehabilitasi Sosial menjadi
sasaran dalam layanan di SKA.
b) Penerima Manfaat program perlindungan dan jaminan sosial
Penerima manfaat dalam program perlindungan dan jaminan sosial
menjadi sasaran dalam layanan SKA dapat berkontribusi dalam
memasarkan hasil barang dan jasa dari KPM PKH tersebut di SKA.
c) Penerima Manfaat program pemberdayaan sosial
Penerima manfaat dalam program pemberdayaan sosial menjadi
sasaran dalam layanan SKA dapat berkontribusi dalam memasarkan
hasil barang dan jasa di SKA.
3. Jangka waktu di SKA
Indikator yang dipakai untuk menentukan lama waktu penerima manfaat
di SKA adalah berdasarkan pendapatan penerima manfaat yang
bersumber dari hasil usaha ekonomi produktif yang nominalnya lebih
besar atau sama dengan upah minimum regional perbulan yang diperoleh
secara mandiri.
Tingkat kemandirian penerima manfaat dan keberlanjutan di SKA
tersebut dievaluasi oleh pekerja sosial dan tenaga profesional lainnya
melalui konferensi kasus setelah dilakukan supervisi pekerjaan sosial,
pendampingan manajemen usaha, pendampingan manajemen digital, dan
pendampingan manajemen pemasaran. Jika berdasarkan evaluasi
tersebut telah memenuhi persayaratan maka penerima manfaat dapat
diterminasi dengan diberikan bantuan modan usaha dari UPT atau dapat
-6dihubungkan dengan sumber lain untuk dapat mengakses bantuan
lainnya untuk pengembangan usahanya.
D. Sarana dan Prasarana SKA
Sarana dan Prasarana berupa gedung dan bangunan, peralatan dan
mesin yang digunakan dalam pelaksanaan SKA dapat, merupakan aset BMN
dari UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Sehubungan dengan
pelaksanaan SKA merupakan rangkaian layanan rehabilitasi sosial maka
BMN yang dipakai di SKA masuk kategori penggunaan BMN sehingga tidak
menjadi target PNBP umum. Sarana dan prasarana dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan kreatifitas penerima manfaat serta peluang
pasar, dan disediakan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial
penerima manfaat. Pemanfaatan sarana dan prasarana oleh selain penerima
manfaat di SKA masuk kategori pemanfaatan BMN dan akan diberlakukan
ketentuan sebagaimana mestinya.
Bantuan sarana yang diberikan kepada penerima manfaat dapat berupa
peralatan keterampilan, peralatan produksi, bahan, dan/atau perlengkapan
kerja, sedangkan prasarana diberikan berupa modal usaha, insentif,
pengembangan usaha, dan/atau akses lapangan kerja. Bantuan yang
diberikan didukung dengan Berita Acara Serah Terima (BAST), sehingga
setelah diserahterimakan, maka menjadi hak sepenuhnya penerima
bantuan, sehingga apabila menghasilkan berupa uang, barang, dan jasa
menjadi hak penerima manfaat dan dikenakan tarif penerimaan negara
bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Barang dan jasa yang dihasilkan oleh penerima manfaat, pemasarannya
dapat dilakukan melalui e-commerce.
E. Jenis – Jenis Kegiatan di SKA
Jenis kegiatan SKA adalah:
1. Agrowisata
Agrowisata adalah penggunaan lahan di lingkungan UPT antara lain:
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, tanaman hias, dan
tanaman pangan lainnya untuk menciptakan lingkungan yang asri dan
indah, pelestarian sumber daya alam, pemenuhan pangan mandiri, dan
pemberdayaan ekonomi penerima manfaat.
-72. Kuliner
Kuliner adalah aktivitas yang dilakukan oleh penerima manfaat yang
menyediakan jajanan makanan dan minuman.
3. Workshop
Workshop adalah wahana aktivitas penerima manfaat untuk
menciptakan suatu produk barang dan/atau jasa yang memiliki nilai
ekonomi yang dimulai dari proses pelatihan, magang kerja, produksi,
dan penjualan hasil produksi. Workshop dapat berupa aktivitas
perakitan alat bantu seperti kursi roda, kursi roda listrik, kursi roda
adaptif, tongkat pintar dan motor roda tiga modifikasi, atau bentukbentuk keterampilan lainnya seperti penjahitan, barista, jasa pijat,
otomotif, elektronik, pertukangan dan keterampilan lainnya sesuai
dengan hasil asesmen.
-84. Perdagangan
Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang dan/atau jasa
berdasarkan
kesepakatan
bersama
yang
menghasilkan
nilai
manfaat/keuntungan antara kedua belah pihak. Contohnya jual beli
barang-barang kebutuhan rumah tangga (klontong).
5. Handycraft
Handycraft adalah kegiatan seni yang menitik beratkan pada
keterampilan tangan dan mempunyai fungsi untuk mengolah bahan
baku yang sering ditemukan di sekitar lingkungan dan diolah menjadi
benda-benda yang bernilai dan bermanfaat, contohnya lampu gantung,
kerajinan enceng gondok, kerajinan kayu, dan lain-lain
-96. Karya seni
Karya seni adalah ciptaan artistik atau benda estetik antara lain berupa
seni rupa, seni musik, fotografi, seni murni (lukisan dan patung),
handycraft dan lain-lain.
7. Jasa
Jasa adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah interaksi
dengan konsumen atau dengan barang-barang milik tapi tidak memiliki
transfer kepemilikan antara lain jasa pijat, jasa cuci kendaraan, jasa
salon, jasa perbengkelan, jasa percetakan dan lain-lain.
- 10 8. Tata boga
Tata boga adalah aktivitas terkait dengan seni dalam menyiapkan,
memasak dan menghidangkan makanan siap saji.
9. Konveksi
Konveksi adalah aktivitas usaha memproduksi baju atau pakaian yang
dibuat secara massal diantaranya pakaian jadi seperti Polo, Shirt,
kemeja, celana.
- 11 10. Pelatihan
Pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan
kapasitas penerima manfaat melalui rangkaian kegiatan identifikasi,
pengkajian dan proses belajar yang terencana.
11. Rekreasi
Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali
jasmani dan rohani seseorang
- 12 12. Olahraga
Olahraga adalah aktifitas untuk melatih tubuh seseorang tidak hanya
jasmani tetapi juga rohani
13. Daur ulang sampah
Daur ulang sampah adalah proses untuk menjadikan suatu barang
bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah
yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai
ekonomi.
- 13 14. Jasa ruang kerja (co-working place);
Jasa ruang kerja adalah sebuah ruang kerja baru dimana kita bekerja
bersamaan dengan orang lain dari perusahaan yang berbeda di tempat
yang sama.
15. Ruang pameran (showroom)
Ruang Pameran adalah tempat yang terlingkung oleh bidang dan
digunakan sebagai sarana penyajian karya untuk dikomunikasikan
sehingga dapat diapresiasikan oleh masyarakat luas.
F. Tahapan Pelaksanaan Sentra Kreasi ATENSI
Pelaksanaan SKA melalui tahapan sebagai berikut:
1. Fasilitasi Akses Layanan
Fasilitas Akses SKA adalah tahapan awal untuk mendapatkan
layanan SKA bagi calon penerima manfaat.
Fasilitasi Akses dapat berasal dari:
a) Referral atau rujukan dari perorangan, atau dari lembaga seperti
rumah sakit, puskesmas, Dinas Sosial, LKS dan rujukan dari instansi
Pemerintah lainnya.
b) Laporan pengaduan dari layanan hotline, command center, media
sosial atau keluarga yang secara langsung datang sendiri
c) Penjangkauan kasus yang bersumber dari pekerja sosial, Tim Reaksi
Cepat, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, Pekerja Sosial
Masyarakat, dan pendamping sosial lainnya.
- 14 2. Pendekatan awal dan kesepakatan bersama
a) Pendekatan awal
Pendekatan awal merupakan tahapan membangun kedekatan dan
kepercayaan antara calon penerima manfaat dengan pekerja
sosial/pendamping sosial sehingga terjadi kesepakatan layanan.
b) Kesepakatan Bersama
Kesepakatan bersama merupakan persetujuan antara calon penerima
manfaat dengan pekerja sosial untuk melanjutkan program layanan.
Kesepakatan bersama berupa persetujuan kontrak layanan (informed
consent). Kesepakatan ini diperlukan untuk memastikan kepastian
layanan guna melindungi calon penerima manfaat dari tindakan
malpraktik serta melindungi pekerja sosial dari konsekuensi hukum
akibat dari layanan yang diberikan.
3. Asesmen komprehensif
Asesmen merupakan upaya untuk mengumpulkan informasi secara
menyeluruh dan mendalam dari berbagai aspek dan dilakukan oleh
berbagai ahli dibidangnya serta merupakan bentuk keberlanjutan dari
pendekatan awal. Hasil asesmen komprehensif tersebut dapat
mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan dari calon penerima manfaat
sehingga membantu dirinya untuk kembali berfungsi sosial secara wajar.
Dukungan ATENSI dalam layanan rehabilitasi sosial bagi penerima
manfaat dapat diberikan melalui layanan langsung dalam bentuk
pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan. Kegiatan ini
dilakukan melalui layanan SKA.
4. Perencanaan layanan sosial
a) Perencanaan layanan sosial dilakukan dengan pemetaan terhadap
sistem sumber yang diawali dengan proses identifikasi orang, lembaga,
komunitas yang dapat menjadi sistem sumber bagi pelaksanaan SKA
antara lain tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Kesejahteraan
Sosial, Lembaga pendidikan, Lembaga kesehatan, Lembaga
keterampilan dan lain-lain. Setelah diidentifikasi, selanjutnya
dilakukan pemetaan untuk melihat urgensi setiap sistem sumber
terhadap pemenuhan kebutuhan penerima manfaat di SKA.
b) Penyusunan rencana layanan sosial dilakukan berdasarkan hasil
asesmen dengan mempertimbangkan masalah, potensi penerima
manfaat dan sistem sumber yang tersedia. Pada proses ini harus
melibatkan partisipasi aktif dari penerima manfaat.
c) Penetapan rencana layanan dilakukan melalui temu bahas rencana
layanan untuk menetapkan intervensi yang akan dilakukan.
5. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah
disepakati bersama oleh penerima manfaat dan pekerja sosial. Kegiatan
dalam SKA dilakukan dengan melibatkan:
a) supervisi pekerjaan sosial;
b) pendampingan manajemen usaha;
c) pendampingan manajemen pemasaran; dan/atau
d) pedampingan digital.
6. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring merupakan salah satu bentuk pengendalian yang
dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan SKA sehingga akan
diperoleh gambaran tentang perkembangan penerima manfaat dalam
- 15 melaksanakan rangkaian kegiatan di SKA untuk mencapai keberfungsian
sosial secara wajar.
Evaluasi
dilakukan
untuk
menganalisa,
menilai,
dan
menyimpulkan suatu proses SKA yang telah dilakukan dengan
memperhatikan pencapaian indikator keberhasilan, faktor pendukung
atau penghambat Proses penyelenggaraan SKA.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan berdasarkan indikator
kinerja yang meliputi masukan, proses, keluaran, manfaat dan dampak.
7. Pasca layanan dan terminasi
Pasca layanan merupakan layanan lanjutan yang diberikan kepada
penerima manfaat setelah selesai mendapatkan layanan SKA. Layanan
lanjutan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan penerima
manfaat dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan
sosialnya.
Terminasi merupakan proses pengakhiran rangkaian program SKA
dimana terjadi pemutusan layanan antara penerima manfaat dan
penyedia layanan.
G. Konsep, Model dan Stretegi Pemberdayaan SKA
SKA merupakan pusat pengembangan kewirausahaan dan vokasional serta
media promosi hasil karya penerima manfaat dalam satu kawasan terpadu
yang menghasilkan barang, uang dan jasa sebagai upaya refungsionalisasi,
pengembangan, dan pemberdayaan penerima manfaat agar mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Model pemberdayaan yang diterapkan di SKA yaitu:
a. Model integratif, yaitu dimana SKA merupakan program lanjutan bagi
penerima manfaat UPT dan kepada KPM penerima PKH, dan program
lainnya secara terintegrasi dapat berkolaborasi dengan memanfaatkan
media SKA untuk pemasaran hasil produksi dalam bentuk barang
maupun jasa.
b. Model Adaptif, yaitu SKA memberikan kesempatan kepada penerima
manfaat secara adaptif, artinya memberikan kesempatan pengembangan
jenis kewirausahaan yang disesuaikan dengan permasalahan,
kebutuhan dan kemampuan penerima manfaat.
Ada 2 (dua) metode yang diterapkan dalam proses peningkatan
pemberdayaan penerima manfaat SKA, yang meliputi metode
pendampingan sosial dan metode inkubasi bisnis. Kedua model dan
metode pemberdayaan ini dapat saling mendukung dan bersinergi dalam
proses peningkatan pemberdayaan penerima manfaat dimaksud yang
pada akhirnya dapat mempercepat peningkatan pendapatan sehingga
mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan.
Strategi pemberdayaan SKA merupakan pendekatan secara
keseluruhan, yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan
dan aktivitas SKA. Strategi SKA mengacu pada tujuan utamanya yaitu
meningkatkan kemampuan/ability, akses/accessibility, dan aset penerima
manfaat guna mewujudkan kesejahteraan penerima manfaat yang memiliki
rintisan usaha, yang diwujudkan dalam 3 (tiga) bentuk kegiatan yaitu:
a. Peningkatan kapasitas melalui inkubasi dan mentoring bisnis, yang
diarahkan antara lain pada peningkatan kemampuan literasi keuangan,
mempercepat pertumbuhan/pengembangan usaha, perijinan usaha,
jaringan produksi dan pemasaran.
b. Pendampingan sosial dimaksudkan untuk memperkuat modal sosial,
mengatasi hambatan-hambatan sosial yang ada, peningkatan performa
dan kepercayaan diri penerima manfaat.
- 16 c. Pengembangan bina usaha yang diarahkan untuk belanja kebutuhan
produksi, melakukan pemasaran dan promosi bisnis, atau aktivitas bisnis
lainnya yang nantinya bisa menghasilkan profit selama berbisnis.
Pada akhirnya kegiatan SKA mampu menjadikan penerima manfaat
dengan memenuhi syarat untuk memperoleh kredit bank (bankable) dan
memiliki skill-set yang dibutuhkan untuk menjadi seorang wirausahawan
dengan Output SKA adalah:
a. Financial Inclusion, penerima manfaat yang memiliki rintisan usaha
memiliki akses ke perbankan yang diinisiasi dengan pemberian modal
usaha yang disimpan dalam buku tabungan.
b. Asset Management, penerima manfaat yang memiliki rintisan usaha
memilki kemampuan mengelola uang tabungan sebagai modal usaha
yang stabil dan bahkan terus meningkat.
c. Sustainable Livelihood, penerima manfaat yang memiliki rintisan usaha
memiliki pendapatan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pokok.
d. Social Capital and Network, penerima manfaat yang memiliki rintisan
usaha memiliki kemampuan berinteraksi dengan penerima manfaat
lainnya, mentor bisnis, pendamping sosial dan stakeholder lainnya.
Melalui pelaksanaan SKA, penerima manfaat yang memiliki rintisan
usaha diberikan akses pada program lain lintas Kementerian/Lembaga. Hal
ini untuk memastikan ketuntasan dalam penanganan kemiskinan termasuk
memberikan kesempatan pada penerima manfaat yang memiliki rintisan
usaha untuk maju dan memiliki usaha yang lebih besar.
- 17 BAB III
PENGENDALIAN DAN PELAPORAN
A. PENGENDALIAN
Pengendalian dilakukan agar tujuan yang telah direncanakan dapat
dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun tujuan
yang ingin dicapai. Pengendalian dilakukan dalam bentuk kegiatan:
1. Supervisi
a) Supervisi merupakan kegiatan pembinaan kepada pelaksana
kegiatan yang dilakukan untuk mengarahkan, membimbing, dan
memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan SKA mulai
dari awal hingga akhir kegiatan.
b) Supervisi bertujuan:
1) memastikan kualitas dan mutu serta tercapainya tujuan dan
kegiatan.
2) memperbaiki kegiatan SKA yang sedang dilaksanakan.
3) mengurangi atau memperkecil terjadinya kesalahan atau
kekeliruan pengorganisasi kegiatan.
4) mengoptimalkan pencapaian tujuan pelaksanaan kegiatan SKA
yang mengacu pada pedoman pelaksanaan SKA.
c) Supervisi dilakukan secara langsung dan berjenjang oleh Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial dan UPT.
2. Pemantauan
a) Pemantauan merupakan aktivitas mengamati perkembangan
pelaksanaan kegiatan SKA secara periodik yang dapat dilakukan
secara langsung maupun berjenjang oleh semua unsur yang terkait.
b) Pemantauan dilaksanakan sebagai upaya untuk mengetahui
perkembangan SKA. Ruang Iingkup pemantauan SKA secara umum
dilaksanakan pada variabel yaitu input, proses, dan output.
c) Tujuan pemantauan:
1) Memastikan dan mengendalikan proses pelaksanaan kegiatan
agar sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan; dan
2) Mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dalam
pelaksanaan kegiatan.
d) Pemantauan dilaksanakan secara langsung dan berjenjang oleh
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan UPT.
3. Evaluasi
a) Evaluasi merupakan upaya untuk menilai hasil dari setiap tahap
pelaksanaan kegiatan SKA.
b) Tujuan evaluasi:
1) mengindetifikasi tingkat pencapaian tujuan;
2) mengetahui dan menganalisa permasalahan yang menghambat
dan mendukung pencapaian tujuan program; dan
3) memberikan masukan kepada pelaksana program terkait
perbaikan dalam upaya perencanaan dan pelaksanaan program.
c) Evaluasi dilaksanakan secara langsung oleh Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan
oleh UPT dilaksanakan sesuai kebutuhan.
B. Pelaporan
Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas proses dan hasil
pelaksanaan kegiatan dalam bentuk data dan informasi secara lisan maupun
tertulis yang disampaikan secara berjenjang. Pelaporan bertujuan untuk
menyajikan informasi perkembangan pelaksanaan kegiatan dalam
pencapaian tujuan akhir dan sebagai bahan masukan untuk perbaikan
- 18 program pada tahun mendatang. Pelaporan pengelolaan SKA disusun oleh
UPT yang meliputi:
1. Pelaporan SKA melalui aplikasi SIMPONI
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 tahun 2021 tentang
besaran, persyaratan, dan tata cara pengenaan tariff Rp, 0,00 (nol rupiah)
pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial bahwa hasil penjualan
barang dan jasa di SKA termasuk dalam pengenaan tarif Rp, 0,00 (nol
rupiah). Selanjutnya Kementerian Keuangan melalui Direktorat PNBP
mewajibkan membuat laporan PNBP Rp, 0,00 (nol rupiah) melalui aplikasi
SIMPONI. Adapun cara pelaporan melalui aplikasi SIMPONI adalah
sebagai berikut:
a. Buka halaman www.simponi.kemenkeu.go.id
b. Masukan nama pengguna dan kata sandi dari masing-masing UPT
Caranya : Klik Billing >> Kementerian/Lembaga >> Pembuatan Billing
KL (Tarif 0), seperti gambar di bawah ini :
- 19 c. Membuat billing tarif Rp, 0,00 (nol rupiah)
1) Kolom Wajib Bayar diisi Jumlah Penerima Manfaat dalam satu jenis
SKA, contoh “8 Penerima Manfaat”
2) Kolom Jenis Penerimaan diisi dengan check list sesuai jenis
penerimaan sesuai jenis usaha di SKA seperti gambar di bawah ini
3) Volume : diisi jumlah total omzet sesuai yang diterima Penerima
Manfaat setiap bulannya dalam Rupiah, contoh “2.000.000”
4) Keterangan diisi dengan periode pelaporan dengan format
bulan/tahun, contoh “Januari 2022”.
5) Apabila lebih dari satu jenis usaha SKA, dapat menggunakan opsi
tambah baris seperti gambar dibawah ini
- 20 -
d. Klik simpan.
e. Petugas Pengelola PNBP wajib menyampaikan laporan PNBP tarif
Rp0,00 (nol rupiah) ke Sekretariat Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial paling lambat tanggal 6 (enam) bulan berikutnya dan
melampirkan dokumen pendukung seperti Berita Acara Serah Terima
(BAST) penyerahan bantuan, dokumentasi penerima manfaat
melakukan layanan SKA, dan e-billing Simponi. Adapun format BAST
adalah sebagai berikut:
BERITA ACARA SERAH TERIMA PEMBERIAN BANTUAN ATENSI
Nomor :
Pada Hari ini Rabu , Tanggal ………………………………………………………………. , Kami yang
bertanda-tangan di bawah ini:
1. Nama
:
NIP
:
Jabatan
: Pejabat Pembuat Komitmen
Alamat
:
Selanjutnya disebut PIHAK KESATU
2. Nama
: Nama Penerima Manfaat
Tempat, Tanggal lahir :
Jenis Kelamin
:
Alamat
:
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK KESATU menyerahkan Barang bantuan ATENSI sebagai pemenuhan kebutuhan kepada
PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menerima dari PIHAK KESATU dalam keadaan baik
dan lengkap, sesuai dengan rincian yang terlampir
Selanjutnya PIHAK KEDUA menggunakan barang tersebut dengan baik dan benar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :
Pada Tanggal :
PIHAK KEDUA,
PIHAK KESATU,
Pejabat Pembuat Komitmen,
(……………………)
NIP.
Mengetahui,
Kuasa Pengguna Anggaran,
NIP.
- 21 Rincian bantuan:
No Jenis Barang
Kuantitas
Harga Satuan
Jumlah
TOTAL
PIHAK KEDUA,
PIHAK KESATU,
Pejabat Pembuat Komitmen,
(………………………)
NIP.
Mengetahui,
Kuasa Pengguna Anggaran,
NIP.
2. Pelaporan perkembangan SKA
a. Aset BMN
Barang Milik Negara adalah barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah yang digunakan untuk proses
penyelenggaraan SKA. BMN ini tidak dimasukan dalam laporan
perkembangan usaha SKA dan tidak diserahterimakan kepada
penerima manfaat, seperti gedung/bangunan, tanah, dan/atau
peratalan dan mesin.
- 22 b. Modal usaha Penerima Manfaat
Modal usaha SKA adalah bantuan ATENSI dari UPT berupa barang
atau uang yang diserahterimakan kepada penerima manfaat dengan
dilengkapi Berita Acara Serah Terima (BAST) antara pemberi dengan
penerima dan digunakan untuk membuka usaha di SKA. Modal usaha
dalam bentuk barang antara lain peralatan, mesin dan bahan-bahan
(tidak termasuk barang yang tercatat dalam daftar asset BMN UPT).
c. Omzet SKA
Omzet adalah jumlah pendapatan/penjualan dalam waktu
tertentu dari semua aktifitas penjualan barang/jasa penerima manfaat
di SKA, misalnya per bulan, semester atau tahunan.
d. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh
Penerima Manfaat dalam proses penyelenggaraan SKA, antara lain
transport, pembelian bahan, alat tulis kantor, dan perlengkapan
lainnya (tidak termasuk pembayaran listrik dan air).
e. Perhitungan Laba/Rugi
Laba adalah selisih lebih antara omzet penjualan yang lebih besar
dari modal usaha dan biaya operasional. Rugi adalah pengeluaran atau
biaya operasional yang lebih besar dibandingkan dengan omzet yang
diterima.
Pengelola/Kelompok
Kerja
SKA
dalam
membuat
laporan
perkembangan SKA harus memisahkan antara aset BMN, modal usaha,
omzet/penjualan dan biaya operasional sehingga lebih jelas dalam
menghitung perkembangan SKA.
Laporan perkembangan SKA dibuat 4 (empat) jenis yang terdiri dari:
a. Daftar Aset BMN
Daftar aset BMN SKA menggunakan format dibawah ini:
DAFTAR ASET BMN
DI SENTRA
NO
JENIS USAHA
JENIS ASET BMN
RP
KET
Mengetahui
Kepala Sentra
Nama
NIP.
- 23 Petunjuk Pengisian :
1) Jenis usaha diisi dengan kategori jenis usaha di SKA seperti,
kuliner, agrowisata, handycraft, dsb.
2) Jenis Aset BMN diisi dengan nama BMN yang digunakan untuk
memfasilitasi kegiatan usaha di SKA tersebut seperti, gedung,
kulkas, kompor, dsb.
3) Ket diisi dengan penjelasan tambahan jika dibutuhkan
b. Pembukuan harian SKA
Pembukuan harian SKA menggunakan format dibawah ini:
Satker
Jenis Usaha
Bulan
NO
PEMBUKUAN HARIAN SENTRA KREASI ATENSI (SKA)
: ….............
: ….............
: …............
TANGGAL
DESKRIPSI
KREDIT
DEBIT
SALDO
1
-
-
-
2
-
-
-
3
-
-
-
4
-
-
-
5
-
-
-
-
-
-
JUMLAH
Pokja SKA
Penerima Manfaat
…................
…....................
Petunjuk Pengisian :
1) Satker diisi dengan Nama Satker
2) Jenis Usaha diisi dengan usaha yang dilakukan oleh Penerima
Manfaat,
3) Bulan diisi dengan bulan periode pelaporan
4) Deskripsi diisi dengan keterangan transaksi yang terjadi sesuai
dengan tanggal tersebut
c. Laporan perkembangan per jenis usaha di SKA
Laporan perkembangan per jenis usaha menggunakan format dibawah
ini:
- 24 -
LAPORAN SENTRA KREASI ATENSI
Satker
: ….............
Jenis Usaha : ….....................
Bulan
: …........................
NO
A
DESKRIPSI
JUMLAH
MODAL ((Non Aset BMN Satker)
1
-
Peralatan
-
2
-
B
OMSET/PENDAPATAN
1
-
Penjualan
-
2
-
C
PENGELUARAN
-
1
Bahan
-
2
Transport
-
D
LABA RUGI
1
Laba Bruto (Omzet - Modal)
-
2
Laba Bersih (Laba Bruto - Pengeluaran)
-
Pokja SKA
Penerima Manfaat
…................
…....................
Petunjuk Pengisian :
1) Modal diisi dengan barang atau uang dalam nominal Rupiah yang
diserahterimakan dan dikelola oleh Penerima Manfaat seperti, bibit
tanaman, bibit ternak dsb
2) Omzet diisi dengan jumlah pendapatan di satu periode bulan dalam
nominal rupiah
3) Pengeluaran diisi dengan biaya-biaya dalam nominal rupiah yang
digunakan oleh Penerima Manfaat yang dikeluarkan secara
langsung untuk menunjang kegiatan Penerima Manfaat di SKA
4) Laba/Rugi diisi dengan nominal rupiah dan didapat dari omzet
dikurangi dengan biaya operasional.
- 25 d. Laporan perkembangan per jenis usaha di SKA
LAPORAN SENTRA KREASI ATENSI
Satker
Bulan
: ….....................
: …........................
NO
A
B
C
D
DESKRIPSI
JUMLAH
MODAL (Non Aset BMN Satker)
-
1
Agrowisata
-
2
Kuliner
-
OMSET/PENDAPATAN
-
1
HandyCraft
-
2
Rekreasi
-
PENGELUARAN
-
1
Tata Boga
-
2
Kuliner
-
LABA RUGI
1
Laba Bruto (Omzet - Modal)
-
2
Laba Bersih (Laba Bruto - Pengeluaran)
-
Kepala Satker
Pokja SKA
….....................
….......................
Petunjuk Pengisian:
1) Modal diisi dengan total barang atau uang dalam nominal Rupiah
yang diserahterimakan dan dikelola oleh Penerima Manfaat di satu
jenis SKA tersebut
2) Omzet diisi dengan jumlah total pendapatan di satu periode bulan
dalam nominal rupiah di satu jenis SKA tersebut
3) Pengeluaran diisi dengan total biaya-biaya dalam nominal rupiah
yang digunakan oleh Penerima Manfaat yang dikeluarkan secara
langsung untuk menunjang kegiatan Penerima Manfaat di SKA di
satu jenis SKA tersebut
4) Laba/Rugi diisi dengan nominal rupiah dan didapat dari omzet
dikurangi dengan biaya operasional.
- 26 BAB IV
PENUTUP
Pedoman operasional ini sebagai acuan pelaksanaan SKA sehingga perlu
disosialisasikan kepada semua kalangan termasuk Kementerian/Lembaga, dan
lembaga terkait lainnya baik di pusat maupun di daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota. Melalui penetapan pedoman operasional ini, Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial mengharapkan Sentra Kreasi ATENSI semakin
berkembang baik secara kuantitas dan kualitas serta meningkatnya
keberhasilan penerima manfaat dalam mencapai keberfungsian sosialnya.
Kami harapkan pedoman operasional ini dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi dasar pengembangan program
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
DIREKTUR JENDERAL
REHABILITASI SOSIAL,
PEPEN NAZARUDDIN
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.273, 2022
KEMENSOS. OTK. UPT. Lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial. Pencabutan.
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2022
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS
DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a.
bahwa untuk optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi
unit pelaksana teknis, perlu dilakukan penataan unit
pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial;
b.
bahwa penataan unit pelaksana teknis di lingkungan
Direktorat
Jenderal
Rehabilitasi
Sosial
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, telah mendapat persetujuan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi
Nomor
B/114/M.KT.01/2022
tanggal
31
Januari 2022 dan Nomor B/211/M.KT.01/2022 tanggal
7 Maret 2022;
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Sosial tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial;
2022, No.273
Mengingat
-2-
: 1.
Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2.
Undang-Undang
Kementerian
Nomor
Negara
39
Tahun
(Lembaran
2008
Negara
tentang
Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3.
Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2021 tentang
Kementerian
Sosial
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 270);
4.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi
Birokrasi
Nomor
PER/18/M.PAN/11/2008
tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis
Kementerian dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian;
5.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 140);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG ORGANISASI DAN
TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL.
BAB I
KEDUDUKAN
Pasal 1
(1)
Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi
Sosial
yang
selanjutnya
disebut
UPT
merupakan unit pelaksana teknis di bidang rehabilitasi
sosial yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial.
(2)
UPT sebagaimana
dimaksud
pada
melaksanakan
tugas,
secara
dikoordinasikan
oleh
Sekretaris
Rehabilitasi
Sosial
dan
ayat
teknis
secara
(1),
dalam
administratif
Direktorat
Jenderal
teknis
fungsional
dikoordinasikan oleh Direktur di lingkungan Direktorat
2022, No.273
-3-
Jenderal
Rehabilitasi
Sosial
sesuai
dengan
bidang
tugasnya.
(3)
UPT dipimpin oleh seorang Kepala.
Pasal 2
UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial,
terdiri atas:
a.
Sentra Terpadu; dan
b.
Sentra.
BAB II
TUGAS, FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI
Bagian Kesatu
Sentra Terpadu
Pasal 3
Sentra Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a
mempunyai tugas melaksanakan asistensi rehabilitasi sosial.
Pasal 4
(1)
Dalam
melaksanakan
tugas
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 3 Sentra Terpadu menyelenggarakan fungsi:
a.
penyusunan
rencana
program,
evaluasi,
dan
pelaporan;
b.
pelaksanaan fasilitasi akses;
c.
pelaksanaan asesmen;
d.
pelaksanaan layanan asistensi rehabilitasi sosial;
e.
pelaksanaan
monitoring
dan
evaluasi
layanan
asistensi rehabilitasi sosial;
f.
pelaksanaan terminasi dan pascalayanan asistensi
rehabilitasi sosial;
(2)
g.
pengelolaan data dan informasi; dan
h.
pelaksanaan urusan tata usaha.
Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), UPT menyelenggarakan fungsi layanan
sementara lain sesuai dengan penugasan Menteri.
2022, No.273
-4-
Pasal 5
Struktur Organisasi Sentra Terpadu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 terdiri atas:
a.
Bagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 6
Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf
a
mempunyai
tugas
melaksanakan
penyusunan
rencana program dan anggaran, pelaksanaan urusan tata
persuratan,
kepegawaian,
keuangan,
ketatalaksanaan,
hubungan masyarakat, perlengkapan dan kerumahtanggaan,
serta evaluasi dan pelaporan.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi;
a.
penyusunan rencana, program, dan anggaran;
b.
pelaksanaan urusan kepegawaian;
c.
pelaksanaan urusan keuangan;
d.
pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana;
e.
pelaksanaan urusan hubungan masyarakat;
f.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
g.
pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan.
Bagian Kedua
Sentra
Pasal 8
Sentra sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
mempunyai tugas melaksanakan asistensi rehabilitasi sosial.
Pasal 9
(1)
Dalam
melaksanakan
tugas
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 8, Sentra menyelenggarakan fungsi:
a.
penyusunan rencana, program, dan anggaran;
b.
pelaksanaan fasilitasi akses;
2022, No.273
-5-
c.
pelaksanaan asesmen;
d.
pelaksanaan layanan asistensi rehabilitasi sosial;
e.
pelaksanaan
monitoring
dan
evaluasi
layanan
asistensi rehabilitasi sosial;
f.
pelaksanaan terminasi layanan asistensi rehabiltasi
sosial;
(2)
g.
pemetaan data dan informasi;
h.
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
i.
pelaksanaan urusan tata usaha.
Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), UPT menyelenggarakan fungsi layanan
sementara lain sesuai dengan penugasan Menteri.
Pasal 10
Struktur Sentra sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 terdiri
atas:
a.
Subbagian Tata Usaha; dan
b.
Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 11
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 huruf a mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
rencana program dan anggaran, pelaksanaan urusan tata
persuratan, kepegawaian, keuangan, hubungan masyarakat,
perlengkapan
dan
rumah
tangga,
serta
evaluasi
dan
pelaporan.
BAB III
INSTALASI
Pasal 12
(1)
Instalasi merupakan unit nonstruktural yang dipimpin
oleh seorang koordinator yang ditunjuk oleh Kepala UPT.
(2)
Instalasi merupakan fasilitas penunjang penyelenggaraan
operasional teknis dan pengembangan rehabilitasi sosial
berupa terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental
2022, No.273
-6-
spiritual, sentra kreasi asistensi rehabilitasi sosial, dan
instalasi lainnya.
(3)
Dalam melaksanakan tugasnya, koordinator instalasi
dibantu
oleh
Kelompok
Jabatan
ditunjuk
oleh
koordinator
instalasi
Fungsional
yang
terkait
setelah
mendapat persetujuan Kepala UPT.
(4)
Jumlah dan jenis instalasi ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan.
BAB IV
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 13
Di lingkungan UPT dapat ditetapkan jabatan fungsional
sesuai dengan kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 14
(1)
Kelompok
Jabatan
Fungsional
mempunyai
tugas
memberikan pelayanan fungsional dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi Kepala UPT sesuai dengan bidang
keahlian dan keterampilan.
(2)
Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Kelompok Jabatan Fungsional dapat bekerja
secara
individu
dan/atau
dalam
tim
kerja
untuk
mendukung pencapaian tujuan dan kinerja organisasi.
(3)
Pemberian
penugasan
kepada
Kelompok
Jabatan
Fungsional diatur oleh Kepala UPT sesuai dengan
kebutuhan dan beban kerja serta permasalahan yang
dihadapi.
(4)
Dalam
hal
kelompok,
pelaksanaan
Kepala
UPT
tugas
dikerjakan
secara
dapat
mengangkat
ketua
kelompok kerja dan/atau anggota.
(5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan
penugasan Kelompok Jabatan Fungsional dilaksanakan
sesuai
dengan
undangan.
ketentuan
peraturan
perundang-
2022, No.273
-7-
Pasal 15
(1)
Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14, terdiri atas berbagai jenis jabatan
fungsional sesuai dengan
bidang keahliannya
yang
pengangkatannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2)
Jumlah
Kelompok Jabatan
dimaksud
pada
ayat
(1)
Fungsional sebagaimana
ditentukan
berdasarkan
kebutuhan yang didasarkan atas analisis jabatan dan
beban kerja.
(3)
Tugas, jenis, dan jenjang Kelompok Jabatan Fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
yang
mengatur jabatan fungsional masing-masing.
BAB V
TATA KERJA
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, UPT harus menyusun
proses bisnis yang menggambarkan tata hubungan kerja yang
efektif dan efisien antarunit kerja di lingkungan UPT.
Pasal 17
Dalam menyelenggarakan fungsi layanan sementara lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 9
ayat (2), Menteri menyusun mekanisme dan proses bisnis
antarunit kerja terkait di lingkungan Kementerian Sosial.
Pasal 18
UPT harus menyusun analisis jabatan, peta jabatan, analisis
beban kerja, dan uraian tugas terhadap seluruh jabatan di
lingkungan UPT.
2022, No.273
-8-
Pasal 19
Setiap
unsur
di
lingkungan
UPT
dalam
melaksanakan
tugasnya harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun
dengan instansi lain di luar UPT sesuai dengan tugas dan
kewenangan masing-masing.
Pasal 20
Setiap unsur di lingkungan UPT harus menerapkan sistem
pengendalian intern pemerintah di lingkungan masing-masing
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 21
(1)
Setiap
pimpinan
bertanggung
unit
jawab
kerja
dalam
memimpin
dan
lingkungan
UPT
mengoordinasikan
bawahan masing-masing dan memberikan pengarahan
serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.
(2)
Pengarahan dan petunjuk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus diikuti dan dipatuhi oleh bawahan secara
bertanggung jawab serta dilaporkan secara berkala sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit kerja harus
melakukan
pembinaan
dan
pengawasan
terhadap
unit
organisasi di bawahnya.
BAB VI
LOKASI
Pasal 23
(1)
UPT Sentra Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 huruf a terdiri atas:
a.
Sentra Terpadu “Inten Suweno” di Bogor;
b.
Sentra Terpadu “Pangudi Luhur” di Bekasi;
c.
Sentra Terpadu “Prof. Dr. Soeharso” di Surakarta;
dan
2022, No.273
-9-
d.
(2)
Sentra Terpadu “Kartini” di Temanggung.
UPT Sentra sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf
b terdiri atas:
a.
Sentra “Handayani” di Jakarta;
b.
Sentra “Mulya Jaya” di Jakarta;
c.
Sentra “Efata” di Kupang;
d.
Sentra “Phalamartha” di Sukabumi;
e.
Sentra “Wirajaya” di Makassar;
f.
Sentra “Gau Mabaji” di Gowa;
g.
Sentra ‘’Antasena’’ di Magelang;
h.
Sentra ‘‘Alyatama” di Jambi;
i.
Sentra ‘’Paramita” di Mataram;
j.
Sentra “Abiseka” di Pekanbaru;
k.
Sentra “Bahagia” di Medan;
l.
Sentra “Wasana Bahagia” di Ternate;
m.
Sentra “Galih Pakuan” di Bogor;
n.
Sentra “Insyaf” di Medan;
o.
Sentra ‘’Satria’’ di Baturraden;
p.
Sentra “Tumou Tou” di Manado;
q.
Sentra “Wyata Guna” di Bandung;
r.
Sentra “Mahatmiya” di Bali;
s.
Sentra “Abiyoso” di Cimahi;
t.
Sentra “Dharma Guna” di Bengkulu;
u.
Sentra “Margo Laras” di Pati;
v.
Sentra “Budi Luhur” di Banjarbaru;
w.
Sentra “Budi Perkasa” di Palembang;
x.
Sentra “Nipotowe” di Palu;
y.
Sentra “Pangurangi” di Takalar;
z.
Sentra “Meohai” di Kendari; dan
aa. Sentra “Darussa’adah” di Aceh Besar.
Pasal 24
Struktur Organisasi Sentra Terpadu dan Sentra sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan
Menteri ini.
2022, No.273
-10-
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai jangkauan wilayah kerja UPT
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
BAB VII
JABATAN
Pasal 26
(1)
Kepala UPT pada:
a.
Sentra Terpadu “Inten Suweno” di Bogor;
b.
Sentra Terpadu “Pangudi Luhur” di Bekasi;
c.
Sentra Terpadu “Prof. Dr. Soeharso” di Surakarta;
dan
d.
Sentra Terpadu “Kartini” di Temanggung,
merupakan jabatan struktural pimpinan tinggi pratama
atau Jabatan struktural eselon II.b.
(2)
Kepala
Bagian
Tata
Usaha
pada
Sentra
Terpadu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jabatan
administrator atau jabatan struktural eselon III.a.
(3)
Kepala UPT pada:
a.
Sentra “Handayani” di Jakarta;
b.
Sentra “Mulya Jaya” di Jakarta;
c.
Sentra “Efata” di Kupang;
d.
Sentra “Phalamartha” di Sukabumi;
e.
Sentra “Wirajaya” di Makassar;
f.
Sentra “Gau Mabaji” di Gowa;
g.
Sentra ‘’Antasena’’ di Magelang;
h.
Sentra ‘‘Alyatama” di Jambi;
i.
Sentra ‘’Paramita” di Mataram;
j.
Sentra “Abiseka” di Pekanbaru;
k.
Sentra “Bahagia” di Medan;
l.
Sentra “Wasana Bahagia” di Ternate;
m.
Sentra “Galih Pakuan” di Bogor;
n.
Sentra “Insyaf” di Medan;
o.
Sentra ‘’Satria’’ di Baturraden;
p.
Sentra “Tumou Tou” di Manado;
q.
Sentra “Wyata Guna” di Bandung;
2022, No.273
-11-
r.
Sentra “Mahatmiya” di Bali;
s.
Sentra “Abiyoso” di Cimahi;
t.
Sentra “Dharma Guna” di Bengkulu;
u.
Sentra “Margo Laras” di Pati;
v.
Sentra “Budi Luhur” di Banjarbaru;
w.
Sentra “Budi Perkasa” di Palembang; dan
x.
Sentra “Nipotowe” di Palu,
merupakan
jabatan
administrator
atau
jabatan
struktural eselon III.a.
(4)
Kepala Subbagian Tata Usaha pada Sentra sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) merupakan jabatan pengawas
atau jabatan struktural eselon IV.a.
(5)
Kepala UPT pada:
a.
Sentra “Pangurangi” di Takalar;
b.
Sentra “Meohai” di Kendari; dan
c.
Sentra “Darussa’adah” di Aceh Besar,
merupakan
jabatan
administrator
atau
jabatan
struktural eselon III.b.
(6)
Kepala Subbagian Tata Usaha pada Sentra sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) merupakan jabatan pengawas
atau jabatan struktural eselon IV.b.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 27
Perubahan atas susunan organisasi dan tata kerja UPT
Direktorat
Jenderal
Rehabilitasi
Sosial
ditetapkan
oleh
Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
aparatur negara.
Pasal 28
Pelaksanaan
perubahan
organisasi
dan
lingkungan
Direktorat
Jenderal
Rehabilitasi
dilaksanakan sejak diundangkan.
tata
UPT
di
Sosial
2022, No.273
-12-
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 29
Seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yang memangku
jabatan di UPT, tetap melaksanakan tugas dan fungsinya
sampai dengan dibentuknya jabatan baru dan diangkat
pejabat baru berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku:
a.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Unit
Pelaksana
Teknis
Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya di Lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2018
Nomor
1074)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Sosial Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Unit
Pelaksana
Teknis
Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya di Lingkungan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 762);
b.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 17 Tahun 2018 tentang
Organisasi
dan
Tata
Rehabilitasi
Sosial
Kerja
Anak
di
Unit
Pelaksana
Lingkungan
Teknis
Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1075);
c.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 18 Tahun 2018 tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Unit
Pelaksana
Teknis
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Lingkungan
2022, No.273
-13-
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1076);
d.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 2018 tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Unit
Pelaksana
Teknis
Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia di Lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1077);
e.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Unit
Pelaksana
Teknis
Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan
Orang di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor
1078)
sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20
Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan
Korban Perdagangan Orang di Lingkungan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 763),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 31
Peraturan
Menteri
diundangkan.
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
2022, No.273
-14-
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Maret 2022
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
ttd
TRI RISMAHARINI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 Maret 2022
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BENNY RIYANTO
-15-
2022, No.273
2022, No.273
-16-
Download