LEMBAR KERJA - 02 Pengelolaan Sumber Daya Madrasah & Administrasi Madrasah Nama : NASRUDIN, S.Pd, M.Si ASAL : MAN 1 PASURUAN PROVINSI : JAWA TIMUR STUDI KASUS Sebuah Madrasah Tsanawiyah Swasta di Sukaseuri berdiri sejak tahun 1987, mempunyai siswa sebanyak 240 orang dan 25 guru yang semuanya berkualifikasi pendidikaan S-1, namun hanya 75% yang berlatarbelakang pendidikan. Untuk pembiayaan, Madrasah Tsanawiyah swasta tersebut termasuk surplus dana, karena mendapat dana dari Bank Mu’amalat, Perusahaan yang bermitra dan sumbangan orang tua/wali. Sarana dan prasarana yang mendukung hanya terkatogori standar, antara lain mempunyai 6 ruang belajar, satu ruang kepala Madrasah dan guru, kantin dan mushalla. Dalam keseharian komunikasi antara guru yang satu dengan yang lainnya jarang terjalin dengan baik, masing-masing guru sibuk dengan tugasnya sendiri, sehingga penanganan permasalahan siswa juga hanya ditangani oleh wali kelas masingmasing dan guru Bimbingan Konseling. Prestasi hasil belajar yang telah dicapai juga belum menggembirakan, padahal data orang tua/wali lebih dari 50 % berpendidikan S-1 dan tingkat ekonomi menengah ke atas. Bahan Diskusi: 1. Bagaiman dengan perencanaan pengambangan SDM? 2. Bagaimana dengan pola hubungan kerjasama? 3. Bagaimana peran kepala Madrasah dalam menggerakkan potensi yang ada? 4. Bagaimana pengawasan yayasan terhadap kondisi Madrasah? SOLUSI 1. Perencanaan Pengembangan SDM Dari jumlah pengajar 25 ternyata ada 20 guru yang sudah S-1 sisanya belum. Untuk guru yang sudah S-1 peningkatan SDM nya harus tersendiri atau terpisah dari yang belum. Peningkatan SDM yang S-1 harus disesuaikan dengan jurusan yang diperoleh dalam peningkatan SDMnya. Dengan bekerja sama dengan Balai Diklat misalnya maka penanganan peningkatan ini akan lebih efektif, karena sudah diserahkan kepada lembaga yang mumpuni. Sedangkan yang belum S-1 maka mau tidak mau harus di berikan kesempatan untuk S-1. Karena pembiayaan yang surplus di Yayasan maka tidak akan mengalami kendala untuk meningkatkan SDM guru yang merupakan modal dasar dalam meningkatkan mutu Madrasah. Selain itu madrasah ini harus aktif untuk mengirimkan guru untuk mengikuti MGMP di wilayahnya yang tergabung dalam KKM agar menimba ilmu dari teman sejawat yang secara pengalaman lebih agar bisa akan meningkat. 2. Pola Hubungan Kerjasama Pola hubungan kerjasama antara Yayasan yang memiliki Madrasah Tsanawiyah dengan Bank Mu’amalat yang menampung sumbangan dari dana Masyarakat di era modern in akan memberikan kemudahan kepada kedua belah pihak. Dengan model kerjasama ini akan dapat memberikan rasa percaya diri dari orangtua siswa kepada Yayasan yang menauingi MTs tersebut. Selain itu akan bisa memberikan kemudahan akses bagi orangtua dalam memberikan sumbangan pada madrasah dalam memangkas jalur administrasi. Kerjasama ini akan memberikan kepercayaan pada madrasah sebagai penyelenggara pendidikan yang transparan dan akuntabel. 3. Peran kepala Madrasah dalam menggerakkan potensi yang ada diantaranya adalah memberikan penegasan bahwa seluruh civitas akademika harus merasa saling Madrasah. Dengan pendekatan kekeluargaan dan ukhuwah maka perlu selalu digungkan dan selalu ditingkatkan walaupun sesibuk apapun namun semuanya akan bermuara untuk kepentingan madrasah. Kepala madrasah harus memberikan dan memompa dan mendorong untuk menjadi Uswah Hasanah bagi civitas akademika. Menekankan kerja di madrasah sebagai ibadah dan harus ikhlas “lillah” demi mengamalkan ilmu bagi masing-masing guru. 4. Pengawasan yayasan terhadap kondisi Madrasah Yayasan sebagai pemilik madrasah harus mampu memberikan paradigma positif kepada seluruh guru dan karyawan. Yayasan seharusnya tidak terlalu dalam dalam menangani internal pendidikan madrasah namun rambu-rambu khusus saja yang harus diberikan. Kebebasan para guru dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu tidak boleh terlalu di intervensi, namun yayasan harus memberikan support pada guru dan seluruh civitas akademika dalam memajukan madrasah.