MAKALAH FARMAKOTERAPI II DEPRESI OLEH: NAMA : HESTI NIM : PO714251181023 PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN FARMASI (DIV FARMASI) JURUSAN FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR 2020 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, banyak orang yang mengalami stress, kecemasan, galau dan kegelisahan yang berlarut–larut. Namun, sebagian besar orang berpikir dan beranggapan bahwa stress dan depresi, bukanlah benar-benar suatu gangguan mental. Mereka menganggap bahwa depresi adalah sesuatu yang sepele dan bisa hilang dengan sendirinya, padahal sebenarnya depresi adalah bentuk suatu gangguan yang lebih dari sekadar perubahan emosi sementara. Depresi bukanlah kondisi yang bisa diubah dengan cepat atau secara langsung. Setiap orang pasti mengalami berbagai masalah danrintangan dalam hidupnya. Jika seseorang dalam hidupnya mudah putus asa dan tidak kuat menghadapi masalahhidupnya, orang tersebut bisa mngelami depresi bahkan bisamenjadi stress. Depresi bukan saja dialami oleh orang dewasatetapi anak-anak juga bisa mengalami depresi yang tidakmengenal kelas sosial. Banyak faktor yang menyebabkanseseorang menjadi depresi dan terpuruk. Depresi merupakansalah satu penyebab utama kejadian bunuh diri (suicide).Sebanyak 40% penderita depresi mempunyai ide untukbunuh diri, dan hanya lebih kurang 15% saja yang suksesmelakukannya. Jumlah penderita depresi wanita dua kali lebih banyak dari pria, tetapi pria lebih berkecenderungan bunuh diri. Di Amerika Serikat, 17% orang pernah mengalami depresi pada suatu saat dalam hidup mereka, dengan jumlah penderita saat ini lebih dari 19 juta orang. Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapat perhatian serius. Dinegara-negara berkembang, WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020, depresi akan menjadi salah satu gangguan mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung. Berdasarkan data WHO tahun 1980, hamper 20% - 30% dari pasien rumah sakit di Negara berkembang mengalami gangguan mental emosional seperti depresi. Depresi dan stress yang dibiarkan berlarut membebani pikiran, dapat mengganggu system kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi yang negatif seperti rasa sedih, benci, putus asa, iri, kecemasan, dan kurang bersyukur maka system kekebalan kita menjadi lemah. Dalam suatu penelitian di amerika, 28 dari 32 orang pasien telah mengalami stres dan kehidupan yang tragis sebelum terserang penyakit. Stres mental ini mengakibatkan system kekebalan tubuh menjadi tidak normal. Para doketr di John Hopkin Medical School menemukan bahwa orang – orang yang emosional dan pemurung cenderung menderita penyakit yang serius seperti kanker, tekanan darah tinggi, jantung dan berumur pendek. B. Pokok Bahasan Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai Depresi. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Depresi Depresi menurut World Health Organization(WHO) merupakan gangguan pada alam perasaan yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenanganterhadap aktivitas bersalah atau rendah diri, tidur yang normalnya dinikmati, perasaan atau nafsu makan terganggu, berkurangnya energi yang sangat nyata,perubahan tingkat aktivitasserta keinginan untuk bunuh diri B. Epidemiologi Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius, penyakit ini mengenai 20% wanita dan 12% pria pada suatu waktu dalam kehidupan. (World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia pada tahun 2000. Pada tahun 2020, depresi diperkirakan menempati urutan kedua penyakit di dunia. Sekarang depresi merupakan penyakit kedua yang terjadi pada pria dan wanita umur 1544 tahun.(14)Prevalensi gangguan mental emosional di DKI Jakarta sebesar 4,4 persen, tertinggi pada daerah Jakarta Timur (6,4%) dan Jakarta Selatan (4,5%). C. Etiologi Depresi adalah gangguan multifaktorial, dengan berbagai faktor risiko berinteraksi dari berbagai aspek rautwajah pasien. Genetika, pola asuh awal dan kepribadian dapat meningkatkan kerentanan terhadap depresi, dengan episode yang timbul tergantung padatingkat stres akut dan kronis yang dialami.(Marwick K. , 2013). D. Patofisiologi Tiga neurotransmiter paling banyak telah dipelajari dalam hal kemungkinan terjadinya gangguan mood: norepinefrin, dopamin, dan serotonin (Thase et al.,2002). Neurotransmisi dopaminergik adalah salah satu dari banyak neuorotransmisi yang berpengaruh dan berkaitan langsung pada kejadian mood pasien dengan gangguan bipolar, dopamin akan menyebabkan terjadinya peningkatan dari dopamin dengan terjadinya penurunan episode depresi. Sedangkan, akan menyebabkan terjadinya episode mania (Kaplan & Sadock’s, 2015). Mania dan depresi juga keduanya dikaitkan dengan kadar serotonin rendah (Thase et al.,2002). E. Faktor Predisposisi 1. Pengaruh genetik Bukti terbaik bahwa gen berhubungan dengan gangguan suasanaperasaan adalah datang dari twin studies (studi orang kembar). Dalam studi ini menelaah frekuensi kembar identik (dengan gen identik)yang memiliki gangguan dibanding kembar fraternal yang hanya memiliki 50% gen identik (seperti anggota keluarga tingkat pertamalainya). Studi tersebut melaporkan bila salah satu pasangan kembar mengalami depresi berat, maka 59% diantara pasangan kembaridentik dan 30 % diantara diantara fraternal juga menunjukkan adanyagangguan suasana perasaan. 2. Peristiwa kehidupan stressful Stres dan trauma adalah dua diantara kontribusi unik yang palingmenonjol didalam etiologi semua gangguan psikologis. Sebagianbesar orang yang mengembangkan depresi melaporkan bahwa merekakehilangan pekerjaan, bercerai, atau megalami stres berat yang lain 3. Learned helpessness Learned helpessness theory of depression adalah teori Seligman yang mengatakan bahwa orang menjadi cemas dan depresi ketika membuatatribusi bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stress dalam kehidupanya 4. Negative cognitive styles Menurut Beck (1976) dalam Durrand dan Barrow (2006) Depresidapat timbul dari kecenderungan untuk menginterpretasikan kejadian-kejadian sehari-hari secara negative. Menurut Beck penderita depresi memandang yang terburuk dalam segala hal. Beck melihat bahwa pasien-pasien depresi selalu berpikir negatif tentang dirinya sendiri, dunianya, dan masa depanya. Tiga bidang yang secara bersamasamadisebut sebagai depressive cognitive triad (tiga serangkai kognisidepresi). 5. Hubungan pernikahan Hubungan pernikahan yang tidak memuaskan terkait erat dengandepresi. Karena berdasarkan studi Bruce dan kim (1992) dari 695perempuan dan 530 laki-laki, selama kurun waktu sejumlah partisipanbercerai atau berpisah dengan pasanganya. Diperkirakan 21%perempuan yang bercerai menyatakan bahwa dirinya mengalamidepresi. Dan hampir 21% laki-laki yang bercerai mengalami depresi berat. 6. Jenis kelamin Perbedaan gender dalam perkembangan gangguan emosional sangat dipengaruhi oleh persepsi mengenai ketidakmampuan untuk mengontrol. Sumber perbedaan ini bersifat kultural, karena peran jenisyang berbeda untuk laki-laki dan perempuan di masyarakat kita. Lakilaki sangat didorong untuk mandiri, masterful, dan asertif. Sedangkan perempuan sebaliknya, diharapkan lebih pasif, sensitif terhadap oranglain, dan mungkin lebih banyak tergantung pada oaring lain dibanding laki-laki 7. Dukungan social Semakin banyak jumlah dan semakin tinggi frekuensi hubungan dankontak sosial semakin panjang pula harapan hidup kita. Hasil Studi mengemukakan tentang pentingnya dukungan sosial didalam onsetdepresi. Dalam studi pada perempuan yang mengalami stres serius,didapatkan bahwa 10% diantara perempuan yang memilki temanberbagi rahasia yang memiliki depresi dibanding perempuanyang tidak memilki hubungan dekat yang suportif. 37% F. Terapi 1. Terapi Non Farmakologi a. Psikoterapi Menggobati penyalagunaan zat serta pemberian nutrisi yang baik dengan protein normal dan asupan asamlemak esensial, berolahraga, tidur yang cukup, pengurangan stres, dan terapi psikososial (Wells et al.,2015). Ini bisa dilakukan dengan memberikan dukungan, edukasi, dan bimbingan kepada orangorang dengan gangguan gangguanbipolar. bipolar dan keluarga penderita Beberapa perawatan psikoterapi yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar meliputi (NIMH, 2016) : Terapi kognitif (CBT) Terapi keluarga Terapi psycotherapy interpersonal 2. Electroconvulsive Therapy Bentuk perawatan membantu mengurangi psikologis yang gejala berbeda depresi telah (Kring et terbukti al.,2012). Electroconvulsive therapy (ECT) adalah perawatan yang aman dan efektif untuk penyakit mental berat tertentu. Pasien dengan depresi adalah target untuk ECT yang cocok untuk diterapkan (Wells et al.,2015). Electroconvulsive Therapy (ECT) dapat memberikan bantuan bagi orang dengan gangguan bipolar berat yang tidak dapat sembuh dengan perawatan lainnya. Terkadang ECT digunakan untuk gejala bipolar saat kondisi medis lainnya, termasuk minum obat. Pasien kehamilan, gangguan yang bipolar harus terlalu berisiko mendiskusikan kemungkinan manfaatdan risiko ECT dengan profesional kesehatan. Dikarenakan ECT dapat menyebabkan beberapa efek samping jangka pendek, termasuk kebingungan, disorientasi, dan penurunan memori. Hingga amnesia (NIHM, 2012). 3. Terapi Farmakologi Penatalaksaan secara farmakalogi first-line dalam pengobatan episode manic dan episode depresiberulang dari gangguan bipolar adalah Litium. Golongan obat penstabil mood atau antikonvulsan juga telah banyak digunakan (contohnya, carbamazepine dan asam valproat) untuk pengobatan episode maniaakut dan untuk pencegahan Lamotrigin kekambuhan. juga dapat aripiprazol, digunakan untuk klorpromazin, kekambuhannya. terapi pencegahan olanzapine, quetiapine, risperidone, dan ziprasidonearedisetujui oleh FDA untuk pengobatan episode manic gangguan bipolar. Pengobatan adjuvan jangka pendek dengan benzodiazepin juga dapat membantu(APA, 2010). Mekanisme kerja Diazepam dengan cara mengurangi konsentrasi epinefrin plasma, serta menurunkan meningkatkan kecemasan, fungsi seksual dan sebagai pada hasilnya orang Diazepam yang terhambat oleh kecemasan (Kaplan and Sadock’s, 2015). Sedikit pasien memiliki kecemasan yang melumpuhkan dan mungkin perlu benzodiazepin jangka pendek. Benzodiazepin bermanfaat dalam mengurangi kecemasan.Diazepam dinyatakan memiliki anti-fobia, anti-panik dan anti-kecemasan. Obat lain yang digunakan termasuk clonazepam dan alprazolam (Ahuja, 2011). G. Tujuan Terapi Tujuan terapi depresi adalah untuk mengurangi gejala depresi akut, meminimalkan efek samping, memastikan kepatuhan pengobatan, membantu pengembalian ke tingkat fungsi sebelum depresi, dan mencegah episode lebih lanjut ( Sukandar dkk., 2008 ). H. Penatalaksanaan dengan Algoritma I. Edukasi Pasien Upaya preventif dilakukan untuk mencegah munculnya kasus gangguan mental baru pada pasien yang memiliki gejala tetapi belum memenuhi kriteria diagnosis, dengan cara intervensi psikoterapi, farmakologi, nutrisi, edukasi, dan modifikasi gaya hidup. Upaya preventif ini dapat menurunkan angka kejadian depresi sebanyak 25%. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Depresi adalah gangguan dengan penyebab multifaktorial,genetika, pola asuh awal dan kepribadian dapat meningkatkan kerentanan terhadap depresi, dengan episode yang timbul tergantung pada tingkat stres akut dan kronis yang dialami. Depresi ditandai dengan gejala yang umumnya terbagi dalam dua kategori: psikologis, dan somatik (atau fisik). DAFTAR PUSTAKA Athaya, Anindita. 2016. Perbedaan tingkat depresi perawat unit rawat jalan dan rawat inap di rs x Universitas Trisakti. Dirgayunita, Aries. 2020. Depresi: Ciri, Penyebab dan Penanganannya. Jurnal An-nafs. Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Probolinggo. Wahyuni. Sri. 2018. Diagnosis dan Patofisiologi Gangguan Depresi Mayor Universitas Udayana.