ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “WAHAM” Dosen Pengajar : Kristina Pae, S.Kep.,Ns.,M.Kep Oleh Kelompok 2 : 1. Oktaviani Celvin (9103018020) 9. Ellisa Eka F (9103018034) 2. Widya Ayu (9103018021) 10. Fransiska Jalus (9103018035) 3. Claudia Wiwin (9103018022) 11. Kristtina Novianti (9103018036) 4. Sabrina Noya (9103018023) 12. Lidya Constansa (9103018038) 5. Aurelya Dheborih (9103018029) 13. Inka Bella 6. Reka Candra M (9103018031) 7. Amelia Puspita (9103018032) 8. Peter Gaudensius (9103018033) (9103018039) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2020 BAB I KONSEP TEORI 1.1 Pengertian waham Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Dan termasuk gangguan isi pikiran (Yusuf dkk, 2015). Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang di pertahankan secara kuat/terus menerus tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2006). Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah tentang realita ekternal dan dipertahankan dengan kuat (Keliat dkk, 2010 & SDKI, 2016). Waham merupakan gangguan dimana penderitanya memiliki rasa realita yang berkurang atau terdistorsi dan tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata (Videbeck, 2011). 1.2 Rentang Respon Waham Adaktif Berpikir logis Persepsi akurat Emosi yang konsisten dengan pengalaman Tingkah laku yang sesuai Maladaktif Ilusi Emosi berlebihan Tingkah laku yang tidak biasa Hubungan sosial harmonis proses pikir : Waham Kadang proses pikir terganggu Gangguan Gangguan persepsi sensori : halusinasi Perubahan proses emosi Tingkah laku yang tidak terorganisasi Menarik diri Isolasi sosial 1. Respon Adaptif a. Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat di terima akal. Contoh: ketika seseorang menjawab pertanyaan, harus sesuai dengan fakta, bukti dan rasional yang jelas. b. Persepsi akurat adalah pandangan dari seseorang tentang sesuatau peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan. c. Emosi konsisten dengan pengalaman adalah perasaan jiwa yang timbul sesuai dengan peristiwa yang pernah di alami. Contoh: ketika seseorang merasa sedih dan kecewa dia akan menangis, tetapi tidak berlebihan. d. Tingkah laku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut di wujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan moral. Contoh: berbicara yang sopan terhadap orang yang lebih tua atau tidak menggunakan bahasa yang tidak sopan kepada orang tua, teman atau tetangga. e. Hubungan sosial dapat di ketahui melalui hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan di tengah masyarakat. Contoh: apakah memiliki hubungan yang baik antar tetangga atau teman kuliah. 2. Respon Malaadaktif a. Proses pikir terganggu adalah pikiran yang menimbulkan gangguan. b. Ilusi adalah penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata). Contohnya: Seorang dengan perasaan yang takut atau cemas, dapat meng-interpretasikan sebuah pohon sebagai manusia yang sedang memandanginnya c. Emosi yang berlebihan adalah perasaan yang meluap-luap yang tidak dapat di kendalikan. Contoh: seseorang akan mudah tersinggung atau marah dengan hal-hal kecil yang dialami d. Tingkah laku yang tidak biasa adalah perilaku yang melebihi batas wajar. Contoh: seseorang yang menjadikan batu sebagai makanan. e. Menarik diri adalah menemukan kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Contohny: menghindari berinteraksi dan melakukan percakapan dengan orang lain atau kelompok f. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh di pertahankan walaupun tidak di yakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial. g. Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah terhadap rangsangan. Contoh: melihat seseorang badannya menjadi dua h. Perubahan proses emosi adalah ketidakmampuan untuk mengontrol persaaan senang, sedih, ketakutan dan cemasan. Contoh: Seseorang yang awalnya merasa senang, 5 menit kemudian dia menangis. i. Tingkah laku yang tidak terorganisasi adalah ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang di timbulkan. Contoh: Seseorang mengatakan mau mengerjakan tugas tetapi dia malah main game j. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang di alami oleh individu karna orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam. Contoh: korban bullying. 1.3 Etiologi (faktor pedisposisi dan presipitasi) 1.3.1 Faktor Predisposisi 1. Biologis Pola keterlibatan keluarga relative kuat yang muncul di kaitkan dengan delusi atau waham. Dimana individu dari anggota keluarga yang di manifestasikan dengan gangguan ini berada pada resiko lebih tinggi untuk mengalaminya di bandingkan dengan populasi umum.Studi pada manusia kembar juga menunjukan bahwa ada keterlibatan factor genetic (Amin,2016). 2. Teori Psikososial a. System Keluarga Dikemukakan oleh Bowen (1978) dimana perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga.Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Bayaknya masalah dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan anak dimana anak tidak mampu memenuhi tugas perkembangan dimasa dewasanya. Beberapa ahli teori menyakini bahwa individu paranoid memiliki orang tua yang dingin, perfeksionis, sering menimbulkan kemarahan, perasaan mementingkan diri sendiri yang berlebihan dan tidak percaya pada individu. Klien menjadi orang dewasa yang rentan karena pengalaman awal ini. 3. Teori Interpersonal Dikemukakan oleh Sullivan (1953) di mana orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan suatu hubungan orang tua-anak yang penuh dengan ansietas tinggi.Hal ini jika di pertahankan maka konsep diri anak akan mengalami ambivalen. 4. Psikodinamika Perkembangan emosi terhambat karena kurangnya rangsangan atau perhatian ibu,dengan ini seorang bayi mengalami penyimpangan rasa aman dan gagal untuk membangun rasa percayanya sehingga menyebabkan munculnya ego yang rapuh karena kerusakan harga diri yang parah,perasaan kehilangan kendali,takut dan ansietas berat.Sikap curiga kepada seseorang di manifestasikan dan dapat berlanjut di sepanjang kehidupan.Proyeksi merupakan mekanisme koping paling umum yang di gunakan sebagai pertahanan melawan perasaan (Amin,2016). Menurut Amin (2016), faktor - faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah: 1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat. 2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian 3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain 4. Perpisahan dengan orang yang di cintainya 5. Kegagalan yang sering di alami 6. Keturunan,paling sering pada kembar satu telur 7. Menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat misalnya menyalahkan orang lain. 1.3.2 Faktor Presipitasi 1. Biologi Stress biologi yang berhubungan neurologik yang maladaptif termasuk: dengan respon a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi b) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan. 2. Stres lingkungan Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. 3. Pemicu gejala Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2011). 1.4 Patofisiologi Fase kebutuhan manusia rendah (kurangnya kebutuhan manusia) Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan menderita. Pelayanan ia untuk memenuhi kebutuhan kehidupan mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya pertanda antara (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam. Fase kepercayaan diri rendah (kurangnya harga diri) Kesenjangan antara ideal diri dengan pembebasan serta kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan tidak berharga. Fase pengendalian internal dan eksternal (pengendalian internal dan eksternal) Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Namun, tanggap bagi pasien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk menjawab, pernyataan penting, dan lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena toleransi dan keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak merugikan orang lain. Dukungan lingkungan (environment support) Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Oleh '' start '' kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (superego) yang dihitung dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat ini. Fase comfortable (comforting) Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering mengalami halusinasi pada saat pasien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri dan berinteraksi sosial (isolasi sosial). Fase peningkatan (improvement) Apabila tidak ada adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat mengancam diri sendiri dan orang lain. 1.5 Manifestasi klinis (DS, DO, Mekanisme koping) 1. Waham Kebesaran • DS : Klien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali, artis dan lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya. • DO : - Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya - Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti ) - Klien mudah marah - Klien mudah tersinggung 2. Waham Curiga • DS : - Klien curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu - Klien mengatakan merasa diintai dan akan membahayakan dirinya. • DO : - Klien tampak waspada - Klien tampak menarik diri - Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya - Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti ) 3. Waham Agama • DS : Klien yakin terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. • DO : - Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya - Klien tampak bingung karena harus melakukan isi wahamnya - Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti ) 4. Waham Somatik • DS : - Klien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik - Klien mengatakan merasa khawatir sampai panik • DO : - Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya - Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti ) - Klien tampak bingung - Klien mengalami perubahan pola tidur - Klien kehilangan selera makan 5. Waham Nihilistik • DS : Klien mengatakan bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. • DO : - Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya - Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti ) - Klien tampak bingung - Klien mengalami perubahan pola tidur - Klien kehilangan selera makan 6. Waham Bizzare a. Sisip Pikir : • DS : - Klien mengatakan ada ide pikir orang lain yang disisipkan dalam pikirannya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan. - Klien mengatakan tidak dapat mengambil keputusan • DO : - Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya - Klien tampak bingung - Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti ) - Klien mengalami perubahan pola tidur b. Siar Pikir • DS : - Klien mengatakan bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan. - Klien mengatakan merasa khawatir sampai panik - Klien tidak mampu mengambil keputusan • DO : - Klien tampak bingung - Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya - Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti ) - Klien tampak waspada - Klien kehilangan selera makan C. Kontrol Pikir • DS : - Klien mengatakan pikirannya dikontrol dari luar - Klien tidak mampu mengambil keputusan • DO : - Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya - Klien tampak bingung - Klien tampak menarik diri - Klien mudah tersinggung - Klien mudah marah - Klien tampak tidak bisa mengontrol diri sendiri - Klien mengalami perubahan pola tidur - Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti ) Mekanisme koping Menurut Direka (2011), prilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobiologi: 1. Progersi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertunggak untuk aktifitas hidup sehari-hari 2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi 3. Menarik diri 1.6 Klasifikasi 1. Waham kebesaran Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini direktur sebuah bank swasta lho..” atau “Saya punya beberapa perusahaan multinasional”. 2. Waham curiga Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam makanan saya”. 3. Waham agama Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk surga saya harus membagikan uang kepada semua orang.” 4. Waham somatik Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit menderita penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tandatanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker. 5. Waham nihilistik Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”. 6. Waham bizarre Merupakan waham yang aneh, yang termasuk dalam waham bizarre, antara lain a) Sisip pikir : Penderita yakin ada ide pikir orang lain yang disisipkan dalam pikirannya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan b) Siar pikir : Penderita yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan yang dinyatakan secara berulangdan tidak sesuai dengan kenyataan. c) Kontrol pikir : Penderita yakin pikirannya dikontrol dari luar. Misalnya melakukan percobaan bunuh diri atau ingin membunuh orang lain karena ada yang menyuruh. 1.7 Komplikasi Depresi. Datangnya pikiran kuat pengidap untuk bunuh diri. Kecenderungan tinggi untuk melakukan bunuh diri. Malnutrisi. Kehilangan kepedulian terhadap diri sendiri. Perilaku tidak wajar dan negatif yang berujung pada tindak kriminal dan asusila. Ketidakmampuan diri untuk belajar atau melakukan pekerjaan. Munculnya penyakit lain yang berhubungan erat dengan kesalahan gaya hidup yang tidak terkendali, seperti misalnya penyakit akibat merokok atau penyalahgunaan narkotika. 1.8 Penatalaksanaan Menurut (Yulliana dkk, 2011) 1. Penatalaksanaan Medis Penanganan pasien gangguan jiwa waham antara lain: 1. Psikofarmalogi a. Litium Karbonat Jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium masih efektif dalam menstabilkan suasana hati pasien dengan gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania. b. Haloperidol Obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari turunan butirofenon. Mekanisme kerja yang tidak diketahui. Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-anak yang sering membangkang dan eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih memiliki kelainan tingkah laku seperti: Impulsif, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi. c. Karbamazepin Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, dan neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat antikonvulsan lain atau obat lain yang digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal. 2. Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik potensi rendah Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien. Hal ini menggunakan penggunaan obat anti psikotik untuk pasien waham. a. Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone). Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg, 100mg. Keuntungan b. Tipikal (klorpromazin, haloperidol), klorpromazin 25-100mg. Efektif untuk menghilangkan gejala positif. 3. Penarikan diri selama potensi tinggi seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri yang potensial, Hal ini berarti penatalaksanaannya penekanankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya sewaktuwaktu sebelum waktu yang berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial 4. ECT tipe katatonik Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk pelatihan kejang singkat. Hal ini menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan episode katatonik. 5. Psikoterapi Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif. 2. Penatalaksanaan Keperawatan a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Model terapi aktivitas kelompok ada 4 yaitu : a. Focal Conflic Model Di kembangkan berdasarkan konflik yang tidak di sadari dan berfokus pada kelompok individu. Tugas leader adalah membantu kelompok memahami konflik dan membantu penyelesaian masalah. Misal : adanya perbedaan pendapat antar anggota, bagaimana masalah di tanggapi anggota dan leader menggairahkan alternatif penyelesaian masalah. b. Model Komunikasi Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi, bahwa tidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok menjadi tidak puas. Tujuan membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan social anggota kelompok. Tugas leader adalah memfasilitasi komunikasi yang efektif antar anggota dan mengajarkan pada kelompok bahwa perlu adanya komunikasi dalam kelompok, anggota bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan. Komunikasi pada semua jenis : Verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang disampaikan harus dipahami orang lain c. Model Interpersonal Tingkah laku (pikiran, perasaan, dan tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat di koreksi dan di pelajari. d. Model Psikodrama Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu, sesuai peran yang diperagakan. Anggota diharapkan dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang pernah dialami. b. Orientasi Realitas Adalah memberikan terapi aktivitas kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Tujuan adalah klien mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan, sensasi somatic) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar), klien dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan, pembicaraan klien sesuai realitas. Klien mampu mengenal diri sendiri dan klien mampu mengenal orang lain, waktu, dan tempat. Karakteristik klien : gangguan orientasi realita (GOR), halusinasi, waham, ilusi dan depresonalisasi yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain, klien kooperatif dapat berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi fisik dalam keadaan fisik dalam keadaan sehat. c. Sosialisasi Adalah memfasilitasi psikoterapist untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide dan tukar persepsi dan menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan. Tujuan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberikan tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal. Karakteristik klien : kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan, sering berada di tempat tidur, menarik diri, kontak sosial kurang, harga diri rendah, gelisah, curiga, takut dan cemas, tidak ada inisiatif memulai pembicaraan menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, dan dapat membina trauma , mau berinteraksi dan sehat fisik. d. Stimulasi Persepsi Adalah membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, stimulusi persepsi dalam upaya memotivasi proses pikir dan efektif serta mengurangi perilaku mal adaptif. Tujuan meningkatkan kemampuan orientasi realita, memusatkan perhatian, intelektual, mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain dan mengemukaka perasaannya. Karakteristik klien : gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai, menarik diri dari realita, inisiatif atau ide-ide yang negatif, kondisi fisik, sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mengikuti kegiatan. e. Stimulasi Sensori Adalah menstimulasi sensori pada klien yang mengalami kemunduran sensori. Tujuan : meningkatkan kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran jasmani, dan mengekspresikan perasaan. f. Penyaluran Energi Adalah untuk menyalurkan energi secara konstruktif. Tujuan : menyalurkan energi dari destruktif menjadi konstruktif, mengekspresikan perasaan dan meningkatkan hubungan interpersonal. BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 2.1 Pengkajian DS : a. Klien mengatakan bahwa ia adalah artis, nabi, presiden,wali, dan lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan b. Klien curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu c. Klien mengatakan merasa di intai dan akan membahayakan dirinya d. Klien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik e. Klien mengatakan tidak mampu mengambil keputusan f. Klien mengatakan merasa khawatir sampai panik DO : a. Klien mudah tersinggung b. Klien mudah marah c. Klien tampak waspada d. Klien tampak menarik diri e. Inkoheren f. Prilaku klien tampak seperti isi waham nya g. Klien tampak bingung h. Klien mengalami perubahan pola tidur i. Klien kehilangan selera makan 2.2 Pohon masalah Koping Keluarga tidak efektif,kegagalan,genetic,disingkirkan ( CAUSA ) Harga diri rendah Perubahan Proses berfikir ( WAHAM ) Koping Tidak efektif Gangguan identitas diri Ketidakberdayaan 2.3 Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan proses berfikir: waham berhubungan dengan stress 2. Gangguan identitas diri berhubungan dengan gangguan neurologis 3. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakpastian 4. Ketidakberdayaan berhubungan dengan waham 2.4 Intervensi PERENCANAAN NO 1. DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI KRITERIA EVALUASI Setelah 3x24 Bina hubungan saling percaya Gangguan proses TUM : Dapat interaksi klien : dengan klien: pikir :waham mengontrol TUK 1 : 1. beri salam wahamnya - expresi wajah 2. perkenalkan diri, TUK 1 : cerah,terseny tanyakan nama serta - Pasien um nama panggilan yang dapat - mau disukai membina berkenalan 3. jelaskan tujan interaksi hubunga - ada kontak 4. yakinkan klien dalam n saling mata keadaan aman dan percaya - bersedia perawat siap menolong menceritakan dan mendampinginya TUK 2 : perasaannya 5. yakinkan bahwa - pasien - bersedia kerahasian klien akan dapat mengungkap tetap terjaga mengide kan masalah 6. tunjukan sikap terbuka ntifikasi dan jujur perasaan Setelah 3x24 7. perhatikan kebutuhan yang interkasi klien : dasar dan beri bantuan muncul TUK 2 : untuk memenuhinya secara - klien berulang menceritakan Bantu klien untuk dalam ide-ide dan mengungkapkan perasaan dan pikiran perasaan pikirannya klien 1. diskusikan dengan klien yang muncul TUJUAN secara TUK 3 : berulang - klien dalam dapat pikirannya menggid entifikasi Setelah 3x24 jam interaksi klien: stressor/ TUK 3 : pencetus - dapat wahamn menyebutkan ya kejadian(Triggers kejadian Factor) sesuai dengan TUK 4 : urutan waktu - klien serta harapan dapat / kebutuhan mengden dasar yang tifikasi tidak wahamn terpenuhi ya seperti: TUK 5 : Harga diri, - klien rasa aman dapat dsb menident - dapat ifikasi menyebutkan konsekue hubungan nsi dari antara wahamy kejadian pengalaman yang dialami seama ini termasuk hubungan dengan orang yang berarti, lingkungan kerja, sekolah, dsb 2. dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung / menentang pernyataan wahamnya 3. katakan perawat dapat memahami apa yang diceritakan klien Bantu klien untuk mengidntifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta kejadian yang menjadi faktor penetus wahamnya. 1. Diskusikan dengan klien tentang kejadiankejadian traumetik yang menimbulkan rasa takut, ansietas maupun perasaan tidak dihargai 2. Diskusikan kebutuhan/harapan yang belum terpenuhi a traumatis/keb utuhan tidak terpenuhi dengan wahamnya Setelah 3x24 interkasi klien: TUK 4 : - menyebutkan perbedaan pengalaman nyata dengan pengalaman wahamnya Setelah 3x24 interaksi klien: TUK 5 : - klien menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari-hari yang diakibatkan ide-ide/ fikirannya yang tidak 3. Diskusikan dengan klien cara-cara mengatasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kejadian yang traumatis 4. Diskusikan dengan klien apakah ada halusinasi yang meningkatkan pikiran/perasaan yang terkait wahamnya 5. Diskusikan dengan klien antara kejadian-kejadian tersebut dengan wahamnya Bantu klien mengidenttifikasi keyakinannya yang salah tentang situasi yang nyata (bila klien sudah siap) 1. Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa beragumentasi 2. Katakan kepada klien akan keraguan perawat terhadap pernyataan klien 3. Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnya sesuai dengan kenyataan seperti : 1. hubungan dengan keluarga 2. huungan dengan orang lain 3. aktivitas seharihari 4. pekerjaan 5. sekolah 6. prestasi,d sb 4. Diskusikan frekuesi, intensitas dan durasi terjadinya waham 5. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yan dipersepsikan salah oleh klien Diskusikan dengan klien pengalaman-pengalaman yang tidak menguntungkan sebagai akibat dari wahamnya seperti : 1. Hambatan dalam berinteraksi dengan keluarga 2. Hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain 3. Hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari 4. Perubahan dalam prestasi kerja/sekolah Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang memutuhkan bantuan dari orang lain Diskusikan dengan klien orang/tempat ia tingal sekarang bersama kelarganya 2.5 Implementasi sesuai SP Standar Pelaksanaan Komunikasi (SP1) dengan Klien Waham 1. Orientasi 1.1 Salam “Selamat pagi dik, perkenalkan saya perawat Budi, perawat puskesmas Mulya. Nama adik siapa? Senang dipanggil apa? Oh baik, kalua begitu saya memanggilnya dengan Tini ya”. 1.2 Evaluasi “Apa yang Tini rasakan saat ini?” “Oo jadi menganggap diri Tini adalah nabi?” Sudah berapa lama Tini berpikir sebagai seorang nabi? Pada saat Tini berpikir seperti itu, apa yang Tini rasakan?” 1.3 Validasi “Apa yang telah Tini lakukan untuk mengatasi perasaan tersebut? Lalu, bagaimana manfaatnya?” 1.4 Kontrak 1.4.1 Tindakan dan tujuan “Baik Tini, bagaimana kalau saya periksa dulu tentang pikiran Tini sebagai seorang nabi dan kita belajar cara mengatasinya. Tujuannya supaya Tini mengetahui kebutuhan Tini yang belum terpenuhi, mengetahui kemampuan Tini untuk memenuhi kebutuham tersebut dan Tini mampu melakukannya. Bagaimana apakah Tini setuju?” 1.4.2 Waktu “Baik kita akan berdiskusinya selama 30 menit ya,”.Tini”. 1.4.3 Tempat “ Jika kita berbicara di sini aja, apakah Tini merasa nyaman? 2. Kerja 2.1 Pengkajian Siapa nama lengkap Tini? Apa perkerjaan Tini? Apakah perkerjaan Tini? Apakah pengalaman yang tidak menyenangkan selama hidup Tini pada masa kanak-kanak atau remaja? Bagaimana Tini menghadapi masalah tersebut? Siapa yang membantu jika ada masalah? Apaka Tini biasa menceitakan masalah kepada orang lain? Bagaimana hubungan Tini dengan tetanggga di sekitar rumah?” “Coba Tini ceritakan berada di mana sekarang? Tini bisa mnyebutkan nama orang tua secara lengkap ? Sekara g tanggal berapa ya Tini? “Apa yang Tini rasakan berada di sini” bagaimana makan Tini? Apakah Tini melakukan mandi, gosok gigi setiap hari? Apakah rutin melakukan potong kuku setiap seminggu selalu.? “Apakah Tini kenal dengan teman-teman disekitar sini?” Bisa Tini sebutkan satu jam nama temannya?” “Jika klien membicarakan wahamnya , dengarkan tanpa mendukung atau meyangkalnya sampai klien berhenti berbicara.” 2.2 Diagnosis “Baik Tini, tadi saya sudah dengarkan ceritanya. Tini merasa sebagai seoarang nabi, masih ada yang belum kenal dan enggan bertemu orang lian?” 2.3 Tindakan “Baiklah bagaimana kalua kita latihan tentang situasi lingkungan, memenuhi kebutuhan, kemampuan yang dimiliki dan mencapai kenyamanan” 2.3.1 Latihan Orientasi “Tini bagaimana kalau belajar mengenal diri , orang , tempat dan waktu” 2.3.1.1“Siapa nama lengkap Tini? Nama panggilan, sekolah SD di mana, sekolah SMP di mana?” 2.3.1.2 “Siapa saja ynag tinggal serumah “Ayo kita tulis nama dan panggilannya” “Ayo kita tulis panggilannya ayah.” “Ayo kita tulis panggilannya ibu.” 2.3.1.3 Siapa saja tetangganya “Ato kita tulis namanya dan panggilannya” 2.3.1.4 Orientasi tempat “Ayo kita tulis nama tempat yag serin dikunjungi.” “Ayo kita tulis tempat dan cara mencapainya”. 2.3.1.5 Orientasi waktu “Ayo kita belajar mengenal waktu. Hari ini hari apa? Besok hari apa? Kemarin hari apa? Bagus sekali sekarang bulan apa? Bulan depan bulan apa? Bulan lalu bulan apa? Bagus sekali, sekarang jam berapa? Coba kita belajar jam (latihan menebak jam dengan gambar). 2.3.2 Mendiskusikan dan latihan mengenal lingkungan * “Siapa saja keluarga dan sahabat yang paling dekat dengan Tini (buat daftarnya). Mari latihan berinteraksi dengan mereka.” * “Mari kita belajar bersama tentang jam, tanggal, hari, bulan, dan tahun.” “Ayo kita lihat sekarang jam berapa, jam 9 jarum pendek di angka berapa dan jarum panjnag di angka berapa? Bagus”. “Nah, sekarang kita lihat hari ini hari apa? Besok? Bagus, ayo kita belajar senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu dan minngu” “Nah,sekarang bulan apa? Betul Nopember, bulan depan apa? Ayo kita belajar januari, februari dan seterusnya bagus.” * “Mari kita mengenal tempat. Coba sebutkan alamat rumah ini. Ayo sebutkan alamat rumah beberapa sahabat , keluarga. Bagus.” 2.3.3 Mendiskusikan kebutuhan dan latihan memenuhinya * “Apa saja kegiatan Tini sehari-hari? Apa saja kebutuhan Tini? Mari kita tulis. Apa saja yang belum terpenuhi?” * “Dari kebutuhan yang belum terpenuuhi mari kita diskusikan cara memenuhinya. Satu-satu ya? Nah, apa kira-kira kemampuan Tini untuk memenuhinya? Bagus sekali. Mari kita diskusikan yang lain.” * “Latihan kegiatan sehari-hari dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan. Mari kita masukkan jadwal untuk melatihnya .” * “Evaluasi kegiatan sehari-hari dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan. Mari kita masukkan jadwal untuk melatihnya. * “Evaluasi hasil latihan dan perasaan Tini setelah melakukannya. 3. Terminasi 3.1 Evaluasi Subjektif “Bagaimana perasaan Tini setelah latihan tadi?” 3.2 Evaluasi objektif “Apa saja latihan kita tadi (situasi lingkungan, waktu dan tempat)? Benar sekali.” 3.3 Rencana tindak lanjut klien “Baiklah bagaimana kalua Tini latihan tentang situasi lingkungan yaituorang disekitar Tini, mengenal waktu dan tempat disekitar Tini, juga kebutuhan dan cara memenuhinya ( masukkan dalam jadwal kegiatan Tini).” 3.4 Rencana tindak lanjut perawat “Bagaimana kalua rabu minggu depan kita bertemu lagi di sini (Puskesmas), memeriksa kondisi Tini dan latihan yang dilakukan .” 3.5 Salam “Semoga Tini lekas sembuh”. Standar Pelaksanaan Komunikasi (SP) dengan Keluarga SP1 Keluarga 1. Orientasi 1.1 Salam Selamat pagi ibu, saya budi dari Puskesmas Mulya, Nama Ibu Siapa? Panggilannya apa? 1.2 Evaluasi Bagaimana kesehatan anggota keluarga ibu? Apakah ada yang sakit ? 1.3 Validasi Apakah sudah dibawa ke puskesmas atau sudah berobat ke tempat yang lain? Bagaimana hasilnya? 1.4 Kontrak 1.4.1 Tindakan dan tujuan Baiklah saya akan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap keluarga ibu, agar dapat membantu meningkatkannya. 1.4.2 Waktu Waktunya 30 menit ya ibu,apakah ibu setuju? 1.4.3 Tempat Kita lakukan disini saja ya,Bu? 2. Kerja 2.1 Pengkajian 2.1.1 Identitas Keluarga Saya akan mendata siapa saja yang tinggal serumah dengan Ibu.Di rumah ini Ibu tinggal bersama siapa aja?Oh,bersama Bapak dan anak ya.Kita mulai dengan Bapak dulu ya Bu.Bapak nama lengkapnya siapa ?Berapa usia saat ini?Pendidikan Bapak apa?Bapak bekerja di mana ?Bagaimana kondisi kesehatan Bapak saat ini? Sekarang saya akan mendata Ibu sendiri.Nama lengkap Ibu?Berapa usia ibu saat ini?Pendidikan ibu apa?Apakah Ibu bekerja ?Dimana ? Bagaimana kondisi kesehatan ibu saat ini Nah,sekarang saya akan mendata anak ibu.Nama lengkap anak?Berapa usianya saat ini?Pendidikan apa?Apakah anak Ibu bekerja?Di mana?Bagaimana kondisi kesehatan anak Ibu saat ini?Oh,jadi anak ibu sudah setahun ini tidak keluar rumah dan banyak diam dikamar ya,Bu? 2.1.2 Pengkajian Indikator Keluarga Sehat( IKS ) “Bu saya akan cek dulu kesehatan keluarga Ibu dengan indicator keluarga sehat (IKS) “IKS merupakan program pemerintah agar seluruh keluarga sehar.Ibu akan menjawab pertanyaan IKS dengan ya atau tidak.Mari kita Mulai !” Apakah keluarga ibu mengikuti program keluarga berencana? Apakah ibu melahirkan di fasilitas kesehatan? Apakah anak ibu mendapatkan imunisasi dasar lengkap? Apakah anank ibu mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan ? Apakah balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan? Apakah anggota keluarga tidak ada yang merokok? Apakah anggota keluarga Ibu menjadi anggota JKN/BPJS? Apakah anggota keluarga ibu memiliki akses sarana air bersih? Apakah keluarga ibu memiliki akses jamban sehat? Apakah anggota keluarga ibu ada yang menderita TBC? Jika ya,apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari pelayanan kesehatan ? Apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa ?Jika ya,apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari pelayanan kesehatan ? Apakah ada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus ?Jika ya,apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan pelayanan kesehatan ? standar dari Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi ? Jika ya,apakh sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari pelayanan kesehatan ? Apakah ada yang menderita kanker ? Jika ya,apakah sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan standar dari pelayanan ksehatan ? Kesimpulan : ‘Baik Bu,berdasarkan beberapa pertanyaan tadi,sebagian besar sudah bagus,tetapi ternyata ada anggota keluarga Ibu yang mengalami masalah kesehatan jiwa yaitu banyak bicara,masih menganggap dirinya nabi,perilaku sulit diarahkan,dan cenderung berbuat sesuai kemauan sendiri,ini disebut dengan waham.” “Baiklah Bu,setelah bicara dengan Ibu,saya akan bercakap –cakap dengan anak Ibu.” 2.1.3 Pengkajian Self report question ( SRQ ) “Selanjutnya saya akan memeriksa kesehatan ibu ada beberapa pertanyaan.saya mulai ya Bu,kondisi yang ibu rasakan dalam 30 hari terakhir ya Bu.” Apakah Ibu sering menderita sakit kepala ? Apakah Ibu kehilangan nafsu makan ? Apakah tidur ibu tidak lelap ? Apakah ibu mudah menjadi takut ? Apakah ibu merasa cemas,tegang,dan khawatir ? Apakah tangan ibu gemetar ? Apakah ibu mengalami gangguan percernaan ? Apakah ibu merasa sulit berpikir jernih ? Apakah ibu merasa tidak bahagia ? Apakah ibu lebih senag menangis ? Apakah ibu merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari ? Apakah ibu mengalami kesulitan untuk mrngambil keputusan ? Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari ibu terbengkalai ? Apakah ibu merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan ini ? Apakah ibu kehilangan minat terhadap banyak hal ? Apakah ibu merasa tidak bahagia ? Apakah ibu merasa tidak berharga ? Apakah ibu mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup ini ? Apakah ibu merasa lelah sepanjang waktu ? Apakah ibu merasa tidak enak di perut ? Apakah ibu mulai lelah ? Apakah ibu minum alcohol lebih banyak dari biasanya atau apakah ibu menggunakan narkoba ? Apakah ibu yakin bahwa seseorang mencoba mencelakai ibu dengan cara tertentu ? Apakah ada yang mengganggu atau hal yang tidak biasa dalam pikiran ? Apakah ibu pernah mendengar suara tanpa tahu sumbernya atau orang lain tidak dapat mendengar ? Apakah ibu mengalami mimpi mengganggu tentang suatu bencana/musibah atau adakah saat-saat ibu seolah mengalami kembali kejadian bencana itu ? Apakah ibu menghindari kegiatan,tempat,orang atau pikiran yang mengingatkan ibu akan bencana tersebut ? Apakah minat ibu terhadap teman dan kegiatan yang biasa ibu lekukan bencana itu ? Apakah ibu kesulitan memahami atau mengekspresikan perasaan ibu Kesimpulan : “jadi,berdasarkan jawaban dari pertanyaan di atas Ibu mengalami kecemasan,Ibu mengalami 7 gajala.” 2.2 Diagnosis “ Baiklah Bu,dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan maka ada beberapa kondisi kesehatan dalam keluarga .” Ibu sendiri mengalami kecemasan Anak ibu mengalami masalah kesehatan jiwa Anggota keluarga lain tidak ada masalah ,mereka sehat. 2.3 Tindakan keperawatan “Baiklah,saya akan bantu ibu dulu mengatasi kecemasannya,dan sesudah itu kita ke anak ibu.” 2.3.1 Tindakan keperawatan pada keluarga Untuk mengatasi kecemasan ibu ada beberapa cara : 2.3.1.1 Latih teknik relaksasi : tarik napas dalam Contohkan : “Tarik napas dalam dari hidung tahan sebentar dan keluarkan dari mulut sambil mengembuskan kecemasan ibu.” Dampingi : “Nah,sekarang ayo kita coba ,ibu tarik napas dalam,tahan keluarkan dari mulut seperti mengembuskan kesusahannya.ya,benar seperti itu ,bu.” Mandiri : Nah ,sekarang coba lakukan sendiri,wah bagus sekali bu,benar sekali 2.3.1.2 Latihan distraksi “Bu apa saja hobi atau kebiasaan ibu ? Membaca,mendengar music,dan lain-lain,jadi ibu isi waktu kosong dengan kegiatan ini,misalnya saat ada yang bertamu ajak bercakap-cakap tentang pengalaman yang menyenangkan ,upayakan waktunya terisi dengan kegiatan “ 2.3.1.3 Latihan hipnotik lima jari “Mari kita latihan focus pada semua hal positif yang ibu miliki “ Tarik napas dalam,tutup mata dan kosong kan pikiran Satukan jempol dengan telunjuk : ingat saat badan sehat,itu saja yang dibayangkan,jangan yang lain Satukan jempol dan jari tengah :ingat semua orang yang peduli,perhatian dan saying pada ibu,itu saja yang dibayangkan jangan yang lain Satukan jempol dan jari manis : ingat saat ibu mendapatkan pujian,hadiah ,prestasi,dan ibu sangat senang,itu saja yang dibayangkan janganyang lain Satukan jempol dan kelingking :ingat tempat yang paling indah yang pernah dikunjungi bayangkan ibu ada disana dan senang sekali itu saja yang dibayangkan “Lalu buat jadwal ya bu,untuk semua kegiatan yang dlakukan .baik bu,sebelum saya menjelaskan cara merawal anak ibu,mari kita menemui anak ibu terlebih, dahulu.” 2.6 Evaluasi No. 1. Dx Keperawatan Waham : stress Tujuan Keperawatan TUM : Evaluasi Keperawatan S: Klien mengatakan: Klien mampu - Selamat pagi, namanya Tini berkomunikasi sesuai - Klien sudah menikah dan realitas mempunyai 3 anak. Tindakan Keperawatan - Tinggal dirumah dengan untuk pasien anak TUK 1 : - Dulu bekerja di kantor, - Pasien dapat kemudian – tiba tiba membina mengatakan bahwa dirinya hubungan adalah seorang nabi saling percaya - Klien senang menjadi nabi TUK 2 : - pasien dapat O : -Klien mau menerima kehadiran berorientasi perawat di kepada realitas sampingnya secara bertahap tanda–tanda curiga TUK 3 : - pasien dapat - Klien mengijinkan perawat memenuhi duduk disampingnya kebutuhan - Klien menceritakan ide– ide dasar dan perasaanya yang muncul secara TUK 4 : - berulang dalam pasien mampu pikirannya (seorang nabi) berinteraksi dengan lain keluarga TUK 5 : - - Klien tidak menunjukan pasien - Klien belum orang menyebutkan dapat kejadian- dan kejadian sesuai dengan urutan waktu serta harapan/kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi seperti menggunakan obat harga siri, rasa aman, dsb dengan - prinsip 5 benar Klien tidak dapat menyebutkan perbedaan antara traumatis/ kejadian kebutuhan tidak terpenuhi dengan wahamnya - Klien belum bisa menyebutkan pengalaman nyata pengalaman dengan wahamnya - Klien belum bisa menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari– hari yang diakibatkan oleh ide–ide atau pemikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan - Klien belum bisa melakukan aktivitas yang konstruktif sesuai dengan minatnya yang dapat mengalihkan focus terhadap wahamnya A : - Secara Kognitif Klien belum bisa menyebutkan pengertian dan penyebab waham - Secara Afektif Klien belum menyadari wahamnya - Secara Psikomotor Klien belum mempraktekan teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya P : - Untuk klien: - Untuk perawat: Ulangi SP 1 tentang mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran klien, mengidentifikasi stressor/ pencetus waham, menegidentifikasi waham, mengidentifikasi kosekuensi dari waham, teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran yang terpusat pada waham klien 2. Gangguan iddentitas TUM : S: Klien mengatakan: diri: gangguan Mampu - Masih sebagai nabi. neurologis mempetahankan - Senang menjadi nabi. keutuhan persepsi - Teman-temannya terhadap identitas diri yang percaya. TUK 1 : - - Pasien membina Hubungan banyak dengan dapat keluargnya tetap seperti hubungan yang dulu saling percaya TUK 2 : - O: - Klien menceritakan ide- Pasien mampu ide dan perasaan yang muncul merubah persepsi diri secara TUK 3 : pikirannya. - Pasien mampu - berprilaku dengan berulang Klien sesuai menyebutkan belum dalam dapat kejadian- identitas kejadian sesuai dengan urutan dirinya waktu, serta harapan/kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. - Klien belum mampu menyebutkan hubungan antara kejadian traumatis/kebutuhan tidak terpenuhi dengan wahamnya. - Klien belum menyebutkan pengalaman bisa perbedaan nyata dengan pengalaman wahamnya. - Klien belum bisa menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari-hari diakibatkan yang oleh ide- ide/pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan. - Klien belum bisa melakukan aktivitas yang konstruktif sesuai dengan minatnya yang dapat mengalihkan fokus klien dari wahamnya. A : - Secara kognitif: Klien belum bisa pengertian menyebutkan waham, penyebab, tanda waham. - Secara afektif: Klien belum dapat menyadari wahamnya. -Secara psikomotor: Klien belum bisa mempraktekan tekhnik distraksi relaksasi sebagai cara menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya. P: - Untuk klien: “coba ingat kembali alasan ibu dibawa kesini” - Untuk Perawat: Ulangi SP 1 mengidentifikasi yang tentang perasaan muncul secara berulangdalam pikiran klien, mengidentifikasi stressor/pencetus waham (Triggers Factor), mengidentifikasi waham klien, mengidentifikasi konsekwensi waham klien, mengidentifikasi tekhnik distraksi sebagai relaksasi cara menghentikan pikiran yang terpusat pada waham klien. 3. Koping tidak TUM : efektif: Klien mampu menilai - Masih sebagai nabi. ketidakpastian dan merespons stressor - Senang menjadi nabi. dan S: Klien mengatakan: atau - Teman-temannya ketidakmampuan banyak yang percaya. menggunakan sumbersumber yang ada untuk O: - Klien menceritakan ide- mengatasi masalah ide atau pikiran dan perasaan TUK 1 : yang muncul secara berulang - Pasien membina dapat dalam pikirannya hubungan - Klien belum dapat saling percaya menyebutkan hubungan TUK 2 : antara traumatis/ - Klien memenuhi kejadian mampu kebutuhan tidak kebutuhan dengan wahamnya dasar - TUK 3 : menyebutkan - Klien menggunakan mekanisme yang sesuai terpenuhi Klien belum mampu pengalaman bisa perbedaan nyata dengan pengalaman wahamnya koping - Klien belum bisa menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari-hari diakibatkan ide-ide yang atau pikirannya yang tidak sesuai dengan kenyataan - Klien belum bisa melakukan aktivitas yang konstruktif sesuai dengan miniatnya yang dapat mengalihkan fokus klien dari wahamnya A: Secara kognitif : - Klien belum bisa menyebutkan pengertian waham Secara afektif : - Klien belum bisa menyadari wahamnya - Secara psikomotor : Klien belum bisa mempraktekkan teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya P: - Untuk klien: “ Coba ingat kembali alasan ibu dibawa kesini” - Untuk Perawat : Ulangi SP1 tentang mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran klien, mengidentifikasi stressor/pencetus waham, mengidentifikasi waham, mengidentifikasi konsekuensi waham klien, melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya. 4. Ketidakberdayaan: TUM : waham Klien S: Klien mengatakan: mampu - Masih sebagai nabi. mempengaruhi hasil - Senang menjadi nabi. secara signifikan - Teman-temannya TUK 1 : yang percaya. - Pasien membina dapat - Hubungannya banyak dengan hubungan tetangga nya baik-baik saja saling percaya - Klien jadi jauh dengan TUK 2 : keluarga dan temannya, suka - Klien mampu tidur, lihat televisi, menyapu, menyatakan frustasi yang paling klien sukai yaitu atau mampu memimpin olahraga. melaksanakan aktivitas sebelunya O : -Klien menceritakan ide- TUK 3 : ide - Klien yang muncul secara mampu berulang dalam pikirannya menyatakan rasa malu - Klien dapat menyebutkan kejadian-kejadian sesuai dengan urutan waktu serta harapan/ kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi seperti : harga diri, rasa aman. - Klien dapat menyebutkan hubungan antara kejadian traumatis / kebutuhan tidak terpenuhi dengan wahamnya - Klien menyebutkan perbedaan pengalaman nyata dengan pengalaman usahanya - Klien menjelaskan gangguan fungsi hidup seharihari yang di akibatkan ide-ide / pikirannya yang tidak sesuai dengan kenyataan. - Klien melakukan aktivitas yang konstruktif sesuai dengan minatnya yang dapat mengalihkan fokus klien dari wahamnya. A : - Secara kognitif : klien mengetahui pengetian waham - Secara afektif : klien menyadari wahamnya - Secara psikomotor : klien bisa mempraktekkan menjadi pemimpin olahraga P : - Untuk klien: “coba diingat apa saja hobi atau aktivitas fisik yang ibu sukai” - Untuk perawat: Lanjutkan SP 2 aktivitas tentang melakukan yang konstruktif sesuai dengan minatnya yang dapat mengalihkan fokus klien dari wahamnya. DAFTAR PUSTAKA Keliat, B. A. And Jesika Pasaribu (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart, 1st Indonesia edition. Singapore: Elsevier. Prastika, Yemilia. all. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada pasien Waham Kebsaran dengan Diagnosa Medis Skizofrenia Hebefrenik di Ruang Flamboyan RS Jiwa Menur Surabaya. Universitas Muhammadiyah Surabaya Ramadahani, Nurul. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Dengan Penerapan Terapi Okupasi Aktivitas Menggambar Di Instalasi Kesehatan Jiwa RSUD Banyumas. Universitas Muhammadiyah Purwokerto Yusuf, Ah., dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Priasmoro, Dian Oka dan Indarti. kesehatan RS dr. Soepraoen 2018. Keperawatan Jiwa. Malang. Politeknik