LAPORAN PENDAHULUAN Keperawatan Jiwa Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Kasus “GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM” Disusun Oleh: RUTH KRISTIANI DOLOK SARIBU (P0 5120420 029) Clinical Teacher (Asmawati, S. Kp., M. Kep) Mengetahui, Clinical Instructure (Ns. Panzilion, S. Kep., MM) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN PPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS T.A. 2020/2021 A. Konsep Dasar Gangguan Proses Pikir: Waham 1. Pengertian Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. keyakinan ini berdasar dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Depkes RI 2000). Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006). Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003). Waham adalah keyakinan yang keliru tentang isi pikir yang dipertahankan secara kuat atau terus menerus namun tidak sesaui dengan kenyataan (SDKI, 2017). 2. Etiologi a. Faktor Predisposisi 1) Genetis: diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif. 2) Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic 3) Neurotransmitter: abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat. b. Psikologis: ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli. c. Faktor Presipitasi 1) Proses pengolahan informasi yang berlebihan 2) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal. 3) Adanya gejala pemicu 3. Rentang Respon Respon adaptif Pikiran logis Respon Maladaptif Disorientasi Pikiran Gg.Pikiran/Waham Persepsi Akurat Ilusi Sulit Berespon Emosi Konsisten Reaksi Emosi Ber (+/-) Perilaku Kacau Prilaku Sesuai Prilaku Aneh/Tdk Biasa Isolasi Sosial Berhubungan Social Menarik Diri 4. Fase Waham Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu : a. Fase Lack of Human need Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history). b. Fase lack of self esteem Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah. c. Fase control internal external Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apaapa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain. d. Fase environment support Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. e. Fase comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ). f. Fase improving Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial. 5. Jenis Waham a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya tambang emas.” b. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.” c. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.” d. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker). e. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”. f. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam pikirannya. g. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut h. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di luar dirinya. 6. Tanda dan Gejala a. Tanda dan Gejala Mayor 1) Subjektif: Mengungkapkan isi waham 2) Objektif: menunjukkan perilakusesuai isi waham, isi pikir tidak sesuai realitas, isi pembicaraan sulit dimengerti b. Tanda dan Gejala Minor: 1) Subjektif: merasa sulit konsentrasi dan merasa khawatir 2) Objektif: Curiga berlebihan, wasapada berlebihan, bicara berlebihan, sikap menentang atau permusuhan, wajah tegang, pola tidur berubah, tidak mampu mengambil keputusan, flight of idea, produktivitas menurun, tidak mampu merawat diri, dan menarik diri 7. Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan Perubahan proses pikir: Waham Isolasi Sosial: Menarik Diri B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Waham 1. Pengkajian a. Identifikasi klien Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan. b. Keluhan utama / alasan masuk Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang dilakukan ke keluarga Rumah untuk Sakit, yang telah mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai. c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada mengalami, masa penganiayaan lalu, fisik, pernah melakukan, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan: 1) Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. 2) Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau pertumbuhan dan perkembangan individu pada SSP, prenatal, neonatus dan anak-anak. 3) Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk. d. Aspek fisik / biologis Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan badan, e. Aspek psikososial 1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh. 2) Konsep diri a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai. b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki- laki / perempuan. c) Peran: tugas kelompok dalam yang diemban dalam dan masyarakat dan keluarga kemampuan / klien melaksanakan tugas tersebut. d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya. e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah. 3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat 4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah. f. Status mental Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, proses klien, pikir, tingkat konsentasi dan daya tilik diri. interaksi selama wawancara, persepsi isi pikir, tingkat kesadaran, memori, berhitung, kemampuan penilaian dan g. Proses pikir. Proses pikir dalam berbicara jawaban klien kadang meloncatloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan (flight of ideas) kadang-kadang klien mengulang pembicaraan yang sama (persevere) Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir. h. Isi Pikir Contoh isi pikir klien saat diwawancara: Klien mengatakan bahwa dirinya banyak mempunyai pacar, dan pacarnya orang kaya dan bos batu bara Masalah keperawatan: waham kebesaran. Klien mengatakan alasan masuk RSJ karena sakit liver. Masalah keperawatan: waham somatik. i. Kebutuhan Persiapan Pulang 1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan 2) Klien mampu BAB membersihkan WC dan BAK, menggunakan dan serta membersihkan dan merapikan pakaian 3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien. 4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah 5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat. j. Masalah psikososial dan lingkungan Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien. k. Pengetahuan Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah. l. Aspek medic Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai dan perkembangan klien suatu supaya dapat refungsionalisasi melaksanakan sosialisasi secara kehidupan bermasyarakat. 2. Diagnosa Keperawatan 1) Perubahan proses pikir: Waham 2) Isolasi sosial: menarik diri 3) Risiko perilaku kekerasan wajar dalam 3. Perencanaan DIAGNOSA TUJUAN KEPERAWATAN (TUK/TUM) Waham TUM : KRITERIA EVALUASI 1. Ekspresi Klien INTERVENSI RASIONAL wajah 1.1 Bina hubungan saling prcaya dengan Hubungan saling secara bersahabat, menunjukkan mengemukakan prinsip komunikasi merupakan mampu rasa senang, ada kontak terapeutik : berhubungan mata, a. mengucapkan salam terapeutik. selanjutnya akan dilakukan. dengan realitas atau tangan, kenyataan menyebutkan bertahap TUK 1 : 1. Klien dapat mau berjabat mau nama, dasar percaya untuk memperlancar interaksi yang Sapa klien dengan ramah, baik Tindakan akan membina verbal maupun non verbal. klien dalam menjawab salam, klien b. berjabat tangan dengan klien secara baik mau duduk berdampingan c. perkenalkan diri dengan sopan sehingga dengan d. tanyakan nama lengkap klien dan mengungkapkan isi hatinya. perawat, mau membina mengutarakan masalah nama panggilan yang disukai hubungan yang dihadapinya, tidak saling percaya menunjukkan tanda-tanda e. jelaskan tujuan pertemuan kecurigaan, mau f. membuat kontrak topik, waktu menerima bantuan dari dan tempat setiap kali bertemu perawat klien klien g. tunjukkan sikap empati menerima klien apa adanya dan berinteraksi dan klien benar, bersedia h. beri perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien 1.2 Jangan membantah dan mendukung Meningkatkan orientasi klien waham klien a. Katakan terhadap bahwa realita serta perawat meningkatkan rasa percaya menerima keyakinan klien klien kepada perawat b. Katakan bahwa perawat tidak mendukung keyakinan klien 1.3 Yakinkan klien bahwa ia dalam Suasana keadaan aman dan terlindungi lingkungan yang bersahabat turut mendukung a. “Anda berada di tempat aman komunikasi terapeutik dan terlindung” b. Gunakan keterbukaan kejujuran dan meninggalkan klien dan jangan dalam keadaan sendiri 1.4 Observasi apakah waham Mengetahui penyebab mengganggu aktivitas sehari hari waham curiga dan intervensi dan perawatan diri klien yang selanjutnya dilakukan oleh klien akan TUK 2: Klien Kriteria evaluasi : dapat 1. Klien 2.1 Diskusikan dapat mengetahui keluarga dengan tentang klien obat, dan Obat dosis, waham dapat klien menggunakan obat manfaat minum obat, kerugian frekuensi, efek samping obat, dan membantu dengan benar tidak minum obat akibat dari penghentian obat 2. Klien mengetahui nama, warna, dsis, efek samping, efek terapi 3. Klien mengontrol dan dapat penyembuhan klien 2.2 Diskusikan perubahan perasaan klien Mengontrol kegiatan klien setelah minum obat minum obat dan mencegah 2.3 Berikan obat dengan prinsip 5 benar klien putus obat mendemonstrasikan penggunaan obat dan observasi setelah minum obat dengan benar 4. Klien mendemonstrasikan dapat akibat berhenti minum obat tanpa berkonsultasi pada dokter 5. Klien dapat mendemonstrasikan prinsip 5 benar dalam penggunaan obat TUK 3 : Klien Kriteria evaluasi : dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari 3.1 Berkan pujian pada penampilan dan Penguatan kemampuan klien yang realistis reinforcement positif dapat meningkatkan 3.2 Dsikusikan bersama dnegan klien kemampuan yang dimiliki kemampuan yang dimilikinya 2. Klien dapat mengontrol wahamnya mengenai kemampuan yang oleh klien dan harga dii klien dimilikinya dahulu dan saat ini 3.3 Tanyakan apa yang bisa dilakukan Klien (kaitkan dengan hal seputar aktivitas memilih terdorong untuk aktivitas, seperti sehari hari dengan perawatan diri sebelumnya tentang aktivitas klien), lalu anjurkan untuk yang pernah dimiliki oleh melakukannya saat ini klien 3.4 Jika klien selalu berbicara tentang Dengan mendengarkan klien wahamnya, dengarkan sampai akan merasa lebih kebutuhan waham tersebut tidak ada diperhatikan, sehingga klien atau klien berhenti membicarakan akan wahamnya. Perawat mengungkapkan perlu perasaannya memperhatikan bahwa klien sangat penting TUK 4: Klien Kriteria evaluasi : dapat mengidentifikasi kebutuhan tidak dimiliki yang 4.1 Observasi kebutuhan klien sehari- Observasi dapat digunakan 1. Kebutuhan klien terpenuhi 2. Klien dapat melakukan aktivitas secara terarah 3. Klien tidak menggunakan atau membicarakan wahamnya hari untuk mengetahui kebutuhan 4.2 Diskusikan kebutuhna klien waham klien yang tidak terpenuhi selama dirumah maupun di rumah sakit 4.3 Menghubungkan kebutuhan yang Dengan mengetahui 4. perasaan marah, jengkel, bicara kasar. tidak terpenuhi dengan timbulnya keutuhan klien yang tidak waham terpenuhi, perawat dapat mengetahui kebutuhan yang akan diperlukan oleh klien waham 4.4 Tingkatkan aktivitas klien yang Dengan melakukan aktivitas, dapat memenuhi kebutuhan klien klien tidak akan lagi serta aktivitas yang memerlukan menggunkan isi atau ide waktu dan tenaga wahamnya 4.5 Mengatur situasi agar klien tidak Dengan situasi tertentu, klien memiliki waktu untuk menggunakan akan wahamnya TUk 5 : Kriteria evaluasi : Klien dapat 1. Klien dapat berbicara dengan berhubungan dengan 5.1 Berbicara realitas realitas 2. Klien dapat menyebutkan perbedaan pengalaman nyata mampu berorientasi dan pengalaman wahamnya realitas 3. Klien secara bertahap mengontrol wahamnya dengan klien dalam Penguatan (reinforcement ) konteks realita (realitas diri, realitas penting untuk meningkatkan orang lain, serta realitas waktu dan kesadaran klien akan realitas atau kenyataan atau dengan dapat mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) tempat) 5.2 Ikut sertakan klien dalam terapi Pujian dapat meningkatkan aktivitas kelompok dalam kaitannya harga dengan orientasi realitas diri memotivasi 5.3 Berikan pujian pada tiap kegiatan meningkatkan klien klien dan untuk kegiatan TUK 6: Klien dukungan keluarga Kriteria evaluasi : dapat 1. Keluarga dari hubungan dapat dan pengertian akan membantu percaya b. Cara merawat klien dalam mengendalikan c. Lingkungan keluarga wahamnya tand adan perawatan klien dengan wahamnya Perhatian keluarga 2. Keluarga dapat menyebtkan tindakan 6.1 Diskusikan dengan keluarga tentang: a. Gejala waham saling , positif nya membina dengan perawat pengertian positif yang dilakukan oleh klien d. Follow up dan obat 6.2 Anjurkan keluarga melaksanakannya dengan bantuan perawat STRATEGI PELAKSANAAN : GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM A. Kondisi Klien : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan. Takut, kadang panik. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas. Ekspresi tegang, mudah tersinggung B. Diagnosa Keperawatan Gangguan proses pikir : waham C. Tujuan Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar D. Tindakan Keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah: Mengucapkan salam terapeutik Berjabat tangan Menjelaskan tujuan interaksi Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien. 2. Bantu orientasi realita Tidak mendukung atau membantah waham pasien Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien E. Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki Berdiskusi tentang obat yang diminum Melatih minum obat yang benar Strategi Tindakan SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi Orientasi: “Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung, saya mahasiswa keperawatan dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang akan praktek di ruangan ini selama 2 minggu ke depan. Saya hari ini dinas pagi dari pukul 07.00-14.00, saya yang akan merawat Bapak pagi ini.” “Nama Bapak siapa?Senangnya dipanggil apa?” “Pak K, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang Pak K rasakan sekarang?” “Berapa lama Pak K mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” “Bapak mau kita berbincang-bincang di mana?” Kerja: “Saya mengerti Pak K merasa bahwa Pak K adalah seorang…., tapi yang Bapak rasakan tidak dirasakan oleh orang lain” “Tampaknya Bapak gelisah sekali, bisa Bapak ceritakan apa yang Bapak rasakan?” “O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?” “Siapa menurut Bapak yang sering mengatur-atur diri Bapak?” “Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur Bapak, juga kakak dan adik Bapak yang lain?” “Kalau Bapak sendiri inginnya seperti apa?” “O... bagus Bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri” “Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal tersebut” “Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya Bapak ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan kalau di rumah terus ya” Terminasi : “Oya Pak, karena sudak 15 menit, apakah Bapak mau kita berbincangbincang lagi atau sampai disini saja?” “Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?” “Apa saja yang sudah kita bicarakan Pak” “Bagaimana kalau saya kembali lagi 2 jam lagi” “Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang mengenai hobi Bapak?” “Jadi Bapak, hari ini kita sudah berbincang tentang perasaan yang Bapak rasakan, Bapak ingin seperti apa dan jadwal yang sudah kita buat” “Kalau begitu saya pamit dulu Pak, Selamat Pagi” SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekkannya Orientasi : “Selamat Pagi, bagaimana perasaan Bapak saat ini? Bagus!” “Apakah Bapak sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran Bapak?” “Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi Bapak tersebut?” “Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal tersebut?” Kerja : “Apa saja hobi bapak? Saya catat ya Pak, terus apa lagi?” “Wah.., rupanya Bapak pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volley seperti itu lho Pak” “Bisa Bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada Bapak, dimana?” “Bisa Bapak peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?” “Wah..baik sekali permainannya” “Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali sehari/seminggu Bapak mau bermain volley?” “Apa yang Bapak harapkan dari kemampuan bermain volley ini?” “Ada tidak hobi atau kemampuan Bapak yang lain selain bermain volley?” Terminasi : “Oya Pak, karena sudah 20 menit, apakah mau kita akhiri percakapan ini atau mau dilanjutkan?” “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan Bapak?” “Setelah ini coba Bapak lakukan latihan volley sesuai dengan jadwal yang telah kita buat ya?” “Besok kita ketemu lagi ya bang?” “Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?” “Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus Bapak minum, setuju?” “Kalau begitu, saya pamit Pak ya..Selamat Pagi” SP 3 Pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar Orientasi : “Selamat Pagi Pak?.” “Bagaimana bang sudah dicoba latihan volley? Bagus sekali” “Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang obat yang Bapak minum?” “Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?” “Berapa lama Bapak mau kita berbicara? 20 atau 30 menit? Kerja : “Bapak berapa macam obat yang diminum per Jam berapa saja obat diminum?” “Bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang” “Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”. “Sebelum minum obat ini Bapak dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar” “Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya Bapak tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”. Terminasi : “Oya Pak, karena sudah 30 menit, apakah percakapan ini mau kita akhiri atau lanjut?” “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bang B minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?” “Mari kita masukkan ke jadwal kegiatan Bapak? Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster” “Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Pak!” “Pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?” “Kalau begitu saya pamit dulu Pak, Selamat Pagi” DAFTAR PUSTAKA Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta : FIK, Universitas Indonesia Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003 Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000 Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC