BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep komunikasi pemasaran saat ini terus menerus diaplikasikan
berbagai perusahaan, instansi pemerintah dan berbagai bidang industri produk
barang dan jasa. Konsep komunikasi pemasaran juga mulai diaplikasikan pada
berbagai bidang salah satunya adalah bidang pariwisata. Bungin (2015)
menjelaskan bahwa komunikasi berperan penting bukan saja pada komponen
pemasaran pariwisata, namun pada semua komponen pariwisata. Dunia pariwisata
sebagai kompleks produk, memerlukan komunikasi untuk mengkomunikasikan
pemasaran pariwisata, mengkomunikasikan aksebilitas, mengkomunikasikan
destinasi dan sumber daya kepada wisatawan dan seluruh stakeholder pariwisata
termasuk membentuk kelembagaan pariwisata.
Pariwisata alam yang berkelanjutan disebut dengan ekowisata atau Green
Tourism. Salah satu pariwisata alam yang ada di Provinsi Riau adalah Taman
Nasional Tesso Nilo (selanjutnya disebut TNTN). Taman Nasional ini dibentuk
sebagai kawasan konservasi Gajah Sumatera dan beberapa hewan lainnya di
dalam hutan, serta mempertahankan kawasan hutan. Namun belum semua pihak
menyadari fungsi dari TNTN baik dari pihak masyarakat sekitar kawasan, turis
domestik, dan beberapa pihak lapisan masyarakat lainnya.
Kawasan TNTN sebenarnya bukan kawasan yang baru dibentuk.
Penetapan kawasan TNTN sesuai dengan SK penunjukan No.SK.255/Menhut-
II/2004 tanggal 19 Juli 2004 seluas ± 38.576. Kemudian, kawasan TNTN
diperluas dengan No.SK.663/Menhut-II/2009 tanggal 15 Oktober 2009 seluas
44.942 ha, hingga SK Penetapan TNTN, No.SK.6588/Menhut-VII/KUH/2014
tanggal 28 Oktober 2014 dengan luas kawasan 81.793 Ha. Dilihat dari data
tersebut, seharusnya paling tidak pada jangka waktu sekitar ± 12 tahun hingga saat
ini, kehadirannya seharusnya sudah dikenal, namun ternyata banyak masyarakat
atau turis domestik yang belum terlalu mengenal ekowisata di TNTN.
1
Mulai penunjukan, perluasan hingga penetapan kawasan TNTN sejak
tahun 2004 hingga saat ini, TNTN dinilai masih belum cukup dikenal oleh
ekowisatawan maupun masyarakat sekitar. Kurangnya pengetahuan akan
informasi mengenai kegiatan ekowisata yang dilakukan, menyebabkan BTNTN
mencari cara yang bertujuan untuk memasarkan produk/ jasa ekowisata. Dengan
pertimbangan tersebut, BTNTN memerlukan sebuah tools yang dapat memberikan
informasi dengan efektif dan efisien, sehingga keberadaan BTNTN dikenal oleh
target wisatawannya. Dalam menyebarkan informasi ekowisata, BTNTN memilih
menerapkan
komunikasi
pemasaran
terpadu
(Integrated
Marketing
Communication). Melalui implementasi komunikasi pemasaran terpadu yang
memiliki beberapa bauran tools IMC sekiranya dapat membantu BTNTN dalam
menyebarkan informasi terkait dengan ekowisata.
Informasi yang disampaikan oleh BTNTN salah satunya adalah
mewujudkan misi dari TNTN dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
pengembangan kegiatan wisata
alam (ekowisata) dan pemanfaatan jasa
lingkungan mewujudkan TNTN sebagai Pusat Konservasi Gajah (PKG) yang
mampu menciptakan atau meningkatkan hubungan (ko-eksistensi) yang harmonis
antara gajah dan manusia di sekitar kawasan serta dapat menjamin kelestarian
Gajah Sumatera dalam jangka panjang.1
Pentingnya informasi terkait ekowisata BTNTN juga untuk menekan
angka perambahan yang disinyalir dari masyarakat baik itu masyarakat pendatang
atau masyarakat asli disekitar kawasan dan juga perusahaan sekitar. Data dari
WWF menunjukkan dua perusahaan Global Asian Agri dan Wilmar sampai
kuartal akhir 2012 diindikasikan tidak dengan cermat menyaring masuknya
Tandan Buah Segar (TBS), yang membuka peluang masuknya TBS yang ditanam
dari Taman Nasional. Meskipun demikian, sebagai anggota RSPO yang
senantiasa menerapkan perbaikan manajemen, hal ini segera ditanggapi dengan
seksama oleh kedua perusahaan. 2
Rencana Strategis TNTN 2015-2019
http://www.wwf.or.id/?28680/addressing-the-encroachment-problem--in-tessonilo-national-park. Diunduh pada tanggal 03/07/2016
1
2
2
Keberadaan TNTN berperan penting di kawasan Riau khususnya,
dikarenakan dalam upaya mengurangi dampak bencana asap dan banjir serta
menjaga
hutan
beserta
Flora
dan
Fauna
yang
ada
disana
secara
berkesinambungan. Pembentukan TNTN juga memegang peranan penting dengan
adanya prediksi dari Bank Dunia bahwa hutan dataran rendah Sumatera akan
musnah pada tahun 2005. Lima puluh tahun yang lalu pulau Sumatera nyaris
tertutup semuanya oleh hutan. WWF Indonesia menanti adanya komitmen lebih
lanjut untuk memperluas kawasan Taman Nasional Tesso Nilo sesegera
mungkin.3
Ide saja belum cukup dalam memperkenalkan TNTN, perlunya upaya
untuk menginformasikan kepada publik secara luas. Implementasi dari
komunikasi pemasaran terpadu perlu hadir dalam memasarkan ide, gagasan, serta
produk yang ada pada TNTN. Selain itu komunikasi pemasaran tidak hanya
memasarkan produk berbentuk fisik saja namun ide untuk menggiatkan ekowisata
juga termasuk aktifitas komunikasi pemasaran. Ide tersebut akan dikemas rapi
dalam sebuah bauran IMC pada komunikasi pemasaran sehingga mampu
menyebarkan informasi terkait TNTN. Seperti disebutkan oleh Shimp (2004)
bahwa komunikasi pemasaran mempresentasikan gabungan semua unsur dalam
bauran pemasaran merek yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan
menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep IMC
yang
dikemukakan oleh Shimp (2014), Sebenarnya konsep IMC sebelumnya juga
pernah digunakan sebagai salah satu strategi untuk memasarkan ekowisata di
Indonesia. Konsep ini pernah digunakan sebagai strategi pemasaran ekowisata di
Kebun Raya Bali. Tujuan penerapan pemasaran ekowisata dengan metode yang
lebih efektif untuk mendongkrak angka kunjungan. Kebun Raya Bali memerlukan
pengemasan potensi ekowisata yang dimilikinya dalam media penyampai pesan
yang efektif sekaligus pendekatan pemasaran yang mampu menjangkau sasaran
yang tepat, karena semua pendekatan ini akan bermuara pada peningkatan jumlah
kunjungan wisata (Muntadliroh, 2016).
3
http://www.wwf.or.id. Diunduh pada tanggal 03/07/2016
3
Mempertimbangkan pentingnya penggunan IMC pada ekowisata, peneliti
kemudian menarik konsep IMC ini pada Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN)
yang juga termasuk pada jenis ekowisata. Dengan pembagian elemen IMC
perencanaan, implementasi dan evaluasi yang bersinergi tentu saja akan
mempermudah peneliti untuk menganalisis konsep komunikasi pemasaran terpadu
yang dilakukan oleh BTNTN dalam menginformasikan destinasi ekowisata taman
nasional. Shimp juga membuat model sesuai dengan kebutuhan praktis pada
penelitian ini yaitu melihat implementasi komunikasi pemasaran terpadu yang
dilakukan BTNTN.
Beberapa perusahaan pariwisata biasanya hanya menggunakan bauran
iklan saja seperti penyebaran pamflet, brosur dan lainnya. Tentu saja iklan seperti
itu saja tidak cukup untuk memasarkan sebuah produk pariwisata ditengah
kebutuhan informasi akan destinasi pariwisata semakin kompleks. Namun
BTNTN menyadari perlunya sebuah perangkat terpadu sehingga kesemua bauran
dapat bekerja bersama dan tidak bekerja sendirian. Perangkat terpadu ini bukan
saja terkait bagaimana tahapan perencanaan saja tetapi lebih kepada bagaimana
sebuah instansi menerapkannya dalam memasarkan destinasi ekowisata.
(dalam
Hal tersebut sesuai dengan konsep IMC yang diungapkan oleh Schultz
Belch,
2007)
mengungkapkan
bahwa
integrated
marketing
Communication (IMC) adalah sebuah strategi bisnis yang bermula dari bagaimana
proses, membangun dan melaksanakan serta mengkoordinasikan seluruh elemen,
mengedepankankan konsumen, prospek, karyawan dan asosiasi serta target
internal dan eksternal yang berhubungan dengan bisnis dengan membangun merk
jangka panjang dan nilai-nilai pada stakeholder yang terkait.
Berdasarkan konsep yang telah dikemukakan diatas, peneliti ingin melihat
bagaimana implementasi yang dilakukan oleh BTNTN dalam melakukan tahapan
implementasi komunikasi pemasaran terpadu. Tahapan yang ingin dilihat peneliti
dimulai dari perencanaan, implementasi serta evaluasi yang dilakukan oleh
BTNTN. Selain melihat implementasi IMC, peneliti juga ingin mendapatkan
deskripsi mengenai bentuk-bentuk bauran tools IMC dengan enam bauran
dilaksanakan pada tahapan implementasi.
4
Produk pariwisata umumnya hanya dipromosikan dengan pembagian
pamflet atau brosur yang tergolong pada bauran iklan, namun pembauran elemen
tentu saja tidak cukup sampai pada periklanan saja. Pembauran masih ada
beberapa lagi yang harusnya digunakan seperti bauran komunikasi pemasaran
pada tahap implementasi. Bauran IMC ini akan dideskripsikan sebagai bentuk
implementasi BTNTN sebagai destinasi ekowisata yang memuat unsur; iklan,
promosi penjualan, penjualan personal, pemasaran interaktif, humas, dan
pemasaran langsung. Dengan melihat implementasi dan mengetahui bentuk-
bentuk tools IMC, peneliti dapat melihat apakah BTNTN dapat meningkatkan
ekuitas merek sehingga komunikasi pemasaran tetap memainkan peranan penting
menginformasikan kepada calon konsumen sehingga dapat menghasilkan merk
yang kuat dan akrab pada target market.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
penelitian ini akan difokuskan pada:
“Bagaimana implementasi komunikasi pemasaran terpadu (Integrated
Marketing Communication/IMC) BTNTN sebagai destinasi ekowisata di Provinsi
Riau?
C. Tujuan
Penelitian
yang
bertemakan
communication (IMC) ini bertujuan:
implementasi
Integrated
marketing
1. Mengetahui implementasi komunikasi pemasaran terpadu mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada BTNTNN sebagai destinasi
Ekowisata di Riau
2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk bauran Tools IMC yang digunakan oleh
BTNTN
5
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi konsep
komunikasi pemasaran khususnya komunikasi pemasaran dalam bidang
pariwisata dan ekowisata taman nasional
2. Secara Praktis
Melalui Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan
manfaat guna menjadi referensi berkenaan dengan penelitian Komunikasi
Pemasaran pada destinasi pariwisata dan ekowisata pada BTNTN.
E. Objek Penelitian
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
akan
mendeskripsikan
mengenai
implementasi IMC yang digunakan oleh Balai Taman Nasional (BTNTN) sebagai
destinasi Ekowisata. Objek penelitian akan diteliti adalah implementasi
komunikasi
pemasaran
terpadu
(IMC)
yang
(Pelalawan/Riau) sebagai destinasi ekowisata Riau.
dilakukan
oleh
BTNTN
F. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan menjelaskan kegiatan pemasaran terpadu yang
dilakukan oleh BTNTN sebagai pengelola destinasi Ekowisata. Selain mengajak
serta masyarakat untuk menjaga lingkungan dan juga sebagai pelaksanaan
tanggung jawab sebagai kawasan konservasi, BTNTN juga melirik taman nasional
Tesso Nilo sebagai destinasi Ekowisata yang akan maksimal jika memanfaatkan
konsep IMC dalam komunikasi pemasaran BTNTN.
Menurut Bungin (2015) komunikasi pariwisata berkembang dengan
menyatukan berbagai disiplin ilmu didalam kajian tentang komunikasi pariwisata.
Namun untuk menjadikannya sebagai suatu disiplin kajian komunikasi pariwisata
dibantu oleh berbagai disiplin yang nantinya menyumbangkan teorinya pada
komunikasi pariwisata. Bungin juga mengatakan bahwa disiplin yang paling dekat
adalah pemasaran dan komunikasi pemasaran. Dengan konsep diatas yang terkait
dengan komunikasi pemasaran yang ada pada sebuah destinasi ekowisata TNTN,
maka peneliti mengunakan beberapa kerangka pemikiran yang digunakan sebagai
6
panduan dalam menganalisis data yang diperoleh dan menjabarkannya menjadi
sebuah hasil penelitian. Peneliti menyusun kerangka pemikiran sebagai berikut:
1.
Komunikasi pemasaran
1.1. Pengertian komunikasi pemasaran
Komunikasi pemasaran saat ini tidak bisa hanya mengenal dan
menggunakan iklan dan promosi saja, namun memerlukan sebuah konsep yang
terintegrasi dengan baik. Komunikasi yang terjalin dengan baik disebut juga
Integrated Marketing Communication (IMC) yang mensinergikan elemen bauran
komunikasi untuk memaksimalkan tujuan komunikasi. The Northwestern
University’s Medill School of Journalism mendefenisikan IMC sebagai Proses
mengelola semua sumber-sumber informasi menyangkut produk/pelayanan
dimana seorang pelanggan yang memiliki proses didorong sedemikian rupa agar
perilakunya tergerak untuk mewujudkan penjualan dan membentuk loyalitas
konsumen (Hermawan, 2012).
Setiap pelaku pemasaran yang ingin membangun brand, produk atau
perusahaan tentu perlu untuk membangun hubungan dengan konsumennya.
Melakukan komunikasi pemasaran merupakan upaya yang perlu mereka lakukan
untuk membangun hubungan tersebut. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Kotler, bahwa komunikasi pemasaran merupakan cara yang digunakan pelaku
pemasaran untuk menginformasikan, memersuasi dan mengingatkan konsumen
baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai produk dan brand yang
mereka jual (Kotler, 2006).
Dengan konsep yang telah dipaparkan diatas dapat dipahami bahwa
konsep komunikasi pemasaran berfokus pada strategi mensinergikan elemen
untuk mengelola informasi dan pesan yang berasal dari sebuah instansi untuk
mempengaruhi konsumen sehingga komunikasi pemasaran tidak dipahami sebagai
tindakan konseptual atau taktis saja tetapi lebih kepada perencanaan matang pada
pemasaran sebuah perusahaan.
7
1.2. Program IMC
Secara tradisional, bauran promosi mencakup empat elemen; iklan
(advertising), promosi penjualan (sales promotion), publikasi/humas, dan
personal selling. Namun George dan Michael Belch menambahkan dua elemen
lagi dalam promotional mix yaitu Direct Marketing. Berikut bagan dari
penjelasan Belch:
Bagan 1.1 Elemen Promosi Belch
Sumber: Belch, 2007
The Promotional Mix
Advertising
Direct
Marketing
Interactive
/internet
marketing
Sales
Promotion
Publicity/
Public
relation
Personal
Selling
1.2.1. Iklan
Iklan merupakan salah satu bauran promosi yang merupakan kegiatan
komunikasi nonpersonal berkenaan dengan produk, servis atau jasa yang dibayar
atas jasa yang dimuat. Perusahaan biasanya membayar space iklan pada media
massa (TV, surat kabar, majalah, radio dan lainnya) dan biasanya setiap media
memiliki ketentuan masing-masing. Karakteristik iklan pada umumnya dibuat
untuk menargetkan banyak orang secara bersamaan dan iklan biasanya tidak
diperuntukkan untuk pesan yang membutuhkan respon langsung sehingga pesan
yang dibuat harus meminimalisir ambiguitas pada calon konsumen, kecuali dalam
direct response advertising (Morissan, 2010).
Bauran iklan dalam IMC merupakan bauran promosi yang cukup penting
mengingat bagaimana perusahaan akan hadir untuk memasarkan produk
barang/jasa pada target pasarnya. Iklan juga kerap kali menggunakan media
dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam menginformasikan citra perusahaan. Fungsi iklan selain memberikan
8
informasi juga memberikan nilai perusahaan dan membantu upaya perusahaan
untuk memberikan pengaruh pada target pasar yang dituju.
James webb young (dalam Shimp, 2014) mengatakan secara umum
periklanan itu memiliki 5 fungsi yaitu :
1. Memberikan informasi
Salah satu fungsi utama iklan adalah mempublikasikan merk. Iklan
memudahkan untuk peluncuran merk baru sehingga konsumen mengenal
merek suatu produk, mendidik mereka mengenai keuunggulan dan
manfaat merek.
2. Memberi pengaruh
Fungsi yang kedua adalah iklan dapat berfungsi untuk memberi pengaruh
kepada target konsumen untuk mencoba produk atau jasa yang ditawarkan
sebuah perusahaan atau instansi. Iklan menawarkan ketertarikan secara
emosional kepada konsumen dan pelanggan untuk mencoba merk ini
dibanding dengan merek pesaing.
3. Mengingatkan dan memperlihatkan keistimewaan
Pengaruh iklan membuat konsumen mengingat merek perusahaan dan
kemungkinan akan menjadikan produk tersebut sebagai kandidat yang
akan dibeli.
4. Menambah nilai
Fungsi iklan selanjutnya adalah menambah nilai penawaran mereka yaitu
dengan inovasi, meningkatkan kualitas, dan mengubah persepsi konsumen.
tiga penambah tersebut saling tergantung. Seperti ungkapan:
“Inovasi tanpa kualitas hanya kesenangan belaka. Persepsi
konsumen tanpa kualitas dan/atau inovasi adalah omong kosong.
Dan inovasi dan kualitas, jika tidak diwujudkan ke dalam persepsi
konsumen, maka seperti kata pepatah pohon jatuh kehutan yang
kosong”
5. Membantu upaya perusahaan.
Peran
utama
iklan
adalah
untuk
membantu
elemen
marketing
communication lainnya serta meningkatkan efektivitas media marcom
lainnya.
9
Iklan juga memiliki banyak keunggulan, seperti biasanya menjadi
standarisasi konsumen untuk percaya bahwa merk yang sudah diiklankan berarti
sudah aman untuk dikonsumsi. Pesan dari pemasar yang berulang-ulang juga
menyebabkan pesan iklan mudah diterima dan dipercaya oleh masyarakat. Iklan
juga memiliki banyak kompleksitas desain seperti pesan, warna, bentuk, bunyi,
dan cetakan tulisan dan lainnya yang tidak satupun didalamnya di desain tanpa
memiliki arti dan keterkaitan tujuan perusahaan. Meski demikian, sifat iklan yang
nonpersonal memang hanya membuka ruang kesempatan komunikasi satu arah
saja.
1.2.2. Pemasaran langsung
Pemasaran langsung biasanya disebut juga dengan direct marketing yang
berarti kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk memperoleh tanggapan atau
respon calon konsumen untun mengetahui tanggapan dari calon konsumen.
pemasaran langsung identik dengan e-mail dan katalog yang dibagi-bagikan pada
calon konsumen, namun aktivitas seperti mengelola database, penjualan langsung,
telemarketing dan iklan tanggapan langsung melalui berbagai media adalah
konsep yang sebenarnya.
Sulaksana (2007) mengatakan berbagai bentuk direct marketing seperti
direct mail, telemarketing, internet marketing, namun keseluruhannya memiliki
empat ciri yaitu pertama, bersifat nonpublik yang biasanya dimaksudkan pada
orang tertentu bukan acak, selanjutnya kedua, customized yang berarti pesan
dibuat khusus yang ketiga, up to date yang berarti pesan dibuat dengan sangat
cepat, dan terakhir interaktif yang bisa diubah-ubah tergantung respon yang
diterima.
Pemasaran langsung dalam IMC memerankan peranan yang cukup
penting mengingat dapat berinteraksi langsung dengan target konsumen sehingga
kelemahan produk bisa terdeteksi secara langsung melihat respon dari konsumen
atau calon konsumen. sebagai contoh, Produk susu dalam gelas sekali pakai dan
sering memberikan sample gratis yang biasanya akan diberi hadiah dan
meninggalkan nomor telepon dalam list yang disediakan. Nanti ada masa dimana
10
perusahaan menghubunginya melalui telepon itu untuk bertanya bagaimana
kualitas produk, rasa dan sebagainya. Hadiah yang diberikan untuk menarik
perhatian dari konsumen juga sehingga bisa bertanya langsung akan produk yang
ditawarkan. Hal ini ditujukan supaya calon konsumen yang biasanya
menggunakan produk pesaing bisa merasakan rasa susu tersebut sehingga
mungkin mempertimbangkan untuk pembelian selanjutnya.
1.2.3. Pemasaran Interaktif
Bauran IMC ini paling sering kita temui dalam strategi bisnis saat ini. Para
pemasar menggunakan bauran ini untuk melakukan penjualan langsung seperti
mengadakan kontes online akan produk tertentu, ataupun undian secara online.
Mengikuti peralihan kecanggihan teknologi saat ini perusahaan harus mampu
beradaptasi pada pasar yang beragam dan menuntut kompleksitas penawaran dari
pesaing bisnis. Internet merupakan hal utama dalam pemasaran interaktif ini.
Konsumen lebih mudah menerima gambar, audio dan merupakan media
iklan yang menarik, karena internet mampu menawarkan hal tersebut dan juga
bisa berinteraksi dengan calon konsumen. Belch (2007) mengatakan bahwa media
interaktif yang memiliki efek paling baik adalah internet. Jutaan perusahaan dari
perusahaan multinasional sampai perusahaan bisnis lokal telah membangun
sebuah website untuk memperomosikan produk dan jasa dengan konsumen
potensial melalui isnformasi untuk hiburan dan berinteraksi dengan mereka.
1.2.4. Promosi Penjualan
Para pemasar menggunakan konsep pemasar sebagai kegiatan pemasaraan
yang memberikan nilai tambah yang ditujukan kepada tenaga penjualan,
distributor, atau konsumen
yang diharap kegiatan ini mampu memberikan
kontribusi pada peningkatan penjualan. Dalam prakteknya lebih mudah kita lihat
ada dua bentuk : Pertama, promosi penjualan yang berorientasi pada konsumen
(consumer-oriented sales promotion) seperti pemberian kupon, pemberian sampel
produk, potongan harga (discount), undian berhadiah dan lainnya.
11
Namun
kegiatan
ini
ditujukan
untuk
kegiatan
yang
bertujuan
meningkatkan penjualan dalam jangka pendek, atau menarik perhatian calon
konsumen dalam jangka pendek. Kedua, adalah promosi penjualan yang
berorientasi pada pihak perantara pemasaran (marketing intermedaries), seperti
pengecer, reseller. Contohnya, perusahaan sepatu memberikan potongan harga
bagi reseller yang membantu mempromosikan dan menjual produk perusahaan
dengan harga yang telah disepakati (Morissan, 2010).
1.2.5.
Hubungan Masyarakat
Public Relation atau PR pada prakteknya lebih sering dikena dengan
Publisitas. Namun sebenarnya Publikasi berbeda dengan Public Relation atau
hubungan masyarakat. Publikasi adalah serangkaian kegiatan pemberitaan yang
mengacu pada orang, tempat, kegiatan yang terkait dengan perusahaan yang
biasanya tidak membayar ruang media untuk peliputannya. Sedangkan Public
Relation menurut Scott Cutlip dan rekan dalam (Morissan, 2010) pada buku
Effective Public Relations mendefenisikan Humas sebagai “The planned effort to
influence opinion through good character and responsible performance, based on
mutually satisfactory two-way communications”, yang berarti sebuah usaha
terencana mempengaruhi pandangan melalui kharakter yang baik serta tindakan
yang bertanggung jawab, didasarkan atas komunikasi dua arah yang saling
memuaskan.
Humas biasanya melakukan kegiatan komunikasi secara dua arah
sedangkan publisitas adalah satu arah saja. Sederhananya adalah publisitas adalah
salah satu tools bagi humas dalam melaksanakan kegiatannya. Berbeda dengan
iklan, publisitas perusahaan atau sebuah organisasi tidak dituntut bayaran namun
humas tidak bisa mengontrol apa yang ditulis oleh wartawan, dinaikkan menjadi
headline atau tidak dan lainnya, Humas hanya menyampaikan informasi terkait
dengan perusahaannya mungkin melalui press realese (siaran pers), atau
mengundang wartawan untuk jumpa Pers (Pres Conference).
Hermawan (2012) buku yang berjudul “Komunikasi Pemasaran”,
menjelaskan meskipun pemasar cenderung jarang memaksimalkan hubungan
12
masyarakat, program hubungan masyarakat yang direncanakan dengan baik dan
dikoordinasikan dengan tepat secara berkesinambungan dengan elemen bauran
komunikasi pemasaran terpadu lainnya bauran ini akan menjadi sangat efektif.
Kegiatan tersebut meliputi:
a. Hubungan pers
Memberikan informasi yang pantas dan layak/dimuat di surat kabar dan
media massa lainnya agar dapat menarik perhatian publik baik seseorang,
produk, jasa atau organisasi
b. Publisitas Produk
Aktivitas ini meliputi upaya mempublikasikan produk-produk tertentu
c. Komunikasi korporat
Kegiatan ini mencakup komunikasi internal dan eksternal serta
mempromosikan pemahaman tentang organisasi
d. Melobi
Kegiatan ini adalah usaha untuk bekerja sama dengan pembuat undang-
undang dan pejabat pemerintahan sehingga perusahaan mendapatkan
informasi penting yang berharga
1.2.6. Penjualan Personal
Penjualan personal atau yang disebut dengan personal selling adalah
penjualan dengan jalan berkomunikasi secara langsung antara seorang penjual
dengan calon pembelinya. Penjualan personal membuat kita bisa langsung
mendengarkan tanggapan langsung dari calon konsumen, contohnya seperti
melakukan kontak melalui percakapan melalui telepon, chatting atau penggunaan
aplikasi interaktif yang ada di duniaonline.
Penjualan personal memungkinkan modifikasi pesan penjualan jika respon
yang diberikan calon konsumen dinilai kurang baik. Penjualan personal juga dapat
ditujukan kepada calon pembeli yang dinilai paling potensial dan paling
prospektif untuk menjadi pelanggan di masa depan. Contoh penjualan personal
misalnya, penjualan yang dilakukan oleh perusahaan asuransi yang mungkin
mempunyai data atau gambaran umum tentang calon konsumen dengan
13
menelepon calon target konsumen, dengan menjelaskan nilai yang diberikan
perusahaan hingga mengajak mereka untuk bergabung pada asuransi terkait.
Enam elemen yang dipaparkan diatas memiliki kelemahan dan
keunggulannya masing-masing berdasarkan daya jangkau efek bauran dan tujuan
penggunaanya.
Pertimbangan
perusahaan
menggunakan
elemen
ini
dan
membaurkannya tentu menjadi pilihan yang harus dikaji terlebih dahulu pada
tahap selanjutnya karena menyangkut efektifitas pesan perusahaan yang ingin
disampaikan kepada calon konsumen.
1.3.
Tahapan keputusan IMC
Tujuan komunikasi pemasaran adalah untuk meningkatkan ekuitas merek
sehingga komunikasi pemasaran tetap memainkan peranan yang penting dengan
menginformasikan kepada calon konsumen sehingga dapat menghasilkan merk
yang kuat dan akrab pada target market. Perlu ada pengembangan praktek
komunikasi pemasaran yang efektif yaitu struktur konseptual dan skematis yang
berguna untuk memikirkan mengenai tahapan akan keputusan praktis yang dibuat
oleh komunikator pemasaran; yaitu keputusan dasar, implementasi, dan evaluasi
(Shimp, 2014). Adapun penjelasan lengkap akan dibahas sebagai berikut:
a. Keputusan mendasar/Basic Fundamental
Pada tahap yang pertama dalam mengembangkan praktek komunikasi
pemasaran dikenal ada empat unsur yang penting yang harus dilaksanakan yaitu:
Targeting, positioning, penetapan tujuan, dan penganggaran. Berikut penjelasan
dari elemen tersebut:
1. Identifikasi target pasar (Targeting)
Setiap pelaku pemasar seharusnya pada tahap awal memulai kegiatannya
dengan mengidentifikasi target pasar atau sasaran bidikan program komunikasi
pemasaran ini. Hal ini dikarenakan supaya komunikator tidak membuat pesan
pemasaran yang terbuang sia-sia karena kesalahan objek, tempat dan cara
menyampaikan pesan pemasaran pada kegiatannya. Ada empat kelompok
konsumen yang harus disadari oleh pemasar yaitu : Behaviorgraphic (penargetan
14
berasalkan bagaimana perilaku orang dengan menghargai produk tertentu dan
kelas produk), Psikografis (bentuk dan gaya hidup mereka), Demografis (usia,
pendapatan dan gaya hidup mereka), terakhir Geodemografis ( tempat mereka
hidup ).
Kehadiran internet juga menjadi pertimbangan dalam mengidentifikasi
target konsumen karena secara kharakteristik jelas berbeda. Perusahaan sudah
seharusnya mempelajari perilaku online dalam membuat pesan pemasaran, seperti
bagaimana penempatan iklan produk baru pada website yang sering dikunjungi
calon konsumen dengan harapan iklan ini bisa dilihat oleh pengguna.
2. Penentuan Posisi (Positioning)
Dalam penentuan posisi ini pemasar harus memikirkan bagaimana
memposisikan produk atau gagasan yang mereka miliki supaya berada pada posisi
unggul dibanding pesaingnya berdasarkan fitur utama, manfaat, citra dan
keunikan dari pesaing di benak konsumen. Dengan kata lain pemposisian ini
merupakan sebuah kegiatan penciptaan makna dari suatu merek dalam pikiran
kolektif konsumen dalam perbandingan dengan pikiran dan perasaan mereka pada
kompetitor.
Myers 1996 (dalam Morissan, 2010) membedakan struktur persaingan ke
dalam tiga tingkatan yaitu superioritas, diferensiasi, dan paritas. Pada superioritas,
struktur persaingan dialami perusahaan yang unggul di berbaga bidang dan
biasanya merupakan kegiatan ideal yang sulit dicapai karena menciptakan produk
yang kuat, hebat dan lebih segalanya membutuhkan dana yang sangat besar.
Selanjutnya adalah Diferensiasi, yaitu keadaan dimana perusahaan bertindak
rasional dengan tidak ingin unggul dalam segala hal tetapi hanya beberapa segi
saja lebih dari pesaingnya. Contoh dari diferensiasi ini misalnya suatu Bank yang
unggul dalam program berita atau sinetron. Ketiga, program Paritas yaitu
perusahaan dan produk sama sekali tidak bisa dibedakan satu dengan lainnya.
15
3. Penentuan Tujuan Komunikasi (Setting Objevtives)
Tujuan yang dimaksud adalah target yang harus dicapai pada sebuah
merek. Penentuan tujuan dalam komunikasi pemasaran sebenarnya merumuskan
pertanyaan seperti; Apa yang harus dilakukan atau harus dicapai oleh program
komunikasi pemasaran?. Dengan menjawab pertanyaan tersebut perusahaan akan
lebih mudah menentukan dengan cara apa atau melalui media apa yang tepat
untuk memuat pesan pemasaran sehingga target dari perusahaan akan produk
yang dijual sesuai dengan yang diharapkan. Sebenarnya tidak ada media yang
dominan paling baik tanpa ada kelemahan yang dimiliki, namun setiap aplikasi
memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri dan perusahaan harus mampu
mengidentifikasi tujuannya terlebih dahulu dupaya mampu menggunakan media
dan cara yang tepat.
4. Perencanaan Anggaran (Budgeting)
Perencanaan anggaran biasanya dilakukan untuk melaksanakan elemen
Marcom yang tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit. Pada tahap
perencanaan anggaran perusahaan biasanya menggunakan pendekatan yang
berbeda beda. Menurut Shimp (2014) pendekatan dalam penganggaran ada dua
macam yaitu: Pertama, prosedur penganggaran Top-down Budgeting (TD) yaitu
pihak manajer pemasaran menentukan jumlah dana dan mengalokasikannya pada
unit pelaksana. Kedua, prosedur penganggaran Bottom – up budgeting (BU) yaitu
masing-masing unit atau divisi menyerahkan usulan anggaran dan nanti
diakumulasikan untuk penganggaran total pemasaran. Pada praktiknya perusahaan
bisa menggunakan kedua pendekatan ini. Tidak jarang juga perusahaan juga
menggabungkan kedua pendekatan ini. Pendekatan ini menyesuaikan dengan
kharateristik perusahaan atau gaya kepemimpinan dari perusahaan yang
menyusun konsep komunikasi pemasaran ini.
b. Implementasi
Perbedaan yang mendasar pada tahap sebelumnya, pada Implementasi
keputusan implementasi bersifat Praktis dan taktis tidak lagi bersifat konseptual
dan strategis. Pada implementasi akan dipaparkan beberapa tahapan berikut ini:
16
1. Menentukan bauran komunikasi pemasaran
Dalam tahapan menentukan bauran pemasaran, pemasar dituntut untuk
dapat mensinergikan bauran pemasaran yang tepat sesuai dengan tahapan yang
sudah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Contoh mendasar adalah misalkan
promosi penjualan yang berefek jangka pendek jika digunakan dengan tujuan
untuk memaksimalkan tujuan perusahaan jangka panjang tentu tidak tepat guna,
seperti halnya discount atau potongan harga jika dilakukan terus menerus juga
akan merusak image produk sendiri dan terkesan murah dan tidak berkualitas.
Tentu bukan berarti strategi discount akan diartikan seperti itu secara
general namun perlu adanya pertimbangan lagi dari perusahaan perlu diganti atau
ditambah dengan bauran lainnya. Namun memang disadari jika merek tersebut
merupakan merek baru akan wajar menggunakan strategi seperti kupon dan
undian untuk memancing pembelian pertama dan mencoba produk tersebut namun
jika merek yang sudang matang dipasaran mungkin akan lebih cocok jika
menggunakan investasi iklan yang lebih besar secara proporsional untuk
mempertahankan citra merknya.
Dalam tahap implementasi ini, pemasar dituntut untuk mampu membuat
bauran komunikasi pemasaran yang memuat elemen promosi dan mampu
dikomunikasikan dengan efektif dan efisien berkaitan dengan produk yang akan
dijual pada konsumen. Menurut Morissan (2010) dalam elemen promotional mix
dipandang sebagai elemen yang sangat penting dalam program IMC (Integrated
Marketing Communication) dan setiap elemen memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Dahulu perusahaan mungkin tidak menyadari bahwa
dalam mempromosikan gagasan, ide maupun barang/jasa mereka perlu untuk
mengetahui bauran elemen apa saja yang cocok dengan jenis perusahaan
misalnya, namun dengan persaingan bisnis yang berkembang saat ini menuntut
semua keputusan dalam bauran promosi harus terarah dan tepat sasaran supaya
target yang diinginkan dapat dicapai maksimal.
17
2.
Membuat pesan
Tahap kedua adalah pembuatan atau merancang pesan. Tahap ini adalah
tahap yang harus diperhatikan pemasar dalam membuat pesan meliputi : isi pesan,
struktur pesan, format pesan dan komunikator dari pesan tersebut. Bagaimana isi
pesan itu tergantung dari strategi Positioning yang diseimbangkan dengan tujuan
komunikasi pada target konsumen yang diinginkan.
3.
Pemilihan Media
Penggunaan media cocok untuk semua sarana Marcom, meskipun
demikian keputusan mengenai media apa nanti yang akan digunakan sebagai alat
menyampaikan pesan dari perusahaan tentu harus memperhatikan target audiens,
strategi pemosisian, jenis tujuan yang ingin dicapai dan seberapa banyak dana
yang dianggarkan untuk sebuah merek selama setiap periode penganggaran.
4. Membangun momentum
Momentum itu sendiri merupakan sebuah dorongan atau kecepatan
pergerakan misalkan sebuah kereta api memiliki pergerakan jika berjalan di
Relnya. Pada komunikasi pemasaran momentum sendiri diwujudkan dengan
mengadakan iklan secara kontinyu dan tidak hanya mengawali namun
mempertahankan progresnya secara berkelanjutan. Dengan demikian gema dari
pergerakan iklan sebuah organisasi itu tidak segera dilupakan oleh target market
yang menjadi tujuan pemasar sekaligus dapat menjaga.
c. Evaluasi
Tahap terakhir dalam keputusan praktek komunikasi pemasaran adalah
tahap evaluasi untuk mengevaluasi elemen komunikasi yang telah dipilih
sebelumnya. Karena bisa jadi pada pada bauran komunikasi pemasar ingin melihat
seberapa efektif bauran itu digunakan. Selain itu pada tahap dasar pemasar juga
perlu mengevaluasi target yang sudah diidentifikasikan dan apakah sudah
memiliki korelasi yang efektif dengan pesan yang dibuat pada bauran komunikasi
pemasaran. Pentingnya mengukur hasil-hasil dari semua program pemasaran
untuk memprediksi dan mengatasi kegagalan pemasar dalam mencapai targetnya.
18
Kegagalan pelaksanaan komunikasi pemasaran memerlukan tindakan koreksi
yang mungkin membutuhkan investasi yang lebih besar, perubahan strategi kreatif
atau mengalokasikan media tambahan dan lainnya
2. Ekowisata Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) sebagai bentuk
pariwisata alam
Berkaitan dengan konsep ekowisata yang menjadi alasan mengapa
BTNTN melakukan komunikasi pemasaran kepada publik, maka penelitian ini
akan menjelaskan terlebih dahulu konsep dasar dari ekowisata taman nasional.
Menurut Ismayanti (2010) taman nasional termasuk jenis pariwisata alam yang
bersifat melestarikan alam yang mempunyai ekosistem asli dikelola dengan sistem
zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan dan menunjang budaya, pariwisata, dan rekreasi.
Negara indonesia yang meliki kekhasan beragam suku bangsa dan juga
persebaran secara demografis yang cukup banyak menyebabkan Indonesia harus
mempertimbangkan kondisi ini. Meskipun umumnya pariwisata identik dengan
komersialisme
tetapi
perhatian
terhadap
lingkungan
tentu
juga
bisa
dipertimbangkan. Fandeli (2011) mengatakan bahwa semangat konservasi
berkembang karena adanya konsekuensi yang harus dibayar akibat “mass
tourism” yang menyebabkan over carrying capacity, degradasi lingkungan, trick
back, effect dan kesenjangan sehingga munculah pilihan-pilihan berwisata alam.
Dalam bahasa Indonesia, istilah ecotourism diterjemahkan sebagai
ekowisata, yaitu pariwisata yang berwawasan lingkungan (Yoeti, 2000). Definisi
ekowisata yang diperkenalkan oleh organisasi the Ecotourism Society dalam
Fandeli (2000) yaitu suatu bentuk perjalanan wisata ke arena alami yang
dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan
dan kesejahteraan penduduk setempat.( Hendarto, 2003: 1).
Sebagai bentuk dari pariwisata alam, Taman nasional Tesso Nilo juga
mempertimbangkan tidak hanya kelestarian lingkungan tetapi juga aspek yang ada
didalam ekowisata. Aspek yang diperhatikan dalam kajian ekowisata adalah
pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Ali Hasan (2015) dalam buku yang
19
berjudul Green Tourism, ia mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan perlu
sebuah sinergi penggunaan sumber daya lingkungan, prinsip ekonomi dan ekuitas
secara simultan. Hal ini berarti fokus harus berdampak positif pada ekonomi,
sosial dan kelestarian lingkungan.
G. Kerangka Konsep
Berdasarkan dengan teori yang telah dipaparkan dikerangka pemikiran,
peneliti akan menguraikan konsep penelitian yang akan secara sistematis sesuai
dengan konsep dari integrated marketing communication pada ekowisata Balai
Taman Nasional sehingga nantinya data yang dikumpulkan akan dianalisis sesuai
dengan kategorisasi konsep yang ada. Kerangka konsep penelitian ini akan
dijadikan panduan peneliti untuk melakukan analisis hingga penarikan kesimpulan
penelitian berdasarkan rumusan masalah yang dijadikan latar belakang penelitian
ini. Adapun konsep penelitian akan digambarkan pada model penelitian berikut
ini:
Bagan 1.2 Model Penelitian
Sumber: Diadaptasi dari Shimp (2014) dengan penyesuaian oleh peneliti
Komunikasi Pemasaran
Terpadu (Integrated
Marketing Communication)
Perencanaan IMC
dalam Ekowisata
Taman Nasional
1. Identifikasi target
pasar (Targeting)
2. Penentuan Posisi
(Positioning)
3. Penentuan Tujuan
Komunikasi
(Setting
1. Objevtives)
4. Perencanaan
2. Anggaran
Implementasi IMC
dalam Ekowisata
Taman Nasional
1. Menentukan
bauran
komunikasi
pemasaran
2. Membuat pesan
3. Pemilihan Media
4. Membangun
momentum
Evaluasi IMC
BTNTN dalam
Ekowisata Taman
Nasional
1. Mengukur hasil
2. Menyediakan
umpan balik
3. Mengambil
tindakan korektif
20
1. Perencanaan IMC
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan dari rumusan
masalah yaitu, peneliti ingin melihat bagaimana implementasi dari komunikasi
pemasaran terpadu atau integrated marketing communication (IMC) yang
dilakukan oleh Balai Taman Nasional Tesso Nilo sebagai destinasi Ekowisata.
Adapun unsur yang termuat dalam tahapan dasar dari komunikasi pemasaran
terpadu ini adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi target pasar (Targeting)
Peneliti mencari tahu bagaimana komunikator dalam hal ini (BTNTN)
mengidentifikasikan target dari sasaran komunikasi pemasaran terpadu
yang dilakukannya berdasarkan penggolongan empat faktor berikut;
Behaviorgraphic (penargetan berasalkan bagaimana perilaku orang dengan
menghargai produk tertentu dan kelas produk), Psikografis (bentuk dan
gaya hidup mereka), Demografis (usia, pendapatan dan gaya hidup
mereka), dan terakhir Geodemografis (tempat mereka hidup )
b. Penentuan Posisi (Positioning)
Dalam penentuan posisi ini, peneliti berusaha untuk menemukan apa yang
dilakukan pemasar (BTNTN) dalam memposisikan produk atau gagasan
yang mereka miliki seperti misalnya melakukan upaya komunikasi
pemasaran terpadu dalam konsep ekowisata yang mereka bangun. Upaya
ini agar BTNTN berada pada posisi unggul dibanding pesaingnya
berdasarkan fitur utama, manfaat, citra dan keunikan dari pesaing di benak
konsumen.
c. Penentuan Tujuan Komunikasi (Setting Objevtives)
Peneliti ingin mengetahui upaya perusahaan untuk menjawab pertanyaan
mengenai apa yang harus dilakukan atau harus dicapai oleh program
komunikasi pemasaran. Mengidentifikasi tujuannya terlebih dahulu
menggunakan media dan cara yang tepat.
21
d. Perencanaan Anggaran (Budgeting)
Dalam tahapan ini peneliti ingin melihat dana yang digunakan oleh
BTNTN untuk melakukan upaya implementasi program IMC.
2. Implementasi IMC dalam Ekowisata Taman Nasional
a. Menentukan bauran komunikasi pemasaran
Pada tahapan ini peneliti akan mencari tahu bauran komunikasi apa saja
yang digunakan oleh BTNTN dan bagaimana implementasinya pada
program IMC. Peneliti ingin melihat bagaimana implementasi bauran
komunikasi pemasaran terpadu seperti : Advertising, Direct marketing,
Internet marketing, Sales promotion, Public relation/publicity dan
Personal selling. Selain melihat implementasinya peneliti juga ingin
melihat bentuk-bentuk dari masing-masing bauran tersebut.
b. Membuat pesan
Tahap ini adalah tahap yang harus diperhatikan pemasar dalam membuat
pesan. Peneliti akan melihat bagaimana unsur : isi pesan, struktur pesan,
format pesan dan komunikator dari pesan tersebut
c. Pemilihan Media
Dari
sekian
banyak
media
yang
ada
pada
sarana
marketing
communication, peneliti ingin mengetahui media apa saja yang dipilih oleh
BTNTN untuk melakukan upaya komunikasi pemasaran terpadu program
IMC BTNTN
d. Membangun momentum
Peneliti akan melihat momentum apa yang digunakan oleh BTNTN
sehingga kegiatan pemasaran terpadu tidak akan kehilangan gema dalam
melakukan pemasarannya sebagai destinasi ekowisata di Provinsi Riau
3. Evaluasi IMC BTNTN
Tahapan terakhir dari implementasi program IMC adalah melakukan
evaluasi terhadap elemen yang telah dilaksanakan dalam upaya
memasarkan produk dalam hal ini produk ekowisata konservasi taman
22
nasional. Pada tahapan ini peneliti ingin melihat upaya evaluasi mulai dari
pengukuran hasil, menyediakan media umpan balik dan
tindakan korektif yang dilakukan oleh BTNTN.
mengambil
H. Metodologi penelitian
1. Metode penelitian
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk
memahami komunikasi pemasaran dengan menggunakan fitur IMC berserta
konsep yang terkait didalamnya untuk menjadikan BTNTN sebagai destinasi
ekowisata Riau. Melalui pendekatan penelitian ini peneliti bisa secara rinci
menggambarkan bagaimana implementasi komunikasi pemasaran pada BTNTN
sebagai ekowisata di Riau. Kemudian dengan konsep yang telah dirangkum
peneliti dapat menganalisis implementasi dari IMC pada komunikasi pemasaran
yang digunakan pada Balai TNTN.
Peneliti kemudian akan mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi
implementasi komunikasi pemasaran dan prakteknya pada bentuk bauran
komunikasi pemasaran. Hal ini bertujuan supaya peneliti lebih mudah membuat
pemetaan atau deskripsi aktifitas dari implementasi yang telah direncanakan pada
tahap komunikasi pemasaran mulai dari perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Hal ini senada seperti konsep yang dikemukakan oleh Soewadji (2005) bahwa
tujuan penelitian deskriptif antara lain mengumpulkan informasi aktual secara
terperinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah atau
memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan
atau evaluasi, dan menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan
rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
2. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga sumber data yang
dimanfaatkan, teknik pengumpulan data yang telah digunakan dalam penelitian ini
adalah :
23
2.1. Observasi
Peneliti mengumpulkan data pada tahap observasi dengan cara turut serta
melakukan observasi langsung ke BTNTN yang berada di Kabupaten Pelalawan
Provinsi Riau. Peneliti melakukan pengamatan ke Kantor BTNTN terkait
pengurusan Simaksi (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi), serta observasi
langsung pada kegiatan ekowisata yang ada pada taman nasional. Peneliti
bermalam di kantor SPTN I, kemudian bersama dengan peneliti dari kampus
lainnya (IPB dan UNAND) bersama-sama melakukan aktifitas ekowisata dengan
menyusuri sungai Nilo menggunakan Pompong (perahu diesel), turut serta melihat
proses pemandian Gajah, berkunjung ke kantor Assosiasi Petani Madu, serta ikut
menyusuri hutan yang merupakan jalur ekowisata susur hutan (Jungle Tracking)
serta kegiatan lainnya.
Metode pengumpulan data dengan observasi ini dapat digunakan dalam
penelitian filosofis, penelitian historis, penelitian eksperimen, dan penelitian
deskriptif (Soewadji, 2012). Data yang didapat melalui observasi langsung terdiri
dari pemberian rinci tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang, serta juga
keseluruhan yang memungkinkan interaksi interpersonal, dan proses penataan
yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati (Suyanto,
2007). Selain itu, metode pengumpulan data dimana peneliti melakukan
pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. Metode observasi lebih dipilih
karena dengan mengamati objek penelitian, peneliti menjadi lebih tahu dan dapat
mengetahui komunikasi pemasaran pada Balai TNTN.
2.2. Wawancara Mendalam
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara mendalam sebagai
salah satu cara mendapatkan data deskriptif mengenai informasi dan aspek yang
ingin diteliti. Hal ini dikarenakan karakteristik cara pengumpulan data melalui
wawancara ini memungkinkan peneliti untuk bertanya secara mendalam mengenai
beberapa hal yang menjadi perhatian peneliti terkait implementasi komunikasi
pemasaran terpadu BTNTN.
24
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Soewaji bahwa pengumpulan data
dengan wawancara adalah cara atau teknik untuk mendapatkan informasi atau
data dari interviewe atau responden dengan wawancara secara langsung face to
face, antara interviewer dengan interviewee (Soewadji, 2012). Namun, jawaban
dari para informan penelitian tidak menjadi sangat subjektif karena pewawancara
memiliki batasan dan aturan dalam melaksanakannya. Hal ini sesuai dengan
konsep yang dikatakan oleh Kriyantono, bahwa pada wawancara mendalam ini,
pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respon informan, artinya
informan bebas memberikan jawaban ( Kriyantono, 2006). Teknik pemilihan
narasumber yang digunakan peneliti adalah snowball sampling. Adapun informan
pada penelitian ini adalah :
No
Nama Informan
1
Wida
3
4
5
6
Tika
Dodi Firmansyah
Heri
Andre
2
7
Robert Simatupang
Ical
Tanggal
Wawancara
Kamis, 31 Maret
2016
Jum'at, 1 April 2016
Jum'at, 1 April 2016
Jum'at, 1 April 2016
Sabtu, 2 April 2016
Sabtu, 2 April 2016
Minggu, 3 April
2016
Minggu, 3 April
2016
Minggu, 3 April
2016
Minggu, 3 April
2016
Minggu, 3 April
2016
8
Iwan
9
Kiky
10
Tengku Marlin
11
Rizki kurnia Tohir
13
14
Fauzan
M.Ilham Gobel
Kamis, 7 April 2016
Jum'at, 8 April 2016
Sari Indiarti
Sabtu, 9 April 2016
12
15
16
Ahmad Gunawan
Tandya Tjahjana
Kamis, 7 April 2016
Jum'at, 8 April 2016
Jabatan
Staf Evlap dan Simaksi
Usia
28
Staf penyuluh
27
Ketua Assosiasi Madu
32
Staf Evlap dan Simaksi
Ketua STPN I
Mahout
Mahout
29
32
29
35
Koordinator Mahout
45
Mahasiswa UNAND
24
Ketua Kempas
30
Mahasiswa IPB
22
Polisi Kehutanan
Staff penyuluh
Humas/Polisi Kehutanan
Kepala BTNTN
Manager Operation Green
Radio
Tabel 1.1 Data Informan
Sumber: Olahan Peneliti
35
30
30
50
38
25
Peneliti mewawancarai informan diatas berdasarkan Disposisi dari evlap
(Evaluasi Lapangan dan Simaksi) dan bagian umum untuk mewawancarai pihak
yang sekiranya mengerti kajian ekowisata dan pemasaran. Peneliti mengajukan
tesis pada seminar dihadapan pegawai BTNTN berkenaan dengan tesis yang akan
dilengkapi datanya sebelum melakukan wawancara.
2.3. Dokumentasi
Dokumen yang dimaksud pada penelitian ini adalah foto-foto mengenai
atraksi ekowisata, foto penjualan personal dan foto upaya komunikasi pemasaran
yang dilakukan oleh BTNTN, misalnya foto di instagram dan lainnya. Selain itu
peneliti juga mendapatkan data dokumentasi melalui data dari rencana strategis
(Renstra) 2015-2019, Buku Gardu Informasi, statistik BTNTN, serta beberapa
laporan pameran dan data lainnya yang nantinya akan dimasukkan dan diolah
pada penelitian ini bisa berupa data dari website. Selain dokumentasi secara
tertulis peneliti juga mengumpulkan sekiranya ada rekaman atau record peristiwa
seperti rekaman yang dipublikasi di Radio “Senandung Tesso Nilo” yang
berisikan kata-kata yang dikemas menarik mengenai gambaran tentang Tesso Nilo
yang di publikasikan di Radio Green serta foto-foto hasil dokumentasi kegiatan
yang pernah dilaksanakan oleh BTNTN.
3. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
mudah dibaca. Analisis data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
teknik deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena.
Metode yang digunakan dalam analisis data yaitu dengan menggunakan model
analisis
interaktif.
Penelitian
ini
menggunakan
analisis
data
yang
direkomendasikan oleh Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis
data,
yaitu
data
reduction,
drawing/verification (Sugiono, 2011) :
penelitian ini yaitu:
data
display,
dan
conclusion
Lebih jelasnya akan dipaparkan dalam
26
a. Data reduction (Reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Data yang
diperoleh berasal dari observasi, wawancara mendalam kepada pihak BTNTN,
peneliti yang termasuk ekowisatawan, Mahout (pawang Gajah), serta pihak
Kempas (Kelompok masyarakat pariwisata) serta dokumentasi. Peneliti merekam
dan mencatat serta memahami secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke
lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya.
Pola yang digunakan pada penelitian ini adalah pola tahapan implementasi
IMC mulai dari tahapan perencanaan, implementasi bauran pemasaran sampai ke
tahapan evaluasi. Selanjutnya dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu
oleh tujuan yang akan dicapai. Melalui penelitian ini tepat kiranya peneliti
melakukan analisis data pertama kali dengan merangkum pola-pola yang ada pada
perusahaan, khususnya bentuk/pola komunikasi pemasaran pada Balai TNTN.
b. Data display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Pada tahap pengumpulan data dari
wawancara oleh BTNTN atau data dari website dan lainnya setelah itu data
kemudian dipaparkan untuk kemudian dianalisis dan dibahas dengan mengaitkan
konsep yang ada.
c. Conclusion drawing/ verification
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori. Tahap ketiga ini, yaitu menyusun kesimpulan pada
data yang ada pada unit 2 yaitu data display menjadi beberapa kalimat kunci yang
menjadi temuan penelitian ini.
27
Download