ILMU PENYAKIT MENULAR: TUBERKULOSIS

advertisement
Epidemiology and control diseases
Airborne diseases:
Varicella, variola, diphteria, influenza, measles, mumps, rubella,
tuberculosis, pertussis
Contact diseases:
Sexually transmitted diseases, leprosy, trachoma, schistosomiasis, tetanus,
scabies, fungal infection
Water and food borne diseases:
Typhoid and paratyphoid, cholera, hepatitis, poliomyelitis, intestinal
helminths
Vector-borne diseases;
Malaria, filariasis, dengue hemorrhagic fever
Zoonoses ; leptospirosis, rabies, yellow feverh
TUBERKULOSIS
Pada thn 1882 ditemukan penyebabnya oleh Robert
Koch
Penyebab tuberkulosis: mikobakterium tuberkulosis,
mikobakterium bovis dan mikobakterium Africanum
Mikobakterium tuberkulosis: merupakan bakteri
bersifat tahan asam, berbentuk ramping,
tidak bergerak, dan sangat kecil (1-5 mikron)
Tidak mempunyai spora dan kapsul, mempunyai
lapisan sel yang sangat tebal seperti lilin (40% berisi
lipid).
Bakteri mati ok kekeringan dan sinar uv.
-- menyebabkan kuman mempunyai resistensi yang
tinggi thd desinfektan dan antibiotik
Patogenesis
-
-
-
-
-
-
-
Kuman sangat lambat bereproduksi, membutuhkan waktu 24
jam utk melakukan pembelahan
Koloni kuman yang tumbuh pada kultur dapat dilihat setelah
3-5 minggu
Tuberkulosis paru terjadi apabila droplet nuklei (kurang dari
10 mikron) terinhalasi
Melalui alveoli paru menginfeksi makrofag alveoler melalui
mekanisme fagositosis
Hal ini terjadi pada paru bagian distal
Apabila makrofag dapat melakukan eliminasi, proses berhenti
disini, infeksi dapat dihentikan
Apabila tidak terjadi kalsifikasi tuberkel atau pembentukan
granuloma, basil2 akan menuju hilus limfatikus dan
seterusnya dapat menyebar keseluruh tubuh.
Terdapat 2 bentuk penyakit yaitu: tuberkulosis laten dan
tuberkulosis aktif
Epidemiologi
• Prevalensi tbc di jateng 2012:
106,42 per
100.000 penduduk, tertinggi di Tegal 358,91,
terendah di Magelang 44,04
• Capaian CDR 2012 (dibawah target 100%,
58,45%)
• CDR tertinggi di Kota Magelang 292,91%,
terendah Kab Magelang 21,82%
Angka kesembuhan (Cure rate ), tahun 2011
sebesar 82, 90 ( target 90%)
• Cure rate tertinggi di Kab Karang anyar 98,84%,
terendah di di Kota Tegal 58,05%
•
Kasus sumber
penularan
Contact persons
Tidak terjadi infeksi
infeksi
Penyakit
primer
Infeksi
laten
Terjadi penyakit
(reaktivasi)
Tidak
Terjadi
penyakit
Gejala klinis
Tuberkulosis primer
-
-
-
Biasanya asimptomatik
pada beberapa orang dapat ditemukan gejala panas,
batuk tidak produktif, dyspneu, kadang2 terdapat
eritema nodusum
Kadang2 terjadi krepitasi
Lebih sering terjadi pada anak2 d/p orang dewasa
Foto torak: terdapat gambaran lesi pada paru bercak2
kecil pada bagian tengah dan distal paru
Kadang2 tidak terdeteksi
Progressive primary TBC






Terjadi pada individu yg tidak dpt membangun
respon imun pada tuberkulosis primer
Biasanya terjadi pada anak2, penderita
immunocompromised dan orang2 lanjut usia
Apabila terjadi penyebaran hematogenous -
TBC meningeal
Gambaran klinis sering tidak spesifik, hanya
terdapat gejala malaise, fatique, panas yg tdk
jelas penyebabnya
Pada org dws muda: panas, batuk tdk produktif,
berkeringat pada waktu malam, BB badan
menurun
Cavitary lesi pada lobus apex paru
Reaktivasi post primary TBC










Terjadi pada individu yg dpt membangun respon imun ttp
tidak dpt secara penuh melakukan eradikasi thd basilus yang
menginfeksi.
Paru merupakan tempat tersering terjadinya TBC
Batuk kronis produktif dgn sputum purulen 2-3 minggu
Berkeringat pada waktu malam
Berat badan menurun, tidak mau makan
20% mengalami panas
Dapat terjadi batuk darah
Gambaran torak bervariasi
Karakteristik lesi berada pada apex, dan posterior segmen
pada lobus atas paru dan segmen dorsal lobus bawah
Pada bagian lain paru dpt terjadi
Extra pulmonary TBC










Dapat menyerang seluruh sistem organ tubuh
Limfadenitis merupakan bentuk tersering yang
didapatkan
Bentuk lain adalah:
Bone and joint/ tulang dan sendi
Miliary TBC/ TBC milier
Meningitis TBC
Renal and genital TBC
Pericarditis TBC
Abdominal TBC
Bentuk2 lain yang jarang: ocular TBC, TBC laryng,
para nasal sinus, salivary glands , oral cavity.
Mengacu pada strategi DOTS
Komitmen politis dari para pengambil kptsan
• Diagnosis ditegakkan dgn. pemeriks. BTA dalam dahak
•Terjaminnya persediaan obat antituberkulosis (OAT)
• Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh PMO
• Pencatatan dan pelaporan secara baku utk
memantau dan mengevaluasi program penanggulangan TBC
•
Upaya Pengendalian TB
mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai
strategi DOTS
(Directly
Observed Treatment Short-course). Strategi DOTS terdiri dari 5
komponen kunci
“Strategi Stop TB”, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1. Mencapai, mengoptimalkan
dan mempertahankan mutu DOTS
2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan
tantangan lainnya
3. Berkontribusi dalam penguatan system
kesehatan
4. Melibatkan semua pemberi pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
5. Memberdayakan pasien dan masyarakat
6. Melaksanakan dan mengembangkan
penelitian
Kebijakan Pengendalian TB di Indonesia.
1.
Pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas
desentralisasi, ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan
prasarana).
2. Pengendalian TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi
DOTS
3. Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen
4. Penguatan pengendalian TB dan pengembangannya ditujukan
terhadap peningkatanmutu pelayanan akses untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya TB resistan obat.
5. Penemuan dan pengobatan dilaksanakan oleh seluruh
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas
Kesehatan Rujukan
6. Pengobatan untuk TB tanpa penyulit dilaksanakan di FKTP.
Pengobatan
7. Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja
sama dan kemitraan Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian
TB (Gerdunas TB).
8. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat
pelayanan ditujukan untuk
9. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pengendalian TB
diberikan secara cuma-Cuma
10. Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang
memadai
11. Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok
miskin dan kelompok rentan
12. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan
pekerjaannya.
13. Memperhatikan komitmen terhadap pencapaian target
strategi global pengendalian TB.
TANTANGAN INTERNAL PENGENDALIAN TB
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (belum semua RS menerapkan
strategi DOTS)
2. Ketenagaan ( baru 24% staf RS dilatih)
3. OAT ( kemampuan SDM dan system manajemen belum
optimal)
4. Pembiayaan (ketergantungan kepada donor internasional)
5. Kepatuhan Penyedia Pelayanan Kesehatan Pemerintah
maupun swasta terhadap Pedoman Nasional Pengendalian TB
kurang)
MASALAH DI LUAR PROGRAM
1. SIstem Jaminan Kesehatan
2. Pertumbuhan ekonomi tanpa disparitas
3. Meningkatnya kerentanan terhadap TB akibat
masalah kesehatan lain.
Download