Uploaded by User85777

Hubungan antara lensa kontak dan pinguekula

advertisement
Hubungan antara lensa kontak dan pinguekula
Huseyin Dundar dan Can Kocasarac
Abstrak
Tujuan: Untuk meneliti efek lensa kontak/contact lens (CL) pada frekuensi
pinguekula, dan hubungan antara penyakit mata kering dan pinguekula. Metode:
sampel penelitian 233 kasus pemakai Soft CL dan 230 orang yang tidak memakai
CL pada tingkatan usia yang sama. Skor tes Schirmer I (ST) dan tear break-up time
(TBUT) dinilai pada semua peserta. Kuesioner yang digunakan berisi tentang
indeks penyakit permukaan okular atau ocular surface disease index (OSDI), usia,
jenis kelamin, dan durasi pemakaian CL diimplementasikan kepada peserta
sebelum pemeriksaan. Hasil: Prevalensi pinguekula sebesar 27,8% (n: 65) pada
kelompok CL dan 26,5% (n: 61) pada kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan
prevalensi pinguekula antar kelompok (P = 0,841). Prevalensi pinguekula
meningkat seiring bertambahnya usia pada kedua kelompok. Tidak ada perbedaan
prevalensi pinguekula ketika pengguna dibagi menjadi tiga kelompok menurut
durasi pemakaian CL (P = 0,575). Skor TBUT lebih rendah, dan skor OSDI lebih
tinggi pada kelompok CL. Skor TBUT lebih rendah pada pasien dengan pinguekula
pada kedua kelompok. Skor OSDI lebih tinggi pada kelompok CL. Tidak ada
perbedaan skor OSDI antara pasien dengan pinguekula dan tanpa pinguekula pada
kelompok CL; namun, skor OSDI lebih tinggi pada pasien dengan pinguekula pada
kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan skor ST antar kelompok, dan antara pasien
dengan pinguekula dan tanpa pinguekula. Kesimpulan: Studi ini merupakan studi
kedua yang mengevaluasi efek pemakaian Soft CL pada prevalensi pinguekula.
Ditemukan bahwa pemakaian CL tidak mempengaruhi prevalensi pinguekula.
Mempertimbangkan skor OSDI pada pasien dengan pinguekula pada kelompok CL,
CL dapat menekan gejala iritan pinguekula.
Kata kunci: lensa kontak, pinguekula, penyakit mata kering
Pendahuluan
Pinguekula adalah lesi jinak, bulat, dan menonjol di celah interpalpebral
yang berdekatan dengan limbus tetapi tidak di atas kornea. Biasanya bilateral, lebih
sering di nasal daripada di limbus temporal. Pinguekula berkembang karena
perubahan jaringan sehat, di mana kolagen stroma diganti dengan serat yang lebih
tebal.1–5 Meskipun pinguekula menyerupai deposisi lipid, studi histopatologi
menunjukkan bahwa pinguekula terdiri dari jaringan degenerasi, basofilik, dan
subepitel yang menyerupai pterigium.6 Etiologi dan patogenesis penyakit
degeneratif konjungtiva ini masih belum jelas.7 Beberapa penyebab yang terlibat
dalam perkembangan pinguekula antara lain usia,
peningkatan metabolisme kolesterol
asupan alkohol 15, 8 dan mata kering3.
8-12
8-12
, paparan debu
radiasi ultraviolet (UV),
13
, degenerasi elastotik
14
,
Perubahan fungsi selaput air mata merupakan kemungkinan perubahan yang
memicu pembentukan pinguekula.3 Pemakaian lensa kontak (CL) dapat
menyebabkan mata kering terkait CL dan perubahan selaput air mata, yang
mempengaruhi hampir setengah dari semua pemakai CL.16,17 Menurut pengetahuan
kami, hanya ada satu studi yang telah meneliti hubungan antara pemakaian CL dan
formasi pinguekula namun studi tersebut tidak mengevaluasi penyakit mata
kering.18 Dalam studi ini, kami ingin mengetahui efek CL pada frekuensi
pinguekula. Pinguekula juga dapat menyebabkan gejala mata kering, seperti sensasi
terbakar, gatal, perih, penglihatan kabur, dan sensasi benda asing. Kami juga
mengevaluasi efek pinguekula pada gejala-gejala tersebut.
Bahan dan Metode
Penelitian ini mematuhi Deklarasi Helsinki dan semua hukum negara
bagian, pasien juga diminta untuk memberikan persetujuan sebelum penelitian
dimulai. Penelitian ini telah disetujui oleh komite etika lokal Kementerian
Kesehatan di Universitas Dokuz Eylül. Sebanyak 233 kasus dari 285 pengguna Soft
CL memberikan persetujuan untuk menjadi peserta penelitian yang direkrut antara
bulan Juli 2017 dan Juni 2018. Sebanyak 230 orang bukan pemakai lensa kontak
pada usia yang sama dan tanpa gangguan oftalmologi selain masalah refraksi
dimasukkan sebagai kelompok kontrol. Sebuah kuesioner yang menanyakan
tentang Ocular Surface Disease Index (OSDI), usia, jenis kelamin, dan durasi
pemakaian CL dibagikan kepada semua subjek sebelum dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut.
Kuesioner Ocular Surface Disease Index Questionnaire
Sebelum pemeriksaan okular, semua peserta diminta untuk mengisi
kuesioner OSDI, kuesioner dengan 12 item tentang outcome yang dilaporkan
sendiri oleh pasien. kuesioner ini digunakan untuk mengukur cacat penglihatan
akibat mata kering. Subjek dievaluasi dalam tiga subskala berbeda: gejala mata
(misalnya, "apakah mata Anda terasa kasar?"), Fungsi dan keterbatasan terkait
penglihatan (misalnya, "apakah Anda memiliki masalah dengan mata yang
membatasi Anda dalam membaca?"), dan pencetus lingkungan (misalnya, "apakah
mata Anda terasa tidak nyaman dalam kondisi berangin?") selama periode recall 1
minggu. Setiap jawaban diberi skor berdasarkan frekuensi gejala menggunakan
skala 5 poin dari 0 (menunjukkan tidak ada masalah) hingga 5 (menunjukkan
masalah yang signifikan). Respon atas semua pertanyaan digabungkan sebagai skor
komposit OSDI
yang berkisar antara 0 sampai 100, skor yang lebih tinggi
menunjukkan gejala yang lebih parah. Dokter mata yang sama (H.D.) menjelaskan
kuesioner kepada peserta jika mereka mengalami kesulitan dalam membaca dan
memerlukan pendampingan.
Pemeriksaan Okular
Lokasi, dokter mata pemeriksa (H.D), dan instrumen untuk pemeriksaan
okular adalah sama. Pemeriksaan segmen anterior yang komprehensif, meliputi
kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea, sklera, iris, dan lensa,
dilakukan di bawah mikroskop slit-lamp. Pinguekula harus dibedakan dari
pterigium, pseudopterygium, dan neoplasma konjungtiva; Oleh karena itu,
diagnosis pinguekula dibuat ketika ada lesi kekuningan khas yang terbentuk pada
konjungtiva nasal atau temporal. Selain pemeriksaan slit-lamp rutin, dilakukan juga
uji tear film break-up time (TBUT) dan uji Schirmer I (ST). Pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan prosedur yang dijelaskan dalam penelitian sebelumnya.19 Pasien
dengan penyakit sistemik, riwayat operasi mata sebelumnya, ectropion, entropion,
dan proptosis, dan pasien yang menggunakan obat topikal regular dikeluarkan dari
penelitian.
Statistik
Uji-t Student berpasangan atau tidak berpasangan digunakan untuk
membandingkan nilai rata-rata antara kedua kelompok, dan uji chi-square
digunakan untuk membandingkan data kategori. Tingkat signifikansi ditetapkan
pada p< 0,05 untuk semua analisis, yang dilakukan dengan paket perangkat lunak
statistik Stat View (Abacus Concepts, Berkeley, CA).
HASIL
Tabel 1 menunjukkan karakteristik pemakai CL dan kontrolnya. Tidak ada
perbedaan usia dan jenis kelamin antar 2 kelompok. Prevalensi pinguekula sebesar
27,8% (n: 65) pada kelompok CL dan 26,5% (n: 61) pada kelompok kontrol
(P=0,841) (Tabel 2). Prevalensi pinguekula ditemukan meningkat seiring
bertambahnya usia pada kedua kelompok (Tabel 2). Prevalensi pinguekula pada
laki-laki dan perempuan pada kelompok CL serupa (P=0,902), sedangkan pada
kelompok kontrol prevalensi pada laki-laki lebih tinggi (P=0,013). Pada kelompok
CL, pinguekula pada kedua mata ditemukan pada 84,7% pasien, dan 66,1%
terlokalisasi pada konjungtiva nasal. Pada kelompok kontrol, 83,7% pasien
menyajikan pinguekula di kedua mata, dan 68,8% terlokalisasi pada konjungtiva
nasal. Tidak ada perbedaan lokasi pinguekula antara pemakai CL dan kontrol
menurut kelompok umur (P>0.05).
Rata-rata waktu pemakaian CL adalah 12,8±5,9 tahun. Gambar 1
menunjukkan prevalensi pinguekula menurut waktu keausan CL. Tidak ada
perbedaan prevalensi pinguekula ketika pengguna dibagi menjadi tiga kelompok
menurut waktu pemakaian CL (P = 0,575).
Skor TBUT lebih rendah pada kelompok CL dibandingkan kelompok
kontrol (Tabel 3). Pada kedua kelompok, skor TBUT lebih rendah pada pasien
dengan pinguekula. Skor OSDI lebih tinggi pada kelompok CL (Tabel 3). Tidak
ada perbedaan yang signifikan mengenai skor OSDI antara pasien dengan
pinguekula dan partisipan yang sehat pada kelompok CL; Namun, skor OSDI pada
pasien dengan pinguekula di kelompok kontrol lebih tinggi (Tabel 3). Tidak ada
perbedaan ST antara pemakai CL dan kontrol, dan antara pasien dengan pinguekula
dan tanpa pinguekula.
DISKUSI
Faktor pemicu pada patogenesis pinguekula tidak diketahui dengan pasti;
Namun, beberapa faktor telah dikaitkan dengan pembentukan pinguekula, seperti
usia,
8-12
radiasi UV,
8-12
debu,
14
dan alkohol.8 Menurut kami, hanya ada satu
penelitian yang telah mengeksplorasi efek pemakaian CL pada prevalensi
pinguekula. Dimana ditunjukkan bahwa prevalensi dan tingkat pinguekula lebih
tinggi pada pengguna CL daripada mereka yang tidak menggunakan CL.18 Namun,
dalam penelitian tersebut, tidak dievaluasi tentang penyakit mata kering. Penelitian
tersebut juga melaporkan bahwa prevalensi pinguekula meningkat dengan durasi
pemakaian CL yang lebih lama. Peningkatan tersebut tersebut disebabkan oleh
gesekan konstan dan pembengkakan konjungtiva yang disebabkan oleh pinggiran
CL. Penelitian tersebut juga melaporkan prevalensi pinguekula yang lebih tinggi
pada pemakai hard CL, yang menyebabkan tingkat inflamasi dan gesekan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Soft CL. Dalam penelitian ini, tidak ada
perbedaan prevalensi pinguekula antara pemakai soft CL dan bukan pemakai, dan
waktu pemakaian CL tidak mempengaruhi prevalensi pinguekula. Alasan atas
perbedaan hasil penelitian mungkin karena peningkatan teknologi CL. Mimura
dkk.18 melaporkan bahwa terjadi banyak peningkatan pada teknologi CL sejak
tahun 2010. Sebelumnya juga dilaporkan bahwa soft CL generasi baru
menyebabkan tingkat inflamasi lebih rendah dan tidak mengganggu stabilitas
selaput air mata seperti soft CL generasi sebelumnya karena modulusnya lebih
rendah dan permeabilitas oksigennya lebih tinggi.20 CL generasi baru memberikan
perlindungan lebih tinggi terhadap sinar UV, yang merupakan faktor risiko
pembentukan pinguekula.
Sesuai dengan penelitian sebelumnya, pinguekula biasanya bilateral, lebih
sering di nasal daripada limbus temporal.6 Alasan lokalisasi pinguekula di nasal
karena sinar UV mempengaruhi konjungtiva nasal lebih dari konjungtiva
temporal.21 Prevalensi pinguekula dilaporkan lebih tinggi pada pria karena pria
lebih banyak menghabiskan waktu di luar, dan mereka lebih banyak terpapar sinar
matahari. Viso et al.8 melaporkan efek waktu paparan sinar matahari pada
prevalensi pinguekula antara wanita dan pria adalah serupa.
Pada penelitian ini tidak ada perbedaan prevalensi pinguekula antara pria
dan wanita pada kelompok CL; Namun, prevalensi pinguekula pada laki-laki di
kelompok kontrol lebih tinggi. Kami tidak meneliti pekerjaan subjek penelitian;
Namun, kami berspekulasi bahwa subjek di kelompok CL mungkin memiliki status
sosial ekonomi lebih tinggi mengingat biaya pemakaian CL dan kebanyakan dari
mereka mungkin memiliki pekerjaan di kantor, sedangkan pada kelompok kontrol
mungkin lebih banyak yang bekerja di luar ruangan sehingga subjek di kelompok
kontrol menghabiskan waktu di luar lebih banyak sehingga risiko terpapar sinar
matahari juga lebih tinggi.
Efek pemakaian CL pada stabilitas selaput air mata telah ditunjukkan pada
beberapa penelitian.16,17,22 Tidak ada perbedaan skor ST antara pemakai CL dan
kontrol, skor TBUT lebih rendah dan Skor OSDI lebih tinggi pada pemakai CL
dibandingkan dengan kontrol.6,20,21,23 Pada penelitian ini, tidak ada perbedaan skor
ST, TBUT, dan OSDI antara pemakai CL dan kontrol.
Terdapat perbedaan hasil mengenai ST pada pasien dengan pinguekula.
Oguz et al.3 melaporkan bahwa tidak ada perbedaan skor ST antara pasien dengan
pinguekula dan subjek sehat, sedangkan Le et al.24 melaporkan terjadi penurunan
skor ST pada pasien pinguekula. Sesuai dengan penelitian Oguz et al., kami juga
tidak menemukan perbedaan skor ST antara pasien pinguekula dan subjek sehat.
Terdapat konsistensi mengenai skor TBUT pada pasien pinguekula. Sesuai
dengan penelitian Oguz et al., Kami juga menemukan bahwa skor TBUT pada
subjek dengan pinguekula lebih rendah dibandingkan dengan orang sehat baik pada
pemakai CL maupun bukan pemakai. Skor TBUT yang lebih rendah mungkin
disebabkan oleh beberapa mekanisme pada mata seperti: gangguan berkedip
normal pada kelopak mata dengan pinguekula, dan peristiwa tersebut dapat
menyebabkan epitel kering sehingga menyebabkan kurangnya keterbasahan dan
TBUT yang lebih pendek. Pinguekula menyebabkan elevasi dan ketidakteraturan
pada permukaan epitel; sehingga selaput air mata menjadi lebih tipis. Penipisan ini
dapat mengubah keseimbangan antara lapisan lipid dan mukus pada selaput air
mata, yang sangat penting bagi stabilitas selaput air mata. Ketika selaput air mata
terganggu, air mata akan menguap dengan cepat dan menghasilkan TBUT lebih
pendek.
Kuesioner OSDI digunakan sebagai survei di mana peserta dievaluasi secara
subjektif terkait gejala mata kering. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
pemakaian CL menyebabkan penyakit mata kering.16,17,22 Hasil penelitian ini
mendukung pernyataan tersebut, dimana skor OSDI lebih tinggi pada pemakai CL
daripada non pemakai. Pinguecula menyebabkan gejala seperti gatal, perih, dan
sensasi benda asing yang mirip dengan penyakit mata kering. Kami menemukan
skor OSDI yang lebih tinggi pada pasien dengan pinguekula dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Namun, pada kelompok CL, tidak ada perbedaan skor OSDI
antara pasien dengan pinguekula dan peserta sehat. Alasannya adalah karena
mungkin Soft CL menutupi limbus dan pinguekula sampai batas tertentu, sehingga
dapat mengurangi gejala yang berhubungan dengan pinguekula. Pemakaian CL
dalam waktu lama juga dilaporkan menyebabkan perubahan pleksus saraf kornea,
dan penurunan sensitivitas kornea.25,26 Kondisi tersebut mencegah efek pinguekula
pada kornea yang menyebabkan gejala yang tidak nyaman. Studi longitudinal lebih
lanjut diperlukan untuk mengevaluasi efek CL pada gejala pinguekula.
Studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Penggunaan desain crosssectional menyebabkan hubungan antara penyakit mata kering dan pinguekula tidak
dapat sepenuhnya dipahami. Studi longitudinal diperlukan untuk memahami
apakah ketidakstabilan selaput air mata merupakan prekursor pinguekula, atau
pinguekula menyebabkan ketidakstabilan selaput air mata. Paparan sinar matahari
dan tingkat pendidikan berhubungan dengan prevalensi pinguekula; Namun, kami
tidak mengevaluasi tingkat pendidikan dan pekerjaan pasien.8-10,24 Pasien yang
memakai CL mungkin lebih cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih
baik; ada kemungkinan bahwa mereka terkena sinar matahari lebih sedikit daripada
subjek kontrol, dan ini dapat mempengaruhi hasil penelitian ini.
Penelitian ini merupakan penelitian kedua yang meneliti tentang efek
pemakaian CL pada prevalensi pinguekula. Hasil penelitian ini kami berbeda
dengan penelitian sebelumnya, karena kami menemukan bahwa memakai CL tidak
mempengaruhi prevalensi pinguekula. Kami juga mengevaluasi penyakit mata
kering terkait penggunaan CL dan pinguekula. Tidak ada perbedaan skor ST terkait
CL dan pinguecula. Skor TBUT ditemukan lebih rendah pada pasien dengan
pinguekula dan pada pasien yang memakai CL. Meskipun TBUT lebih rendah,
namun tidak ada peningkatan skor OSDI pada pasien dengan pinguekula pada
kelompok CL. Menurut kami CL dapat menurunkan gejala pinguekula karena
menutupi pinguekula dan menurunkan sensitivitas kornea.
Download