BAHAN AJAR STRUKTUR SOSIAL Manusia sebagai makhluk sosial yang tinggal dalam suatu masyarakat tentu akan menjadi sebuah struktur dari masyarakat tersebut. Kata struktur dalam sosiologi menurut Karel J. Veeger diambil dari tatanan bangunan fisik yang merujuk pada pola interaksi tetap, terdiri atas timbal balik serta adanya pembagian kerja tertentu dan dikuatkan oleh peraturan dan nilai budaya. Jika kita lihat dari arti katanya, “Struktur” berarti susunan, dan “Sosial” berarti masyarakat. Jadi secara sederhana, struktur sosial adalah pola perilaku berulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat. ©© A. Hakikat Struktur Sosial Para ahli sosiologi memiliki pendapat berbeda dalam mendefinisikan struktur sosial, pendapat para ahli dapat kita lihat di bawah ini: ● George C. Homans mengaitkan struktur sosial dengan perilaku sosial dalam kehidupan sehari-hari. ● Talcott Parsons berpendapat bahwa struktur sosial keterkaitan antarmanusia. ● J. C. Coleman melihat struktur sosial sebagai hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia. ● William Kornblum menekankan konsep ini pada pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat. ● Soerjono Soekanto melihat struktur sosial sebagai hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan peranan-peranan sosial. ● Abdul Syani melihat struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat. Di dalam tatanan sosial tersebut, terdapat hubungan timbal balik antara status dan peran yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku yang dapat membentuk suatu masyarakat. Secara sederhana, struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, seperti status, peran, kelompok sosial, dan lembaga sosial. B. Ciri-ciri struktur sosial ● Mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang pokok dan dapat memberikan bentuk dasar pada masyarakat, serta memberikan batas pada kegiatan yang dilakukan oleh organisasi di dalam masyarakat. ● Mencakup semua hubungan sosial antarindividu pada saat tertentu. ● Meliputi seluruh kebudayaan dalam masyarakat ● Merupakan realitas sosial yang bersifat statis dan memiliki kerangka yang membentuk suatu tatanan. ● Merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang bersifat empiris dan terjadi stabilitas, keteraturan. serta integrasi sosial yang berkesinambungan. C. Elemen struktur sosial ● Status sosial, merupakan posisi atau kedudukan dalam kelompok sosial atau masyarakat dan berhubungan dengan keberadaan orang lain disekitarnya. Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat terdapat 3 macam memperoleh status yaitu: a. Ascribed status, status yang diperoleh dengan sendirinya, secara otomatis tanpa usaha dan diperoleh sejak lahir. Contoh: anak yang lahir dari keluarga bangsawan dengan sendirinya akan langsung memperoleh status bangsawan. b. Achieved status, status yang diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang di sengaja, dan tergantung pada kemampuan individu dalam mencapai tujuannya. Contoh: seseorang bias menjadi hakim asalkan dia lulus dari kuliah di fakultas hokum. c. Assigned status, merupakan kombinasi perolehan status melalui usaha dan status yang diperoleh secara otomatis. Status ini diperoleh melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain. Contoh: gelar pahlawan revolusi. ● Peran sosial, merupakan pelaksanaan hak dan kewajiban individu sesuai dengan status sosialnya di masyarakat. Peran sosial dianggap penting karena mengatur perilaku seseorang dalam masyarakat dan berdasar norma yang berlaku di masyarakat. Beragamnya peran sosial membawa beberapa dampak dinamis, yaitu: a. Konflik Peran, terjadi apabila seseorang dengan kedudukan tertentu harus melaksanakan peran yang sesungguhnya tidak ia harapkan. Hal ini terjadi dikarenakan ia mempunyai banyak status di masyarakat. Contoh: seorang polisi harus menangkap pelaku kejahatan yang sebenarnya adalah anaknya sendiri. Padahal, sebagai ayah ia harus melindungi keluarganya. b. Ketegangan Peran, terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan untuk melaksanakan peran sosial yang dimilikinya karena adanya ketidaksesuaian antara kewajiban yang harus ia jalankan dengan tujuan peran sosial itu sendiri. Contoh: seorang pemimpin harus menerapkan disiplin waktu yang sangat ketat kepada karyawannya yang sebagian besar adalah kerabat dekatnya. c. Kegagalan Peran, terjadi apabila seseorang tidak sanggup menjalakan beberapa peran sekaligus karena terdapat tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan. Contoh: seorang ibu rumah tangga yang suaminya telah meninggal dunia, dia berperan sebagai pemimpinan bagi anak-anaknya, pencari nafkah keluarga, pengasuh, sekaligus sebagai pendidik bagi putra-putrinya. Peran yang banyak dan berat tersebut dapat saja gagal dijalankannya d. Kesenjangan Peran (Role Distance), terjadi apabila seseorang harus menjalankan peran yang tidak menjadi prioritas hidupnya sehingga merasa tertekan atau tidak cocok menjalankan peran tersebut. Contoh: seorang remaja putri yang terpaksa menikah dan menyandang peran sebagai istri dan ibu rumah tangga. ● Kelompok sosial, adalah sejumlah orang yang memiliki harapan, nilai dan norma. ● Lembaga sosial, adalah pola terorganisasi dari kepercayaan dan perilaku yang dipusatkan pada kebutuhan yang mendasar. D. Fungsi struktur sosial Dalam struktur sosial, terdapat perilaku-perilaku sosial yang cenderung tetap dan teratur. Perilaku tersebut dapat menjadi pembatas perilaku individu dan kelompok. Dalam struktur sosial, individu dan kelompok akan menyesuaikan perilakunya dengan kelompok atau masyarakat di lingkungannya. Mayor polak dapat menyatakan bahwa struktur sosial dapat berfungsi sebagai pengawas sosial, yakni sebagai penekan kemungkinan adanya pelanggaran terhadap nilai, norma dan aturan. Struktur sosial juga dapat berfungsi sebagai dasar untuk menanamkan disiplin sosial dalam kelompok dan masyarakat. E. Bentuk struktur sosial Peter M. Blau membagi bentuk struktur sosial menjadi 2 tipe, yakni intersected social structure dan consolidated social structure. 1. Sebuah struktur sosial dikatakan intersected jika keanggotaan dalam kelompokkelompok sosial yang ada bersifat menyilang (berpotongan). Artinya, keanggotaan dalam kelompok sosial tersebut memiliki latar belakang ras, agama, maupun suku bangsa yang berbeda-beda. 2. Sebuah struktur sosial dikatakan consolidated jika terjadi tumpang tindih tolok ukur yang mengakibatkan penguatan identitas keanggotaan dalam sebuah kelompok sosial. Dalam proses tersebut, kelompok sosial berkembang menjadi wadah bagi individuindividu yang memiliki latar belakang ras, suku bangsa dan agama yang sama. Menurut Nasikun, struktur sosial dapat dilihat secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat sehingga akan menghasilkan diferensiasi sosial. Sedangkan secara vertikal, struktur sosial ditandai dengan adanya perbedaan lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam sehingga akan menghasilkan stratifikasi sosial.