Sistem Adhesif Secara terminologi, adhesi adalah proses perlekatan dari suatu substansi ke substansi lainnya. Permukaan atau substansi yang berlekatan disebut adherend. Adhesif adalah bahan yang biasanya berupa zat cair yang kental yang menggabungkan dua substansi hingga mengeras, dan mampu memindahkan suatu kekuatan dari satu permukaan ke permukaan lainnya. Bahan perekat atau bonding agent adhesive system adalah bahan yang bila diaplikasikan pada permukaan suatu benda dapat melekat, dapat bertahan dari pemisahan, dan dapat menyebarluaskan beban melalui perlekatannya (Roberson TM, 2002). Salah satu upaya untuk meningkatkan perlekatan resin komposit pada jaringan gigi adalah penggunaan teknik etsa asam dan bahan bonding adhesive. Buonocore (1955), memperkenalkan konsep bonding dengan etsa asam yaitu memodifikasi pembukaan email dengan menggunakan bahan yang bersifat asam (Dewi RTP, 2000).. Proses etsa asam pada permukaan email akan menghasilkan kekasaran mikroskopik pada permukaan email yang disebut enamel tags atau micropore sehingga diperoleh ikatan fisik antara resin komposit dan email yang membentuk retensi mikromekanis. Keberhasilan usaha tersebut telah mendorong para peneliti untuk melakukan etsa pada dentin, namun walaupun dentin telah dietsa perlekatan resin komposit terhadap permukaan dentin lebih sulit dibandingkan dengan perlekatan terhadap permukaan email. Kesulitan ini disebabkan karena dentin merupakan jaringan yang lebih kompleks dibandingkan dengan email.Email merupakan jaringan yang hampir termineralisasi secara sempurna, sedangkan dentin merupakan jaringan hidup yang terdiri dari komponen inorganik (45%), komponen organik (33%), dan air (Demarco FF, 1998). Komposisi organik substrat dentin memiliki struktur ultra tubulus yang lembab dan heterogen. Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan perlekatan resin komposit pada dentin yaitu variasi tingkat mineralisasi dan adanya cairan pada tubulus dentin yang menghalangi perlekatan (Yazici AR, 2003). Perlekatan pada dentin juga menjadi lebih sulit dengan keberadaan smear layer. Smear layer merupakan lapisan debris organik yang terdapat pada permukaan dentin akibat preparasi dentin. Smear layer menghalangi tubulus dentin dan berperan sebagai barier difusi, sehingga menurunkan permeabilitas dentin. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pengetsaan dentin untuk menyingkirkan smear layer. Fusayama (1980) mempelopori etsa dentin untuk mendapatkan ikatan secara adhesif antara dentin dan resin komposit dan untuk melarutkan smear layer. Smear layer dipindahkan melalui pengetsaan dengan asam phosphor 37 % selama 15 detik yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin. Pengetsaan terhadap intertubular dan peritubular dentin mengakibatkan penetrasi dan perlekatan bagi bahan bonding sehingga terbentuk hybrid layer (Bryant RW, 1998). Kegunaan Etsa Asam pada Restorasi Resin Komposit Kegunaan melakukan etsa asam pada jaringan gigi yang akan direstorasi dengan resin komposit adalah untuk mendapatkan retensi tanpa perlu membuang jaringan sehat gigi lebih banyak. Asam fosfat dengan konsentrasi 30-50 % adalah bahan yang paling banyak digunakan di klinik, karena sifat larutannya stabil, mudah didapat serta iritasi terhadap jaringan yang rendah (Phillips, 1991; Gwinnett, 1992). Chow dan Brown (1973) melaporkan bahwa aplikasi larutan asam fosfat dengan konsentrasi lebih dari 27 % menyebabkan email mudah larut, sedangkan aplikasi dengan konsentrasi kurang dari 27 % email kurang larut (Retief, 1992). Cairan etsa secara mikroskopis akan mengetsa permukaan email dan ini merupakan suatu bahan pengikat yang menghasilkan ikatan yang kuat. Diatasnya diberi resin komposit yang akan mengadakan ikatan kimia dengan bahan pengikat tadi (Phillips, 1991). Pengetsaan pada dentin mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun 1970. Teknik pengetsaan dilakukan pada email dan dentin yang disebut total ecth technique dengan menggunakan asam fosfat 37 %. Asam ini berpenetrasi sangat sedikit ke dentin sehingga tidak menyebabkan inflamasi pulpa. Berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya sistem adhesif dapat dibagi atas empat kategori yaitu (Soares CJ, dkk., 2005) : 1. Total-etch adhesive system Memerlukan pencucian pada permukaan yang dietsa, antara lain : a. Three-step total-etch adhesive Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching/conditioning, dilanjutkan dengan tahap priming, dan terakhir tahap bonding yaitu aplikasi dengan resin adhesif. Bahan primer dan adhesif berada dalam keadaan terpisah (two-bottle component). Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-4. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan asam phosphor 40 % selama 15 sampai 20 detik. Untuk mencegah kolaps, permukaan harus dibuat lembab. Namun, pelembaban dentin sulit dilakukan dengan benar karena menyebabkan perlekatan yang terbentuk lebih rendah dari perlekatan ideal jika dentin terlalu basah atau terlalu kering. b. Two-step total-etch adhesive Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan (single-bottle component atau one-bottle system), sehingga terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap etching dan rinsing yang menggunakan bahan gabungan primer dan resin adhesif. Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-5. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan dengan asam phosphor 35 % sampai 37 % selama 15 sampai 20 detik. 2. Self-etch adhesive system Tidak memerlukan tahap pencucian pada permukaan yang dietsa. Bahan etsa dan primer digabung menjadi satu (konsep self-etch primer), antara lain : a. Two-step self-etch adhesive Terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap aplikasi self-etch primer, kemudian dilanjutkan dengan tahap aplikasi resin adhesif. Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-6. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan larutan aqueous berisi phenylP 20% di dalam HEMA 30%. Keuntungannya adalah resiko kolapsnya kolagen dapat dieliminasi. Kerugiannya adalah larutan harus diperbaharui secara terus menerus karena formulasi liquidnya tidak dapat dikendalikan di tempatnya. Keefektifan pengetsaan enamel dengan tepat, kurang dapat diramalkan dibandingkan dengan larutan asam phosphor, karena asam yang digunakan lebih lemah. b. One-step self-etch adhesive (all in one) Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu kemasan, sehingga hanya terdiri dari satu tahap aplikasi. Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-7. One-step self-etch adhesive adalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah. Tujuan aplikasi one-step self-etch adhesive adalah untuk memudahkan prosedur restorasi dengan mengurangi langkah-langkah yang dibutuhkan dalam prosedur bonding. Smear layer tidak disingkirkan, sehingga potensi sensitivitas post-operative (pada sistem total-etch) akibat infiltrasi resin yang tidak sempurna ke dalam tubulus dentin dapat dikurangi. Selain itu, air adalah komponen yang esensial dalam sistem ini dalam mengadakan ionisasi monomer asam untuk demineralisasi jaringan keras gigi, jadi sensitivitas teknik dalam tahap hidrasi matriks kolagen yang terdemineralisasi (pada sistem adhesif total-etch) dapat dieliminasi. Pemisahan tahap etching dan rinsing juga dieliminasi. Maka dari itu, all-in-one adhesive tidak hanya mempermudah proses perlekatan dengan mengeliminasi langkah, tetapi juga mengeliminasi beberapa sensitivitas teknik pada sistem total-etch. Teknik etsa asam Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan ditambal diolesi etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit larut dan hal tersebut berpengaruh terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prisma dan menghasilkan bentuk yang tidak spesifik dari struktur prisma. Kondisi tersebut menghasilkan pori-pori kecil pada permukaan email, tempat kemana resin akan mengalir bila ditempatkan kedalam kavitas (Philips, 2004). Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara permukaan email-resin dengan meningkatkan energi permukaan email. Kekuatan ikatan terhadap email teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu alasannya adalah bahwa asam meninggalkan permukaan email yang bersih, yang memungkinkan resin membasahi permukaan dengan lebih baik. Proses pengasaman pada permukaan email akan meninggalkan permukaan yang secara mikroskopis tidak teratur atau kasar. Jadi bahan etsa membentuk lembah dan puncak pada email, yang memungkinkan resin terkunci secara mekanis pada permukaan yang tidak teratur tersebut. Resin “tag” kemudian menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin pada gigi. Panjang tag yang efektif sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior adalah 7-25 μm (Philips, 2004). Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 % adalah tepat, konsentrasi lebih dari 50 % menyebabkan pembentukan monokalsiumfosfat monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut. Asam ini dipasok dalam bentuk cair dan gel dan umumnya dalam bentuk gel agar lebih mudah dikendalikan. Asam diaplikasikan dan dibiarkan tanpa diganggu kontaknya dengan email minimal selama 15-20 detik (Philips, 2004). Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan dikeringkan dengan baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih seperti bersalju menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap bersih dan kering sampai resin diletakan untuk membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa meningkatkan energi permukaan email. Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin yang sederhana (Baum, 1997). DAFTAR PUSTAKA Soares CJ, Celiberto L, Dechichi P, Fonseca RB, Marcondes Martins LR. Marginal integrity and microleakage of direct and indirect composite inlays – SEM and stereomicroscopic evaluation. Braz Oral res J. 2005 th Philips RW. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. 10 ed. Philadelphia: Saunders Company, 2004 rd Baum L. Textbook of Operative Dentistry. 3 ed. Alih bahasa.Rasinta Tarigan Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997 Roberson TM, Heyman HO, Ritter AV. Introduction to composites restorations. In: Roberson TM, Heyman HO, Swift EJ. Studervant’s art and science of operative dentistry. London: Mosby, 2002 Bryant RW. Composite Resins. In : Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. London: Mosby, 1998 Yazici AR, Baseren M, Dayanga A. The effect of flowable resin composite on microleakage in class v cavities. Oper Dent 2003 Dewi RTP. Pengaruh kondisi permukaan dentin terhadap kekuatan perlekatan bahan bonding. JKGM 2000 Demarco FF, Turbino ML, Matson E, et al. Tensile bond strength of two dentin adhesives system. J Braz Dent 1998 Bryant RW. Composite Resins. In : Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. London: Mosby, 1998 Gwinnett and John, 1992. Structure and Composition of Enamel. Operative Dentistry Retief, D.H. 1992. Clinical Application of Enamel Adhesive. Operative Dentistry