Uploaded by User23341

PCD n FRC (Autosaved)

advertisement
FIBER REINFORCED COMPOSITE (FRC) TO INCREASE FRACTURE
RESISTANCE ON PERI CERVICAL DENTIN AREA IN EDODONTICALLY
TREATED TEETH RESTORATION
Debora Natalyna*, Wandania Farahany **, Trimurni Abidin**
*Resident of Specialist Program of Conservative Dentistry
**Lecturer of Specialist Program of Conservative Dentistry
Faculty of Dentistry, University of Sumatra
Jln. Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155
ABSTRACT
The tendency of endodontically treated teeth (ETT) to fracture is caused by the tissue loss due
to prior pathologies (caries, fracture, cavity excavation), endodontic treatment (access cavity,
root canal shaping), and invasive restorative procedures (post placement, crown fabrication).
The prognosis of root-filled teeth depends not only on the success of the endodontic treatment
but also on the amount of remaining dentine tissue,and the nature of final restoration. Peri
Cervical Dentin (PCD) loss may increase root fracture prospensity in root filled teeth. Although
the use of classic crowns with metal post is still widespread in dentistry, the invasive procedure
has been criticized. The availability of new materials using adhesive systems allows for more
conservative, faster and cheaper dental treatment. Composite restoration currently represent a
valid alternative to classical full crowns to restore the esthetics and function of ETT. However,
the absence of metal or a high-strength substructure such as in full-crown restorations can
increase the risk of irreversible fractures in the PCD area. Fiber-reinforced composite (FRC)
molding compounds with micromechanic requirements for fiber lengths longer than critical
length (Lc) are now the most important breaktrough in dentistry since amalgam. Mechanical
properties tested for FRCs using pure quartz fibers have shown large statistically significant
increases over the dental particulate-filled composites (PFCs).
This paper provides information about the reinforcement PCD area with FRC for
endodontically treated teeth restoration
Keyword : Peri Cervical Dentin, fracture resistance, endodontically treated teeth.
1
PENDAHULUAN
Gigi yang telah dirawat endodontik cenderung lebih rentan fraktur daripada gigi vital. Insiden
terbesar dari fraktur akar vertikal terjadi pada gigi yang telah menjalani perawatan endodontik..
Dehidrasi dentin selama prosedur terapi endodontik, tekanan berlebihan selama obturasi dan
yang paling penting pembuangan struktur gigi selama perawatan endodontik adalah alasan
paling umum berkurangnya kekuatan gigi. Kekuatan gigi yang dirawat secara endodontik
terkait langsung dengan metode preparasi saluran saluran akar dan jumlah struktur gigi yang
tersisa. Melemahnya
akar secara signifikan dengan penggunaan instrumen lancip yang
bervariasi juga dilaporkan oleh berbagai peneliti terutama di daerah servikal gigi. 1
Penyebab fraktur pada gigi yang dirawat endodontik bersifat multifaktorial yang dapat
diklasifikasikan secara luas sebagai faktor iatrogenik dan non-iatrogenik. Mekanisme fraktur
resisten pada dentin dipengaruhi oleh : Pertimbangan Biomaterial substrat dentin Pertimbangan
biomekanik pada gigi utuh dan gigi yang direstorasi menggunakan pasak-inti.2 Faktor risiko
predileksi fraktur pada gigi pasca endodontik dipengaruhi oleh 5 hal, yaitu 2: faktor kimia: efek
irigasi dan obat-obatan endodontik terhadap dentin; faktor mikroba: efek interaksi bakteridentin; faktor dentin: efek kehilangan struktur gigi; faktor restorasi: efek restorasi pasak dan
inti; faktor usia: efek perubahan usia pada dentin.
Pada penelitian yang mempelajari tentang kekuatan yang bertanggung jawab terhadap fraktur
gigi, fokus telah bergeser dari area koronal ke area servikal gigi. Dentin yang berada di daerah
kritis gigi ini disebut Peri-Cervical Dentin (PCD). Beberapa penelitian yang telah dilakukan
menegaskan bahwa retensi gigi jangka panjang dan fraktur resisten berhubungan langsung
dengan jumlah PCD. Fakta-fakta tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa salah satu tujuan
utama terapi endodontik adalah penguatan struktur gigi residual yang lebih penting yaitu PCD.
Penggunaan bahan dengan modulus elastisitas yang menyerupai dentin diperlukan untuk
memperkuat gigi setelah perawatan saluran akar.
2
Keberhasilan perawatan endodonti tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan perawatan saluran
akar saja, akan tetapi juga ditentukan dengan keberhasilan restorasi akhir. Keberhasilan
restorasi akhir berhubugan dengan struktur gigi yang tertinggal. Pemilihan restorasi gigi pasca
endodontic dengan bahan yang tepat akan mampu menahan fraktur. Pemilihan jenis dan bahan
restorasi harus dapat menggantikan srtuktur gigi yang hilang untuk mengembalikan kekuatan
dan fungsi gigi, serta estetis dan penutupan koronal yang baik. Dahulu, gigi pasca endodontic
direstorasi dengan mahkota PFM atau keramik dengan pasak dan inti. Namun prosedur
restorasi ini sangat invasif baik di mahkota maupun akar. Sifat invasif dari prosedur tersebut
mengakibatkan jaringan gigi yang tersisa sangat sedikit sehingga meningkatkan resiko fraktur
yang irreversible. Selama 30 tahun terakhir ini, perkembangan bahan adhesif dalam kedokteran
gigi menunjukkan peningkatan, dimana sistem adhesif saat ini menunjukkan ikatan bahan
adhesive dengan struktur gigi menjadi lebih baik dan mengubah dogma "devitalized tooth =
crowned tooth”, dimana pada kedokteran gigi terdahulu beranggapan bahwa gigi yang sudah
nonvital harus direstorasi dengan crown setelah perawatan saluran akar.
Prosedur klinis modern untuk fungsi gigi pasca endodontik lebih didasarkan pada prinsipprinsip kedokteran gigi invasif minimal, yang berupaya mempertahankan jaringan sehat.
Kedokteran gigi konservatif ini dilakukan dengan menggunakan teknik adhesif, karena sistem
adhesif memastikan retensi bahan yang cukup tanpa perlu teknik agresif macroretentif. 4
Restorasi intrakoronal dengan teknik adhesif memungkinkan mempertahankan struktur gigi
yang sehat dengan maksimal; oleh karena itu, restorasi resin komposit direk pada gigi premolar
lebih dapat diprediksi daripada molar. Konsep ini telah diantisipasi karena semakin sedikit
jumlah komposit yang dibutuhkan untuk restorasi menghasilkan polimerisasi shrinkage
semakin rendah dan juga margin interproksimal premolar lebih mudah diakses untuk finishing.
Hansen melaporkan gigi pasca endodontik dengan kavitas besar yang direstorasi dengan
komposit tanpa overlay dapat bertahan bertahun-tahun.5
3
Restorasi onlay, overlay, atau restorasi endocrown keramik disarankan sebagai pendekatan
yang lebih konservatif daripada mahkota penuh dengan pasak dan inti untuk gigi pasca
endodontik yang rusak parah, tanpa perlu persiapan agresif macroretentive. Namun, kegagalan
pada daerah PCD telah dilaporkan bahkan dengan onlay konservatif atau endocrown. Sebagai
alternatif untuk restorasi indirek keramik, komposit polimer diusulkan karena kenggulannya
pada sifat stres-absorbing. Baru-baru ini komposit resin FRC telah diperkenalkan untuk
digunakan sebagai bulk-liner untuk restorasi resin komposit partikulat (PFC) direk.3
Paper ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang bahan yang digunakan untuk
meningkatkan fraktur resisten di area Peri Cervical Dentin pada gigi pasca endodonti yang
direstorasi dengan resin komposit.
FAKTOR RESIKO FRAKTUR PADA GIGI PASCA ENDODONTIK2
a. Faktor Kimia : efek dari bahan irigasi dan medikamen pada dentin.
Sodium hipoklorit umumnya digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar pada perawatan
endodontik. Konsentrasi 0,5-5,25% digunakan untuk dua tujuan utama: (1) untuk melarutkan
jaringan pulpa dan (2) untuk menghancurkan bakteri. Sodium hipoklorit merupakan bahan
kimia yang sangat reaktif, bila digunakan pada konsentrasi tinggi untuk jangka waktu yang
lama, bahan ini memiliki efek yang tidak diinginkan pada dentin saluran akar seperti penurunan
kekuatan flexural, modulus elastis, dan kekerasan mikro dentin. Perubahan-perubahan dalam
sifat fisik dentin muncul karena perubahan fase organik dan anorganik dentin.
Ethylene Diamine Tetracetic Acid (EDTA) juga merupakan irigan endodontik yang digunakan
untuk menghilangkan smear layer yang terbentuk setelah preparasi saluran akar. Konsentrasi
umum yang digunakan adalah 15-17%. Manfaat dalam menghilangkan smear layer tidak
hanya membantu memperbaiki sealing pada pengisian akar, tetapi juga menghilangkan bakteri,
toxin, dan sisa jaringan pulpa yang mungkin ada di smear layer. Apa yang terjadi ketika EDTA
4
dan natrium hipoklorit digunakan bersama? Irigasi EDTA 17% setelah irigasi natrium
hipoklorit mengakibatkan pembukaan tubulus dentin, penghancuran dentin inter-tubular, dan
pengurangan kekerasan mikro dentin. Banyak penelitian in vitro menunjukkan bahwa
kombinasi ini menghilangkan fase anorganik dan fase organik dentin, sehingga menghasilkan
permukaan dentin berpori dengan banyak saluran.
b. Faktor Mikroba : efek dari interaksi dari bakteri – dentin.
Semua strain bakteri yang diuji telah terbukti mampu mendegradasi substrat protein kecuali
Actinobacillus actinomycetemcomitans dan Eubacterium saburreum. Bacteroides gingivalis
(Porphyromonas gingivalis) bahkan mampu menurunkan substrat protein yang disterilkan
menggunakan etilen oksida. Aktivitas kolagenolitik yang diinduksi bakteri dapat memutus
ikatan kimia pada ujung bagian yang retak dan membantu dalam perambatan retak melalui
substrat dentin. Kayaoglu et al6 baru-baru ini melaporkan bahwa pH tinggi yang ada di saluran
akar menimbulkan peningkatan adhesi bakteri ke kolagen.
c. Faktor dentin : efek kehilangan struktur gigi.
Penting juga untuk menyadari bahwa ruang pulpa dalam gigi utuh dengan pulpa vital terdiri
dari sistem jaringan ikat yang terdiri dari sel-sel dan serat keduanya tertanam dalam matriks
ekstraseluler. Protein matriks ekstraseluler memiliki sifat penampung air yang sangat tinggi,
dan kadar air total pulpa lebih dari 90%. Pada gigi yang dirawat secara endodontik, jaringan
pulpa hidrofilik mengalami pemusnahan, dan lumen saluran akar dan tubulus dentin
didesinfeksi dan didehidrasi sebelum didapatkannya saluran akar. Hilangnya jaringan pulpa
yang kaya air serta air bebas dari permukaan dentin, porositas, dan tubulus dentin dapat
berkontribusi pada pengurangan integritas mekanik gigi yang dirawat secara endodontik.
5
RESIN KOMPOSIT
Resin komposit digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang, dengan
memodifikasi warna dan kontur gigi sehingga meningkatkan estetiknya. Resin komposit terdiri
dari 4 komponen utama, yaitu : matriks polimer organik, partikel filler anorganik, coupling
agent dan system inisiator-akselerator. Matriks polimer organik yang sering digunakan sebagai
matriks resin adalah bisphenol A glycidyl methacrylate (bis-GMA) dan urethane
dimethacrylate (UDMA). Filler pada komposit berfungsi untuk meningkatkan kekuatan resin,
menyediakan derajat translusensi yang tepat dan mengendalikan shrinkage pada saat
polimerisasi. Coupling agent adalah bahan pengikat antara filler dengan resin matriks.
Coupling agent bereaksi pada pemukaan filler anorganik dan matriks organik sehingga
keduanya berikatan adhesi satu sama lain untuk meminimalisir kehilangan partikel filler selama
penggunaan. Sistem inisiator-akselerator berperan untuk polimerisasi dan pengerasan
komposit. Reaksi polimerisasi dapat dipicu dengan aktivasi sinar (light curing activation),
aktivasi secara kimia (self curing), maupun keduanya (dual curing).7
RESTORASI GIGI PASCA ENDODONTIK
Evolusi dari filosofi adhesif di kedokteran gigi dan pencapaian yang sangat baik dari sistem
adhesif telah mengubah dogma “gigi yang sudah nonvital harus direstorasi dengan pasak, inti
dan mahkota”. Adhesi memastikan retensi material yang cukup tanpa perlu teknik
macroretentif yang agresif. Restorasi inlay dan onlay dapat menjadi pilihan sebagai restorasi
akhir pada gigi pasca endodontik. Onlay adalah restorasi ekstra-koronal yang biasanya
melibatkan area yang sama dengan restorasi inlay dan bagian dari lereng cuspal luar, hal ini
ditunjukkan dalam kasus cuspal yang curam karena wedging forces cenderung mengarahkan
gaya yang tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi. Restorasi inlay dan onlay yang serba guna
membutuhkan ketelitian dalam preparasi, namun dapat dijadikan pilihan sebagai restorasi yang
6
tahan lama, mampu menahan kekuatan oklusal dan lebih kompatibel dengan jaringan lunak
pada margin gingiva dan subgingiva. Perkembangan bahan dengan didasarkan pada adhesi kini
tersedia sebagai restorasi komposit direk. Untuk gigi dengan kerusakan koronal yang luas
restorasi dengan sistem adhesif dapat dilakukan dengan
membuat endocrown tanpa
menggunakan pasak dan menggunakan perluasan kamar pulpa sebagai sumber retensi.
Restorasi endocrown ini memungkinkan memberikan keunggulan berupa perawatan gigi yang
lebih konservatif, lebih cepat dan lebih murah.8
PERI-CERVICAL DENTIN
Peri-cervical Dentin (PCD) adalah dentin dekat puncak alveolar. Sementara apeks akar dapat
diamputasi, dan sepertiga koronal mahkota klinis diangkat dan diganti secara prostetik, dentin
dekat puncak alveolar tidak tergantikan. Zona kritis ini, kira-kira 4 mm di atas tulang crestal
dan memanjang 4 mm apikal ke tulang crestal. Ada 3 alasan untuk ini: (1) ferrule, (2) fraktur,
dan (3) kedekatan lubang tubulus dentin dari dalam ke luar. Beberapa hasil penelitian yang
telah dilakukan meunjukkan bahwa retensi gigi jangka panjang dan resistensi terhadap fraktur
berhubungan langsung dengan jumlah PCD. Fakta-fakta tersebut dengan jelas menunjukkan
bahwa salah satu tujuan utama terapi endodontik adalah penguatan struktur gigi yang tersisa,
salah satu yang terpenting yaitu PCD.
Gambar 1. Peri Cervical Dentin 9
Penggunaan bahan dengan modulus elastisitas mirip dengan dentin idealnya diperlukan untuk
memperkuat gigi setelah perawatan saluran akar. Bahan pengisi seperti Gutta-percha dengan
modulus elastisitas rendah menunjukkan sedikit atau tidak ada kapasitas dalam memperkuat
7
akar pasca perawatan endodontik. Dengan demikian, ada kebutuhan akan bahan dan teknik
yang berbeda untuk memperkuat akar. Baru-baru ini, bahan adhesif telah diterapkan pada
bidang endodontik dengan fokus pada penguatan bagian penting dari gigi ini yaitu PCD.1
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nagas et al,10 intraorifice barrier terbukti cukup
efektif dalam memperkuat gigi yang dirawat secara endodontik. Meskipun, penulis tidak
menyebutkan PCD, namun dapat dipastikan sesuai metodologi percobaan. Penguatan
intrakoronal PCD penting untuk melindungi gigi pasca endodontik terhadap fraktur.
FIBER REINFORCED COMPOSITE (FRC)
FRC terdiri dari bahan fiber yang digabungkan oleh matriks resin. FRC menawarkan flexural
strength dan kualitas fisik lain yang baik yang diperlukan untuk penggantian struktur gigi yang
hilang. FRC dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenis penggabungan fiber (glass, carbon atau
polyethylene), arsitektur fiber (Mesh, Searah, Menenun, Braid, Leno Weave) dan tergantung
pada metode penggabungan fiber.11
FRC menunjukkan berbagai keunggulan yaitu:11
1. FRC memiliki sifat mekanis yang sangat baik, rasio kekuatan FRC lebih unggul dari
kebanyakan logam campuran.
2. Bila dibandingkan dengan logam, FRC tidak korosif, translusen, ikatannya baik dan
mudah untuk diperbaiki.
3. Sifat mekanik yang unggul dari FRC membuatnya menjadi bahan yang ideal untuk
restorasi pada kavitas yang besar dan untuk pasak pada pengisian endodontik.
4. FRC bahkan bisa dicuring hingga 4-5mm.
5. FRC Menawarkan restorasi dengan invasif minimal, dan biaya lebih murah
dibandingakan restorasi konvensional
6. FRC mencegah penyebaran retakan pada gigi yang direstorasi.
8
PEMBAHASAN
Prosedur endodontik dan restoratif dipercaya sebagai faktor pencetus fraktur gigi. Kehilangan
struktur gigi yang cukup besar saat preparasi kavitas sebagai akses pada perawatan endodontik
mengakibatkan melemahnya gigi. Faktanya, pembuangan dari dentin dalam jumlah yang cukup
besar membahayakan bagi gigi pasca endodontik karena kekuatan gigi yang dirawat secara
endodontik berhubungan langsung dengan jumlah struktur gigi sehat yang tersisa1,12. Baru-baru
ini, fokus telah bergeser ke arah pelestarian struktur gigi pada bagian servikal karena bagian
ini dianggap paling rentan terhadap fraktur dari kekuatan oklusal. Dentin pada bagian kritis ini
disebut Periervical Dentin yang memanjang dari 4mm di atas dan di bawah level tulang
alveolar13-16. Clark D dan Khademi J (2009) menyatakan bahwa PCD ditunjukkan sebagai
struktur vital yang bertanggung jawab atas kekuatan gigi
13
. Assif D et al (2003) melaporkan
bahwa pengurangan struktur gigi dan hilangnya dentin sehat selama preparasi gigi
menyebabkan melemahnya gigi17. Bassir MM et al (2013) juga melaporkan bahwa preparasi
kavitas yang luas dan perawatan endodontik adalah alasan paling umum untuk kerapuhan
gigi18. Nghia dkk (2018) melaporkan pada gigi Premolar atas dengan satu saluran akar,
restorasi pada daerah PCD dengan resin komposit yang berikatan dengan dentin berdampak
pada pergeseran distribusi mikostrain dari daerah apikal menuju daerah pericervical ketika
dikenakan beban dalam rentang fisologis. Maria D dkk 3 melaporkan pada gigi premolar pasca
endodontik, restorasi resin komposit dengan basis FRC menunjukkan fraktur terjadi hanya
pada cups gigi bukal yang patah. Hal ini menunjukkan bahwa restorasi cukup efektif dalam
mendistribusikan fatigue stress pada mahkota gigi. Glass-FRC yang digunakan telah
diperkenalkan beberapa tahun yang lalu, sebagai bulk fill liner yang kemudian ditutup dengan
resin komposit. Ini adalah kombinasi dari matriks semi-interpenetrating (IPN), serat E-glass
pendek yang diorientasikan secara acak, dan pengisi partikulat anorganik. FRC ini telah
dilaporkan menunjukkan sifat fisik dan statis / mekanik yang lebih baik dibandingkan dengan
9
resin komposit klasik, derajat konversi C = C yang memadai, dan penyusutan polimerisasi yang
rendah 3. FRC serat pendek telah dievaluasi untuk restorasi komposit direk maupun indirek
pada gigi vital dan nonvital anterior dan posterior .19 Telah diklaim bahwa fungsi FRC liner
serat pendek didasarkan pada dukungan yang diberikan kepada lapisan resin komposit
superfisial dan efek penghambatan terhadap penyebaran retakan. Efek penguat dari serat
pengisi dikaitkan tidak hanya dengan karakteristik transfer stres yang menguntungkan dari
matriks polimer ke serat, tetapi juga sifat serat itu sendiri sebagai inhibitor retak. selanjutnya
berkontribusi terhadap penghambatan perambatan retak dan meningkatkan kapasitas penahan
beban dari kompleks restorasi gigi.19
KESIMPULAN.
Restorasi pada gigi pasca endodontik harus berdasarkan prinsip minimal invasif untuk dapat
mengurangi pembuangan struktur gigi yang sehat. Restorasi juga harus memperhatikan daerah
pericervical dentin yang merupakan bagian yang paling rentan mengalami fraktur akibat
tekanan pengunyahan. Penggunaan FRC sebagai liner dapat menambah ketahanan fraktur bagi
restorasi resin komposit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arora V, Yadav VP, Singh SP, Arora P, Aggarwal A. Comparative Evaluation Of Post
Obturation Materials On Reinforcement Of Peri-Cervical Dentin (PCD)-An Invitro
Study. International Journal Of Technology Enhancements And Emerging Engineering
Research. 2015;3: 39-43.
2. Kishen A. Mechanisms and risk factors for fracture predilection in endodontically
treated teeth. Endodontic Topics 2006; 13: 57–83.
3. Maria DG, ,Eleftherios TF,George CE. Effect of Load Cycling on the Fracture
Strength/Mode of Teeth Restored with FRC Posts or a FRC Liner and a Resin
Composite. BioMed Research International ; 2018: 1-10.
4. Rocca GT, Krejci I. Crown and post-free adhesive restorations for endodontically
treated posterior teeth: from direct composite to endocrowns. The European Journal Of
Esthetic Dentistry. 2013; 8: 154-77.
5. Akbari M, Ameri H, Jamali H, Gholami AA, Majidinia S. One-Year Clinical
Comparison of Survival of Endodontically Treated Premolar Restored with Different
10
Direct Restoration Technique: A Prospective Cohort Study. Razavi Int J Med.
2016;4(4):e39800.
6. Kayaoglu G, Erten H, Ørstavik D. Growth at high pH increases Enterococcus faecalis
adhesion to collagen. Int Endod J 2005: 38: 389–396.
7. Sakaguchi R L, Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials. 13th ed. Philadelpia:
Elsevier. 2012: 173-8.
8. Ahmed Hamdy. Effect of Full Coverage, Endocrowns, Onlays, Inlays Restorations on
Fracture Resistance of Endodontically Treated Molars. J Dent Oral Health 2015; 1: 023.
9. Mukherjee P, Patel A , Chandak M , Kashikar R. Minimally Invasive Endodontics a
Promising Future Concept: A Review Article. International Journal of Scientific Study.
2017; 5 : 248-51.
10. Nagas et al. Effect of Different Intraorifice Barriers on the Fracture Resistance of Roots
Obturated with Resilon or Gutta-Percha. JOE. 2010; 36 :1061-3.
11. Aniket Kumar et al. A Review on Fibre Reinforced Composite Resins. Annals of
Prosthodontics and Restorative Dentistry. 2016;2(1): 11-16
12. Grande NM, Plotino G, Lavorgna L, Ioppolo P, Bedini R, Pameijer CH, Somma F.
Influence of different root canalfilling materials on the mechanical properties of root
canal dentin. J Endod 2007;33:859-63.
13. Clark D, Khademi J. Modern endodontic access and dentin conservation,part 2. Dent
Today. 2009; 28(11):86-90
14. Clark D, Khademi J.Modern molar endodontic access and directed dentin conservation.
Dent Clin North Am. 2010; 54(2):249-73.
15. Clark D, Khademi JA.Case studies in modern molar endodontic accesand directed
dentin conservation. Dent Clin North Am. 2010; 54(2):275-89.
16. Clark D, Khademi J.Modern endodontic access and dentin conservation, Part I. Dent
Today. 2009;28(10):86-90.
17. Assif D, Nissan J, Gafni Y, Gordon M. Assessment of the resistance to fracture of
endodontically treated molars restored with amalgam. J Prosthet Dent 2003;89:462-5.
18. Bassir MM, Labibzadeh A, Mollaverdi F. The effect of amount of lost tooth structure
and restorative technique on fracture resistance of endodontically treated premolars. J
Conserv Dent 2013;16:413-7.
19. G. T. Rocca, C. M. Saratti,M. Cattani-Lorente,A. J. Feilzer, S. Scherrer, and I. Krejci,
“The effect of a fiber reinforced cavity configuration on load bearing capacity and
failure mode of endodontically treated molars restored with CAD/CAM resin
composite overlay restorations,”Journal of Dentistry,vol.43,no. 9,pp.1106–1115,2015.
11
Download