Cara aplikasi fissure sealant Saat ini usaha menanggulangi karies pada fisura dilakukan dengan menumpat fisuratersebut dengan bahan resin atau dengan semen ionomer kaca. Pada pemakaian resin urutannya adalah sebagai berikut : a. Seleksi gigi. b. Polis permukaan oklusal dengan brush dan pumice. c. Bersihkan dan keringkan. d. Aplikasikan etsa asam selama 20 detik. f. Bersihkan etsa dengan semprot air dan angin g. Isolasi gigi dan keringkan dengan semprot angin. h. Aplikasikan resin tipis dan merata, polimerisasikan dengan sinar. i. Periksa oklusinya. Indikasi dan kontraindikasi Fissure Sealant Indikasi dari aplikasi pit dan fissure sealant menurut ADA counch on scientific affairs adalah pasien dengan resiko karies gigi tingkat sedang atau tinggi, karies baru didalam area pit dan fissure gigi, anatomi pit dan fissure gigi yang mudah rusak. Selain itu indikasi nya: a. Area yang dipilih, fossa gigi telah erupsi seluruhnya b. Ada kontak permukaan oklusal yang utuh dimana permukaan gigi kontralateralnya karies atau terstorasi sebab pada sisi lawannya biasanya cendrung untuk terjadi karies c. Material sealant dapat mengalir memenuhi kavitas untuk komposit guna meningkatkan integritas marginal serta masuk ke dalam pit dan fissure gigi untuk mencengah karies d. Fossa yang akan direstorasi sealant adalah fossa yang terisolasi dengan baik dari fossa lainnya dengan suatu restorasi. e. Pit dan fissure dengan dekalsifikasi minimal f. Karies pada pit dan fissure atau restorasi pada gigi sulung atau permanen g. Tidak adanya karies interproximal h. Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva i. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun Kontraindikasi: a. Pada permukaan karies gigi yang sudah karies atau pada permukaan yang memiliki pit dan fissure yang bersatu dengan baik b. Terdapat karies pada permukaan lain dalam satu gigi yang bila direstorasi akan mengganggu kebutuhan sealant c. Terdapat restorasi oklusal yang besar d. Self cleansing yang baik pada pit dan fissure e. Banyaknya karies interproximal dan restorasi f. Umur erupsi lebih dari 4 tahun Kapan waltu yang tepat di berikan fissure sealant? Pertimbangan lain dalam pemberian sealant juga sebaiknya diperhatikan. Umur anak berkaitan dengan waktu awal erupsi gigi-gigi tersebut. Umur 3-4 tahun merupakan waktu yang berharga untuk pemberian sealant pada gigi susu. Umur 6-7 tahun merupakan saat erupsi gigi permanen molar pertama. Umur 11-13 merupakan saatnya molar kedua dan premolar erupsi. Sealant segera dapat diletakkan pada gigi tersebut secepatnya. Sealant juga seharusnya diberikan pada gigi dewasa bila terbukti bayak mengkonsumsi gula berlebih atau karena efek obat dan radiasi yang mengakibatkan xerostomia (Norman O. Haris, 1999: 245-6) Mekanisme perlekatan resin Mekanisme perlekatan antara resin dengan permukaan gigi melaluli dua tehnik yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding. a. Tehnik etsa asam Sejak tahun 1950-an sejumlah laboratorium dan klinik mempelajari tipe asam, konsentrasi asam, dan lama pengetsaan yang bisa memberikan perlekatan optimal bahan bonding dengan kehilangan minimal pada permukaan enamel. Asam fosfor dengan konsentrasi 35-40% dengan aplikasi selama 15-20 detik untuk gigi permanen dan gigi sulung telah memberikan perlekatan yang bagus, dengan kehilangan minimal pada permukaan enamel. Etsa asam pada permukaan enamel menghasilkan sejumlah porositas. Dengan adanya porositas ini, maka bahan sealant masuk ke dalam porositas yang telah dibuat. Dengan demikian terjadi retensi mekanis antara enamel yang dietsa dengan bahan sealant (M. John hick dalam J.R Pinkham, 1994: 470). Aplikasi asam fosfor selama satu menit menghilangkan kira-kira 10 milimikron email permukaan dan etsa permukaan dibawahnya sampai kedalaman 20 milimikron. Etsa menghasilkan kedalaman 20 milimikron. Etsa menghasilkan lapisan porus sehingga resin dapat mengalir masuk; porositas ini memberikan permukaan retensi mekanis yang sangat baik (R.J Andlaw, 1992: 58). Menurut Carline Paarmann (1991), pemberian etsa asam fosfor selama satu menit dapat menghilangkan mineral permukaan gigi dengan kedalaman 15-25 milimikron. Dan secara klinis warna nampak pudar, putih seperti kapur atau seperti warna es. Hasil etsa berupa resin tag yang berperan penting dalam retensi dan keberhasilan aplikasi sealant. Tahapan penting dalam aplikasi sealant adalah pada saat pengetsaan dilakukan. Bila saliva dibiarkan kontak dengan bahan etsa, maka proses etsa akan terhambat. Karena adanya kontak dengan saliva, proses remineralisasi gigi segera terjadi. Bila kontak saliva terjadi, maka etsa ulang dilakukan selama 2030 detik. Bahan etsa yang digunakan adalah asam fosfor dengan konsentrasi 35-37% dan dilakukan aplikasi selama 30-60 detik. Dentin kondisioner merupakan bahan yang digunakan untuk meningkatkan perlekatan bahan glass ionomer dan dentin, dengan cara menghilangkan smear layer dentin. Bahan yang biasanya digunakan adalah asam poliakrilat 10 % yang diaplikasikan selama 20 detik (Carline Paarmann, 1991:14). Bahan material sealant tidak hanya secara sederhana melekat di atas permukaan enamel, tetapi melalui penetrasi bahan ke dalam mikroporositas yang terbentuk selama proses pengetsaan. Infiltrasi etsa pada enamel menghasilkan bentukan resin tag dimana menyediakan retensi mekanis bahan sealant. Resin tag yang terbentuk selama pengetsaan memiliki kedalaman 25-50 mikrometer. Resin tag mempunyai sejumlah fungsi. Resin tag menyediakan retensi mekanis bagi bahan sealant. Bis-GMA adalah bahan material sealant yang tidak larut asam dan menyediakan proteksi terhadap adanya pembentukan karies selama adanya ikatan resin dan enamel. Ikatan resin dan enamel merupakan barier terhadap kolonisasi bakteri, menutupi fisura dan menghalangi terjebaknya sisa makanan ke dalam fisura (M. John Hick dalam J.R Pinkham, 1994: 471-2). Bahan yang digunakan untuk fissure sealant Bahan matriks resin Bahan matriksnya adalah bisfenol A-glisidil metakrilat (bis-GMA), suatu resin dimetakrilat. Karena bis-GMA memiliki berat molekul yang lebih tinggi dari metal metakrilat, kepadatan gugus metakrilat berikatan ganda adalah lebih rendah dalam monomer bis-GMA, suatu faktor yang mengurangi pengerutan polimerisasi. Penggunaan dimetakrilat juga menyebabkan bertambahnya ikatan silang dan perbaikan sifat polimer (Kenneth J Anusavice, 2004: 230). Bis-GMA, urethane dimetrakilat (UEDMA), dan trietil glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah dimetakrilat yang umum digunakan dalam komposit gigi. Monomer dengan berat molekul tinggi, khususnya bis-GMA amatlah kental pada temperature ruang. Penggunaan monomer pengental penting untuk memperoleh tingkat pengisi yang tinggi dan menghasilkan konsistensi pasta yang dapat digunakan secara klinis. Pengencer bisa berupa monomer metakrilat dan monomer dimetakrilat (Kenneth J Anusavice, 2004: 230). Kebanyakan bahan resin saat ini menggunakan molekul bis-GMA, yang merupakan monomer dimetakrilat yang disintesis oleh reaksi antara bisfenol-A dan glisidil metakrilat. Reaksi ini dikatalisasi melalui sistem amine-peroksida (Lloyd Baum, 1997: 254). b. Partikel bahan pengisi Dimasukkannya partikel bahan pengisi ke dalam suatu matriks secara nyata meningkatkan sifat bahan matriks bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks. Penyerapan air dan koefisiensi termal dari komposit juga lebih kecil dibandingkan dengan resin tanpa bahan pengisi. Sifat mekanis seperti kekuatan kompresi, kekuatan tarik, dan modulus elastis membaik, begitu juga ketahanan aus. Semua perbaikan ini terjadi dengan peningkatan volume fraksi bahan pengisi (Kenneth J Anusavice, 2004: 230-1). Bis-GMA saat ini merupakan matriks resin pilihan sebagai bahan sealant. Bisa dengan atau tanpa bahan pengisi. Penambahan bahan pengisi meliputi serpih kaca mikroskopis, partikel quartz dan bahan pengisi lainnya. Bahan ini membuat sealant lebih tahan terhadap abrasi (Norman O. Harris, 1999: 246). Bahan yang digunakan bahan pengisi makro adalah partikel-partikel halus dari komponen silika, cristalin quartz, atau silikat glass boron. Quartz telah digunakan secara luas sebagai bahan pengisi. Quartz memiliki keunggulan sebagai bahan kimia yang kuat. Sementara sifat radiopak bahan pengisi disebabkan oleh sejumlah kaca dan porselen yang mengandung logam berat seperti barium, strontium dan zirconium. Penambahan bahan pengisi mengurangi pengerutan pada saat polimerisasi dan menambah kekerasan (Lloyd Baum, 1997: 254). c. Bahan coupling Bahan pengisi sangatlah penting berikatan dengan matriks resin. Hal ini memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan ke partikel yang lebih kaku. Ikatan antara 2 fase komposit diperoleh dengan bahan coupling. Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatan sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan hidrolitik dengan mencegah air menembus sepanjang antar bahan pengisi dan resin. γ-metakriloksipropiltrimetoksi silane adalah bahan yang sering digunakan sebagai bahan coupling (Kenneth J Anusavice, 2004: 230-1). d. Penghambat Untuk mencegah polimerisasi spontan dari monomer, bahan penghambat ditambahkan pada sistem resin. Penghambat ini mempunyai potensi reaksi kuat dengan radikal bebas. Bila radikal bebas telah terbentuk, bahan penghambat akan bereaksi dengan radikal bebas kemudian menghambat perpanjangan rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas untuk mengawali proses polimerisasi. Bahan penghambat yang umum digunakan adalah butylated hydroxytoluene (Kenneth J. Anusavice, 2004: 232