I. Pendahuluan Pendekatan radiografi dalam diagnosis tumor tulang meliputi analisis lesi tertentu secara terorganisir, memperhatikan temuan radiografi spesifik, termasuk lokasi, ukuran, dan jumlah lesi serta margin lesi, zona transisi, pola reaksi periosteal, mineralisasi, matriks tumor, keterlibatan kortikal, dan ada atau tidaknya komponen jaringan lunak. Usia pasien dan penentuan apakah lesi itu soliter atau multipel adalah informasi klinis yang mendasar untuk diagnosis berbagai lesi tulang, karena banyak tumor memiliki kecenderungan untuk kelompok usia tertentu. Namun demikian, pendekatan diagnostik semiologis ini tidak memiliki akurasi atau kapasitas untuk sampai pada diagnosis histologis akhir yang akurat. Sementara itu, pendekatan ini tetap membantu dalam mempersempit daftar panjang diagnosis banding sambil menunjukkan langkah paling tepat yang diambil sejak saat itu. Dalam konteks ini, sangat mungkin untuk mengurangi jumlah diagnosis banding secara signifikan melalui penerapan pendekatan ini sesuai dengan temuan karakteristik radioterapi konvensional tanpa memerlukan modalitas pencitraan yang lebih canggih, seperti computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI). Contoh tipikal termasuk kista tulang sederhana dan fibroma, yang terkadang menghilangkan kebutuhan untuk pendekatan evaluasi lebih lanjut selain radiografi konvensional. II. Pendekatan diagnostik tumor tulang berdasarkan fitur sosiodemografi dan radiografi Lokasi tumor dan usia adalah dua aspek terpenting dalam mengevaluasi pasien dengan tumor tulang. Berdasarkan ketersediaan data mengenai dua faktor ini semata-mata, diagnosis banding tumor tulang dapat dipersempit bahkan tanpa melihat satu pun gambar radiografi. Lebih lanjut, pengetahuan tentang temuan radiografi spesifik dari setiap tumor selanjutnya akan membantu mempersempit kemungkinan untuk mencapai satu diagnosis yang benar. Gambaran radiografi ini terdaftar sebagai berikut: lokasi tumor, ukuran dan jumlah, margin dan zona transisi, matriks tumor, reaksi periosteal, dan keterlibatan kortikal. Sementara ini temuan awalnya dilaporkan dengan mengacu pada lesi tumor pada radiografi konvensional, juga dapat diterapkan untuk dihitung modalitas tomografi (CT) maupun resonansi magnetik (MRI). a. Usia Pasien Mayoritas tumor tulang memiliki kecenderungan terhadap kelompok usia tertentu. Misalnya, sarkoma Ewing biasa terjadi pada dua dekade pertama kehidupan, sedangkan, multiple myeloma dan metastasis cenderung muncul pada pasien yang berusia lebih dari 40 tahun. Karena itu, usia dianggap sebagai variabel klinis landasan penilaian tumor tulang. Meskipun ada pengecualian, puncak yang khas usia dari berbagai lesi tulang harus mendapat perhatian besar dalam mempersempit daftar diferensial. Distribusi umum Tumor tulang agresif dan non agresif menurut umur disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Predileksi tumor tulang berdasarkan usia b. Lokasi Tumor Berbagai macam tumor tulang, terlepas dari jinak atau ganas, sering terjadi di lokasi yang khas di kerangka (kerangka aksial vs apendikuler / tulang panjang vs datar); insiden tertinggi telah dicatat terjadi pada tulang panjang pada tungkai. Pada tulang panjang, mayoritas tumor memiliki kecenderungan pada diafisis, metafisis, atau epifisis, yang juga berkorelasi dengan kelompok usia tertentu. Sementara itu, ada tumor tertentu yang cenderung muncul di tempat tertentu, sehingga memberi wawasan lebih luas ke dalam diagnosis yang akurat. Tabel 2. Diagnosis banding tumor tulang berdasarkan lokasi dan usia pasien Tabel 3. Lokasi spesifik beberapa jenis tumor tertentu III. Lokasi Tumor Ukuran tumor tulang kurang memiliki kemampuan untuk secara akurat memprediksi diagnosis atau lesi tulang yang sebenarnya, meskipun telah dilaporkan bahwa lesi dengan ukuran 6 cm atau lebih cenderung menjadi tumor tulang ganas. Apalagi kriteria diagnostiknya berdasarkan ukuran dapat menjadi nilai dalam membedakan antara osteoid osteoma dan osteoblastoma: ada berbagai laporan ambang batas, dengan 1,5 cm menjadi yang paling sering dicatat. IV. Batas dan Pola Destruksi Tulang Hingga saat ini, klasifikasi Lodwick-Madewell tetap sangat membantu dalam menentukan aktivitas biologis tumor dengan menilai respons tulang pada radiografi dan, dengan demikian, dapat membantu membedakan lesi jinak dari ganas [7-10]. Lesi yang tumbuh perlahan akan memberi tulang cukup waktu untuk membuat jaringan tulang yang mengeras di sekitar lokasi lesi. Di sisi lain, lesi yang tumbuh cepat akan menghasilkan respons yang lebih tidak teratur. Klasifikasi ini mengacu pada lesi litik, yang mengkategorikannya menjadi 5 subtipe: tipe IA, tipe IB, tipe IC, Moth-eaten (tipe II), dan permeatif. Gambar 1. Klasifikasi marginal tumor Lesi tipe IA, lesi geografis dengan batas sklerotik, khas untuk lesi lambat atau tidak tumbuh, ganas seperti fibroma nonossifying, kista tulang sederhana, displasia fibrosa, ganglion intraoseus, dan lipoma. Sedangkan observasi dari margin dalam dan luar dari sklerotik memberikan nilai diagnostik selama perbedaan. Di sisi lain, bagian dalam yang jelas dan tepi luar biasanya diamati pada osteomielitis, tumor ganas yang tumbuh lambat, tumor jinak, dan lesi yang mirip tumor. Selain itu, sklerosis berbintik-bintik dapat ditemukan pada tumor ganas dan jinak.